Tag Archives: khatib

Khutbah Jumat Jelang 1 Muharram, Tahun Baru Islam 1445 H


Jakarta

Tahun Baru Islam 1445 H atau 1 Muharram 1445 H tinggal menghitung hari. Sebagai khatib, waktu dekat ini dapat dijadikan momentum untuk menyampaikan pesan khususnya di khutbah Jumat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam surah At Taubah ayat 36,

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ


Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Begitulah salah satu firman Allah SWT yang menerangkan mengenai keutamaan di balik bulan Muharram. Dalam kesempatan khutbah Jumat pekan ini, kita dapat mengangkat tema yang berkaitan dengan bulan suci Muharram untuk menyambut kedatangannya.

Berikut ini adalah contoh naskah khutbah Jumat Muharram tahun baru Islam dengan tajuk Perhatikan Bulan Muharram. Khutbah ini disusun oleh Penyuluh Agama Islam Kecamatan Bojong Genteng Yudi Yansyah S.Pd.i yang dikutip dari laman Kementerian Agama (Kemenag) Kanwil Kabupaten Sukabumi, Kamis (13/7/2023).

Khutbah Jumat Muharram, Tahun Baru Islam 1445 H

Khutbah 1

اْلحَمْدُ للهِ اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين، أَمَّا بَعْدُ: فَيَايُّهَا الإِخْوَان، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَانِ الرَّحِيْمْ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

صَدَقَ اللهُ العَظِيمْ

Jamaah rohimakumulloh,

Alhamdulillah, pada bulan ini kita akan memasuki tahun baru Hijriah, yaitu bulan Muharram 1445 H. Kita perlu bersyukur karena bulan Muharram memiliki kedudukan yang mulia. Menurut Ibnu al-Jauzi dalam kitab at-Tabshirah, bulan Muharram diberi nama demikian karena Allah melarang peperangan dan konflik selama bulan ini yang memiliki kedudukan yang mulia.

Selain itu, bulan Muharram juga termasuk salah satu dari empat bulan yang dianggap mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam surah at-Taubah ayat 36.

… إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu (lauhul mahfudz). Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram…”

Menurut penjelasan Imam Fakhruddin ar-Razi dalam Tafsir al-Fakhrir Razi, setiap pelanggaran yang dilakukan selama bulan haram akan mendapatkan hukuman yang lebih berat, sementara amalan ibadah yang ditujukan kepada Allah akan diberikan pahala yang berlipat ganda. Imam Fakhruddin ar-Razi menyatakan:

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً ، وَالطَّاعَةُ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَابا

Artinya: “Maksud dari haram adalah sesungguhnya kemaksiatan di bulan-bulan itu memperoleh siksa yang lebih berat dan ketaatan di bulan-bulan tersebut akan mendapat pahala yang lebih banyak.”

Hadirin rohimakumulloh,

Bulan Muharram merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan kebaikan dan ketakwaan kepada Allah. Salah satu momen istimewa dalam bulan Muharram adalah hari ‘Asyura.

Pada hari ini, umat Islam dianjurkan untuk berpuasa. Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menjelaskan sebuah hadits shahih dari Imam Muslim:

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، قَالَ: قَدِمَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمَدِينَةَ، فَوَجَدَ الْيَهُودَ يَصُومُونَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَسُئِلُوا عَنْ ذَلِكَ؟ فَقَالُوا: هَذَا الْيَوْمُ الَّذِي أَظْهَرَ اللهُ فِيهِ مُوسَى، وَبَنِي إِسْرَائِيلَ عَلَى فِرْعَوْنَ، فَنَحْنُ نَصُومُهُ تَعْظِيمًا لَهُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: نَحْنُ أَوْلَى بِمُوسَى مِنْكُمْ فَأَمَرَ بِصَوْمِهِ

Artinya: Dari Ibnu Abbas RA, beliau berkata: “Rasulullah ﷺ hadir di kota Madinah, kemudian beliau menjumpai orang Yahudi berpuasa di bulan Asyura, kemudian mereka ditanya tentang puasanya tersebut, mereka menjawab: hari ini adalah hari dimana Allah ﷻ memberikan kemenangan kepada Nabi Musa AS dan Bani Israil atas Fir’aun, maka kami berpuasa untuk menghormati Nabi Musa. Kemudian Nabi bersabda: Kami (umat Islam) lebih utama dengan Nabi Musa dibanding dengan kalian, Kemudian Nabi Muhammad memerintahkan untuk berpuasa di hari Asyura.”

