Tag Archives: khutbah jumat

6 Syarat Khutbah Jumat Menurut 4 Imam Mazhab


Jakarta

Salat Jumat merupakan ibadah wajib bagi kaum muslim laki-laki yang telah baligh, berakal, dan merdeka. Selain salat, khutbah menjadi bagian penting dalam ibadah Jumat.

Di dalamnya, terdapat pesan-pesan ilahi yang disampaikan oleh khatib untuk menuntun umat muslim agar senantiasa berjalan di jalan yang benar. Namun, untuk menyampaikan pesan dengan sempurna, khatib perlu memperhatikan beberapa syarat khutbah Jumat.

6 Syarat Khutbah Jumat

Terdapat beberapa syarat yang perlu dipenuhi untuk melaksanakan khutbah Jumat. Dikutip dari buku Dialog Lintas Mazhab oleh Asmaji Muchtar, berikut ini adalah syarat khutbah jumat menurut berbagai mazhab.


1. Dilakukan sebelum Salat Jumat

Sebab apabila diakhirkan maka ibadah Jumat tidak dihitung menurut mazhab Hanafi, Syafi’i dan Hanbali. Menurut Mazhab Maliki, jika khutbah diakhirkan cukup salat Jumat yang diulangi.

Khutbah tersebut dihukumi sah dan tidak perlu diulang dengan syarat salat Jumat diulangi sebelum keluar dari masjid tanpa ditunda. Jika tidak demikian, khutbah harus diulang.

2. Berniat Khutbah

Apabila khutbah tanpa niat maka tidak dihitung menurut mazhab Hanafi dan Hanbali. Di sisi lain, Mazhab Syafi’i dan Maliki mengatakan bahwa niat bukan syarat sahnya khutbah Jumat.

Hanya saja, ulama Syafi’iyah mensyaratkan agar khatib tidak menyimpang dari khutbah.

3. Disampaikan Bahasa Arab

Syarat ini menjadi salah satu syarat khutbah yang diperselisihkan. Menurut mazhab Hanafi, khutbah boleh disampaikan dalam bahasa selain Arab, baik yang mendengarkan khutbah adalah orang Arab maupun bukan.

Adapun menurut mazhab Hanbali, tidak sah khutbah selain bahasa Arab bagi orang yang mampu berbahasa Arab.

Namun jika tidak mampu, boleh menggunakan bahasa selain Arab yang dikuasai selama ayat yang termasuk rukun khutbah harus diucapkan dalam bahasa Arab.

Menurut mazhab Syafi’i, rukun khutbah harus diucapkan dengan bahasa Arab.

Apabila menggunakan selain bahasa Arab, menurutnya tidak cukup, terlebih jika bahasa tersebut memungkinkan untuk dipelajari. Jika tidak memungkinkan, khutbah dilakukan dengan selain bahasa Arab.

Hal ini berlaku jika khutbah diperdengarkan untuk bangsa Arab, tetapi jika jemaahnya tidak berbangsa Arab, maka tidak disyaratkan membaca rukun khutbah dengan bahasa Arab, kecuali ayat Al-Qur’an.

Mazhab Maliki mengatakan, khutbah harus dengan bahasa Arab walaupun diperdengarkan kepada warga yang bukan berbangsa Arab. Jika tidak ada yang mampu berkhutbah dengan bahasa Arab, kewajiban salat Jumat menjadi gugur.

4. Disampaikan pada Waktunya

Waktunya pelaksanaannya adalah waktu Zuhur. Jika khatib berkhutbah sebelum waktunya dan melaksanakan salat Jumat pada waktunya, hukumnya tidak sah. Seluruh imam mazhab bersepakat akan hal ini.

5. Mengeraskan Suara

Mazhab Hanafi mengatakan disyariatkan membaca khutbah dengan keras sehingga orang yang hadir dapat mendengarnya, jika tidak ada penghalang. Akan tetapi, apabila terdapat penghalang, misalnya karena tuli atau jauh maka mendengarnya tidak disyaratkan.

Menurut mazhab Syafi’i, disyaratkan membaca rukun khutbah dengan keras sehingga dapat didengar empat puluh orang yang menjadikan sahnya salat Jumat.

Menurut mazhab Hanbali, disyaratkan membaca khutbah dengan keras sekiranya orang-orang wajib melakukan salat Jumat mendengar rukun-rukunnya, ketika tidak ada penghalang.

Mazhab Maliki mengatakan, termasuk syarat khutbah adalah membaca dengan keras, sebab apabila dibaca perlahan maka tidak dihitung. Para hadirin tidak disyaratkan untuk mendengar, meskipun hal ini diwajibkan atas mereka.

6. Tidak Memisah Khutbah dan Salat Terlalu Lama

Mazhab Syafi’i mengatakan, disyaratkan adalah muwalah (berturut-turut) antara rukun khutbah dan antara khutbah dengan salat Jumat.

Muwalah terjadi apabila waktu yang memisahkan hal-hal di atas tidak cukup untuk melakukan salat dua rakaat dengan melakukan rukun salat saja. Jika cukup untuk itu atau lebih maka khutbah batal, kecuali waktu yang lebih digunakan untuk memberi nasihat.

Mazhab Maliki mengatakan, disyaratkan menyambung dua khutbah dengan salat dan menyambung satu khutbah dengan khutbah lainnya. Sementara itu, waktu sedikit yang memisahkan keduanya menurut ‘urf dimaafkan.

Menurut Mazhab Hanafi, disyaratkan tidak memisah antar dua khutbah dan salat dengan pemisah yang tidak memiliki hubungan sama sekali, seperti makan. Adapun pemisah yang memiliki hubungan, seperti mengqadha salat dan memulai salat sunah di antara keduanya, tidak membatalkan khutbah, meskipun yang lebih utama adalah mengulanginya.

Menurut Mazhab Hanbali, khutbah sah bila disyaratkan adanya muwalah antara bagian-bagiannya dan antara khutbah dan salat. Muwalah adalah tidak adanya waktu lama yang memisahkan keduanya menurut ‘urf.

Wallahu a’lam.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Ada Khutbah dan Dakwah, Ini Perbedaannya Menurut Syariat Islam


Jakarta

Timbul pertanyaan mengenai perbedaan khutbah dan dakwah menurut syariat Islam. Padahal dakwah sebagai syiar adalah perintah Rasulullah SAW untuk menyebarkan agama Islam. Jika kita tidak bisa menjadi penceramah, kita dapat berdakwah dengan menunjukkan nilai-nilai islami yang baik.

Perintah untuk berdakwah disampaikan oleh Allah SWT langsung melalui firmannya surah Al-Nahl ayat 125:

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ


Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.”

Mengutip buku Ketika Notaris Berdakwah karya H.R. Daeng Naja dijelaskan bahwa ayat di atas memerintahkan kepada umat Islam untuk berdakwah, dalam kaidah usul fikih maka dakwah merupakan kewajiban yang bersifat umum.

Pengertian Khutbah

Arif Yosodipuro dalam buku Buku Pintar Khatib dan Khutbah Jumat menjelaskan pengertian khutbah berasal dari bahasa Arab yang akar katanya sama seperti khatib, yakni khatab, yakhtubu, dan khutbatan. Maka Khutbatan dalam bahasa Indonesia artinya ceramah atau pidato.

Bersama khutbah ada khatib yang artinya orang yang melakukan khutbah, orang berkhutbah dengan menyampaikan pesan-pesan Islami kepada umat Islam.

Khutbah memiliki urutannya, bila salah satunya terlewat atau tidak diamalkan, maka khutbah dinyatakan tidak sempurna. Berikut ini rukun khutbahnya:

· Hamdalah

· Syahadat

· Shalawat

· Berwasiat

· Membaca Al-Qur’an

· Berdoa untuk jemaah

Pengertian Dakwah

Rahmat Ramdhani dalam buku Pengantar Ilmu Dakwah menjelaskan pengertian dakwah secara bahasa dan etimologis.

Dalam bahasa Al-Qur’an dakwah berasal dari kata Daaa (Yaduu )بدعو (Da’watan )دعوة (. Secara bahasa/etimologis kata dakwah berarti menyeru, memanggil, mengundang, mengajak, mendorong, dan memohon.

Secara etimologis dakwah merupakan usaha menyampaikan sesuatu kepada orang lain (baik perorangan atau kelompok) mengenai agama Islam.

Sementara itu, mengutip buku Ilmu Dakwah Suatu Pengantar karya Daniel Rusyad disebutkan dakwah memiliki nama lainnya dalam Al-Qur’an, diantaranya, yaitu:

Tabligh

Berarti menyampaikan, disabdakan oleh Rasulullah SAW, “Sampaikanlah dariku walaupun hanya satu ayat.” (HR. Bukhari)

Nabi di dalam Khutbatul Wada’, “Fal-yuballighis syaahid al ghaaiba, rubba muballigin aw’a min saami’in” (hendaknya mereka yang hadir menyampaikan pesan ini kepada yang tidak hadir, betapa banyak orang yang menyampaikan (muballigh) itu menjadi lebih memahami dari mereka yang hanya mendengarkan).

Tadzkir

“Insan” dan “Manusia” mempunyai akar kata yang sama dengan “Nisyan”, keduanya berasal dari kata fiil tsulatsi “nasiya-yansa” berarti lupa. Maka wajar bila manusia memiliki sifat pelupa.

Untuk itu tadzkir yang berarti mengingatkan. Oleh karena itu, jika tabligh berhubungan kepada yang belum mengenal Islam, maka tadzkir ditujukan kepada mereka yang lupa pesan dari dakwah yang pernah sampai kepadanya.

Nasihat

Nushulul insan lil insan bil bayaan, artinya seseorang menasihati orang lain dengan lisannya, maka penasihat itu harus memberikan nasihat, motivasi, atau dorongan kepada jiwa maupun psikisnya. Nasihat memiliki posisi yang mulia di dalam Islam.

Diriwayatkan Imam Muslim dari Tamim bin Aus ad Dariy berkata, bahwa Nabi bersabda, “Ad dien an nashihah (agama adalah nasihat), Ad dien an nashihah, Ad dien an nashihah” (beliau ucapkan tiga kali). Kami berkata, “Bagi siapa ya Rasulullah?” Nabi bersabda, “Bagi Allah, kitab-kitab-Nya, rasul-Nya, bagi para pemimpin umat Islam dan rakyatnya.”

Dikatakan pula bahwa bai’at para sahabat kepada Nabi didasari perintah untuk saling menasihati. Diriwayatkan Imam Bukhari dari Jarir bin Abdullah berkata, “Saya telah membaiat Nabi di atas (perintah untuk) mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan nasihat untuk setiap muslim”.

Irsyad

Irsyad berasal dari kata “Arsyada-Yursyidu” artinya adalah petunjuk. Irsyad juga bermakna hidayah, berarti memberikan petunjuk kepada orang yang tersesat, atau jalan hidayah baginya.

Hasil dari irsyad adalah pola pikir, sikap, perilaku, dan mental yang sesuai dengan ajaran luhur agama Islam.

Amar Ma’ruf Nahi Munkar

Secara etimologis dua kata di atas berarti menyuruh pada perkara ma’ruf dan melarang perkara munkar.

Ma’ruf berarti diketahui kebaikan dan keunggulannya, atau sesuatu yang diperintahkan oleh Allah SWT untuk dikerjakan, sedangkan munkar tidak diketahui manfaat dan faedah yang terkandung di dalamnya.

Sebagian ulama berpendapat amar ma’ruf nahi munkar ditunjukan untuk semua umat Islam yang sama-sama memahami perkara ma’ruf dan munkar.

Selain itu, Rahmat Ramdhani dalam buku Pengantar Ilmu Dakwah menjelaskan bahwa Khutbah yang pelakunya disebut khatib artinya berpidato. Merupakan dakwah/tabligh yang disampaikan secara lisan pada upacara keagamaan seperti Khutbah Jumat.

Perbedaan Khutbah dan Dakwah

Berdasarkan penjelasan di atas, khutbah adalah ceramah atau pidato yang memiliki urutan tertentu dan disampaikan dalam acara keagamaan pada waktu yang telah ditetapkan. Sementara itu, dakwah merujuk pada aktivitas menyeru, memanggil, mengundang, mengajak, mendorong, dan memohon yang dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja.

Maka dapat disimpulkan, bahwa lingkup dakwah sangat luas, bahkan khutbah termasuk ke dalam dakwah, dan dakwah tidak hanya menyampaikan kebenaran Islam melalui lisan, bisa juga dengan berbuat kebaikan, dan menjauhi larangannya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

5 Tema Khotbah yang Menarik untuk Pemuda Zaman Sekarang


Jakarta

Tema merupakan pokok dasar dari khotbah (pidato yang utamanya menguraikan ajaran agama). Walaupun kebanyakan tema tidak disebutkan, tema itu harus jelas.

Agar sebuah khotbah menarik, sebaiknya tema disesuaikan dengan hal-hal aktual dalam kehidupan. Simak referensi tema khotbah untuk pemuda di bawah ini.

Tema Khotbah yang Menarik untuk Pemuda Islam

Menurut buku Menyapa Umat Islam di Zaman Modern Melalui Mimbar Khotbah Jumat karya Ulyan Nasri, materi dari tema yang harus diperhatikan khatib yaitu dilihat dari aspek agama, pribadi, dan sosial. Materi yang disampaikan juga harus memuat masalah aktual, serta memberikan solusi yang efektif.


Berikut adalah beberapa contoh tema khotbah menarik untuk pemuda Islam yang bisa menjadi referensi versi detikHikmah:

1. Ta’aruf

Tema ta’aruf (sikap saling mengenal) bisa dijadikan tema khotbah untuk para pemuda saat ini.

Tujuan materi ini sebagai bahan untuk saling mengenal, menghormati sesama, terlebih untuk menjauhkan dari hal-hal yang mendekati zina jika kedua lawan jenis berpacaran sebagaimana banyak dilakukan pemuda zaman sekarang.

2. Solidaritas

Tema solidaritas berisi tentang anjuran untuk membangkitkan dan menguatkan sifat baik.

Contohnya, saling bekerja sama dalam kebaikan, hingga saling mendukung dalam proses menuju kesatuan dan persatuan umat saling membantu sesama.

Dikutip dari buku 35 Khutbah Jumat Terpopuler oleh Marolah Abu Akrom, persiapan menuju kemudian termasuk tema menarik dan populer untuk pemuda.

Seperti diketahui bahwa hakekat hidup di dunia itu hanya sebentar, karena hidup yang sebenarnya adalah di akhirat. Kita akan abadi selama-lamanya di sana.

Namun, faktanya banyak manusia lebih mementingkan dunia daripada di akhirat nanti. Terlebih, ada anggapan yang mengatakan puas-puaslah masa muda untuk nakal.

Padahal, kita tidak tahu kapan ajal akan menjemput, tak melulu yang tua yang akan meninggal duluan. Bisa jadi, kita meninggal dalam usia muda.

4. Penggunaan Internet dan Sosial Media

Saat ini, internet dan media sosial telah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari hari terutama para pemuda.

Di internet kita bisa mengakses, mendapat, dan berbagi berbagai bentuk informasi dengan sangat luas. Semua hal bisa kita bagikan dan temukan di internet.

Tentunya hal ini bisa berdampak pada kehidupan kita. Sisi baiknya, jika kita mendapat dan mengakses informasi yang baik hal ini bisa membantu meningkatkan ketaqwaan.

5. Menjadi Diri yang Istiqomah

Materi ini mencakup bagaimana untuk berkonsistensi dalam menjalani kebaikan dan ketaatan. Hal ini merupakan pondasi penting dalam kehidupan beriman.

Materi ini tentunya akan membantu pemuda untuk mempersiapkan diri mereka dari hidup yang penuh dengan tantangan dan ujian.

Dengan istiqomah, kita bisa lebih tahan dalam menghadapi cobaan, tetap teguh dalam keyakinan, dan tidak mudah terpengaruh oleh godaan (dosa) atau kesulitan.

Sebagai catatan, hindarilah tema khotbah yang akan mengekang kebebasan dan tanggung jawab (al-hurriyah). Sebagaimana disebutkah dalam Al Qur’an (lihat surah al-Kahfi:29).

Kriteria Penyusunan Naskah Khotbah

Dikutip dari Buku Pintar Khatib dan Khotbah Jumat oleh Arif Yosodipuro, berikut adalah hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum menyusun naskah khotbah:

  • Tema khotbah yang aktual dan berbobot.
  • Tidak sering ditulis orang.
  • Runtut dalam penulisan.
  • Bahasanya jelas dan lugas sehingga bisa dipahami jemaah.
  • Khatib memiliki referensi yang cukup (dari berbagai sumber yang kredibel).
  • Memperhatikan tanda baca dan pedoman penulisan.

Dengan memilih tema khotbah yang menarik untuk pemuda, akan menjangkau hati dan pikiran mereka secara lebih efektif. Semoga tema khotbah-khotbah tersebut, bisa jadi sumber inspirasi dan motivasi bagi pemuda dalam perjalanan rohani mereka.

(khq/inf)



Sumber : www.detik.com

3 Khutbah Jumat Singkat Menyambut Idul Adha


Jakarta

Idul Adha 2024 akan tiba awal pekan depan. Menyambut datangnya hari raya umat Islam itu, khatib Jumat bisa menyampaikan khutbah Jumat tentang Idul Adha untuk meningkatkan keimanan muslim.

Idul Adha jatuh pada 10 Dzulhijjah. Ini termasuk waktu yang penuh keutamaan sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi. Rasulullah SAW bersabda,

“Tiada amalan yang dilakukan pada hari lain yang lebih baik daripada amalan pada 10 hari ini. Para sahabat bertanya, ‘Walaupun jihad?’ Rasulullah SAW menjawab, ‘Tidak juga jihad, kecuali jika seseorang keluar dengan nyawa dan hartanya dan tidak kembali lagi’.” (HR Bukhari)


Oleh karena itu, para khatib Jumat dapat mengingatkan muslim tentang keutamaan bulan Dzulhijjah tersebut dalam rangka menyambut Hari Raya Idul Adha yang diperingati setiap 10 Dzulhijjah.

3 Contoh Teks Khutbah Jumat Menyambut Idul Adha

Contoh Teks Khutbah Jumat Menyambut Idul Adha 1

Dilansir dari laman resmi Kementerian Agama (Kemenag RI), berikut teks khutbah Jumat dengan tema “Memupuk Niat dan Semangat Pergi Haji ke Tanah Suci”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Di antara lima rukun Islam yang harus dikerjakan oleh umat Islam adalah ibadah haji. Ibadah ini memiliki kekhususan waktu dan tempat karena harus dikerjakan pada bulan Dzulhijjah di Tanah Suci Makkah. Untuk bisa menjalankannya, diperlukan niat dan komitmen kuat karena ibadah ini memerlukan waktu dan syarat-syarat khusus di antaranya adalah mampu mengerjakannya.

Artinya, ketika seseorang sudah mampu untuk melaksanakannya, maka wajib baginya untuk berhaji. Jika ia menghindar dari kewajiban dalam kondisi mampu mengerjakannya maka ia berdosa.

Allah SWT menegaskan hal ini dalam firman-Nya:

وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah,” (QS Ali Imran 97).

Lalu apa yang disebut dengan syarat mampu dalam berhaji? Para ulama menjelaskan bahwa seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji di antaranya adalah mampu secara fisik dan dalam kondisi jasmani dan rohani yang sehat. Disebut mampu juga adalah adanya sarana transportasi yang memadai untuk bisa bisa digunakan pergi haji.

Dalam konteks umat Islam yang berada di Indonesia, adanya sarana transportasi ini diartikan sebagai kemampuan untuk membayar biaya sarana dan dan prasarana transportasi termasuk akomodasi yang dibutuhkan selama menjalani proses haji.

Sisi kesehatan dan biaya inilah yang sering menjadi permasalahan umum yang dihadapi umat Islam di Indonesia. Tak jarang faktor inilah yang mengendurkan semangat umat Islam, khususnya yang jauh dari negara Makkah seperti Indonesia, untuk pergi haji. Ditambah lagi saat ini, antrean untuk bisa berangkat haji terus bertambah panjang dan lama hingga ada yang harus menunggu giliran berangkat sampai dengan puluhan tahun.

Lalu apakah kendala-kendala ini akan semakin mengendurkan semangat kita untuk berhaji? Tentu saja jawabannya kita harus menjawabnya dengan kata ‘tidak’. Kita harus terus menanamkan dan memupuk semangat dan niat kita berhaji sebagai upaya menyempurnakan keislaman kita.

