Tag Archives: keutamaan al-baqarah

Arab, Asbabun Nuzul dan Kandungannya


Jakarta

Surah Al-Baqarah dikenal sebagai surah terpanjang dalam Al-Qur’an. Namun, di balik panjangnya ayat-ayat yang terkandung di dalamnya, terdapat keutamaan luar biasa terutama pada tiga ayat terakhirnya, 284-486.

Dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’d yang dikutip dari Ad-Du’aa Al-Mustajaab karya Ahmad ‘Abdul Jawwad terjemahan Masturi Irham dan M. Asmui Taman, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ لِكُلِّ شَيْءٍ سَنَامًا وَإِنَّ سَنَامَ الْقُرْآنِ الْبَقَرَةُ مَنْ قَرَأَهَا فِي بَيْتِهِ لَيْلًا لَمْ يَدْخُلْهُ الشَّيْطَانُ ثَلَاثَ لَيَالٍ وَمَنْ قَرَأَهَا فِي بَيْتِهِ نَهَارًا لَمْ يَدْخُلْهُ الشَّيْطَانُ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ


Artinya: “Sesungguhnya segala sesuatu memiliki puncak, dan puncak Al-Qur’an adalah surah Al-Baqarah. Barang siapa yang membacanya di rumah pada malam hari, maka setan tidak akan masuk ke rumahnya selama tiga malam. Barang siapa yang membacanya di siang hari, maka setan tidak akan masuk ke rumahnya selama tiga hari.” (HR Ibnu Hibban, Thabrani, Baihaqi)

Hadits ini menunjukkan betapa besarnya keutamaan surah ini, termasuk tiga ayat terakhirnya yang berisi pengakuan iman, permintaan ampun, dan harapan kepada Allah SWT

Surah Al Baqarah Ayat 284-286 dalam Arab, Latin, dan Terjemahannya

لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الْاَرْضِ ۗ وَاِنْ تُبْدُوْا مَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اَوْ تُخْفُوْهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللّٰهُ ۗ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَّشَاۤءُ ۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٢٨٤

Arab latin: Lillāhi mā fis-samāwāti wa mā fil-arḍ, wa in tubdụ mā fī anfusikum au tukhfụhu yuḥāsibkum bihillāh, fa yagfiru limay yasyā`u wa yu’ażżibu may yasyā`, wallāhu ‘alā kulli syai`ing qadīr

Artinya: “Milik Allahlah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Jika kamu menyatakan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikannya, niscaya Allah memperhitungkannya bagimu. Dia mengampuni siapa saja yang Dia kehendaki dan mengazab siapa pun yang Dia kehendaki. Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (284)

اٰمَنَ الرَّسُوْلُ بِمَآ اُنْزِلَ اِلَيْهِ مِنْ رَّبِّهٖ وَالْمُؤْمِنُوْنَۗ كُلٌّ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖۗ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ اَحَدٍ مِّنْ رُّسُلِهٖ ۗ وَقَالُوْا سَمِعْنَا وَاَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَاِلَيْكَ الْمَصِيْرُ ٢٨٥

Arab latin: Amanar-rasụlu bimā unzila ilaihi mir rabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadim mir rusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman pada apa (Al-Qur’an) yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang mukmin. Masing-masing beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata,) “Kami tidak membeda-bedakan seorangpun dari rasul-rasul-Nya.” Mereka juga berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, wahai Tuhan kami. Hanya kepada-Mu tempat (kami) kembali.” (285)

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ ٢٨٦

Arab latin: Laa yukalliful-laahu nafsan illaa wus’ahaa; lahaa maa kasabat wa ‘alaihaa maktasabat; rabbanaa la tu’aakhidznaa in nasiinaaa aw akhtaa-naa; rabbanaa wa laa tahmil-‘alainaaa ishran kamaa hamaltahuu ‘alal-ladziina min qablinaa; rabbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thooqatalanaa bih, wa’fuannaa waghfirlanaa warhamnaa, anta maulanaa fanshurnaa ‘alal-qoumil-kaafiriin

Artinya: “Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya. Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa,) “Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Wahai Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami. Maka, tolonglah kami dalam menghadapi kaum kafir.” (286)

Kandungan Surah Al-Baqarah Ayat 284-286

Berdasarkan Tafsir Al-Azhar susunan Buya Hamka, surah Al Baqarah ayat 284 menjadi pengingat bahwa segala sesuatu di langit dan di bumi adalah milik Allah. Bahkan lintasan hati dan pikiran manusia tidak luput dari perhatian-Nya. Dalam kehidupan, manusia kerap mengalami pergolakan batin seperti rasa benci, iri, dendam, atau keinginan terhadap sesuatu yang dilarang.

Di sisi lain, ada pula dorongan untuk berbuat baik. Selama itu semua masih berupa lintasan dalam hati dan belum diwujudkan menjadi tindakan nyata, belumlah tercatat sebagai dosa. Namun jika sudah menjadi niat yang kuat dan mulai dilakukan, maka seseorang akan dimintai pertanggungjawaban.

