Tag Archives: kiamat

Hadits 3 Golongan Manusia saat Berada di Padang Mahsyar, Seperti Apa?


Jakarta

Padang Mahsyar adalah tempat berkumpulnya seluruh manusia yang pernah hidup di muka bumi. Mereka akan diminta pertanggungjawaban atas apa yang dilakukannya semasa hidup.

Allah SWT berfirman dalam surah Ibrahim ayat 48,

يَوْمَ تُبَدَّلُ الْاَرْضُ غَيْرَ الْاَرْضِ وَالسَّمٰوٰتُ وَبَرَزُوْا لِلّٰهِ الْوَاحِدِ الْقَهَّارِ ٤٨


Artinya: “(yaitu) hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. Mereka (manusia) berkumpul (di Padang Mahsyar) menghadap Allah Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa.”

Menukil dari buku Sang Pengatur Kehidupan yang ditulis Risa Anggraini, Nabi Muhammad SAW kelak menjadi orang yang paling sibuk di Padang Mahsyar. Sebab, dalam hadits dari Abu Hurairah RA dan Abu Hudzaifah RA diceritakan banyak manusia mendatangi nabi mereka untuk meminta syafaat masuk surga, namun mereka melimpahkannya kepada nabi-nabi lain hingga berujung di Rasulullah SAW.

Hadits 3 Golongan Manusia di Padang Mahsyar

Selain itu, manusia yang berkumpul di Padang Mahsyar juga akan terbagi menjadi tiga golongan, yaitu yang berjalan dengan kendaraan, berjalan dengan kaki dan berjalan menggunakan wajah. Ini sesuai yang disebutkan dalam kitab Mukasyafatul Qulub oleh Imam Al-Ghazali yang diterjemahkan Jamaluddin.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Pada hari kiamat, manusia dikumpulkan di Padang Mahsyar menjadi tiga golongan, yaitu kelompok yang berjalan berkendaraan, kelompok yang berjalan kaki, dan kelompok yang menggunakan wajahnya.”

Seseorang bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana mereka berjalan menggunakan wajah mereka?”

Rasulullah SAW menjawab, “Dia yang menciptakan mereka berjalan menggunakan kaki, juga bisa menciptakan mereka berjalan menggunakan wajah.”

Imam Ghazali menafsirkan hadits di atas tentang tabiat manusia terhadap pengingkaran akan sesuatu yang belum diketahuinya secara baik. Menurutnya, apabila manusia tidak pernah melihat ular berjalan dengan perut, tentu ia akan menyangkal kemungkinan berjalan menggunakan selain kaki.

Berjalan menggunakan kaki, lanjut Imam Ghazali, dianggap mustahil bagi orang yang tidak perna menyaksikannya. Demikian analogi Imam Ghazali tentang pengetahuan akan hari Kiamat.

Maka hendaknya manusia tidak mengingkari sesuatu yang berkaitan dengan keajaiban hari kiamat. Sebab, apa yang terjadi pada hari itu berbeda dengan analogi peristiwa di dunia.

Turut dijelaskan oleh Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah terjemahan Nurdiana Hamdani terkait hadits golongan manusia saat berada di Padang Mahsyar. Dari Abu Dzar RA, Nabi SAW bersabda:

“Sesungguhnya, manusia akan dikumpulkan pada hari kebangkitan dalam tiga kelompok: satu kelompok akan diberi makan, akan diberi pakaian, dan akan diberi tunggangan; kelompok yang lain akan berjalan dan berjuang (untuk hidup); dan para malaikat akan menyeret kelompok yang lainnya lagi dengan wajah mereka.”

Abu Dzar RA melanjutkan dengan bertanya, “Kami tahu yang dua, tetapi apa yang terjadi pada mereka yang berjalan dan berjuang (untuk hidup)?”

Nabi SAW bersabda, “Allah akan mengirimkan kematian kepada gunung-gunung, sampai tidak ada lagi gunung yang tersisa. Seseorang akan menukar kebunnya yang indah dengan seekor unta yang tidak lagi mengeluarkan susu, yang di atasnya terdapat al-qatab (apa yang ditempatkan pada punuk seekor unta dan di atas pengendaranya).” (HR At Thabrani)

Wallahu a’lam

tag
hikmah
padang mahsyar
hari kiamat
kiamat
doa dan hadits

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Golongan yang Jasadnya Tak Akan Hancur Dimakan Tanah


Jakarta

Jasad manusia umumnya akan mengalami pembusukan dan terurai ke tanah. Namun, ada golongan yang jasadnya tetap utuh hingga hari kiamat.