Niat dan semangat harus terus dipupuk dengan cara tetap berikhtiar, melakukan upaya memenuhi syarat-syarat kemampuan dan setelah itu bertawakal kepada Allah karena Dialah yang maha penentu segala-galanya. Niat menjadi hal yang penting, karena banyak orang yang mampu, baik secara fisik, kesempatan maupun biaya, namun mereka belum tergerak hatinya untuk berhaji.

Selama kita mau berusaha, Insyaallah, Allah akan memberi jalan kemudahan. Kita harus optimis bahwa kita mampu berhaji karena kita yakin bahwa Allah Maha Tahu dan Maha Pemurah kepada hamba-Nya yang bertakwa. Ketakwaan menjadi jalan keluar dari masalah dan membukakan pintu rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Untuk memupuk semangat berhaji, kita perlu terus mengingat keutamaan-keutamaan ibadah ini. Dalam hadits yang masyhur, Rasulullah SAW menyebutkan balasan bagi mereka yang menunaikan ibadah haji.

عَنْ جَابِرِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا عَنْ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةُ،

Artinya, “Dari sahabat Jabir bin Abdillah RA, dari Rasulullah saw, ia bersabda, ‘Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga’.” (HR Ahmad)

Ikhtiar dan tawakal ini seperti sepasang dayung yang kita gunakan untuk menyeberang sungai menggunakan perahu. Jika hanya satu dayung sebelah kanan atau kiri saja yang kita gunakan, maka otomatis perahu yang kita gunakan akan berputar-putar saja di tengah sungai. Namun jika kita menggunakan kedua-duanya dengan baik, maka perahu akan dapat berjalan dengan maksimal dan akan sesuai dengan arah dan tujuan kita.

Begitu juga ketika kita memiliki azam atau niat yang kuat untuk bisa berhaji, maka kita tentu harus berusaha melalui berbagai cara seperti mengawalinya dengan mendaftarkan diri agar mendapatkan nomor porsi haji dan kemudian kita bertawakal.

Semoga kita senantiasa diberi kekuatan oleh Allah dan ditakdirkan untuk dapat pergi haji ke Baitullah. Mudah-mudahan Allah SWT membukakan pintu rezeki selebar-lebarnya mulai dari dibukakan pintu niat, kemampuan, kesehatan, dan kesempatan sehingga kita bisa menikmati ibadah yang menjadi mimpi dan keinginan semua umat Islam.

Contoh Teks Khutbah Jumat Menyambut Idul Adha 2

Dirangkum dari buku Kumpulan Khutbah Jum’at & Hari Raya (Aktual, Praktis, Dan Populer) karya Dr. Khairul Hamim, MA, berikut contoh teks khutbah Jumat mengenai keutamaan bulan Dzulhijjah.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Marilah kita senantiasa bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan perintah-perintah-Nya sekuat kemampuan kita, serta dengan menjauhi segala larangan-Nya. Dan marilah kita senantiasa mengingat bahwa dunia yang kita tempati ini bukanlah tempat tinggal selamanya. Bahkan sebenarnya kita sedang dalam suatu perjalanan menuju tempat tinggal yang sesungguhnya di alam akhirat nanti.

Telah banyak orang yang dulunya bersama kita atau bahkan dahulu tinggal satu rumah dengan kita, telah melewati dan meninggalkan dunia ini. Mereka telah meninggalkan tempat beramal di dunia ini menuju tempat perhitungan dan pembalasan amalan.

Marilah kita manfaatkan dunia ini sebagai tempat mencari bekal untuk kehidupan akhirat kita. Sungguh seseorang akan menyesal ketika pada hari perhitungan amal nanti dia datang dalam keadaan tidak membawa amal saleh. Allah SWT berfirman:

يَوْمَئِذٍ يَتَذَكَّرُ الْإِنْسَانُ وَأَنَّى لَهُ الذِّكْرَى. يَقُولُ يَا لَيْتَنِي قَدَّمْتُ لِحَيَاتِي

“Pada hari itu ingatlah manusia, akan tetapi tidak berguna lagi mengingat itu baginya. Dia mengatakan, ‘Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu mengerjakan (amal shalih) untuk hidupku (di akhirat) ini.” (Al-Fajr: 23-24)

Hadirin yang dirahmati,

Allah SWT, Di dalam perjalanan hidup di dunia ini, kita akan menjumpai hari-hari yang Allah SWT berikan keutamaan di dalamnya. Yaitu dengan dilipatgandakannya balasan amalan dengan pahala yang berlipat, tidak seperti hari-hari biasanya. Di antara hari-hari tersebut adalah sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Hal ini sebagaimana tersebut di dalam sabda Nabi SAW,

“Tidaklah ada hari yang amal saleh di dalamnya lebih dicintai oleh Allah dari hari-hari tersebut (yaitu sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah).” Para sahabat pun bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah jihad di jalan Allah tidak lebih utama?”

Rasulullah SAW bersabda , “Tidaklah jihad lebih utama (dari beramal di hari-hari tersebut), kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan keduanya (karena mati syahid).” (HR Al-Bukhari)

Saudara-saudaraku kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT,

Pada sepuluh hari yang pertama ini, kita juga disyariatkan untuk banyak berdzikir kepada Allah SWT, baik itu berupa ucapan takbir, tahmid, maupun tahlil.

Allah SWT masih memberikan kesempatan bagi orang yang belum mampu menjalankan ibadah haji untuk mendapatkan keutamaan yang besar pula, yaitu beramal saleh pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah. Sehingga sudah semestinya kaum muslimin memanfaatkan sepuluh hari pertama ini dengan berbagai amalan ibadah, seperti berdoa, dzikir, sedekah, dan sebagainya.

Apalagi ketika menjumpai hari Arafah, yaitu hari kesembilan di bulan Dzulhijjah, sangat ditekankan bagi kaum muslimin untuk berpuasa yang dikenal dengan istilah puasa Arafah, kecuali bagi jemaah haji yang sedang wukuf di Arafah.

Adapun bagi para jemaah haji, mereka tidak diperbolehkan untuk berpuasa, karena pada hari itu mereka harus melakukan wukuf. Karena mereka memerlukan cukup kekuatan untuk memperbanyak dzikir dan doa pada saat wukuf di Arafah.

Sehingga pada hari tersebut kita semua berharap untuk mendapatkan keutamaan yang sangat besar serta ampunan dari Allah SWT. Karena Nabi SAW menyebutkan bahwa hari itu adalah hari pengampunan dosa-dosa dan hari dibebaskannya hamba-hamba yang Allah SWT kehendaki dari api neraka. Sebagaimana dalam sabda beliau SAW,

“Tidak ada hari yang Allah membebaskan hamba-hamba dari api neraka, lebih banyak daripada di hari Arafah.” (HR Muslim)

Hadirin rahimakumullah,

Pada bulan Dzulhijjah juga ada hari yang sangat istimewa yang dikenal dengan istilah hari nahr. Yaitu hari kesepuluh di bulan tersebut, di saat kaum muslimin merayakan Idul Adha dan menjalankan salat Id serta memulai ibadah penyembelihan kurbannya, sementara para jemaah haji menyempurnakan amalan hajinya.

Marilah kita berusaha memanfaatkan hari-hari yang penuh dengan keutamaan untuk menambah dan meningkatkan amal saleh kita. Begitu pula kita manfaatkan waktu yang ada untuk memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Sehingga kita akan menjadi orang yang mendapatkan kelapangan hati, senantiasa takut kepada-Nya dan terjaga dari gangguan setan, serta terhindar dari segala macam bala’ dan musibah. Amin ya rabbal alamin.

Contoh Teks Khutbah Jumat Menyambut Idul Adha 3

Dilansir laman NU Kediri, berikut contoh teks khutbah menyambut Idul Adha mengenai ibadah kurban.

Hadirin Jemaah Jumat yang dirahmati Allah…

Pada kesempatan khutbah Jumat ini, setelah memuji kepada Allah SWT bersholawat kepada Baginda Nabi Agung Muhammad SAW, keluarga, serta sahabatnya, saya mengajak kepada diri saya sendiri dan saudara-saudara Khutbah Bulan Dzulhijjah sekalian, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT

Hadirin Jemaah Jumat yang dirahmati Allah…

Bulan ini merupakan bulan yang agung bagi kita semua, bulan di mana umat Islam menunaikan ibadah haji di Baitullah dan berkurban. Seluruh umat Islam berkumpul untuk menjalani sunah Nabi Ibrahim AS, menyembelih kurban, serentak mengumandangkan takbir, tahmid, dan tahlil, mendekatkan diri kepada Allah SWT Kita ingat sebuah peristiwa suci pada bulan ini, yakni Nabi Ibrahim AS mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih putra kesayangannya, Nabi Ismail AS.

Nabi Ibrahim AS mengalami konflik batin, menghadapi perintah Allah SWT tersebut. Siapakah yang lebih disayang, Allah atau Ismail? Inilah keputusan yang paling sulit diambil.

Hadirin Jemaah Jumat yang dirahmati Allah…

Nabi Ibrahim AS dihadapkan kepada dua pilihan, mengikuti perasaan hatinya dengan menyelamatkan Ismail yang paling disayang atau mentaati perintah Allah SWT dengan mengorbankan Ismail. Ia harus memilih satu di antara keduanya, cinta atau kebenaran. Cinta merupakan tuntutan hidupnya dan kebenaran merupakan tuntutan agamanya.

Sadar bahwa Allah SWT adalah Yang Maha Penguasa dan Pemilik segala-galanya di alam ini, dan yakin bahwa Allah Tuhan Yang Maha Bijaksana, tidak akan menyengsarakan hambanya, maka Nabi Ibrahim AS memilih taat dan patuh terhadap perintah Allah SWT siap menyembelih anaknya, Ismail. Allah SWT berfirman:

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui. (QS.Al Baqarah: 216)

Demikianlah betapa besar pengorbanan Nabi Ibrahim AS, dalam kondisi konflik batinnya dan pertempuran hebat tadi. Nabi Ibrahim AS tampil sebagai pemenang, ia dengan rela mengorbankan yang sangat ia cintai, yaitu Ismail. Meskipun setan al-khannas menggoda dengan membisik bisikkan dan membuat was-was dalam hatinya, untuk tidak melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, Nabi Ibrahim AS berketetapan untuk melaksanakan perintah Allah SWT Maka dipanggillah anaknya, sebagaimana tersebut dalam Al-Qur’an

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku. Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS ASh-Shaffat: 103-105)

Ismail pun dengan tabah dan sabar memberikan kepatuhan terhadap ayahnya, dan siapa pula menerima perintah Allah SWT Demikian pula ibunya, Sayyidah Hajar, tabah dan sabar menerima perintah Allah SWT dengan keyakinan bahwa Allah SWT tak akan menzalimi hamba-Nya. Allah SWT memang Maha Bijaksana, perintah tersebut rupanya hanya untuk menguji keimanan dan keteguhan Nabi Ibrahim AS, dan akhirnya diganti dengan seekor kambing gibas yang gemuk. Peristiwa tersebut kini disyariatkan bagi kita sekalian baik dalam ibadah haji maupun ibadah kurban.

Hadirin Jamaah Jumat yang dirahmati Allah…

Allah Maha Besar telah memberikan sebuah pelajaran, dan pada hari yang mulia ini marilah kita ambil pelajaran dari kisah suci tersebut.

Pertama, bahwa Allahlah Tuhan Yang Maha Agung, Penguasa dan Pemilik alam ini. Sedangkan kita manusia adalah hamba Allah SWT yang sangat kecil di hadapan-Nya. Karena itu, sudah selayaknya kita taat dan patuh kepadanya, serta siap melaksanakan perintah Allah SWT dan mampu mengorbankan kepentingan sendiri

Kedua, untuk menjadi orang yang patuh dan taat kepada Allah SWT atau untuk melaksanakan perintah Allah SWT tentu banyak godaan dan gangguan, setan akan membisik-bisikkan dalam hati kita sehingga menjadi was was dan ragu-ragu. Bulan Dzulhijjah ini mengingatkan kita agar jangan sampai kita kalah terus, sebaliknya kita harus mampu menang sebagaimana Nabi Ibrahim AS dan keluarganya.

Ketiga, kita perlu terus berupaya untuk menjadikan keluarga kita sebagaimana keluarga Nabi Ibrahim AS. Nabi Ibrahim AS sebagai ayah yang sangat patuh dan taat kepada Allah SWT namun tidak otoriter, diajaknya Nabi Ismail AS berdialog terlebih dahulu, “Bagaimana pendapatmu, wahai anakku, terhadap perintah Allah ini?” Ternyata hasil didikan Nabi Ibrahim AS luar biasa, yaitu Ismail memiliki keimanan yang tinggi.

Demikian khutbah yang singkat ini, semoga kita dapat mengambil hikmah dan pelajaran.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

4 Khutbah Jumat Bulan Muharram Bahasa Jawa Tema Amaliah Suro


Jakarta

Pekan depan umat Islam sudah memasuki Tahun Baru Islam 1446 H yang jatuh pada 1 Muharram. Ini menjadi momen yang tepat bagi khatib Jumat untuk menyampaikan khutbah Jumat bulan Muharram bahasa Jawa pekan ini.

Masyarakat muslim Jawa menyebut Muharram sebagai bulan Suro. Muharram atau Suro adalah bulan pertama dalam kalender Hijriah/Jawa.

Muharram termasuk satu bulan haram atau bulan yang disucikan. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,


“Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga di antaranya adalah Zulkaidah, Zulhijah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang di antaranya terdapat Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari Muslim)

Khutbah Jumat Bulan Muharram Bahasa Jawa

Berikut empat contoh naskah khutbah bulan Muharram bahasa Jawa yang bisa menjadi referensi khatib Jumat pekan ini.

1. Miwiti Wulan Muharram Kanthi Amal Kasaenan

أَلْخُطْبَةُ الْأُوْلَى

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ مُصَرِّفِ الْأَوْقَاتِ وَالدُّهُوْرِ. وَمُدَبِّرِ الْأَحْوَالِ فِى الْأَيَّامِ وَالشُّهُوْرِ. وَمُسَهِّلِ الصِّعَابِ وَمُيَسِّرِ الْأُمُوْرِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ الرَّحِيْمُ الْغَفُوْرِ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهَ وَرَسُوْلُهُ الشَّكُوْرُ الصَّبُوْرُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأصْحَابِهِ وَضَاعِفِ اللَّهُمَّ لَهُمُ الْأُجُوْرَ.

أمَّا بَعْدُ: فَيَاأيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللَّهِ, فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طَغَى.

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Monggo sareng-sareng ningkataken taqwalloh, ajrih dumateng ngarsonipun Alloh, kanti nindaaken sedoyo printah-printah-Ipun soho nebihi sedoya awisan-awisan-Ipun. Sepados kitho sedoyo manggehaken kawilujengan soho kebahagiaan wonten ing dunyo ngantos akhiratipun.

Gilir-gumantinipun dinten, wulan soho tahun estu cepet sanget. Mboten krahos, kita sampun lumebet wonten tahun hijriyah engkang enggal, 1446. Kanthi datengipun tahun enggal, ateges soyo caket kita dateng ajal utawi kematian. Kontrak gesang kita wonten ngalam dunyo ugi soyo telas.

Subhanallah, Alloh Subhanahu wa Ta’ala andadosaken awal tahun hijriyyah dipun wiwiti kalian wulan haram, lan ugi dipun pungkasi kalian wulan haram. Tahun hijriyyah dipun wiwiti wulan Muharram lan dipun pungkasi kaliyan wulan Dzulqo’dah. Dipun wastani wulan Muharram, kranten Alloh swt ngararamaken peperangan lan konflik wonten ing wulan mulyo meniko. Wulan Muharram meniko ugi kalebet wulan-wulan harom, inggih meniko Muharram, Dzulhijjah, Dzulqo’dah, lan Rojab.

Imam Fakhruddin ar-Razi wonten Tafsiripun anjelasaken bilih saben-saben penggawe maksiat wonten wulan harom bade kawales sikso engkang aurat, semanten ugi, nindaaken ibadah dateng Alloh bade dipun lipatgandaaken ganjaranipun. Panjenenganipun ngendiko:

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَّةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً وَالطَّاعَةَ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَاباً

“Maksud tembung haram inggih meniko, estu nindaaken maksiat wonten wulan kasebat kabales sikso engkang berat, lan nindaaken taat wonten wulan kasebat ganjaranipun langkung kathah.”

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Wulan Muharram meniko momentum sae kangge ningkataken kesaenan soho ketakwaan dateng Allah. Kita kedah ngoptimalaken wulan meniko kanthi nindaaken macem-macem amal kesaenan, hinggo wulan-wulan candakipun kita bade gampil nindaken soho ningkataken macemipun amal kesaenan. Paro ‘ulomo andawuhaken:

مَنْ كَانَتْ بِدَايَتُهُ مُحْرِقَةً كَانَتْ نِهَايَتُهُ مُشْرِقَةً

“Sopo wae kang kawitan e ngobong (tenanan), mongko pungkasane dadi padang (gampang).”

Kita kedah anggadahi tekat kuat nindaaken amal kesaenan wonten awal tahun meniko, sami ugi amalan umum utawi amalan khusus wonten wulan Muharram meniko. Amalan-amalan khusus engkang dipun perintahaken kagem kita wonten wulan Muharram antawisipun:

Ngthah-ngathahaken poso sunnah mutlak

Poso mutlak inggih puniko poso engkang kita tindaaken kanthi niyat nambah ganjaran soho ngeparek dateng ngarso Alloh. Kita pareng nindaaken siyam wonten sebagian besar dinten wulan Muharram meniko. Sami ugi wonten dinten-dinten awal, pertengahan utawi dinten-dinten akhir. Hal meniko dipun dasaraken kaliyan dawuh pangandikonipun Kanjeng Nabi SAW:

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ شَهْرِ رَمَضَانَ صِيَامُ شَهْرِ اللَّهِ الْمُحَرَّمِ. (رواه مسلم)

“Poso paling utami sak ba’dane wulan Romadhon inggih puniko poso wonten wulanipun Alloh engkang nami Muharram.” (HR Muslim)

Nindaaken poso ‘Asyuro’

Poso Asyura’ inggih puniko poso tanggal sedoso Muharram. Keutamaanipun poso Asyuro’ meniko saget anglebur doso-doso setahun ingkang sampun kalampah. Abu Qotadah al-Anshori RA ngendiko:

سُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ فَقَالَ: يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ. (رواه مسلم)

“Rosul SAW nate dipun dangu poso dinten ‘Asyura’, lajeng panjenenganipun njawab: “Ngebur doso-doso setahun engkang klewat.” (HR Muslim)

Nyampurnaaken kanthi poso Tasu’a

Poso Tasu’a’ inggih meniko poso tanggal songo wulan Muharram. Arikolo sugengipun Rasulalloh saw dereng sempat nindaaken siyam meniko. Mung kemawon, setunggal tahun sak derengipun wafat panjeneganipun bertekat bade nindaaken poso Tasu’a’ meniko kanthi dawuh:

لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ لَأَصُوْمَنَّ التَّاسِعَ. (رواه مسلم)

“Yekti lamun aku menangi urip tahun ngarep, aku arep poso dino kaping songo (Muharrom).” (HR Muslim)

Sampun kita maklumi, bilih tyang-tyang Yahudi lan tyang-tyang Arab jahiliyyah sami nindaaken siyam tanggal sedoso Muharram. Kranten meniko, Rosul saw nambahaken siyam tanggal songo Muharram supados kaum muslimin mbenteni kaliyan tyang-tyang Yahudi soho kaum musyrikin, serto mboten nyeruponi ritual ibadahipun.

Maringi tambahan nafkah kagem anak istri

Rasulalloh Muhammad SAW dawuh:

مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ أَوْسَعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سّنَتَهُ كُلَّهَا. (رواه الطبراني)

“Sopo wonge pareng kajembaran nafkah kanggo keluwargane ono dino ‘Asyura’, Alloh bade pareng jembare rizki sepanjang tahun.” (HR ath-Thabrani)

Mboten wonten lepatipun wenawi kita nambah arto belanjo kagem keluwargo wonten wulan Muharram lan wulan-wulan sak candakipun. Kejawi mergi kebetahan pokok saben tahun pancen mindak reginipun, ugi ganjaran pareng nafkah dateng keluwargo langkung ageng. Ibnu Uyainah ngendiko: “Aku wes buktikake selami seket tahun utawi suwidak tahun, aku ora ningali kejobo keapikan.”