Dalam riwayat lain, para sahabat bertanya kepada Nabi tentang pentingnya hari ‘Asyura yang dihormati oleh orang Yahudi dan Nasrani. Kemudian Nabi menjawab bahwa Insya Allah, pada tahun berikutnya kita akan berpuasa pada hari kesembilan. Dari hadis tersebut, Imam Syafi’i berpendapat bahwa dianjurkan untuk berpuasa pada hari kesembilan dan sepuluh di bulan Muharram.

Hal ini dikarenakan Nabi sendiri berpuasa pada hari Asyura dan berniat untuk berpuasa pada hari kesembilan di bulan Muharram (seperti yang dikutip oleh Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim juz 8 halaman 9).

Dari beberapa riwayat hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa umat Islam dianjurkan untuk berpuasa pada hari kesembilan dan ‘Asyura di bulan Muharram.

Jamaah rohimakumulloh,

Alasan mengapa hari Asyura disebut dengan Asyura (sepuluh) dapat dijelaskan oleh Badaruddin al-‘Aini dalam kitab Umdatul Qari’ Syarah Shahih Bukhari (juz 11, halaman 117). Beliau menjelaskan bahwa pada hari Asyura, Allah memberikan kemuliaan dan kehormatan kepada sepuluh nabi-Nya. Sepuluh peristiwa tersebut meliputi: (1) kemenangan Nabi Musa atas Fir’aun, (2) pendaratan kapal Nabi Nuh setelah banjir, (3) keselamatan Nabi Yunus dari perut ikan, (4) ampunan Allah terhadap Nabi Adam, (5) keselamatan Nabi Yusuf saat keluar dari sumur, (6) kelahiran Nabi Isa, (7) ampunan Allah untuk Nabi Daud, (8) kelahiran Nabi Ibrahim, (9) Nabi Ya’qub yang kembali dapat melihat, dan (10) ampunan Allah untuk Nabi Muhammad, baik untuk kesalahan masa lalu maupun yang akan datang.

Jamaah rohimakumulloh,

Puasa pada hari Asyura sangat dianjurkan karena memiliki beberapa keutamaan. Imam Turmudzi meriwayatkan hadis hasan dalam kitab Sunan Turmudzi, bahwa orang yang berpuasa pada hari ‘Asyura akan mendapatkan ampunan dari Allah. Nabi Muhammad SAW bersabda:

وروى التِّرْمِذِيّ من حَدِيث عَليّ، رَضِي الله تَعَالَى عَنهُ: (سَأَلَ رجل النَّبِي، صلى الله عَلَيْهِ وَسلم: أَي شَيْء تَأْمُرنِي أَن أَصوم بعد رَمَضَان؟ قَالَ: صم الْمحرم، فَإِنَّهُ شهر الله، وَفِيه يَوْم تَابَ فِيهِ على قوم وَيَتُوب فِيهِ على قوم آخَرين) . وَقَالَ: حسن غَرِيب

Artinya: “Suatu ketika seorang laki-laki bertanya pada Nabi, apa yang akan engkau perintahkan kepadaku wahai Nabi setelah saya berpuasa di bulan Ramadan? Nabi bersabda: Berpuasalah di bulan Muharram, Muharram adalah bulan milik Allah, di bulan itu Allah menerima taubat satu kaum dan menerima taubat kaum yang lainnya.” (HR Tirmidzi)

Selain itu, Ibnu Majah meriwayatkan hadis sahih dalam kitab Sunan Ibnu Majah yang menyatakan bahwa siapa pun yang berpuasa pada hari Asyura akan diampuni kesalahan satu tahun yang telah berlalu. Hal ini sesuai dengan sabda nabi:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ، إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ»

Artinya: “Berpuasa di hari ‘Asyura, sesungguhnya saya mengira bahwa Allah akan menghapus kesalahan di tahun yang telah lalu.” (HR Ibnu Majah)

Hadirin rohimakumulloh,

Ibnu al-Jauzi dalam kitab at-Tabshirah menyimpulkan bahwa bulan Muharram adalah bulan yang mulia dan hari Asyura adalah hari yang mulia pula. Bulan Muharram merupakan waktu yang baik untuk melakukan kebaikan, meraih perdamaian, meningkatkan amal, memberikan sedekah, menyantuni anak yatim, dan membantu mereka yang membutuhkan.

