Tag Archives: kebahagiaan

Seperti Apa Aroma Surga? Begini Penjelasannya Menurut Hadits


Jakarta

Surga adalah tempat yang penuh kebahagiaan dan kedamaian abadi. Penghuni surga kekal di dalamnya dan terbebas dari segala penderitaan serta kesulitan.

Allah SWT berfirman dalam surah An Nisa ayat 13,

تِلْكَ حُدُودُ ٱللَّهِ ۚ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدْخِلْهُ جَنَّٰتٍ تَجْرِى مِن تَحْتِهَا ٱلْأَنْهَٰرُ خَٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَذَٰلِكَ ٱلْفَوْزُ ٱلْعَظِيمُ


Artinya: “(Hukum-hukum tersebut) itu adalah ketentuan-ketentuan dari Allah. Barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, pasti Allah akan memasukkannya ke dalam surga yang dialiri sungai-sungai, di mana mereka akan kekal di dalamnya. Itu adalah kemenangan yang besar.”

Selain itu, pada beberapa hadits turut diterangkan tentang aroma surga. Seperti apa aromanya?

Aroma Surga Seperti Wangi Kasturi

Menukil dari buku Megahnya Surga oleh Abdullah Syafi’ie, wangi surga diibaratkan seperti aroma kasturi. Ini sesuai dengan hadits dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Tanah surga berwarna putih, halamannya berupa batuan marmer. Ia dikelilingi kasturi seperti tuangan pasir. Di dalamnya terdapat sungai-sungai yang tersusun. Di sana penghuni surga dari tingkatan yang rendah dan tinggi bersua lalu saling berkenalan. Allah lalu menghembuskan angin rahmat, lalu tersebarlah wangi kasturi. Seorang laki-laki pulang menemui istrinya dalam keadaan yang semakin anggun dan wangi.”

Pada riwayat lainnya dikatakan wangi kasturi merupakan aroma debu dari surga. Nabi SAW bersabda,

“Ketika aku berjalan ke surga, aku melihat sungai yang di kedua tepinya terdapat gundukan mutiara. Aku bertanya kepada Jibril, ‘Apakah ini, wahai Jibril?’ Lalu, Jibril menjawab, ‘Ini adalah telaga Kautsar yang Allah berikan untukmu.’ Ternyata, debu surga adalah kasturi yang murni dan sangat wangi.” (HR Bukhari)

Dua Macam Aroma Surga

Sementara itu, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah dalam karyanya yang bertajuk Hadiul Arwah ila Biladil Afrah terjemahan Fadhli Bahri menjelaskan bahwa ada dua macam wangi surga. Aroma pertama yaitu bisa ditemui dan dihirup oleh selain arwah, sehingga manusia yang masih hidup tidak dapat mencium wangi ini.

Sementara itu, aroma surga kedua dapat dideteksi dengan panca indra khususnya penciuman seperti aroma bunga dan sebagainya. Aroma jenis kedua dapat dijangkau seluruh penghuni surga di akhirat, baik dari tempat jauh maupun dekat.

Aroma surga dapat dicium dari jarak perjalanan puluhan hingga ratusan tahun. Ada yang menyebut 40 tahun, 50 tahun, 500 tahun, dan 1000 tahun perjalanan.

Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash, Nabi SAW bersabda,

“Barangsiapa mengaku bernasab kepada selain ayahnya sendiri, maka dia tidak akan mencium bau surga. Padahal sesungguhnya bau surga itu benar-benar bisa tercium dari jarak perjalanan 50 tahun.” (HR Ahmad)

Wallahu a’lam

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Ada 4 Golongan Orang yang Dirindukan Surga, Ini Amalannya


Jakarta

Surga adalah tempat yang penuh keindahan dan kebahagiaan abadi, menjadi balasan bagi mereka yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Menurut sebuah hadits, surga merindukan empat golongan orang di dunia.

