Tag Archives: keputihan

Apakah Keputihan Bisa Membatalkan Puasa?


Jakarta

Umat Islam harus mewaspadai hal-hal yang dapat membatalkan puasa. Salah satu hal yang menjadi pertanyaan kaum muslim utamanya muslimah yaitu apakah keputihan bisa membatalkan puasa? Berikut penjelasannya.

Salah satu hal yang dapat membuat puasa seorang muslimah batal yaitu haid atau menstruasi. Ini karena menstruasi termasuk dalam hadas besar.

Mengutip buku Dahsyatnya Puasa Wajib & Sunah karya Akhyar As-Shiddiq Muhsin dan Dahlan Harnawisastra, larangan puasa ketika haid ini berdasarkan ijma’ para ulama mengenai batalnya puasa dalam keadaan haid dan nifas. Hal ini juga sesuai dengan salah satu hadits.


Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang mengalami haid, bukankah ia tidak melaksanakan salat dan tidak pula shaum? itu adalah bagian dari kekurangannya dalam agama.” (HR Bukhari)

Keputihan memiliki pengertian yang berbeda dengan haid. Keputihan adalah kondisi keluarnya cairan atau lendir berwarna putih dari vagina. Dikutip dari buku La Tahzan untuk Wanita Haid karya Ummu Azzam, keputihan dapat dibagi menjadi dua yaitu keputihan normal dan keputihan abnormal. Keputihan normal umum terjadi pada setiap wanita.

Keputihan Membatalkan Puasa?

Menukil buku Fiqih Perempuan Kontemporer karya Farid Nu’man, para ulama membedakan antara keputihan yang keluar dari dalam kemaluan dan keputihan yang keluar dari permukaan bagian luar kemaluan. Disebutkan dalam al-Mausu’ah al-Fiqhiyah,

“Mayoritas ahli fiqih keputihan yang keluar dari dalam kemaluan najis karena itu merupakan cairan yang keluar dari dalam. Adapun yang keluar dari bagian permukaan, yaitu yang wajib dibasuh ketika mandi, maka itu menjadi suci. Abu Hanifah dan Hanabilah mengatakan bahwa keputihan adalah suci secara mutlak. “

Dikutip dari buku 125 Masalah Thaharah karya Muhammad Anis Sumaji, para ulama mengkategorikan keputihan dalam darah penyakit atau masuk dalam kategori istihadhah. Darah istihadhah adalah salah satu jenis darah dari tiga jenis darah wanita, selain haid dan nifas.

Orang yang sedang mengalami istihadhah tidak diwajibkan untuk mandi junub atau mandi wajib, hanya diwajibkan untuk berwudhu. Selain berwudhu, keputihan yang dimaknai sebagai darah istihadhah juga wajib dibersihkan.

Pendapat lain dijelaskan dalam Fikih Muslimah Praktis karya Hafidz Muftisany. Para ulama memperselisihkan sifat dari keputihan atau ifrazat, apakah disamakan dengan madzi dan irq (cairan kemaluan) atau dengan mani.

Asy Syairazi bersikukuh menyebutnya najis karena lebih dekat jenisnya dengan madzi, sedangkan Baghawi dan ar-Rafii berpendapat ifrazat adalah suci. Imam Syafi’i juga berpendapat bahwa status ifrazat adalah suci.

Dari pernyataan tersebut diketahui masih terdapat perbedaan pendapat mengenai najis tidaknya keputihan. Akan tetapi, pendapat yang menyebutkan bahwa keputihan termasuk najis juga memberi keterangan bahwa muslimah yang mengalami keputihan tidak diharuskan mandi wajib.

Itu berarti, keputihan dapat dibedakan dengan haid dan nifas yang disyariatkan untuk mandi wajib. Dengan kata lain, keputihan tidak membatalkan puasa. Wallahu a’lam.

Hal-hal yang Membatalkan Puasa

Mengutip buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan karya Abu Maryam Kautsar Amru, 5 hal yang disepakati ulama sebagai pembatal puasa yaitu:

1. Makan dan Minum dengan Sengaja

Makan dan minum dengan sengaja dapat membatalkan puasa. Adapun jika seseorang makan dan minum dengan tidak sengaja, maka hal itu tidak membatalkan puasanya.

