Tag Archives: kafir quraisy

Kekalahan Pasukan Muslim di Perang Uhud, Apa Penyebabnya?


Jakarta

Pasukan muslim sempat menelan kekalahan ketika Perang Uhud. Peristiwa yang terjadi pada Syawal 3 H itu berlangsung di kaki Bukit Uhud, tepatnya sebelah utara Kota Madinah.

Perang Uhud termasuk ke dalam salah satu peperangan besar dalam Islam. Rasulullah SAW memimpin langsung pasukan muslim pada perang ini.

Menurut buku Sang Panglima Tak Terkalahkan Khalid Bin Walid karya Hanatul Ula Maulidya, kala itu jumlah pasukan muslim hanya 1.000, sementara tentara kafir Quraisy mencapai 3.000 pasukan. Rincian pasukan muslim terdiri atas gabungan masyarakat Makkah dan Madinah.


Sementara itu, pasukan Quraisy mencakup 200 tentara berkuda, 700 pasukan berkendara unta, dan sisanya pasukan pemanah serta pejalan. Namun, ketika dalam perjalanan menuju Gunung Uhud, Abdullah bin Ubah yang merupakan pemimpin bani terbesar di kaum Quraisy membelot, ia lantas membawa 300 pasukan muslimin.

Dengan demikian, prajurit muslim hanya tersisa 700 orang. Dengan jumlah yang sedikit itu, kaum muslimin tetap harus mengalahkan pasukan kafir Quraisy.

Perang Uhud dilatarbelakangi kekalahan pasukan kafir Quraisy dalam Perang Badar yang menyebabkan munculnya dendam terhadap kaum muslimin. Menurut As-Sirah An-Nabawiyah susunan Ibnu Hisyam, ketika kaum Quraisy kalah pada Perang Badar, tentara yang tewas dimasukkan ke dalam sebuah sumur sedangkan sisanya yang hidup kembali ke Makkah.

Karenanya, pada Perang Badar ini kafir Quraisy merencanakan serangan besar-besaran kepada pasukan muslim. Bahkan, Abu Sufyan dan para saudagar mengumpulkan harta bersama dengan golongan Ahabisy, yaitu kabilah-kabilah Arab di luar Quraisy yang telah sepakat menyerah Nabi Muhammad SAW.

Lantas, apa penyebab kekalahan pasukan muslim di Perang Uhud?

Penyebab Kalahnya Prajurit Muslim pada Perang Uhud

Mengutip dari buku Islam at War yang ditulis oleh George F Nafziger, meski jumlah antara pasukan muslim dan kafir Quraisy berbanding terbalik, ketika peperangan berlangsung kaum muslimin sempat unggul. Bahkan pasukan Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan terlihat kewalahan.

Keunggulan ini disebabkan strategi Rasulullah SAW yang menempatkan 150 pasukan pemanah di atas bukit untuk melindungi pasukan yang berada di bawah bukit. Nabi Muhammad SAW menginstruksikan pasukan pemanah dalam Perang Uhud untuk tidak berpindah dari posisi mereka dan selalu waspada, apapun yang terjadi.

Sayangnya, imbauan beliau tidak dihiraukan. Ketika pasukan Quraisy kewalahan dan korban berjatuhan, pemanah muslimin justru berbondong-bondong turun dari bukit dan berebut harta rampasan perang. Padahal, Rasulullah SAW sudah menginstruksikan mereka untuk tetap pada posisi.

Hal tersebut lantas mengakibatkan pasukan Quraisy yang sebelumnya sudah mundur menjadi kembali karena aman dari ancaman pemanah. Korban dalam Perang Uhud tercatat menjadi yang terbanyak selama Rasulullah SAW masih hidup, yaitu 72 orang.

Dalam Perang Uhud, sahabat Nabi Muhammad SAW yaitu Hamzah bin Abdul Muthalib ikut gugur. Ia dibunuh oleh Wahsyi bin Harb, seorang budak Quraisy yang kemudian masuk Islam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Penyebab Meletusnya Perang Badar, Pertempuran Besar Islam Pertama Kalinya


Jakarta

Perang Badar adalah pertempuran besar pertama kali dalam sejarah Islam. Perang yang berlangsung pada 17 Ramadan tahun ke-2 Hijriyah itu dimenangkan oleh kaum muslimin.

