Tag Archives: kerabat

Telinga Berdenging Tanda Dipanggil Nabi? Ini Penjelasan Buya Yahya


Jakarta

Pernahkah Anda tiba-tiba mendengar suara berdenging di telinga? Di masyarakat, fenomena ini sering dikaitkan dengan berbagai mitos, mulai dari pertanda ada yang membicarakan kita, hingga disebut sebagai panggilan dari Nabi Muhammad SAW.

Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai telinga berdenging? Apakah hal ini benar-benar memiliki makna spiritual? Simak penjelasan lengkap dari Buya Yahya.

Mitos Telinga Berdenging yang Beredar di Masyarakat

Dalam sebuah kajian yang diunggah di channel YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menjelaskan bahwa telinga berdenging atau tinnitus adalah sebuah fenomena medis. Jika sering mengalaminya, Buya Yahya, menyarankan periksa ke dokter. Telinga berdenging bisa jadi disebabkan oleh masalah kesehatan, seperti tekanan di dalam telinga atau gangguan pada saraf pendengaran.


Maka dari itu, sangat tidak tepat jika kondisi fisik ini dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat metafisika, apalagi dengan pertanda dipanggil oleh Nabi.

Buya Yahya menanggapi beberapa kepercayaan umum tentang telinga berdenging, yaitu:

  • Tanda amal tidak diterima: Ada yang meyakini bahwa telinga berdenging adalah sinyal bahwa ibadah yang kita lakukan tidak diterima oleh Allah SWT.
  • Panggilan dari Nabi Muhammad SAW: Mitos ini menyebutkan bahwa jika telinga berdenging, berarti Nabi Muhammad SAW sedang memanggil kita.
  • Pertanda akan ada yang meninggal: Sebagian masyarakat juga percaya bahwa telinga berdenging merupakan firasat buruk, seperti akan ada kerabat yang meninggal dunia.

Menurut Buya Yahya, semua mitos tersebut tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Ia menegaskan menghubung-hubungkan telinga berdenging dengan hal-hal spiritual seperti itu adalah hal yang tidak benar.

Karena sejatinya, Nabi Muhammad SAW memanggil umatnya setiap hari melalui syariat yang beliau tinggalkan. Panggilan itu nyata dan jelas, yaitu melalui seruan salat, anjuran beribadah, dan ajakan untuk beramal kebaikan.

Sangat keliru jika menunggu telinga berdenging sebagai panggilan dari Nabi. Sebab panggilan yang sebenarnya jauh lebih jelas dan tidak ambigu. Buya Yahya menekankan kita harus berpegang teguh pada petunjuk yang nyata, yaitu Al-Qur’an dan hadits.

“Nabi memanggil kita setiap saat, dengan hadits-haditsnya. Tidak usah nunggu ada denging telinga ya. Kita ingin yang nyata, yang jelas, hadits-hadits Nabi. Ilmu-ilmu Nabi SAW,” kata Buya Yahya dalam video yang berjudul Benarkah Telinga Berdenging itu Tanda Amal Ibadah Ditolak & Panggilan Nabi Muhammad?.

detikHikmah telah mendapatkan izin untuk mengutip isi ceramah tersebut.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Sedekah Diutamakan kepada Siapa, Keluarga atau Anak Yatim?


Jakarta

Islam memerintahkan umatnya untuk bersedekah. Terlebih, amalan yang satu ini mengandung banyak keutamaan.

Anjuran bersedekah disebutkan dalam Al-Qur’an, salah satunya surah Ali Imran ayat 92:

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٩٢


Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”

Mengutip dari buku Jalan yang Lurus, Jalan Hidup Nikmat Dunia-Akhirat yang ditulis Mufid, sedekah tidak hanya berkaitan dengan harta. Senyum termasuk bentuk sedekah yang paling ringan.

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam haditsnya,

“Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu.” (HR Tirmidzi)

Sedekah dapat diberikan kepada mereka yang membutuhkan. Tidak hanya fakir miskin, bahkan keluarga sekalipun boleh menerima sedekah.

Lantas, kepada siapa sedekah paling diutamakan?

