Tag Archives: kalender hijriah

Bagaimana Ulama Menentukan 1 Muharram? Ini Metodenya


Jakarta

Tahun Baru Islam jatuh pada 1 Muharram. Penentuan 1 Muharram menggunakan beberapa metode, hal ini memungkinkan adanya perbedaan di sejumlah wilayah.

Kerajaan Arab Saudi menetapkan 1 Muharram 1447 H jatuh pada Kamis, 26 Juni 2025. Sementara itu, Indonesia baru memasuki Tahun Baru Islam pada Jumat, 27 Juni 2025.

“Mahkamah Agung hari ini mengeluarkan pernyataan yang mengumumkan bahwa Kamis, 26 Juni 2025, akan menandai hari pertama Muharram 1447 H,” lapor SPA, Rabu (25/6/2025).


Cara Ulama Menentukan 1 Muharram

Secara garis besar, ada dua metode yang digunakan dalam menentukan awal bulan Hijriah, termasuk 1 Muharram. Para ulama menggunakan metode hisab dan rukyat. Berikut penjelasannya.

1. Menggunakan Metode Hisab

Metode hisab adalah metode penentuan awal bulan berdasarkan perhitungan astronomi. Dijelaskan dalam buku Hisab & Rukyat karya Riza Afrian Mustaqim, penganut hisab bersandar pada surah Ar Rahman ayat 5 dan Yunus ayat 5 bahwa Allah SWT menahkikkan benda langit seperti Bulan dan Matahari berotasi pada orbitnya secara tetap sesuai ketentuan-Nya. Para ahli hisab memandang peredaran benda langit dapat diperhitungkan secara pasti dan memiliki akurasi yang baik.

Selain itu, penggunaan metode hisab juga mengacu hadits nabi yang memerintahkan penggenapan (istikmal) 30 hari.

Metode hisab digunakan dalam menyusun kalender Hijriah. Beberapa di antaranya Kalender Ummul Qura yang digunakan di Arab Saudi dan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) yang resmi digunakan PP Muhammadiyah mulai tahun ini.

2. Menggunakan Metode Rukyat

Para ulama juga menggunakan metode rukyat untuk menentukan awal bulan Kamariah. Dalam ilmu falak, rukyat merujuk pada pengamatan hilal setelah terjadinya ijtimak (konjungsi). Proses rukyatul hilal dilakukan secara langsung baik dengan mata telanjang maupun alat bantu optik.

Dalil penggunaan metode rukyat mengacu pada sejumlah hadits, salah satunya sabda Rasulullah SAW,

صُومُوا لِرُؤْيَتِهِ وَأَفْطِرُوا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ عُبِيَ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِينَ

Artinya; “Berpuasalah (Ramadan) karena melihat tanggal (1 Ramadan). Dan berbukalah (mengakhiri puasa Ramadan) karena melihat tanggal (1 Syawal). Apabila kamu terhalangi, sehingga tidak dapat melihatnya maka sempurnakanlah bilangan Sya’ban tiga puluh hari”. (HR Bukhari Muslim dari Abu Hurairah)

Pemerintah Indonesia menggunakan metode ini dalam menentukan awal bulan Hijriah dengan tetap mempertimbangkan data hisab. Metode rukyat juga digunakan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU).

(kri/dvs)



Sumber : www.detik.com

Tanggal Hijriah Hari Ini 4 Juli 2025, Cek Konversi Sebulan di Sini



Jakarta

Kalender hijriah disebut juga dengan kalender Islam. Penanggalan ini menjadi acuan dalam menentukan hari-hari penting dan waktu ibadah dalam Islam. Tanggal 4 Juli 2025 jatuh pada tanggal berapa dalam kalender Hijriah?

Kalender Hijriah merupakan kalender yang sistemnya dimulai sejak masa kekhalifahan Umar bin Khattab dan tahun pertamanya dimulai pada saat Nabi Muhammad SAW melakukan perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah yakni pada tahun 622 Masehi.

