Tag Archives: kesehatan

99 Persen Kasus Serangan Jantung Diawali dengan Tanda Peringatan Ini

Jakarta

Sebelum serangan jantung, stroke, atau penyakit kardiovaskular lainnya terjadi, hampir selalu ada tanda-tanda peringatan. Begitulah temuan dari sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology.

Peringatan tersebut di antaranya tekanan darah tinggi, kadar gula darah, kolesterol, hingga kebiasaan merokok.

Dalam studi tersebut, peneliti menganalisis data dari dua kelompok besar, lebih dari 600 ribu kasus penyakit kardiovaskular di Korea Selatan dan sekitar 1.000 kasus di Amerika Serikat.


Para peneliti mencatat lebih dari 99 persen kasus penyakit jantung, gagal jantung, atau stroke didahului oleh setidaknya satu faktor risiko klasik.

“Bahkan peningkatan ringan dari keempat faktor ini perlu segera ditangani dengan perubahan gaya hidup atau pengobatan,” kata Philip Greenland, salah satu penulis utama studi sekaligus profesor kedokteran pencegahan di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago, dikutip dari CNN.

Temuan ini dinilai penting karena menunjukkan dokter dan pasien sebenarnya memiliki kendali besar untuk mencegah sebagian besar kasus penyakit jantung, demikian wanti-wanti Susan Cheng, profesor sekaligus wakil ketua bidang riset Departemen Kardiologi di Smidt Heart Institute, Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles.

Beberapa penelitian sebelumnya sempat menunjukkan semakin banyak kasus penyakit jantung terjadi tanpa faktor risiko tradisional.

Hal itu menimbulkan dugaan bahwa mungkin ada penyebab lain yang belum sepenuhnya dipahami oleh dunia medis. Namun, studi terbaru ini berbeda. Para peneliti tidak hanya melihat diagnosis formal seperti hipertensi atau diabetes, tetapi menelusuri data medis lengkap pasien.

Dengan pendekatan ini, mereka menemukan hampir semua kasus memang sudah memiliki faktor risiko yang dapat dimodifikasi sebelum penyakit berkembang.

“Jadi, jika dokter dan pasien ingin benar-benar menurunkan risiko penyakit jantung, langkah terbaik adalah terus mengelola tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan berhenti merokok,” ujar Cheng.

Bukan Melawan Penuaan, Tapi Memperpanjang Umur Sehat

Menurut Dr Karen Joynt Maddox, profesor kedokteran kardiologi di Washington University Medical School, ilmu kedokteran sudah banyak memahami tentang penyakit jantung dalam satu abad terakhir. Namun, penerapan pengetahuan itu di kehidupan nyata masih menjadi tantangan.

Salah satu kendala, katanya, adalah sifat risiko penyakit jantung yang terasa abstrak.

“Ketika seseorang sudah sakit, lebih mudah baginya untuk termotivasi melakukan perubahan. Tapi sulit menjelaskan pentingnya pencegahan untuk sesuatu yang belum terjadi,” jelas Joynt Maddox.

Sementara itu, Dr. Ahmed Tawakol, ahli jantung di Massachusetts General Hospital dan profesor di Harvard Medical School, menilai bahwa banyak orang mengaitkan pengobatan atau pencegahan penyakit jantung dengan proses menua sesuatu yang menakutkan bagi sebagian pasien.

Padahal, katanya, mengelola tekanan darah, gula darah, dan kolesterol bukan berarti kehilangan masa muda, melainkan langkah untuk memperpanjang usia dan menjaga kualitas hidup.

“Ini bukan soal melawan penuaan, tapi memperpanjang masa hidup yang sehat, memberi Anda lebih banyak waktu untuk merasa muda dan melakukan hal yang bermakna,” ujarnya.

Jaga Tekanan Darah, Tidur Cukup, dan Kelola Stres

Meski faktor risiko penyakit jantung tidak banyak berubah, teknologi dan cara mengelolanya terus berkembang.

Langkah sederhana bisa dimulai dari memantau tekanan darah di rumah, lalu bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi dan membuat rencana pengelolaan kesehatan.

Selain faktor medis, gaya hidup sehat juga berperan besar. Menurut Tawakol, tidur cukup, rutin berolahraga, menjaga berat badan ideal, makan bergizi, dan mengelola stres adalah kunci utama menurunkan risiko penyakit jantung.

“Stres dan depresi bisa menjadi faktor risiko sekuat merokok atau diabetes,” ujarnya.

“Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa mengatasi semua faktor ini secara bersamaan dapat membantu orang menikmati hidup yang lebih panjang dan sehat.”

(naf/naf)



Sumber : health.detik.com

9 Anak di India Tewas Usai Diduga Minum Obat Batuk Sirup Mengandung Bahan Beracun


Jakarta

Pihak berwenang India tengah menyelidiki apakah sirup obat batuk yang terkontaminasi menyebabkan kematian sembilan anak di negara bagian tengah setelah obat tersebut ditemukan mengandung bahan kimia beracun dalam tingkat berbahaya.