Menurut sebuah hadits yang terdapat dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam an-Nawawi, jasad manusia yang tak akan hancur adalah golongan nabi. Allah SWT mengharamkan tanah memakan jasad mereka. Diriwayatkan dari Aus bin Aus RA, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ مِنْ أَفْضَلِ أَيَّامِكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ، فَأَكْثِرُوا عَلَيَّ مِنَ الصَّلَاةِ فِيهِ، فَإِنْ صَلَاتَكُمْ مَعْرُوضَةٌ عَلَيَّ» فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَكَيْفَ تُعْرَضُ صَلَاتُنَا عَلَيْكَ وَقَدْ أَرَمْتَ؟ يَقُولُ: بَلِيتَ، قَالَ: «إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى الْأَرْضِ أَجْسَادَ الْأَنْبِيَاءِ رَوَاهُ أَبُو دَاوُدَ بِإِسْنَادٍ صَحِيح.


Artinya: “Sesungguhnya hari yang paling utama bagi kalian adalah hari Jumat. Oleh karena itu, perbanyaklah membaca sholawat untukku pada hari itu, karena sesungguhnya bacaan sholawatmu itu ditampakkan kepadaku.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, bagaimana bacaan sholawat kami diperlihatkan kepadamu sedangkan engkau telah hancur dalam tanah?” Beliau bersabda, “Sesungguhnya Allah mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi.” (HR Abu Dawud dengan sanad shahih)

Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dalam kitab Shalawat bab Keutamaan Hari Jumat dan Malam Jumat.

Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin, Musthafa Dib al-Bugha dkk, menjelaskan mutiara hadits tersebut bahwa jasad para nabi tidak hancur melainkan tetap dalam kondisi seperti mereka meninggal dunia.

Nabi Muhammad SAW Akan Dibangkitkan Pertama

Ahli hadits Ibnu Katsir dalam kitabnya An-Nihayah yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal dan Imron Hasan memaparkan hadits yang menyebut Nabi Muhammad SAW adalah orang yang pertama kali dikeluarkan dari kubur saat hari kebangkitan.

Abu Hurairah RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

أنا سَيِّدُ وَلَدِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَأَوَّلُ مَنْ يَنْشَقُّ عَنْهُ الْقَبْرُ وَأَوَّلُ شَافِعِ وَأَولُ مُشفع

Artinya: “Aku adalah pemimpin anak cucu Adam di hari kiamat, orang yang pertama-tama dikeluarkan dari rekahan bumi, orang yang pertama-tama memberi syafaat, dan orang pertama-tama yang diterima syafaatnya.”

Dalam Shahih Muslim terdapat hadits serupa dengan redaksi,

أنا أَوَّلُ مَنْ تَنْشَقُ عَنْهُ الْأَرْضِ فَأَجِدُ مُوسَى مُتَعَلِّقًا بِقَائِمَةٍ فَلَا أَدْرِي أَفَاقَ قَبْلِي ؟ أَمْ أَجْزِيَ بِصَعْقَةِ الطُّورِ.

Artinya: “Aku adalah orang yang pertama-tama direkahkan bumi. Tiba-tiba aku melihat Nabi Musa berpegangan pada kaki ‘Arsy. Aku tidak tahu, apakah dia memang sudah siuman sebelum aku, ataukah itu merupakan balasan baginya atas pingsannya (dulu pada peristiwa di) Bukit Thur itu.”

Menurut Ibnu Katsir, kata-kata dalam hadits tersebut tentang apa yang dialami Nabi Muhammad SAW saat rekahnya bumi kemungkinan berasal dari perawi karena teringat hadits lain yang kemudian ia selipkan dalam redaksi hadits ini.

Sejumlah hadits turut menggambarkan kondisi manusia saat dibangkitkan. Ada yang tanpa alas kaki, telanjang, dan tidak dikhitan. Dikatakan pula, Nabi Ibrahim AS adalah orang yang pertama kali diberi pakaian.

Wallahu a’lam.

(kri/erd)



Sumber : www.detik.com

Sudah Tobat Maksiat Lagi, Hati-hati Pintu Ampunan Akan Ditutup Waktu Ini


Jakarta

Islam memerintahkan pemeluknya bertobat meski berulang kali maksiat. Sebab, pintu tobat akan terus dibuka hingga tiba suatu waktu yang ditentukan Allah SWT. Kapan itu?

Ulama kontemporer ahli hukum Islam asal Mesir, Yusuf Qardhawi, menerangkan dalam Al-Taubat Ila Allah yang diterjemahkan Irfan Maulana Hakim, tobat dari dosa adalah kewajiban agama yang harus dikerjakan. Anjuran tobat diperintahkan dalam Al-Qur’an dan dianjurkan oleh sunnah Nabi.

