Tag Archives: keimanan

Doa dan Adab Bercermin, Amalkan agar Jadi Cara Bersyukur


Jakarta

Bercermin menjadi satu kegiatan yang dilakukan sehari-hari. Dalam ajaran Islam, ada doa yang dapat dibaca ketika bercermin.

Biasanya orang bercermin untuk melihat pantulan gambar diri dan memastikan sudah dalam keadaan terbaik. Bercermin umumnya dilakukan ketika hendak pergi, setelah berpakaian atau setelah mengenakan riasan wajah bagi perempuan.

Bercermin dapat menjadi salah satu cara untuk bersyukur karena bisa melihat gambaran diri yang sempurna. Dalam Al-Qur’an surat At-Tin ayat 4, Allah SWT berfirman,


لَقَدْ خَلَقْنَا ٱلْإِنسَٰنَ فِىٓ أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.

Dengan melihat cermin, sebaiknya bisa menambah keimanan dan rasa syukur.

Doa Bercermin

Mengutip buku 63 Adab Sunnah yang ditulis Dr. KH. Rachmat Morado Sugiarto, berikut doa bercermin yang bisa dibaca,

اَللَّهُمَّ كَمَا حَسَّنْتَ خَلْقِيْ فَحَسِّنْ خُلُقِيْ

Artinya: Hai Tuhanku, sebagaimana telah Kau baguskan kejadianku, maka baguskanlah perangaiku.

Dalam hadits lain, disebutkan Rasulullah SAW juga membaca doa berikut ketika bercermin,

“Segala puji bagi Allah yang telah menyempurnakan dan memperbaiki penciptaanku, memuliakan bentuk wajahku , maka Dia membaguskan dan menjadikan aku termasuk orang-orang Islam.” (HR Ibnu as-Sani)

Dua riwayat tersebut berstatus shahih. Tetapi para periwayat hadits dari kalangan sahabat tidak menyebutkan bahwa Nabi SAW mengucapkannya saat bercermin. Adapun riwayat yang menyebutkan Nabi SAW saat memegang kaca dan mengucapkan dia tersebut, maka riwayat tersebut sangat lemah.

Dalam hadits dari Ali bin Abi Thalib RA berkata bahwa Nabi SAW apabila melihat wajahnya di kaca berkata: “Alhamdulillah, Allahumma Kama Hassanta Khalqi fahassin Khuluqi.”

Adab Bercermin

Mengutip buku Living Hadis: Pola Hidup Nabi dalam Kegiatan Santri di Pondok Pesantren yang disusun Salim Rosyadi dkk, berikut beberapa adab bercermin:

1. Mengingat nikmat yang telah diberikan Allah SWT sambil berdoa
2. Tidak terlalu mengagumi kecantikan diri sendiri
3. Tidak terlalu lama berada di depan cermin
4. Tidak berlebih-lebihan dalam bercermin
5. Tidak mencela kekurangan fisik sendiri
6. Bersyukur dengan segala kelebihan diri
7. Bersabar dengan segala kekurangan diri

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Nasihat Rasulullah SAW soal Keimanan dan Amal yang Utama



Jakarta

Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk membawa ajaran Islam. Banyak pesan yang disampaikan Rasulullah SAW untuk dijadikan pedoman umat Islam dalam menjalankan kehidupan.

Kepada para sahabat, Rasulullah SAW menyampaikan beberapa nasihat yang mengandung makna mendalam. Termasuk nasihat kepada Muadz bin Jabal soal kewajiban setiap manusia dan nasihat kepada Abu Dzarr soal amalan yang paling utama.

Nasihat-nasihat tersebut diceritakan dalam buku 115 Kisah Menakjubkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Fuad Abdurahman dengan bersandar pada sejumlah hadits.


Dikisahkan, sahabat Rasulullah SAW, Muadz ibn Jabal pernah duduk berboncengan dengan Rasulullah SAW sehingga jarak antara keduanya hanya seujung pelana.

Ketika itu Rasulullah SAW berkata,”Hai Muadz ibn Jabal.”

“Labbaika, ya Rasulullah,” jawab Muadz.

Kemudian Rasulullah SAW berjalan sesaat dan memanggil lagi, “Hai Muadz ibn Jabal.”

“Labbaika, ya Rasulullah,” jawab Muadz lagi.

Beliau berjalan sesaat, kemudian berkata lagi, “Hai Muadz ibn Jabal.”

Muadz pun menjawab, “Labbaika, ya Rasulullah.”

“Apakah kau mengetahui kewajiban manusia terhadap Allah?” tanya Rasulullah SAW.

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” jawab Muadz.

“Sesungguhnya kewajiban manusia terhadap Allah adalah menyembah-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun.”

Beliau berjalan sesaat, lalu kembali menyeru, “Hai Muadz ibn Jabal.”

Muadz menjawab, “Labbaika, ya Rasulullah.”

“Apakah kamu tahu apa hak yang pasti dipenuhi oleh Allah terhadap manusia apabila mereka telah melakukan kewajibannya?”

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

Rasulullah SAW bersabda, “Allah tidak menyiksa mereka.”

Amalan Paling Mulia

Dalam hadits lain, dikisahkan suatu saat Abu Dzarr bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, amal apa yang paling utama?”

“Iman kepada Allah dan berjihad di jalan-Nya,” jawab Rasulullah SAW.

Abu Dzarr bertanya lagi, “Budak apa yang paling utama dimerdekakan?”

Beliau menjawab, “Budak yang paling bernilai menurut pemiliknya dan paling tinggi harganya.”

“Seandainya aku tidak bisa melakukan itu?”

“Kau bantu kaum buruh atau kau menolong orang bodoh.”

Abu Dzarr masih bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana menurut Tuan jika aku tidak mampu dalam beberapa amal perbuatan itu?”

Rasulullah SAW bersabda, “Cegahlah dirimu dari berbuat buruk kepada orang lain. Itu adalah sedekahmu terhadap dirimu sendiri.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com