Kementerian Kesehatan India mengatakan sampel Coldrif Cough Syrup, yang diproduksi oleh Sresan Pharma di negara bagian selatan Tamil Nadu, diuji oleh otoritas negara bagian dan ditemukan mengandung dietilen glikol (DEG) yang melebihi batas yang diizinkan.

“Sampel-sampel tersebut ditemukan mengandung DEG melebihi batas yang diizinkan,” kata kementerian dalam sebuah pernyataan, dikutip Reuters.


DEG, pelarut beracun yang digunakan dalam produk industri, telah dikaitkan dengan keracunan fatal di beberapa negara. Pernyataan itu muncul setelah laporan media menunjukkan kematian sembilan anak baru-baru ini di negara bagian Madhya Pradesh dapat dikaitkan dengan konsumsi sirup obat batuk.

“Madhya Pradesh Food and Drug Administration (MPFDA) juga menganalisis tiga dari 13 sampel yang dikumpulkan, yang ditemukan bebas dari kontaminasi,” kata pernyataan kementerian.

Namun, otoritas obat Tamil Nadu kemudian mengonfirmasi adanya kontaminasi DEG (diethylene glycol) pada sampel yang diambil langsung dari fasilitas produksi Sresan Pharma di Kanchipuram.

Pihak Sresan Pharma belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar yang dikirim melalui email.

Kementerian menyatakan, pihak berwenang telah meluncurkan inspeksi terhadap 19 produsen obat di enam negara bagian untuk mengidentifikasi kelemahan pengendalian mutu dan memberikan rekomendasi perbaikan guna mencegah insiden serupa di masa mendatang.

India sendiri mendapat sorotan terkait kualitas ekspor farmasinya setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengaitkan sirup obat batuk produksi perusahaan lain dengan kematian 70 anak di Gambia pada 2022, temuan yang kemudian dibantah oleh New Delhi.

(suc/suc)



Sumber : health.detik.com

Studi Beberkan Rahasia Umur Panjang Nenek Usia 117 Tahun, Ternyata Simpel Banget!


Jakarta

Pada usia 117 tahun, seorang nenek bernama Maria Branyas dinyatakan sebagai orang tertua yang masih hidup di dunia. Menurut para peneliti, umur panjangnya bukan semata-mata karena keberuntungan.

Dikutip dari New York Post, dalam pernyataannya kepada Guinness World Records, Branyas mengaitkan usia panjangnya dengan gaya hidup yang teratur, tenang, menjaga hubungan baik dengan keluarga dan teman, dekat dengan alam, memiliki emosi yang stabil, tidak banyak khawatir, tidak menyesali masa lalu, selalu berpikir positif, serta menjauh dari orang-orang ‘toxic’.


Wanita ini lahir di San Francisco, California, lalu pindah ke Spanyol bersama keluarganya dan menetap di sana hingga akhir hayat. Sebelum meninggal pada 19 Agustus 2024, para ilmuwan dari Josep Carreras Institute, Barcelona, Spanyol, sempat meneliti sampel gen Branyas untuk mengetahui faktor yang mendukung umur panjangnya.

Tim peneliti menggunakan metode non-invasif untuk mengambil sampel dari tiga jenis jaringan tubuh. Mereka kemudian menganalisis genom, epigenom, transkriptom, proteom, dan metabolom Branyas.

Meski hasil analisis menunjukkan adanya tanda-tanda penuaan, ditemukan pula bahwa Branyas memiliki karakteristik genetik yang terkait dengan neuroproteksi dan kardioproteksi, serta tingkat peradangan yang rendah, yang diyakini berperan dalam menjaga kesehatannya hingga usia lebih dari satu abad.

“Branyas memiliki genom luar biasa yang diperkaya dengan varian gen yang berkaitan dengan peningkatan umur pada spesies lain (seperti anjing, cacing, dan lalat) dan gen yang memberikan perlindungan kardiolipidik dan retensi kognisi,” ujar kepala kelompok Epigenetika Kanker di Institut Penelitian Leukimia Josep Carreras, Dr Manel Esteller kepada Fox News Digital.

“Pada saat yang sama, ia tidak memiliki varian gen yang terkait dengan risiko patologi seperti kanker, Alzheimer, dan gangguan metabolisme,” tuturnya.

Selain itu, Branyas juga diketahui memiliki jumlah besar bakteri menguntungkan Bifidobacterium dalam mikrobiomanya. Menurut para peneliti, hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebiasaannya sering mengonsumsi yoghurt.

Bakteri Bifidobacterium berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh, antara lain dengan meningkatkan sistem kekebalan, menyeimbangkan peradangan, mengatur metabolisme, serta membantu mencerna karbohidrat dan serat tertentu.

“Kami menjelaskan kepadanya bahwa konsumsi yoghurt dan komposisi bakteri di ususnya mungkin berkaitan dengan umur panjangnya,” kata Esteller.

“Selain itu, profil lipidnya luar biasa – kolesterol sangat rendah, LDL (lemak jahat) rendah, dan HDL (lemak baik) tinggi,” lanjutnya. “Ini berkaitan dengan pola makannya yang hemat dan gen yang dengan cepat memetabolisme molekul-molekul berbahaya tersebut.”