Sementara itu, niat baik yang belum sempat dilakukan sudah mendapat nilai kebaikan di sisi Allah. Ini menunjukkan betapa pentingnya muhasabah atau introspeksi, agar seseorang mampu menilai dan mengendalikan isi pikirannya sebelum berubah menjadi perbuatan.

Ayat 285 menjelaskan bahwa Rasulullah SAW dan orang-orang beriman menerima sepenuh hati wahyu yang diturunkan kepada mereka. Iman yang mereka miliki mencakup keyakinan kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul tanpa membeda-bedakan.

Mereka mengucapkan, “Kami dengar dan kami taat,” sebagai ungkapan penerimaan penuh terhadap ajaran agama. Bersamaan dengan itu, mereka juga memohon ampun kepada Allah, karena menyadari bahwa sebagai manusia, mereka tidak lepas dari kesalahan. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, semakin besar pula rasa takutnya kepada Allah dan keinginannya untuk mendapatkan pengampunan.

Ayat 286 memberikan ketenangan kepada orang-orang beriman bahwa Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya. Segala kewajiban yang dibebankan oleh Allah pasti sesuai dengan kapasitas manusia. Bila seseorang tidak mampu karena sakit atau kondisi tertentu, ada keringanan yang disediakan. Bahkan kesalahan yang terjadi karena lupa atau tidak sengaja tidak dihitung sebagai dosa.

Setiap perbuatan baik dibalas sesuai dengan usaha seseorang, sementara keburukan pun dibalas sesuai tanggung jawab pelakunya. Amal baik terasa ringan karena memberikan ketenangan, sedangkan dosa terasa berat karena menyalahi nurani.

Asbabun Nuzul Al Baqarah Ayat 284-286

Dalam Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an karya Jalaluddin as-Suyuthi, dijelaskan bahwa saat ayat 284 diturunkan, para sahabat merasa khawatir dan gelisah. Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa surah Al Baqarah ayat 284 yang berbunyi, “Jika engkau nyatakan apa yang ada dalam hatimu atau engkau sembunyikan, niscaya Allah memperhitungkannya untukmu,” membuat mereka merasa tak sanggup menanggung beban itu. Mereka pun segera menemui Rasulullah SAW, berlutut di hadapan beliau, dan berkata:

“Telah turun kepadamu ayat ini, sedangkan kami tidak sanggup menanggungnya.”

Rasulullah SAW kemudian bersabda:

“Apakah kalian ingin mengatakan seperti yang dikatakan oleh dua Ahli Kitab sebelum kalian, yaitu: ‘Kami dengar, tetapi kami tidak menaati?’ Katakanlah: ‘Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami, ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat kembali.'”

Ketika mereka menerima ajaran itu dengan sepenuh hati dan mengucapkan perkataan tersebut, Allah menurunkan ayat ke-286. Ayat ini menjadi peneguh hati bagi mereka, bahwa Allah tidak membebani seseorang di luar kemampuannya.

Riwayat yang serupa juga disampaikan oleh Ibnu Abbas RA dan tercantum dalam sahih Muslim serta sumber-sumber lainnya.

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah: Arab, Latin, dan Terjemahannya


Jakarta

Surat Al-Baqarah ayat 285-286 adalah dua ayat terakhir dalam surah tersebut. Ayat-ayat ini mengandung berbagai makna penting, seperti pengertian iman, ketawakalan, Islam, permohonan ampun, serta rahmat dari Allah.

Kedua ayat ini juga dikenal dengan sebutan ‘kafaatahu’, yang berarti dua ayat yang cukup atau mencukupi. Istilah “cukup” di sini merujuk pada pemenuhan rezeki atau kebutuhan bagi setiap muslim yang membaca ayat tersebut.

Bagaimana Bunyi 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah?

Dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah, yaitu ayat 285 dan 286, berikut ini adalah teks lengkapnya beserta tulisan latin dan terjemahannya.


آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مِنْ رَبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ ۚ كُلٌّ آمَنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لَا نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِنْ رُسُلِهِ ۚ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا ۖ غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا ۚ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ

Bacaan latin: āmanarrrasụlu bimā unzila ilaihi mirrabbihī wal-mu`minụn, kullun āmana billāhi wa malā`ikatihī wa kutubihī wa rusulih, lā nufarriqu baina aḥadimmirrusulih, wa qālụ sami’nā wa aṭa’nā gufrānaka rabbanā wa ilaikal-maṣīr

lā yukallifullāhu nafsan illā wus’ahā, lahā mā kasabat wa ‘alaihā maktasabat, rabbanā lā tu`ākhiżnā innasīnā au akhṭa`nā, rabbanā wa lā taḥmil ‘alainā iṣrang kamā ḥamaltahụ ‘alallażīna ming qablinā, rabbanā wa lā tuḥammilnā mā lā ṭāqata lanā bih, wa’fu ‘annā, wagfir lanā, war-ḥamnā, anta maulānā fanṣurnā ‘alal-qaumil-kāfirīn

Artinya: “Rasul (Muhammad) beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semua beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (Mereka berkata), “Kami tidak membeda-bedakan seorang pun dari rasul-rasul-Nya.” Dan mereka berkata, “Kami dengar dan kami taat. Ampunilah kami Ya Tuhan kami, dan kepada-Mu tempat (kami) kembali,” (Al-Baqarah:285)

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya. (Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebani kami dengan beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Maafkanlah kami, ampunilah kami, dan rahmatilah kami. Engkaulah pelindung kami, maka tolonglah kami menghadapi orang-orang kafir.”, (Al-Baqarah:286)

Keutamaan 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah

Berdasarkan buku Tafsir dan Makna Doa-Doa dalam Al-Qur’an karya Syaikh Bakar Abdul Hafizh Al-Khulaifat, seorang muslim yang rutin membaca dua ayat terakhir surat Al-Baqarah akan memperoleh berbagai keutamaan.