Sebagai bulan awal tahun Hijriah, bulan Muharram menjadi momen yang paling tepat untuk melakukan hijrah, yaitu beralih dari sifat buruk menuju sifat yang terpuji. Abu Sulaiman, seperti yang dikutip oleh Abu Na’im dalam kitab Hilyatul Auliya’, menyatakan:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ

Artinya: “Barangsiapa hari ini keadaannya masih sama dengan kemarin, maka ia dalam keadaan kurang baik.”

Dari pernyataan tersebut, mari kita gali motivasi kita untuk berubah dan beralih ke perilaku yang baik, dengan semakin mempererat tali persaudaraan, menggunakan potensi yang dimiliki sesuai dengan profesi masing-masing untuk membantu sesama, mendukung agama, dan memberikan kontribusi bagi negara.

Sebagai hamba Allah, kita akan senantiasa mendapatkan perlindungan-Nya selama kita dapat memberikan manfaat dan membantu saudara-saudara yang membutuhkan. Semoga kita menjadi individu yang terus berhijrah menuju kebaikan dan menjadi sosok yang bermanfaat bagi masyarakat, agama, dan bangsa. Aamiin.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ

Demikianlah contoh khutbah Jumat dalam menyambut bulan Muharram 1445 H. Selamat menyambut Tahun Baru Islam 2023!

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Contoh Mukadimah Khutbah Jumat Beserta Latinnya


Jakarta

Mukadimah khutbah Jumat diposisikan sebagai hal penting dalam pelaksanaan salat Jumat sebab menjadi salah satu rukun salat tersebut. Berikut contoh mukaddimah khutbah yang bisa diterapkan khatib Jumat.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mukadimah berarti kata pendahuluan atau kata pengantar. Oleh karena itu, mukadimah khutbah Jumat berarti bagian yang digunakan untuk membuka khutbah tersebut.

Bagian pembuka khutbah Jumat ini sama pentingnya dengan isi dari khutbah itu sendiri. Khutbah Jumat termasuk dalam salah satu rukun yang harus dikerjakan ketika mendirikan salat Jumat.


Menurut buku Khutbah Jum’at Pilihan: Dilengkapi Khutbah Idul Fitri dan Idul Adha karya Adam Joyo Pranoto, rukun khutbah Jumat ada lima, yaitu membaca hamdalah, membaca sholawat nabi, berwasiat takwa kepada Allah SWT, membaca ayat suci Al-Qur’an, dan berdoa untuk kaum muslimin.

Dalam sebuah pidato tidak lengkap apabila tidak dibuka dengan sebuah mukadimah atau pembukaan. Oleh karena itu, detikHikmah sudah rangkumkan beberapa contoh mukadimah khutbah Jumat yang bisa langsung dipraktikkan.

3 Contoh Mukadimah Khutbah Jumat dan Latinnya

1. Mukadimah Khutbah Jumat 1

Diambil dari buku Materi Khotbah Jumat Setahun karya H. Ahmad Yani, berikut adalah salah satu contoh mukadimah khutbah Jumat.

الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورٍ اَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَاشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِك عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى الهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينَ وَامَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ الله أَوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ. أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ

Arab Latin: Alhamdulillahi nahmaduhu wa nasta’inuhu wa nastagjfiruhu wa na’uudhubillahi min syuruuri anfusinaa wa min sayyiaati a’malinaa mayyahdihillahu falaa mudhilla lahu wa mayyudhlil falaa haadiyalah

Wa asyhadu ala ilaaha illallah wahdahulaa syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu, allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘ala nabiyyinaa muhammadin wa ‘ala alihi wa ashaabihi wa man tabi’ahum ila yaumiddiin

Wa amma ba’du fayaa’ibaadallahu uushiikum wa iyyaaya bi taqwaallahi wa thaa’atihi la’allakum tuflihuun. Qaalallahu ta’alaa filquranil kariim. A’uudzubillahi minasyaithanirrajiim: yaa ayyuhalladziina amanu-taqullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun.

2. Mukadimah Khutbah Jumat 2

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ الْمَلِكِ الْعَظِيمِ الَّذِي يَحْكُمُ بِالْحَقِّ وَيَقْضِي بِالْعَدْلِ وَيَهْدِى النَّاسِ إِلَى الصِّرَاطِ الْمُسْتَقِيمِ , أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينَ. أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللَّهَ أَوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الكَرِيمِ. أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Arab Latin: Alhamdulillahi rabbil ‘aalamiin almalikil ‘adhiimil ladzii wahkumu bilhaqqi wa yaqdhii bil’adli wayahdin-naasi ilashirathal mustaqiim

Asyhadu ala ilaaha illallah wahdahulaa syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu, allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘ala nabiyyinaa muhammadin wa ‘ala alihi wa ashaabihi wa man tabi’ahum ila yaumiddiin

Amma ba’du fayaa’ibaadallahu uushiikum wa iyyaaya bi taqwaallahi wa thaa’atihi la’allakum tuflihuun. Qaalallahu ta’alaa filquranil kariim. A’uudzubillahi minasyaithanirrajiim: yaa ayyuhalladziina amanu-taqullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun.