Dia diketahui juga tidak pernah merokok atau minum alkohol. Menurut peneliti, usia biologisnya lebih muda dibandingkan usia kronologisnya.

Esteller menggambarkan Branyas sebagai sosok yang luar biasa, dengan senyum yang mampu mencerahkan ruangan, serta optimisme yang sangat dibutuhkan banyak orang. Dia juga orang yang antusias dalam membantu sesama.
Dalam catatan Guinness, Branyas tidak memiliki masalah kesehatan serius, selain gangguan pendengaran dan sedikit keterbatasan mobilitas. Meski begitu, pikirannya tetap sangat jernih hingga usia lanjut.

Tim peneliti menyimpulkan pola makan yang sehat, jaringan sosial yang aktif dan beragam, serta ketiadaan kebiasaan buruk kemungkinan besar berperan dalam umur panjang Branyas. Namun, mereka menekankan bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan hubungan antara karakteristik biologis dan kebiasaan hidup tertentu.

“Saya pikir umur panjang juga soal keberuntungan. Keberuntungan dan genetika yang baik,” kata Branyas kepada Guinness.

6 Faktor Umur Panjang Branyas menurut Penelitian

Dalam studi ini, para peneliti mengidentifikasi faktor-faktor yang kemungkinan besar mendukung penuaan yang sehat dan memperpanjang umur Branyas.

  • Genom yang protektif dan tangguh, dengan varian gen terkait umur panjang, serta mampu menangkal penyakit serius
  • Metabolisme yang efisien dalam menyingkirkan lemak dan gula berbahaya
  • Tingkat peradangan yang rendah
  • Sistem kekebalan tubuh yang efektif dalam melawan mikroorganisme, tanpa menyerang sel tubuh sendiri
  • Mikrobioma yang bermanfaat, yang menjadi ciri khas individu yang jauh lebih muda, dengan beberapa untaian bakteri anti-inflamasi.
  • Usia biologisnya sekitar 23 tahun lebih muda dari usia kronologisnya.

Studi ini juga menunjukkan, perubahan pola makan tidak hanya membantu menghindari obesitas dan penyakit terkait lainnya, tapi juga memperpanjang umur dengan meningkatkan kesehatan usus.

“Penemuan gen-gen yang berkaitan dengan karakteristik supercentenarian bisa menjadi target baru untuk pengembangan obat-obatan, membuka peluang bagi terciptanya obat yang lebih ‘cerdas’ guna memperpanjang usia sehat,” kata Esteller.

Para peneliti mencatat, penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan, termasuk fakta bahwa penuaan adalah proses yang sangat individual, yang dibentuk oleh banyak faktor genetik dan lingkungan.

“Menarik kesimpulan yang berlaku secara luas dari satu subjek saja harus dilakukan dengan hati-hati,” tulis peneliti.

“Keterbatasan terakhir dari penelitian kami adalah kami belum mempelajari efek olahraga atau penyesuaian metabolisme, atau menilai efek obat yang menargetkan beberapa fitur yang diamati untuk mengeksplorasi potensi efek anti-penuaan,” tambah para peneliti.

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com

Terungkap! Ini yang Terjadi pada Otak Hanya dalam 4 Hari Setelah Konsumsi Junk Food


Jakarta

Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of North Carolina (UNC) School of Medicine mengungkap bagaimana konsumsi junk food atau makanan cepat saji dapat mengubah pusat memori di otak dan meningkatkan risiko gangguan fungsi kognitif. Temuan ini membuka peluang baru untuk melakukan pencegahan terhadap hilangnya memori jangka panjang yang berkaitan dengan obesitas.

Dikutip dari laman Medical Xpress, para peneliti menemukan bahwa sekelompok sel otak khusus di area hipokampus yang disebut interneuron CCK menjadi terlalu aktif setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak. Kondisi ini terjadi akibat terganggunya kemampuan otak dalam menerima glukosa sebagai sumber energi utama.

Aktivitas berlebihan tersebut mengganggu proses pengolahan memori di hipokampus, bahkan hanya setelah beberapa hari mengonsumsi makanan berlemak tinggi. Jenis makanan ini serupa dengan makanan cepat saji yang kaya lemak jenuh seperti burger keju dan kentang goreng. Penelitian juga mengungkap bahwa protein PKM2, yang berfungsi mengatur cara sel otak memanfaatkan energi, memiliki peran penting dalam terjadinya gangguan ini.

“Kami tahu bahwa pola makan dan metabolisme dapat memengaruhi kesehatan otak, tetapi kami tidak menyangka akan menemukan kelompok sel otak yang spesifik dan rentan, yaitu interneuron CCK di hipokampus, yang secara langsung terganggu oleh paparan pola makan tinggi lemak jangka pendek,” ujar Juan Song, Ph.D, peneliti utama yang merupakan anggota UNC Neuroscience Center.


Menurut Song, hal yang paling mengejutkan bagi tim peneliti adalah seberapa cepat sel-sel otak tersebut mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap berkurangnya pasokan glukosa, serta bagaimana perubahan kecil ini saja sudah cukup untuk mengganggu daya ingat.