2. Muntah dengan Sengaja

Muntah dengan sengaja juga termasuk perkara yang membatalkan puasa. Adapun, jika muntah tidak disengaja maka tidak membatalkan puasa. Misalnya muntahnya wanita hamil yang mengalami morning sickness. Orang yang muntah dengan sengaja wajib mengqadha puasa, sebagaimana dikatakan Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah-nya yang diterjemahkan Abu Syauqina yang bersandar pada sabda Rasulullah SAW,

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – – مَنْ ذَرَعَهُ الْقَيْءُ فَلَا قَضَاءَ عَلَيْهِ, وَمَنْ اسْتَقَاءَ فَعَلَيْهِ اَلْقَضَاءُ – رَوَاهُ اَلْخَمْسَةُ

Artinya: “Barang siapa yang (terpaksa) muntah, maka ia tidak berkewajiban mengqadha (puasa). Tetapi barang siapa yang sengaja muntah, maka ia berkewajiban mengqadha (puasa).” (HR lima imam hadits, yaitu Bukhari, Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan An-Nasa’i)

3. Mengalami Haid dan Nifas bagi Wanita

Wanita yang mengalami haid dan nifas ketika berpuasa maka puasanya batal dan wajib menggantinya di luar bulan Ramadan.

4. Melakukan Jimak

Jimak atau hubungan suami istri baik hingga keluar air mani ataupun tidak keluar air mani dapat membatalkan puasa. Adapun jimak yang dilakukan pada waktu siang hari di bulan Ramadan hukumnya haram, sedangkan jimak pada malam hari di bulan Ramadan diperbolehkan.

5. Murtad atau Keluar dari Islam

Orang yang keluar dari Islam maka puasanya batal, demikian juga kewajiban puasanya. Empat mazhab sepakat Islam menjadi syarat wajib puasa Ramadan.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Keputihan saat Berhubungan Seks, Apakah Berbahaya bagi Kesehatan Kelamin?

Jakarta

Keputihan saat berhubungan seks adalah hal normal bagi wanita. Cairan keputihan berfungsi sebagai pelumas yang membantu mengurangi gesekan dan iritasi akibat penetrasi.

Umumnya keputihan terjadi ketika wanita berada pada periode masa subur. Keputihan ditandai dengan keluarnya cairan bening, tidak berwarna, dan tak berbau dengan jumlah relatif sedikit.

Namun berhubungan seks saat keputihan tidak normal sangat tidak disarankan. Kondisi tersebut mungkin mengindikasikan adanya iritasi atau infeksi di organ kelamin wanita.


Bolehkan Berhubungan Seks saat Keputihan?

Berhubungan seks saat keputihan normal boleh dilakukan sepasang suami istri. Dikutip dari laman Flo Health cairan keputihan normal seperti air, lengket, biasa keluar sebelum atau sesudah haid.

Cairan keputihan berperan untuk melembabkan dan meningkatkan kenyamanan selama seks. Respon ini muncul karena aliran darah meningkat menuju vulva dan mendorong kelenjar menghasilkan cairan ekstra untuk mengurangi gesekan penetrasi.

Selama tidak muncul aroma menyengat dan sensasi nyeri saat keputihan, pasangan dapat melakukan hubungan seks. Berhubungan seks saat keputihan tidak normal akan membahayakan kesehatan wanita dan pasangannya.

Ciri-ciri Keputihan Tidak Normal

Dikutip dari laman Cleveland Clinic, berikut beberapa tanda keputihan tidak normal yang tidak disarankan untuk berhubungan seks:

  • Keputihan berwarna kuning, hijau, atau abu-abu
  • Bau cairan keputihan tidak sedap
  • Tekstur keputihan kental seperti keju
  • Keputihan disertai nyeri saat buang air kecil dan sakit di area panggul
  • Timbul rasa gatal dan terbakar saat keputihan.

Wanita mengeluarkan cairan keputihan normal sebanyak 2-5 ml. Keputihan ini menjadi bagian dari cairan pelumas saat atau setelah seks untuk melindungi kelamin dari infeksi.

Berhubungan Seks saat Keputihan Tidak Normal, Bagaimana Efeknya?

Tetap berhubungan seks saat mengalami keputihan tidak normal berisiko bagi wanita dan pasangannya. Beberapa dampak yang bisa muncul adalah:

  • Keputihan semakin parah (kental, berbau, dan menimbulkan rasa nyeri)
  • Iritasi dan rasa gatal pada vagina
  • Pembengkakan dan kemerahan pada vulva
  • Menimbulkan luka kecil di area klitoris
  • Rasa sakit saat buang air kecil.

Karena itu, penting untuk selalu menjaga kebersihan vagina. Beberapa langkah pencegahan untuk menjaga kesehatan kelamin wanita mengutip dari laman Moreland Obgyn adalah:

  • Membersihkan vagina setiap mandi dan usai buang air
  • Menghindari penggunaan sabun yang mengandung pewangi dan bahan kimia
  • Menggunakan celana dalam yang longgar dan bahan lembut
  • Rutin mengganti celana dalam dan menjaga area genital tetap kering
  • Selalu menggunakan kondom ketika berhubungan seks
  • Rutin mengganti pembalut ketika menstruasi
  • Memangkas rambut kemaluan (tidak seluruhnya) dengan hati-hati.