Melansir buku Kalender Agama Abrahamik tulisan Fathor Rausi menjelaskan tentang penentuan awal bulan Hijriah sangat erat kaitannya dengan ritual ibadah sehingga sangat kental dengan nuansa fiqh. Penentuan awal bulan Hijriah terus berkembang mengikuti tuntutan zaman, karena pada dasarnya hukum Islam (fiqh) bersifat elastis dan tidak kaku dalam merespons perkembangan zaman. Elastisitas fiqh melahirkan ragam gagasan ulama yang ditawarkan dalam kancah akademik.


Penentuan awal bulan Hijriah secara fiqh ditempuh dengan cara observasi hilal (ru’yah al-hilal) dan menyempurnakan umur bulan menjadi 30 hari (istikmal). Cara kedua merupakan alternatif manakala hilal tidak berhasil dirukyat karena keadaan langit mendung atau hilal memang belum lahir. Observasi hilal dan istikmal adalah dua cara penentuan awal bulan Hijriah yang disepakati oleh fuqaha (ittifaq).

Kalender Hijriah juga mengacu pada perputaran Bulan mengelilingi Bumi, sedangkan kalender Masehi berdasarkan pada revolusi Bumi mengelilingi Matahari.

Hasil Konversi Tanggal Hijriah Bulan Juli 2025

Tanggal Hijriah perlu dikonversi terlebih dulu untuk mengetahui kesesuaian antara kalender Hijriah dengan kesesuaian dengan tanggal hari ini. Berikut rincian hasil konversi tanggal hijriah dalam bulan Juli 2025.

1 Juli 2025: 5 Muharram 1447 H
2 Juli 2025: 6 Muharram 1447 H
3 Juli 2025: 7 Muharram 1447 H
4 Juli 2025: 8 Muharram 1447 H
5 Juli 2025: 9 Muharram 1447 H
6 Juli 2025: 10 Muharram 1447 H
7 Juli 2025: 11 Muharram 1447 H
8 Juli 2025: 12 Muharram 1447 H
9 Juli 2025: 13 Muharram 1447 H
10 Juli 2025: 14 Muharram 1447 H
11 Juli 2025: 15 Muharram 1447 H
12 Juli 2025: 16 Muharram 1447 H
13 Juli 2025: 17 Muharram 1447 H
14 Juli 2025: 18 Muharram 1447 H
15 Juli 2025: 19 Muharram 1447 H
16 Juli 2025: 20 Muharram 1447 H
17 Juli 2025: 21 Muharram 1447 H
18 Juli 2025: 22 Muharram 1447 H
19 Juli 2025: 23 Muharram 1447 H
20 Juli 2025: 24 Muharram 1447 H
21 Juli 2025: 25 Muharram 1447 H
22 Juli 2025: 26 Muharram 1447 H
23 Juli 2025: 27 Muharram 1447 H
24 Juli 2025: 28 Muharram 1447 H
25 Juli 2025: 29 Muharram 1447 H
26 Juli 2025: 1 Safar 1447 H
27 Juli 2025: 2 Safar 1447 H
28 Juli 2025: 3 Safar 1447 H
29 Juli 2025: 4 Safar 1447 H
30 Juli 2025: 5 Safar 1447 H
31 Juli 2025: 6 Safar 1447 H

Perhitungan Hijriah dan Masehi Berbeda

Kalender Hijriah memiliki sistem perhitungan yang berbeda dengan kalender Masehi. Melansir laman IAIN Tuban, kalender Masehi mendasarkan perhitungan pada peredaran Bumi mengitari Matahari, sementara kalender Hijriah mengacu pada peredaran Bulan mengitari Bumi.

Dilansir detikSulsel, KH. Shofiyulloh, seorang ahli ilmu falak NU menjelaskan bahwa kalender Masehi dalam menyatakan panjang satu tahunnya didasarkan siklus tropis Matahari, yaitu 365,2222 hari. Dalam setahun dibagi menjadi 12 bulan. Januari terdiri dari 31 hari, Februari 28/29 hari, Maret 31 hari, April 30 hari, Mei 31 hari, Juni 30, Juli 31 hari, Agustus 31 hari, September 30 hari, Oktober 31 hari, November 30 hari, dan Desember 31 hari.