Dalam penelitian, tikus percobaan diberi pola makan tinggi lemak yang menyerupai konsumsi makanan cepat saji. Hanya dalam waktu empat hari, aktivitas interneuron CCK di pusat memori otak meningkat secara abnormal. Hasil ini menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak dapat memengaruhi fungsi otak hampir seketika, bahkan sebelum terjadi kenaikan berat badan atau munculnya diabetes.


Hasil penelitian juga menyoroti betapa sensitifnya sirkuit memori otak terhadap pola makan dan menegaskan pentingnya nutrisi dalam menjaga kesehatan otak. Pola makan tinggi lemak yang kaya akan lemak jenuh berpotensi meningkatkan risiko neurodegeneratif, seperti demensia dan Alzheimer.

“Penelitian ini menyoroti bagaimana apa yang kita makan dapat dengan cepat memengaruhi kesehatan otak dan bagaimana intervensi dini, baik melalui puasa maupun obat-obatan, dapat melindungi memori dan menurunkan risiko masalah kognitif jangka panjang yang terkait dengan obesitas dan gangguan metabolisme,” kata Song.

Menurutnya, dalam jangka panjang strategi semacam ini bisa membantu mengurangi peningkatan beban kasus demensia dan Alzheimer yang berkaitan dengan gangguan metabolik. Sekaligus, menawarkan perawatan yang lebih holistik dengan memperhatikan kesehatan tubuh dan otak secara bersamaan.

Penelitian ini sedang berlangsung untuk lebih memahami bagaimana neuron-neuron sensitif glukosa ini mengganggu ritme otak yang mendukung daya ingat. Para peneliti berencana menguji terapi-terapi tertarget ini bisa diterapkan pada manusia dan bagaimana pola tinggi lemak bisa menjadi faktor penyebab Alzheimer.

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com

Heboh Radioaktif di Cikande, Pakar Ungkap 2 Kelompok Ini Paling Rentan Terkena Dampak


Jakarta

Kecamatan Cikande di Kabupaten Serang, Banten, ditetapkan sebagai wilayah yang terkontaminasi radioaktif Cesium-137 (Cs-137). Sumber paparan diduga berasal dari material reaktor nuklir yang masuk dari luar negeri.

Dosen Fakultas Kedokteran IPB University, dr Laila Rose Foresta, SpRad (K) NKL, mengatakan, ancaman zat radioaktif tidak hanya berdampak langsung pada kesehatan, tetapi juga menimbulkan risiko jangka panjang hingga memengaruhi generasi mendatang.

Menurutnya, radiasi tidak punya bau, rasa, atau warna. Jika jumlahnya sangat tinggi, tubuh bisa langsung memberi tanda misalnya luka bakar pada daerah kulit yang terkena, atau rasa mual, muntah, atau lemas hanya beberapa jam setelah terpapar.


“Gejala ini disebut acute radiation syndrome (ARS). Tapi kalau jumlahnya kecil dan berulang, tubuh tidak langsung memberi sinyal bahaya. Radiasi bisa diam-diam mengendap di organ, lalu merusak sel sedikit demi sedikit,” paparnya, dikutip dari laman IPB University.

Ia menuturkan, efek paparan radiasi dapat berbeda pada setiap orang. Efek ini yang disebut dengan efek stokastik.

“Dalam jangka pendek, paparan radiasi tinggi bisa menyebabkan gangguan saluran cerna hingga menurunkan sel darah putih. Namun dalam jangka panjang, risikonya lebih serius: kanker, katarak, hingga menyebabkan kerusakan sumsum tulang belakang yang menimbulkan anemia, leukopenia, hingga leukemia,” jelasnya.

Kelompok Paling Berisiko

Menurut dr Laila, anak-anak dan ibu hamil merupakan kelompok paling rentan terhadap paparan radiasi. Hal ini karena sel dalam tubuh seorang anak masih dalam masa pertumbuhan. Paparan radiasi berulang dapat menyebabkan gangguan pada proses pertumbuhan tersebut, keterlambatan perkembangan otak, hingga masalah hormonal pada anak,

Selain itu, radiasi juga menimbulkan risiko tinggi pada sistem reproduksi. Radiasi, jelas dr Laila, dapat menurunkan kesuburan akibat kerusakan produksi sel sperma atau ovum. Pada ibu hamil, terutama trimester pertama, paparan radiasi bisa meningkatkan risiko keguguran, kelahiran prematur, cacat bawaan, hingga retardasi mental pada bayi.

“Kalau radiasi mengenai sel germinal, mutasi DNA bisa diwariskan ke generasi berikutnya. Jadi risikonya bukan hanya untuk pasien, tapi juga keturunannya,” tegasnya.

Untuk mencegah dampak lebih lanjut, langkah utama adalah deteksi dan penanganan dini. dr Laila menjelaskan, jika seseorang terpapar radiasi tinggi, tindakan pertama adalah dekontaminasi eksternal, yakni melepaskan pakaian dan mencuci tubuh secara menyeluruh menggunakan sabun dan air mengalir.

