Tag Archives: khutbah jumat

Khutbah Jumat Soal Pemimpin yang Disenangi Rakyat


Jakarta

Pemimpin adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Agar disenangi oleh rakyat, pemimpin harus memiliki gaya kepemimpinan seperti Rasulullah SAW.

Anwar Zain dalam buku Manajemen Pendidikan: Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Akreditasi, mengatakan ada empat hal yang melekat pada diri Rasulullah SAW sehingga ia disenangi oleh pengikutnya. Empat hal itu adalah siddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), tablig (menyampaikan amanah), dan fathonah (cerdas).

Sifat-sifat itu juga bisa dijadikan patokan oleh umat Islam dalam memilih seorang pemimpin. InsyaAllah dengan memiliki sifat tersebut, ia bisa menjadi pemimpin yang adil sebagaimana yang kita harapkan.


Naskah khutbah Jumat kali ini akan membahas soal bagaimana menjadi pemimpin yang disenangi oleh rakyatnya. Naskah ini diambil dari laman Muhammadiyah yang ditulis oleh Ilham.

Naskah Khutbah Jumat Tema Pemimpin yang Disenangi Rakyat

Khutbah I

أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّاللَّهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ وأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَآأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا اتَّقُوْا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللَّهَ حَيْثُمَا كُنْتَ وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ

Kaum Muslimin sidang Jum’at rahimakumullah

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang dengan kasih sayang-Nya, kita dapat berkumpul di tempat ibadah ini. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, dan sahabat-sahabatnya.

Sebagai umat manusia yang diberikan amanah dan tugas oleh Allah, kita dipanggil untuk merenungi peran kita sebagai khalifah di bumi. Al-Quran mengajarkan kepada kita bahwa Allah berfirman,

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, ‘Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.'” (QS. Al-Baqarah: 30).

Ayat suci ini mengingatkan kita bahwa Allah memberikan tanggung jawab besar kepada umat-Nya untuk memakmurkan bumi. Namun, tanggung jawab ini tidak hanya sebatas menjaga alam, melainkan juga memimpin diri sendiri dan orang lain menuju kebaikan.

Setiap individu di antara kita memiliki peran sebagai pemimpin, sekecil apapun itu. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Artinya: “Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya atas yang dipimpin” (HR. Bukhari 6605). Oleh karena itu, kita perlu memahami bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam memenuhi tugas sebagai khalifah akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.

Sebagai pemimpin, tugas kita bukan hanya menjaga alam dan sumber daya, melainkan juga menjaga akhlak, keadilan, dan kesejahteraan sosial. Allah menciptakan kita dengan akal, sehingga kita dapat menggunakan kebijaksanaan dan keadilan dalam menjalankan amanah ini.

Jamaah Jumat yang berbahagia!

Penting bagi kita untuk memahami bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar posisi formal, melainkan sebuah tanggung jawab besar yang membutuhkan keahlian dan integritas. Apalagi pemimpin dalam sebuah negara yang besar, tanggung jawabnya semakin mendalam dan kompleks.

Rasulullah Saw bersabda,

فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Penguasa yang memimpin rakyat banyak dia akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya (HR. Bukhari 6605).

Oleh karena itu, penting bagi pemimpin untuk memiliki keahlian di bidangnya. Rasulullah Saw telah memberikan nasihat yang bijak,

فَإِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

“Apabila suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya, maka tunggulah masa kehancurannya”. (HR Bukhari dan Muslim).

Ini adalah peringatan agar pemimpin memahami batas keahliannya dan tidak memberikan tugas atau wewenang kepada mereka yang tidak berkompeten. Pemberian tanggung jawab kepada yang tidak ahli dapat mengakibatkan rusaknya pekerjaan bahkan organisasi yang dikelolanya.

Kita sebagai umat Islam, terutama yang memiliki peran sebagai pemimpin, perlu menjadikan amanah sebagai prioritas utama. Amanah tidak hanya terkait dengan keuangan, tetapi juga dengan kebijakan, keadilan, dan kesejahteraan rakyat.

Marilah kita bersama-sama merenungi dan mengintrospeksi diri. Semoga Allah memberikan petunjuk dan kekuatan kepada kita semua untuk menjalankan tugas ini dengan sebaik-baiknya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah!

Pemimpin harus mengutamakan, membela dan mendahulukan kepentingan umat, menegakkan keadilan, melaksanakan syari’at, berjuang menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah, sebagaimana Firman Allah SWT.

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُوْنُوْا قَوَّامِيْنَ لِلّٰهِ شُهَدَاۤءَ بِالْقِسْطِۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَاٰنُ قَوْمٍ عَلٰٓى اَلَّا تَعْدِلُوْاۗ اِعْدِلُوْاۗ هُوَ اَقْرَبُ لِلتَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penegak (kebenaran) karena Allah (dan) saksi-saksi (yang bertindak) dengan adil. Janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil karena (adil) itu lebih dekat pada takwa. Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan (QS. Al-Maidah: 8).

Ini adalah petunjuk Allah yang jelas tentang bagaimana seorang pemimpin harus bertindak. Pemimpin harus menjadi pelopor kebenaran, menegakkan keadilan, dan tidak dikuasai oleh kebencian terhadap suatu kelompok. Keadilan adalah pondasi utama dalam kepemimpinan yang dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hidupnya.

Seorang pemimpin yang mengamalkan keadilan harus membela dan mendahulukan kepentingan umat. Tugasnya bukan hanya sekadar menjalankan amanah formal, tetapi juga berjuang untuk menghilangkan segala bentuk kemunkaran, kekufuran, kekacauan, dan fitnah. Dengan demikian, pemimpin akan mampu menjalankan kepemimpinan yang sejalan dengan syari’at Islam.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II

الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ الطَّيِّبِينَ الطَّاهِرِينَ وَعَلَى أَصْحَابِهِ أَجْمَعِينَ، وَعَلَى التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

Pemimpin yang mampu menjalankan amanahnya dengan penuh tanggungjawab, akan menjadi pemimpin yang dicintai rakyatnya. Sebagaimana Sabda Rasulullah saw,

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ

“Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo’akan kalian dan kalian mendo’akan mereka. Dan sejelek-jelek pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka.” (HR Muslim).

Dalam sabda tersebut, Rasulullah Saw menegaskan pentingnya hubungan yang baik antara pemimpin dan umatnya. Pemimpin yang mencintai dan dicintai oleh umatnya akan membangun fondasi kekuatan yang kuat dan harmonis. Keberhasilan seorang pemimpin tidak hanya terukur dari pencapaian materi, tetapi juga dari keberhasilannya dalam menciptakan kedamaian dan kebahagiaan di tengah-tengah masyarakat.

Oleh karena itu, pemimpin yang berkomitmen untuk mencintai dan dicintai umatnya harus senantiasa mendengarkan aspirasi rakyat, memberikan solusi yang adil, serta mendoakan kebaikan bagi mereka. Sebaliknya, umat juga memiliki tanggung jawab untuk mendukung dan mendoakan pemimpinnya agar senantiasa mendapat petunjuk dari Allah.

Marilah kita sebagai umat Islam, baik sebagai pemimpin maupun sebagai rakyat, bersatu padu dalam membangun kepemimpinan yang penuh kasih sayang, keadilan, dan berkah. Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya sehingga kita semua mampu menjalankan peran sebagai khalifah dengan baik.

إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَقَرَابَتِهِ وَأَزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّاتِهِ أَجْمَعِيْنَ

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ وَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ

بَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيتَآئِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَآءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Terakhir Bulan Rajab Tema Isra Miraj


Jakarta

Jumat pekan ini adalah Jumat terakhir bulan Rajab 1445 H/2024 M, yang juga dekat dengan peringatan Isra Miraj Nabi Muhammad SAW. Untuk itu, khatib salat Jumat bisa menyampaikan khutbah bertema Isra Miraj.