Ketika perang berlangsung, tentara Islam dan kafir Quraisy tidak imbang. Pasukan muslimin berjumlah 313 orang sementara tentara Quraisy mencapai 1.000 orang lebih.

Dari segi jumlah, tampaknya mustahil bagi umat Islam untuk memenangkan Perang Badar. Namun, atas kuasa Allah, para malaikat yang jumlahnya ribuan turun dan menjadi pasukan dalam pertempuran besar itu.


Dalam surat Ali Imran ayat 123-126, Allah SWT bersabda:

وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ ٱللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنتُمْ أَذِلَّةٌ ۖ فَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ إِذْ تَقُولُ لِلْمُؤْمِنِينَ أَلَن يَكْفِيَكُمْ أَن يُمِدَّكُمْ رَبُّكُم بِثَلَٰثَةِ ءَالَٰفٍ مِّنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ مُنزَلِينَ بَلَىٰٓ ۚ إِن تَصْبِرُوا۟ وَتَتَّقُوا۟ وَيَأْتُوكُم مِّن فَوْرِهِمْ هَٰذَا يُمْدِدْكُمْ رَبُّكُم بِخَمْسَةِ ءَالَٰفٍ مِّنَ ٱلْمَلَٰٓئِكَةِ مُسَوِّمِينَ وَمَا جَعَلَهُ ٱللَّهُ إِلَّا بُشْرَىٰ لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُم بِهِۦ ۗ وَمَا ٱلنَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِندِ ٱللَّهِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَكِيمِ

Artinya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya. (Ingatlah), ketika kamu mengatakan kepada orang mukmin: “Apakah tidak cukup bagi kamu Allah membantu kamu dengan tiga ribu malaikat yang diturunkan (dari langit)?” Ya (cukup), jika kamu bersabar dan bersiap-siaga, dan mereka datang menyerang kamu dengan seketika itu juga, niscaya Allah menolong kamu dengan lima ribu Malaikat yang memakai tanda. Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. Dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana,”

Menukil dari Sirah Nabawiyah susunan Abdul Hasan ‘Ali al-Hasani an-Nadwi, Nabi Muhammad memohon pertolongan kepada Allah SWT seraya berkata, “Ya Allah! Kaum Quraisy telah datang dengan pasukan dan segala kecongkakakannya. Mereka datang untuk memerangi-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, jika golongan ini (kaum muslim) binasa, maka Engkau tidak akan disembah lagi di muka Bumi ini. Ya Allah, laksanakanlah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, kami mohon pertolongan-Mu,”

Lalu, apa penyebab meletusnya Perang Badar?

Penyebab Pecahnya Perang Badar

Menurut buku Dua Pedang Pembela Nabi SAW karya Rizem Aizid, penyebab pecahnya Perang Badar ialah ketidakadilan yang dilakukan oleh orang-orang kafir Quraisy. Hal ini menyebabkan kaum muslimin harus hijrah dari Makkah ke Madinah demi menghindari tindakan zalim yang dilakukan kaum Quraisy.

Sayangnya, ketegangan dan bentrok antar keduanya semakin memanas. Bahkan setelah hijrah pun, kaum muslimin dan kafir Quraisy tetap berseteru.

Ketegangan yang makin memuncak itu menjadi lahirnya perang antara keduanya. Perang besar dimulai dengan Perang Badar.

Kemudian, penyebab lain dari pecahnya Perang Badar ini adalah balas dendam kafir Quraisy terhadap kaum muslimin. Sebelum perang besar pertama itu berlangsung, telah terjadi ‘perang’ antara keduanya dengan skala kecil, bahkan tidak dapat disebut sebagai perang.

Contohnya ketika Rasulullah memimpin 200 tentara untuk menyerang kabilah besar kafir Quraisy. Tak lama setelah itu, kaum Quraisy membalas dengan melancarkan serangan ke Madinah yang bertujuan untuk mencuri ternak kaum muslim.