Jika pasien sudah menunjukkan gejala, maka dilakukan perawatan suportif, seperti pemberian cairan, obat antimual, hingga antibiotik profilaktik bila jumlah sel darah putih menurun.

“Kalau dekontaminasi internal, kami memberikan obat-obatan yang dapat mengikat zat radioaktif dalam tubuh agar bisa dikeluarkan lewat ekskresi. Contohnya, tablet KI untuk mengikat I-131 supaya tidak menumpuk di tiroid, atau prussian blue dan Zn-DTPA untuk jenis zat tertentu,” jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI telah memeriksa lebih dari 1.500 orang yang beraktivitas di kawasan industri dan wilayah sekitarnya. Dari hasil pemeriksaan, sebanyak sembilan orang terindikasi positif terpapar radioaktif Cs-137 melalui uji whole body counter (WBC), sementara enam orang lainnya terdeteksi positif berdasarkan hasil pemeriksaan menggunakan surveymeter.

Meski begitu, Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI, Aji Muhawarman mengatakan pasien yang terpapar radioaktif sudah dipulangkan dari rumah sakit.

“Pasien sudah pulang nggak dirawat lama. Ditangani khusus dan diberi obat. Tanpa gejala dan kondisi baik,” ucapnya saat dihubungi detikcom, Jumat (3/10).

Aji menjelaskan, pasien yang terpapar tersebut hanya dirawat satu hari dan sudah diberikan obat untuk dikonsumsi beberapa waktu ke depan. Kondisi pasien juga dilaporkan tanpa gejala dan dalam kondisi baik.

“Nggak lama hanya 1 hari (dirawat) dan kemarin diberi obat prussian blue untuk dikonsumsi beberapa waktu ke depan,” lanjutnya.

(suc/suc)



Sumber : health.detik.com

Jangan Terlalu Pagi, Ini Waktu Terbaik untuk Minum Kopi


Jakarta

Kopi merupakan minuman ‘wajib’ bagi sebagian orang sebelum beraktivitas. Minum kopi pada waktu tertentu bisa memberikan dampak besar pada tingkat energi dan kesehatan.

Dikutip dari laman Health, sebetulnya, waktu terbaik minum kopi bergantung pada energi alami, ritme sirkadian dan seberapa sensitif tubuh terhadap kafein. Tapi secara umum, kedua waktu berikut bisa menjadi momen yang tepat untuk minum kopi:

1. Tengah Pagi-Menjelang Siang (Sekitar pukul 9.30-11.30)

Penelitian menunjukkan bahwa kortisol, hormon yang bertanggung jawab atas kewaspadaan mulai meningkat secara alami di pagi hari dan mencapai puncaknya tepat saat seseorang bangun. Akan tetapi, kadar kortisol pada akhirnya menurun seiring berjalannya waktu di pagi hari, sehingga seseorang mungkin merasa kurang waspada. Saat itu diduga menjadi waktu yang tepat untuk menikmati secangkir minuman berkafein.


“Tidak ada panduan khusus untuk menunggu minum kafein hingga kadar kortisol menurun, karena sensitivitas setiap orang berbeda,” kata ahli diet Kourtney Johnson, RD, LD.

Namun, membiarkan tubuh terbangun secara alami sebelum minum kopi bisa membantu menjaga energi tetap stabil sepanjang pagi.

“Jika Anda menunggu bahkan 90 menit setelah membuka mata untuk minum secangkir kopi pagi Anda, Anda akan mendapatkan hasil yang jauh lebih besar,” kata psikologi klinis Michael Breus, PhD.

Menunda minum kopi hingga setelah sarapan juga bisa menjadi langkah yang cerdas. Sebab, beberapa orang bisa mengalami ketidaknyamanan gastrointestinal ketika minum kopi dalam keadaan perut kosong.

Kendati demikian, tidak semua ahli sepakat dengan hal ini. Salah satu penelitian menunjukkan bahwa menunda minum kopi tidak membantu menghindari penurunan energi di sore hari. Bahkan kebiasaan itu justru bisa membuat seseorang cenderung minum kopi tambahan di waktu yang terlalu malam.

2. Siang Hari-Menjelang Sore Hari (Sekitar pukul 12.00-13.00)

Banyak orang yang mengalami penurunan energi beberapa jam setelah makan di siang hari. Jadi, menurut ahli diet Johnson, secangkir kopi di sore hari mungkin menjadi waktu yang tepat untuk meningkatkan kewaspadaan dan fokus mental.

“(Itu karena) kafein menghalangi adenosin, zat kimia yang menumpuk di otak Anda dan membuat Anda merasa mengantuk,” kata spesialis pengobatan tidur, Angela Holliday Bell, MD.

Tapi, secangkir kopi mungkin tidak cocok untuk semua orang. Bagi orang yang memiliki toleransi kafein rendah, efeknya terhadap kualitas tidur bisa lebih besar. Tapi, ada juga orang yang tetap bisa mengonsumsi kafein di waktu lebih sore tanpa masalah. Semua bergantung pada masing-masing individu.