Khusus Februari, pada saat tahun basithah umur Bulan 28 hari, sementara saat tahun kabisat 29 hari. Dalam perhitungan kalender Masehi Gregori, setiap 4 tahun sekali ada tahun kabisat. Yakni tahun abad (ratusan atau ribuan) baru dianggap tahun kabisat jika habis dibagi 400 tahun.

Sementara pada kalender Hijriah, panjang satu tahunnya berdasarkan 12 kali siklus sinodis bulan atau 12 kali fase bulan yang sama/hilal. Siklus sinodis Bulan bervariasi, rata-ratanya 29,53 hari. Sehingga umur Bulan dalam satu bulan Hijriah terkadang 29 hari, terkadang 30 hari. Tidak tentu, tergantung apakah saat tanggal 29 hilal terlihat atau tidak.

Sehingga pada kalender Hijriah, dalam setahun umur harinya terkadang 354 hari dan terkadang 355 hari.

Selengkapnya baca di sini.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kapan Bulan Safar 1447 H? Cek Kalender Hijriahnya di Sini



Jakarta

Penanggalan Hijriah atau kalender Islam memiliki peran penting dalam kehidupan umat Islam, terutama dalam menentukan waktu-waktu ibadah seperti puasa, haji, dan hari-hari besar Islam. Salah satu bulan dalam kalender Hijriah akan dilalui adalah bulan Safar, bulan kedua setelah Muharram.

Merujuk Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 oleh Kementerian Agama (Kemenag) tercatat 1 Safar 1447 H bertepatan dengan hari Sabtu, 26 Juli 2025. Kemudian, 30 Safar 1447 H jatuh pada Ahad, 24 Agustus 2025.

Penetapan 1 Safar 1447 H Versi Kemenag

Berdasarkan kalender Hijriah resmi Kementerian Agama RI, 1 Safar 1447 H jatuh pada hari Sabtu, 26 Juli 2025. Namun, perlu dipahami bahwa dalam sistem penanggalan Hijriah, pergantian hari dimulai sejak terbenamnya matahari, bukan tengah malam seperti dalam kalender Masehi.


Dengan demikian, bulan Safar 1447 H sebenarnya dimulai sejak Jumat petang, 25 Juli 2025, meskipun secara tanggal masehi tercatat sebagai hari Sabtu.

Berikut ini rincian kalender bulan Safar 1447 H

Sabtu, 26 Juli 2025: 1 Safar 1447 H

Ahad, 27 Juli 2025: 2 Safar 1447 H

Senin, 28 Juli 2025: 3 Safar 1447 H

Selasa, 29 Juli 2025: 4 Safar 1447 H

Rabu, 30 Juli 2025: 5 Safar 1447 H

Kamis, 31 Juli 2025: 6 Safar 1447 H

Jumat, 1 Agustus 2025: 7 Safar 1447 H

Sabtu, 2 Agustus 2025: 8 Safar 1447 H

Ahad, 3 Agustus 2025: 9 Safar 1447 H

Senin, 4 Agustus 2025: 10 Safar 1447 H

Selasa, 5 Agustus 2025: 11 Safar 1447 H

Rabu, 6 Agustus 2025: 12 Safar 1447 H

Kamis, 7 Agustus 2025: 13 Safar 1447 H

Jumat, 8 Agustus 2025: 14 Safar 1447 H

Sabtu, 9 Agustus 2025: 15 Safar 1447 H

Ahad, 10 Agustus 2025: 16 Safar 1447 H

Senin, 11 Agustus 2025: 17 Safar 1447 H

Selasa, 12 Agustus 2025: 18 Safar 1447 H

Rabu, 13 Agustus 2025: 19 Safar 1447 H

Kamis, 14 Agustus 2025: 20 Safar 1447 H

Jumat, 15 Agustus 2025: 21 Safar 1447 H

Sabtu, 16 Agustus 2025: 22 Safar 1447 H

Ahad, 17 Agustus 2025: 23 Safar 1447 H

Senin, 18 Agustus 2025: 24 Safar 1447 H

Selasa, 19 Agustus 2025: 25 Safar 1447 H

Rabu, 20 Agustus 2025: 26 Safar 1447 H

Kamis, 21 Agustus 2025: 27 Safar 1447 H

Jumat, 22 Agustus 2025: 28 Safar 1447 H

Sabtu, 23 Agustus 2025: 29 Safar 1447 H

Ahad, 24 Agustus 2025: 30 Safar 1447 H.