Keputihan adalah hal normal yang biasa terjadi pada wanita. Saat keputihan boleh saja bagi wanita berhubungan seks dengan pasangan legalnya. Namun jika keputihan tidak normal, wanita wajib menunda berhubungan seks dengan pasangan hingga kondisinya kembali sehat.

(row/row)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Jangan Panik, Ini 6 Penyebab Miss V Mengeluarkan Cairan Seperti Air

Jakarta

Keluarnya cairan seperti air dari Miss V merupakan hal normal dan bisa menjadi pertanda vagina sehat. Sebab, vagina memiliki kemampuan untuk membersihkan areanya sendiri dari kuman atau bakteri.

Cairan tersebut dikenal sebagai keputihan. Sebagian besar wanita pasti mengalami keputihan beberapa kali dalam seminggu, tapi ada juga yang merasakannya hanya sesekali.

Normalnya, perempuan mengeluarkan 1-4 mililiter atau sekitar setengah sendok teh cairan keputihan setiap hari. Angka itu bisa meningkat saat memasuki waktu hamil, haid, atau tengah menjalani program pil KB.


Keputihan yang normal terlihat seperti air, putih telur, atau susu, lalu tidak menimbulkan bau menyengat. Namun, jika warna atau tekstur cairan tidak normal dan diiringi rasa perih atau nyeri ketika keluar, hal tersebut bisa jadi pertanda ada masalah kewanitaan.

Lantas, apa penyebab munculnya cairan seperti air dari vagina? Simak pembahasannya dalam artikel ini.

Penyebab Keluarnya Cairan Seperti Air dari Miss V

Apabila Miss V mengeluarkan cairan seperti air namun terasa berbeda dari biasanya, jangan panik. Mengutip laman Very Well Health, berikut sejumlah penyebabnya:

1. Masa Ovulasi

Penyebab yang pertama karena memasuki masa ovulasi. Sebagai informasi, ovulasi biasanya terjadi di pertengahan siklus menstruasi, berkisar 14 hari sebelum hari pertama haid.

Menjelang ovulasi, cairan keputihan mirip dengan putih telur dengan tekstur yang kental, sedikit berlendir, dan berwarna jernih. Saat mendekati ovulasi, vagina memproduksi lendir hingga 30 kali lebih banyak daripada setelahnya.

2. Meningkatnya Gairah Seksual

Memasuki puncak orgasme, kelenjar di vagina akan menghasilkan cairan encer tak berwarna sebagai pelumas alami saat berhubungan intim. Dalam kondisi tersebut, Keputihan merupakan hal normal dan biasanya akan hilang dalam waktu satu jam.

3. Kehamilan

Saat wanita sedang hamil, area serviks dan dinding vagina akan melunak. Dengan begitu, tubuh dapat meningkatkan produksi cairan guna membantu mencegah mikroorganisme agar tidak menyebar lewat vagina ke rahim.

Jadi, wajar apabila vagina mengeluarkan cairan seperti air. Memasuki minggu terakhir kehamilan, bentuk cairan tersebut dapat berubah dari bening menjadi putih.

4. Ketidakseimbangan Hormon

Mengutip K Health, ketidakseimbangan hormon dapat terjadi ketika sistem endokrin menghasilkan terlalu sedikit atau banyak hormon tertentu dalam aliran darah.

Hal tersebut bisa disebabkan oleh stres, pola makan yang buruk, hingga masalah kesehatan seperti sindrom ovarium polikistik (PCOS). Ketidakseimbangan hormon dapat menyebabkan efek samping seperti keputihan yang encer.

5. Menopause

Keluarnya cairan seperti air dari Miss V juga bisa dipengaruhi oleh menopause. Sedikit informasi, menopause disebabkan oleh penurunan kadar hormon estrogen karena pertambahan usia.

Hal tersebut menyebabkan vagina kerap mengeluarkan cairan yang lebih encer. Meski begitu, detikers tak perlu khawatir dengan kondisi ini asalkan tidak dibarengi rasa sakit dan bau.

6. Pertanda Infeksi

Keputihan yang encer biasanya merupakan tanda vagina sehat. Meski begitu, jika keputihan yang keluar disertai rasa gatal atau nyeri di vagina, kondisi tersebut bisa menandakan kandidiasis.

Sebagai informasi, kandidiasis adalah infeksi yang disebabkan oleh jamur Candida albicans. Tapi jangan khawatir, sebab infeksi ini dapat diobati dengan obat antijamur.

Ada beberapa gejala kandidiasis yang terjadi pada vagina seperti:

  • Timbul rasa gatal
  • Terasa nyeri dan sensasi terbakar saat buang air kecil
  • Keputihan seperti keju dan mengeluarkan bau tidak sedap, yakni sedikit asam.

Apabila carian keputihan tiba-tiba mengeluarkan bau busuk dan warnanya berubah, hal tersebut bisa menjadi pertanda adanya infeksi, seperti trikomoniasis, klamidia, atau gonore.