Kapan Harus Menghindari Asupan Kopi?

Berikut waktu-waktu yang sebaiknya dihindari dalam mengonsumsi kopi.

1. Sore atau Malam (Setelah jam 3 Sore)

Kafein bisa bertahan lama di dalam tubuh setelah kopi diminum. Jadi, minum secangkir kopi terlalu malam bisa mengganggu tidur. Khususnya, asupan kafein di sore hari bisa menyebabkan:

  • Tidur yang kurang nyenyak
  • Susah tidur
  • Gejala kurang tidur pada hari berikutnya, ada perubahan suasana hati, kelelahan, serta kesulitan fokus atau menyelesaikan tugas.

Rata-rata orang membutuhkan waktu antara enam hingga delapan jam untuk memetabolisme kafein ,” kata Breus. Jadi, mengurangi asupan kafein sekitar pukul 15.00 akan membuat seseorang siap tidur pukul 23.00.

Kendati demikian, setiap orang memetabolisme kafein secara berbeda. Beberapa orang memiliki variasi genetik, sehingga tubuh memproses stimulan lebih lambat. Artinya, mereka mungkin merasakan efek kopi lebih tajam, atau efeknya mungkin membutuhkan waktu lebih lama untuk hilang. Untuk kelompok ini, mungkin sebaiknya berhenti minum kopi setelah tengah hari.

2. Saat Stres

Jika saraf bekerja berlebihan karena stres, efek stimulasi kopi bisa memperburuk keadaan. Kafein secara singkat akan meningkatkan tekanan darah dan detak jantung. Hal ini bisa menyebabkan peningkatan gejala stres dan kecemasan.

“Mereka yang sensitif terhadap kafein mungkin mengalami gejala-gejala sepert jantung berdebar mual, cemas, dan rasa gelisah,” kata ahli jantung Deepak Viviek, MD. Gejala lainnya mungkin meliputi insomnia, tekanan darah tinggi, dan sakit kepala.

(elk/suc)



Sumber : health.detik.com

Ini Merek Obat Batuk Sirup yang Diduga Sebabkan Kematian 9 Anak di India


Jakarta

Sebanyak sembilan anak di India meninggal dunia dikaitkan dengan konsumsi sirup obat batuk. Uji laboratorium terhadap sampel sirup yang dikonsumsi anak-anak tersebut mengungkapkan bahwa sirup tersebut terkontaminasi dietilen glikol (DEG), zat beracun yang digunakan dalam pelarut industri yang dapat berakibat fatal jika tertelan, bahkan dalam jumlah kecil.

Kematian sembilan anak, semuanya berusia di bawah lima tahun, terjadi sejak akhir Agustus di negara bagian Madhya Pradesh dan Rajasthan.

“Sampel-sampel tersebut ditemukan mengandung DEG melebihi batas yang diizinkan,” kata Kementerian Kesehatan India dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP.


Produk yang tercemar itu dijual dengan merek Coldrif Cough Syrup, diproduksi oleh Sresan Pharma di sebuah unit di negara bagian Tamil Nadu, India selatan. Imbas kejadian tersebut, penjualan obat batuk sirup itu dilarang di setidaknya tiga negara bagian India.

Mohan Yadav, kepala menteri Madhya Pradesh, tempat sebagian besar kematian dilaporkan, mengatakan penjualan sirup tersebut telah dilarang di seluruh negara bagian bagian tengah tersebut.

“Penjualan produk lain dari perusahaan yang memproduksi sirup tersebut juga dilarang,” ujarnya.

Badan Pengawas Obat dan Makanan Madhya Pradesh (MPFDA) menyatakan tiga dari 13 sampel yang dianalisis bebas kontaminasi, menurut pernyataan Kementerian Kesehatan. Pihak berwenang telah meluncurkan inspeksi terhadap 19 produsen obat di enam negara bagian untuk mengidentifikasi celah kendali mutu dan merekomendasikan perbaikan guna mencegah insiden di masa mendatang, ungkap kementerian.

Sresan Pharma tidak segera menanggapi permintaan komentar yang dikirim melalui email, lapor kantor berita Reuters.

Sirup obat batuk yang diproduksi di India telah menjadi sorotan global dalam beberapa tahun terakhir, dengan kematian terkait konsumsinya dilaporkan dari seluruh dunia, termasuk kematian lebih dari 70 anak di Gambia pada tahun 2022.

(kna/kna)



Sumber : health.detik.com

Bertambah! Jumlah Anak yang Meninggal Imbas Obat Sirup di India Jadi 16 Orang


Jakarta

India kembali menghadapi kasus kematian anak akibat pemberian sirup obat batuk. Hingga Sabtu kemarin, tercatat 16 anak meninggal dunia setelah mengonsumsi sirup obat batuk merek Coldrif.

Adapun 14 kematian dilaporkan di Chhindwara, India dan dua kematian lainnya dari Betul.

Menyusul kabar tersebut, kepolisian setempat menangkap dr Praveen Soni, dokter yang meresepkan sirup obat batuk terkontaminasi dietilen glikol (DEG) di luar ambang batas yang ditolerir.