Perintah tobat dalam Al-Qur’an salah satunya terdapat dalam surah At Tahrim ayat 8. Allah SWT berfirman,


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا تُوْبُوْٓا اِلَى اللّٰهِ تَوْبَةً نَّصُوْحًاۗ عَسٰى رَبُّكُمْ اَنْ يُّكَفِّرَ عَنْكُمْ سَيِّاٰتِكُمْ وَيُدْخِلَكُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُۙ يَوْمَ لَا يُخْزِى اللّٰهُ النَّبِيَّ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗۚ نُوْرُهُمْ يَسْعٰى بَيْنَ اَيْدِيْهِمْ وَبِاَيْمَانِهِمْ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَآ اَتْمِمْ لَنَا نُوْرَنَا وَاغْفِرْ لَنَاۚ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ ٨

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertobatlah kepada Allah dengan tobat yang semurni-murninya. Mudah-mudahan Tuhanmu akan menghapus kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersamanya. Cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanannya. Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, sempurnakanlah untuk kami cahaya kami dan ampunilah kami. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.”

Para mufassir mengatakan tobat yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah tobat nasuha yakni tobat yang sebenarnya, yang ikhlas, dan jujur.

Rasulullah SAW yang memiliki sifat maksum atau terhindar dari dosa pun bertobat 70 hingga 100 kali sehari. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah memaparkan hadits yang menyebutkan hal ini dalam kitab At-Taubah Wa al-Inabah, Rasulullah SAW bersabda,

“Hari manusia, bertobatlah kepada Allah. Sesungguhnya aku bertobat kepada-Nya lebih dari tujuh puluh kali dalam sehari.”

Dalam hadits lain, seperti dipaparkan Ibnu Jauzi dalam kitab Al Wafa, Ibnu Umar RA pernah mendengar bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Wahai manusia bertobatlah kepada Tuhanmu, karena saya bertobat kepada-Nya seratus kali dalam sehari.” (HR Abu Ashim dan Az-Zabidi)

Tobat Wajib Dilakukan dengan Segera

Seorang mukmin yang melakukan perbuatan dosa wajib bertobat dengan segera, menurut sumber sebelumnya. Tobat tidak boleh ditunda-tunda (ta’khir) atau ditangguhkan (taswif). Menurut Yusuf Qardhawi hal itu bisa mengganggu hati orang yang beragama.

“Apabila ia tidak segera menyucikan dirinya dengan tobat, sedikit demi sedikit, pengaruh dari perbuatan dosa itu bisa jadi membengkak, satu demi satu. Akhirnya, timbullah noda hitam pada hati orang tersebut,” jelas Syekh Yusuf Qardhawi. Ibnu Qayyim turut mengatakan hal serupa untuk menyegerakan tobat.

Pintu Tobat Ditutup saat Matahari Terbit dari Barat

Dalam Habbi Ya Riih al-Iimaan karya Khalid Abu Syadi yang diterjemahkan Arif Chasanul Muna dkk, terdapat hadits hasan yang menyebut pintu tobat akan ditutup saat matahari terbit dari barat. Terbitnya matahari dari arah terbenam ini adalah salah satu tanda kiamat. Rasulullah SAW bersabda,

إنَّ لِلْتَوْبَةِ بَابًا عُرِضَ مَا بَيْنَ مَصْرَعَيْهِ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لا يُعْلَقُ حَتَّى تَطْلُعُ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Artinya: “Sesungguhnya pada tobat ada pintu yang dibentangkan terbuka lebar antara timur dan barat yang tidak akan ditutup sampai matahari terbit dari barat.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا

Artinya: “Allah akan senantiasa menghamparkan tangan-Nya di waktu malam untuk menerima tobat orang yang berbuat kesalahan di waktu siang. Dan, Dia akan selalu menghamparkan tangan-Nya di waktu siang untuk menerima tobat orang yang berbuat kesalahan di waktu malam. Terus demikian hingga matahari terbit dari tempatnya terbenam.” (HR Muslim)

Kebenaran ditutupnya pintu tobat setelah matahari terbit dari barat didukung dengan sejumlah hadits shahih lain bahwa pada waktu itu pintu tobat ditutup hingga tiba hari kiamat.

Ada hadits lain yang menyebut tobat seseorang akan diterima sebelum sakaratul maut. Menurut penjelasan dalam Ensiklopedia Hadits Ibadah karya Syamsul Rijal Hamid, hadits ini diriwayatkan dari Abdullah bin Umar bin Khattab RA.