3. Mukadimah Khutbah Jumat 3

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيمَانِ وَالْإِسْلَامِ وَأَكْرَمَنَا بِخِلَافَتِهِ مِنْ جَمِيعِ العَالَمِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الدِّينَ. أَمَّا بَعْدُ فَيَاعِبَادَ اللَّهُ أَوْصِيكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ . قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ. اَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ : يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ

Arab Latin: Alhamdulillahil ladzii an’amanaa bini’matil iimaani wal islaami wa akrammanaa bikhilaafatihi min jamii’il ‘aalam.

Asyhadu ala ilaaha illallah wahdahulaa syarikalah, wa asyhadu anna muhammadan ‘abduhu wa rasuuluhu, allahumma shalli wa sallim wa baarik ‘ala nabiyyinaa muhammadin wa ‘ala alihi wa ashaabihi wa man tabi’ahum ila yaumiddiin

Amma ba’du fayaa’ibaadallahu uushiikum wa iyyaaya bi taqwaallahi wa thaa’atihi la’allakum tuflihuun. Qaalallahu ta’alaa filquranil kariim. A’uudzubillahi minasyaithanirrajiim: yaa ayyuhalladziina amanu-taqullaha haqqa tuqaatihi walaa tamuutunna illa wa antum muslimuun.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Ini Hal Terakhir yang Dilakukan Khatib Saat Menutup Khotbah Jumatnya



Jakarta

Khotbah Jum’at menjadi hal wajib yang dilakukan dalam sholat Jum’at. Diawali dengan khotbah Jum’at. Buku Ensiklopedia Fikih Indonesia 3: Shalat yang ditulis oleh Ahmad Sarwat, menyebutkan bahwa khotbah Jumat merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari rangkaian ibadah salat Jumat.

Mayoritas ulama sepakat bahwa khotbah Jumat adalah syarat sah dilaksanakannya salat Jumat. Artinya tanpa dua khotbah Jumat, salat Jumat dikatakan tidak sah.

Khotbah Jumat harus dilaksanakan dengan mengikuti tata cara tertentu. Hal-hal yang harus ada di dalam khotbah Jumat biasa disebut sebagai rukun khotbah Jumat.


Lalu perkara yang terakhir dilakukan khatib saat menutup khotbahnya adalah?

Rukun Khotbah Jumat

Masih diambil dari sumber yang sama, menurut mazhab Asy-Syafi’iyah rukun khotbah Jumat ada lima perkara, yaitu:

1. Membaca Tahmid

Hal paling awal yang harus dilakukan oleh khatib ketika membawakan khotbah Jumat adalah mengucapkan lafaz alhamdulillah, innalhamda lillah, ahmadullah, atau lafal-lafal sejenisnya.

Hal ini didasarkan pada hadits nabi yang berbunyi, Rasulullah SAW bersabda,

كُلُّ كَلام لا يُبْدَأُ فِيهِ بِالْحَمْدِ لِلَّهِ فَهُوَ أَحْدَم

Terjemahan: “Semua perkataan yang tidak dimulai dengan hamdalah maka perkataan itu terputus.” (HR Abu Daud)

2. Membaca Sholawat Nabi

Khatib khotbah Jumat hendaknya juga melafalkan sholawatnya kepada Rasulullah SAW. Tidak harus sholawat yang panjang, sesederhana seperti berikut ini juga diperbolehkan.

Misalnya,

اللَّهُمَّ صَلَّ عَلَى مُحَمَّدٍ

Terjemahan: “Ya Allah limpahkanlah shalawat kepada Muhammad.”

Tidak bersholawat kepada keluarga Nabi Muhammad SAW juga diperbolehkan. Bahkan tidak diharuskan bagi khatib untuk menyampaikan salam kepada keluarga beliau.

3. Membaca Salah Satu Ayat Suci Al-Qur’an

Rukun khotbah Jumat yang ketiga adalah membaca salah satu atau beberapa ayat suci Al-Qur’an. Hal ini sebagaimana yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah SAW.