Itu dia enam penyebab Miss V mengeluarkan cairan seperti air. Semoga artikel ini dapat menambah informasi detikers!

(ilf/fds)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

16 Cara Mengatasi Keputihan dengan Obat Alami, Herbal, dan Medis


Jakarta

Keputihan adalah hal lumrah pada tiap wanita. Saat vaginal discharge, daerah pribadi wanita mengeluarkan cairan yang bertujuan menjaga kelembaban, kebersihan, dan kesehatan areal tersebut.

Sayangnya dengan berbagai faktor kerap terjadi keputihan abnormal yang ditandai aroma tidak sedap, berwarna, jumlah lebih banyak, nyeri, dan gatal. Bagaimana cara mengatasi keputihan? Ini penjelasannya

16 Cara Mengatasi Keputihan dengan Herbal, Alami, Medis

Tersedia beberapa opsi untuk mengatasi keputihan berlebihan. Sebelum menjatuhkan pilihan, pastikan telah berkonsultasi pada dokter sehingga diperoleh hasil terbaik


A. Cara mengatasi keputihan dengan herbal dan alami

Ketika tidak terjadi perbaikan, jangan segan untuk memeriksakan diri pada dokter. Selain pengobatan, jangan lupa untuk selalu menjaga kebersihan dan kesehatan.

1. Minum Teh Fenugreek

Dikutip dari Healthwire, teh fenugreek adalah salah satu cara mengatasi keuputihan dengan konsumsi herbal. Fenugreek atau kelabat sebetulnya adalah bumbu untuk makanan di wilayah Timur Tengah, India, dan Mesir.

Teh fenugreek terbuat dari beberapa butir biji tanaman yang direbus dengan 500 ml air putih. Setelah air tersisa setengah dari sebelumnya, hasil rebusan bisa diminum dalam kondisi hangat

2. Mengkonsumsi lady finger atau okra

Okra yang tumbuh di wilayah Indonesia dikenal sebagai tumbuhan kaya nutrisi. Tidak heran jika salah satu manfaatnya adalah mengatasi keputihan tidak normal dengan cara alami.

Bagi yang ingin mencoba cara ini, okra bisa direbus lebih dulu dalam air. Selanjutnya okra dihaluskan dan dicampur menggunakan mixer menjadi puree atau hidangan lain. Campuran okra sebaiknya dikonsumsi saat perut posong.

3. Minum ramuan berbahan tulsi

Tulsi atau kemangi suci adalah herbal dala kitan pengobatan Ayurveda. Di beberapa negara, tulsi digunakan sebagai bahan masakan sehingga selalu tersedia di dapur rumah tangga.

Untuk mengatasi keputihan, daun tulsi dihaluskan lebih dulu lalu diperas airnya. Hasil perasan kemudian dicampur madu atau susu. Herbal tulis dipercaya dapat membantu memulihkan keputihan.

4. Menggunakan air rebusan beras

Cara mengatasi keputihan ini bisa dicoba bagi yang memasak nasi dengan cara merebus. Air rebusan beras yang diminum teratur dipercaya bisa membantu mengatasi vaginal discharge. Selain murah, metode ini dinilai cukup efektif.

5. Menambahkan yogurt pada pola makan sehari-hari

Yogurt mengandung bakteri sehat yang berperan penting menciptakan vagina sehat. Bakteri ini menciptakan lingkungan dengan tingkat keasaman seimbang sehingga keputihan menjadi normal.

Riset menunjukkan, konsumsi yogurt meningkatkan mikrobiom dalam saluran pencernaan. Mikrobiom inilah yang mengurangi jamur penyebab keputihan abnormal pada wanita.

6. Menggunakan minyak kelapa

Minyak kelapa diperoleh dari daging kelapa yang memiliki banyak manfaat. Salah satunya anti jamur yang menjadikannya cara mengatasi keputihan yang cukup efektif.

7. Membersihkan area vagina dengan cairan daun jambu

Daun jambu dipercaya sebagai cara mengatasi keputihan, dengan cairan berwarna kuning hijau dengan bau tidak sedap dan putih susu seperti keju. Cairan daun jambu digunakan teratur 2-3 kali sehari.

Bahan yang digunakan adalah air mendidih dan beberapa lembar daun jambu biji. Daun direndam dalam air mendidih selama 3-5 menit sebelum digunakan untuk membersihkan area kewanitaan.

8. Mengkonsumsi pisang

Pisang bisa menjadi pilihan cara mengatasi keputihan alami. Buah ini mengandung serat untuk membantu wanita yang mengalami keputihan abnormal. Selain pisang yang telah matang, buah dan makanan sehat lain bisa digunakan untuk mengatasi vaginal discharge abnormal.