Sedekah Diutamakan kepada Keluarga

Menukil buku Pencegahan Fraud dengan Manajemen Risiko dalam Perspektif Al-Quran oleh Eko Sudarmanto, sedekah diutamakan kepada keluarga. Jika keluarga sudah terpenuhi kebutuhannya dari segi materi, maka sedekah boleh diberikan kepada orang lain.

Menurut Imam Baghawi, alasan diutamakannya keluarga sebagai penerima sedekah karena mereka merupakan bentuk tanggung jawab untuk dinafkahi, seperti istri, anak, atau orang tua.

Selain itu, Rasulullah SAW dalam haditsnya turut menjelaskan hal serupa. Beliau bersabda,

“Sedekah untuk orang miskin, nilainya hanya sedekah. Sementara sedekah untuk kerabat, nilainya dua; sedekah dan silaturahmi.” (HR Nasa’i)

Dalam riwayat lainnya, dikatakan juga mengenai sedekah diutamakan kepada keluarga atau kerabat.

“Wahai Rasulullah, apakah sedekah yang paling utama?’ Rasul menjawab, ‘Sedekah orang sedikit harta. Utamakanlah orang yang menjadi tanggung jawabmu.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Dijelaskan dalam Fikih Sunnah Jilid 2 oleh Sayyid Sabiq yang diterjemahkan Khairul Amru Harahap, sedekah kepada orang lain tidak diperbolehkan apabila harta yang digunakan untuk bersedekah diperlukan untuk nafkah diri sendiri dan keluarganya. Tetapi, jika ia mampu dan kebutuhan keluarganya terpenuhi, barulah dianjurkan bersedekah kepada orang lain yang membutuhkan.

Urutan penerima sedekah dalam Al-Qur’an disebutkan pada surah Al Baqarah ayat 215,

يَسْـَٔلُونَكَ مَاذَا يُنفِقُونَ ۖ قُلْ مَآ أَنفَقْتُم مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَٰلِدَيْنِ وَٱلْأَقْرَبِينَ وَٱلْيَتَٰمَىٰ وَٱلْمَسَٰكِينِ وَٱبْنِ ٱلسَّبِيلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ ٱللَّهَ بِهِۦ عَلِيمٌ

Artinya: “Mereka bertanya tentang apa yang mereka nafkahkan. Jawablah: “Apa saja harta yang kamu nafkahkan hendaklah diberikan kepada ibu-bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan”. Dan apa saja kebaikan yang kamu buat, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”

Mengacu pada ayat di atas, maka urutan penerima sedekah yaitu orang tua, kerabat, anak yatim, orang miskin dan orang yang sedang berada dalam perjalanan (musafir).

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Pulang Haji dan Umroh untuk Tamu


Jakarta

Jemaah haji Indonesia mulai kembali ke Tanah Air hari ini. Jemaah yang baru pulang dapat memanjatkan doa setelah pulang haji dan umroh untuk para tamu yang menyambut kepulangan mereka.

Dikutip dari buku Doa-doa Mustajab oleh Ibnu Qalbina, jemaah haji yang sudah kembali ke rumah masing-masing dianjurkan untuk memanjatkan doa bagi orang-orang ataupun tamu yang menjemput dan menyambut kepulangan. Sebab, doa orang yang baru menunaikan ibadah haji mustajab atau dikabulkan Allah SWT.

Lantas, bagaimana lafal bacaan doa pulang umroh tersebut? Berikut adalah lafal bacaan doa pulang umroh lengkap dalam bahasa Arab, Latin, dan terjemahannya.


Doa setelah Pulang Haji dan Umroh untuk Tamu

1. Doa setelah Pulang Haji Versi Pertama

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَا لَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىٰ سَـيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَا بِهَا حَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةِ قَبْرِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ

Arab Latin: Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin. Allahumma shalli wa sallim wabaa rik ‘alaa sayyidina muhammadin sholaatan tuballighuna bihaa hajja baitikal haraami waziyaarati qabri nabiyyika muhammadin.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Ya Allah limpahkanlah shalawat, salam dan berkah kepada junjungan kami nabi Muhammad, dengan shalawat yang bisa menyampaikan kami untuk berhaji ke baitil haram dan ziarah ke makam nabi Muhammad.”