Tentang Bulan Safar

Dikutip dari buku Doa dan Zikir Sepanjang Tahun karya H. Hamdan Hamedan, bulan Safar merupakan bulan kedua dalam kalender Hijriyah. Menurut Ibnu Katsir, Safar memiliki arti ‘sepi’ atau ‘sunyi’ sesuai dengan keadaan masyarakat Arab yang selalu sepi pada bulan Safar.

Sebagian ulama menyebutkan bahwa penamaan ini berasal dari kebiasaan orang Arab di masa jahiliyah yang meninggalkan rumah-rumah mereka dalam keadaan kosong untuk pergi berperang atau berdagang pada bulan ini.

Namun, di balik asal-usul nama tersebut, bulan Safar sering dikaitkan dengan berbagai mitos, kepercayaan keliru, bahkan dianggap sebagai bulan sial oleh sebagian masyarakat. Padahal, dalam pandangan Islam, tidak ada bulan yang membawa kesialan, termasuk bulan Safar.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak ada penyakit menular (dengan sendirinya), tidak ada thiyarah (menganggap sial sesuatu hingga tidak jadi beramal), tidak ada kesialan karena burung hamah, tidak ada kesialan pada bulan Safar.” (HR Bukhari)

Hadits ini menegaskan bahwa Rasulullah SAW menolak kepercayaan tentang kesialan di bulan Safar.

Ibn Rajab al-Hanbali menjelaskan bahwa maksud “laa shafara” adalah tidak ada keyakinan bahwa bulan Safar membawa pengaruh buruk.

Allah SWT telah menjadikan semua bulan dalam setahun sebagai bagian dari ketentuan-Nya, tidak ada bulan yang buruk ataupun baik secara khusus, kecuali yang Allah dan Rasul-Nya sebutkan (misalnya bulan Ramadhan sebagai bulan penuh berkah).

Dalam surat At-Taubah ayat 36, Allah SWT berfirman,

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya: Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.

Ayat ini menegaskan bahwa semua bulan adalah ciptaan Allah, dan tidak ada satu pun bulan yang mengandung kesialan atau keberuntungan kecuali yang ditentukan Allah.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Maulid Nabi 2025 Berapa Hijriah?


Jakarta

Maulid Nabi Muhammad SAW dilakukan setiap tahun pada tanggal 12 Rabiul Awal, yaitu bulan ketiga dalam kalender Hijriah. Pada hari tersebut, umat Islam mengenang kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam).

Namun, banyak umat Islam yang bertanya-tanya, Maulid Nabi 2025 jatuh pada tanggal berapa dalam kalender Hijriah?


Maulid Nabi 2025 dalam Kalender Hijriah dan Masehi

Merujuk Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag RI). Pada 2025, Maulid Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan tahun 1447 Hijriah

Berdasarkan perhitungan kalender Hijriah yang disesuaikan dengan kalender Masehi, Maulid Nabi 1447 Hijriah jatuh pada Jumat, 5 September 2025 Masehi. Tanggal tersebut bertepatan dengan 12 Rabiul Awal 1447 Hijriah.

Dengan demikian, peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 2025 akan dilaksanakan pada tanggal tersebut.

Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Dikutip dari buku Ahlussunnah Wal Jamaah (Edisi Revisi 2022): Islam Wasathiyah, Tasamuh, Cinta Damai karya A. Fatih Syuhud, Nabi Muhammad SAW sendiri tidak pernah mengadakan perayaan khusus untuk kelahirannya. Di masa para sahabat pun tidak ada yang merayakan hari kelahiran Rasulullah SAW.