Penamaan Yaum al-Furqan pada Hari Perang Badar

Merujuk pada sumber yang sama, saking pentingnya Perang Badar sampai-sampai Allah SWT menamai hari berlangsungnya pertempuran itu dengan Yaum al-Furqan yang berarti hari perbedaan. Pada saat itu, Allah SWT ingin membedakan antara yang hak dan batil.

Peperangan hebat itu berlangsung selama dua jam. Pasukan muslim berhasil menghancurkan garis pertahanan tentara Quraisy yang menyebabkan mereka mundur secara berurutan.

Allah SWT meninggikan derajat kaum muslimin dengan memenangkan peperangan yang dari segi jumlah sangat timpang.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Muhammad Ditolong Laba-Laba dan Burung Merpati di Gua Tsur


Jakarta

Saat dalam perjalanan hijrah menuju Madinah, Nabi Muhammad SAW pernah ditolong laba-laba dan burung merpati di Gua Tsur. Beliau bersembunyi di dalam gua bersama sahabat yang menemaninya berhijrah, Abu Bakar As-Shiddiq RA.

Setelah diangkat menjadi nabi dan rasul, Nabi Muhammad SAW mendapatkan berbagai perlawanan yang keji dari kaum kafir Quraisy yang saat itu berada di zaman jahiliyah. Pada masa kenabiannya, sempat terjadi beberapa perang besar dalam menegakkan agama Islam.

Mengutip dari buku Kisah Teladan dan Inspiratif 25 Nabi & Rasul karya Anita Sari dkk, dikisahkan bahwa suatu ketika kondisi di Makkah dirasa sudah tidak aman bagi umat Islam. Rasulullah SAW kemudian memerintahkan seluruh kaum muslim untuk berhijrah ke Madinah. Mulanya, beliau berangkat secara diam-diam ditemani oleh Abu Bakar RA.


Ketika dalam perjalanan menuju Madinah, Rasulullah SAW pernah bersembunyi di dalam Gua Tsur dari kejaran kaum musyrikin Makkah. Di tempat tersebut, Allah SWT menunjukkan kebesaran-Nya dengan menempatkan laba-laba dan burung merpati di Gua Tsur.

Pada saat perjalanan menuju Madinah, Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA singgah menuju Gua Tsur setelah merasakan ada sosok yang mengintai keduanya. Di situlah keduanya bersembunyi selama tiga malam lamanya.

Nabi Muhammad Ditolong Laba-Laba dan Burung Merpati

Dikisahkan dalam dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad yang disusun oleh Moenawar Khalil, kala itu kaum musyrikin mengadakan rapat untuk merundingkan cara menangkap Nabi Muhammad SAW. Mereka lalu mengutus orang-orang yang dapat menjajaki bekas tapak kaki manusia yang berjalan di atas pasir.

Tak hanya itu, mereka juga mengadakan sayembara bahwa barang siapa dapat memancung kepala Nabi Muhammad SAW sampai dapat membawanya di muka mereka, akan mendapat hadiah 100 ekor unta.

Usai menemukan bekas tapak kaki Nabi SAW dan Abu Bakar RA, ahli pencari jejak tapak kaki itu pun mengikutinya. Sesampainya di Gua Tsur, tiba-tiba bekas tapak itu berkenti dan terputus sehingga mereka pun kebingungan harus kemana selanjutnya.

Sesudah Nabi SAW dan Abu Bakar RA masuk ke dalam Gua Tsur, seketika Allah SWT menyuruh laba-laba yang berjumlah ribuan membuat sarang di muka gua serta menyuruh burung-burung merpati liar supaya bersarang dan bertelur di tempat tersebut.

Karena itulah, di depan pintu Gua Tsur dan sekitarnya penuh dengan sarang laba-laba di atasnya serta telur merpati di bawahnya. Orang-orang pencari jejak itu pun berselisih satu sama lain.

Mereka berpikir, seandainya Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA masuk ke dalam gua itu, mestinya banyak telur burung merpati yang pecah dan pasti sarang laba-laba itu hancur. Padahal, terlihat tidak satu pun telur yang pecah dan sarang laba-laba itu masih penuh di muka gua.

Salah seorang di antara mereka berkata, “Kita perlu mencoba masuk bersama-sama, coba marilah!”