Isra Miraj adalah perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang berlangsung pada malam 27 Rajab. Menurut hadits yang diyakini kebenarannya, perjalanan tersebut dimulai dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan berlanjut ke langit ketujuh, tepatnya di Sidratul Muntaha.

Dalam rangka mengenang peristiwa bersejarah tersebut, khatib Jumat bisa menyampaikan khutbah tentang Isra Miraj pada pelaksanaan salat Jumat pekan ini. Mengutip Kumpulan Naskah Khutbah Jumat susunan Kementerian Agama RI, berikut contoh naskah yang bisa disampaikan kepada jemaah.


Khutbah Jumat Terakhir Bulan Rajab: Isra Miraj Nabi Muhammad SAW

السَّلَامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ، أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُوْلَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumat yang berbahagia!

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, shalawat serta salam semoga terlimpah pada junjungan kita.Nabi Muhammad SAW. Sebagai Khatib saya mengajak kepada jama’ah sekalian untuk meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Saat ini kita dalam suasana memperingati Isra mi’raj Nabi Muhammad SAW. Secara harfiah, isra berarti perjalanan di malam hari. Karena itu peristiwa isra tidak hanya dialami oleh nabi Muhammad SAW saja, tetapi juga dialami oleh nabi-nabi lain, seperti Nabi Luth AS dan Nabi Musa AS.

Tentang isra mi’raj Nabi Luth AS, Allah SWT berfirman di dalam surat Hud, ayat 81:

قَالُوْا يٰلُوْطُ اِنَّا رُسُلُ رَبِّكَ لَنْ يَّصِلُوْٓا اِلَيْكَ فَاَسْرِ بِاَهْلِكَ بِقِطْعٍ مِّنَ الَّيْلِ وَلَا يَلْتَفِتْ مِنْكُمْ اَحَدٌ اِلَّا امْرَاَتَكَۗ اِنَّهٗ مُصِيْبُهَا مَآ اَصَابَهُمْ ۗاِنَّ مَوْعِدَهُمُ الصُّبْحُ ۗ اَلَيْسَ الصُّبْحُ بِقَرِيْبٍ ٨١

Artinya: “Mereka (para malaikat) berkata, “Wahai Lut, sesungguhnya kami adalah para utusan Tuhanmu. Mereka tidak akan dapat mengganggumu (karena mereka akan dibinasakan). Oleh karena itu, pergilah beserta keluargamu pada sebagian malam (dini hari) dan jangan ada seorang pun di antara kamu yang menoleh ke belakang, kecuali istrimu (janganlah kamu ajak pergi karena telah berkhianat). Sesungguhnya dia akan terkena (siksaan) yang menimpa mereka dan sesungguhnya saat (kehancuran) mereka terjadi pada waktu subuh. Bukankah subuh itu sudah dekat?”

Tentang Isra Nabi Musa AS Allah SWT berfirman di dalam surat Ad Dukhaan ayat 23:

فَاَسْرِ بِعِبَادِيْ لَيْلًا اِنَّكُمْ مُّتَّبَعُوْنَۙ ٢٣

“(Allah berfirman,) “Oleh karena itu, berjalanlah dengan hamba-hamba-Ku pada malam hari. Sesungguhnya kamu akan dikejar.”

Adapun lsra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW, Allah SWT berfirman di dalam surat AI Israa ayat 1:

سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ١

“Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.”

Allah SWT menjadikan peristiwa Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW sebagai ujian bagi umat manusia, apakah mereka beriman atau tidak, sebagaimana digambarkan di dalam firman Allah SWT dalam surat AI Israa ayat 60:

وَاِذْ قُلْنَا لَكَ اِنَّ رَبَّكَ اَحَاطَ بِالنَّاسِۗ وَمَا جَعَلْنَا الرُّءْيَا الَّتِيْٓ اَرَيْنٰكَ اِلَّا فِتْنَةً لِّلنَّاسِ وَالشَّجَرَةَ الْمَلْعُوْنَةَ فِى الْقُرْاٰنِ ۗ وَنُخَوِّفُهُمْۙ فَمَا يَزِيْدُهُمْ اِلَّا طُغْيَانًا كَبِيْرًا ࣖ ٦٠

“(Ingatlah) ketika Kami berfirman kepadamu, “Sesungguhnya Tuhanmu (dengan ilmu dan kekuasaan-Nya) meliputi seluruh manusia.” Kami tidak menjadikan ru’yā yang telah Kami perlihatkan kepadamu, melainkan sebagai ujian bagi manusia dan (begitu pula) pohon yang terkutuk dalam Al-Qur’an. Kami menakut-nakuti mereka, tetapi yang demikian itu hanyalah menambah besar kedurhakaan mereka.”

Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW ternyata memberikan informasi tentang alam gaib, yang akan terjadi pada umat manusia diakhirat kelak. ltulah sebabnya, dikatakan sebagai ujian, apakah umat manusia beriman atau tidak terhadap peristiwa tersebut.

Jamaah Jumat yang berbahagia!

Adapun hikmah Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW adalah sebagai berikut :

1. Isra, perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, menunjukan isyarat perlunya manusia
mengadakan hubungan horizontal dengan sesamanya. Adapun Mi’raj,. perjalanan dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha, menghadap Allah SWT, mengandung hikmah perlunya manusia berhubungan secara vertikal dengan Tuhannya, atau dalam istilah Al Qur’an “Hablun minallah wa hablum minannas”. Rasulullah SAW seusai Isra dan Mi’raj menceritakan pengalamannya kepada para sahabat, bahwa betapa bahagia dan nikmatnya dikala berjumpa menghadap Allah SWT.

2. Pada peristiwa Mi’raj, dalam titik tertentu Rasulullah SAW keluar dari ukuran ruang dan waktu, sehingga tidak ada lagi siang ataupun malam. Dalam kondisi seperti inilah Rasulullah SAW dapat melihat rahasia kegaiban yang diperlihatkan Allah SWT. Sedangkan hidup kita, kini terkungkung waktu, sehingga hidup kita berkisar dari sekarang, besok dan seterusnya. Namun suatu saat menurut Allah SWT, manusia dapat keluar dari kungkungan waktu, sebab waktu itu sendiri adalah makhluk Allah SWT. Pada saat itulah manusia akan diperlihatkan oleh Allah SWT gambaran manusia yang baik dan yang jahat.

3. Isra berarti perjalanan menelusuri permukaan bumi, sedangkan Mi’raj berarti perjalanan meninggalkan bumi. Peristiwa ini menggambarkan kepada kita, bahwa suatu saat manusia pasti wafat meninggalkan bumi, dan inilah berarti Mi’rajnya kita.

Sebelum Isra dan Mi’raj Rasulullah SAW dibedah terlebih dahulu untuk dibersihkan hatinya dari segala kotoran yang mengganggu keselamatannya. Hal m1 berarti mengisyaratkan kepada kita, bahwa apabila manusia ingin selamat dalam akhir hayatnya, maka manusia harus lebih dahulu membersihkan hatinya dari kotoran-kotoran syirik kepada Allah SWT.

Sidang Jumat yang berbahagia!

Demikianlah, semoga dengan peringatan Isra Mi’raj ini iman kita bertambah mantap, begitu juga dalam hubungan antara manusia, sehingga terdapat keseimbangan antara hablum minallah dan hablum minannas.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَ وَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهُ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمُ.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Tidak Kampanye Lewat Materi Khutbah


Jakarta

Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengimbau khatib Jumat 9 Februari untuk mengingatkan masyarakat tentang pelaksanaan pemilu dengan damai, termasuk tidak melakukan kampanye lewat materi khutbah. Hal ini tertuang dalam Surat Edaran (SE) Menag dan imbauan dari Direktur Jenderal (Dirjen) Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kemenag.

