Tag Archives: kaum ad

Misteri Kota Maju yang Hilang Sekejap karena Tolak Ajaran Nabi



Jakarta

Al-Qur’an mengungkap sejumlah misteri yang di antaranya belum terpecahkan. Salah satunya soal keberadaan sebuah kota maju yang kemudian hilang dalam sekejap.

Kota tersebut bernama Iram, sering disebut Kota Seribu Pilar. Menurut Ibnu Katsir dalam Qashashul Anbiya yang diterjemahkan Saefulloh MS, penduduk Iram adalah kaum Ad generasi pertama. Mereka adalah kaum Nabi Hud AS.

Kaum Ad banyak tinggal di bangunan-bangunan dengan tiang-tiang besar dan tinggi. Hal ini diungkap dalam Al-Qur’an surah Al Fajr ayat 6-8. Allah SWT berfirman,


اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ ٦ اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ ٧ الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ ٨

Artinya: “Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?”

Iram bisa dikatakan sebuah kota maju dan megah. Bangunan pilar-pilar di Iram belum pernah ada di tempat mana pun.

Menurut penafsiran Ibnu Katsir terkait kondisi penduduk Iram dalam surah Al Araf ayat 69, Allah SWT menjadikan kaum Ad sebagai orang-orang paling kuat pada zamannya. Mereka kuat dalam hal fisik dan tenaganya.

Keberadaan Kota Iram atau Kota Seribu Pilar

Keberadaan Kota Iram yang menjadi tempat tinggal kaum Ad masih misteri. Sebab, Allah SWT membinasakan kaum Ad karena mereka enggan mengikuti ajaran Nabi Hud AS.

Kaum Ad adalah orang-orang pertama yang menyembah berhala usai peristiwa banjir besar yang membinasakan kaum Nabi Nuh AS, yang tak lain adalah penyembah berhala. Berhala sesembahan kaum Ad ada tiga, yaitu Shamda, Shamud, dan Hira.

Allah SWT kemudian mengutus Nabi Hud AS dari kalangan mereka untuk kembali ke ajaran Allah SWT. Hud AS berasal dari kabilah Ad bin Aush bin Sam bin Nuh. Mereka adalah bangsa Arab yang tinggal di bukit-bukit pasir di Yaman, antara Oman dan Hadramaut.

Nabi Hud AS memerintahkan kaum Ad untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengesakan-Nya. Namun, mereka mendustakan, menentang, dan menolak ajakan sang nabi.

Mereka (kaum Ad) berkata, “Wahai Hud, engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami dan kami tidak akan (pernah) meninggalkan sembahan kami karena perkataanmu serta kami tidak akan (pernah) percaya kepadamu. Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (QS Hud: 53)

Dia (Hud) menjawab, “Sesungguhnya aku menjadikan Allah (sebagai) saksi dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS Hud: 54)

Setelah Nabi Hud AS berlepas dari kaumnya, azab Allah SWT pun datang menimpa kaum Ad. Masih dalam kitab Ibnu Katsir, pertanda datangnya azab dimulai dengan datangnya kemarau panjang dan mereka minta diturunkan hujan.

Setelah itu, Kaum Ad melihat gumpalan awan hitam pekat di langit. Mereka mengira gumpalan itu akan menurunkan hujan sebagai rahmat. Namun, itu tak lain adalah pusaran angin yang membawa api untuk menghancurkan kaum Ad. Mereka pun musnah tak tersisa, sebagaimana firman Allah SWT, “Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilaluinya, kecuali dijadikan seperti serbuk.” (QS Az Zariyat: 42)

Menurut sebuah pendapat, azab yang menimpa kaum Ad berlangsung selama tujuh malam delapan hari tanpa henti.

Tak hanya kaum Ad yang binasa, kota tempat tinggal mereka yang berisi rumah-rumah dan benteng-benteng megah pun hancur berantakan.