Kemudian Ummayah bin Khalaf membalasnya, “Mengapa kamu hendak masuk ke dalamnya? Kalau Muhammad telah masuk, tentu sarang laba-laba itu telah luluh bukan? Ya, kalau di dalam gua itu tidak ada binatang liar dan buas atau ular berbisa. Kalau ada, tentu akan mencelakakan kamu bukan?”

Akhirnya, mereka kembali dengan tangan hampa serta hati penuh sesal. Nabi SAW yang berada di dalam gua tersebut tak sedikit pun merasa cemas maupun takut kepada mereka sebab beliau percaya bahwa Allah SWT akan memberinya pertolongan.

Abu Bakar RA kala itu mengangkatkan kepalanya ke atas dan melihat orang-orang yang sedang di atas gua, ia pun berkata kepada Nabi SAW, “Oh, jika mereka melihat kakinya ke bawah atau menundukkan kepalanya ke bawah, tentu dengan segera melihat kita ada di sini bukan?”

Rasulullah SAW pun bersabda, “Janganlah engkau menyangka bahwa aku ini sendirian bersama engkau, tetapi sesungguhnya Allah selalu bersama kita, selamanya Ia akan melindungi kita. Adapun jika mereka nanti masuk ke dalam gua ini dengan jalan melalui pintu gua itu, nanti kita melepaskan diri melalui ini (Nabi menunjukkan jarinya ke sebelah belakang).”

Padahal, sebelah belakang gua itu aslinya tidak berpintu, tetapi setelah Abu Bakar RA menoleh ke belakang, ia melihat di belakang gua itu ada pintu lebar yang dapat digunakan untuk melarikan diri dari musuh. Ia pun menjadi penuh keyakinan bahwa Allah SWT pasti akan memberi perlindungan dan pertolongan kepadanya.

Akhirnya, para pengepung dan pencari jejak itu pun bubar dan pergi dari tempat tersebut untuk kembali ke Makkah. Demikianlah bentuk pertolongan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dan Abu Bakar RA saat bersembunyi di Gua Tsur, wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Mualaf Dua Pemuka Kafir Quraisy yang Hendak Membunuh Rasulullah



Jakarta

Shafwan ibn Umayyah dan Umair ibn Wahab termasuk dua orang sahabat Rasulullah SAW. Tak banyak yang tahu bahwa keduanya adalah mantan pemuka kafir Quraisy yang pernah berniat membunuh Rasulullah SAW sebelum akhirnya memutuskan memeluk Islam.

Mengutip buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Fuad Abdurahman, diceritakan bahwa semasa Rasulullah SAW menyebarkan agama Islam, banyak kalangan yang membenci dan menentang. Termasuk kaum kafir Quraisy yang mengingkari adanya Allah SWT dan tidak percaya bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan-Nya.

Tidak sedikit pula yang berkeinginan membunuh Rasulullah SAW.


Suatu hari, dua pemuka kafir Quraisy duduk berbincang-bincang di samping Kakbah. Mereka adalah Shafwan ibn Umayyah dan Umair ibn Wahab.

Dengan sangat hati-hati Shafwan berkata, “Hai Umair, Muhammad telah membunuh ayah, paman, dan saudara kita dalam Perang Badar. Apakah kau siap pergi ke Madinah dan membunuhnya?”

“Aku ingin melakukannya, tetapi bagaimana dengan keluargaku jika aku mati atau tertangkap?” tanya Umair bimbang.

“Tenang saja. Demi Latta dan Uzza, akulah yang akan menjaga anak-anak dan keluargamu. Aku akan memenuhi kebutuhan mereka. Aku binasa jika mereka binasa. Darah mereka adalah darahku. Hidup mereka adalah hidupku. Begitu juga mati mereka adalah matiku,” beber Shafwan yang meyakini bahwa keluarga Umair akan aman bersamanya.

Umair berkata, “Baiklah kalau begitu, aku siap membunuhnya. Besok aku akan pergi ke Madinah. Aku minta, jangan bocorkan rencana ini kepada siapa pun. Hanya kita berdua yang tahu.”

“Ya, aku tidak akan mengatakannya kepada siapa pun,” kata Shafwan.