9. Makan sawi putih, kubis, lemon, melon, dan delima

Jenis makanan ini mampu menciptakan kondisi pH seimbang pada vagina. Dikutip dari Tua Saúde, makanan ini juga menyeimbangan keasaman dalam darah. Hasilnya flora alami tumbuh menciptakan vagina yang lebih sehat.

10. Suplemen bawang putih

Dikutip dari Medical News Today, suplemen bawang putih bisa menciptakan lingkungan vagina yang sehat. Bawang putih memiliki efek anti bakteri sehingga bisa membantu mengatasi keputihan berlebih.

Efek bawang putih ini mirip metronidazole yang merupakan antibiotik oral. Sebagai catatan, bawang putih yang digunakan adalah sediaan oral bukan dalam bentuk mentah atau produk lain yang ditempatkan pada vagina.

11. Minum Air Putih yang Cukup

Ini adalah cara yang sangat mudah untuk mengurangi keputihan. Pasalnya, hal ini bisa membantu kamu mengatasi infeksi vagina dan dapat mengeluarkan racun dari tubuh.

12. Jaga Kebersihan Vagina

Sangat penting untuk menjaga kebersihan miss v kalian untuk menghindari atau mengatasi keputihan. Detikers bisa lakukan cara berikut untuk menjaga kebersihan vagina:

  • Rajin membersihkan dan lap hingga kering area genital
  • Gunakan pakaian dalam yang berbahan katun agar sirkulasi udaranya lebih baik
  • Saat menstruasi, jangan pakai celana dalam ya ketat ya!
  • Saat merasa area genital teriritasi, detikers bisa mengubah deterjen pencuci pakaian dalamnya ya!
  • Jangan terlalu sering berendam di air panas ya detikers
  • Hindari menggunakan pakaian dalam ketat saat tidur
  • Jangan pakai produk semprot pada vagina, tisu toilet yang berwarna yang diberi parfum, serta pembalut atau pantyliner yang mengandung deodorant ya detikers
  • Nah detikers, lebih baik membersihkan bagian kewanitaan dengan air mengalir dan diseka/dikeringkan. Lalu kamu sebaiknya mengusap dari depan ke belakang agar tidak memindahkan bakteri dari anus ke organ kewanitaan yang bisa menjadi penyebab keputihan.
  • Harus tetap jaga vagina agar kering dan jangan lembab ya detikers!

B. Cara mengatasi keputihan dengan medis

Alternatif cara ini hanya bisa diberikan sesuai resep dokter. Tentunya, dokter akan memberikan obat sesuai hasil diagnosa.

1. Metronidazole

Obat dengan bahan aktif ini biasanya tersedia dalam bentuk pil dan gel. Sebagai pengobatan topikal, gel dioles hingga bibir vagina. Selama perawatan wajib menghindari alkohol untuk mengurangi risiko sakit perut dan mual.

2. Klindamisin

Situs Mayo Clinic menjelaskan, bahan aktif ini tersedia dalam bentuk krim yang dioleskan hingga bibir vagina. Penggunaan krim klindamisin biasanya berefek pada penggunaan kondim lateks hingga tiga hari.

3. Tinidazol

Obat dengan bahan aktif ini biasa dikonsumsi secara oral sesuai resep dokter. Tinidazol sebagai alternatif cara mengatasi keputihan berisiko mengakibatkan mual dan sakit perut. Karena itu, wajib menghindari alkohol selama pengobatan.

4. Secnidazole

Bahan aktif ini adalah antibiotik yang biasanya diminum satu kali sehari. Obat ini diminum dengan cara ditaburkan dalam makanan lunak yang akan dikonsumsi. Makanan dengan taburan secnidazole harus habis paling lama 30 menit.

Jadi, itu dia tips atau cara mengatasi keputihan untuk para wanita. Semoga selalu sehat ya detikers.

(row/row)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

6 Penyebab Gatal di Area Kewanitaan Setelah Berhubungan Seks


Jakarta

Hal tersebut dapat menyebabkan rasa gatal, rasa sakit, hingga rasa terbakar pada vagina. Kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan mengganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk dalam berhubungan seksual.

Dikutip dari Insider, terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan vagina gatal setelah berhubungan seksual, berikut adalah 6 di antaranya.

1. Vagina kering

Vagina seharusnya dalam kondisi yang lembap dan ketika berhubungan seksual, vagina dapat menghasilkan pelumas alaminya sendiri. Namun, beberapa dapat membuat seseorang tidak menghasilkan pelumas alami yang cukup untuk melembapkan vagina, seperti misalnya kondisi menopause.


Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen menyebabkan berkurangnya juga kelembapan pada dinding vagina. Selain saat menopause, perubahan hormonal pada masa kehamilan dan menyusui juga dapat menyebabkan perubahan pada kelembapan vagina.

Vagina yang kering dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual hingga menimbulkan gejala seperti iritasi, rasa gatal, dan rasa sakit setelah berhubungan seksual.