Tradisi memperingati Maulid Nabi sudah berlangsung sejak berabad-abad lalu. Menurut suatu pendapat, peringatan ini pertama kali dikenal pada masa Dinasti Fatimiyah di Mesir sekitar abad ke-10 M. Kemudian, kebiasaan ini menyebar ke berbagai negeri Islam, termasuk ke Nusantara melalui para ulama dan wali.

Di Indonesia, Maulid Nabi sering diperingati dengan berbagai kegiatan keagamaan, seperti pembacaan sholawat, dzikir bersama, pengajian, hingga acara sosial kemasyarakatan.

Peringatan Maulid Nabi bukan sekadar mengenang kelahiran Rasulullah SAW, tetapi juga menjadi momentum untuk meneladani akhlak, perjuangan, dan ajaran beliau. Allah SWT memuji akhlak Rasulullah dalam Al-Qur’an surah Al-Qalam ayat 4,

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi pekerti yang agung.”

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga bersabda, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad)

Dengan memperingati Maulid Nabi, umat Islam diingatkan kembali untuk memperkuat kecintaan kepada Rasulullah SAW, mengamalkan sunnahnya, serta mempererat ukhuwah islamiyah.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Bulan Muharram 1445 H: Menyikapi Tahun Baru Islam


Jakarta

Muslim mulai memasuki hari Jumat pertama di bulan Muharram 1445 H. Masih dalam momen Tahun Baru Islam, tidak ada salahnya khutbah Jumat masih mengangkat tema bagaimana cara menyikapi lembaran baru di tahun Hijriah ini.

Oleh karena itu berikut ini adalah contoh khutbah Jumat Bulan Muharram yang bisa dijadikan referensi oleh khatib. Khutbah berikut dikutip dari tulisan Penyuluh Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag) Kecamatan Bojong Genteng Yudi Yansyah melalui laman resmi Kemenag Kanwil Kabupaten Sukabumi.

Contoh Teks Khutbah Jumat Bulan Muharram 1445 H

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ، وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ، وَمَوْلَنَا مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ وَمَوَّالَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.


اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ دَعَا بِدَعْوَتِهِ اِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.

وَقَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَهُوَ أَصْدَقُ الْقَائِلِيْنَ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ :يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ (آل عمران: 102).

وَقَالَ فِي أَيَةٍ أُخْرَى : كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آل عمران : 185).

Hadirin rahimakumullah,

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita kekuatan keimanan, ketaqwaan dan kesehatan. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya, dan kepada semua pengikutnya yang setia sampai akhir zaman.

Pada saat ini sampailah kita kepada hari yang dimuliakan oleh Allah SWT yang disebut sebagai Sayyidul Ayyam (induk dari segala hari), Allah SWT masih memberikan umur panjang sampai saat ini. Allah SWT juga telah memberikan nikmat sehat serta nikmat istiqamah di dalam hati kita. Sehingga dengan nikmat tersebut, ringan melangkahkan kaki menyambut seruan azan, datang memenuhi panggilan Allah, menunaikan salat fardhu pada hari yang mulia ini.

Untuk itu kita bersyukur kepada Allah dengan memperbanyak mengucapkan hamdalah (alhamdulillahi robbil ‘alamin). Bersyukur dengan perbuatan, senantiasa istiqomah melaksanakan segala perintah Allah, dan menjauhi segala larangan-Nya.

Selanjutnya, sholawat mari kita bacakan untuk Nabi Muhammad SAW. Mudah-mudahan dengan memperbanyak sholawat, dalam kehidupan kita diberikan istiqamah, dan di akhir hayat ditutup dengan husnul khatimah, dan ketika menghadap Allah SWT mendapatkan syafaatnya, insya Allah. Aamiin.

Hadirin rahimakumullah,

Mari kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT, di mana pun dan kapan pun kita berada, karena kita tidak mengetahui kapan ajal akan tiba. Ketika saat ajal telah mendekat, segala harta dan kedudukan tidak akan berguna lagi, demikian pula taubat dan penyesalan.