Setelah bersepakat dan berjabat tangan, Umair beranjak pergi meninggalkan Shafwan. la segera mempersiapkan hewan tunggangan dan perbekalan untuk pergi ke Madinah.

Sebagai senjata yang akan digunakan untuk membunuh Rasulullah, Umair tak lupa membaluri pedangnya dengan racun yang mematikan. Saking bahaya racun ini, pedang yang mengilap itu berubah warna menjadi abu-abu kehitaman.

Keesokan harinya, Umair pergi ke Madinah untuk melampiaskan dendamnya yang membara. la akan mencari Muhammad dan menebaskan pedangnya ke tubuh beliau.

Umair sama sekali tidak tahu bahwa saat keduanya merundingkan rencana jahat itu, Allah SWT mewahyukan kepada Rasulullah SAW tentang apa yang mereka rencanakan di samping Kakbah. Ini adalah janji Allah SWT yang akan senantiasa menjaga nabi dan Rasul utusan-Nya.

Setelah menempuh perjalanan jauh yang melelahkan, Umair tiba di Madinah. Tanpa buang waktu, ia segera mencari-cari Rasulullah SAW, tak sabar untuk segera
menebaskan pedang beracunnya pada tubuh beliau. Namun setelah berkeliling Madinah, ia tidak kunjung menemukan Rasulullah SAW. Maka Umair pun berjalan menuju Masjid Nabawi.

Dalam perjalanan menuju Masjid Nabawi, Umar ibn Khathab melihatnya dan mencurigai gerak-gerik Umair sehingga ia langsung menghunuskan pedangnya dan menghadang Umair.

Umar menanyai maksud kedatangannya ke Madinah. Karena gerak-gerik dan jawabannya mencurigakan, Umar lantas meringkus dan menyeretnya ke hadapan Rasulullah SAW yang tengah berada di masjid.

Rasulullah bertanya, “Hai Umair, apa tujuanmu datang ke sini?”

“Aku datang untuk menebus kerabatku yang tertangkap dalam Perang Badar” jawab Umair seraya berbohong.

“Kamu dusta! Sepuluh hari yang lalu kau dan Shafwan duduk di samping Kakbah merencanakan keburukan terhadapku. Shafwan berkata kepadamu begini dan begini. Kau bilang kepadanya ini dan itu. Aku tahu, saat ini kau datang untuk membunuhku Sungguh, Allah tidak akan menguasakanmu untuk membunuhku,” ujar Rasulullah SAW yang sudah tahu semua rencana jahat Umair.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW, Umair terkejut, sebab rencana mereka itu sangat rahasia. Hanya ia dan Shafwan yang mengetahuinya.

Umair bertanya, “Dari mana engkau mengetahui kejadian dan rencana yang hanya diketahui di antara aku dan Shafwan?”

“Allah Yang Mahatahu telah mengabarkannya kepadaku,” jawab Rasulullah SAW.

Mendengar ucapan Rasulullah SAW ini, Umair kemudian percaya bahwa Rasulullah SAW benar-benar utusan Allah SWT. Maka, tanpa ragu lagi ia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda bahwa kini ia menjadi orang beriman.

Kelak, beberapa tahun kemudian, Shafwan ibn Umayyah pun ikut memeluk Islam. Kisahnya bermula ketika ia dan Rasulullah SAW melihat-lihat pampasan perang
berupa binatang ternak. Shafwan memandangi ternak (ganimah) yang memenuhi celah bukit.

Rasulullah SAW memperhatikannya, lalu bertanya, “Hai Abu Wahab, sepertinya kau sangat takjub melihat hewan ternak yang memenuhi celah bukit itu?”

“Ya,” jawab Shafwan singkat.

Maka, Rasulullah SAW berkata, “Seluruh ternak itu untukmu beserta apa yang ada di celah bukit itu.”

Mendengar ujaran Rasulullah SAW, Shafwan merasa sangat senang dan hampir tidak percaya. Lalu ia berkata, “Tidak mungkin seseorang memberikan (harta) sebanyak ini,
kecuali seorang Nabi. Aku bersaksi, tidak ada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.”