2. Doa setelah Pulang Haji Versi Kedua

بسم الله الرحمن الرحيم,

الحمد لله رب العا لمين، والصلاة والس علىأشرف المرسلين سيدنا محمد وعلى آله وأصحا به أجمعين. اللهم أن تبلغ يا ربي الحاضرين زيارةالمسجد الحرام والمسجد النبي صلى الله عليه وسلم

اللهم اجعل حجنا حج مبرورا وسعيا مشكورا وذنبا مغفورا وعملاً صالحا مقبولاً وتجارة لن تبور. انك على كل شيء قدير. ربنا اتنافى الدنيا حسنة وفي الآخرة حسنة وقنا عذاب النار. والحمد لله رب العلمين.

Arab Latin: Alhamdulillahi rabbil ‘alaamiin, wash-shalatu was salamu ‘alaa asyrafil mursaliin. Sayyidina Muhammadin wa ‘alaa aalihi wa ash habihi ajma’iin. Allahumma antubaligha yaa rabbiyal hadhiniina ziyaaratal masjidil haraami wa masjidin nabiyyi shalallahu ‘alaihi wa sallam.

Allahummaj ‘al hajjanaa hajjan mabruran wa sa’ yan masykuran wadzan ban maghfuran wa ‘amalan shalihan maqbulan watijaaratan lan tabuur. Innaka ‘alaa kulli syai in qadiir. Rabbanaa aatinaa fiddun yaa hasanah wa fil aakhirati hasanah wa qinaa ‘adzabannaar.

Walhamdulillahi rabbil’alamiin.

Artinya: “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah Pemelihara semesta alam. Shalawat dan salam semoga atas yang paling mulia dari para Rasul, Nabi Muhammad SAW dan segenap keluarga dan para sahabatnya. Yaa.. Allah perkenankan Engkau untuk menyampaikan orang-orang yang hadir di sini, mohon dapat menziarahi Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Ya.. Allah, jadikan haji kami haji yang mabrur, sa’i yang disyukuri dosa yang terampuni dan amal shaleh yang diterima, perdagangan yang tidak merugi, sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu. Ya.. Allah berikan kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan jauhkan kami dari siksa api neraka. Dan segala puji bagi Allah, Tuhan Pemelihara seluruh alam.”

3. Doa setelah Pulang Umroh Versi Pertama

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ الْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلىٰ سَـيِّدِنَامُحَمَّدٍ صَلَاةً تُبَلِّغُنَابِهَاحَجَّ بَيْتِكَ الْحَرَامِ وَزِيَارَةَ قَبْرِنَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Arab Latin: “Bismillahirrahmanirrahim. Alhamdulillahirabbil’alamin. Allahumma sholli wasallim wabaarik ‘alaa sayyidina muhammadin sholatan tuballighuna bihaa hajja baitikal haraami wa ziyarota qobri nabiyyika muhammadin shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Segala puji bagi-Nya, Tuhan semesta alam. Ya Allah, limpahkanlah shalawat, salam, dan berkah kepada junjungan kami Nabi Muhammad, melalui shalawat ini kami diperkenankan berhaji ke Baitullah dan ziarah ke makam Nabi Muhammad SAW.”

4. Doa setelah Pulang Umroh Versi Kedua

اَللّٰهُمَّ اجْعَلْ حَجَّنَاحَجًّامَبْرُوْرًا، وَعُمْرَتَنَاعُمْرَةًمَبْرُوْرًا،وَسَعْيَنَاسَعْيًامَشْكُوْرًا، وَذَنْبَنَاذَنْبًامَغْفُوْرًا، وَعَمَلَنَاعَمَلًاصَالِحًا مَقْبُوْلًا، وَتِجَارَتَنَاتِجَارَةً لَنْتَبُوْرَ، يَا عَالِمَ مَا فِى الصُّدُوْرِأَخْرِجْنَامِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ

Arab Latin: “Allahummaj’al hajjana hajjan mabruron, wa ‘umrotana ‘umrotan mabruron, wasa’ yana sa’yan masykuro, wa dzambanaa dzanban maghfuro, wa ‘amalana ‘amalan sholihan maqbula, watija rotana tijaarotan lan tabuur, yaa ‘aalima maa fis shuduur, akhrijna mina dzulumaati ilannuur.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah haji kami haji yang mabrur, umroh kami umroh yang mabrur, sa’i kami sa’i yang syukur, dosa kami dosa yang diampuni, amal kami amal yang diterima, dan perdagangan kami perdagangan yang tidak merugi. Wahai Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang ada dalam hati, keluarkanlah kami dari kegelapan menuju cahaya.”