Alhamdulillah, pada hari Rabu, kita telah sampai pada akhir hari bulan Zulhijah 1444 Hijriah. Kemudian Allah SWT memberikan kita kesempatan untuk memasuki awal bulan Muharram 1445 Hijriah.

Mari kita merenungkan arti dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari kesempatan hidup yang Allah berikan, sehingga kita dapat memulai awal Muharram 1445 Hijriah dengan semangat baru.

Pelajaran terbesar yang bisa kita ambil adalah bahwa Allah masih memberi kita kesempatan untuk melakukan introspeksi diri secara menyeluruh. Kita harus mengevaluasi keimanan, keislaman, ibadah, akhlak mulia, hubungan sosial, peningkatan ilmu, kewajiban, tanggung jawab, manajemen waktu, gaya hidup, dan semua aspek kehidupan kita selama tahun sebelumnya.

Introspeksi diri adalah kunci utama dalam kehidupan. Dengan merenungkan diri kita, kita dapat mengetahui kelemahan dan kelebihan kita di masa lalu, melakukan perbaikan hari ini, dan merencanakan masa depan.

Melalui introspeksi diri, kita dapat menutupi kelemahan masa lalu dan meningkatkan kualitas diri pada hari ini dan masa depan. Hidup kita akan terus berkembang menuju arah yang benar dan lurus.

Dengan melakukan introspeksi diri, kita dapat memahami hakikat dan persoalan diri dengan jelas, menilai amal yang telah kita lakukan, dan meningkatkan kapasitas diri sebagai bekal untuk perjalanan panjang dan pasti menuju akhirat.

Introspeksi diri adalah kekayaan yang harus kita miliki, karena sangat penting dalam menjalankan kehidupan ini. Seperti yang dikatakan oleh Khalifah Umar RA,

حَاسِبُوْا أَنْفُوْسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا

Bacaan latin: Hasibu anfusakum qabla an tuhasabu.

Artinya: Hisablah, hitung-hitunglah diri kamu sebelum kamu dihisab oleh Allah SWT.

وَزِنُوْاهَا قَبْلَ أَنْ تُزَانُوْا

Bacaan latin: Wazinuha qabla an tuzanu.

Artinya: Timbang-timbang amal kamu sebelum amal kamu ditimbang oleh Allah SWT.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Mari kita bersiap untuk menghadapi hari di mana seluruh umat manusia akan dikumpulkan di padang mahsyar di masa depan. Di sana, Allah akan meminta pertanggungjawaban atas segala keyakinan, iman, perkataan, dan perbuatan kita secara mendetail dan lengkap, tidak ada yang terlupakan. Apabila amal perbuatan kita baik, Allah akan memberikan balasan yang baik pula. Namun, jika amal perbuatan kita buruk, maka balasan yang diterima juga akan sesuai dengan hal tersebut.

Hadirin rahimakumullah,

Dalam kehidupan ini, ada tiga hal yang perlu kita refleksikan dan hitung-hitung, yaitu pertama, agama, yaitu Islam. Kita perlu bertanya pada diri sendiri sejauh mana pemahaman dan pengamalan kita terhadap ajaran agama ini. Sejauh mana kita menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW, yang merupakan sumber utama ajaran agama?

Hadirin rahimakumullah,

Tentang masalah agama ini, kita harus selalu menghidupkan semangat belajar dalam diri. Karena agama Islam adalah ilmu, dan ilmu tidak akan kita peroleh kecuali dengan proses belajar dan mempelajarinya. Para ulama telah merumuskan ilmu agama Islam dengan cara yang sangat ilmiah, rinci, dan sistematis, sehingga memudahkan kita untuk memahami dan mengamalkannya. Secara keseluruhan, ilmu agama yang harus dipelajari dan diamalkan mencakup iman, akidah, ibadah, akhlak, muamalah, masalah keluarga, dan syariah.

Hadirin yang dirahmati Allah SWT,

Selanjutnya, terkait dengan urusan dunia, terdapat tiga hal yang perlu kita pertimbangkan.