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Sebab menopo tanggal sedoso Muharram dipun sebat dinten ‘Asyuro’? Badaruddin al-‘Aini wonten kitabipun Umdatul Qari’ anjelasaken setunggal pendapat bilih wonten dinten ‘Asyura’ Alloh pareng kemulyaan soho kehormatan dateng sedoso nabi-Nipun. Inngih meniko: (1) kemenangan Nabi Musa dateng Fir’aun, (2) pendaratan kapal Nabi Nuh, (3) keselamatan Nabi Yunus medal saking perut ikan, (4) ampunan Alloh dateng Nabi Adam AS, (5) keselamatan Nabi Yusuf medal saking sumur pembuangan, (6) kelahiran Nabi Isa AS, (7) ampunan Alloh kagem Nabi Dawud, (8) kelahiran Nabi Ibrahim AS, (9) Nabi Ya’qub saget mersani malih, lan (10) ampunan Alloh kagem Nabi Muhammad, sami ugi kesalahan engkang sampun klewat utawi engkang bade katindaaken.

Kejawi meniko, poro ulomo ugi anjelasaken keistimewaan-keistimewaan poro nabi wonten dinten ‘Asyura’, kados minggahipun Nabi Idris dateng panggenan wonten langit, sembuhipun Nabi Ayub saking penyakit, lan pengangkatan Nabi Sulaiman dados raja.

Saking kedodosan-kedadosan wonten nginggil, dinten ‘Asyuro’ meniko dinten engkang sanget istimewa. Kranten meniko, dinten ‘Asyura’ dados momentum sae kagem nulodoni akhlak poro nabi, akhlak engkang mulyo, lemah lembut, soho menjunjung tinggi kasih sayang, bebagi dateng anak-anak yatim, tuwin kerukunan. Ngedohi keawonan, penghinaan, kekerasan, permusuhan, lan adu domba. Imut, kesaenan wonten wulan meniko dipun lipatgandaaken ganjaranipun. Keawonan wonten wulan meniko dipun lipatgandaaken dosa lan malapetakanipun.

Jamaah sholat Jumat hafidhakumullah,

Mugi-mugi kanti ngoptimalaken wulan Muharrom meniko kanthi nindaaken amal-amal kesaenan, Alloh pareng kemudahan kita ngoptimalaken wulan-wulan candakipun kanti amal-amal kesaenan hinggo kita saget anggayuh kebahagiaan wonten dunyo lan keselamatan wonten akhirat. Aamiin.

وَاللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى يَقُوْلُ. وَبِقَوْلِهِ يَهْتَدِى الْمُهْتَدُوْنَ. أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ, يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ. إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ.

باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ والذِّكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ.

أَلْخُطْبَةُ الثَّانِيَّةُ

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ وَكَفَى. وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى. وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ. أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ. فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ. فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ ارْفَعْ وَادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْن وّفِرُوسْ قَرَنَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ،عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً. إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ والْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ الدَّائِمَةَ فِى الدِّيْنِ وَالدُّنْيَا وَالْآخِرَةَ. رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيأ حَسَنَةً, وَفِى ألآخِرَةِ حَسَنَةً, وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعّالّمِيْنَ.

عِبَادَ اللهِ. إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَاشْكُرُوْا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَاسْئَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُؤْتِكُمْ. وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.

Naskah khutbah Jumat bulan Muharram bahasa Jawa ini ditulis Wakil Katib PCNU Ponorogo seperti dilansir NU Ponorogo.

2. Makno Hijroh Wulan Muharram

Khutbah I:

اَلْحَمْدُ للّٰه الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَـقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اله إِلاَّ اللّٰه وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰه ، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وَعَلَى الِه وَأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ الدِّين

أَمَّا بَعْدُ: فَياَ اَيُّهاَ الْحَاضِرُوْنَ ، أوْصُيْكُمْ وَ نَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنْ، قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي اْلقُرْانِ اْلكَرِيمْ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الَّشيْطَانِ الرَّجِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمْ: إِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوا وَالَّذِيْنَ هَاجَرُوا وَجَٰهَدُوا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ أُولَٓئِكَ يَرْجُوْنَ رَحْمَتَ اللهِۚ وَاللهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Jamaah Jumat ingkang minulyo

Monggo kito tansah netepi lan ningkataken takwo dumateng Gusti Allah kanti ngelampahi sedoyo perintahipun soho nebihi sedoyo awisanipun ngantos kito mbenjing pejah kelawan netepi agomo Islam. Gusti Allah dawuh wonten surat Ali Imran, 102:

يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

“Hei wong-wong kang podo iman, takwoho siro kabeh marang Gusti Allah kanti saktemene takwo, lan ojo mati kejobo netepi Islam.”

Salah setunggale tindak lampah ingkang kalebet takwo nggih meniko noto niat hijroh tumuju maring Gusti Allah lan Rasulullah. Kanjeng Nabi dawuh:

إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

“Anging pestine piro-piro amal niku diukur saking niyate lan saben awak-awakan niku dipun tingali saking nopo-nopo ingkang diniati, sopo wonge hijrohe marang Gusti Allah lan Rasule, mongko hijrohe marang Gusti Allah dan Rasule, lan sopo wonge hijrohe krono dunyo utawi tiyang istri kang bakal dinikahi, mongko hijrohe tumuju marang perkoro kang diniati.” (HR Bukhari, Muslim)

Wonten Syarah Arbain anggitanipun Ibnu Daqiq mertelaaken bilih hadits meniko salah setunggale punjere Islam. Imam Syafii lan Imam Baihaqi dawuh bilih hadits kasebat kalebet sepertelune ilmu. Amergi pitung puluh bab fikih melebet wonten hadits niki.

Hadirin ingkang dipun rahmati Allah

Saking hadits meniko, kito tiyang muslim kedah noto niat sae anggenipun hijroh, keranten sedoyo tindak lampah ingkang angsal ganjaran agung meniko saking niatipun piyambak-piyambak. Kanjeng Nabi dawuhaken maknone hijroh nggih meniko:

الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

“Tiyang muslim niku tiyang ingkang nyelametaken muslim lintu saking lisan lan tangane, tiyang hijroh niku tiyang ingkang ninggal larangane Gusti Allah.” (HR. Bukhari)

Sakmangke wulan Dzulhijjah bade telas lan melebet wulan Muharram, setunggale wulan ingkang mulyo lan dados tahun barune umat Islam, tahun baru hijriah. Kito sedoyo dipun sunnahaken nindakaken amal kesaenan kados dene wulan mulyo lintu. Gusti Allah dawuh:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ

“Saktemene itungane wulan mungguhe Gusti Allah iku rolas wulan, miturut pepesten Gusti Allah ingdalem nalikane nitahaken langit bumi. Ing antawisipun wonten sekawan wulan mulyo (harom). Meniko pepesten agomo kang lurus.” (At Taubat: 36)

Wulan-wulan harom dipun tafsiri Muharram, Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah. Imam Fakhruddin Arrazi ing tafsir Arrazi juz 16, halaman 53 mertelaaken makno “harom” niku saben tindak lampah maksiat ing wulan harom bakal dipun wales sikso gede, ugi tindak lampah kesaenan lan ibadah maring Gusti Allah bakal dipun wales ganjaran ingkang agung.

وَمَعْنَى الْحَرَمِ: أَنّ الْمَعْصِيَةَ فِيْهَا أَشَدُّ عِقَاباً ، وَالطَّاعَةُ فِيْهَا أَكْثَرُ ثَوَاباً

“Makno harom niku tegese maksiat ing wulan meniko merkoleh sikso ingkang abot lan taat ing wulan meniko bakal merkoleh ganjaran ingkang agung.”

Jamaah Jumat rahimakumulLah

Pramilo, ing wulan meniko monggo sami ningkataken amal kesaenan lan njungkung ibadah dumateng Gusti Allah, keranten wulan Muharram nggadah kautaman ingkang katah sanget. Ampun ngantos kito angguraken mboten wonten kesaenan babar pisan.

Abu Na’im ing kitab Hilyatul Auliya’ juz 9 halaman 269 negesaken:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ فِي نُقْصَانٍ

Artosipun: Sopo wonge dino iki kahanane podo karo dino wingi, mongko piyambake wonten kekirangan

Monggo, hijroh ing wulan Muharram kedah dipahami ninggalaken perkawis ingkang awon, penggawe maksiat tumuju marang perkawis ingkang dipun perintah Gusti Allah lan nderek pituduh saking Kanjeng Nabi serto njagi guyub lan rukun. Mugi kito tansah pinaringan rohmat lan maunah saking Gusti Allah.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II:

اَلحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا اَمَرَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالبَشَرِ. اَللَّهُمُّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبادَ الله إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَخُضُوْرِ الجُمُعَةِ وَالجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ المُسَبِّحَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيَّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وِسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ سَادَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللَهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَهلِكِ اليَهُوْدَ وَالنَّصَارَى وَالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ اَمِنَّا فِى دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلاَةَ أُمَوْرِنَا وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلاَءَ وَالوَبَاءَ والرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ المُسلِمِينَ العَامَّةً يَارَبَّ العَالَمِينَ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبادَ الله ! إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى القُربَى وَيَنْهَى عَنِ الفَخْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُم لَعَلَّكُم تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكبَرُ

3. Ngusap Sirahe Bocah Yatim ing Wulan Muharram

Khutbah I:

اَلْحَمْدُ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَرْسَلَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا بَيْنَ يَدَيِ السَّاعَةِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَى سيدنا محمد وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ، قَالَ اللهُ تَعَالَى : بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jamaah Jumat rahimakumulLah

Monggo kito sami netepi lan ningkataken takwo dumateng Gusti Allah kanti tansah nindakaken sedoyo perintahipun soho nebihi sedoyo awisanipun ing panggenan pundi kemawon, rame utawi sepi. Amergi kelawan takwo kito sedoyo bakal pikantuk kabegjan lan selamet dunyo akherat, kempal kaliyan tiyang-tiyang ingkang temen anggenipun taat dumateng perintahe Gusti Allah.

Gusti Allah dawuh:

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصّٰدِقِيْنَ

“Hei wong-wong kang podo iman, takwoho siro kabeh marang Allah, lan kumpulo sertane wong-wong kang temen. ” (At Taubah: 119)

Sholawat serto salam keaturaken dumateng Kanjeng Nabi Muhammad ingkang sampun nuduhaken kito marang dalan ingkang jejeg, sehinggo kito paham iman, islam lan ihsan. Ugi saking Kanjeng Nabi Muhammad, kito sedoyo ngajeng syafaatipun mbenjang dinten kiamat.

Wonten wekdal meniko, wulan Muharram katah tiyang ingkang sami cancut taliwondo nindaaken amal ibadah kranten ganjaranipun ageng sanget. Ing antawisipun amal kesaenan ingkang masyhur nggih puniko ngusap sirahe bocah yatim

Setunggale hadis bab ngusap sirah bocah yatim dipun riwayataken Imam Ahmad saking Abi Umamah:

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ وَفَرَّقَ بَيْنَ اُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى

“Saktemene Rasulullah dawuh, sopo wonge ngusap sirahe bocah yatim krono Allah, mongko saben rambut kang diusap bakal dipun wales kelawan sepuluh kesaenan, lan sopo wonge tumindak bagus marang bocah yatim; wadon utowo lanang onok sandinge, mongko ingsun lan wong kolowau ingdalem suwargo koyo dene driji loro iki. Kanjeng Nabi aweh isyarat driji telunjuk lan tengah.”

Hadis niki pertelo sanget, bilih tiyang ingkang ngusap sirahe bocah yatim, estri utowo jaler, mongko bakale mlebet suwargo saget gandeng kaliyan Kanjeng Nabi Muhammad.

Jamaah Jumat ingkang minulyo

Tumindak bagus dumateng bocah yatim niku saget dipun wiwiti kaliyan wigati, perhatian. Langkung-langkung ngusap sirahe. Kranten saking hadis wonten inggil dipun pertelaaken bilih ngusap sirah bocah yatim bakal pikantuk ganjaran ageng.

Saklintune pikantuk ganjaran, ngusap sirah bocah yatim nggadah kautaman ingkang dipun sebataken:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا شَكَا إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَسْوَةَ قَلْبِهِ فَقَالَ: امْسَحْ رَأْسَ الْيَتِيمِ وَأَطْعِمِ الْمِسْكِينَ

“Diriwayataken saking Abu Hurairah, saktemene onok wong lanang wadul marang Kanjeng Nabi babakan atose ati, lajeng Nabi ngendikan: ngusapo sirahe bocah yatim lan aweho daharan marang wong miskin.” (HR Ahmad)

Hadis meniko negesaken bilih tumindak bagus dumateng bocah yatim lan aweh daharan tiyang miskin niku kautamane saget nyebabaken ati ingkang atos dados empuk. Sinten kimawon ingkang atine peteng lan atos obate arupi ngelampahi ngusap sirah bocah yatim lan aweh daharan fakir miskin, kranten saget dados tombo ati, ugi nukulaken raos welas asih lan trisno.

Hadirin ingkang sami pinaringan kabegjan

Ngusap sirah bocah yatim niku saget dipun maknani dados lambange welas asih antawisipun tiyang sepuh dumateng bocah alit lan trisnane bocah marang bopo. Leres nopo ingkang dipun dawuhaken ing setunggale hadis riwayat saking Ibn Abbas:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يَرْحَمْ صَغِيرَنَا وَيُوَقِّرْ كَبِيرَنَا وَيَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَ عَنْ الْمُنْكَرِ

“Diriwayataken saking Ibn Abbas, piyambake dawuh, Rasulullah ngendiko: Ora kelebu golongan ingsun, wong kang ora welas marang bocah cilik, ora ngajeni wong sepuh, ora ngajak marang kebagusan, lan ora nyegah kemungkaran.” (HR Tirmidzi)

Pramilo, monggo kito sami njagi, mbudidayaaken welas asih dumateng bocah yatim, fakir miskin. Lan mugi-mugi kelawan lantaran welas asih, penggalih kito sedoyo dados empuk lan tansah pikantuk ridone Gusti Allah. Amiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِى الْقُرْاَنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاَياَتِ وَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ فَاسْتَغْفِرُوْهُ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah II:

اَلحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَمَا اَمَرَ. وَأَشْهَدُ اَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ إِرغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلاَئِقِ وَالبَشَرِ. اَللَّهُمُّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَيْنٌ بِنَظَرٍ وَاُذُنٌ بِخَبَرٍ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبادَ الله إِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى وَذَرُوْا الفَوَاخِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بطَنَ وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَخُضُوْرِ الجُمُعَةِ وَالجَمَاعَةِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلاَئِكَةِ المُسَبِّحَةِ قُدْسِهِ، فَقَالَ تَعَالىَ وَلَمْ يَزَلْ قَائِلاً عَلِيْمًا إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَااَيَّهَا الَّذِيْنَ أَمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وِسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجمَعِيْنَ, اَللَّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ سَادَاتِنَا أَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ سَائِرِ أَصْحَابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

اللَهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِينَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَعْلِ كَلِمَتَكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ, اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ المُسْلِمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَهلِكِ اليَهُوْدَ وَالنَّصَارَى وَالْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللَّهُمَّ اَمِنَّا فِى دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلاَةَ أُمَوْرِنَا وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. اَللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلاَءَ وَالوَبَاءَ والرِّبَا وَالزِّنَا وَالزَّلاَزِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بِلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلاَدِ المُسلِمِينَ عَامَّةً يَارَبَّ العَالَمِينَ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبادَ الله ! إِنَّ اللهَ يَأمُرُ بِالعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِى القُربَى وَيَنْهَى عَنِ الفَخْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُم لَعَلَّكُم تَذَكَّرُوْنَ, فَاذْكُرُوْا اللهَ العَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَاسْأَلُوْهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكبَرُ

Dua contoh naskah khutbah Jumat di atas dilansir dari NU Jatim.

4. Amaliah Sasi Suro

Contoh naskah khutbah Jumat selanjutnya berjudul Amaliah Sasi Suro Syekh Abdul Hamid. Khutbah ini disusun Tim al-‘Imaroh Lembaga Pelatihan Manajemen Keta’miran dan Waqaf.

الْحَمْدُ لِلهِ … الحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَ الزَّمَانَ وَفَضَّلَ بَعْضَهُ عَلَى بَعْضٍ فَيُعَظَّمُ فِيهَا الْأَجْرُ والحَسَنَاتُ . أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِي بِقَوْلِهِ وَفِعْلِهِ إِلَى الرَّشَادِ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ هُدَاةِ الأَنَامِ فِي أَنْحَاءِ البلاد.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ . قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةً حُرُمُ [التوبة/٣٦]

Hadirin jamaah Jumat rahimakumulLah

Saka ndhuwur mimbar meniko, dalem paring piweling marang kito sedoyo, khususe khotib kiyambak, supados tansah ngupaya nambahi taqwa marang Allah subhanahu wa ta’ala kanthi nindakake sedanten kuwajiban kanthi tekad lan mantep e manah, lan ngedohi sedanten larangan ipun Allah kanthi kebak tabah lan sabar. Sebab kanthi mangkono, gesang kito bakal cocok kalian tujuan kito dipun ciptaaken Allah.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

“Lan Ingsun ora nitahake jin lan manungsa kajaba mung supaya padha nyembah marang Ingsun.” (Az Zariyat: 56)

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Mboten dangu maleh kita bakdene ninggalake Dzulhijjah, wulan pungkasan tahun 1445 H lan lumebet wonten sasi Muharram, wulan awal taun anyar 1446 H. Wong Jawa nyebutake wulan Muharram “Sasi Suro” lan wonten acara gedhe sing diarani ” Bodo Suro”. Tumrap umat Islam, Muharram pancen mujudake momen sing mulya amargi wulan meniko minangko wulan pertama taun anyar. Wajar menawi ing kawontenan punika dipun wastani “Hari Raya Kaum Muslimin” sebab wonten ing wulan Muharram kathah kenang-kenangan lan ing salebetipun punika wonten amalan-amalan sunnah ingkang dipun anjuraken sanget.

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Ing antarane amalan ing wulan Muharram yaiku: Kapisan, ngatah-ngatah aken siyam kados ingkan sampun dipangandikakake dening Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam:

أَفْضَلُ الصَّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ (رواه مسلم)

“Poso sing paling apik sawise Ramadhan yaiku poso ing wulan Muharram lan paling apik shalat sawise shalat fardhu yaiku shalat wengi.” (HR Muslim)

Nalika Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam ditakoni babagan pasa ‘Asyura’, panjenengan ipun mangsuli:

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صِيَامُ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ إِنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ. سنن ابن ماجه – (ج ٥ ص ٢٧٣)

“Puasa ing dina Asyura, sejatine aku mikir yen Allah bakal ngilangi kesalahane taun kepungkur.” (HR Ibnu Majah)

Kapindho, sunnah kanggo kita nambahi belanja kanggo kulawarga kita ing dina kaping sepuluh Muharram. Iki adhedhasar pangandikane Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam:

قال رسول الله – صلى الله عليه وسلم : مَنْ وَسَّعَ عَلَى عِيَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ . شعب الإيمان – البيهقي – (ج ٣ ص ٣٦٦)

“Sing sapa nambahi belanja kanggo nafkah kulawargane (garwane, anak lan wong kang dikaruniai) ing dina Asyura, Allah bakal nambahi rezekine ing salawase taun.” (HR al-Baihaqi)

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Para ulama nggolongake jinis-jinis amalan inggkang sahe ditindakake ing wulan Muharram, yaiku: sholat, siyam, njagi silaturahmi, sedekah, adus, nganggo celak moto, ziarah marang ulama (urip lan mati), ziarah wong lara, nambah blonjo / nafkah keluarga, ngetok i kuku, ngusap sirah anak yatim lan maca surat al-Ikhlas kaping 1000 ambalan.

Mula Syekh Abdul Hamid ing kitab Kanzun Naja was Surur Fi Ad’iyyati Tasyrahus Shudur nyimpulake amalan sing disaranake ing wulan Muharrom:

فِي يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ عَشْرٌ تَتَّصِلْ بِهَا اثْنَتَانِ وَلَهَا فَضْلُ نُقِلْ صُمْ صَلِّ صَلِّ زُرْ عَالِماً عُدْ وَاكْتَحِلْ * رَأْسُ الْيَتِيمِ امْسَحْ تَصَدَّقْ وَاغْتَسِلْ وَسَّعْ عَلَى العِيَالِ قَلِمْ ظُفْرَا وَسُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ قُلْ أَلْفَ تَصِلْ

“Ing wulan Asyura iku ana sepuluh amalan, ditambah karo amalan loro sing luwih sampurna. Puasa, sholat, terus silaturahmi, ziarah wong solehah, ziarah wong sing lara lan nyelak i mripat, usap sirah bocah yatim, sedekah, lan adus, nambah nafkah e keluarga, ngethok kuku, maca surat Al-Ikhlas kaping sewu.”