Dokter anak yang bertugas di Parasia, distrik Chhindwara tersebut juga telah diskors karena kelalaian dalam perawatan anak-anak.

Investigasi mengungkapkan dr Soni telah meresepkan sirup obat batuk Coldrif kepada sebagian besar anak-anak yang terdampak. Laporan laboratorium yang dirilis pada hari Jumat menemukan bahwa sirup tersebut mengandung 48,6 persen dietilen glikol (DEG), bahan kimia beracun yang diketahui dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian jika tertelan.

Menurut India Today, Sekretaris Kesehatan Uni akan mengadakan konferensi pers dengan Sekretaris Utama (Kesehatan), Sekretaris Kesehatan, dan Pengawas Obat dari seluruh negara bagian dan Wilayah Uni untuk membahas penggunaan sirup obat batuk yang rasional dan memastikan kualitas serta keamanan obat-obatan.

Pemerintah Madhya Pradesh pada hari Sabtu melarang penjualan dan distribusi sirup obat batuk Coldrif setelah tes mengonfirmasi adanya zat beracun dalam sampel yang dikumpulkan dari batch yang sama terkait dengan kematian 16 anak, sembilan sebelumnya dan dua lainnya dilaporkan kemudian, di Chhindwara.

Menurut arahan yang dikeluarkan oleh pengawas obat negara bagian, sirup yang diproduksi oleh Sresun Pharmaceuticals di distrik Kanchipuram, Tamil Nadu, ditemukan tidak standar dan cacat dalam laporan Direktorat Pengawasan Obat Tamil Nadu tertanggal 2 Oktober.

Para pejabat mengatakan kontaminasi tersebut membuat obat tidak aman untuk dikonsumsi manusia. Pemerintah negara bagian memerintahkan penghentian segera penjualan, distribusi, dan pembuangan sirup Coldrif, dan memerintahkan agar semua stok yang tersedia disegel hingga pemberitahuan lebih lanjut.

Perintah tersebut selanjutnya memperluas larangan ke produk-produk lain yang diproduksi oleh Sresun Pharmaceuticals, produsen Coldrif. Perusahaan sudah berada di bawah pengawasan otoritas Tamil Nadu, yang memberlakukan larangan serupa pada 1 Oktober setelah laporan awal mengaitkan Coldrif dengan kematian anak-anak di Madhya Pradesh.

(naf/kna)



Sumber : health.detik.com

Kisah Remaja Cuci Darah Sejak Umur 8, Masih Berjuang Hidup Pasca Transplantasi


Jakarta

Angka transplantasi ginjal di Indonesia masih sangat rendah, jauh tertinggal dari negara-negara Asia lain. Padahal, prosedur ini dianggap terapi paling ideal untuk meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup pasien gagal ginjal kronik.

Di tengah keterbatasan ini, kisah NF (16), seorang remaja dari Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, memberi gambaran betapa berharganya transplantasi ginjal.

NF didiagnosis gagal ginjal kronik saat usianya baru delapan tahun akibat kelainan bawaan renal agenesis. Sejak saat itu, hari-harinya dipenuhi rutinitas medis yang melelahkan.


“Sejak usia 8 tahun, anak kami sudah berjuang,” kata ibunda NF.

Cuci Darah 5 Kali Sehari

NF sempat menjalani hemodialisis (cuci darah), yang membuatnya kehilangan banyak waktu belajar dan bermain. Ia kemudian beralih ke metode CAPD (Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis) yang harus dilakukan lima kali sehari selama kurang lebih 13 bulan.

Titik balik hidupnya datang pada April 2019. NF menerima donor ginjal dari ayahnya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Transplantasi tersebut bukan hanya menyelamatkan hidupnya, tetapi juga memberinya kesempatan untuk kembali beraktivitas: menjalani homeschooling, les biola, dan les bahasa Mandarin.

Enam tahun berselang, meskipun ia masih harus mengonsumsi obat imunosupresan seumur hidup, namun kehidupannya jauh lebih stabil dibanding masa awal sakitnya.

Masih harus minum obat seumur hidup

Pasien pascatransplantasi wajib mengonsumsi obat imunosupresan seumur hidup agar ginjal baru tidak ditolak tubuh. Di sinilah tantangan baru muncul, terutama bagi pasien di luar kota besar seperti NF di Tanjung Pinang.

Setelah transplantasi pada 2019, obat yang dibutuhkan NF sempat tidak tersedia di kotanya. Kendala distribusi pun sempat membuat keluarganya cemas.

Ibu NF mengaku khawatir jika merek obat harus diganti, karena pernah ada pasien anak pascatransplantasi di komunitas yang mengalami efek samping setelah mencoba obat baru.

“Kami khawatir perubahan ini dapat memengaruhi kondisi tubuhnya, karena di komunitas pasien anak pascatransplantasi ada yang mengalami efek samping setelah mencoba obat yang baru,” ujar ibu dari NF.