إن الله عز وجل يقبل تَوْبَةَ العَبْدِ ما لم يُغَرْغِرْ

Artinya: “Sesungguhnya Allah Yang Mahaagung akan menerima tobat seseorang sebelum nyawa sampai di tenggorokan (sekarat).” (HR At Tirmidzi)

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Amalan dan Doa Jumat Terakhir Bulan Rajab, Yuk Amalkan!



Jakarta

Ada amalan dan doa yang dapat dibaca pada Jumat terakhir bulan Rajab. Umat Islam harus mengetahuinya agar mendapat keutamaan dari hari dan bulan mulia ini.

Jumat merupakan hari yang istimewa bagi umat Islam. Ada banyak dalil yang menyebutkan keutamaan hari Jumat. Hari ini semakin istimewa karena berada di bulan Rajab yang menjadi salah satu bulan mulia.

Dalam sebuah hadits, dari Abu Hurairah RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik hari di mana matahari terbit pada hari itu adalah hari Jumat. Pada hari Jumat Adam diciptakan, pada hari Jumat Adam dimasukkan surga, pada hari Jumat Adam dikeluarkan dari surga dan kiamat tidak terjadi kecuali pada hari Jumat.” (HR Muslim)


Imam Nawawi dalam kitabnya, Al-Adzkar pada Bab ‘Zikir-Zikir dan Doa-Doa yang Disunnahkan pada Hari Jumat dan Malamnya’ menjelaskan bahwa disunnahkan pada hari Jumat dan malamnya untuk membaca Al-Qur’an, berdzikir, berdoa, bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW dan membaca surah Al-Kahfi.

Amalan Jumat Bulan Rajab

Ada banyak amalan yang dapat dikerjakan pada hari Jumat, termasuk pada Jumat terakhir bulan Rajab. Berikut beberapa amalan yang bisa dikerjakan pada hari Jumat:

1. Sholawat

Mengutip buku Rahasia Kedahsyatan Hari Jumat: Berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah karya Nur Aisyah Albantany, dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW menjelaskan keutamaan bersholawat di hari Jumat. Rasulullah SAW bersabda,

“Perbanyaklah membaca shalawat kepadaku pada hari Jumat. Sebab, siapa yang paling banyak membaca shalawat maka ia yang paling dekat kedudukannya denganku.” (HR Baihaqi)

2. Berdoa

Mengutip buku Zikir dan Doa Penghuni Surga karya Supriyadi, hari Jumat juga menjadi waktu yang dianjurkan untuk berdoa. Rasulullah SAW menjelaskan bahwa berdoa di hari Jumat merupakan waktu yang mustajab untuk berdoa.

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Rasulullah SAW menyebutkan hari Jumat, beliau bersabda, ‘Pada hari Jumat ada satu saat yang tidak bertepatan seorang hamba Muslim salat dan memohon suatu kebaikan kepada Allah melainkan akan diberikan kepadanya.”

3. Membaca Surah Al-Kahfi

Rasulullah SAW bersabda,

مَنْ قَرَأَ سُورَةَ الْكَهْفِ فِى يَوْمِ الْجُمُعَةِ أَضَاءَ لَهُ مِنَ النُّورِ مَا بَيْنَ الْجُمُعَتَيْنِ

Artinya: “Barang siapa membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, niscaya Allah meneranginya dengan cahaya di antara dua Jumat.” (HR Al-Hakim dan dinilai shahih)

4. Sedekah

Dalam hadits dari Abdillah bin Abi Aufa bahwa Rasulullah bersabda, ‘Perbanyaklah membaca sholawat kepadaku di hari Jumat sesungguhnya sholawat itu tersampaikan dan aku dengar’. Nabi SAW bersabda, ‘Dan di hari Jumat pahala bersedekah dilipatgandakan.”

5. Memperbanyak Istighfar

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Barangsiapa pada hari Jumat masuk ke dalam masjid, lalu dia shalat empat rakaat (shalat sunat), dan pada setiap rakaatnya ia membaca Al-Fatihah dan Qul huwallahu ahad (surat Al- Ikhlas) lima puluh kali hingga menjadi dua ratus kali dalam empat rakaat, maka ketika datangnya ajal dia akan melihat tempatnya di dalam Surga atau (tempat itu) akan diperlihatkan kepadanya.” (HR. Daraqutni Al-Khattab).