Empat golongan yang dirindukan surga ini adalah mereka yang memiliki amal dan keutamaan luar biasa. Siapakah empat orang yang dirindukan surga? Apa yang membuat mereka begitu mulia hingga dirindukan oleh tempat termulia ini? Berikut penjelasannya.

4 Golongan Orang yang Dirindukan Surga

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Ibnu Abbas RA menyebutkan ada empat golongan yang dirindukan surga. Beliau SAW bersabda,


الْجَنَّةُ مُشْتَاقَةٌ اِلَى أَرْبَعَةِ نَفَرٍ : تَالِى الْقُرْانِ, وَحَافِظِ اللِّسَانِ, وَمُطْعِمِ الْجِيْعَانِ, وَصَا ئِمٍ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ

Artinya: “Surga merindukan empat golongan: orang yang membaca Al-Qur’an, menjaga lisan (ucapan), memberi makan orang lapar, dan puasa di bulan Ramadan.” (HR Abu Daud dan Tirmidzi)

Hadits tersebut juga terdapat dalam buku What Is Next? karangan Mukhammad Yusuf dengan redaksi berikut,

Rasulullah SAW bersabda, “Surga sangat rindu terhadap empat golongan, yaitu: Pembaca Al-Qur’an, pemelihara lisan dari ungkapan keji dan mungkar, pemberi makan orang yang lapar, serta mereka yang ahli puasa di bulan Ramadan.” (HR Abu Daud)

Dari hadits tersebut dijelaskan bahwa empat orang yang dirindukan surga adalah pembaca Al-Qur’an, menjaga lisan, pemberi makanan dan orang yang berpuasa pada bulan Ramadan. Berikut penjelasannya.

1. Pembaca Al-Qur’an

Membaca Al-Qur’an tidak hanya membawa pahala besar, tetapi juga berbagai keutamaan yang telah dijanjikan oleh Allah SWT di balik setiap huruf dan ayatnya. Dalam Al-Qur’an, tersimpan rahmat, petunjuk, dan hikmah dari Allah SWT untuk dijadikan pedoman kehidupan dunia dan akhirat.

Allah SWT berfirman dalam surah Fathir ayat 29-30,

اِنَّ الَّذِيْنَ يَتْلُوْنَ كِتٰبَ اللّٰهِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاَنْفَقُوْا مِمَّا رَزَقْنٰهُمْ سِرًّا وَّعَلَانِيَةً يَّرْجُوْنَ تِجَارَةً لَّنْ تَبُوْرَۙ ٢٩ لِيُوَفِّيَهُمْ اُجُوْرَهُمْ وَيَزِيْدَهُمْ مِّنْ فَضْلِهٖۗ اِنَّهٗ غَفُوْرٌ شَكُوْرٌ ٣٠

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah (Al-Qur’an), menegakkan salat, dan menginfakkan sebagian rezeki yang Kami anugerahkan kepadanya secara sembunyi-sembunyi dan terang-terangan, mereka itu mengharapkan perdagangan yang tidak akan pernah rugi. (Demikian itu) agar Allah menyempurnakan pahala mereka dan menambah karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.”

Keutamaan membaca Al-Qur’an tidak hanya berfokus pada aktivitas membaca semata. Rasulullah SAW menegaskan pentingnya mengajarkan dan mengamalkan isi kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi salah satu alasan mengapa pembaca Al-Qur’an termasuk empat orang yang dirindukan surga.

2. Menjaga Lisan

Menjaga lisan adalah salah satu karakter penting yang harus dimiliki setiap muslim. Dalam kehidupan sehari-hari, lisan memiliki pengaruh besar terhadap orang lain dan diri sendiri. Allah SWT minta hamba-Nya menjaga lisan, sebagaimana Dia berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 70,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًاۙ ٧٠

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar.”

Adapun dalam hadits dikatakan, satu kalimat buruk yang tidak dipikirkan dampaknya bisa menjerumuskan seseorang ke dalam neraka jahanam.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi (akibatnya), maka dia terjatuh dalam neraka jahanam.” (HR Al-Bukhari)

Peringatan ini menunjukkan bahwa lisan tidak hanya alat komunikasi, tetapi juga alat yang dapat menentukan nasib seseorang di akhirat. Rasulullah SAW juga menegaskan bahwa seorang muslim yang tidak menjaga lisannya hingga mengganggu orang lain, belum sempurna keislamannya.