Ibnu Katsir dalam karyanya juga mengutip beberapa hadits Nabi Muhammad SAW yang menjelaskan keistimewaan dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah tersebut.

1. Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud bahwasanya ia berkata, “Rasulullah
bersabda, “Barangsiapa yang membaca dua ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah pada malam hari, maka itu cukup baginya.”

2. Diriwayatkan dari Abu Dzarr bahwasanya ia berkata, “Rasulullah bersabda, “Aku diberikan (ayat-ayat) akhir dari Surat Al-Baqarah dari sebuah perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy yang tidak diberikan kepada satupun Nabi sebelumku.”

3. Diriwayatkan dari Hudzaifah bahwasanya ia berkata, “Rasulullah bersabda, Allah mengutamakan kita dari seluruh manusia dengan tiga hal. Aku diberikan ayat-ayat terakhir dari Surat Al-Baqarah dari sebuah perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy yang tidak diberikan kepada seseorang sebelumku dan setelahku.”

4. Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir dari Nabi bahwasanya beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah telah menulis kitab (Lauh Mahfuzh) dua ribu tahun sebelum Dia menciptakan langit dan bumi. Dia menurunkan dua ayat dari kitab tersebut yang menjadi akhir Surat Al-Baqarah dan tidaklah seseorang membacanya di dalam rumah selama tiga malam kecuali setan tidak akan memasukinya.”

5. Diriwayatkan dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu Abbas berkata, “Ketika Nabi Muhammad duduk di hadapan Jibril, maka beliau mendengar suara menggelegar dari atas kepalanya, kemudian beliau mengangkat kepalanya, maka Jibril berkata, “Ini adalah salah satu pintu langit yang telah dibuka hari ini, tidak pernah dibuka kecuali hari ini” Turunlah darinya seorang malaikat. Maka disebutkan, “Ini adalah malaikat yang turun ke bumi, dan tidak pernah turun sebelumnya kecuali hari ini.” Maka malaikat tersebut mengucapkan salam dan mengatakan, “Bergembiralah dengan dua cahaya yang diberikan kepadamu dan tidak ada seorang Nabi pun yang pernah diberikan dua cahaya ini, yaitu; Al-Fatihah dan akhir-akhir dari Surat Al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf pun di antara dua surat tersebut kecuali akan diberikan kepadamu.”

6. Diriwayatkan dari Ali bahwasanya ia berkata, “Saya tidak melihat orang yang memahami Islam kecuali ia akan membaca sebelum ia tidur ayat kursi dan akhir-akhir Surat Al-Baqarah, karena sesungguhnya Surat Al-Baqarah ia diturunkan untuk Nabi kalian dari perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy.

7. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas berkata, “Ketika Rasulullah membaca akhir Surat Al-Baqarah dan ayat kursi, maka ia tersenyum sambil berkata, “Sesungguhnya keduanya diturunkan dari perbendaharaan Allah yang terletak di bawah Arsy.”

Dua ayat terakhir Surat Al-Baqarah memiliki keutamaan yang sangat besar karena dianggap sebagai pemberian khusus dari Allah yang tidak diberikan kepada nabi lain sebelumnya.

Ayat-ayat ini berasal dari perbendaharaan yang terletak di bawah Arsy, sehingga membacanya memberikan perlindungan dari gangguan setan dan menjadi cahaya serta berkah bagi yang membacanya secara rutin.

Kapan 2 Ayat Terakhir Surat Al-Baqarah Dibaca?

Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk membaca ayat-ayat ini dari Surah Al-Baqarah karena keutamaannya yang besar.

“Siapa yang membaca dua ayat terakhir dari surat Al-Baqarah pada malam hari, maka ia akan diberi kecukupan,” (HR Bukhari dan Muslim).

Dua ayat terakhir surat Al-Baqarah sangat dianjurkan untuk dibaca pada malam hari karena saat itu merupakan waktu yang penuh ketenangan dan kesempatan untuk bermunajat serta mendekatkan diri kepada Allah.

Membacanya di malam hari juga diyakini membawa keberkahan dan kecukupan bagi pembacanya, seperti yang disebutkan dalam hadits.

Namun, pada dasarnya ayat-ayat ini boleh dibaca kapan saja selama niatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah dan memohon rahmat serta perlindungan-Nya. Jadi, waktu membaca bukanlah halangan utama, melainkan kesungguhan hati dalam menghayati maknanya yang paling penting.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com