Doa Jumat Terakhir Bulan Rajab

Di hari Jumat juga seorang muslim bisa mengamalkan doa untuk memohon rahmat Allah SWT. Mengutip buku Agar Hidup Selalu Berkah karya Habib Syarief Muhammad Alaydrus, berikut ini bacaan doa hari Jumat yang bisa diamalkan:

أدام الله لكم بركة الجمعة دهوراً، وألبسكم من تقواه نوراً، جمعة مباركة

Arab latin: Adamallahu lakum barakatal Jumat duhuran, wa albasakum min taqwahu nuron, jumatan mubarakah

Artinya : “Semoga Allah SWT memberikan berkah kepada kalimat pada hari Jumat ini, serta Allah mengenakan cahaya dari kesalehan hari ini, Jumat yang diberkahi,”

Selanjutnya ialah doa agar diberikan keberkahan rezeki serta terhindar dari siksa kubur.

الَّلهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِيمَا رَزَقْتَنَا، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Arab latin: Allahumma barik lana fi ma razaqtana wa qina adza bannar.

Artinya: “Ya Allah, berikan kami berkah pada rezeki yang telah Engkau berikan dan peliharalah kamu dari siksa neraka,”

Kemudian, ada juga doa yang bisa dipanjatkan agar terhindar dari dan diberkahi dalam musibah.

بَارَكَ اللهُ لَكُماَ وَبَارَكَ عَلَيْكُماَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Arab latin: Barakallahu laka wa baraka ‘alaika wa jama’a bainakumaa fii khairin.

Artinya: “Semoga Allah memberi berkah untukmu dalam kebaikan. Semoga Allah memberi berkah dalam musibahmu. Dan semoga Allah mengampuni kalian berdua (sebagai suami istri) dalam kebaikan,”

Selain doa tersebut, umat Islam juga dapat mengamalkan doa ini di hari Jumat.

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Arab latin: Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ughtala min tahtii

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah, Shahih Ibnu Majah)

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah Beri Syafaat di Padang Mahsyar


Jakarta

Kiamat adalah sebuah peristiwa di mana alam semesta ini hancur dan menjadi awal bagi kehidupan yang abadi. Setelah kiamat, manusia akan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT dan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menjalani pengadilan.

Ketika berada di Padang Mahsyar, semua orang sibuk dengan dirinya sendiri, khawatir dengan nasib dan mencoba mencari perlindungan. Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa pun angkat tangan saat dimintai syafa’at oleh orang-orang mukmin di Padang Mahsyar.

Syekh Ibrahim Al-Bajury dalam kitabnya “Tijanud Darary” mengisahkan, sekelompok manusia beriman berinisiatif mendatangi Nabi Adam dengan suatu permohonan. “Wahai Nabi Adam! Engkau bapak segala manusia dan tercipta dengan kekuasaan Allah. Mohonkan kepada Allah agar mempercepat proses ini dan meringankan beban kita ini”.


Nabi Adam menjawab: “Aku tidak berani berbicara di hadapan Allah karena waktu dahulu pernah bersalah sehingga dikeluarkan dari surga. Saat ini aku hanya berpikir untuk diriku”.

Nabi Adam kemudian mengarahkan agar manusia mendatangi Nabi Nuh sebagai rasul pertama.

Manusia kemudian mendatangi Nabi Nuh dan berkata: “Wahai Nuh, bermohonlah kepada Allah agar mempercepat proses ini”.

Nabi Nuh menjawab: “Aku tidak berani berbicara di hadapan Allah saat ini, karena dulu aku pernah bermohon agar Allah menenggelamkan penduduk bumi sehingga banjir melanda”.

Nabi Nuh merasa bersalah dan malu berbicara kepada Allah, dia hanya mengarahkan agar para manusia menghadap Nabi Ibrahim sebagai kekasih Allah.

Berikutnya sekelompok manusia menghadap Nabi Ibrahim. Ternyata Nabi Ibrahim juga mengaku pernah bersalah. Karena kepandainnya bersilat lidah beliau mengaku telah berdusta tiga kali, walaupun sebenarnya beliau bukan berdusta.

Pertama mengatakan “inni saqiim/aku sedang sakit”, maksudnya bukan sakit fisik tapi sakit perasaan karena banyak yang melakukan kemusyrikan. Kedua ketika mengatakan isterinya sebagai saudara “innaha ukhti”, maksudnya saudara seagama. Ketiga ketika menjawab pertanyaan Raja Namrud tentang siapa yang menghancurkan berhala setelah beliau melakukannya. Beliau mengatakan “kabiiruhum hadza”, yang besar ini. Maksudnya bukan yang besar ini penghancurnya, tapi ini yang paling besar ukuran berhalanya.