Demikian kisah Shafwan dan Umair yang awalnya sangat membenci Rasulullah SAW namun atas kuasa Allah SWT, keduanya justru menjadi muslim yang beriman. Kisah ini menjadi bukti bahwa Allah SWT Maha Membolak-balikkan Hati dan juga melindungi para nabi dan rasul. Masya Allah!

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Perang Uhud, Kekalahan Pasukan Muslim karena Perpecahan



Jakarta

Perang Uhud adalah salah satu peristiwa paling signifikan dalam sejarah Islam yang terjadi pada awal periode kenabian. Peristiwa ini memiliki dampak mendalam dan banyak pelajaran yang dapat dipetik oleh umat Islam hingga saat ini.

Berikut kisah perang Uhud yang merupakan peristiwa penting dalam sejarah Islam.

Dikutip dari buku Perang Uhud (Sabtu, 15 Syawal 3 H/Januari 625 M) karya Muhammad Ridha, Perang Uhud berlangsung pada hari Sabtu, 15 Syawal 3 Hijriah atau 625 Masehi setelah sekitar satu tahun setelah Perang Badar.


Pada saat itu, Makkah adalah pusat konflik antara umat Islam dan kaum musyrikin Quraisy yang memusuhi Islam. Perang Uhud dimulai sebagai konflik bersenjata yang disebabkan oleh dendam kaum musyrikin setelah kekalahan mereka dalam Perang Badar. Sasaran utama dari kaum Quraisy adalah Hamzah bin Abdul Muthalib.

Persiapan Pertempuran

Mengutip buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik karya Mahdi Rizqullah Ahmad, dkk, perang uhud dari pihak Quraisy dipimpin oleh Abu Sufyan dengan 3000 tentara dan sejumlah wanita-wanita pelayan.

Sementara 1.000 pasukan muslimin terdiri dari gabungan orang Makkah dan Madinah. Namun, dalam perjalanan menuju Gunung Uhud, Abdullah bin Ubay salah satu pemimpin bani terbesar di kaum Quraisy membelot dan membawa 300 pasukan muslimin, karenanya sisa dari prajurit muslim yang ada hanya 700 orang.

Rasulullah SWT bermimpi mengenai apa yang akan terjadi dalam perang Uhud nanti dan menyampaikan mimpinya kepada para sahabat.

“Aku bermimpi menggerakkan pedangku, tetapi tiba-tiba bagian depannya patah. Maka itulah yang akan terjadi pada kaum Muslimin pada Perang Uhud (nanti). Kemudian, aku menggerakkannya kembali lalu pedang itu kembali sempurna seperti semula. Maka, itulah yang akan dikaruniakan Allah kepada kaum Muslimin pada saat penaklukan (Kota Makkah) kelak dan pada hari berkumpulnya orang-orang yang beriman. Aku juga melihat seekor sapi. Demi Allah, sapi itu dalam keadaan sangat bagus. Maka sapi itu adalah kaum Muslimin pada waktu Perang Uhud.”

Rasulllah SAW menafsirkan mimpinya sebagai kekalahan dan banyaknya korban dari para sahabatnya.

Kemudian, Rasulullah SAW mengadakan musyarawarah dengan para sahabatnya untuk mengevaluasi strategi yang akan mereka pakai. Perang Uhud dipimpin langsung oleh Rasulullah SAW.

Ketika Pertempuran Berlangsung

Dikutip dari buku 60 Orang Besar di Sekitar Rasulullah SAW karya Khalis Muhammad Khalid, peperangan pun dimulai. Di medan perang, Hamzah dan kaum Muslimin terus menghantam kaum Quraisy itu hingga semakin dekat dengan kemenangan yang besar.

Namun, pasukan berkuda kaum Quraisy datang dari arah belakang saat mereka lalai. Meskipun kaum Muslimin telah kembali menyatukan barisan, tapi kekuatan mereka kalah dengan kekuatan kaum Quraisy.

Kemudian, salah satu budak yang handal memadah dari Habsyi yang bernama Wahsyi ini mengintai Hamzah dari pepohonan.

Wahsyi pun melempar pedangnya hingga mengenai perut Hamzah dan akhirnya menewaskan Hamzah.

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, kaum Muslimin berusaha untuk mempertahankan posisi dan melindungi Nabi Muhammad SAW dengan sekeras mungkin hingga mengakibatkan banyak korban jiwa berjatuhan termasuk sahabat dan keluarga Nabi.