كَانَ يَقْرَأ آيَاتٍ وَيُذَكِّرُ النَّاسَ

Terjemahan: “Rasulullah saw. membaca beberapa ayat Al-Qur’an dan mengingatkan orang- orang.”

Sebagian ulama bahkan mewajibkan membaca ayat Al-Qur’an dalam khotbah Jumat karena dinilai sebagai pengganti dari dua rakaat salat yang ditinggalkan.

4. Memberi Nasihat dan Wasiat

Khatib khotbah Jumat hendaknya memasukkan nasihat atau wasiat dalam materi ceramah mereka. Nasihat kepada jamaah dapat berupa sekadar pesan untuk taat kepada Allah SWT, menjauhi perbuatan buruk, memperbanyak amal saleh, dan lain sebagainya.

Paling tidak, khatib salat Jumat bisa menyampaikan kepada para jamaah untuk menjauhi larangan-larangan Allah SWT, misalnya,

أطِيعُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا مَعَاصِيهِ

Terjemahan: “Taatilah Allah dan jauhilah maksiat”

Perkara Terakhir Khotbah Jumat

Rukun khotbah Jumat tidak selesai sampai pada memberi nasihat kepada jamaah. Lalu, apa perkara yang terakhir dilakukan khatib saat menutup khotbahnya?

Perkara yang terakhir dilakukan khatib saat menutup khotbahnya adalah memanjatkan doa dan permohonan ampunan kepada Allah SWT untuk umat Islam. Dalam mazhab Syafi’i, hal ini merupakan bagian dari rukun khotbah Jumat.

Ada beberapa contoh bacaan doa atau ampunan pada perkara terakhir khotbah Jumat, di antaranya:

Permintaan Ampun kepada Allah SWT

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالمُسْلِمَاتِ

Arab-latin: “Allahumaghfir lilmuslimiina wal muslimaati”

Terjemahan: “Ya Allah ampunilah orang-orang muslim dan muslimah”

Doa untuk Kaum Muslimin dan Mukminin

Buku Kumpulan Khotbah Jumat Terlengkap karya Ustaz Arifin Idham menuliskan doa untuk umat Islam baik dibaca pada khotbah terakhir atau khotbah yang kedua.

Bilal bin Rabah RA mencontohkan doa yang dipanjatkan untuk muslimin dan mukminin adalah sebagaimana berikut,

اللهم قو الإسلام من المسلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ, وَيَسِّرْهُمْ عَلَى مُعَانِدِ الدِّيْنِ, وَاخْتِمْ لَنَا مِنْكَ بِالْخَيْرِ, وَيَا خَيْرَ النَّاصِرِينَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Arab-latin: “Allahumma qawwil islaami, minal muslimiina wal muslimaati, wal mukminiina wal mukminaati alahyaai minhum wal amwaatt, wa yassirhum ‘ala mu’aadiniddiini, wakhtimlanaa minka bilkhairi, wayaa khairannaashiriina birahmatika yaa arhamarraahimiin.”

Artinya: “Ya Allah, kuatkanlah keislaman dan keimanan kaum muslimin (pria) dan muslimat (wanita), kaum mukminin (pria) dan mukminat (wanita), yang masih hidup dari mereka semua dan juga yang sudah meninggal, mudahkanlah mereka untuk mengokohkan agama, akhirilah (hidup) kami dari-Mu dengan kebaikan, wahai Tuhan sebaik-baik penolong, dengan rahmat-Mu wahai Tuhan Yang Maha Penyayang dari semua penyayang.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Contoh Khutbah Jumat Syawal sebagai Bulan Peningkatan Amal


Jakarta

Memasuki bulan Syawal, muslim dituntut agar selalu istiqomah atau konsisten untuk terus rajin ibadah. Pasalnya, pada bulan Syawal terdapat banyak ibadah dengan pahala besar.

Salah satunya puasa Syawal selama 6 hari yang pahalanya setara satu tahun penuh berpuasa. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)


Artinya: “Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil)

Khatib Jumat dapat juga terus mengingatkan muslim untuk senantiasa meningkatkan amal ibadah pada bulan Syawal lewat ceramah atau khutbah salat Jumat.

Berikut contoh naskah khutbah Jumat dengan tema Syawal sebagai bulan peningkatan amal diambil dari Kumpulan Naskah Khutbah Jumat: Membentuk Generasi Qur’ani susunan Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Kemenag) RI 2007.