Surat imbauan tersebut ditujukan kepada para Kepala Kanwil Kemenag Provinsi yang juga Kepala Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) tingkat provinsi, Kepala Kankemenag Kabupaten/Kota yang juga Kepala BKM Kabupaten/Kota, Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan yang juga Ketua BKM Kecamatan, serta para Ketua BKM kelurahan/desa, dan Ketua Pengurus Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) atau takmir masjid.

Gus Men, begitu sapaannya, mengatakan tujuan diedarkannya surat imbauan ini sebagai upaya menjaga kondusivitas umat dan masjid di wilayahnya melalui pencegahan aktivitas politik praktis di masjid.


“Pengurus BKM dari pusat hingga desa juga diimbau agar masjid tidak digunakan sebagai tempat kampanye politik praktis dengan mendukung partai atau paslon tertentu,” kata Gus Men dalam keterangan tertulisnya, Jumat (9/2/2024).

Pesan ini tidak terbatas bagi para tokoh agama Islam saja. Gus Men menyebut, hal ini berlaku juga bagi berbagai tokoh agama di Indonesia untuk menyampaikan pesan yang sama kepada umatnya masing-masing. Berikut isi imbauan lengkap berkenaan dengan imbauan pemilu damai dari Kemenag.

Isi Imbauan Kemenag untuk Khatib Jumat Hari Ini

1. Menjaga kondusivitas umat dan sakralitas masjid di wilayahnya, dengan mencegah aktivitas politik praktis di masjid. Dalam hal terjadi gejala politisasi masjid atau polarisasi umat, agar segera menanganinya dan berkoordinasi dengan pihak-pihak berwenang di wilayahnya;

2. Mendorong para pengurus dan pengelola masjid untuk memedomani dan menyosialisasikan Surat Edaran Menteri Agama Nomor: SE 09 Tahun 2023 tentang Pedoman Ceramah Keagamaan (terlampir), termasuk kepada para penceramah/dai, khatib Jumat, serta segenap jamaah masjid;

3. Mengimbau para khatib Jumat untuk menyampaikan pesan-pesan pemilu damai, persaudaraan dan kerukunan nasional, serta mendoakan kesuksesan Pemilu dan keutuhan bangsa, dalam khutbah tanggal 9 Februari 2024 yang akan datang.

Berikut ketentuan materi ceramah keagamaan sebagaimana tertuang dalam Edaran Menag No 09 tahun 2023:

  • Bersifat mendidik, mencerahkan, dan konstruktif;
  • Meningkatkan keimanan dan ketakwaaan, hubungan baik intra dan antarumat beragama, dan menjaga keutuhan bangsa dan negara;
  • Menjaga Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika;
  • Tidak mempertentangkan unsur suku, agama, ras, dan antar golongan;
  • Tidak menghina, menodai, dan/atau melecehkan pandangan, keyakinan, dan praktik ibadat umat beragama serta memuat ujaran kebencian;
  • Tidak memprovokasi masyarakat untuk melakukan tindakan intoleransi, diskriminatif, intimidatif, anarkis, dan destruktif; dan
  • Tidak bermuatan kampanye politik praktis.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Teks Khutbah Jumat Bulan Syaban: Amalan Persiapan Ramadan


Jakarta

Khutbah Jumat bertema Syaban bisa menjadi pilihan topik khatib sholat Jumat pekan ini. Ada banyak pembahasan terkait keutamaan Syaban, salah satunya tentang keutamaan ibadah-ibadah sunnah di dalamnya.

Bulan Syaban diapit dua bulan mulia yakni Rajab dan Ramadan. Pada bulan ini terdapat malam Nisfu Syaban yang menjadi malam istimewa.

Menurut Kalender Kementerian Agama, 1 Syaban 1445 Hijriah jatuh pada Minggu, 11 Februari 2024. Artinya pada Jumat, 16 Februari 2024 bertepatan dengan 6 Syaban 1445 H.


Khutbah Jumat Bertema Syaban

Merangkum buku Materi Khutbah Jumat Sepanjang Tahun karya Muhammad Khatib, S.Pd.I dan juga mengutip laman resmi Kementerian Agama (Kemenag), berikut teks khutbah Jumat bulan Syaban.

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ
وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى الْيَوْمِ الَّذِيْ نَلْقَاه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
أمّا بَعْدُ

Hadirin jamaah Jumah rahimakumullah

Marilah kita bersama-sama menjaga kualitas takwa kita kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dengan penuh kesadaran dan keinsyafan. Karena hanya dengan takwalah, kita bisa mendekati Allah dan mencapai kebahagiaan, di dunia maupun di akhirat.

Sebagaimana firman-Nya:

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَكَانُوا۟ يَتَّقُونَ

Artinya: (Yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. (QS. Yunus: 63)

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Alhamdulillah, hari ini kita semua masih bertemu bulan Syaban. Syaban adalah bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah. Secara bahasa, kata “Syaban” mempunyai arti “berkelompok”. Nama ini disesuaikan dengan tradisi bangsa Arab yang berkelompok mencari nafkah pada bulan itu.

Syaban termasuk bulan yang dimuliakan Rasulullah SAW. Terbukti beliau berpuasa pada bulan ini. Usamah berkata pada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunah) sebanyak yang engkau lakukan dalam bulan Syaban.” Rasulullah SAW menjawab: “Bulan Syaban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.” (HR. An-Nasai dan Abu Dawud)

Dalam riwayat lain disebutkan: “Bulan itu (Syaban), yang berada di antara Rajab dan Ramadan adalah bulan yang dilupakan manusia, dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadah ku diangkat ketika aku berpuasa. (HR An Nasa’i)

Seorang ulama yang bernama Abu Bakar Al-Warraq Al-Balkhi berkata:

شَهْرُ رَجَبَ شَهْرٌ لِلزَّرْعِ وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ لِلزَّرْعِ وَرَمَضَانُ شَهْرُ حَصَادِ الزَّرْعِ

“Bulan Rajab adalah bulan menanam. Bulan Syaban adalah bulan menyirami tanaman. Dan bulan Ramadan adalah bulan memanen hasil tanaman.”

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Syaban juga mempunyai makna “jalan setapak menuju puncak.” Artinya, Syaban adalah bulan persiapan yang disediakan Allah untuk menapaki dan menjelajahi keimanan, sebagai persiapan menghadapi puncak bulan Ramadan.

Meniti jalan menuju puncak bukanlah hal yang mudah. Sebagaimana mendaki gunung, butuh latihan dan persiapan yang matang. Begitu pula meniti puncak di bulan Syaban, tentunya butuh kesungguhan hati dan niat yang suci serta siap bersusah payah. Kepayahan itu akan lebih terasa ketika kita berpuasa di bulan Syaban. Namun, kepayahan itu akan dibalas dengan pahala yang sangat besar.

Rasulullah SAW bersabda: Bulan ini dinamakan Syaban karena berhamburan kebajikan di dalamnya. Barang siapa berpuasa tiga hari di awal bulan Syaban, tiga hari di pertengahannya dan tiga hari di akhirnya, maka Allah SWT menulis untuk orang itu pahala tujuh puluh orang nabi, dan seperti ibadah tujuh puluh tahun, dan jika orang itu meninggal pada tahun ini, maka akan diberikan predikat mati syahid.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Pendakian di bulan Syaban ini juga dapat dilakukan dengan cara membanyak beristighfar atau meminta ampun atas segala dosa, lebih-lebih dosa hati yang tak kasat mata, seperti, ujub, takabur, dan sum’ah. Biasanya, dosa hati itu lebih banyak daripada dosa tubuh.

Setiap orang beriman sepatutnya membersihkan dan mensucikan diri dari sifat-sifat tercela serta menyiapkan mental, agar dapat menghadapi dan memasuki bulan Ramadan dengan tenang dan khusyu.