Jamaah Jumat rahimakumullah..

Muga-muga pergantian taun hijriyah nggawa berkah kanggo umur kita kanthi sinau lan ngisi nilai-nilai positif ing njerone, yaiku amliyah ala ahli sunnah wal jawmaah. Amin Ya Robbal Alamin

Tahun dalam naskah khutbah Jumat bulan Muharram bahasa Jawa yang bertema amaliah Suro tersebut telah disesuaikan.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

3 Contoh Khutbah Jumat Menyambut Hari Kemerdekaan ke-79 RI


Jakarta

Beberapa hari lagi, masyarakat Indonesia akan memperingati Hari Kemerdekaan yang ke-79. Jelang perayaan tahunan itu, biasanya khatib mengusung tema khutbah Jumat menyambut hari kemerdekaan.

Sejatinya, tema hari kemerdekaan menjadi topik tahunan yang diangkat setiap jelang 17 Agustus. Menyampaikan khutbah Jumat dengan tema tersebut dimaksudkan agar muslim dapat merenungkan perjuangan para pahlawan.

Berikut beberapa contoh khutbah Jumat menyambut hari kemerdekaan.


Contoh Khutbah Jumat Menyambut Hari Kemerdekaan

1. Khutbah Jumat Menyambut Hari Kemerdekaan Pertama

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Tidak henti-hentinya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bulan ini pada 79 tahun yang lalu, KH Hasyim Asy’ari dan ulama- ulama terdahulu berkumpul dalam satu meja. Sebelumnya, tak pernah para ulama merasa resah seperti ini. Mereka memiliki suatu tanggung jawab besar yang mereka panggul, yakni merawat dan menjaga kehidupan beragama masyarakat masing-masing.

Tapi hari itu, mereka harus meninggalkan masyarakat sementara waktu. Mereka pergi dari rumah menuju satu titik untuk bertemu dengan ulama lainnya. Apa gerangan yang memaksa mereka meninggalkan tanggung jawab besar itu? Tiada lain adalah mereka telah mendapat tanggung jawab yang lebih besar: menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Negara ketika itu sedang mendapat ancaman serius dari tentara penjajah. Keadaan telah demikian genting. Maka demi kepentingan negara, para ulama rela meninggalkan kewajiban mereka sejenak kepada masyarakat sekitar. Karena menjaga negara sesungguhnya kewajiban paling besar yang ditanggung oleh ulama.

Mencintai Tanah Air, memperjuangkan kedamaian tanah kelahiran adalah bagian dari iman. Tanpa ghirah dan semangat membela negara, mustahil seseorang dianggap sempurna keimanannya. Sudah barang tentu, para ulama, yang memiliki kadar keimanan yang telah tinggi, akan menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk memperjuang- kan kedamaian tanah kelahirannya itu.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Dari pertemuan itu, dihasilkan sebuah keputusan besar: Fatwa Resolusi Jihad. Fatwa ini menghendaki bahwa setiap muslim berkewajiban untuk melindungi negaranya dari serangan penjajah. Hanya dengan kondisi negara yang aman dan tenteramlah ajaran agama dapat dilestarikan dengan sempurna. Dalam surah Al-Baqarah ayat 190 disebutkan:

وَقَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ الَّذِينَ يُقَاتِلُونَكُمْ وَلا تَعْتَدُوا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ

“Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang melampaui batas.”

Ayat di atas menegaskan bahwa kita memiliki tanggung jawab untuk mempertahankan agama Allah. Kita harus memperjuangkan kelestarian agama kita dengan sepenuh jiwa dan raga. Kita bisa menyaksikan bagaimana perjuangan para ulama di zaman dahulu. Mereka rela turun ke medan, menghadapi langsung para musuh.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,

Perjuangan melawan penjajah dalam rangka menjaga kemerdekaan pada saat itu amatlah berat. Para pejuang Indonesia berhadapan dengan musuh yang bersenjatakan lengkap. Bahkan mereka telah mengepung kota dari selu- ruh daratan, laut, dan udara. Meski begitu, para pejuang Indonesia tidak sedikit pun gentar menghadapi musuh. Mengapa? Karena cinta tanah air telah merasuk dalam jiwa mereka, sehingga menjadi kekuatan yang menggebu-gebu.

Karenanya, jangan pernah sekali-kali kita melupakan jasa para ulama. Perjuangan yang mereka lakukan bukan hanya berdiam di masjid, duduk berdzikir, memutar tasbih. Justru mereka adalah para pejuang yang paling gigih, yang tak sedikit pun melirik hal lain dalam memperjuangkan negara, selain bahwa negara harus dibela mati-matian.

Negara adalah harta yang paling berharga bagi mereka. Berkat jasa merekalah, kita bisa hidup di dalam negara yang damai, dan menjalani hidup dengan santun dan tenteram.

Demikian khutbah Jumat perihal menyambut hari kemerdekaan. Semoga bisa membawa manfaat dan keberkahan bagi kita semua dan digolongkan sebagai hamba Allah SWT yang istiqamah dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Aamiin ya rabbal alamin.

Khutbah Jumat menyambut hari kemerdekaan dengan topik mewarisi semangat juang pahlawan tersebut dinukil dari buku Koleksi Khutbah Jumat Inspiratif untuk Pemula dan Umum yang ditulis oleh Abdul Azis Muslim S Ag.

2. Khutbah Jumat Menyambut Hari Kemerdekaan Kedua

Ayyuhal Muslimun,

Untaian terindah yang layak kita persembahkan, di hari yang penuh berkah ini, adalah lantunan pujian dan syukur yang tulus atas segala ragam nikmat yang telah Allah curahkan kepada kita semua. Sehingga, hari ini, baru saja, bangsa Indonesia, memperingati hari Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang ke 79 tahun. Maka, hendaknya kita selalu bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini.

Kenapa? Karena mensyukuri nikmat adalah gerbang memperoleh nikmat yang lainnya, sedangkan mengkufurinya berarti merangsang datangnya murka Allah SWT. Sebagian ulama mengatakan:

اسْتَعْمَالَ النِّعْمَةُ فِي الطَّاعَةِ لِزِيَادَةِ النِّعْمَةِ

Artinya: Memfungsikan nikmat pada ranah ketaatan akan menambah nikmat itu sendiri.

Salawat nan taslim, semoga tercurah keharibaan, kekasih kita, Nabi Muhammad SAW, sang proklamator sejati, yang telah sukses memerdekakan manusia dari belenggu hawa nafsu dan dari belenggu akhlak yang tidak terpuji.

Ayyuhal muslim,

Marilah kita tancapkan dan kokohkan akar keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt. Takwa dalam dimensi, mematuhi, menjalankan semua titah dan perintah Allah serta meninggalkan segala bentuk laranganNya. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengatakan: “Ketahuilah, sesungguhnya seorang hamba hanyalah mampu melalui tahapan-tahapan perjalanan menuju ridha Allah SWT, dengan hati dan keinginan yang kuat. Bukan cuma sekedar dengan perbuatan anggota badannya. Dan takwa yang hakiki adalah takwa yang bersumber dari dalam hati, bukan pada anggota badan.”

Allah SWT berfirman,

ذَٰلِكَ وَمَن يُعَظِّمْ شَعَٰٓئِرَ ٱللَّهِ فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى ٱلْقُلُوبِ

Artinya: “Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati.” (QS Hajj 32)

Ayyuhal muslimun,

Tidak disangka, kemerdekaan Republik Indonesia telah berumur 79 tahun. Dipandang dari sudut usia, tentu ini bukan usia yang muda lagi. Akan tetapi, ironis dan menyedihkan sekali, kemerdekaan yang telah diraih dengan keringat, darah dan bahkan nyawa ini, hari ini hanyalah dikenang saja, bukan untuk disyukuri oleh mayoritas generasi muda bangsa.

Realitas yang kita saksikan hari ini adalah tidak sedikit generasi muda bangsa, yang memaknai kemerdekaan hanya sebatas penciptaan suasana ramai, meriah dan gebyar serta hura-hura, lalu kemudian melupakan semangat juang yang terkandung di dalam peringatan kemerdekaan tersebut. Oleh karena itu, hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-79 ini, menarik dan layak untuk kita renungkan secara bersama.

Ayyuhal muslimun,

Harus kita sadari bahwa kemerdekaan tidak mungkin diraih tanpa adanya kemenangan, kemenangan mustahil didapat tanpa adanya perjuangan, perjuangan tidak akan berarti tanpa adanya kebersamaan dan persaudaraan, persaudaraan tidak mungkin tercapai tanpa adanya ketulusan. Allah SWT berfirman:

وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ

Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami,”Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.” (QS Al ‘Ankabut: 69)

Ayyuhal muslimun,

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai luhur ketulusan, kebersamaan, persaudaraan, perjuangan, kemenangan dan kemerdekaan. Akan tetapi, kemerdekaan dalam Islam adalah kemerdekaan sejati, yaitu kemerdekaan yang membebaskan manusia dari penghambaan kepada manusia, membebaskan manusia dari kungkungan hawa nafsu, membebaskan manusia dari belenggu pesona dunia, membebaskan manusia dari penghambaan kepada yang semu menuju penghambaan kepada Rabb yang Maha Hidup lagi Perkasa, Allah SWT.

Ayyuhal muslimun,

Kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang begitu berdarah-darah diraih itu, ternyata hanyalah romantisme sejarah semata. Kenapa demikian? Karena hari ini, kita lihat dan rasakan, selama 79 tahun kemerdekaan ini, hanyalah peralihan satu penjajahan kepada berbagai bentuk penjajahan lainnya.

Betapa tidak, dahulu para pahlawan kita hanya menghadapi penjajahan pada aspek militer saja, akan tetapi sekarang ini, bangsa Indonesia menghadapi multi penjajahan, baik penjajahan pada ranah ekonomi, budaya & politik, hokum, pendidikan, moral sampai pemikiran. Bahkan bentuk penjajahan seperti ini lebih besar bahayanya daripada penjajahan ala militer, karena bahaya yang ditimbulkan jauh lebih komplek dan berdaya rusak tinggi. Karena tidak hanya merusak fisik saja, tetapi juga merusak pola pikir dan karakter anak bangsa.

Ikhwatal Islam,

Dalam masalah ekonomi, sampai hari ini, kita belum bisa melepaskan diri dari ketergantungan kepada pihak asing dan aseng. Dalam ranah budaya, identitas keislaman dan ketimuran bangsa Indonesia terlebur dengan budaya Barat. Dalam ranah moral, mulai dari SD sampai mahasiswa, masyarakat sampai pejabat, tidak jarang kita saksikan tindakan tidak terpuji seperti korupsi, pornografi dan lain sebagainya. Maka benarlah apa yang disabdakan oleh baginda Nabi Muhammad SAW,

“Bersabarlah kalian, maka sesungguhnya tidak akan datang kepada kalian sebuah zaman, kecuali zaman tersebut lebih rusak dari sebelumnya, sampai kalian menemui Rabb kalian.” (HR Bukhari)

Maka menjadi pilihan bagi kita, apakah kita akan mengikuti zaman dengan warna kemaksiatan yang kian dahsyat ini? Atau justru mewarnai zaman ini dengan warna kesalehan dan menjadi manusia merdeka yang terbebas dari nafsu dunia? Pilihannya ada pada diri kita masing-masing.

Ayyuhal muslimun,

Oleh karena itu, dalam memaknai kemerdekaan ini, marilah kita memposisikan diri sebagai hamba Allah yang taat dan beradab, beriang-gembira tanpa harus melupakan esensi kemerdekaan yang hakiki. Sebagai seorang muslim, seharusnya kita mensyukuri nikmat kemerdekaan bukan mengenang kemerdekaan.

Kenapa? Karena kemerdekaan itu adalah nikmat dari Allah SWT. Setiap nikmat itu bisa menjadi pembuka bagi nikmat lainnya. Kita sering menginginkan ditambahnya nikmat, tetapi lupa, lupa mensyukuri nikmat yang telah ada. Mengenang konotasinya adalah terlena dalam romantisme sejarah, sedangkan bersyukur merupakan gairah dan pengundang nikmat yang lebih besar.

Ayyuhal muslimun,

Lantas, bagaimana kita sebagai generasi muda bangsa mengisi kemerdekaan yang telah Allah berikan ini? Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an,

“Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan mungkar, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” (QS. Al-Hajj: 41).

Maka berdasarkan ayat ini, setidaknya, ada 4 hal yang mesti kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan ini. Yang pertama, iqamatus shalah, mendirikan shalat dalam rangka membangun moralitas dan akhlakul karimah.

Ayyuhal muslimun,

Sebuah bangsa akan dapat langgeng, ketika memiliki moralitas dan kredibilitas yang tinggi. Sedangkan kunci membangun moralitas terletak pada pelaksanaan ibadah salat. Allah SWT berfirman:

إنَّ الصَّلاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ

“Sesungguhnya salat itu mampu mencegah dari perbuatan keji dan munkar.” (QS Al Ankabut: 45)

Selain itu, shalat juga menjadi barometer sukses tidaknya seseorang di akhirat kelak. Kenapa? Karena pertama kali yang dihisab dari manusia adalah amaliyah shalatnya. Jika salatnya baik, maka secara otomatis semua amalan yang lain akan dinilai baik, sebaliknya jika kualitas shalatnya buruk, maka dengan sendirinya seluruh perbuatannya dianggap buruk. Oleh karena itu, dengan pelaksanaan shalat yang berkualitas, maka akan mampu membangun manusia yang bermoral dan berakhlakul karimah.

Ayyuhal muslimun,

Yang kedua, itauz zakah, menunaikan zakat sebagai bentuk kepedulian sosial

Agama Islam tidak sebatas mengurusi masalah ruhani dan akhirat saja, tetapi lebih dari itu, agama Islam sangat memperhatikan keseimbangan kehidupan sosial bermasyarakat.

Ayyuhal muslimun,

Yang ketiga, amar ma’ruf nahi munkar, jaminan kepastian dan penegakan hukum.

Kecenderungan kekuasaan, terkadang mendorong pelakunya untuk menyimpang dan menyalahgunakan jabatan yang didudukinya. Fir’aun misalnya, yang berupaya melanggengkan kekuasaannya dengan segala cara. Tingkatan amar ma’ruf dan nahi mungkar sudah diatur dengan jelas dan terang dalam Islam. Yang pertama, yakni, melalui pendekatan kekuasaan bagi mereka yang berwenang, yang kedua, melalui lisan atau nasehat bagi siapapun yang bisa memberi nasehat, jika keduanya tidak bisa dilakukan, maka melalui pengingkaran dalam hati.

Ayyuhal muslimun,

Dalam konteks jaminan kepastian dan penegakan hukum. Dalam konteks jaminan kepastian dan penegakan hukum, pernah ditegaskan oleh Rasulullah SAW, ketika ada usaha dari sahabat untuk minta keringanan hukuman bagi seorang wanita bangsawan yang berzina, namun dengan tegas rasul menolak dan mengatakan,

“Ketahuilah, penyebab kehancuran umat terdahulu adalah karena ketika orang kaya mencuri, maka tidak ditegakkan hukuman. Tetapi, jika yang mencuri itu rakyat kecil, seketika itu hukuman ditegakkan dengan seberat- beratnya. Ketahuilah, seandainya Fatimah putri Muhammad mencuri, pasti aku sendiri yang akan memotong tangannya,”

Ini memberikan pelajaran kepada kita semua bahwa, seseorang, apapun strata kehidupannya, harus sama dimata hukum, baik rakyat jelata maupun pejabat negara, namun sering kita saksikan, terkadang hukum di negara kita, hanya subur ke bawah tetapi mandul ke atas. Inilah yang kami katakan bahwa kita memang sudah merdeka secara fisik namun masih dijajah dalam aspek-aspek lainnya.

Ayyuhal muslimun,

79 tahun Indonesia merdeka, bukanlah waktu yang pendek. Namun, kemerdekaan hakiki bangsa ini masih belum menjadi bukti. Memperingati kemerdekaan tidak sekedar perayaan seremonial saja, memperingati kemerdekaan tidak sekedar semarak warna-warni bendera dan umbul-umbul, memperingati kemerdekaan, juga tidak sekedar aneka lomba yang tidak mendidik, tidak.

Memperingati kemerdekaan Indonesia harus lebih dari itu semua. Oleh karena itu, semangat kita harus tetap mengisi kemerdekaan ini dengan sebaik- baiknya sesuai dengan apa yang telah Allah syariatkan dan ketahuilah bahwa perjuangan dalam mengisi kemerdekaan ini belum pernah berhenti. Karena seperti yang kami sampaikan, kita telah merdeka dari satu penjajahan, tetapi kita akan menghadapi penjajahan yang lainnya.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kemampuan kepada kita untuk bisa mensyukuri dan mengisi kemerdekaan ini, sesuai dengan apa yang telah disyariatkan-Nya. Allah SWT mengampuni dosa kita, dosa orangtua kita, dosa para pahlawan dan pejuang bangsa ini, Allah tempati mereka semua di dalam surgaNya yang penuh dengan kenikmatan. Dan mudah-mudahan Allah SWT mengembalikan kita semua nanti kehadirat-Nya dalam keadaan husnul khatimah.

Naskah khutbah Jumat menyambut kemerdekaan tersebut dikutip dari buku Kumpulan Khutbah Jumat Dilengkapi Khutbah Idul Fitri & Idul Adha susunan Abdul Latif Wabula.

3. Khutbah Jumat Menyambut Hari Kemerdekaan Ketiga

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah SWT dengan senantiasa menjalankan segala apa yang telah diperintahkan-Nya serta berupaya untuk menjauhi segala larangan-Nya. Perlu disadari bahwa kita sebagai manusia telah diberikan kemuliaan oleh Allah SWT dengan menjadi khalifah dimuka bumi ini.

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Cinta terhadap tanah air telah dicontohkan oleh baginda nabi Muhammad SAW. Dalam salah satu kesempatan, tatkala beliau hendak berhijrah ke Madinah, beliau menghadap Makkah seraya berkata:

“Demi Allah SWT, sesungguhnya engkau (Makkah) adalah sebaik-baik bumi Allah Swt yang paling aku cintai. Sungguh, seandainya wargamu tidak mengusirku, tentu aku tidak akan keluar meninggalkanımu.” (HR Tirmidzi dan Nasai)

Begitu juga saat Nabi Muhammad SAW tinggal di Madinah, beliau mencintai tanah Madinah dengan cara selalu melindungi negeri Madinah dari segala hal yang mengganggu, mengancam keamanan dan stabilitasnya. Seperti yang juga pernah dilakukan para pahlawan- pahlawan pendahulu kita.

Dengan semangat yang begitu gigih dan keikhlasan, mereka berani mengorbankan nyawa untuk berperang mengusir para penjajah yang telah mengusik kenyamanan tanah air Indonesia ini. Semua itu mereka lakukan demi upaya untuk mencapai kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai wujud dari cinta tanah air yang mereka miliki.

Kita sebagai penerus bangsa yang tengah menikmati kemerdekaan hasil perjuangan fisik para pahlawan bangsa, hendaknya mampu mewarisi nilai-nilai luhur para pejuang bangsa dengan mengisi hari-hari kita dengan hal yang bernilai positif.

Jika kita seorang pemimpin jadilah pemimpin yang jujur, adil dan amanah. Jika kita seorang pendidik jadilah pendidik yang berjiwa mulia. Jika kita seorang dai contohkanlah apa yang telah diteladankan Rasulullah saw. Jika kita seorang pelajar jadilah pelajar yang berprestasi, mampu menjadi kebangggan keluarga dan mengharumkan nama bangsa. Menjadi apapun kita, jadikanlah ibadah sebagai landasan amal perbuatan. Kemudian junjung tinggilah harkat dan martabat bangsa kita.

Para kiai dan ulama kita mengerti betul bahwa dirinya adalah khalifah dimuka bumi ini. Mereka dengan tegas menyatakan kecintaannya terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mengekspresikan rasa cinta itu bisa dengan berbagai bentuk.

Hadratus Syaikh K.H. Muhammad Hasyim Asy’ari dalam kitab Muqoddimah Qonun Asasi mengungkapakan tentang bahayanya perpecahan, beliau berkata: “Perpecahan adalah penyebab kelemahan, kekalahan dan kegagalan di sepanjang zaman. Bahkan pangkal kehancuran dan kebangkrutan, sumber keruntuhan dan kebinasaan, penyebab kehinaan dan kenistaan.

Betapa banyak keluarga besar semula hidup dalam keadaan makmur, rumah-rumah penuh dengan penghuni, sampai suatu ketika kalajengking perpecahan merayapi mereka, racunnya menjalar meracuni hati mereka dan setan pun melakukan perannya

Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah,

Oleh sebab itu, mari kita bersama-sama menyadari bahwa dalam hidup ini kita memiliki peran sebagai khalifah Allah Swt yang memiliki tugas penting untuk menciptakan kedamaian dan kebaikan. Terlebih untuk menjaga keutuhan bumi pertiwi dengan selalu menanamkan rasa cinta terhadapnya dan terus berupaya untuk membela bangsa Indonesia. Sebab tidak ada nikmat yang lebih besar dari sebuah bangsa kecuali keamanan dan kenyamanan.

Semoga Allah SWT menjaga tanah air tercinta ini dari perpecah belahan, permusuhan dan pertumpahan darah. Sehingga menjadi negara yang aman dan damai. Amin ya rabbal alamin.

Khutbah Jumat menyambut hari kemerdekaan RI di atas dikutip dari buku Mimbar Dakwah terbitan Lembaga Ittihadul Mubalighin Ponpes Lirboyo Kediri.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

3 Teks Khutbah Jumat Singkat dengan Berbagai Tema Menarik


Jakarta

Khutbah Jumat termasuk salah satu rukun sholat Jumat. Pelaksanaannya dilakukan sebelum mendirikan sholat dan terdiri dari dua khutbah yang dipisah dengan khatib duduk sejenak.

Materi khutbah Jumat tidak bisa sembarangan, melainkan rukun-rukunnya mesti terpenuhi. Mengutip buku Tata Cara Shalat Lengkap yang Dicintai Allah dan Rasulullah oleh Yoli Hemdi, rukun khutbah Jumat yaitu mengucapkan pujian terhadap Allah SWT, bersholawat kepada Rasul, menyampaikan wasiat untuk bertakwa, membaca ayat Al-Qur’an, dan memohon ampunan-Nya melalui doa.

Jika ditunjuk sebagai khatib sholat Jumat, temukan teks khutbah Jumat ringkas dengan berbagai tema menarik yang dapat dijadikan referensi di bawah ini.


Materi Khutbah Jumat Singkat Terbaru

Mengutip buku Kumpulan Lengkap dan Praktis Khutbah Jum’at & Hari Besar Islam Sepanjang Tahun karya Ustadz Much. Zaenuri Nur, berikut sejumlah khutbah Jumat singkat dengan berbagai tema yang dapat dijadikan referensi:

1. Berbakti kepada Orang Tua

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعْطَانَا مِنَ النِّعَمِ الَّتِي لَا تُعَدُّ وَلَا تُحْصَى. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا يَكُوْنُ بِهِ مُخْتَصًّا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَكُنْ مُعَانِدًا وَلَا عَصَى. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي صَارَ بِالشَّفَاعَةِ الْعُظْمَى مُخْتَصًّا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ مَا دَامَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ. أَمَّا بَعْدُ: فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طغَى.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya yang telah Allah SWT berikan kepada kita. Sehingga kita masih dapat melaksanakan shalat Jum’at berjamaah sebagai wujud rasa iman dan takwa kita kepada Allah SWT. Tidak lupa, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kepada Allah SWT. Takwa dengan sebenar-benarnya, yakni melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.

Sidang Jumat rahimakumullah,

Orang yang paling dekat, paling banyak, dan paling besar jasa serta pengorbanannya kepada kita adalah kedua orang tua. Jasa dan pengorbanan yang telah diberikan orang tua kepada kita tidak dapat diukur atau diganti dengan apa pun. Karena begitu besar jasa dan pengorbanan yang telah diberikan kepada kita, maka agama menempatkan kewajiban berbakti kepada orang tua di urutan kedua setelah berbakti kepada Allah SWT dan Rasul-Nya. Hal ini sesuai dengan firman-Nya sebagai berikut:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا – 23

Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS Al-Isra: 23)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Ayat tersebut dengan sangat jelas telah memerintahkan kepada kita untuk tidak menyekutukan Allah SWT dan tidak mendurhakai orang tua. Selain itu, juga menerangkan tentang beberapa cara berbuat baik kepada kedua orang tua kita. Kita harus mengasuhnya dengan kasih sayang, berkata dengan lemah lembut kepadanya, dan tidak menyakiti hatinya. Allah SWT sangat murka terhadap seorang anak manusia yang mendurhakai kedua orang tuanya. Bahkan, Rasulullah SAW telah bersabda:

رِضَى اللَّهُ فِي رِضَى الْوَالِدَيْنِ وَسُخْطُ اللَّهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدَيْن.

Artinya: “Keridhaan Allah SWT tergantung pada keridhaan kedua orang tua, dan kemurkaan Allah SWT terletak pada kemarahan kedua orang tua.” (HR. Ibnu Hibban dan Hakim)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Lewat mimbar yang terhormat ini, saya berpesan kepada saya sendiri khususnya dan segenap kaum muslimin umumnya. Jika kita sekarang telah hidup berkecukupan dengan harta benda yang melimpah, kedudukan dan kehormatan yang tinggi, janganlah sombong dan melupakan kedua orang tua kita, meskipun mereka hidup di pedesaan yang sunyi dan berada di bawah garis kemiskinan. Justru, kita harus menjadikan mereka sebagai sosok yang sangat kita hormati dan patuhi. Selama tidak bertentangan dengan Allah Swt. dan Rasul-Nya, kita wajib menuruti perintah kedua orang tua.

Dan, kalau sekiranya kita telah menjadi orang kaya, ingatlah bahwa kekayaan yang kita miliki sekarang adalah karena perjuangan dan pengorbanan dari orang tua kita. Dan, kalau saat ini kita menjadi orang yang berilmu, ingatlah juga bahwa ilmu yang kita miliki didapat dengan taruhan tetesan keringat, genangan darah usaha orang tua yang telah diberikan kepada kita. Pendek kata, semua yang kita miliki sekarang tidak terlepas dari perjuangan dan pengorbanan yang telah diberikan oleh orang tua kita.

Seandainya kedua orang tua kita telah meninggal, kita tidak ada yang kita lakukan kecuali mendoakan keduanya kepada Allah SWT agar diampuni dosanya dengan cara-cara yang baik dan benar.

Saudara kaum muslimin rahimakumullah,

Dari uraian singkat ini, dapat disimpulkan bahwa menghormati dan berbakti kepada kedua orang tua dengan cara-cara yang disyariatkan adalah keniscayaan yang harus dilakukan oleh kaum muslimin.

Mudah-mudahan Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi hamba-hamba-Nya yang kuat berbakti kepada kedua orang tua. Amin.

جَعَلَنَا اللَّهُ وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْفَائِزِينَ الْآمِنِينَ، وَأَدْخَلَنَا وَإِيَّاكُمْ فِي عِبَادِهِ الصَّالِحِينَ. فَقُلْ رَّبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. أَرْسَلَ كَافَةً إِلَى النَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا، وَهَادِيًا إِلَى الْحَقِّ وَسِرَاجًا مُنِيرًا. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. أَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللَّهِ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَأَحُثُّكُمْ عَلَى طَاعَتِهِ فِي كُلِّ وَقْتٍ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadapan Allah SWT yang sudah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita. Sehingga, di tengah kesibukan hidup, kita masih sempat memantapkan niat dan melangkahkan kaki menuju masjid dalam rangka melaksanakan shalat Jum’at berjamaah sebagai wujud rasa iman dan takwa kita ke hadirat Allah SWT. Tidak lupa juga, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita ke hadirat Allah SWT dengan jalan beribadah kepada-Nya sesuai dengan tuntunan al-Qur’an dan hadits.

Sidang Jumat rahimakumullah,

Sesungguhnya, setiap manusia yang dilahirkan ke dunia sama artinya seperti seorang tentara yang telah dibekali pedang yang tajam dan terjun ke medan perang untuk berhadapan dengan lawan yang hanya ada dua kemungkinan, yaitu menang dan tetap hidup atau terkapar di medan perang. Ya, begitulah hidup ini. Kita diberikan akal dan agama oleh Allah SWT yang fungsinya seperti pedang yang tajam. Kemudian, Allah SWT menurunkan ujian dengan berbagai jenis. Hal ini sesuai dengan firman-Nya sebagai berikut:

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ – 155 اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ – 156 اُولٰۤىِٕكَ عَلَيْهِمْ صَلَوٰتٌ مِّنْ رَّبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ – 157

Artinya: “Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn” (sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kami akan kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah: 155-157)

Dalam ayat tersebut, Allah SWT telah menyebutkan tentang berbagai cobaan yang beraneka ragam, baik yang berupa kemiskinan, kelaparan, kematian, dan lain sebagainya. Namun, di sisi lain, Allah SWT juga menyebutkan bahwa wanita, anak, juga harta kekayaan yang melimpah juga bagian dari ujian. Itu artinya bahwa ujian yang akan Allah SWT berikan kepada manusia bukan hanya berupa penderitaan. Namun, bermacam-macam kesenangan yang ada di dunia juga sebuah ujian untuk menguji keimanan seseorang. Tentang hal ini, Allah SWT berfirman:

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ – 35

Artinya: “Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan.” (QS Al-Anbiya: 35)

Sidang Jumat rahimakumullah,

Karena penderitaan hidup di dunia adalah ujian dari Allah SWT untuk menguji keimanan kita, maka kita harus menyambutnya dengan cara bersabar. Sebab, hanya orang- orang yang bersabar, yang akan mendapatkan pahala dan kemenangan dari Allah SWT tentang hal ini, Allah SWT berfirman:

… اِنَّمَا يُوَفَّى الصّٰبِرُوْنَ اَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ – 10

Artinya: “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa perhitungan.” (QS Az-Zumar: 10)

Sementara itu, kesenangan dan kemewahan hidup juga harus kita hadapi dengan rasa bersyukur kepada Allah SWT dan mempergunakan sebagai sarana ibadah kehadirat-Nya. Jangan sampai kita gunakan sebagai alat untuk menyombongkan diri dan durhaka kepada Allah SWT. Sebab, itu artinya kita telah kalah di medan perang. Kita telah menjadi kafir kepada Allah SWT karena terpengaruh oleh kenikmatan dunia, sebagaimana dijelaskan oleh hadits berikut:

إِنْ صَبَرْتَ مَضَى أَمْرُ اللَّهِ وَكُنْتَ مَأْجُوْرًا وَإِنْ جَزَعْتَ قَضَى أَمْرُ اللَّهِ وَكُنْتُ مَأْزُوْرًا.

Artinya: “Bila kamu bersabar, ketentuan Allah SWT tetap berlaku, sedang kamu diberi pahala. Dan, bila kamu mengeluh, ketentuan Allah SWT tetap berlaku, sedang kamu mendapat dosa.”

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Oleh karena itu, sabar dalam menghadapi cobaan adalah sebuah kewajiban bagi orang-orang yang beriman. Semakin kuat keimanan seseorang, semakin berat pula ujian yang akan diberikan oleh Allah SWT kepadanya. Itu semua dalam rangka menguji keimanan mereka; apakah iman mereka telah benar- benar menghunjam di dalam jiwa ataukah hanya sekadar permainan belaka? Hal tersebut telah pernah dinyatakan oleh Luqman ketika memberi nasihat kepada anaknya, sebagaimana diabadikan oleh Allah SWT dalam firman-Nya sebagai berikut:

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ – 17

Artinya: “Wahai anakku, tegakkanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar serta bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk urusan yang (harus) diutamakan.” (QS Luqman: 17)

Mengakhiri khutbah ini, saya akan sampaikan pesan dari ahli bijak:

“Wahai manusia, kalian mencintai tiga perkara, sedangkan tiga perkara itu bukanlah milik kalian, yaitu kalian mencintai jiwa, sedangkan jiwa itu kepunyaan hawa nafsunya; kalian mencintai ruh, sedangkan ruh itu kepunyaan Allah SWT ; kalian mencintai harta, sedangkan harta itu kepunyaan ahli waris.”

Semoga Allah SWT menjadikan kita bagian dari orang- orang yang beriman yang senantiasa bersabar ketika diberikan cobaan berupa penderitaan hidup dan menjadi hamba Allah SWT yang pandai bersyukur ketika diberikan cobaan berupa kesenangan hidup di dunia.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ. وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذَا وَاسْتَغْفِرُهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

3. Bersyukur Atas Nikmat Umur

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَعْطَانَا مِنَ النِّعَمِ الَّتِي لَا تُعَدُّ وَلَا تُحْصَى. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى حَمْدًا يَكُوْنُ بِهِ مُخْتَصًّا. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، شَهَادَةَ عَبْدٍ لَمْ يَكُنْ مُعَانِدًا وَلَا عَصَى. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِي صَارَ بِالشَّفَاعَةِ الْعُظْمَى مُخْتَصًّا. فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ، صَلَاةً وَسَلَامًا دَائِمَيْنِ مُتَلَازِمَيْنِ إِلَى يَوْمِ اللِّقَاءِ. أَمَّا بَعْدُ، فَأُوْصِيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ فَقَدْ فَازَ مَنِ اتَّقَى وَخَابَ مَنْ طَغَى.

Jamaah Jumat rahimakumullah,

Melalui mimbar yang terhormat ini, khatib berpesan kepada kita semua, marilah kita tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah. Takwa dalam arti yang sebenar- benarnya, yakni melaksanakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sesungguhnya, dalam hidup ini banyak sekali karunia dan nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Bahkan, seandainya air laut dipakai sebagai tinta, dan pohon-pohon yang tumbuh di muka bumi digunakan sebagai pena untuk melukiskan nikmat Allah Swt., niscaya semuanya tidak akan cukup. Pantaslah kalau Allah SWT menyatakan dalam firman- Nya:

… وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَاۗ اِنَّ الْاِنْسَانَ لَظَلُوْمٌ كَفَّارٌ – 34

Artinya: “Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu benar-benar sangat zalim lagi sangat kufur.” (QS Ibrahim: 34)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Sesungguhnya, nikmat yang paling berharga dalam hidup adalah nikmat umur, bahkan lebih berharga dari apa pun yang kita punya. Pangkat dan jabatan, harta dan kekayaan, kehormatan dan kedudukan semuanya tidak ada artinya kalau kematian sudah menjemput kita. Allah SWT berfirman:

وَلَنْ يُّؤَخِّرَ اللّٰهُ نَفْسًا اِذَا جَاۤءَ اَجَلُهَاۗ وَاللّٰهُ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ – 11

Artinya: “Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS Al-Munafiqun: 11)

Dalam ayat tersebut, Allah SWT telah menyatakan bahwa manusia tidak akan mempunyai kekuatan apa pun untuk menolak sebuah kematian. Hidup hanyalah sangat sementara. Hidup ibarat seseorang yang mampir untuk minum, lalu ia melanjutkan perjalanan kembali. Akhirnya, kita berjumpa kembali ke hadapan Allah SWT untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan kita selama di dunia.

Allah SWT berfirman:

قُلْ اِنَّ الْمَوْتَ الَّذِيْ تَفِرُّوْنَ مِنْهُ فَاِنَّهٗ مُلٰقِيْكُمْ ثُمَّ تُرَدُّوْنَ اِلٰى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ – 8

Artinya: Katakanlah, “Sesungguhnya kematian yang kamu lari darinya pasti akan menemuimu. Kamu kemudian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang selama ini kamu kerjakan.” (QS Al-Jumuah: 8)

Kaum muslimin rahimakumullah,

Batas umur manusia sangatlah misteri, dan hanya Allah SWT yang mengetahuinya. Manusia tidak dapat memajukan atau mengundurkan ajal. Oleh karena itu, sebagai wujud dari rasa iman dan takwa kita kepada Allah SWT, tidak ada sesuatu yang pantas dilakukan, kecuali mensyukuri nikmat Allah SWT yang telah diberikan kepada kita. Caranya adalah dengan memanfaatkan nikmat tersebut untuk beribadah kepada Allah SWT.

Ajal datang menjemput kita tanpa memberi tahu sebelum nya. Kita tidak tahu kapan datangnya, apakah nanti, besok, atau lusa. Oleh karena itu, jangan sampai kita lengah atau lupa diri. Jangan membuang-buang waktu dengan sia-sia. Mari mulai sekarang, kita bangkit. Kita menyingsingkan lengan untuk bersujud dan tunduk kepada Allah SWT.

Meskipun demikian, kita tidak harus meninggalkan dunia. Otak kita boleh Jerman, tapi hati harus tetap Makkah. Dunia kita harus sukses. Dan, di akhirat, kita harus beruntung. Jika suatu pekerjaan belum tuntas, harus segera kita selesaikan. Mana saja ibadah yang belum kita kerjakan, padahal kita telah mampu, harus segera kita kerjakan.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Ya, umur adalah nikmat Allah SWT yang tidak ternilai harganya, dan betapa kita telah banyak menyia-nyiakannya. Kita telah lupa bahwa ajal sewaktu-waktu bisa saja datang kepada kita. Dan, setelah nyawa kita diambil oleh Allah SWT, pintu taubat telah tertutup. Sirnalah semua harta dan kekayaan serta pangkat dan jabatan yang selama ini kita bangga-banggakan. Dan terkuburlah sudah segala kesombongan yang selama ini kita tonjolkan. Lalu, berganti dengan air mata dan penyesalan karena dosa dan kemaksiatan yang selama ini kita lakukan.

Oleh karena itu, sebelum semuanya terjadi, marilah kita manfaatkan nikmat umur yang telah diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya. Marilah kita gunakan waktu dengan bekerja semaksimal mungkin dan beribadah kepada Allah SWT dengan sungguh-sungguh. Sungguh, kita akan menyesal selama kita hidup di dunia tidak mampu dan bahkan lalai memanfaatkan umur dengan sebaik-baiknya.

Mudah-mudahan, kita digolongkan oleh Allah SWT menjadi hamba-hamba yang pandai mensyukuri nikmat umur. Sehingga, nasib kita menjadi mujur ketika badan kita membujur dan hancur dimakan ulat di dalam kubur. Kita tetap dalam kondisi iman dan Islam yang sempurna kepada Allah SWT. Amin.

(row/row)



Sumber : www.detik.com

3 Khutbah Jumat tentang Sedekah dan Berbagi Rezeki


Jakarta

Khutbah Jumat adalah salah satu bagian penting dari rangkaian ibadah sholat Jumat yang wajib diikuti oleh setiap Muslim laki-laki. Melalui khutbah, khatib menyampaikan nasihat dan pesan-pesan keagamaan yang tidak hanya menguatkan iman, tetapi juga memberi panduan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.

Seperti apa isi khutbah yang dapat menginspirasi jamaah untuk lebih peduli terhadap sesama? Artikel ini akan membahas 3 khutbah Jumat yang penuh hikmah tentang berbagi sedekah dan rezeki. Simak selengkapnya berikut ini.

Contoh Khutbah Jumat tentang Sedekah

Khutbah Jumat menjadi momen istimewa untuk mengingatkan jamaah tentang pentingnya memperbaiki diri, termasuk dalam hal berbagi sedekah dan memahami konsep rezeki dalam Islam.


Dalam Islam, berbagi sedekah dan menjaga hubungan baik dengan sesama adalah wujud nyata dari keimanan. Khutbah Jumat tentang sedekah dan rezeki sering kali menjadi pengingat bagi jamaah akan keberkahan yang datang dari berbagi kepada sesama. Berikut ini beberapa contohnya.

1. Sedekah yang Bermakna

السَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُه

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

Mengawali khutbah kali ini khatib akan menyampaikan sebuah hadits yang memiliki makna dalam bagi kehidupan manusia. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal:

كُلُّ نَفْسٍ كُتِبَ عَلَيْهَا الصَّدَقَةُ كُلُّ يَوْمِ طَلَعَتْ فِيْهِ الشَّمْسُ فَمِنْ ذلِكَ أَنْ يَعْدِلَ بَيْنَ الْإِثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَأَنْ يُعَيِّنَ الرَّجُلُ عَلَى دَابَتِهِ فَيَحْمِلُهُ عَلَيْهَا صَدَقَةٌ وَيَرْفَعُ مَتَاعَهُ عَلَيْهَا صَدَقَةٌ وَيُمِيْطَ الْأَذَى عَنِ الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ يَمْشِي إِلَى الصَّلاةَ صَدَقَةٌ

“Setiap jiwa diwajibkan bersedekah setiap hari setiap matahari terbit. maka berbuat adil di antara dua orang adalah sedekah. Dan memilihkan sekor binatang untuk dipilih maka itu adalah sedekah. Menghiasinya adalah sedekah. Dan menyingkirkan duri dari jalan adalah sedekah. Mengucapkan perkataan yang baik adalah sedekah. Dan setiap langkah menuju shalat juga adalah sedekah.” (HR. Ahmad).

Hadits di atas berbicara urgensi shodaqoh dalam kehidupan seorang muslim. Bahwa sedekah adalah bagian tak terpisahkan dari keberhasilan manusia, baik sebagai hamba maupun sebagai khalifah.

Sedekah memiliki makna yang sangat luas. Setiap orang dalam keadaan apa saja dapat melakukannya. Sedekah tidak dibatasi dalam bentuk materi yang hanya orang-orang mampu yang bisa melakukannya. Orang-orang yang tak mampu pun bisa bersedekah dengan perbuatan baik kepada sesama. Hadits di atas menjelaskan bahwa ucapan yang menyejukkan hati atau memberi senyum simpatik pada orang lain juga adalah sedekah. Tidak dipersoalkan sedekah itu banyak atau sedikit, berupa materi atau pun bukan, tapi yang penting ialah hasrat dan niat yang suci untuk mengukir jasa baik dalam hidup ini. Begitulah Islam mendidik manusia dengan nilai-nilai kebajikan yang bersifat universal.

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

Ajaran tentang sedekah dalam Islam mengisyaratkan betapa luasnya lapangan amal kebajikan, di mana setiap orang dapat berpartisipasi di dalamnya. Sedekah adalah sumber kebajikan yang berfungsi menjalin hubungan sesama manusia berlandaskan rasa empati, kasih sayang, dan persaudaraan.

Memberi adalah sumber kebahagiaan, dan seorang muslim akan merasa bahagia jika dapat membahagiakan orang lain dengan apa yang ada pada dirinya. Di situlah nilai hidup yang sejati bagi seorang muslim.

Diriwayatkan oleh Thabrani, Rasulullah SAW bersabda:

خَيْرُ النَّاسِ أَتْقَاهُمْ وَآمِرُهُمْ بِالْمَعْرُوْفِ وَأَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأَوْصِلْهُمْ لِلرَّحْمِ

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bertakwa dan mengajak kepada kebaikkan serta melarang kepada kemungkaran dan menyambung silaturrahim. “(HR. Thabrani)

Dalam Al-Qur’an dinyatakan, balasan kebajikan tiada lain ialah kebajikan pula. Kebajikan yang dilakukan manusia dalam hidup ini sering kali “dibayar kontan” oleh Allah SWT sesuai dengan keikhlasannya. Kalaupun tidak semuanya diperoleh balasan di dunia, Allah SWT menjanjikan balasan yang sempurna di akhirat, sebagaimana dalam firman-Nya:

سلے مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَن جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا تُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ )

“Barang siapa yang datang dengan (membawa) satu kebajikan, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat. Barang siapa datang dengan (membawa) satu kejahatan, maka tiada ia dibalasi lebih dari kejahatan (yang sama). Dan ia takkan dizalimi sedikitpun”. (QS. Al An’am: 160).

Seorang muslim yang baik adalah yang mampu dan bisa menjadi pembuka kebajikan, di manapun ia berada. Karena kebajikan adalah pintu menuju surge. Hal ini telah diingatkan Rasulullah SAW dalam haditsnya;

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصَّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّة .. (رواه مسلم) “Hendaklah kalian berlaku jujur karena kejujuran akan mengantarkan kepada kebajikan dan kebajikan akan mengantarkan kepada surga.” (HR. Muslim).

Saudara-saudara kaum muslimin yang berbahagia.

Ada sebuah ilustrasi yang sangat indah yang digambarkan Nabi SAW terkait dengan urgensi kebajikan sebagai penjaga dari panasnya api neraka. Beliau SAW bersabda:

اتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِنْ لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Takutlah kalian dengan (siksa) neraka walaupun dengan (bersedekah) sepotong kurma. Maka apabila kalian tidak menemukannya cukuplah dengan perkataan yang baik.” (HR. Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW mengungkapkan kelebihan “amal jariyah” di antara seluruh jenis kebajikan dalam Islam, yaitu pahalanya tetap mengalir walaupun orang yang melakukannya telah meninggal dunia. Sabda Rasulullah SAW:

إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُوْ لَهُ (رواه البخاري ومسلم)

“Apabila meninggal anak Adam, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal, sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakan (kedua orang tua)-nya.” (HR. Bukhari-Muslim).

Suatu hal yang penting untuk direnungkan bahwa Islam memberi prioritas terhadap amal jariyah, yaitu amal kebajikan yang memberi manfaat lebih lama dan lebih luas dalam konteks kehidupan duniawi. Semua amal jariyah memang berkaitan dengan kehidupan sosial dan kemanusiaan.

Akan tetapi kenapa sebagian besar umat Islam saat ini tertinggal dibanding umat lain di bidang kemajuan sosial, ekonomi dan teknologi? Penyebabnya antara lain karena umat Islam kurang memberi perhatian pada amal jariyah. Umat Islam di abad kejayaan masa lalu bisa tampil memimpin peradaban dunia karena ditopang oleh akidah yang kokoh dan amal jariyah yang luas.

Bagi seorang muslim, setiap saat dari hidupnya adalah kesempatan untuk beribadah dan berbuat baik. Hidup yang bermakna adalah hidup yang memberi manfaat kepada orang lain. Setiap muslim harus sadar bahwa seluruh perbuatan dan kerja kita di dunia ini, tidak akan hilang begitu saja ditelan masa, tapi semuanya ditulis dalam buku catatan amal yang akan diterima secara terbuka ketika seluruh manusia dikumpulkan di Padang Masyhar.

“Seorang mukmin harus dapat mengelola dunia untuk kepentingan akhirat,” kata Imam Al-Qurtubi.

Sungguh tepat kita renungkan ungkapan Ali Syariati, pemikir muslim asal Iran dalam bukunya Humanisme, Antara Islam dan Mazhab Barat, “Seorang yang saleh tak akan dibiarkan sendiri oleh kehidupan. Kehidupan akan menggerakkannya dan zaman akan mencatat amal baiknya”.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهُ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ.

2. Manfaat Sedekah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيهِ. وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورٍ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَنَبِيُّهُ وَصَفِيُّهُ وَحَبِيبُهُ. بَلَغَ الرِّسَالَةَ وَأَدَّى الْأَمَانَةَ وَنَصَّحَ لِلْأُمَّةِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ حَتَّى أَتَاهُ الْيَقِينُ. أَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْأَوَّلِينَ، وَصَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْآخِرِينَ، وَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْعَالَمِينَ، وَصَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي كُلِّ وَقْتِ وَحِيْنِ، وَصَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ فِي الْمَلَأُ الْأَعْلَى إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، أَمَّا بَعْدُ

فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah.

Melalui mimbar ini, saya berwasiat kepada diri saya dan kepada jamaah sekalian marilah bersama-sama kita meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Takwa dalam arti yang sebenarnya, yaitu dengan menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Bahwasanya tidak ada perbedaan antara seseorang dengan yang lainnya, maka alangkah beruntung dan bahagianya orang yang termasuk golongan orang muttaqin. Karena kelak akan mendapat tempat dan maqom yang mulia di sisi Allah Swt.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah.

Allah Swt. dalam Surah Al-An’am ayat 160 berfirman:

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا

“Barang siapa yang membawa amal baik, maka baginya pahala amal baik sepuluh kali lipat.”

Dikisahkan pada suatu hari, Sayyidah Fatimah azZahra sangat menginginkan buah delima. Sayyidina Ali bin Abi Thalib segera berangkat ke pasar untuk mencari delima yang dimaksud. Mengingat uang yang dimilikinya (waktu itu) sangat terbatas, Sayyidina Ali hanya membelikan satu buah delima untuk Sayyidah Fatimah.

Di tengah jalan, datang seorang yang sangat miskin menginginkan buah delima. Oleh sayyidina Ali diberikan setengahnya. Sesampai di rumah, Sayyidina Ali menceritakan kepada Sayyidah Fatimah mengapa buah delima yang dibawakannya tinggal setengah. Selang beberapa lama, terdengar seseorang mengetuk pintu. Begitu dibuka, ternyata Salman al-Farisi.

Ia berdiri di depan pintu dengan membawa sembilan buah delima. Rasulullah Saw. mengutus Salman al-Farisi untuk memberikan sepuluh buah delima kepada Sayyidah Fatimah, hanya saja Salman menyembunyikan satu buah delima. Sehingga yang dibawanya hanya sembilan buah delima.

Salman lalu berkata, “Ini ada buah delima dari Rasulullah untuk Sayyidah Fatimah.”

Sayyidina Ali lalu berkata, “Kalau benar ini dari Rasulullah SAW, pasti jumlahnya sepuluh. Bukan sembilan.”

Mendengar hal itu, Salman al-Farisi kaget. Lalu bertanya, “Bagaimana engkau tahu, wahai Sayyidina Ali?”

Sayyidina Ali menjawab, “Karena saya ingat firman Allah SWT yang berbunyi ‘man ja a bi al-hasanati fa lahu ‘asyru amtsaliha’. Barang siapa yang membawa amal baik, maka baginya pahala sepuluh kali lipat amalnya.”

Jamaah shalat Jumat hafidzakumullah.

Bukan hanya dilipatgandakan balasannya. Orang yang rajin sedekah akan dihindarkan dari beragam bencana dan malapetaka. Rasululllah SAW bersabda:

دَوُوُا مَرْضَاكُمْ بِالصَّدَقَةِ

“Obatilah, orang-orang sakit kalian dengan sedekah.”

Al-‘Allamah al-Yafi’ dalam kitabnya At-Targhib wa Tarhib menuturkan sebuah kisah. Pada masa Nabi Sholeh a.s., hiduplah seorang tukang tato yang suka merusak pakaian orang-orang. Sekelompok orang lalu menemui Nabi Sholeh a.s. dan berkata, “Wahai Nabiyallah, doakan orang (tukang) tato itu agar ditimpa musibah karena dia suka merusak pakaian-pakaian kami.”

Nabi Sholeh a.s. lalu berdoa agar tukang tato tersebut pulang dalam keadaan tidak selamat. Namun, sore harinya Nabi Sholeh a.s. kaget melihat tukang tato tersebut pulang dengan membawa bundelan dan selamat. Di dalam bundelan itu ada seekor ular yang ganas dan berbisa.

Lalu Nabi Sholeh bertanya, “Wahai tukang tato, apa yang kamu lakukan tadi pagi sebelum berangkat?”

Tukang tato menjawab, “Saya berangkat dengan membawa dua buah roti. Satu roti saya sedekahkan kepada orang dan satu roti saya makan.”

Lalu Nabi Sholeh berkata, “Benar, Allah telah menyelamatkan kamu dari bahaya malapetaka ular yang bersembunyi di dalam bundelan yang kamu bawa lantaran sedekah yang kamu lakukan. Pergi, dan bertobatlah.”

Tukang tato itu pun bertaobat dan tidak melakukan kejahatan yang dia lakukan lagi.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah.

Sungguh luar biasa keajaiban sedekah. Saking luar biasanya, Ibn Qayyim dalam kitabnya Zaadul Ma’ad mengatakan: “Dalam bersedekah banyak hal luar biasa, termasuk menolak beragam bencana dan penyakit. Sekalipun yang melakukan sedekah adalah orang yang durhaka ataupun orang yang banyak menganiaya.”

Mengingat banyaknya manfaat sedekah, pengarang kitab Tanbihul Ghofilin, Imam Samarqandi mengatakan:

“Biasakanlah kamu untuk terus bersedekah, baik dalam jumlah kecil maupun jumlah yang besar karena dalam sedekah ada sepuluh manfaat. Lima manfaat yang akan kamu peroleh ketika di dunia dan lima manfaat ketika di akhirat kelak.”

Lima manfaat yang akan diperoleh di dunia adalah menyucikan harta, menyucikan badan dari perbuatan dosa, dapat menolak beragam bencana dan penyakit, membahagiakan orang miskin, dan menjadikan harta kekayaan berkah, serta rizki akan menjadi melimpah.

Ada pun manfaat yang diperoleh di akhirat adalah sedekah menjadi pelindung dari sengatan panasnya matahari kelak, mendapat ridha Allah, membantu melewati shirath (jembatan), dan mengangkat ketinggian derajat di surga kelak.

Jamaah shalat Jumat yang dimuliakan oleh Allah.

Marilah kita budayakan gemar sedekah dalam kondisi apa pun. Karena di antara ciri orang yang bertakwa adalah orang yang tetap bersedekah ketika sempit atau lapang, ketika suka ataupun duka, sebagaimana firman Allah dalam surah Ali Imran ayat 133-134:

وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (۱۳۳) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ (١٣٤)

Jangan sampai datang penyesalan di belakang.

Sebagaimana firman Allah:

وَأَنفِقُوا مِن مَّا رَزَقْنَاكُم مِّن قَبْلِ أَن يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُن مِّنَ الصَّالِحِينَ

“Dan berinfaklah kalian dari apa yang Kami rizkikan kepada kalian sebelum kematian datang kepada salah satu di antara kalian, lalu ia berkata, wahai Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan kematianku sampai waktu yang dekat yang menyebabkan saya bisa bersedekah dan saya termasuk golongan orang-orang yang saleh.”

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ مِنَ الْآيَةِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ وَاسْتَغْفِرُوا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

3. Kemuliaan Ahli Sedekah

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْهُ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أَمَا بَعْدُ

قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُوْنَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.

Jamaah salat Jumat yang dimuliakan Allah.

Hadirin Jamaah salat Jumat yang insya Allah selalu berada dalam naungan rahmat dan hidayah Allah Swt., kita tak henti-hentinya memuji dan bersyukur kepada Allah Swt., yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, karunia yang sangat besar yang Dia berikan kepada hamba-Nya. Tentu saja, kita bersyukur atas nikmat ini. Semua pujian hanya milik Allah, Alhamdulillah. Tidak pantas bagi manusia untuk mengharapkan pujian dan merasa berjasa.

Pada kesempatan yang mulia ini, selaku khatib mengajak semua orang yang hadir untuk terus meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Keimanan berarti kita senantiasa selalu berusaha untuk menghadirkan Allah dalam setiap situasi dan keadaan dengan berzikir dan melakukan segala perintahNya. Takwa berarti kita senantiasa melibatkan Allah dalam setiap masalah yang kita hadapi dengan berdoa, memohon pertolongan, dan meminta bantuan dari-Nya.

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقْتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekalikali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)

Selanjutnya, salawat serta salam semoga selalu tercurah tak henti hentinya kepada Nabi Muhammad saw., beserta keluarganya dan para sahabatnya.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Pada kesempatan yang mulia ini, mari kita bersama-sama membaca hadits riwayat Muslim, dari Abu Hurairah bahwa Nabi Muhammad saw., bersabda, “Sedekah tidak akan mengurangi harta manusia. Sedekah tidak akan mengurangi harta.”

Selain itu, Syaikh Kulaini dalam kitabnya, Al-Kafi meriwayatkan hadits dari Imam Ja’far Shadiq, Rasulullah saw. bersabda, “Obati penyakitmu dengan sedekah, dan hilangkan kesulitan-kesulitan dan musibah dengan sedekah. Sedekah membuang tujuh puluh syetan dari apa yang ada dalam janggut seseorang, dan sedekah akan lebih dulu sampai ke tangan Allah Swt., sebelum sampai ke tangan orang yang membutuhkan.”

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Dalam buku Kisah-kisah Ajaib Pembeli Surga karya Ahmed Al-Ali, dikisahkan dari Mullah Fatih Ali bahwa seorang kawan dekatnya, laki-laki mengaku memiliki sejumlah lahan pertanian. Namun, selama setahun perekonomian di daerahnya memburuk sehingga banyak orang menderita akibat kelaparan. Akhirnya, lakilaki itu memutuskan untuk mensedekahkan hasil panen dari salah satu ladang pertaniannya untuk orang-orang miskin. Ia pun pergi ke masjid dan mengumumkan kepada semua orang bahwa mereka boleh memanfaatkan tanah ladangnya, dan mengambil semua hasil panennya sesuai kebutuhan.

Orang-orang pun berbondong-bondong pergi ke ladang milik sang Laki-laki dan menggarap dalam jumlah besar. Pemilik lahan tersebut cukup sibuk dengan pekerjaannya sehingga tidak pernah memerhatikan ladang pertaniannya.

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Setelah ia memanen semua lahan pertaniannya, ia teringat akan ladang yang diberikan untuk sedekah itu. Segera ia memerintah orang untuk mengumpulkan semua batang kering, tumbuhan, dan bulir-bulir yang masih tersisa.

Menakjubkannya, para pegawai sang Lelaki melihat bahwa masih ada banyak hasil panen yang tersisa. Mereka juga mendapati hasil panen melebihi hasil panen tanah pertanian yang lain. Terlebih lagi, umumnya tanah pertanian yang telah dipanen harusnya dibiarkan terlebih dahulu tanpa ditanami apapun selama setahun agar tanah kembali normal. Selain itu, tanah bisa memiliki mineralmineral yang hilang. Namun, bedanya, tanah pertanian yang diberikan untuk sedekah justru tidak kehilangan kesuburannya sehingga bisa ditanami kembali. Perumpamaan kisah ini kiranya sesuai dengan firman Allah dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 261.

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَثْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضْعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.”

Jamaah Jumat yang dirahmati Allah.

Dari khutbah di atas dapat kita ambil pelajaran penting bahwa kisah tersebut mengajarakan kepada kita untuk memperbanyak sedekah, apa lagi dibulan yang penuh berkah yakni bulan suci Ramadan. Hikmah lainnya adalah bahwa perintah untuk terus bersedekah adalah kita tidak tahu sedekah yang mana yang akan diterima oleh Allah.

Demikian khutbah singkat ini. Semoga Allah senantiasa menjadikan kita sebagai hamba-hamba ahli sedekah dan setiap sedekah yang kita keluarkan diterima sebagai catatan amal yang membawa kepada surganya Allah. Amin.

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَ عَمِلُوا الصَّلِحَتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

بارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ

وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ

وَتَقَبَّلَ مِنَى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتِهِ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

أَقُولُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

3 Naskah Khutbah Jumat tentang Akhir Tahun untuk Muhasabah


Jakarta

Akhir tahun sering menjadi waktu yang tepat untuk merenung, melakukan muhasabah, dan mengevaluasi diri atas apa yang telah dilakukan selama setahun terakhir. Momen ini relevan diingatkan melalui khutbah Jumat pekan ini.

Naskah khutbah Jumat tentang akhir tahun sering kali berfokus pada tema ajakan untuk memperbaiki diri, meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT, dan menjauhi dosa.

Khutbah yang disampaikan di akhir tahun dapat mengingatkan jamaah tentang pentingnya memanfaatkan waktu sebaik-baiknya, sebagaimana Rasulullah SAW mengajarkan bahwa waktu adalah salah satu nikmat yang sering dilalaikan.


Ibnu Abbas RA meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai (tertipu) karenanya adalah nikmat sehat dan waktu yang luang.” (HR Bukhari)

Tidak hanya itu, khutbah Jumat juga bisa menjadi inspirasi untuk menjadikan tahun yang akan datang sebagai peluang memperbaiki amal dan mempertebal keimanan.

Kumpulan Naskah Khutbah Jumat tentang Akhir Tahun

Berikut ini adalah kumpulan naskah Khutbah Jumat tentang akhir tahun yang dikutip dari situs Kemenag RI, buku Pergantian Tahun, Mengingat Umur Dan Waktu yang diterbitkan oleh Badan Pengelola Masjid Istiqlal dan buku Kumpulan Naskah Khutbah Jum’at terbitan Dirjen Bimas Kemenag RI.

1. Khutbah Jumat Manfaat Introspeksi Diri di Akhir Tahun

Khutbah pertama,

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَ أَوْلِيَائِهِ بِأَنْوَارِ الْوِفَاقِ، وَرَفَعَ قَدْرَ أَصْفِيَائِهِ فِيْ الْأَفَاقِ، وَطَيَّبَ أَسْرَارَ الْقَاصِدِيْنَ بِطِيْبِ ثَنَائِهِ فِيْ الدِّيْنِ وَفَاقَ، وَسَقَى أَرْبَابَ مُعَامَلَاتِهِ مِنْ لَذِيْذِ مُنَاجَتِهِ شَرَابًا عَذْبَ الْمَذَاقِ، فَأَقْبَلُوْا لِطَلَبِ مَرَاضِيْهِ عَلَى أَقْدَامِ السَّبَاقِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ السَّبَاقِ، صَلَاةً وَسَلَامًا اِلَى يَوْمِ التَّلَاقِ

أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةً صَفَا مَوْرِدُهَا وَرَاقَ، نَرْجُوْ بِهَا النَّجَاَةَ مِنْ نَارٍ شَدِيْدَةِ الْإِحْرَاقِ، وَأَنْ يَهُوْنَ بِهَا عَلَيْنَا كُرْبُ السِّيَاقِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَشْرَفُ الْخَلْقِ عَلَى الْاِطْلَاقِ، اَلَّذِيْ أُسْرِيَ بِهِ عَلَى الْبُرَاقِ، حَتَّى جَاوَزَ السَّبْعَ الطِبَاقَ

أَمَّا بَعْدُ، أَيُّهَا الْاِخْوَانُ أُوْصِيْكُمْ وَاِيَايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ، بِامْتِثَالِ أَوَامِرِهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَالَ أَيْضًا: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memanjatkan puji syukur kepada Allah dan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW merupakan kewajiban yang harus disampaikan oleh setiap khatib dalam khutbahnya. Selain itu khatib juga memiliki kewajiban untuk menyampaikan dan mengingatkan jamaah tentang wasiat ketakwaan. Oleh karenanya pada momentum khutbah kali ini, khatib mengajak kepada seluruh jamaah untuk senantiasa memanjatkan puji syukur kepada Allah dan menyampaikan shalawat pada Rasulullah sekaligus meningkatkan ketakwaan kepada Allah.

Bagaimana cara meningkatkan takwa? Yakni dengan senantiasa lebih semangat lagi menjalankan segala perintah Allah dan sekuat tenaga meninggalkan segala yang dilarang oleh-Nya. Dengan upaya inilah, kita akan mampu terus berada pada jalur yang telah ditentukan oleh agama sehingga tidak melenceng dan tersesat ke jalan yang tidak benar.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Memang kehidupan kita di dunia ini seperti melewati sebuah jalan dengan lintasan penuh dengan dinamika dan tantangan. Medan terjal yang harus terus kita daki, hingga medan menurun dan mendatar, tak boleh membuat kita terlena. Perjalanan kita menyisakan masa lalu sebagai pengalaman, masa kini sebagai kenyataan, dan masa yang akan datang sebagai harapan. Sehingga kita butuh rambu-rambu agar kita senantiasa lancar dan selamat sampai ke tujuan dan ketakwaan lah rambu-rambu yang mampu memandu kita berada pada jalan yang benar dan bekal yang paling baik dalam perjalanan.

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

“Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang mempunyai akal sehat,” (QS Al-Baqarah: 197)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dalam sebuah perjalanan panjang, kita haruslah menyempatkan diri berhenti istirahat untuk mengumpulkan kembali semangat dan tenaga guna melanjutkan perjalanan. Begitu juga dalam kehidupan di dunia, kita mesti harus menyediakan waktu untuk melakukan introspeksi, evaluasi, menghitung, sekaligus kontemplasi yang dalam bahwa Arab disebut dengan muhasabah. Pentingnya muhasabah ini, Sayyidina Umar bin Khattab pernah bertutur:

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا وَتَزَيَّنُوْا لِلْعَرْضِ الأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِى الدُّنْيَا

“Hisablah diri (introspeksi) kalian sebelum kalian dihisab, dan berhias dirilah kalian untuk menghadapi penyingkapan yang besar (hisab). Sesungguhnya hisab pada hari kiamat akan menjadi ringan hanya bagi orang yang selalu menghisab dirinya saat hidup di dunia.”

Dalam sebuah hadits riwayat Imam Tirmidzi, Rasulullah bersabda:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ

“Orang yang cerdas (sukses) adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri, serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT.”

Sementara dalam Al-Qur’an Allah juga telah mengingatkan pentingnya melakukan introspeksi diri dengan melihat apa yang telah kita lakukan pada masa lalu untuk menghadapi masa depan. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surah Al-Hasyr ayat 18:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari perintah Allah dan Rasul serta nasihat dari para sahabat, kita bisa mengambil beberapa catatan penting tentang manfaat dari introspeksi diri ini. Setidaknya, ada 5 manfaat yang bisa kita rasakan dari upaya melakukan ‘charging’ (mengecas) semangat hidup melalui introspeksi diri ini.

Pertama, sebagai wahana mengoreksi diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat kembali perjalanan hidup sekaligus mengoreksi manakah yang paling dominan dari perjalanan selama ini. Apakah kebaikan atau keburukan, apakah manfaat atau mudarat, atau apakah semakin mendekat atau malah menjauh dari Allah swt. Kita harus menyadari bahwa semua yang kita lakukan ini harus dipertanggungjawabkan di sisi Allah. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an:

الْيَوْمَ نَخْتِمُ عَلَى أَفْوَاهِهِمْ وَتُكَلِّمُنَا أَيْدِيْهِمْ وَتَشْهَدُ أَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” (Q.S. Yasin: 65)

Kedua, upaya memperbaiki diri. Dengan introspeksi diri, kita akan mampu melihat kelebihan dan kekurangan diri yang kemudian harus diperbaiki di masa yang akan datang. Dengan memperbaiki diri, maka kualitas kehidupan akan lebih baik dan waktu yang dilewati juga akan senantiasa penuh dengan manfaat dan maslahat bagi diri dan orang lain.

Ketiga, momentum mawas diri. Diibaratkan ketika kita pernah memiliki pengalaman melewati jalan yang penuh lika-liku, maka kita bisa lebih berhati-hati ketika akan melewatinya lagi. Mawas diri akan mampu menyelamatkan kita dari terjerumus ke jurang yang dalam sepanjang jalan. Allah berfirman:

وَاَطِيْعُوا اللّٰهَ وَاَطِيْعُوا الرَّسُوْلَ وَاحْذَرُوْاۚ فَاِنْ تَوَلَّيْتُمْ فَاعْلَمُوْٓا اَنَّمَا عَلٰى رَسُوْلِنَا الْبَلٰغُ الْمُبِيْنُ

“Taatlah kamu kepada Allah dan taatlah kamu kepada Rasul serta berhati-hatilah! Jika kamu berpaling, maka ketahuilah bahwa kewajiban Rasul Kami hanyalah menyampaikan (ajaran Allah) dengan jelas.”

Keempat, memperkuat komitmen diri. Setiap orang pasti memiliki kesalahan. Oleh karenanya, introspeksi diri menjadi waktu untuk memperbaiki diri dan berkomitmen untuk tidak mengulangi kembali kesalahan yang telah dilakukan pada masa lalu. Jangan jatuh di lubang yang sama. Buang masa lalu yang negatif, lakukan hal positif hari ini dan hari yang akan datang. Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

“Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).

Kelima, sebagai sarana meningkatkan rasa syukur dan tahu diri. Kita harus sadar sesadar-sadarnya bahwa keberadaan kita sampai dengan saat ini sama sekali tak bisa lepas dari nikmat-nikmat yang telah dikaruniakan Allah. Oleh karenanya, introspeksi diri akan membawa kita mengingat nikmat yang tak bisa dihitung satu persatu. Jangan sampai kita menjagi golongan orang-orang yang tak tahu diri dan kufur kepada nikmat Allah. Allah mengingatkan kita dalam Al-Qur’an Surah Ibrahim ayat 7:

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لاَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”.

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah,

Dari uraian ini, mari kita senantiasa melakukan introspeksi diri setiap saat. Terlebih saat ini kita berada di penghujung tahun 2024 dan akan memasuki tahun baru 2025 yang menjadi waktu ideal untuk melakukan introspeksi diri. Semoga kita senantiasa mendapatkan petunjuk yang terbaik dari Allah dan mampu melihat perjalanan tahun lalu untuk menjalani tahun yang akan datang. Amiin ya rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ الْكَرِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَاِيَاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصَّدَقَةِ وَتِلَاوَةِ الْقُرْاَنِ وَجَمِيْعِ الطَّاعَاتِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ جَمِيْعَ أَعْمَالِنَا إِنَّهُ هُوَ الْحَكِيْمُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah kedua,

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهَدُ أَنْ لَااِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، اِلَهٌ لَمْ يَزَلْ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيْلًا. وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَحَبِيْبُهُ وَخَلِيْلُهُ، أَكْرَمُ الْأَوَّلِيْنَ وَالْأَخِرِيْنَ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. اللهم صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلىَ أَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ كَانَ لَهُمْ مِنَ التَّابِعِيْنَ، صَلَاةً دَائِمَةً بِدَوَامِ السَّمَوَاتِ وَالْأَرَضِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ: فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَذَرُوْا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ. وَحَافِظُوْا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُوْرِ الْجُمْعَةِ وَالْجَمَاعَةِ وَالصَّوْمِ وَجَمِيْعِ الْمَأْمُوْرَاتِ وَالْوَاجِبَاتِ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ بِنَفْسِهِ. وَثَنَّى بِمَلَائِكَةِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. إِنَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

اللهم صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى أَلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ العَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اللهم اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ. اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَن، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَةً، اِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

عِبَادَ اللهِ، اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكُمْ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرُكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

2. Khutbah Jumat Pergantian Tahun, Mengingat Umur dan Waktu

Khutbah pertama,

الْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُ الصَّالِحَاتُ، وَبِفَضْلِهِ تَتَنَزَّلُ الْخَيْرَاتُ وَالْبَرَكَاتُ، وَبِتَوْفِيقِهِ تَتَحَقَّقُ الْمَقَاصِدُ وَالْغَايَاتُ.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْمُجَاهِدِينَ الطَّاهِرِينَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُونَ أُوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ. يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى. فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

Jamaah shalat Jumat hafidhakumullah.

Kita telah menjalani hidup, tahun demi tahun, 12 bulan satu tahun, bulan demi bulan, 30 hari satu bulan, hari demi hari, 24 jam sehari semalam.

Esok kita akan memasuki tahun baru 2025 Masehi. Tentu setiap akhir dan pergantian tahun memiliki makna yang sangat dalam bagi kehidupan manusia. Kedalaman makna itu dapat dirasakan oleh setiap manusia itu sendiri, di mana pada satu sisi di awal tahun baru sebagai tempat harapan untuk mencapai kesuksesan ke depannya, pada sisi lain kegagalan yang terjadi di tahun sebelumnya janganlah terjadi di tahun yang akan datang.

Oleh karena itulah, manusia sangat perlu melakukan perenungan (tafakur) terhadap diri sendiri. Di samping itu juga sebaiknya manusia melakukan muhasabah yaitu melakukan evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan yang telah dilakukan dalam segala hal baik dan ada hubungannya dengan ibadah kepada Allah subhanahu wata’ala dan manusia, sebagai hubungan sosial.

Berbicara umur, berbicara waktu, berbicara kesempatan, banyak diantara kita yang lalai menggunakan waktu dengan baik, waktu mengalir seperti air, celupkan jari kita pada air yang mengalir, angkat dan celupkan lagi ke air, celupan jari kita ke air yang kedua sudah berada pada air yang tidak sama. Itulah kehidupan kita saat ini, sekarang gagal besok ada kemungkinan, kemarin hilang kesempatan esok mungkin mendapatkan, tahun ke belakang susah waktu untuk beribadah, detik ini kita mulai.

Itulah waktu yang mudah sekali disepelekan orang, karenanya Allah menyampaikan :

وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ)

Artinya: “Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat-menasihati supaya menaati kebenaran dan nasihat-menasihati supaya menetapi kesabaran” (QS. Al-Ashr: 1-3).

Banyak orang rugi karena waktunya tercuri tidak terasa, banyak orang rugi karena umurnya hilang tanpa bekas, banyak orang rugi karena kesempatannya kurang dimanfaatkan, banyak orang rugi karena lalai memenej waktunya, mengatur umurnya, mengatur jadwalnya, mengatur seberapa panjang waktu untuk santai dan seberapa panjang untuk sibuk dan seberapa panjang untuk Ibadah mendekatkan diri pada Allah.

Salah satu Ulama berkata:

أحد علماء المسلمين وهو الحسن البصري قال ذات يوم : يا بن آدم ، إنما أنت أيام ، فإذا ذهب يومك فإنها ذهب بعضك) ، إلا إننا نجد أن كثيرا من البشر يقولون لبعضهم البعض في مرح : تعال نضيع وقتنا )

Artinya: Salah seorang ulama, Al-Hassan Al-Bashri, berkata pada suatu hari: (Wahai anak Adam, sesungguhnya kamu adalah hari-hari, dan jika harimu berlalu, maka sebagian dari kamu hilang), namun kami menemukan bahwa banyak orang mengatakan satu sama lain dengan gembira: “Ayo, mari kita buang waktu kita”.

Waktu yang tidak produktif adalah waktu yang hilang, waktu yang hilang adalah waktu yang tercuri, waktu hilang karena tercuri oleh pencuri waktu. Pencuri-pencuri waktu itu dijelaskan dalam kitab Sichrul Qiyadah:

الصوص الوقت !

هناك لصوص للوقت ، ومملكات للزمن ، ومضيعات للدقائق والثواني . المماطلة والتأجيل : وهو اللص الأكثر شهرة وتأثيرا . ومعظم البشر (۱) يعشق التأجيل والماطلة واختلاق الأعذار لتأجيل عمل اليوم إلى الغد !

Pencuri waktu!

Ada pencuri waktu, pembuang waktu, dan pemborosan menit dan detik.

1) Penundaan-penundaan

Dia adalah pencuri paling terkenal dan berpengaruh, dan kebanyakan orang menyukai penundaan-penundaan, dan membuat alasan untuk menunda pekerjaan hari ini sampai besok!

(۲) الخلط بين أهمية الأمور:

كثير من البشر لا يعرف أولوياتهم ، ماذا يقدمون ، وماذا يؤخرون ، بأي الأمور يبدءون ، ما الذي يودون عمله ، وما الذي ينبغي تأجيله

2) Bingung antara hal-hal penting

Banyak orang tidak tahu prioritas mereka, apa yang harus mereka dahulukan, dan apa yang mereka harus akhirkan, hal apa yang mereka harus mulai, apa yang ingin mereka lakukan, dan apa yang harus ditunda.

(۳) عدم التركيز :

فقد تبدأ في عمل شيء ثم توقف للقيام بمكالمة ، أو لعمل شيء آخر ، هذا من شأنه أن يضيع الكثير من الوقت

3) Kurang fokus

Dia mungkin mulai melakukan sesuatu dan kemudian berhenti untuk mengobrol, atau melakukan sesuatu yang lain, ini akan membuang banyak waktu.

(٤) عدم قدرتك على قول لا :

الشخص الذي يستحي من رفض الزيارات ، والدعوات والمحادثات التي ليس لها موعد سابق يجد نفسه ضائعا ، غير قادر على امتلاك زمام وقته

4) Ketidakmampuan Anda untuk mengatakan tidak

Seseorang yang malu menolak kunjungan, undangan, dan percakapan yang tidak memiliki janji sebelumnya menemukan dirinya kehilangan waktu, tidak dapat mengendalikan waktunya.

(٥) المقاطعات المفاجئة :

مكالمة طارئة ، صديق على غير موعد ، هذه المقاطعات تقطع تفكيرك الذهني ، وتأخذ من وقتك الكثير

5) Gangguan mendadak: panggilan darurat, teman yang tidak dijadwalkan, gangguan ini mengganggu pemikiran mental Anda, dan menyita banyak waktu Anda.

(٦) المجهود المكرر

بأن تكون منهمكا في شيء ما ، ثم تتركه لتفعل شيء آخر ، ثم تعود مرة أخرى لما كنت تقوم به ابتداء ، هذا الأمر يجعلك تبذل جهدا مضاعفا ، لما يجب أن تبذله

6) Upaya berulang

Dengan asyik pada sesuatu, kemudian meninggalkannya untuk melakukan sesuatu yang lain, dan kemudian kembali ke apa yang Anda lakukan di awal, hal ini membuat Anda melakukan upaya ganda, untuk apa yang seharusnya Anda lakukan.

(۷) التخطيط غير الواقعي:

بأن نخطط وننظم أمورنا بشكل غير منضبط ، فالأمر الذي والمهمة التي يستهلك خمسة أيام نعطيه يوم أو يومين تستوجب يومين نعطيها أربعة أو خمسة ، فهذا من شأنه أن يشيع الفوضى في حياتك ويستهلك

7) Perencanaan yang tidak realistis

Bahwa kita merencanakan dan mengatur urusan kita secara tidak teratur. Hal yang menghabiskan lima hari kita berikan satu atau dua hari, dan tugas yang membutuhkan dua hari kita berikan empat atau lima, ini akan menyebarkan kekacauan dalam hidup Anda.

(۸) عدم النظام :

أوراقك مبعثرة ، حاجياتك مهملة ، دائم البحث عن هاتفك ومفاتيحك وحقيبة عملك ، هذه كلها أشياء بسيطة تضيع وقتك وتهلكه

8) Kekacauan

Kertas-kertasmu berserakan, keperluanmu terbengkalai, kamu terus-menerus mencari ponsel, kunci, dan tas kerjamu. Ini semua adalah hal sederhana yang membuang buang waktu.

(۹) الاجتماعات :

الدراسات والأبحاث المختلفة أثبتت أن الشخص الذي يحتل موقعا قياديا يقضي في المتوسط ما يقرب من ٢٨ ٪ من وقته في اجتماعات ، هذه الاجتماعات التي تسطو على وقته بشكل مخيف وتلتهمه بشراهة

9) Rapat-rapat

Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa orang yang menduduki posisi kepemimpinan menghabiskan rata-rata sekitar 28% waktunya untuk rapat, rapat-rapat inilah yang membajak waktunya secara menakutkan dan memakannya dengan rakus.

(۱۰) قراءة التقارير والمراسلات والبريد الإلكتروني:

هذه الأعمال تلتهم الوقت بالرغم من استطاعتنا تفويض أحد بالقيام بها ، فهي تحتاج إلى تركيز ، وفي النفس الوقت يستطيع شخص آخر أن ينظمها ويرتب الهام منها ويعرضها عليك ، بدلاً من الاستغراق الكامل فيها

10) Baca laporan, korespondensi, dan email

Tindakan ini memakan waktu, meskipun kita dapat mendelegasikan seseorang untuk melakukannya, mereka membutuhkan konsentrasi, dan saat yang sama, orang lain dapat mengaturnya dan mengatur inspirasi dari mereka dan menyajikannya kepada Anda, sebagai ganti serapan sepenuhnya di dalamnya.

11)) الاجتماعيات

الدعوات التي قد تقدم للمرء من الممكن أن تلتهم جل وقته ، فإذا ما ترك لنفسه العنان في قبول كل الدعوات المقدمة اليه، فسيقع في دائره من التشتت

11) Sosial

Undangan yang mungkin diberikan kepada seseorang mungkin menghabiskan sebagian besar waktunya.

Pencuri-pencuri waktu itulah yang dapat mengakibatkan orang bisa berbeda produktivitasnya, karyanya, pengalamannya, sosialnya, legesinya, bahkan ilmunya. Padahal Allah telah mendorong kita untuk mempunyai kinerja yang baik etos kerja yang unggul, selesai satu amal usaha cepat-cepat lakukan yang lainnya, jangan nanti-nanti, jangan di tunda-tunda, insyaallah hari yang akan datang kita akan lebih optimis dan tahun yang akan datang kita akan lebih bagus baik urusan duniawi dan urusan ukhrawi, sebagaimana Allah berfirman:

فَإِذَا فَرَغْتَ فَانصَبْ (2)

Artinya: “Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain)”.

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَب

Artinya: “dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap”.

Demikian khutbah singkat kali ini, tentang bagaimana kita menghormati waktu dan mentasarufkan serta memenejnya, untuk hal-hal yang produktif, positif, baik dan tidak merugi di dunia, dan di akhirat. Aamiin.

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ العَظِيمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرَ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللَّهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ العَلِيمُ وَأَقْوْلُ قَوْلِي هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيمَ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمِ

Khutbah kedua,

الْحَمْدُ للهِ عَلَى إِحْسَانِهِ, وَالشُّكْرُ لَهُ عَلَى تَوْفِيقِهِ وَامْتِنَانِهِ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَاللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الدَّاعِي إِلَى رِضْوَانِهِ .

اللهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمٌ تَسْلِيمًا كثيرًا أَمَّا بَعْدُ. فَيا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ فِيْمَا أَمَرَ, وَانْتَهُوا عَمَّا نَهَى وزجر, وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَى بِمَلا يُكَتِهِ بِقُدْسِهِ, وَقَالَ تَعَالَى إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اللهُمَّ صَلِّ وسلم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَنْبِيَائِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِينَ وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ أَبِي بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَانِ وَعَلَى, وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِينَ وَتَابِعِي التَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ

وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءُ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِينَ, وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِينَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ الْمُوَحِدِينِ, وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينَ, وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ, وَ دَمِرُ أَعْدَاءَ الدِّينِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّينِ .

اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا البَلاء وَالوَبَاءِ وَالزَّلازِلَ وَالمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتْنَةِ وَالمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ, عَنْ بَلَدِنَا انْدُونِيسِيَّا خَاصَّةً وَسَائِرِ البُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً, يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ

ربَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَتَكُونَنَّ مِنَ الخَاسِرِينَ سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين. والحمد لله رب العالمين

عِبَادَ اللَّهِ. إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ وَاذْكُرُوا اللهَ العَظِيمَ يَذْكُرُكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

3. Khutbah Jumat Islam sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin

Khutbah pertama,

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُه.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَرَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِينُ وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ الصَّادِقُ الْوَعْدُ الْأَمِينُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ أَشْرَفِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ الَّذِي قَدْ أَدَّى الْأَمَانَةَ وَبَلْغَ الرِّسَالَةَ إِلَى جَمِيعِ الثَّقَلَيْنِ الْإِنْسِ وَالْجَانِّ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِينَ اتَّبَعُوْهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ رَحِمَكُمُ اللَّهُ أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيمِ. أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ وَقَالَ أَيْضًا وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ.

Hadirin jama’ah Jum’at yang dimuliakan Allah

Hendaknya kita selalu bersyukur kepada Allah karena berkat rahmat-Nya kita dapat melaksanakan sholat Ju’mat di masjid yang mulia ini. Karena masjid ini didirikan dan disadari atas dasar taqwa kepada Allah SWT dan saya ingin mengajak kepada para jamaah untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Pada kesempatan yang mulia ini marilah kita merefleksikan diri, tentang hidup dan kehidupan, termasuk kehidupan beragama, mewujudkan Islam sebagai agama yang membawa kesejahteraan dan keselamatan bagi sekalian alam, manusia dari berbagai suku, ras, adat istiadat dan antar golongan. Islam yang kita peluk harus menjadi perekat, penguat dan sumber motivasi kita dalam membina kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menurut Muhammad Syalthut, kata Islam berasal dari bahasa Arab, aslama-yuslimu-Islaaman yang berarti: bebas dan bersih dari penyakit lahir bathin, damai dan tentram, taat dan patuh juga berarti selamat dari kecacatan-kecacatan, perdamain dan keamanan.

Dalam Al-Quran Islam mempunyai beberapa arti yaitu sebagai lawan dari syirik (6:14) sebagai lawan dari kufur (3:80), sama dengan ikhlas pada Allah (5:125), tunduk dan patuh kepada Allah (39:54). Dengan demikian kata kunci dari Islam adalah tunduk dan patuh terhadap segala apa yang diperintahkan dan menjauhi atas segala apa yang dilarang-Nya.

Dapat disimpulkan bahwa Islam bisa bermakna nama bagi agama yaitu: “Islam”, Pada sisi lain bermakna pesan moral, ajaran, yang akan mengantar kebahagiaan hidup manusia di dunia dan di akhirat.

Islam melalui Al-Quran telah mendeklarasikan diri sebagai agama yang rahmatan lil ‘aalamin. “Nabi Muhammad diutus oleh Allah SWT tidak lain untuk menyebarkan rahmat (kasih sayang) kepada seluruh alam.” (QS. 21:107). Hal ini berarti Islam tempat bernaung manusia dari berbagai etnis, suku agama, bangsa. Semuanya merasa aman, damai, sejahtera, di dalamnya. Dengan demikian Islam yang rahmatan lil alamin adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW dengan membawa pesan-pesan perdamaian, kesejahteraan, kerukunan dan persatuan, tidak hanya pada umat manusia tetapi juga untuk segala apa yang ada di alam raya.

Inti dari Islam adalah cinta kasih dan perdamaian, dengan demikian ia akan selalu menjauhkan diri dari penindasan (dzulm) justru akan membangkitkan manusia untuk mempunyai martabat. Oleh karena itu Islam melalui Al- Quran dan Hadist melarang praktek-praktek penindasan dan ketidakadilan. Sebaliknya memberi ruang bagi terciptanya kebebasan kepada manusia, sehingga Islam disebut sebagai agama pembebas kaum mustadhafin. Baik lemah secara material, pemikiran maupun mentalitas serta kreatifitas. Oleh karena banyak penulis sejarah, Islam bukan saja dianggap sebagai agama baru, melainkan juga liberating force -sesuatu kekuatan pembebas umat manusia. Hal inilah yang menyebabkan agama Islam cepat menyebar di Jazirah Arab dan juga Indonesia, termasuk Aceh yang dikenal sebagai Serambi Makkah.

Islam dengan berbagai ajaran telah sanggup mempersatukan umat manusia di seluruh dunia dan juga mengajarkan rasa cinta tanah air dan pengorbanan yang sebesar-besarnya untuk kejayaan bangsa dan Negara.

Menurut C.Y Glok dan R. Start, dalam Religion and Society in Tension sebagaimana setiap agama setidaknya memiliki lima dimensi ritual, mistikal, idiologikal, intelektual dan sosial. Dimensi ritual berkenaan dengan upacara-upacara keagamaan, ritus-ritus religius, seperti shalat, misa dan kebaktian. Dimensi mistikal menunjukkan pengalaman keagamaan. Keinginan untuk mencari makna hidup, kesadaran akan kehadiran yang Maha Kuasa, tawakal dan taqwa, dimensi idiologikal adalah mengacu pada serangkaian kepercayaan yang menjelaskan eksistensi manusia vis-a-vis Tuhan dan makhluk lain. Pada dimensi inilah misalnya, orang Islam memandang manusia sebagai khalifatullah fil ard dan orang Islam dipandang mengemban tugas luhur untuk mewujudkan amar ma’ruf Allah dib umi. Dimensi intelektual menunjukkan tingkat pemahaman orang terhadap doktrin-doktrin kedalamannya tentang ajaran-ajaran yang dipeluknya. Dimensi sosial disebut sebagai consequental dimensions adalah manifestasi ajaran agama dalam masyarakat. Ini meliputi seluruh perilaku yang didefinisikan oleh agama.

Termasuk memperkuat dimensi sosial adalah mengatur hubungan manusia, masyarakat satu dengan masyarakat lain. Yang di dalamnya juga berisi tentang memperkuat semangat ukhuwah, solidaritas kaum muslimin dan juga mempertahankan bangsa dan Negara adalah bagian dari tugas sosial umat beragama. Yang tentu akan mendapat pahala dari Allah SWT, karena bernilai ibadah.

Setiap agama memiliki kelima dimensi tersebut hanya saja bobotnya berlainan. Ada yang menekankan dimensi ritual lebih menonjol daripada dimensi sosial. Menurut Edward Mortiner, Islam lebih banyak menekankan dimensi sosial daripada ritual, sehingga ia melihat Islam sebagai a political cultur.

Dalam praktiknya dimensi-dimensi tersebut tidak dapat berdiri sendiri, satu sama lain saling melengkapi sehingga menjadi satu keutuhan sikap seorang muslim (Islam kaffah). Upaya untuk mewujudkan Islam yang mendatangkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup bagi sekalian umat tentu dengan cara mengaplikasikan seluruh ajaran Islam diatas. Terutama pada dimensi sosial yang akan menggerakkan umat untuk melakukan perubahan (taghyir). Termasuk perubahan tatanan sosial masyarakat, berbangsa dan bernegara di Nangro Aceh Darussalam umpamanya.

Telah diuraikan dimuka bahwa inti dari Islam rahmatan lil ‘aalamiin adalah upayanya untuk menciptakan kesejahteraan, kebahagiaan dan kedamaian hidup dunia dan akhirat. Agar mencapai semua itu tentu harus adanya kehidupan yang egaliter, inklusif dan anti penindasan. Untuk mewujudkan kita harus menjadikan Islam sebagai solusi bagi upaya pembebasan manusia dari kekuasaan tirani, pemikiran yang membelenggu dan kekuatan yang menindas kaum mustad ‘afin (lemah).

Pusat ajaran Islam adalah bermuara pada teologi (ketuhanan). Kita mempunyai landasan pijak yang kuat untuk mewujudkan teologi pembebasan. Teologi pembebasan adalah suatu teologi yang menekankan pada arti kebebasan, persamaan dan keadilan distribusi dan menolak penindasan, penganiayaan dan eksploitasi manusia. Dengan demikian upaya untuk meningkatkan kesejahteraan, kedamaian, rasa persatuan diantara kita menjadi keharusan dalam rangka menciptakan TRI KERUKUNAN BERAGAMA :

Kerukunan antar umat beragama Kerukunan intern umat beragama Kerukunan dengan pemerintah

Demikianlah sebagai khutbah Jum’at ini kami sampaikan, sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah SWT. Marilah kita bina kerukunan, semangat persaudaraan, untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai ini dari unsur-unsur pemecah belah persatuan dan kesatuan bangsa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Baqarah 126: “Semoga Negara ini terbebas dari rasa kebencian dan tumbuh suburnya kekuatan sehingga menjadi negeri yang baldatun, tayyibatun, warrabun ghofur.” Amin.

بَارَكَ اللَّهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ أَقُوْلُ قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

Khutbah kedua,

الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا كَمَا أَمَرَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ إِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ وَأَشْهَدُ أَنْ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ سَيِّدُ الْخَلَائِقِ وَالْبَشَرَ صَلَّى اللَّهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ اجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا.

يَأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا اللَّهَ وَافْعَلُوا الْخَيْرَ وَاجْتَنِبُوا عَنِ السَّيِّاتِ.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، فَاجِيبُوا اللَّهَ عِبَادَ اللَّهِ إِلَى مَا دَعَاكُمْ وَصَلُّوا وَسَلِّمُوا عَلَى مَنْ بِهِ اللَّهُ هَدَاكُمْ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ وَعَلَى التَّابِعِينَ وَتَابِعِ التَّابِعِينَ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُحِيبُ الدَّعَوَاتِ. اللهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ اللهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

اللهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدِ اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّينِ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِينَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَنَا انْدُوْنِيْسِيَا هَذِهِ بَلْدَةٌ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةٌ وَسَائِرَ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ وَالْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ وَالْفِتَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةٌ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِير.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوْبِنَا غِلا لِلَّذِينَ آمَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَحِيمٌ.

عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَابْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللَّهُ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاسْأَلُوهُ مِنْ فَضْله يُعْطكُمْ وَيَهْدِكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ.

أَقِمِ الصَّلاةَ

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Teks Khutbah Jumat Tema Menyambut Bulan Rajab 1446 H


Jakarta

Bulan Rajab segera tiba. Momentum ini sangat tepat untuk menyampaikan khutbah Jumat yang mengupas tuntas keutamaan dan hikmah yang terkandung dalam bulan yang mulia ini.”

Mengacu pada kalender Hijriah Indonesia 2025 terbitan Bimas Islam Kementerian Agama RI, 1 Rajab 1446 Hijriah jatuh pada 1 Januari 2025. Terhitung tinggal 6 hari lagi menuju bulan Rajab dimulai dari hari ini.

Rajab akan berlangsung 30 hari. Sehingga, bulan Rajab jatuh pada 1-30 Januari 2025.


Banyak dalil Al-Qur’an maupun hadits yang membahas keutamaan di balik bulan Rajab. Imam Burhanudin AS, Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Bobotsari, telah merangkumnya dalam sebuah naskah khutbah Jumat yang dipublikasikan Kemenag Purbalingga. Berikut teks selengkapnya.

Naskah Khutbah Jumat Menyambut Bulan Rajab 1446 H

اَلْحَمْدُ للهِ، اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ فَضَّلَنَا بِشَهْرِ رَجَبَ، وَهُوَ الَّذِيْ اصْطَفَى نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا ﷺ الْمُجْتَبَى الْمُؤَيَّد. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمَ وَبَارِكْ وَتَرَحَّمْ وَتَحَنَّنْ عَلَى مَنْ بِهِ تُرْجَى شَفَاعَتُهُ يَوْمَ الْمَآبِ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ رَبُّ الْعِبَادِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمَبْعُوْثُ إِلَى سَائِرِ الْأَعَاجِمِ وَالْعَرَب. أما بعد

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْنِىْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Dari atas mimbar khatib berwasiat, mengajak diri khatib dan kepada jamaah Jumat, mari kita tingkatkan takwa kita kepada Allah SWT dengan berusaha sekuat tenaga melaksanakan semua perintah-Nya serta menjauhi larangan-larangan-Nya. Puji syukur kehadirat Allah SWT, pada bulan ini kita masih berada di bulan mulia, yaitu bulan Rajab 1446 H.

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Perlu kita syukuri karena Rajab termasuk bulan yang mulia. Kata Rajab berasal dari kata “tarjib” yang bermakna agung dan mulia. Allah SWT memberikan keistimewaan terhadap Rajab di antara bulan-bulan lain yang juga menyandang predikat mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab.

Bulan Rajab adalah bulan yang penuh rahmat, anugerah, dan kebaikan dari Allah SWT. Telah maklum bahwa kita semua telah memasuki bulan Rajab, bulan yang mulia. Nabi Muhammad dalam memperhatikan bulan Rajab sampai memanjatkan doa yang sebagaimana diriwayatkan oleh Anas Ibn Malik dalam Musnad Ahmad:

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيْ رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Artinya: “Ya Allah, semoga Engkau memberkahi kami pada bulan Rajab dan Sya’ban, semoga Engkau pertemukan kami dengan bulan Ramadan.”

Bulan Rajab menjadi tonggak dari rangkaian ibadah-ibadah penting pada bulan yang jatuh setelahnya, yaitu bulan Sya’ban dan Ramadan. Sebagian ulama berkata:

رَجَبٌ شَهْرُ الزَّرْعِ، وَشَعْبَانُ شَهْرُ السَّقْيِ، وَرَمَضَانُ شَهْرُ الْحَصَادِ

Artinya: “Rajab adalah bulan menanam, Sya’ban adalah bulan untuk menyirami, dan Ramadan adalah bulan panen.”

Menurut Syekh Abdul Qodir Al Jailani dalam kitab al-Ghuniyah, Rajab terdiri dari tiga huruf, yaitu Ra’, Jim, dan Ba’. Ra’ adalah Rahmatullâh (rahmat Allah), Jim adalah Jûdullâh (kemudahan Allah), dan Ba’ adalah Birrullâh (kebaikan Allah). Maksudnya, mulai awal hingga akhir bulan Rajab, Allah SWT melimpahkan tiga anugerah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu limpahan rahmat, kemudahan, dan kebaikan dari Allah SWT.

Ini menunjukkan kemuliaan dan keagungan dari bulan Rajab. Maka dari itu, marilah kita gunakan bulan Rajab ini dengan sebaik-baiknya dengan memperbanyak amal saleh, istighfar, sedekah, puasa dan lain sebagainya.

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Sebagaimana kisah yang telah masyhur, pada bulan Rajab juga terdapat peristiwa monumental isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW dari dari Masjidil Haram Makkah menuju Masjidil Aqsha Palestina. Kemudian dilanjutkan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratil Muntaha untuk menghadap Allah SWT Sang Pencipta alam semesta. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al Isra ayat 1: https://www.detik.com/hikmah/quran-online/al-isra

سبْحانَ الَّذِىأَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ اْلأَقْصَا الَّذِى باَرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَتِنَا إِنَّهُ,هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْر

Artinya: “Maha-Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Isra: 1)

Peristiwa tersebut juga mendapat penjelasan dalam Shahih Bukhari juz 5 halaman 52. Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Allah SWT. Allah SWT memerintahkan Nabi SAW untuk melaksanakan salat fardhu sebanyak lima puluh rakaat setiap hari.

Nabi menerima dan kemudian kembali pulang, dalam perjalanan, Nabi Muhammad SAW bertemu dengan Nabi Musa AS. Nabi Musa mengingatkan bahwa umat Nabi Muhammad tidak akan mampu dengan perintah salat lima puluh kali sehari. Nabi Musa mengatakan, umatku telah membuktikannya. Lalu meminta kepada Nabi Muhammad untuk kembali pada Allah SWT, mohonlah keringanan untuk umatmu.

Kemudian Nabi menghadap kepada Allah dan diringankan menjadi salat sepuluh kali. Kemudian Nabi Muhammad kembali kepada Nabi Musa, dan Nabi Musa mengingatkan sebagaimana yang pertama.

Kembali Nabi menghadap Allah hingga dua kali, dan akhirnya Allah mewajibkan salat lima waktu. Nabi Muhammad kembali pada Nabi Musa, Nabi Musa tetap mengatakan bahwa umatmu tidak akan kuat wahai Nabi Muhammad, Nabi Muhammad menjawab, saya malu untuk kembali menghadap pada Allah SWT. Saya ridho dan pasrah kepada Allah SWT.

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Berikut beberapa kisah yang dapat kita petik dari cerita Isra’ dan Mi’raj tersebut:

Pertama, Isra dan Mi’raj adalah perkara yang haq karena sharih (sangat jelas dan eksplisit) disebutkan dalam Al-Qur’an, sebuah kejadian yang pasti terjadi, pasti benar, tak ada keraguan sama sekali, meskipun akal manusia tidak dapat menjangkau. Semua hal aneh ini terjadi dalam rangka menguji dan mengukur ketebalan iman seseorang, sebab seseorang dapat tersesat ketika hanya mengukur sebuah kebenaran hanya bersandar pada akal semata.

Kita harus menghindari arus pemikiran yang hanya membanggakan akalnya dan mengesampingkan kemahakuasaan Allah. Tidak mustahil jika pola pikir demikian dilestarikan maka setiap ajaran dalam agama yang tidak cocok dengan akal, akan ditolak dan diingkari, na’udzubillahi min dzalik. Pola pikir yang demikian adalah cara pandang iblis. Iblis itu disifati dengan

أَوَّلُ مَنْ قَاسَ الدِّيْنَ بِرَأْيِهِ

Artinya: “(Makhluk yang pertama kali mengukur kebenaran agama dengan akalnya sendiri).”

Kedua, sebelum Nabi Muhammad SAW menghadap Allah SWT (mi’raj), beliau dibedah dadanya, dibersihkan hatinya meskipun hati Nabi sebenarnya sudah pasti bersih karena beliau ma’shum (suci dari dosa). Sebagaimana yang ditulis pengarang Simthut Durrar, Habib Ali Al Habsyi:

وَمَا أَخْرَجَ الآمْلَاكُ مِنْ قَلْبِهِ أَذًى وَلَكِنَّهُمْ زَادُوْهُ طُهْرًا عَلَى طُهْرٍ

Artinya: “Malaikat tidak menghilangkan kotoran dari hati Nabi, tetapi agar hati yang suci menjadi semakin suci.”

Pembersihan hati ini dilakukan sebelum Rasulullah menerima tugas salat lima waktu. Ini juga pelajaran bagi kita, bahwa saat akan menghadap Allah SWT hendaknya lebih dahulu kita bersihkan hati kita masing-masing. Karenanya, apabila kita salat harus dimulai dari pakaian, tempat dan hati yang suci, khusyuk hanya tertuju kepada Allah.

Peristiwa Isra dan Mi’raj yang terjadi di bulan Rajab semakin menambah terhadap kemuliaan bulan ini, lalu amalan apa yang perlu dilakukan dalam bulan Rajab yang mulia ini?

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Selain amalan kesunahan berpuasa, pada Bulan Rajab ini juga merupakan momentum yang tepat untuk bertobat dari segala maksiat. Ibnu Rajab dalam kitabnya Lathaiful Ma’arif juz 1 halaman 122 menganjurkan umat manusia untuk bertobat di bulan Rajab yang mulia ini. Beliau mengatakan: “Putihkanlah lembaran hitammu di bulan Rajab, dengan amal baik yang menyelamatkanmu dari api yang melalap.”

Syekh Abdul Qadir Al-Jilani dalam Kitab al-Ghuniyah menjelaskan ada tiga syarat agar tobat kita diterima oleh Allah SWT. Pertama, menyesali kesalahan dan kemaksiatan yang telah kita perbuat. Kedua, meninggalkan setiap kesalahan di mana pun dan kapan pun. Ketiga, berjanji untuk tidak mengulang dosa dan kesalahan. Ketiga syarat tersebut harus kita laksanakan agar tobat kita benar-benar diterima oleh Allah SWT.

Jemaah salat Jumat rahimakumullah,

Akhirnya, semoga kita menjadi hamba yang terhindar dari segala kejelekan dan kemaksiatan, selalu beruntung mendapatkan ridla, kemampuan dan kesempatan, untuk melakukan amal shalih (ibadah) dan mendapatkan pahala serta keberkahan dari Allah SWT. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِالْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّيْ وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ، أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ، فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com