Naskah Khutbah Jumat Tema Syawal Bulan Peningkatan Amal

Khutbah Pertama

السَّلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ اَشْهَدُانْ لاَ إِلَهَ إِلا اللَّهِ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدانَ سَيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَهُ اللهُمَ صَلِّ عَلَى سَيدَنَا مُحَمَدْ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ يَتَقُوا اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضِ أُعدت اللْمُتَّقِينَ، صَدَقَ الله العظيم.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Kita umat Islam baru saja selesai melaksanakan tugas yang berat yaitu ibadah puasa Ramadan dan kita dapat melaksanakan ibadah puasa itu dengan baik selama satu bulan penuh, tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hal hal yang membatalkan puasa. Selama puasa Ramadan kita melawan musuh hawa nafsu. Dan kita sekarang telah menjadi pemenangnya, kita telah kembali menjadi fitrah.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah.

Tugas umat Islam pasca Ramadan adalah sebagai berikut:

Tugas umat Islam yang pertama pasca Ramadan adalah Meningkatkan ibadah dan amal saleh. Karena Syawal memiliki arti meningkat, maka umat Islam harus meningkatkan ibadahnya kepada Allah SWT, meningkatkan amal saleh. Selama sebulan penuh dibulan Ramadan, umat Islam digembleng dengan berbagai ibadah dan amalan-amalan.

Karena itu selepas dari Ramadan, masuk bulan Syawal semangat ibadah umat Islam tidak boleh surut. Justru sebaliknya amal ibadah kita harus terus ditingkatkan lagi. Allah SWT berfirman dalam QS Fushilat ayat 30 yang berbunyi,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمْ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ التي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah SWT”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh surga, yang telah dijanjikan Allah SWT kepadamu’.”

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Maksud istiqomah pada ayat tersebut adalah bahwa kita melakukan ibadah dan amal saleh harus dilakukan secara terus menerus (langgeng) dilakukan secara Mudawamah. Orang yang melakukan amal sholeh secara istiqomah, maka orang tersebut akan didatangi malaikat pada saat berada dalam alam kubur seraya mengatakan,

“Janganlah kamu takut terhadap apa yang akan terjadi pada dirimu dan tak perlu kamu sedih terhadap apa yang telah kamu tinggalkan di dunia.” Tetapi bergembiralah kamu dengan Surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepadamu waktu di dunia melalui Rasulullah SAW.

Tugas kedua, kita harus menjaga iman dan Islam, kita harus memelihara aqidah islamiyah, kita harus meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dan kita tetap beribadah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi,

يَتَأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ . من قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu, dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Siapa Tuhan kamu yang harus kamu sembah, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 22 yang artinya, “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu,· karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Tugas terakhir para umat Islam pasca Ramadan adalah kita harus memelihara ukhuwah islamiyah, memelihara persaudaraan dan kesatuan. Setelah kita saling maaf memaafkan (melakukan halal bihalal) kita harus memelihara ukhuwah islamiyah.

Kita tingkatkan persatuan dan kesatuan, umat Islam harus bersatu dalam memperjuangkan Islam, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, umat Islam harus bersatu dalam membangun bangsa dan negara memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 103 :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَقُوْا

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah SWT, dan janganlah kamu bercerai berai.”

Maksud berpegang teguhlah kamu semua kepada tali Allah SWT pada ayat tersebut adalah kita harus berpegang teguh kepada agama Allah SWT yaitu agama Islam. Selama hidup di dunia manusia harus berpegang teguh kepada ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’anul karim dan hadits Rasulullah SAW.

Jika manusia dalam hidupnya tidak berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW pasti mereka akan sesat-sesat dan menyesatkan. Dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan sesama muslim Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian saling hasut, saling memuji barang dagangan secara berlebihan, janganlah kalian saling benci, saling berpaling, janganlah kamu berjual beli kepada orang yang jual beli dengan orang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah SWT yang bersaudara, sesama muslim adalah saudara, dia tidak menganiaya, tidak mengecewakan dan tidak menghina.” (HR Muslim)

Demikian khutbah singkat yang bisa al-faqir sampaikan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi jamaah sekalian, khususnya bagi al-faqir pribadi.

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ الْبَيَانِ وَالذِكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمَّدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَر وَأَشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ له، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ ،وَكَفَر وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الإِنْسِ وَالْبَشَرِ . اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ

مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَر أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيمًا : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا أَللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات، اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّنَا وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنِ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com