Setiap orang beriman hendaknya mempersiapkan lahir dan batin dalam menghadapi bulan Ramadan, sebagaimana petani menyiapkan air dalam menghadapi musim kering.

Permohonan ampun tidak dibatasi oleh tempat dan waktu, akan tetapi kita bisa melakukan di mana saja dan kapan saja. Namun demikian, ia sangat baik bila dilakukan sebelum datang bulan Ramadan. Hal ini kita lakukan sebagai rasa hormat dan Ta’dzim atas kedatangan bulan yang mulia.

Istighfar dan taubat di bulan Syaban akan menjaga dan memelihara ibadah di bulan Rajab, merawat dan menyuburkan iman di bulan Syaban serta memberi semangat ibadah di bulan Ramadan.

Diharapkan dengan persiapan ini, kita akan meraih kemuliaan dan kemenangan dari Allah SWT di bulan yang agung tersebut.

Hadirin jamaah Jum’ah rahimakumullah

Sebagai penghujung khutbah ini, marilah di bulan Syaban yang penuh fadhilah ini, kita mendaki bersama dengan menjalankan berbagai amal shaleh dan meminta pengampunan-Nya, sehingga kita akan sampai di puncak nanti, sebagai hamba yang siap menjalankan kewajibannya di depan Sang Khaliq.
Aamiin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ, فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

BKM Diminta Bawa Pesan Damai dalam Isi Khutbah Jumat dan Tarawih



Jakarta

Kementerian Agama (Kemenag) meminta secara khusus pada pengurus Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) tiap tingkat untuk membawa pesan perdamaian dalam mimbar Jumat maupun tarawih Ramadan. Hal ini disebut sebagai upaya menciptakan kondusivitas umat setelah pemilihan umum (pemilu).

“BKM provinsi, kabupaten/kota, hingga kecamatan, kelurahan/desa juga harus mengisi mimbar kultum tarawih dan khutbah Jumat dengan membawa pesan-pesan persaudaraan dan kerukunan/perdamaian. Contoh khutbah tersebut dapat diakses di aplikasi PUSAKA dan Elipski,” kata Ketua Harian BKM Pusat, Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah Kemenag Adib dalam keterangannya yang diterima detikHikmah, Kamis (29/2/2024).

Lebih lanjut, Adib secara khusus meminta kepada BKM tingkat provinsi untuk melakukan kegiatan pembinaan sumber daya manusia (SDM) kemasjidan atau pelatihan manajemen masjid.


“Dirangkai dengan Rakerda BKM provinsi, dan melibatkan peserta dari BKM provinsi dan kabupaten/kota,” tutur dia.

Selain itu Kemenag juga melakukan konsolidasi dengan ribuan pengurus BKM menjelang Ramadan. Saat ini, sudah ada 23.125 BKM daerah yang tergabung.

Untuk itu, Dirjen Bimas Islam Kemenag Kamaruddin Amin meminta agar BKM daerah bisa mulai menjalankan programnya. Sementara itu, ia mendorong Ketua Umum BKM Pusat mendorong lembaga BKM daerah aktif menggelar syiar agama di masjid dan musala.

Secara umum, Kamaruddin mengimbau pengurus BKM untuk melakukan safari Ramadan dan bersilaturahmi dengan ormas-ormas keagamaan hingga audiensi ke pemerintah daerah. Hal ini disampaikannya saat menghadiri Coffee Morning BKM di Jakarta.

“Kita mendorong kepada pengurus BKM dapat membuka komunikasi, audiensi, atau sosialisasi dengan pemerintah daerah setempat/forkopimda/ormas terkait telah hadirnya BKM daerah dan siap berkolaborasi lebih jauh,” ujarnya.

Agenda Coffee Morning BKM yang digelar Kemenag diikuti lebih dari seribu peserta. Peserta yang dimaksud terdiri dari pengurus BKM pusat, BKM provinsi, BKM kabupaten/kota, BKM kecamatan, dan BKM kelurahan/desa.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Menyambut Bulan Ramadhan dengan Perbanyak Ibadah



Jakarta

Khutbah Jumat menyambut bulan Ramadhan bisa menjadi referensi bagi khatib salat Jumat. Hal ini sebagai pengingat jika sebentar lagi umat Islam memasuki bulan Ramadhan.

Ramadhan merupakan bulan istimewa yang selalu ditunggu kedatangannya oleh umat Islam. Pada bulan ini juga diwajibkan untuk menjalankan ibadah puasa. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 183,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

Dalam rangka menyambut bulan suci penuh kemuliaan tersebut, umat Islam bisa memaksimalkan ibadah pada bulan Ramadhan agar mendapat keberkahan. Berikut contoh naskah khutbah Jumat berjudul Memaksimalkan Ibadah di Bulan Ramadhan yang dikutip dari buku Mimbar Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan Edisi 1107 Tahun XXII/2021 terbitan Bidang Penyelenggara Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI).

Contoh Khutbah Jumat Menyambut Ramadhan

Khutbah Pertama

اَلْحَمْدُ للهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ خَلَقَ الْاِنْسَانَ فِيْ أَحْسَنِ تَقْوِيْمٍ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْعَظِيْمِ الْكَرِيْمِ. وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كُنِّيَ بِأَبِي الْقَاسِمِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِهِ وَاَصْحَابِهِ اَجْمَعِيْنَ. اَمَّا بَعْدُ فَيَاأَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Jemaah Jumat yang dimuliakan Allah SWT,

Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT yang tiada henti-hentinya mencurahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian. Sholawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW bersama para sahabatnya dan keluarganya.

Lalu, kita yang senantiasa diperintahkan untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Dalam artian bahwa kita wajib melaksanakan semua perintah Allah SWT dengan sungguh-sungguh dan harus meninggal semua larangan Allah SWT secara total. Sidang salat Jumat yang dimuliakan Allah SWT.

Nabi SAW bersabda:

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

Artinya: “Telah datang kepada kalian Ramadhan, bulan yang diberkahi. Allah mewajibkan atas kalian berpuasa padanya. Pintu-pintu surga dibuka padanya. Pintu-pintu Jahim (neraka) ditutup. Setan-setan dibelenggu. Di dalamnya terdapat sebuah malam yang lebih baik dibandingkan 1000 bulan. Siapa yang dihalangi dari kebaikannya, maka sungguh ia terhalangi.” (HR Ahmad, shahih)

Bulan diturunkannya Al-Qur’an, bulan Ramadhan adalah bulan penuh berkah yang mulia. Bulan ini dipilih sebagai bulan untuk berpuasa dan pada bulan ini pula Al-Qur’an diturunkan. Allah SWT berfirman :

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu.” (QS Al-Baqarah: 185)

Ibnu Katsir rahimahullah tatkala menafsirkan ayat ini mengatakan, “(Dalam ayat ini) Allah SWTmemuji bulan puasa yaitu bulan Ramadhan dari bulan-bulan lainnya. Allah memuji demikian karena bulan ini telah Allah pilih sebagai bulan diturunkannya Al-Qur’an dari bulan-bulan lainnya. Sebagaimana pula pada bulan Ramadhan ini Allah telah menurunkan kitab ilahiyah lainnya pada para Nabi ‘alaihimus salam.” (Tafsirul Qur’anil Adzim, I/501, Darut Thoybah)

Kaum muslimin pun diperintahkan menyambut bulan Ramadhan dengan penuh kerinduan dan kegembiraan. Ketika bulan Ramadhan datang, akan ada seruan dan panggilan kepada kaum muslimin agar menyambut Ramadhan dengan kebaikan. Nabi SAW bersabda:

“Jika telah datang awal malam bulan Ramadhan, diikatlah para setan dan jin-jin yang jahat, ditutup pintu-pintu neraka, tidak ada satu pintu pun yang dibuka, dan dibukalah pintu-pintu surga, tidak ada satu pintu pun yang tertutup, berseru seorang penyeru: wahai orang yang ingin kebaikan lakukanlah, wahai orang yang ingin kejelekan kurangilah. Dan bagi Allah membebaskan sejumlah orang dari neraka. Hal itu terjadi pada setiap malam.” (HR Tirmidzi)