Nabi Ibrahim tidak bisa memberi syafa’at dan mengarahkan kepada Nabi Musa yang pernah berdialog langsung dengan Allah.

Nabi Musa juga tidak bisa karena pernah melakukan pembunuhan yang tidak semestinya. Beliau tidak sengaja hanya melakukan pukulan sedikit tanpa berniat membunuh ternyata orang itu mati.

Para manusia kemudian mendatangi Nabi Isa. Dalam dialognya, Nabi Isa tidak bisa juga memberi syafa’at karena Isa dan ibunya Maryam telah manusia jadikan sebagai Tuhan selain Allah. Nabi Isa malu meminta sesuatu kepada Allah.

Lantas siapa yang bisa memberikan syafa’at kepada manusia? Siapa yang akhirnya menjadi manusia paling sibuk di akhirat?

Akhirnya mereka mendatangi Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi. Nabi Muhammad saja yang berani merespon. “Ayo umatku. Ayo umatku. Ayo umatku. Mari datang ke sini. Ini memang wewenangku”. Beliau sujud di bawah ‘arsy’ seperti salat.

Sampai ada suara “Angkat kepalamu Muhammad, jika kamu meminta sesuatu Aku berikan dan jika kamu meminta syafa’at ini Aku serahkan”. Nabi Muhammad kemudian memberikan syafa’at terbesar kepada umat beriman di padang mahsyar.

Rasulullah Jadi Manusia Pertama yang Dibangkitkan dari Kubur

Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ” Orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur di hari kiamat nanti adalah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam”.

Saat itu, malaikat Jibril datang ke hadapan Rasulullah dengan membawa buraq. Lalu, malaikat Israfil membawa bendera dan mahkota, sedangkan malaikat Izrail datang dengan membawa pakaian-pakaian.

Israfil berkata “Wahai Roh yang baik, kembalilah ke tubuh yang baik” , maka kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mulai terbongkar.

Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah SAW berdiri, Sang Nabi membersihkan tanah dari atas kepala dan janggutnya. Kemudian dilihatnya kondisi di sekitar yang sudah rata dengan tanah. Nabi Muhammad kemudian menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.

Beliau bersabda, “Kekasihku Jibril, gembirakanlah aku”. Jibril berkata, “Lihatlah apa yang ada di hadapanmu”. Rasulullah bersabda, “Bukan seperti itu pertanyaanku” .Jibril kembali berkata “Adakah kau tidak melihat bendera kepujian yang terpasang di atasnya”.

Rasulullah SAW bersabda, “Bukan itu maksud pertanyaanku, aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka? Niscaya akan kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafa’atkan umatku”.

Rasulullah Beri Syafa’at di Padang Mahsyar

Rasulullah SAW menjadi satu-satunya nabi yang menyanggupi permintaan dari para mukmin untuk memberikan syafa’at. Bahkan, ketika sudah berada di dalam surga sekalipun beliau masih sibuk memikirkan umatnya dengan terus memohon kepada Allah agar bisa menolong umatnya.

Hal ini bukan sebuah kebetulan, Rasulullah SAW memang rasul yang sangat memperhatikan keselamatan para umatnya. Bahkan saat diberikan pilihan oleh Allah, antara memilih separuh umatnya masuk surga dengan syafa’at, maka Rasulullah SAW memilih syafa’at. Sebab cakupan syafa’at lebih luas dan menjadi hak setiap muslim yang beriman.

Mengutip dari laman NU Online, diungkapkan dalam sebuah hadits beliau bersabda. “Apakah kalian tahu apa yang dipilihkan Tuhanku malam ini?” Para sahabat menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya Dia memberi pilihan kepadaku antara separuh umatku masuk surga dengan syafaat, maka aku memilih syafaat,” (HR ath-Thabrani).

Bahkan, ketika nabi lain menggunakan doa mustajabnya untuk di dunia, Rasulullah SAW mempersiapkan doa mustajab untuk mensyafaati umatnya. Sebagaimana dalam hadits berikut:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الآخِرَةِ

Artinya, “Setiap nabi memiliki doa mustajab yang dapat dipergunakannya. Namun, aku ingin menyimpan doa (mustajab)-ku untuk memberi syafaat kepada umatku di akhirat,” (HR Al-Bukhari).

Syarat Mendapat Syafaat dari Rasulullah saat Kiamat

Berikut 3 syarat agar mendapat syafaat dari Rasulullah SAW ketika di akhirat kelak:

1. Meninggal dalam Keadaan Tidak Menyekutukan Allah

Hal itu seperti yang ditandaskan dalam sabdanya:

أُشْهِدُكُمْ أَنَّ شَفَاعَتِي لِكُلِّ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Artinya, “Aku bersaksi kepada kalian bahwa syafaatku diperuntukkan bagi setiap muslim yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan apapun,” (HR Abu Dawud).