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud dan Pusaran Angin yang Membinasakan Kaum Ad



Jakarta

Allah SWT melalui Al-Qur’an banyak menceritakan riwayat para nabi terdahulu yang mengajak suatu umat kepada kebenaran. Di antaranya ada kisah Nabi Hud AS yang menyeru kaum penyembah berhala yakni Ad.

Melansir buku Mutiara Hikmah Kisah 25 Rasul susunan Dhurorudin Mashad, Hud AS diperintah Allah SWT kepada kaum Ad yang merupakan penduduk kabilah Iram. Kaum Ad ini tinggal di sekitar Gunung Ram, 25 mil dari kota Aqabah yang berada di antara Yaman dan Oman, sampai Hadramaut dan As-Syajar.

Ibnu Katsir dalam kitabnya Qashash Al-Anbiyaa menyebut kaum Ad ini yang dimaksud Al-Qur’an sebagai generasi pertama penduduk Iram. Mereka ini juga yang pertama kali menyembah berhala setelah terjadinya peristiwa banjir besar di masa Nabi Nuh AS.


Adapun Hud AS adalah keturunan dari Nabi Nuh AS dari anaknya yaitu Sam dengan nasab Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berasal dari suku Ad bin Aush bin Sam bin Nuh. Sehingga Allah SWT mengutus Hud AS kepada saudaranya sendiri.

Riwayat mengenai Hud AS dan kaum Ad termuat dalam sejumlah ayat Al-Qur’an. Bahkan dalam Al-Qur’an sendiri terdapat satu surat bernamakan Hud, yang isinya juga menceritakan tentang dakwah Hud AS kepada kaum penyembah berhala itu. Bagaimana kisahnya?

Dakwah Nabi Hud AS

Hud AS diutus oleh Allah SWT kepada kaum Ad yang merupakan bangsa Arab kafir dan ingkar. Lantaran mereka menyembah dan memuja tiga berhala yakni, Shamda, Shamud, dan Hira.

Hud AS diamanahkan untuk menyeru kaum Ad ke jalan-Nya, mengesakan-Nya serta menyembah-Nya dengan penuh keikhlasan. Namun, mereka mendustakan, menentang, dan menolaknya. Padahal Hud AS mengajak mereka dengan cara yang baik.

Di mana beliau menyuruh agar taat dan memohon ampunan kepada Allah SWT, menyampaikan kabar gembira berupa janji-Nya tentang kebaikan dunia dan akhirat. Di sisi lain, beliau memperingatkan akan adanya ancaman berupa azab di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang menolak dan melawan-Nya.

Tapi, kaum Ad malah bereaksi pada dakwah Hud AS bahwa beliau adalah seorang pembohong dan kehilangan akal seperti tercatat dalam Surat Al-A’raf ayat 66. Kemudian Hud AS menjawab bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT yang menyampaikan amanah serta nasihat.

Kaum Ad berkata kepada Hud AS bahwa mereka tidak mempercayainya karena beliau tidak membawa bukti keajaiban maupun kebenaran. Sehingga kaum Ad menganggap Hud AS adalah orang gila yang dimurkai oleh berhala mereka.

Lalu Nabi Hud menjawab umatnya itu dengan menjelaskan bahwa berhala yang dijadikan Tuhan oleh mereka tidak memberikan manfaat dan mudharat sedikit pun, dan berhala itu hanyalah benda mati yang tak bisa melakukan apa pun.

Hud AS juga mengatakan bahwa dirinya hanya bertawakal, menyembah dan menyandarkan segala urusannya kepada Allah SWT semata, sehingga beliau tidak pernah takut kepada makhluk ciptaan-Nya.

Kaum Ad tetap tidak meyakini Hud AS sebagai nabi mereka, lantaran mereka menganggap bahwa Tuhan tak akan mengutus seorang rasul dari kalangan manusia biasa seperti mereka. Mereka juga tak percaya dengan apa yang dikatakan Nabi Hud bahwa manusia akan menghadapi hari kebangkitan kelak. Kaum Ad meyakini bahwa mereka akan kekal di dunia.