2. Alergi kondom

Alergi terhadap bahan lateks yang digunakan pada kondom bukanlah suatu kondisi yang langka. Kondisi alergi ini dapat menimbulkan reaksi, seperti rasa gatal, kemerahan, hingga ruam pada vagina.

3. Dermatitis vulva atau vulvitis

Kondisi ini terjadi ketika kulit pada vulva atau bibir vagina mengalami iritasi. Biasanya banyak disebabkan oleh faktor eksternal, seperti penggunaan pelumas yang berparfum atau berwarna, yang dapat menimbulkan permasalahan pada vulva.

Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan oleh penggunaan sabun, pembalut, hingga celana dalam yang berbahan sintetis.

Kondisi ini dapat diatasi dengan menghindari penggunaan produk-produk berparfum, mandi air hangat, mengeringkan bagian vulva dengan sempurna setelah mandi, dan menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat atau berbahan katun.

4. Infeksi jamur

Infeksi jamur dapat terjadi akibat pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan pada vagina. Infeksi ini dapat menyebabkan rasa gatal, iritasi, hingga rasa terbakar saat atau setelah berhubungan seksual.

Gejala lain yang menandakan adanya infeksi jamur adalah keputihan yang tidak biasa, seperti keputihan yang kental, putih, atau bertekstur bagai keju, pembengkakan atau kemerahan pada bagian bibir vagina, dan rasa sakit atau tidak nyaman pada vagina.

5. Vaginosis bakterialias

Keseimbangan pH pada vagina dapat terganggu setelah berhubungan seksual akibat pengaruh dari sperma pria. Kondisi keseimbangan pH yang terganggu dapat memicu pertumbuhan bakteri dan meningkatkan risiko terkena vaginosis bakterialis.

6. Infeksi menular seksual (IMS)

Seringkali, penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual tak menunjukkan gejala yang signifikan. Namun, salah satu gejala yang paling umum adalah rasa gatal pada organ intim. Berhubungan seksual ketika mengalami infeksi menular seksual dapat membuat pembengkakan dan rasa gatal semakin parah.

Gejala yang perlu diperhatikan adalah keputihan yang tidak biasa, rasa sakit hingga pendarahan ketika berhubungan seksual, rasa sakit ketika buang air kecil, dan rasa sakit pada perut bagian bawah.

Apapun faktor penyebabnya, ketika vagina dalam kondisi gatal, aktivitas seksual sebaiknya dihindari sampai vagina benar-benar pulih agar tidak semakin memperburuk gejala.

Bila rasa gatal disertai dengan gejala lainnya yang tidak biasa dan mengganggu, segera konsultasikan pada dokter untuk penanganan lebih lanjut.

(kna/kna)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Garuk-garuk Miss V Melulu Sehabis Bercinta? Ini 6 Kemungkinan Penyebabnya


Jakarta

Vagina adalah organ yang tergolong sangat sensitif. Banyak hal yang bisa menyebabkan iritasi pada vagina, vagina kering, hingga infeksi bakteri ataupun jamur.

Hal tersebut dapat menyebabkan rasa gatal, rasa sakit, hingga rasa terbakar pada vagina. Kondisi-kondisi tersebut dapat menimbulkan rasa tidak nyaman dan menganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari, termasuk dalam berhubungan seksual.

Dikutip dari Insider, terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan vagina gatal setelah berhubungan seksual, berikut adalah 6 di antaranya.


1. Vagina kering

Vagina seharusnya dalam kondisi yang lembap dan ketika berhubungan seksual, vagina dapat menghasilkan pelumas alaminya sendiri. Namun, beberapa dapat membuat seseorang tidak menghasilkan pelumas alami yang cukup untuk melembapkan vagina, seperti misalnya kondisi menopause.

Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan kadar hormon estrogen menyebabkan berkurangnya juga kelembapan pada dinding vagina. Selain saat menopause, perubahan hormonal pada masa kehamilan dan menyusui juga dapat menyebabkan perubahan pada kelembapan vagina.

Vagina yang kering dapat menimbulkan rasa tidak nyaman saat berhubungan seksual hingga menimbulkan gejala seperti iritasi, rasa gatal, dan rasa sakit setelah berhubungan seksual.

2. Alergi

Alergi terhadap bahan lateks yang digunakan pada kondom bukanlah suatu kondisi yang langka. Kondisi alergi ini dapat menimbulkan reaksi, seperti rasa gatal, kemerahan, hingga ruam pada vagina.

3. Dermatitis vulva atau vulvitis

Kondisi ini terjadi ketika kulit pada vulva atau bibir vagina mengalami iritasi. Biasanya banyak disebabkan oleh faktor eksternal, seperti penggunaan pelumas yang berparfum atau berwarna, yang dapat menimbulkan permasalahan pada vulva.

Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan oleh penggunaan sabun, pembalut, hingga celana dalam yang berbahan sintetis.