Pelajaran dari Perang Uhud

Dikutip dari buku Ketika Rasulullah Harus Berperang karya Ali Muhammad Ash-Shallabi, pelajaran yang dapat diambil dari peristiwa perang Uhud yaitu:

– Memotivasi untuk bersungguh-sungguh dan giat di medan perang

– Memotivasi untuk bersabar ketika berperang dan berhadapan dengan musuh

– Menjelaskan dampak buruk perpecahan dan konflik

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Perang Badar, Salah Satu Pertempuran Besar dalam Sejarah Islam



Jakarta

Perang Badar terjadi pada 17 Ramadhan tahun kedua Hijriah. Pertempuran ini disebut terbesar yang pertama dalam sejarah Islam.

Kala itu, jumlah pasukan kaum muslimin dan kafir Quraisy tidak seimbang. Penyebab meletusnya sendiri ialah karena perseteruan umat Islam dengan kaum Quraisy yang musyrik, seperti dijelaskan dalam Kitab As-Sirah an-Nabawiyah tulisan Abul Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi.

Kaum Quraisy kerap kali berupaya memerangi Islam. Mereka menghalangi jalan Allah SWT dan membuat berbagai kesulitan terhadap kaum muslimin.


Saat Perang Badar, pasukan muslimin berjumlah 313 orang, sementara tentara Quraisy mencapai 1.000 orang lebih.

Mengutip Ar-Rahiq al-Makhtum-Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Perang Badar terjadi saat pasukan Madinah menghadang kafilah dagang Quraisy yang pulang dari Syam menuju Makkah.

Kafilah dagang Quraisy itu membawa harta kekayaan penduduk Makkah yang jumlahnya melimpah, yaitu sebanyak 1.000 unta membawa harta benda yang nilainya tidak kurang dari 5.000 dinar emas. Hal ini jadi kesempatan emas bagi pasukan Madinah untuk melancarkan pukulan yang telak bagi orang-orang kafir Quraisy. Ini menjadi serangan dalam bidang politik, ekonomi, dan militer.

Karenanya, Nabi Muhammad SAW mengumumkan kepada orang-orang muslim seraya mengatakan,

“Ini adalah kafilah dagang Quraisy yang membawa harta benda mereka. Hadanglah kafilah itu, semoga Allah SWT memberikan barang rampasan itu kepada kalian.”

Akhirnya, hal tersebut menyebabkan Perang Badar pecah. Tanpa rasa takut, Nabi Muhammad SAW dan pasukannya berangkat dari Madinah menuju medan pertempuran.

Dengan taktik dan siasat dari Rasulullah SAW pasukan Islam sampai terlebih dahulu ke mata air Badar. Hal ini menjadi taktik dan siasat bagi pasukan muslim supaya mereka memiliki cadangan air di tengah lembah gurun Badar.

Hingga akhirnya peperangan pun dimulai. Orang pertama yang menjadi korban ialah Al-Aswad bin Abdul Asad Al-Makhzumi ia adalah seorang laki-laki yang kasar dan buruk akhlaknya.

Ia keluar barisan dan mengancam pasukan muslim, ia datang untuk merebut mata air dan mengambil air minum. Namun kedatangannya langsung disambut oleh Hamzah bin Abdul Muthalib.

Setelah saling berhadapan Hamzah langsung menebas kaki Al-Aswad di bagian betis hingga putus, ia pun lalu merangkak dan tercebur ke dalamnya. Tetapi secepat kilat Hamzah berhasil menyerangnya dan membuatnya meninggal dunia.

Setelah itu, perang pun pecah dan orang Quraisy kehilangan 3 orang penunggang kuda yang merupakan komando pasukan mereka. Hal itu, membuat pasukan Quraisy murka dan menyerang pasukan muslim dengan membabi buta.

Di sisi lain, Rasulullah SAW berdoa kepada Allah SWT dan memohon kemenangan, hingga akhirnya Rasulullah SAW dilanda rasa kantuk. Dalam riwayat Muhammad bin Ishaq disebutkan: “Rasulullah SAW bersabda, “Bergembiralah wahai Abu Bakar. Telah datang pertolongan Allah SWT kepadamu. Inilah Jibril yang datang sambil memegang tali kekang kuda yang ditungganginya di atas gulungan-gulungan debu.”