2. Meninggal Membawa Keimanan Walau Sebesar Biji Sawi

Hal itu seperti yang digambarkan dalam haditsnya:

أَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ فَيُفْتَحُ بَابٌ مِنْ ذَهَبٍ وَحِلَقُهُ مِنْ فِضَّةٍ، فَيَسْتَقْبِلُنِي النُّورُ الْأَكْبَرُ، فَأَخِرُّ سَاجِدًا، فَأُلْقِي مِنَ الثَّنَاءِ عَلَى اللَّهِ مَا لَمْ يُلْقِ أَحَدٌ قَبْلِي، فَيُقَالُ لِي: ارْفَعْ رَأْسَكَ، سَلْ تُعْطَهْ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ، قَالَ: ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ أُلْقِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، وَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ،

Artinya, “Aku mengunci pintu surga. Tiba-tiba dibukakan satu pintu dari emas dan lengkungnya dari perak. Kemudian aku disambut oleh cahaya yang agung. Aku pun langsung bersujud seraya menyampaikan pujian kepada Allah dengan pujian yang belum pernah disampaikan seorang pun sebelumku. Disampaikanlah kepadaku, ‘Angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Meminta syafaatlah, niscaya engkau akan diberi syafaat.’ Aku pun berkata, ‘Umatku…!’ Lantas dijawab, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walau seberat biji gandum.’ Aku pun bersujud kedua kalinya dan menyampaikan pujian yang sama dan disampaikan lagi kepadaku jawaban yang sama. Lalu terus memohon lagi, ‘Umatku…!’ Disampaikan kepadaku, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walaupun sekecil biji sawi.'”

3. Meninggal Mengucapkan Kalimat Thayyibah atau Lailahaillah dengan Ikhlas

Sebagaimana yang disampaikan dalam lanjutan hadits di atas:

ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّالِثَةَ، فَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، ثُمَّ أَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا

Artinya, “Aku bersujud ketiga kalinya dan disampaikan kepadaku jawaban yang sama. Setelah itu, aku mengangkat kepala dan memohon lagi, ‘Umatku…!’ Lalu disampaikan kepadaku,’Engkau berhak menolong orang yang mengucap ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas,'” (HR Abu Ya’la).

Itulah sepak terjang seorang Rasulullah SAW saat hari akhir nanti. Sungguh beliaulah manusia paling sibuk dan paling peduli dengan keselamatan umatnya.

(hnh/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Tobatnya Malik bin Dinar, Seorang Polisi yang Pemabuk


Jakarta

Malik bin Dinar adalah seorang ulama yang gemilang di dunia keilmuan Islam. Ia memiliki nama lengkap Abu Yahya al-Basri Malik bin Dinar. Ia sempat hidup bersama dengan beberapa sahabat nabi dan berguru dengan tabi’in yang alim, sebagaimana disebutkan dalam buku Kisah-kisah Tidak Sahih di Meja Penceramah oleh Dzulkhairi Md Noor.

Malik bin Dinar dikenal sebagai orang yang memiliki watak yang tinggi. Contohnya, beliau pernah berkata, “Penduduk dunia keluar dari dunia, namun mereka tidak merasai kelezatan satu perkara.”
Ia lalu ditanya perkara apakah itu, ia pun menjawab, “Ma’rifah Allah (mengenali Allah SWT).”

Dikisahkan, mulanya Malik bin Dinar adalah seorang pemabuk. Namun, ia akhirnya mau bertobat kepada Allah SWT dan menjadi orang yang lebih baik.


Kisah Tobatnya Malik bin Dinar

Kisah tobatnya Malik bin Dinar ini diambil dari buku Tetesan Saripati Hikmah oleh Ilha Akbar. Dulunya ia adalah polisi yang gemar meminum khamr (alkohol) dan kerap bermabuk-mabukan.

Suatu hari, Malik bin Dinar pun membeli seorang budak. Ia menikahinya dan dikaruniai seorang putri.

Setiap kali, ia meletakkan khamr di hadapannya, putrinya tersebut yang sudah mulai bisa merangkak selalu datang dan menjauhkan minuman itu darinya. Putrinya juga akan menumpahkannya atau menyingkirkannya. Namun, tidak lama, putri Malik bin Dinar meninggal dunia saat usia menginjak umur dua tahun.