Mengetahui kesesatan dan kebodohan umatnya itu, Nabi Hud tetap menasihati dan mendakwahkan kebenaran kepada kaum Ad sesuai yang diajarkan Allah SWT.

Setelah terus-terusan berdakwah, kaum Ad bertanya kepada Hud AS apakah ia diutus untuk mengajak menyembah Allah SWT yang merupakan hal baru, sedangkan mereka harus menentang dan meninggalkan sesembahan leluhur mereka, sebagaimana dalam Surat Al-A’raf ayat 70.

Kemudian mereka menantang Nabi Hud, dengan menyegerakan datangnya azab apabila ajaran yang dibawanya memang benar yang seperti Hud AS pernah katakan dan beritakan. Kaum Ad mengatakan pula bahwa mereka yakin tidak akan terkena azab karena mengikuti agama nenek moyangnya.

Sekali lagi Nabi Hud memperingatkan bahwa azab dan murkanya Allah SWT sangat layak diberikan kepada mereka. Karena kaum Ad telah menyekutukan-Nya, enggan meninggalkan sesembahan mereka, hingga menentang dan menolak ajaran kebenaran yang dibawa Hud AS.

Sebab tak tahan dengan perlakuan, kebodohan dan kesesatan umatnya itu, Nabi Hud kemudian memohon pertolongan Allah SWT. Dan Dia menjawab doa utusan-Nya itu, sesuai dalam Surat Al-Mu’minun ayat 39-41.

Binasanya Kaum Ad

Setelah Hud AS berdoa, Allah SWT lalu berjanji akan menurunkan azab-Nya kepada kaum Ad. Sebelum itu, Dia menyelamatkan Nabi Hud beserta sejumlah umatnya yang beriman bersamanya.

Azab kaum Ad ditandai dengan adanya kekeringan dan kemarau panjang selama tiga tahun yang membuat menderita, kemudian mereka memohon turunnya hujan. Setelah melihat gumpalan awan hitam pekat di langit, mereka menyangka bahwa itu merupakan mendung yang akan menurunkan hujan sebagai rahmat.

Padahal, itu merupakan azab yang akan menimpa mereka sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Ahqaf ayat 24.

Awan hitam yang menuju kawasan tempat tinggal kaum Ad itu membuat mereka kesenangan dan berarak sambil berkata, “Inilah awan yang kami tunggu-tunggu, yang akan menurunkan hujan kepada kami.”

Kemudian ada seorang dari mereka yang menyaksikan azab apa yang terkandung di dalam awan hitam itu. Ia menjerit dan pingsan sesudah melihatnya.

Setelah tersadar, penduduk Ad yang lain bertanya tentang apa yang dia lihat. Dan ia menjawab bahwa itu adalah pusaran angin besar yang di dalamnya terdapat gejolak api, sementara di hadapannya ada beberapa orang yang menariknya untuk masuk ke dalam.

Saat itulah Allah SWT menimpakan azab kepada kaum Ad selama tujuh malam delapan hari berturut-turut. Peristiwa itu berlangsung hingga seluruh kaum Ad yang kafir binasa.

Riwayat lain menyebut, azab pusaran angin itu sama sekali tidak terasa bagi Hud AS dan pengikutnya yang beriman. Mereka hanya merasa angin segar dan nyaman saja yang menyentuh kulit.

Namun bagi kaum Ad yang durhaka, awan berisi pusaran angin itu adalah bahaya yang mengancam, sehingga mereka dilempari batu hingga binasa.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Mukjizat Nabi Hud AS, Salah Satunya Datangkan Kemarau Panjang



Jakarta

Allah SWT membekali para nabi dan rasul-Nya dengan mukjizat, termasuk pada Nabi Hud AS. Mukjizat merupakan kejadian yang luar biasa di luar kemampuan manusia yang diberikan Allah hanya kepada rasul-Nya. Sifat mukjizat tidak dapat dipelajari dan dapat terjadi seketika tanpa direncanakan.