Ma’asyiral muslimin wa zumratal mukminin rahimakumullah. Di antara keutamaan bulan Ramadhan adalah:

1. Di bulan Ramadhan ada kewajiban berpuasa

Ibadah puasa wajib Ramadhan termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 183, Allah berfirman yang artinya:

“Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”

2. Setan-setan dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan pintu-pintu surga dibuka ketika Ramadhan tiba

Rasulullah SAW bersabda, “Apabila Ramadhan tiba, pintu surga dibuka, pintu neraka ditutup, dan setan pun dibelenggu.” (HR Muslim)

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan,”Pintu-pintu surga dibuka pada bulan ini karena banyaknya amal shalih dikerjakan sekaligus untuk memotivasi umat islam untuk melakukan kebaikan. Pintu-pintu neraka ditutup karena sedikitnya maksiat yang dilakukan oleh orang yang beriman. Setan-setan diikat kemudian dibelenggu, tidak dibiarkan lepas seperti di bulan selain Ramadhan.”

3. Bulan diturunkannya Al-Qur’an

Bulan Ramadhan, yang pada bulan itu Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan tentang petunjuk itu, dan sebagai pemisah (yang haq dan yang batil). (QS Al-Baqarah: 185)

4. Terdapat Malam Lailatul Qadar

Pada bulan Ramadhan terdapat suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan yaitu lailatul qadar (malam kemuliaan). Pada malam inilah yaitu 10 hari terakhir di bulan Ramadhan—saat diturunkannya Al-Qur’anul Karim. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada lailatul qadar (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadr: 1-3)

Dan Allah SWT juga berfirman yang artinya:

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS Ad-Dukhan: 3)

Ibnu Abbas, Qatadah dan Mujahid mengatakan bahwa malam yang diberkahi tersebut adalah malam Lailatul Qadar. (Lihat Ruhul Ma’ani, 18/423, Syihabuddin Al-Alusi)

5. Bulan Ramadhan adalah salah satu waktu dikabulkannya doa

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadhan, dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa maka pasti dikabulkan.”

6. Bulan dakwah untuk mencapai derajat takwa

Bulan Ramadhan menjadi bulan mulia untuk mencapai derajat taqwa serta mulia di sisi Allah SWT. Hal ini disampaikan pada surah Al-Baqarah ayat 183 yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa, sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa.” (QS Al-Baqarah: 183).

7. Bulan ampunan dosa, bulan peluang emas melakukan ketaatan

Rasulullah SAW bersabda, “Salat lima waktu, dari Jumat ke Jumat, dari Ramadhan ke Ramadhan, dapat menghapuskan dosa-dosa, apabila dosa-dosa besar dihindari (HR. Muslim). Barang siapa yang melakukan ibadah di malam hari bulan Ramadhan, karena iman dan mengharapkan ridha Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu diampuni (Muttafaqun ‘alaih). Apabila Ramadhan datang, maka pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup dan setan-setan dibelenggu.” (Muttafqun ‘alaih)

8. Bulan dilipatgandakannya pahala amal saleh

Dalam sebuah hadits qudsi disebutkan, Allah SWT berfirman yang artinya:

“Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Dan dalam surah Allah SWT berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi-Nya daripada bau minyak kasturi.” (HR Bukhari No 1904, 5927 dan Muslim No 1151)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat di Masjidil Haram-Nabawi Ada Versi Bahasa Indonesia, Ini Caranya


Jakarta

Khatib Jumat di Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi, Madinah menggunakan bahasa Arab dalam menyampaikan khutbahnya. Meski demikian, khutbah Jumat di dua masjid suci tersebut bisa diakses dengan bahasa lain.

Jemaah yang berasal dari Indonesia bisa mendengarkan khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi versi bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilakukan secara daring menggunakan bantuan HP.

Kabar tersebut turut disampaikan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Kerajaan Arab Saudi cabang Kota Madinah melalui media sosialnya. detikcom telah mendapat izin dari PPMI Madinah untuk mengutipnya.


“Atas izin Allah, pihak pengelola Masjidil Haram dan Masjid Nabawi itu telah memberikan improvisasi bahwasanya banyak sekali dari jemaah atau dari kita sendiri yang datang ke tempat ini, oleh karena itu pihak pengelola ingin kita semua bisa mendengarkan dengan seksama, seperti diterjemahkannya ke dalam bahasa asing. Salah satunya bahasa Indonesia,” jelasnya seperti dilihat dari Instagram @ppmimadinah, Jumat (1/3/2024).

PPMI Madinah kemudian membagikan cara mengakses khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia. Setidaknya jemaah perlu menyiapkan HP, headset, dan aplikasi radio yang biasanya sudah tersedia di HP.

“Caranya yang pertama hanya perlu headset, kemudian HP kita sendiri. Kita masuki headset kita ke hp kita. Kemudian kita pergi ke aplikasi radio, cari frekuensi 99.00 FM untuk di Masjid Nabawi dan 90.50 FM itu untuk di Masjidil Haram,” ujarnya.

Fasilitas khutbah Jumat di Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia ini sudah tersedia sejak lama. Hal ini turut dibenarkan pihak Divisi Media dan Informasi PPMI Madinah Musytahar Umar Fariqi.

“Iya khutbah Masjid Nabawi bisa didengarkan dengan bahasa Indonesia sejak lama,” ujarnya saat dihubungi detikHikmah, Jumat (1/3/2024).

Menurut laporan detikcom dari Arab Saudi pada 2014 lalu, jemaah sudah bisa menyimak isi khutbah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Caranya melalui radio.

Selain radio, khutbah Jumat juga bisa diakses secara daring melalui laman https://manaratalharamain.gov.sa. Dalam laman tersebut juga tersedia jadwal dan informasi khatib khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Khatib Jumat Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Hari Ini

Inside the Haramain melaporkan, Jumat (1/3/2024), khatib Jumat Masjidil Haram hari ini adalah Syeikh Maher dan khatib Masjid Nabawi adalah Syeikh Hudaify.

Jadwal salat Jumat hari ini akan berlangsung pukul 12:33 waktu Arab Saudi (WAS) di Makkah dan pukul 12.34 WAS di Madinah.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat tentang Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadan


Jakarta

Muslim sebentar lagi akan memasuki sepuluh akhir bulan Ramadan atau yang umum dikenal sebagai malam Lailatul Qadar. Khatib Jumat dapat menggaungkan keutamaan terkait malam istimewa tersebut melalui naskah khutbah Jumat.

Rasulullah SAW juga mengajarkan muslim untuk mencari malam kemuliaan itu di 10 malam terakhir bulan Ramadan.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ


Artinya: “Carilah Lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Sebagai referensi khutbah Jumat, berikut contoh naskah khutbah Jumat dengan tema Menggapai Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan dari buku Mimbar Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan Edisi 1209 Tahun XXV/2023 susunan Bidang Penyelenggara Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI).

Contoh Naskah Khutbah Jumat 10 Hari Terakhir Ramadan

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah.

Puja dan puji serta syukur, marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kenikmatan berupa iman, hidayah Islam, dan fisik yang sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan salat Jumat yang penuh berkah ini.

Sholawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah pencerahan dan kasih sayang bagi segenap alam, juga kita haturkan kepada keluarganya, dan sahabatnya. Melalui itu, kita semua selaku umatnya berharap kelak mendapatkan syafaatnya.

Khatib juga mengajak kita semua untuk dapat terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kita harus menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya dengan mempertebal dan memperkuat keimanan dan ketakwaannya.