Kondisi ini dapat diatasi dengan menghindari penggunaan produk-produk berparfum, mandi air hangat, mengeringkan bagian vulva dengan sempurna setelah mandi, dan menggunakan celana dalam yang tidak terlalu ketat atau berbahan katun.

4. Infeksi jamur

Infeksi jamur dapat terjadi akibat pertumbuhan jamur Candida yang berlebihan pada vagina. Infeksi ini dapat menyebabkan rasa gatal, iritasi, hingga rasa terbakar saat atau setelah berhubungan seksual.

Gejala lain yang menandakan adanya infeksi jamur adalah keputihan yang tidak biasa, seperti keputihan yang kental, putih, atau bertekstur bagai keju, pembengkakan atau kemerahan pada bagian bibir vagina, dan rasa sakit atau tidak nyaman pada vagina.

5. Vaginosis bakterialias

Keseimbangan pH pada vagina dapat terganggu setelah berhubungan seksual akibat pengaruh dari sperma pria. Kondisi keseimbangan pH yang terganggu dapat memicu pertumbuhan bakteri dan meningkatkan risiko terkena vaginosis bakterialis.

6. Infeksi menular seksual (IMS)

Seringkali, penyakit menular seksual atau infeksi menular seksual tak menunjukkan gejala yang signifikan. Namun, salah satu gejala yang paling umum adalah rasa gatal pada organ intim. Berhubungan seksual ketika mengalami infeksi menular seksual dapat membuat pembengkakan dan rasa gatal semakin parah.

Gejala yang perlu diperhatikan adalah keputihan yang tidak biasa, rasa sakit hingga pendarahan ketika berhubungan seksual, rasa sakit ketika buang air kecil, dan rasa sakit pada perut bagian bawah.

Apapun faktor penyebabnya, ketika vagina dalam kondisi gatal, aktivitas seksual sebaiknya dihindari sampai vagina benar-benar pulih agar tidak semakin memperburuk gejala.

Bila rasa gatal disertai dengan gejala lainnya yang tidak biasa dan mengganggu, segera konsultasikan pada dokter untuk penanganan lebih lanjut.

(up/up)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Tak Perlu Insecure, Ini yang Bikin Tiap Wanita Bisa Punya Bentuk Miss V Berbeda


Jakarta

Sejumlah wanita merasa insecure soal bentuk dan warna vaginanya, takut berbeda dari punya wanita kebanyakan. Padahal, setiap wanita bisa memiliki bentuk, ukuran, dan warna vagina yang berbeda-beda. Secara keseluruhan, bentuk vagina yang dimiliki oleh kebanyakan wanita memang sama. Tetapi, panjang lebar labia, jumlah rambut kemaluan, warna, dan bau bisa bervariasi.

Berikut beberapa perbedaan vagina yang dimiliki oleh wanita menurut Medical News Today:

1. Bentuk

Area luar alat kelamin, sebagaimana yang sering menjadi perbincangan para wanita, sebenarnya memilih istilah bernama ‘vulva’. Vulva mencakup struktur, seperti labia mayora (bibir bagian dalam) dan minora (bibir bagian luar). Struktur ini merupakan lipatan kulit yang mengelilingi lubang vagina.


Pada beberapa orang, labia mayora berbentuk lebih panjang. Biasanya bibir kemaluan akan menggantung rendah dan kulit tampak lebih tipis. Sedangkan pada bibir luar biasanya halus dan tidak memiliki lipatan sebanyak bibir bagian dalam. Beberapa orang memiliki bibir luar yang menyembunyikan bibir bagian dalam, terkadang bibir luar akan melengkung dan memperlihatkan bibir bagian dalam. Jika bibir luar pendek, maka tidak memungkinkan untuk terlihat bibir bagian dalam lebih menonjol.

Atau karena labia minora pada beberapa orang membuat bibir bagian dalam pendek, maka tidak akan begitu terlihat dari bagian luar. Sementara jika bibir luar dan dalam kecil, maka klitoris akan terlihat.

2. Ukuran

Sebenarnya, ukuran vagina bisa berubah-ubah panjangnya disebabkan oleh penggunaan tampon, atau sentuhan jari dan penis. Ukuran dapat berubah karena vagina meregang dan memanjang. Menurut studi, panjang vagina rata-rata di bawah 4 inci. Tetapi, beberapa orang memiliki ukuran vagina 7 inci, dan ini bukanlah permasalahan.

3. Warna

Setiap wanita bisa memiliki warna vagina berbeda-beda seperti merah anggur, merah jambu, dan anggur. Warna vulva pada vagina bisa bervariasi tergantung aliran darah. Selama terangsang, aliran darah akan meningkat dan membuat vulva berwarna keunguan. Namun pada beberapa kasus, w wanita mengalami perubahan warna karena infeksi jamur yang menyebabkan vulva berwarna merah atau ungu.