Dikutip dari Buku Panduan Lengkap Agama Islam susunan Tim Darul Ilmi, mukjizat terbagi menjadi dua macam yakni mukjizat kauniyah dan mukjizat aqliyah. Mukjizat kauniyah yaitu mukjizat yang tampak dan dapat ditangkap oleh panca indera, seperti misalnya tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular dan dapat membelah lautan.

Sementara itu, mukjizat aqliyah yakni mukjizat yang hanya dapat dipahami oleh akal pikiran seperti Al-Qur’an, mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Hud AS adalah mukjizat kauniyah sebab bersinggungan langsung dengan kaum Ad. Berikut kisah lengkapnya.


Mukjizat Nabi Hud

1. Mendatangkan Kemarau Panjang

Nama lengkapnya adalah Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh AS. Dinukil dari buku Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir, ada yang mengatakan bahwa Hud adalah Abir bin Syalik bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh, ada pula yang mengatakan bahwa Hud adalah putra Abdullah bin Ribah al-Jarud bin Ad bin Aush bin Irm bin Sam bin Nuh AS, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Jarir.

Nabi Hud AS diutus Allah sebagai nabi dan rasul di al-Ahqaf, Huadramaut, Yaman. Di sana, tinggal sekelompok masyarakat yang bernama kaum Ad. Daerah al-Ahqaf terkenal sangat subur hingga kaum Ad hidup dengan makmur dan berkecukupan.

Berdasarkan sejarah peradaban Islam, kaum Ad berasal dari keturunan Nabi Nuh. Bangunan-bangunan di sana sangatlah bagus mencakup rumah, kastil, istana, dan benteng sebab kaum Ad terkenal sangat ahli di bidang arsitektur.

Oleh karenanya, kaum Ad juga menyembah patung-patung, yakni Shamud dan Alhattar. Nabi Hud AS berdakwah kepada kaum Ad dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Nabi Hud AS mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah yang bertugas untuk menyampaikan kebenaran.

Hal tersebut termaktub dalam Al-Qur’an surat Al A’raf ayat 65:

وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ

Artinya: Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”

Namun, kaum Ad mengingkari ajakan Nabi Hud AS bahkan mencela dengan terang-terangan. Nabi Hud AS melanjutkan dakwah kepada mereka meski pengikutnya hanya sedikit. Setelah sekian lama, kaum Ad tidak juga berubah dan bertindak semakin kejam. Allah pun mengirimkan azab kepada kaum Ad.

Tanah al-Ahqaf kini menjadi tandus. Tidak ada tanaman yang bisa tumbuh. Sumber air menjadi kering sehingga banyak hewan ternak yang mati. Tidak hanya itu, bangunan-bangunan mereka yang tadinya berdiri dengan megah pun ambruk dan hancur.

2. Mendatangkan Badai Dahsyat

Sementara itu, meskipun telah dilanda musibah yang sangat merugikan, kaum Ad masih saja mengingkari ajaran Nabi Hud AS. Sehingga, Allah pun mengabulkan doa Nabi Hud AS dengan menurunkan badai yang sangat dahsyat.

Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Haqqah ayat 6-7 yang berbunyi:

وَاَمَّا عَادٌ فَاُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍۙ

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَّثَمٰنِيَةَ اَيَّامٍۙ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعٰىۙ كَاَنَّهُمْ اَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍۚ

Artinya: sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

3. Mendapatkan Pertolongan Allah

Adapun mukjizat lainnya tercantum dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ahmad Fatih, S.Pd., bahwa Nabi Hud mampu menurunkan hujan atas izin Allah ketika kaum Ad dilanda kekeringan hingga tanaman mati dan tak ada sumber air. Nabi Hud AS juga selamat dari badai petir yang dahsyat.

Setelah bencana yang sangat mematikan, Nabi Hud AS dan orang-orang yang beriman kepada-Nya hijrah ke Hadramaut dan memulai kehidupan yang baru. Berbeda dengan kaum Ad yang tidak mengakui ketahuidan yang dibawa Nabi Hud AS. Mereka celaka dan binasa.