Pertama, bagaimana cara kita menghadapi kehidupan dunia ini? Apakah kita mencintainya dengan berlebihan dan menjadikannya sebagai tujuan utama dalam hidup? Ataukah kita menganggap berbagai fasilitas dunia, seperti uang, rumah, dan kendaraan, hanya sebagai sarana untuk menjalani kehidupan, sementara cinta kita pada Allah SWT dan rasul-Nya lebih utama? Ingatlah, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita bahwa menghindari keserakahan terhadap dunia adalah kunci mendapatkan cinta Allah.

Kedua, perhatikan dari mana asal usul semua harta yang kita miliki. Apakah harta yang kita peroleh benar-benar berasal dari sumber yang halal, tidak dicampuri dengan yang haram seperti riba, penipuan, pencurian, atau hal-hal yang diragukan (syubhat)? Karena harta yang haram dan syubhat dapat menyebabkan hati menjadi sakit dan doa-doa kita tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT.

Akibatnya, keberkahan hidup kita di dunia akan hilang, dan di akhirat nanti kita akan menghadapi hukuman dari Allah SWT. Oleh karena itu, Allah SWT dan Rasul-Nya memerintahkan kita untuk mengonsumsi, menggunakan, dan memanfaatkan harta dari sumber yang halal dan yang telah diizinkan oleh-Nya.

Ketiga, bagaimana kita menggunakan dan memanfaatkan harta yang Allah SWT anugerahkan kepada kita? Meskipun harta yang kita peroleh berasal dari cara yang halal dan jenisnya pun halal, bukan berarti kita bisa menggunakannya secara sembarangan. Islam mengatur sistem pengeluaran, distribusi, dan pemanfaatan harta. Sebenarnya, harta yang Allah SWT titipkan kepada kita adalah modal untuk tujuan akhirat.

Oleh karena itu, Allah SWT mendorong kita untuk membelanjakan harta-Nya di jalan-Nya setelah memenuhi kewajiban-kewajiban yang ada, seperti zakat, nafkah, infak, sedekah, wasiat, dan sejenisnya. Dengan cara ini, harta yang Allah anugerahkan dapat bermanfaat bagi kepentingan akhirat.

Hadirin rahimakumullah,

Selanjutnya, masalah akhirat yang akan menjadi tempat tinggal kita selamanya. Terkait dengan hal ini, hanya ada dua kata kunci: ikhlaskan niat kita hanya karena Allah SWT dalam segala ucapan dan amal yang saleh, sebanyak mungkin yang kita bisa lakukan.

Oleh karena itu, hidup kita harus berfokus pada akhirat dan tidak boleh lebih mencintai dunia daripada akhirat, karena dunia akan musnah, termasuk jasad kita sendiri, sementara akhirat adalah keabadian yang abadi. Selain itu, jadikanlah kesuksesan di akhirat sebagai standar utama kesuksesan yang sejati.

Allah SWT berfirman,

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ (آل عمران : 185)

Artinya: “Semua yang bernyawa pasti mati. Nanti pada hari kiamat (akhirat) akan disempurnakan pahala kalian. Siapa yang dijauhkan (pada hari itu) dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh dialah yang sukses. Dan tidak adalah kehidupan dunia ini melainkan kenikmatan yang menipu.” (QS Ali-Imran: 185)

Hadirin yang diberkahi Allah SWT,

Mari kita bersyukur atas nikmat umur yang telah diberikan Allah kepada kita, sehingga kita bisa menghirup udara segar di bulan Muharram 1445 Hijriah tahun ini. Mari kita lakukan introspeksi diri (muhasabatun nafsi).

Semoga Allah memudahkan langkah kita untuk meningkatkan kualitas dalam agama, dunia, dan akhirat di tahun 1445 Hijriyah ini, dan semoga hidup kita pada tahun ini menjadi lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya. Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Demikian contoh khutbah Jumat bulan Muharram ketika memasuki tahun baru Islam. Semoga bermanfaat.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com