4. Rambut kemaluan

Rambut kemaluan pada vagina berfungsi melindungi alat kelamin dari penyakit bakteri. Rambut kemaluan menunjukkan kematangan seksual seperti perkembangan selama pubertas. Setiap orang memiliki jumlah, warna, dan tekstur rambut yang bervariasi.

Anak yang belum berusia 8 tahun namun memiliki rambut kemaluan yang berlebih bisa menandakan tingginya risiko Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau biasa disebut dengan sindrom Ovarium Polikistik.

5. Keputihan

Keputihan dapat membuat vagina tetap sehat, beberapa orang akan menggunakan warna untuk melihat kesuburannya. Peningkatan debit pada keputihan terjadi sebelum ovulasi, namun pada beberapa kondisi perubahan keputihan dapat mengidentifikasi adanya infeksi yang memerlukan pengobatan medis. Seseorang harus menemui dokter jika mengeluarkan cairan berwarna hijau, abu-abu, dan memiliki bau busuk.

6. Berdarah

Darah haid pada setiap wanita juga bisa bervariasi. Beberapa orang akan mengalami bercak ringan, sementara yang lainnya akan mengalami pendarahan yang hebat. Aliran menstruasi yang deras dapat mengganggu aktivitas keseharian dan menyebabkan anemia. Jika sudah terjadi demikian, penanganan medis mungkin diperlukan.

7. Bau

Lantaran mengandung bakteri yang dapat menyebabkan bau, aroma vagina seseorang akan bervariasi mulai dari rasa manis hingga bau yang menyengat. Perubahan siklus juga dapat memengaruhi bau di area vagina. Biasanya bau tidak perlu diperhatikan. Namun pada beberapa kasus, bau tidak sedap muncul karena adanya infeksi bakteri.

Beberapa gejala yang mengharuskan wanita periksa ke dokter:

  • Debit keputihan yang tidak biasa
  • Bau yang tidak biasa
  • Perubahan pada warna vulva
  • Pendarahan hebat saat berhubungan seks

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Dear Wanita, Rahasia Miss V Sehat Bisa Dijaga dengan Cara Ini


Jakarta

Menjaga kesehatan organ vagina merupakan hal yang penting dilakukan. Namun, hal ini seringkali terabaikan dan masih dianggap remeh.

Organ intim yang terawat dengan baik dapat mencegah munculnya berbagai macam permasalahan kesehatan, terutama penyakit pada vagina. Selain itu, penyakit pada vagina juga dapat turut memengaruhi kesehatan organ reproduksi.

Berikut sejumlah tips yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan vagina, wanita wajib catat ya!


1. Konsumsi Makanan Bernutrisi

Layaknya tubuh, organ vital juga membutuhkan asupan nutrisi dan gizi yang memenuhi untuk dapat bekerja secara optimal. Sejumlah makanan yang dapat dikonsumsi adalah:

  • Antioksidan: Bayam, wortel, jahe, kacang kedelai
  • Vitamin E: Brokoli, alpukat, kacang almon
  • Vitamin C: Jeruk, beri, kentang
  • Omega 3: Produk ikan, seperti sarden, teri, tuna, dan salmon
  • Omega 6: Tahu, telur, kacang kenari, kacang mede
  • Protein: Daging ayam, daging sapi, susu, produk olahan susu, jambu merah, pisang
  • Probiotik: Tempe hingga yogurt

2. Pastikan Kebersihan Vagina Selalu Terjaga

Vagina perlu dibersihkan secara rutin setiap habis buang air kecil atau buang air besar. Adapun bagian vagina yang perlu dibersihkan, yakni vulva atau bibir vagina. Hal ini dikarenakan bagian dalam vagina adalah organ yang dapat membersihkan dirinya sendiri. Jangan lupa untuk menerapkan cara membersihkan yang benar dan mengeringkan vagina sebelum menggunakan celana dalam.

Hindari juga penggunaan sabun yang mengandung parfum karena dapat berpotensi mengganggu keseimbangan pH dan bakteri baik di vagina.

3. Gunakan Cukuran Tajam saat Mencukur Rambut di Sekitar Vagina

Penggunaan cukuran yang tumpul dapat menimbulkan iritasi pada area vagina. Bila mengalami iritasi pada vagina setelah mencukur, hindari penggunaan produk berparfum.

4. Waspadai Jika Vagina Alami Tanda Seperti Ini

Kesehatan vagina dapat diamati dari sejumlah tanda-tanda, seperti bau, wujud, dan keputihan atau cairan yang dikeluarkan dari vagina. Bila mengeluarkan bau tidak sedap, terlihat berbeda dari biasanya, atau mengeluarkan keputihan yang tidak biasa, maka dapat menandakan kondisi kesehatan vagina yang bermasalah.

(suc/suc)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy