Tag Archives: khutbah terakhir rasulullah

Isi Khutbah Rasulullah saat Haji Wada, Jadi Pengingat Umat Islam



Jakarta

Rasulullah SAW menjalankan khutbah terakhirnya saat melaksanakan Haji Wada atau haji perpisahan. Berikut ini adalah isi khutbah Rasulullah SAW saat Haji Wada.

Haji Wada atau yang juga dikenal sebagai Hujjat al-wada, merujuk pada haji perpisahan yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW pada tahun 632 M. Ibadah haji ini merupakan haji terakhir dan satu-satunya yang beliau lakukan dan dianggap sebagai momen penting dalam sejarah Islam.

Rasulullah SAW dalam khutbah terakhirnya memperingatkan umatnya agar tidak kembali kepada kekufuran, saling berperang, dan membawa kesengsaraan. Beliau juga menekankan pentingnya menjaga jiwa dan harta setiap Muslim, menghindari riba, waspada terhadap godaan setan, memperlakukan istri dengan baik, melaksanakan ibadah seperti shalat, puasa, zakat, dan haji, serta mengikuti Al-Qur’an dan sunnahnya sebagai panduan hidup yang tak tergantikan.


Adapun isi lengkap dari khutbah terakhir Rasulullah SAW saat Haji Wada diriwayatkan oleh Jarir Radhiyallahu Anhu yang dikutip dari buku Samudra Keteladanan Muhammad oleh Nurul H. Maarif adalah sebagai berikut.

Isi Khutbah Rasulullah SAW saat Haji Wada

“Sungguh Nabi SAW bersabda padanya, pada Haji Wada (haji perpisahan/haji Nabi Muhammad SAW yang terakhir). Simaklah dengan baik wahai orang-orang, lalu beliau bersabda: ‘Jangan kalian kembali kepada kekufuran setelah aku wafat, saling bunuh dan memerangi satu sama lain.’ (HR Bukhari)

Setelah memuji dan bersyukur kepada Allah SWT, Rasulullah SAW kemudian menyampaikan,

“Wahai manusia, dengarlah baik-baik apa yang hendak kukatakan. Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini. Oleh itu dengar teliti kata-kata ku ini dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir di sini pada hari ini,”

“Wahai manusia sebagaimana kamu menganggap bulan ini, dan kota ini sebagai suci, maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang muslim sebagai amanah yang suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak, janganlah kamu sakiti siapapun agar orang lain tidak menyakiti kamu pula,”

“Ingatlah sesungguhnya kamu akan menemui Tuhan kamu, dan Dia pasti akan membuat perhitungan di atas segala amalan kamu. Allah telah mengharamkan riba, oleh itu segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.

Berwaspadalah terhadap setan demi keselamatan agama kamu. Dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar, maka berjaga-jagalah supaya tidak mengikuti dalam perkara-perkara kecil,”

“Wahai manusia, selayaknya kamu mempunyai hak atas para istri kamu, mereka juga mempunyai hak di atas kamu. Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu, maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang.

Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik dan berlemah lembutlah terhadap mereka lantaran sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu kamu yang setia. Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang tidak kamu sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina,”

“Wahai manusia, dengarkanlah bersungguh-sungguh kata-kata ku ini, sembahlah Allah dirikanlah sembahyang lima kali sehari, berpuasalah di bulan Ramadan dan tunaikan zakat dan harta kekayaan kamu. Kerjakanlah ‘ibadah haji’ sekiranya kamu mampu.

Ketahuilah setiap Muslim adalah saudara kepada Muslim yang lain. Kamu semua adalah sama, tidak seorang pun lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam taqwa dan beramal saleh,”

“Ingatlah, bahwa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan di atas apa yang telah kamu kerjakan. Oleh itu, berhati-hatilah agar jangan sekali-kali kamu terluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku,”

“Wahai manusia, tidak ada lagi nabi dan rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru. Oleh itu wahai manusia, timbanglah dengan betul dan pahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kamu,”

“Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara, yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya, niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya. Itulah Al-Qur’an dan sunnahku,”

Demikian kurang lebih isi dari khutbah terakhir Rasulullah SAW yang disampaikan sebelum wafat. Wallahu a’lam bish-shawabi.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Terakhir Nabi Muhammad Saat Haji di Arafah, Ini Pesannya



Jakarta

Khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW sebelum wafat diserukan pada tahun ke-10 Hijriyah di Padang Arafah. Pada saat itu, beliau sedang menjalani ibadah haji yang disebut sebagai Haji Wada yang artinya perpisahan.

Haji Wada menjadi ibadah haji satu-satunya sekaligus terakhir kalinya yang beliau laksanakan pada tahun 10 H atau 632 M. Tiga bulan setelah melaksanakan haji tersebut, beliau dinyatakan wafat.

Diceritakan dalam buku Samudra Keteladanan Muhammad karya Nurul H. Maarif, Rasulullah SAW pada saat melaksanakan Haji Wada menyampaikan khutbah terakhirnya, yaitu berisi wasiat yang menggetarkan jiwa umat muslim.


Kala itu, Rasulullah SAW memanggil segenap kaum muslim setelah mengerjaan wukuf di Padang Arafah. Ia menyerukan kepada kaum muslimin yang hadir untuk berkumpul mengelilinginya.

Beliau menyerukan khotbahnya dari atas punggung untanya yang bernama Qashwa dan diulangi oleh Rabi’ah bin Umayyah bin Ghalaf dengan keras. Khotbah terakhir ini kemudian disebut sebagai khutbah wada’.

Lantas seperti apa isi khutbah terakhir Nabi Muhammad SAW?

Isi Khutbah Terakhir Nabi Muhammad

Dilansir dari buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Khalil, berikut isi khutbah terakhir Nabi Muhammad yang diriwayatkan dalam kitab-kitab tarikh.

“Segala puji bagi Allah, kami memuji kepada-Nya, kami memohon pertolongan kepada-Nya, kami memohon ampun kepada-Nya dan kami bertobat kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari segala kejahatan diri kami dan dari kejelekan-kejelekan perbuatan kami. Siapa-siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, tidak ada orang yang dapat menunjukinya. Aku mengaku bahwa tidak ada tuhan melainkan Allah sendirinya, tidak ada orang yang menyekutui-Nya, dan aku mengaku bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan pesuruh-Nya.”

“Aku berpesan kepada kalian, wahai hamba Allah, supaya berbakti kepada Allah dan aku menganjurkan kepadamu supaya menaati-Nya. Aku memulai pembicaraanku ini dengan yang baik.”

“Aku akan menerangkan kepadamu karena sesungguhnya aku tidak mengetahui, barangkali aku tidak akan bertemu lagi dengan kamu sesudah tahun ini di tempatku berdiri.”

“Hai manusia, sesungguhnya segala darahmu dan segenap hartamu haram atas mu sampai kamu datang menghadap Tuhanmu, seperti haramnya harimu ini, dalam bulan mu ini, di negerimu ini, sesungguhnya kelak kamu akan menghadap Tuhanmu, kemudian Dia akan menanyakan kepadamu tentang amal-amal perbuatanmu. Adakah sudah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Siapa pun yang diamanati dengan suatu amanat, hendaklah ia menyampaikan amanat itu kepada orang yang bersangkutan. Semua riba telah dihapuskan, tetapi kamu berhak menerima modal-modalnya kembali. Janganlah kamu menganiaya dan jangan pula lah kamu dianiaya. Allah telah memutuskan, riba tidak ada lagi, dan riba Abbas bin Abdul Muthalib telah dihapuskan semuanya. Semua darah yang tumpah pada masa jahiliah telah dihapuskan. Permulaan darah yang kuhapuskan itu ialah darah Ibnu Rabi’ah bin al-Harits bin Abdul Muthalib.”

“Semua bekas peninggalan masa jahiliah telah dihapuskan kecuali sidanah (urusan menjaga keamanan Ka’bah) dan siqayah (urusan perairan di Mekah). Pembunuhan jiwa yang dilakukan dengan sengaja ada tuntutan balas (hukum bunuh), sedangkan pembunuhan seperti disengaja, yaitu terbunuh dengan tongkat atau batu, maka padanya didenda seratus ekor unta. Oleh sebab itu, siapa-siapa yang menambah, ia termasuk golongan orang jahiliah.”

“Hai manusia, setan itu telah putus asa, ia akan disembah di negeri kamu ini untuk selama-lamanya, tetapi jika ia diikuti selain yang demikian, ia suka dengan amalan yang demikian, yaitu amalan-amalan yang kamu pandang remeh atau amalan-amalan yang kamu pandang rendah. Oleh sebab itu, hendaklah kamu berhati-hati terhadap agamamu, agar kamu jangan mengikut kemauan setan.”

“Hai manusia, an-nasi (melambatkan waktu) menambah kepada kekufuran, dengan an-nasi itulah orang-orang kafir tersesat. Mereka menghalalkan satu tahun dan mereka mengharamkan pada tahun yang lain, untuk menginjak-injak apa-apa yang telah diharamkan Allah. Mereka halalkan apa-apa yang diharamkan Allah dan mereka haramkan apa-apa yang dihalalkan Allah. Masa itu beredar sejak Allah menjadikan langit dan bumi, dan bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan yang tersebut dalam Kitab Allah, sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Di antara dua belas bulan itu ada empat bulan yang diharamkan (yang mempunyai kehormatan), tiga yang berturut-turut dan satu yang tunggal, yaitu Dzulqa’idah, Dzulhijjah, dan Muharram, dan Rajab yang terletak di antara bulan Jumadil akhir dan Sya’ban. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Hai manusia, bagimu ada hak atas istri-istrimu dan bagi mereka ada hak atas dirimu. Hak kamu atas mereka ialah bahwa mereka tidak mengizinkan seseorang yang tidak engkau sukai menginjak kakinya di atas tikar-tikar mu dan mereka tidak mempersilahkan seseorang yang tidak kamu sukai masuk ke dalam rumahmu, melainkan dengan izinmu, dan mereka tidak boleh berbuat serong dengan laki-laki lain secara terang-terangan. Jika tetap dilakukan, Allah telah mengizinkan kamu meninggalkan mereka di tempat tidur dan memukul mereka dengan pukulan yang tidak membahayakan.”

“Jika mereka telah berhenti berbuat demikian, kewajibanmulah memberi mereka makanan dan pakaian dengan segala sopan santun. Berilah pelajaran-pelajaran yang baik kepada perempuan-perempuan itu karena mereka adalah pembantu-pembantumu. Mereka tidak mempunyai sesuatu untuk diri mereka, kamu telah mengambil mereka sebagai amanah dari Allah, dan telah kamu halalkan kehormatan mereka dengan nama Allah. Oleh sebab itu, takutlah kamu kepada Allah tentang perempuan-perempuan itu dan hendaklah kamu memberi pelajaran yang baik kepada mereka. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Perhatikanlah perkataanku ini, wahai manusia, karena telah kusampaikan. Sesungguhnya, telah aku tinggalkan kepadamu sesuatu yang jika engkau berpegang dengannya niscaya kamu tidak akan sesat selama-lamanya, suatu urusan yang terang nyata, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya.”

“Hai manusia, dengarlah apa yang kukatakan agar kamu hidup bahagia.”

“Hai manusia, dengarlah apa yang akan kukatakan kepadamu dan kamu perhatikanlah ia, kamu akan mengerti bahwa tiap-tiap orang Islam bersaudara dengan orang Islam yang lain dan setiap orang Islam itu bersaudara, tidaklah halal bagi seseorang dari saudaranya kecuali apa-apa yang telah diberikan kepadanya, yang timbul dari hati yang baik dari saudaranya itu. Janganlah kamu menganiaya dirimu sendiri. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Hai manusia, janganlah kamu kembali menjadi kafir sesudahku, yang segolongan memerangi golongan yang lain. Ketahuilah, yang datang hendaklah menyampaikan kepada yang tidak datang. Mungkin saja orang yang menyampaikannya lebih memelihara dirinya daripada orang yang mendengarkannya. Bukankah telah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah.”

“Hai manusia, Tuhanmu satu dan orang tuamu satu, kamu semua dari Adam, sedang Adam itu dari tanah. Semulia-mulia kamu pada sisi Allah ialah yang paling takwa di antara kamu. Tidak ada kelebihan orang Arab atas orang-orang yang bukan Arab, melainkan karena takwa kepada-Nya. Bukankah sudah kusampaikan? Ya Allah, saksikanlah. Hendaklah yang datang menyampaikan kepada yang tidak datang.”

“Hai manusia, Allah telah membagikan kepada masing-masing waris bagian-bagian yang diwarisinya, maka tidak boleh bagi ahli waris menuntut wasiatnya dan tidak boleh berwasiat lebih dari sepertiga. Bagi anak hasil dari zina adalah milik ayahnya dan yang berzina dikenakan hukum rajam. Barangsiapa yang mendakwahkan atau mengaku orang lain yang bukan bapaknya sebagai bapaknya atau menetapkan majikan yang bukan majikannya, ia berhak menerima laknat Allah, laknat malaikat, dan laknat manusia seluruhnya, tidak akan diterima dari padanya tebusan darinya dan tidak pula penggantian. Kesejahteraan dan rahmat Allah serta berkah-Nya semoga dilimpahkan kepadamu.”

Demikianlah isi khutbah Nabi Muhammad SAW di hadapan kurang lebih 140.000 kaum muslimin. Rabi’ah berulang kali mengulangi khutbah beliau sehingga segenap umat muslim yang hadir dapat mendengar dan mengerti.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com