Bukti mukjizat ini terangkum dalam Al-Qur’an surat Al Araf ayat 72:

فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ

Artinya: Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman.

Selain itu, Al-Qur’an surat Hud ayat 58 juga menerangkan perihal keselamatan Nabi Hud AS dan pengikutnya yang beriman:

وَ لَمَّا جَآءَ اَمۡرُنَا نَجَّيۡنَا هُوۡدًا وَّالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَهٗ بِرَحۡمَةٍ مِّنَّا ۚ وَ نَجَّيۡنٰهُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ غَلِيۡظٍ

Artinya: Dan ketika azab Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat.

Itulah 3 mukjizat Nabi Hud AS, termasuk salah satunya yaitu mendatangkan kemarau panjang. Azab Allah yang diturunkan melalui kisah Nabi Nuh AS menjadi bukti bahwa umat muslim harus senantiasa mengimani ajaran yang dibawa oleh nabi dan rasul-Nya.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud AS dan Binasanya Kaum Ad Penyembah Berhala



Jakarta

Nabi Hud AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dalam Islam. Ia diutus untuk berdakwah pada kaum Ad.

Kaum Ad adalah penduduk kabilah Iram, mereka tinggal di sekitar Gunung Ram, 25 mil dari kota Aqabah yang letaknya di antara Yaman dan Oman, sampai Hadramaut dan As-Syajar seperti dinukil dari buku Mutiara Hikmah Kisah 25 Rasul tulisan Dhurorudin Mashad.

Hud AS adalah putra dari Abdullah bin Ribah bin Khulud bin Ad nin Aus bin Irim bin Syam bin Nuh. Letak daerah tempat diutusnya Nabi Hud terkenal dengan tanahnya yang subur, aliran sungai melimpah, dan hewan ternak yang sehat.


Meski dengan anugerah yang dikaruniai Allah SWT itu, kaum Ad justru mengingkari Sang Khalik. Mereka menyembah berhala dan tidak mengenal Allah sebagai Tuhan mereka.

Kisah mengenai Nabi hud AS yang berdakwah menyerukan ajaran Allah SWT itu tercantum dalam surah Hud ayat 52,

وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَ

Artinya: “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”

Sayangnya, kaum Ad sama sekali tidak menghiraukan seruan sang nabi. Mereka tetap menyembah berhala-berhala hingga menuduh Hud AS sebagai orang gila.

Ingkarnya kaum Ad itu membuat Allah SWT murka. Atas kuasa-Nya, nikmat yang dilimpahkan pada kaum Ad dicabut, mereka mengalami kekeringan yang panjang.

Tak sampai di situ, situasi semakin parah hingga menyebabkan hasil pertanian mereka gagal karena keringnya sumber air. Para penduduk kaum Ad kelaparan.

Nabi Hud AS tak henti-hentinya menyerukan dakwah pada kaum Ad di situasi yang serba sulit itu. Ia mengajak kaum Ad untuk kembali ke jalan Allah SWT.

Mirisnya, masih banyak penduduk kaum Ad yang enggan menggubris seruan sang nabi hingga azab dari Allah SWT pun turun,

وَٱذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنذَرَ قَوْمَهُۥ بِٱلْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ ٱلنُّذُرُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦٓ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّا ٱللَّهَ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar.” (QS Al Ahqaf: 21)

Adapun, azab yang ditimpakan pada kaum Ad adalah angin yang dingin dan kencang hingga berputar untuk membinasakan mereka selama tujuh hari tujuh malam. Azab itu mengakibatkan kaum Ad lenyap, mayat mereka berserakan ditutupi pasir.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Haqqah ayat 6-7,

وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا۟ بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ

Artinya: “Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang.” (QS Al Haqqah: 6)

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى ٱلْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ

Artinya: “yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS Al Haqqah: 7)

Riwayat lain menyebut, azab pusaran angin itu sama sekali tidak terasa bagi Hud AS dan pengikutnya yang beriman. Mereka hanya merasa angin segar dan nyaman saja yang menyentuh kulit.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com