Pentingnya pemerataan layanan dan akses obat

NF juga wajib menjalani pemeriksaan kadar tacrolimus (obat utama pencegah penolakan) secara berkala, minimal dua kali dalam sebulan. Pemeriksaan ini tidak ditanggung BPJS Kesehatan di Tanjung Pinang dan biayanya lebih dari satu juta rupiah setiap kali tes.

Kisah NF menegaskan bahwa transplantasi bukan akhir perjuangan, melainkan awal perjalanan baru. Agar anak-anak seperti NF tak sekadar bertahan hidup, pemerintah perlu memastikan ketersediaan obat yang tepat, pemeriksaan, dan layanan medis tersedia hingga ke pelosok negeri.

Hidup pascatransplantasi adalah anugerah sekaligus perjuangan. Ia dan keluarganya berharap pemerintah lebih serius memastikan dua hal: ketersediaan obat imunosupresan yang stabil dan pembiayaan pemeriksaan penting seperti tacrolimus, terutama di daerah.

(kna/kna)



Sumber : health.detik.com

Neurolog Ungkap Kebiasaan yang Tak Disadari Picu Otak Menyusut


Jakarta

Risiko penyusutan otak mengintai generasi muda, terlebih banyak faktor risiko yang kerap terabaikan. Pakar saraf Prof Dr dr Yuda Turana SpS mewanti-wanti gejala ‘mudah lupa’ atau lebih lupa dari biasanya yang bisa menjadi tanda awal, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

“Secara subyektif merasa ‘kok saya jadi mudah lupa dari biasanya’, atau orang lain menilai dan mempertanyakan ‘kenapa kamu jadi sering lupa?'” tuturnya saat ditemui detikcom Selasa (7/10/2025).

Menurutnya, secara umum penyusutan otak mulai terjadi setelah usia 50 tahun, sedikitnya terjadi penyusutan satu persen setiap tahun. Namun, faktor risiko bisa mempercepat kemungkinan tersebut.


Apa saja kebiasaan yang kerap tidak disadari memicu penyusutan otak?

Pertama, terkait hipertensi. Data di Indonesia menunjukkan hipertensi sedikitnya dialami oleh 30 persen penduduk RI. Banyak yang kerap tidak menyadari hipertensi lantaran jarang menimbulkan gejala.

Hipertensi yang tidak terkontrol jelas memicu risiko peningkatan penyusutan otak lebih tinggi ketimbang mereka yang menjaga tekanan darah tetap normal.

Kondisi yang sama terjadi saat seseorang memiliki riwayat diabetes atau kadar gula darah tinggi. Mengutip sejumlah riset, Prof Yuda menekankan kadar gula darah di atas normal dalam satu dekade akan memicu pengerutan atau penyusutan otak.

“Hindari makanan yang manis-manis, termasuk karbohidrat tinggi,” saran dia.

Kesepian Tingkatkan 2-3 Kali Risiko Otak Mengecil

Bukan hanya kondisi fisik, kesehatan psikis atau mental juga berpengaruh pada penyusutan otak. Mereka yang kerap cemas dan depresi lebih berisiko mengalami kondisi ini.

Terlebih bila situasinya dibarengi dengan ‘loneliness’ atau kesepian. “Jadi bukan selalu kesepian karena secara fisik tinggal sendiri, tetapi loneliness yang termasuk terus menerus merasa sendiri, merasa terasing, tidak dihargai,” ceritanya.

“Hati-hati, itu bisa dua sampai tiga kali faktor risiko kepikunan, otak mengecil,” lanjut dia.

Aktivitas Fisik

Bukan hanya bagi mereka yang obesitas, seseorang dengan minim aktivitas fisik berisiko mengalami penyusutan otak meski berat badannya terbilang ideal. Sejumlah riset menunjukkan risiko keduanya sama besar saat kerap berada di ‘sedentary lifestyle’. Mirisnya, tren kurangnya aktivitas fisik berdasarkan hasil cek kesehatan gratis pada dewasa dan lansia bahkan mencapai lebih dari 90 persen.

“Jadi aktivitas fisik bukan semata-mata ini obesitas atau tidak, kalaupun BB-nya ideal tapi ada aktivitas fisik, tidak pernah bergerak cenderung diam meski tidak obesitas, sama risikonya dengan obesitas,” sambungnya.

Polusi Cahaya

Faktor risiko tambahan, yang juga meningkatkan risiko penyusutan otak adalah polusi cahaya. Apa maksudnya?

“Polusi cahaya itu cenderung bahwa Tuhan sudah menciptakan kok misalnya malam hari harus gelap, siang hari kita sebenarnya sudah cukup dengan matahari sebenarnya,” beber dia.

Namun, yang terjadi pada siang hari, saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dengan lampu penerangan. Begitu pula saat gelap di malam hari, saat tidur Prof Yuda menyoroti banyak masyarakat justru terpapar cahaya berlebihan, yang sebenarnya secara alami lebih baik untuk waktu tidur.

“Terjadilah yang disebut dengan polusi cahaya, polusi cahaya itu kelebihan cahaya saat waktu malam hari tetapi kekurangan cahaya matahari waktu siang,” pungkasnya.

(naf/kna)



Sumber : health.detik.com