3. Pemberi Makanan

Memberi makanan kepada orang yang kelaparan adalah salah satu ciri akhlak mulia seorang muslim. Perbuatan ini tidak hanya mencerminkan kepedulian sosial, tetapi juga mendatangkan kemuliaan yang sebanding dengan keadaan mereka di akhirat kelak.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di surga terdapat satu kamar yang luarnya bisa dilihat dari dalamnya dan dalamnya bisa dilihat dari luarnya. Abu Malikal-Asy’ari berkata, ‘Bagi siapakah kamar ini wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW bersabda, “Untuk yang baik perkataannya, suka memberikan makanan, dan senantiasa bangun di malam hari pada saat manusia tertidur.” (HR Ath-Thabrani)

Allah SWT juga memberikan janji balasan kepada mereka yang telah memberikan makanan bagi yang kelaparan seperti orang miskin, kelaparan dan tawanan perang. Sebagaimana ditegaskan dalam surah Al-Insan ayat 8-12,

وَيُطْعِمُوْنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسْكِيْنًا وَّيَتِيْمًا وَّاَسِيْرًا ٨ اِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللّٰهِ لَا نُرِيْدُ مِنْكُمْ جَزَاۤءً وَّلَا شُكُوْرًا ٩ اِنَّا نَخَافُ مِنْ رَّبِّنَا يَوْمًا عَبُوْسًا قَمْطَرِيْرًا ١٠ فَوَقٰىهُمُ اللّٰهُ شَرَّ ذٰلِكَ الْيَوْمِ وَلَقّٰىهُمْ نَضْرَةً وَّسُرُوْرًاۚ ١١ وَجَزٰىهُمْ بِمَا صَبَرُوْا جَنَّةً وَّحَرِيْرًاۙ ١٢

Artinya: “Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan. (Mereka berkata,) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya demi rida Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih darimu. Sesungguhnya kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari (ketika) orang-orang berwajah masam penuh kesulitan.” Maka, Allah melindungi mereka dari keburukan hari itu dan memberikan keceriaan dan kegembiraan kepada mereka. Dia memberikan balasan kepada mereka atas kesabarannya (berupa) surga dan (pakaian) sutra.”

Keutamaan ini menjadi bukti bahwa setiap tindakan memberi makanan yang dilakukan dengan niat tulus akan menjadi salah satu sebab seorang muslim dirindukan oleh surga.

4. Berpuasa pada Bulan Ramadan

Berpuasa di bulan Ramadan adalah kewajiban yang harus dijalankan setiap muslim yang telah baligh. Bulan suci ini menyimpan kemuliaan yang begitu besar, sehingga menjadi salah satu momen yang dirindukan oleh umat Islam setiap tahunnya. Tidak hanya itu, menjaga puasa selama Ramadan dengan keikhlasan dan penuh keimanan menjadi salah satu sebab seorang Muslim dirindukan oleh surga.

Rasulullah SAW menyampaikan keutamaan puasa Ramadan dalam hadits, “Siapa saja yang melaksanakan qiyam Ramadan atas dasar keimanan dan semata-mata karena Allah, maka akan diampuni dosanya-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq ‘alaih)

Empat golongan ini adalah teladan bagi umat Islam dalam menjaga hubungan dengan Allah SWT dan berbuat kebaikan kepada sesama. Mereka mengabdikan hidupnya untuk amal yang membawa kebaikan, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril


Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat mulia dan menjadi teladan dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Hati beliau sangat suci, bebas dari segala sifat buruk seperti kesombongan, iri, dengki, dan syirik.

Sejak kecil, Allah SWT telah membersihkan hati Nabi Muhammad SAW dengan cara yang luar biasa. Salah satunya melalui kisah pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril berikut ini.

Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad SAW

Diceritakan dalam buku Kisah Manusia Paling Mulia yang disusun oleh Neti S, pada masa kecilnya, Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktunya di pedalaman Bani Sa’ad ikut ibu sepersusuannya. Beliau tumbuh menjadi anak yang sehat, berhati baik, dan fasih dalam berbahasa.


Nabi Muhammad SAW hidup dengan rukun dan penuh kasih sayang bersama saudara sepersusuannya. Kesehariannya, mereka bermain dan menggembala kambing bersama di padang penggembalaan Bani Sa’ad.

Pada suatu ketika, saat Nabi Muhammad SAW menggembala kambing bersama saudara sepersusuannya, datanglah Malaikat Jibril menghampiri Nabi Muhammad SAW dalam wujud manusia. Malaikat Jibril lantas memegang tangan mungil Nabi Muhammad SAW, hingga membuat beliau terkejut dan pingsan.

Malaikat Jibril kemudian meletakkan Nabi Muhammad SAW yang tak sadarkan diri di atas batu. Di saat ini pula, Jibril mulai membelah dada Nabi SAW. Jibril mengeluarkan segumpal darah hitam dari hati beliau yang telah dibelah, kemudian membuangnya.

Setelah itu, hati Nabi Muhammad SAW dibersihkan dengan air zamzam yang disimpan dalam wadah emas. Setelah hati Nabi Muhammad SAW bersih, Jibril meletakkannya kembali ke tempat semula.

Melihat kejadian ini, para saudara persusuan Nabi Muhammad SAW sangat ketakutan. Mereka kemudian berlari pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya, Halimah.

“Ibu…ibu…Muhammad….dibunuh! Muhammad dibunuh!” kata mereka dengan menjerit-jerit.

“Ada apa dengan saudaramu?” tanya Halimah cemas.

“Muhammad…. ada orang yang ingin melukainya,” jawab mereka dengan terbata-bata.

Halimah yang terkejut dan cemas setelah mendengarnya, segera mendatangi padang gembalaan tempat Nabi Muhammad SAW berada.

Sesampainya di sana, Halimah melihat Nabi Muhammad SAW sedang menggembalakan kambing dalam kondisi yang baik-baik saja dan tidak ada luka atau goresan yang mengkhawatirkan pada diri anak susuannya itu. Bahkan, wajah Nabi Muhammad SAW terlihat lebih cerah dari biasanya.

“Apa yang telah terjadi padamu, wahai anakku?” tanya Halimah.

“Dua orang laki-laki berjubah putih telah mengambil sesuatu dari tubuhku,” Nabi Muhammad SAW menjawab dengan polosnya.

“Apa itu?” tanya Halimah dengan wajah khawatir. “Aku tidak tahu,” jawab Nabi Muhammad SAW.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Halimah sambil memeriksa tubuh Nabi Muhammad SAW untuk memastikan kembali keadaan anak susuannya itu. Namun, ia tetap tidak menemukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan pada diri Nabi Muhammad SAW.

Halimah pun segera membawa Nabi Muhammad SAW dan anak-anaknya pulang dengan rasa waswas akan keselamatan anak susuannya tersebut. Peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW di padang gembalaan itu benar-benar telah mengganggu pikiran Halimah.

Dalam beberapa riwayat, yang dikutip dari buku The 10 Habits of Rasulullah karya Rizem Aizid, air yang digunakan untuk membersihkan hati Rasulullah SAW tersebut bukan air zamzam, melainkan air dari surga. Peristiwa pembelahan dada ini pun terjadi dua kali, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW berusia empat tahun dan sepuluh tahun.

Dalam buku Meneladani Rasulullah melalui Sejarah karya Sri Januarti Rahayu disebutkan bahwa, tidak lama setelah kejadian pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril, Halimah mengembalikan beliau kepada sang ibu, Aminah.

Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW merasakan kebahagiaan karena bisa hidup bersama ibunda. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama, karena sang ibu, Aminah, meninggal dunia saat Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com