Orang-orang muslim pun bertempur dengan bantuan para malaikat. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Sa’d dari Ikrimah, dia berkata, “Pada saat itu ada kepala orang musyrik yang terkulai, tanpa diketahui siapa yang telah membabatnya. Ada pula tangan yang putus, tanpa diketahui siapa yang membabatnya.” Hingga akhirnya pasukan muslim pun menang dan orang Quraisy mundur dari pertempuran.

Saking pentingnya Perang Badar Allah SWT bahkan menamai hari berlangsungnya pertempuran itu dengan Yaum al-Furqan. Maknanya sendiri ialah hari perbedaan. Kala itu, Allah SWT ingin membedakan antara yang hak dan batil.

Peperangan hebat itu berlangsung selama dua jam. Pasukan muslim berhasil menghancurkan garis pertahanan tentara Quraisy yang menyebabkan mereka mundur secara berurutan.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Sejarah Perang Uhud dan Tewasnya Pasukan Muslim



Jakarta

Perang Uhud adalah salah satu peristiwa bersejarah dalam Islam. Pertempuran ini juga menjadi pembelajaran bagi kaum muslimin karena lalai.

Perang ini berlangsung pada 15 Syawal 3 Hijriah atau 625 Masehi. Peristiwa tersebut berlangsung satu tahun setelah Perang Badar.

Menukil dari buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-sumber yang Otentik oleh Mahdi Rizqullah Ahmad dkk, kala itu pihak Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan membawa 3.000 tentara serta beberapa wanita pelayan.


Sementara itu, pasukan muslim terdiri dari 1.000 gabungan penduduk Makkah dan Madinah. Namun, dalam perjalanan menuju Gunung Uhud salah seorang pemimpin bani terbesar Quraisy yang bernama Abdullah bin Ubay membelot hingga membawa 300 pasukan muslim. Artinya, sisa prajurit Islam hanya 700 orang.

Dikisahkan dalam buku Sang Panglima Tak Terkalahkan Khalid bin Walid susunan Hanatul Ula Maulidya, pasukan muslim harus terus maju dan mengalahkan kafir Quraisy. Perang Uhud sendiri dijadikan senjata balas dendam besar-besaran akibat kekalahan kafir Quraisy pada Perang Badar.

Akhirnya, Rasulullah SAW menempatkan sebanyak 50 pasukan pemanah di atas Gunung Uhud untuk melakukan serangan apabila pasukan berkuda kafir Quraisy menyerbu. Ia berpesan agar prajurit yang berada di atas gunung tidak meninggalkan tempat apa pun yang terjadi.

Pasukan kafir Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan bin Harb mulanya terkalahkan. Pasukan muslim mengungguli awal pertempuran.

Namun, ketika pasukan pemanah di atas bukit melihat harta rampasan perang maka kondisi langsung berbalik. Kala itu, beberapa prajurit berkata sambil teriak,

“Harta rampasan. Kita sudah menang! Apalagi yang kita tunggu?”

Hal tersebut menyebabkan pasukan pemanah lainnya ikut turun mengambil harta rampasan perang. Akhirnya, komandan pasukan pemanah Abdullah bin Jubair mengingatkan prajuritnya akan pesan Nabi SAW kepada mereka.

Alih-alih mendengarkan sang komandan, prajurit pemanah itu justru tetap mengambil harta rampasan. Akhirnya, kesempatan tersebut dijadikan senjata bagi pasukan kafir Quraisy untuk menyerang pasukan muslim.

Pada Perang Uhud, Hamzah yang merupakan paman Rasulullah SAW terbunuh. Ini disebabkan salah seorang budak bernama Wahsyi yang mengintainya dan menombak beliau hingga mengenai perutnya.

Mengutip dari Sirah Nabawiyah oleh Ibnu Hisyam yang diterjemahkan Fadhli Bahri, Ibnu Ishaq mengatakan bahwa para sahabat Nabi SAW yang terbunuh di Perang Uhud sekitar 60 orang.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com