Sebagai bentuk perwujudan ketakwaan marilah kita memaksimalkan ibadah di bulan Ramadan, terlebih lagi menggapai satu malam yang sangat istimewa yakni malam Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan yang lebih baik dari seribu bulan. Malam ini di mana Allah SWT memberi ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya dan memberikan pintu rahmat kepada hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya dalam menanti malam yang sangat istimewa ini.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Bulan Ramadan merupakan bulan yang mulia yang disediakan hanya satu kali dalam setahun oleh Allah SWT. Bulan ini di mana Al-Qur’an diturunkan kepada seluruh manusia untuk menjadi panduan dan pedoman hidup. Salah satu pembeda bulan Ramadan ini dengan bulan yang lain yaitu umat muslim senantiasa membaca, merenungkan dan mengamalkan isi dari Al-Qur’an yang mulia ini.

Bulan ini di mana Allah SWT memberikan fasilitas istimewa bahwasanya dengan membaca satu huruf Al-Qur’an di bulan mulia ini akan dilipatgandakan amalnya hingga sepuluh amalan. Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.”

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Ramadan adalah Syahrul Al-Qur’an, bulan diturunkannya Al-Qur’an. Penjelasan mengenai turunnya Al-Qur’an itu disebutkan dalam surah Al Qadr. Allah SWT mengawali surah Al-Qadr ini dengan, “Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an itu pada malam kemuliaan” lantas ditutup dan diakhiri dengan, “Pada malam itu diliputi kesejahteraan hingga fajar menyingsing.”

Apabila kita perhatikan awal dan akhir surah Al Qadr ini, kita dapat menemukan satu isyarat mengenai adanya korelasi dan interkoneksi antara awal surah dengan akhirnya. Seolah-olah Allah SWT sedang memberi pesan kepada kita sebagaimana Ia membuka dengan menurunkan Al-Qur’an maka Ia akan menutupinya dengan kesejahteraan dan kesentausaan. Seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita, siapa pun yang ingin mendapatkan kesejahteraan maka hendaknya memulainya dengan Al-Qur’an.

Seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita bahwa barangsiapa yang memulakan segala sesuatunya dengan Al-Qur’an, maka dia pasti akan menutup lembaran kehidupannya dengan salamun, kesejahteraan, kesentosaan dan kebahagiaan. Siapa pun yang memuliakan apapun dengan Al-Qur’an, maka pasti dia akan selamat dan sentosa. Di malam turunnya Al-Qur’an ini, terdapat satu peristiwa yang sangat istimewa.

Bagaimana mungkin malam itu tidak disebut sebagai malam yang penuh dengan keistimewaan, sampai keistimewaannya melebihi seribu bulan, sementara pada malam itu semua makhluk-makhluk mulia turun dari langit. Bahkan bukan sekedar itu, Allah SWT yang Maha Mulia pun hadir.

Jika di sepertiga malam saja, Allah SWT turun memberi ampunan, mengabulkan permintaan dan mengiyakan permohonan, maka pada malam Lailatul Qadar ini lebih spesial karena Allah SWT dan juga malaikat-malaikat berbondong-bondong turun ke muka bumi.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Mungkin sebagian dari kita bertanya, kapankah malam istimewa itu akan hadir? Dari nash-nash keterangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maupun pendapat para ulama, dapatkah kita menyimpulkan yang paling kuat di 10 hari terakhir. Seperti yang tertuang pada hadits berikut:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah Lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan” (HR Bukhari)

Jika sepuluh malam terakhir itu diperas lagi maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah Lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Lalu, jika kita berada pada malam Lailatul Qadar, apa yang paling utama untuk dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah sujud dan mendekatkan diri pada Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan pada Al-Qur’an surah Al Alaq ayat terakhir.

Sangat menarik bagi kita untuk membahas hubungan antara Al-Qur’an surah Al-Alaq dengan Al-Qur’an surah Al-Qadr. Kalau kita perhatikan di dalam mushaf kita, maka surah Al-Qadr terletak setelah surah Al-Alaq dan terletak sebelum surah al-Bayyinah. Mari kita lihat dan perhatikan susunan kedua surah ini dengan seksama sebagaimana panduan Ilmu Munasabah dalam Ulumul Qur’an.

Jika di awal surah Al Alaq Allah SWT memulakan surah ini dengan iqra dan di awal surah Al Qadr memulakan dengan innā anzalnāhu fī lailatil-qadr seolah Allah SWT sedang ingin memberi pesan kepada kita bahwa yang harus kita baca adalah apa yang Allah SWT turunkan pada malam Lailatul Qadar yaitu Al-Qur’an.

Jika di awal surah Al-Alaq Allah SWT memulakan dengan iqra dan mengakhirnya dengan wasjud waqtarib seolah-olah Allah SWT ingin menekankan kepada kita bahwa orientasi dari proses pembelajaran (qiroah) itu adalah ketundukan melalui sujud dan taqarrub, sehingga goal ending dari sebuah ilmu pengetahuan adalah ketaatan.

Selanjutnya, jika kita melihat Al-Qur’an surah Al-Alaq diakhiri dengan:

كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ

Artinya: “Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah).” (QS Al Alaq ayat 19)

Dan kemudian Allah SWT menurunkan firman dalam Al-Qur’an surah Al Qadr:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.”

Ayat terakhir Al-Qur’an surah Al Alaq bertemu dengan ayat pertama Al Qur’an surah Al-Qadr, memberi arti seakan ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud dan mendekat kepada Allah SWT, lalu Allah SWT mengatakan sesungguhnya ini adalah malam kemuliaan Lailatul Qadar. Maka, yang paling utama untuk dilakukan dalam malam Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub kepada Allah SWT.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Lailatul Qadar itu adalah lailatus sujud wal iqtirab, malam Lailatul Qadar adalah malamnya hamba untuk sujud bertaqarrub. Maka barangsiapa yang mengharapkan untuk menggapai malam Lailatul Qadar hendaknya ia mengisinya dengan sujud dan taqarrub kepada Allah SWT. Bahkan seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita bahwa amalan yang paling mulia ketika terjadi Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub.

Landasan sujud dan taqarrub pada malam Lailatul Qadar adalah imanan wa ihtisaban, iman yang kuat dan introspeksi diri dengan penuh rahmat, maghfirah, dan rida Allah SWT. Perlu kita pastikan di saat kita iktikaf di malam Lailatul Qadar itu, orientasi kita adalah keimanan dan pengharapan.

Sujud dan taqarrub kita karena iman dan pengharapan. Kita juga melaksanakan birrul walidain, sedekah, ith’amu tha’am, membantu fakir miskin. Semua kebaikan itu masuk dalam kategori iqtirab min Allah; taqarrub kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seluruh amalan kebaikan dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan harus berada pada bingkai keimanan dan pengharapan.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Dalam menggapai malam yang mulia ini, setiap kita tentu mengisi malam ini dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah SWT dengan khusyuk untuk mencapai keberhasilan yang kita usahakan. Beberapa amalan yang dapat kita optimalkan dalam meraih malam mulia ini, yaitu memaksimalkan dalam membaca Al-Qur’an, maksimal dalam salat malam, maksimal dalam berbuat kebaikan, dan maksimal dalam mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah kita untuk menolong saudara-saudara kita untuk keluar dari garis kemiskinan.

Selain itu, amalan lain yang penting kita maksimalkan bersama adalah membangunkan keluarga kita untuk beribadah secara bersama-sama untuk menghidupkan malam yang mulia ini untuk mencapai keberkahan dari Allah SWT.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Contoh Khutbah Jumat Syawal sebagai Bulan Peningkatan Amal


Jakarta

Memasuki bulan Syawal, muslim dituntut agar selalu istiqomah atau konsisten untuk terus rajin ibadah. Pasalnya, pada bulan Syawal terdapat banyak ibadah dengan pahala besar.