5. Doa setelah Pulang Umroh Versi Ketiga

للهم سَهِّلْ أُمُوْرَنَاوَحَصِّلْ مَقَاصِدَنَاوَبَلِّغْنَا إِلَيْكَ يَا اَللهُ. اللهم اجْمَعْنَاجَمْعًامَرْحُوْمًا اللهم إِنَّانَسْئَلُكَ النِّعْمَةَوَالرَّحْمَةَ وَحُسْنَ الْخَاتِمَة

Arab Latin: “Allahummasahhil umuuronawahasshil maqooshidanawaballignaa ilaika yaAllah. Allahummaj ma’ jam’an marhuuma. Allahumma inna nas-alukanni’mata warrohmata waqusnal qhotimah.”

Artinya: “Ya Allah, mudahkanlah segala urusan kami, capai tujuan kami, dan sampaikanlah kami kepada-Mu, wahai Allah. Ya Allah, kumpulkanlah kami bersama mereka yang mendapatkan rahmat-Mu. Ya Allah, kami memohon nikmat, rahmat, dan akhir yang baik kepada-Mu.”

6. Doa setelah Pulang Umroh Versi Keempat

رَبَّنَااَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلاَخِرَةِحَسَنَةً وَقِنَاعَذَابَ النَّاِر. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَا لَمِيْنَ

Arab Latin: “Robbanaa aatina fiddun ya hasanah, wafil aakhiroti hasanah, waqinaa ‘adzaa bannaar. Walhamdulillahi robbil ‘alamin.”

Artinya: “Ya Tuhan kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan di akhirat, serta peliharalah kami dari siksa api neraka. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam.”

Selain memanjatkan doa setelah pulang haji dan umroh untuk tamu, dikutip dari buku Manasik Haji dan Umrah Kemenag, ada beberapa adab bagi jemaah haji yang baru pulang dari Tanah Suci sebelum masuk ke rumah dan berkumpul bersama sanak keluarga. Beberapa adab yang dimaksud sebagai berikut.

1. Sebelum tiba di rumah seluruh jemaah haji dianjurkan melaksanakan sujud syukur dan salat dua rakaat di masjid atau musala terdekat dari rumah.

2. Memintakan ampun dan mendoakan orang-orang yang ikut menjemput dan menyambut sebelum masuk ke rumah karena doa orang yang baru melaksanakan ibadah haji dikabulkan Allah SWT.

3. Melapor lalu berobat ke Puskesmas atau rumah sakit setempat bagi jemaah haji yang sakit dalam waktu 14 hari sejak mereka datang.

4. Melapor ke puskesmas setempat dalam waktu 14 hari, bila jemaah haji tidak sakit.

5. Meningkatkan iman, takwa, dan kepedulian sosial, dan bergabung dengan Ikatan Persaudaraan Haji (IPHI) yang ada di daerah masing-masing sebagai upaya untuk melestarikan kemabruran ibadah haji.

Itulah doa setelah pulang haji dan umroh untuk tamu yang dapat dibaca. Semoga bermanfaat.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Larangan Menyakiti Hati Perempuan, Termasuk Istri dan Ibu


Jakarta

Hukum menyakiti hati perempuan adalah dosa dalam Islam. Islam sangat menjunjung tinggi kemuliaan seorang perempuan.

Perempuan adalah sosok istimewa yang diibaratkan layaknya perhiasan. Saking istimewanya seorang perempuan, hingga Allah SWT mengabadikannya dalam sebuah surat An-Nisa yang artinya perempuan.

Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk berbuat kasar terhadap perempuan. Sebab perempuan memiliki hati yang lembut dan mudah tersentuh.


Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,

“Berbuat baiklah kepada wanita, karena sesungguhnya mereka diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas. Maka, perlakukanlah para wanita dengan baik. (HR al-Bukhari)

Mengutip Kemuliaan Perempuan dalam Islam oleh Prof. Dr. Musdah Mulia, M.Ag., Islam menentang budaya jahiliyah yang merendahkan perempuan. Secara mendasar, Islam memperkenalkan kepada masyarakat dunia tentang pentingnya mengangkat harkat dan martabat perempuan sebagai manusia yang posisinya setara dengan laki-laki.

Selain itu kedudukan perempuan dan laki-laki dihadapan Allah SWT sama. Sama-sama hamba Allah SWT. Hal yang membedakan keduanya hanya ketakwaan mereka, sebagaimana yang dijelaskan dalam surat Al-Hujurat ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan. Kemudian Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”

Dalil Larangan Menyakiti Hati Perempuan

Dalam Al-Qur’an banyak dijelaskan mengenai larangan menyakiti hati perempuan. Artinya, jika masih ada orang yang menyakiti hati perempuan, ia bukanlah orang yang beriman.

1. Dalil Larangan Menyakiti Hati Ibu

Di surat Al-Isra’ ayat 23, secara jelas adanya larangan menyakiti hati seorang ibu. Ayat tersebut tertulis sebagai berikut:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya : Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya mencapai usia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya. Ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. (QS. Al-Isra : 23)

2. Dalil Larangan Menyakiti Hati Istri

Dalam Al-Qur’an juga membahas mengenai larangan menyakiti hati seorang istri. Al-Qur’an surat An-Nisa ayat 34 yang berbunyi sebagai berikut:

اَلرِّجَالُ قَوَّامُوْنَ عَلَى النِّسَاۤءِ بِمَا فَضَّلَ اللّٰهُ بَعْضَهُمْ عَلٰى بَعْضٍ وَّبِمَآ اَنْفَقُوْا مِنْ اَمْوَالِهِمْ ۗ فَالصّٰلِحٰتُ قٰنِتٰتٌ حٰفِظٰتٌ لِّلْغَيْبِ بِمَا حَفِظَ اللّٰهُ ۗ وَالّٰتِيْ تَخَافُوْنَ نُشُوْزَهُنَّ فَعِظُوْهُنَّ وَاهْجُرُوْهُنَّ فِى الْمَضَاجِعِ وَاضْرِبُوْهُنَّ ۚ فَاِنْ اَطَعْنَكُمْ فَلَا تَبْغُوْا عَلَيْهِنَّ سَبِيْلًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلِيًّا كَبِيْرًا

Artinya : Laki-laki (suami) adalah pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) memberikan nafkah dari hartanya. Maka, perempuan-perempuan yang saleh adalah mereka yang taat (kepada Allah) dan menjaga diri ketika suaminya tidak ada, karena Allah telah menjaga mereka. Perempuan-perempuan yang kamu khawatirkan akan nusyuz, hendaklah kamu beri nasihat kepada mereka, pisahkanlah mereka di tempat tidur (pisah ranjang), dan (kalau perlu) pukullah mereka. Tetapi jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari alasan untuk menyusahkannya. Sungguh, Allah Mahatinggi, Mahabesar (QS. An-Nisa : 34)

3. Dalil Larangan Menyakiti Hati Wanita Secara Umum

Yang terakhir adalah dalil menyakiti hati wanita secara umum. Larangan tersebut tertulis dalam surat Al-Baqarah ayat 83 yang berbunyi:

وَاِذْ اَخَذْنَا مِيْثَاقَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ لَا تَعْبُدُوْنَ اِلَّا اللّٰهَ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًا وَّذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَقُوْلُوْا لِلنَّاسِ حُسْنًا وَّاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَۗ ثُمَّ تَوَلَّيْتُمْ اِلَّا قَلِيْلًا مِّنْكُمْ وَاَنْتُمْ مُّعْرِضُوْنَ

Artinya : DDan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil, “Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Bertuturkatalah yang baik kepada manusia, laksanakanlah salat, dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari), kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu masih tetap menjadi pembangkang. (QS. Al-Baqarah : 83)

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com