Salah satunya puasa Syawal selama 6 hari yang pahalanya setara satu tahun penuh berpuasa. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ صَامَ سِتَّةَ أَيَّامٍ بَعْدَ الْفِطْرِ كَانَ تَمَامَ السَّنَةِ (مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا)


Artinya: “Barang siapa berpuasa enam hari setelah hari raya Idul Fitri, maka dia seperti berpuasa setahun penuh.” (HR Ibnu Majah dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Irwaul Ghalil)

Khatib Jumat dapat juga terus mengingatkan muslim untuk senantiasa meningkatkan amal ibadah pada bulan Syawal lewat ceramah atau khutbah salat Jumat.

Berikut contoh naskah khutbah Jumat dengan tema Syawal sebagai bulan peningkatan amal diambil dari Kumpulan Naskah Khutbah Jumat: Membentuk Generasi Qur’ani susunan Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Kemenag) RI 2007.

Naskah Khutbah Jumat Tema Syawal Bulan Peningkatan Amal

Khutbah Pertama

السَّلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ الْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ اَشْهَدُانْ لاَ إِلَهَ إِلا اللَّهِ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدانَ سَيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَهُ اللهُمَ صَلِّ عَلَى سَيدَنَا مُحَمَدْ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ يَتَقُوا اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضِ أُعدت اللْمُتَّقِينَ، صَدَقَ الله العظيم.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Kita umat Islam baru saja selesai melaksanakan tugas yang berat yaitu ibadah puasa Ramadan dan kita dapat melaksanakan ibadah puasa itu dengan baik selama satu bulan penuh, tidak makan, tidak minum dan tidak melakukan hal hal yang membatalkan puasa. Selama puasa Ramadan kita melawan musuh hawa nafsu. Dan kita sekarang telah menjadi pemenangnya, kita telah kembali menjadi fitrah.

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah.

Tugas umat Islam pasca Ramadan adalah sebagai berikut:

Tugas umat Islam yang pertama pasca Ramadan adalah Meningkatkan ibadah dan amal saleh. Karena Syawal memiliki arti meningkat, maka umat Islam harus meningkatkan ibadahnya kepada Allah SWT, meningkatkan amal saleh. Selama sebulan penuh dibulan Ramadan, umat Islam digembleng dengan berbagai ibadah dan amalan-amalan.

Karena itu selepas dari Ramadan, masuk bulan Syawal semangat ibadah umat Islam tidak boleh surut. Justru sebaliknya amal ibadah kita harus terus ditingkatkan lagi. Allah SWT berfirman dalam QS Fushilat ayat 30 yang berbunyi,

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمْ الْمَلائِكَةُ أَلا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ التي كُنتُمْ تُوعَدُونَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah SWT”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih, dan gembirakanlah mereka dengan memperoleh surga, yang telah dijanjikan Allah SWT kepadamu’.”

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Maksud istiqomah pada ayat tersebut adalah bahwa kita melakukan ibadah dan amal saleh harus dilakukan secara terus menerus (langgeng) dilakukan secara Mudawamah. Orang yang melakukan amal sholeh secara istiqomah, maka orang tersebut akan didatangi malaikat pada saat berada dalam alam kubur seraya mengatakan,

“Janganlah kamu takut terhadap apa yang akan terjadi pada dirimu dan tak perlu kamu sedih terhadap apa yang telah kamu tinggalkan di dunia.” Tetapi bergembiralah kamu dengan Surga yang telah dijanjikan oleh Allah SWT kepadamu waktu di dunia melalui Rasulullah SAW.

Tugas kedua, kita harus menjaga iman dan Islam, kita harus memelihara aqidah islamiyah, kita harus meningkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT dan kita tetap beribadah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 21 yang berbunyi,

يَتَأَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِى خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ . من قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu, dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.”

Siapa Tuhan kamu yang harus kamu sembah, Allah SWT berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 22 yang artinya, “Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu, dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air hujan dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezeki untukmu,· karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

Hadirin jemaah Jumat rahimakumullah,

Tugas terakhir para umat Islam pasca Ramadan adalah kita harus memelihara ukhuwah islamiyah, memelihara persaudaraan dan kesatuan. Setelah kita saling maaf memaafkan (melakukan halal bihalal) kita harus memelihara ukhuwah islamiyah.

Kita tingkatkan persatuan dan kesatuan, umat Islam harus bersatu dalam memperjuangkan Islam, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan kebenaran dan keadilan, umat Islam harus bersatu dalam menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, umat Islam harus bersatu dalam membangun bangsa dan negara memberantas kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan. Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 103 :

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيْعًا وَلَا تَفَرَقُوْا

Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah SWT, dan janganlah kamu bercerai berai.”

Maksud berpegang teguhlah kamu semua kepada tali Allah SWT pada ayat tersebut adalah kita harus berpegang teguh kepada agama Allah SWT yaitu agama Islam. Selama hidup di dunia manusia harus berpegang teguh kepada ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’anul karim dan hadits Rasulullah SAW.

Jika manusia dalam hidupnya tidak berpedoman kepada Al-Qur’an dan hadits Rasulullah SAW pasti mereka akan sesat-sesat dan menyesatkan. Dalam meningkatkan persatuan dan kesatuan sesama muslim Rasulullah SAW bersabda:

“Janganlah kalian saling hasut, saling memuji barang dagangan secara berlebihan, janganlah kalian saling benci, saling berpaling, janganlah kamu berjual beli kepada orang yang jual beli dengan orang lain, jadilah kalian hamba-hamba Allah SWT yang bersaudara, sesama muslim adalah saudara, dia tidak menganiaya, tidak mengecewakan dan tidak menghina.” (HR Muslim)

Demikian khutbah singkat yang bisa al-faqir sampaikan. Mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi jamaah sekalian, khususnya bagi al-faqir pribadi.

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ الْبَيَانِ وَالذِكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمَّدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَر وَأَشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ له، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ ،وَكَفَر وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الإِنْسِ وَالْبَشَرِ . اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ

مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَر أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيمًا : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا أَللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات، اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّنَا وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنِ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat Akhir Bulan Syawal: Istikamah dalam Ibadah


Jakarta

Penurunan semangat dalam beribadah pasca bulan Ramadan bisa ditumbuhkan lagi lewat khutbah Jumat. Untuk itu, khatib dapat menyampaikan bagaimana cara bersikap istikamah kepada muslim dalam khutbah Jumat.

Syekh Musnid al-Qahthani mengatakan dalam bukunya berjudul Meniti Jalan Istiqomah terjemahan Muh Ihsan, Allah SWT akan memudahkan segala urusan bagi hamba-Nya yang istikamah di jalan-Nya.

Hal ini telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu ‘Abbas, Rasulullah SAW bersabda, “Jagalah Allah, niscaya la akan menjagamu. Jagalah Allah SWT niscaya engkau akan temukan la di hadapanmu.” (HR Tirmidzi dan lainnya dengan sanad yang shahih)


Sebagai referensi, berikut teks naskah Jumat akhir Syawal tentang cara bersikap istikamah dalam beribadah yang diambil dari Kumpulan Naskah Khutbah Jumat: Membentuk Generasi Qur’ani susunan Direktorat Penerangan Agama Islam Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama (Kemenag) RI 2007.

Naskah Khutbah Jumat Akhir Bulan Syawal: Istikamah dalam Beribadah

Khutbah Pertama

السَّلامُ عَلَيْكُم وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ للهِ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَجُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ اَشْهَدُانْ لاَ إِلَهَ إِلا اللَّهِ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدانَ سَيدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَ بَعْدَهُ اللهُمَ صَلِّ عَلَى سَيدَنَا مُحَمَدْ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَسَلَّمَ تَسْلِمًا كَثِيرًا أَمَّا بَعْدُ فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَايَ يَتَقُوا اللَّهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَوَاتُ وَالأَرْضِ أُعدت اللْمُتَّقِينَ، صَدَقَ الله العظيم.

Jemaah Jumat yang dirahmati Allah SWT

Marilah sama-sama kita bertaqwa kepada Allah SWT, sesungguhnya orang yang bertakwa itu akan mendapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Khutbah kita pada hari ini ialah bersikap istikamah. Firman Allah SWT dalam surah Fussilat ayat 30:

اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ اَلَّا تَخَافُوْا وَلَا تَحْزَنُوْا وَاَبْشِرُوْا بِالْجَنَّةِ الَّتِيْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang berkata, “Tuhan kami adalah Allah,” kemudian tetap (dalam pendiriannya), akan turun malaikat-malaikat kepada mereka (seraya berkata), “Janganlah kamu takut dan bersedih hati serta bergembiralah dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan kepadamu.”

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): “Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.”

Syihabuddin Sayyid Mahmud Al-Alusi dalam tafsirnya “Ruh ai-Ma’ani” menjelaskan sikap istikamah adalah sikap berpendirian teguh kepada tauhidullah dan tidak akan kembali pada kemusyrikan. Beberapa sahabat Rasulullah SAW pun telah memberikan batasan dan pengertian tentang istikamah ini.

Misalnya, Amirul Mukminin Umar bin Khattab RA menjelaskan istikamah adalah engkau bersikap teguh dalam menjalani taat kepada Allah. Sementara itu Sufyan At-Tsauri mengartikan istiqomah adalah satunya perkataan dengan perbuatan.

Kaum muslimin yang dimuliakan Allah,

Setiap orang yang menyatakan dirinya sebagai orang yang beriman pasti pada suatu masa ia akan memperoleh ujian yang sesuai dengan kadar keimanan masing-masing sebagaimana Allah SWT telah menguji kepada orang-orang terdahulu karena tidak menginginkan keimanan itu hanya sampai pada tataran ucapan atau kata-kata saja tetapi kebenaran kata-kata dan pernyataan keimanan dan tauhid seorang beriman harus dibuktikan kebenarannya.

Pembuktian kebenaran keimanan dan tauhid adalah dengan ujian atau musibah yang menimpa kepada seseorang. Dengan ujian inilah seseorang dapat diketahui kualitas keimanan dan tauhidnya kepada Allah SWT. Apakah ia benar-benar seorang mukmin yang sejati atau seorang munafik?

Hamba Allah yang telah berhasil lulus dari berbagai macam cobaan dan ujian yang datang kepada dirinya, karena dalam diri mereka telah tertanam dengan kokoh sikap dan sifat istikamah. Merekalah mendapat pertolongan Allah SWT dengan pendampingnya para malaikat baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Allah SWT senantiasa memberikan bimbingan kepada jalan yang baik dan maslahat bagi dirinya. Sebaliknya sebagian orang beriman ada yang ketika ujian datang kepadanya ia bersikap keluh kesah, gelisah, kufur nikmat bahkan tidak jarang yang kembali menyekutukan Allah SWT.

Kaum muslimin, sikap istikamah bagi seorang mukmin adalah sangat diperlukan. Oleh karena itu Rasulullah SAW telah memberi petunjuk kepada seseorang yang meminta sesuatu yang dapat memelihara dirinya. Rasulullah SAW bersabda, “Katakanlah Allah Tuhan-ku kemudian istikamahlah kamu.”(HR Bukhari)

Bagaimanakah agar dapat bersikap istikamah? Pertama, kita harus mempunyai ilmu. Dengan ilmu kita mengetahui dan memahami agama kita dengan benar dan tepat.

Kedua dengan bersikap ikhlas kepada Allah. Inti dari amal adalah keikhlasan. Oleh karena disebutkan bahwa semua orang akan merugi kecuali mereka yang beramal. Semua orang yang beramal pun akan merugi kecuali mereka yang mengikhlaskan amalnya. Orang beriman telah mengikhlaskan seluruh sholatnya, ibadahnya, hidup dan matinya semata mata untuk Allah. Dan demikianlah orang-orang mukmin diperintahkan oleh Allah.

Ketiga, lakukanlah apa yang telah diwajibkan Allah SWT kepada orang-orang mukmin. Allah SWT telah mewajibkan kepada kita semua perintah-perintahnya dan melarang kepada kita perbuatan-perbuatan yang tidak halal dilakukan oleh seorang mukmin.

Kewajiban kita semua melaksanakan kewajiban-kewajiban itu dengan penuh kesungguhan dan disiplin yang tinggi, tidak sekedar melepaskan kewajiban semata-mata. Karena seluruh perintah Allah SWT yang telah diwajibkan kepada seorang mukmin adalah mempunyai hikmah yang dalam dan untuk kemaslahatan manusia itu sendiri.

Ketahuilah Allah SWT sama sekali tidak membutuhkan kepada amal hambanya. Andaikan seluruh manusia terdahulu dan yang akan datang tidak mematuhi Allah SWT niscaya tidak akan mengurangi kemuliaan dan kekuasaan Allah SWT dan sebaliknya seandainya seluruh manusia terdahulu dan yang akan datang taat mematuhi Allah SWT niscaya tidak akan menambah kemuliaan dan kekuasaan Allah.

Keempat, agar kita dapat bersikap istikamah adalah dengan mempelajari dan mencontoh para nabi-nabi dan rasul-rasul Allah SWT serta generasi umat Islam yang telah lalu.

Al-Qur’an dengan jelas dan gamblang menyampaikan kepada kita orang mukmin kisah-kisah telah terdahulu yang menunjuk sikap dan kepribadian yang mulia antara lain adalah sikap istikamah. Bukan 2/3 dari isi Al-Qur’an itu kisah kisah. Kisah Al-Qur’an sungguh sangat berbeda dengan kisah yang ada di dunia ini. Karena kisah itu adalah bukan kisah fiktif yang dibuat-dibuat. Kisah yang tidak ada keraguan di dalamnya. Allah SWT mempunyai kisah terbaik dalam Al-Qur’an yaitu surah Yusuf.

Dalam kisah itu sungguh banyak hikmah dan pelajaran yang harus diambil oleh seorang mukmin terlebih lagi menempuh hidup saat ini yang penuh dengan ujian dan cobaan keimanan yang menggiurkan. Nabi Yaqub AS dan keluarga telah diuji oleh Allah SWT dengan beraneka ragam cobaan keimanan, jiwa, harta, tahta, wanita bahkan martabat keluarga. Nabi Yaqub AS dan keluarga telah berhasil lulus dalam ujian oleh karenanya Allah SWT memberikan predikat kepada nya sebagai orang-orang yang muhsinin, orang yang shalihin.

Demikian juga masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memberikan pelajaran kepada kita yang dapat meneguhkan iman dan menanamkan sikap istikamah. Demikianlah khutbah yang singkat ini semoga bermanfaat.

بَارَكَ اللهُ لِي وَ لَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ، وَنَفَعَنَا بِمَا فِيْهِ مِنَ الْبَيَانِ وَالذِكْرِ الْحَكِيمِ، أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللَّهَ لِي وَلَكُمْ وَلِجَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيمِ

Khutbah Kedua

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمَّدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَر وَأَشْهَدُ أنْ لا إلهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ له، إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ ،وَكَفَر وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الإِنْسِ وَالْبَشَرِ . اللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ

مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَأُذُنٌ بِخَبَر أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى، وَذَرُو الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ وَمَا بَطَن، وَحَافِظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالجَمَاعَةِ.

وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ، وَثَنَّى بِمَلَائِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِه، فَقَالَ تَعَالَى وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيمًا : إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا أَللَّهُمَّ صَلِ وَسَلّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِي الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَات بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّات، اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاَءَ وَالْوَبَاءَ وَالرِّنَا وَالزَّلازِلَ وَالْمِحَنِ، وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بَلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ، رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com