Dikisahkan, malam Nisfu Sya’ban yang bertepatan pada hari Jumat pun datang. Saat itu, Malik bin Dinar sedang mabuk di rumah sampai lupa untuk melaksanakan salat Isya. Saat mabuk, ia memimpikan hal yang mengerikan.

Dalam mimpi itu, Malik bin Dinar melihat hari kiamat telah tiba, sangkakala telah ditiup dan orang-orang bangkit dari kuburnya. Ia berada di tengah lautan manusia yang berkumpul di situ. Ia pun berlari saat kulihat seekor ular raksasa berwarna biru kehitaman yang mengejarnya dengan mulut yang terbuka.

Saat tengah berlari berlari, Malik bin Dinar melihat seorang syaikh yang berpakaian bersih dan memancarkan wangi semerbak. Ia pun meminta perlindungan darinya.

Namun syaikh tersebut berkata, “Aku lemah dan dia (ular) lebih kuat dariku. Aku tidak dapat melawannya. Pergilah cepat, mungkin Allah akan menganugerahimu sesuatu yang akan menyelamatkanmu darinya.”

Ketika Malik bin Dinar kembali berlari sampai melihat sebuah tebing, ternyata ada neraka di baliknya yang hampir menelan siapapun.

Dalam mimpi tersebut ia terus berlari hingga mendatangi gunung perak dengan kubah berlapis permata di atasnya. Di setiap kubah itu memiliki dua pintu besar yang berwarna merah keemasan dengan taburan zamrud dan mutiara yang digantungi tirai-tirai sutra.

Belum sampai di dalamnya, salah seorang malaikat berteriak kepada Malik bin Dinar, “Angkatlah tirai-tirai, bukalah pintu-pintu dan awasilah! Mudah-mudahan orang yang malang ini mempunyai sesuatu dalam simpanan bersamamu yang dapat menolong dari musuhnya.”

Tirai-tirai itu pun terbuka. Terlihat wajah anak-anak yang bercahaya seperti bulan purnama. Saat ular itu hampir kembali menyusul Malik bin Dinar untuk masuk ke dalam kubah itu, anak-anak tadi dengan sigap keluar dengan bergerombol.

Hingga, Malik bin Dinar melihat putrinya yang sudah meninggal dunia berada di barisan anak-anak tersebut. Putriku menangis dan memanggilnya, “Ayahku, Demi Allah!”

Malik bin Dinar pun menangis seraya menggendong putrinya. Ia juga menanyakan apakah anak-anak itu mengerti tentang Al-Qur’an. Putrinya tersebut menjawab bahwa ia memahaminya lebih baik daripada ayahnya sendiri.

Anak Malik bin Dinar kemudian menjelaskan, ular besar yang mengejarku tadi adalah amal-amal buruk yang sudah kukerjakan. Ia berniat untuk membawa Malik bin Dinar ke neraka dan disiksa di dalamnya.

“Bagaimana dengan syaikh yang kulewati?” tanyanya.

“Wahai ayahku! Itu adalah amal kebaikanmu yang lemah, sehingga mereka tidak dapat mengatasi dosa-dosamu.”

Lalu, saat Malik bin Dinar menanyakan perihal anak-anak yang berada di gunung tadi, putrinya mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak orang muslim yang dikumpulkan di sana sampai hari kiamat yang menanti kedatangan orang-orang agar bisa diberi syafaat.

Hingga, Malik bin Dinar pun terbangun dari tidurnya. Saat itu juga, ia melemparkan khamr di tanganku dan bertekad untuk bertobat dari perbuatan yang buruk kepada Allah SWT.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Israfil, Malaikat Peniup Sangkakala dengan Tiga Jenis Tiupan


Jakarta

Israfil merupakan salah satu dari 10 nama malaikat yang penting bagi umat Islam untuk diketahui. Terdapat banyak riwayat yang membahas tentang malaikat Israfil, seperti halnya 9 malaikat lainnya yang memiliki tugas-tugas mereka masing-masing. Demikian pula, Israfil juga memiliki tugas yang ditetapkan baginya.

Rasulullah SAW pernah membahas mengenai malaikat Israfil. Sabda Rasulullah SAW:

“Bagaimanakah saya ingin bersenang-senang, sedangkan pemilik sangkakala telah memegang sangkakala, mengerutkan dahi, pendengarannya siap siaga menunggu bilakah akan diperintahkan untuk meniup sangkakala itu.” Para sahabat bertanya, “Lantas apakah yang mesti kita lakukan wahai Rasulullah?” Baginda menjawab, “Bacalah oleh kamu, ‘hasbunallahu wani’mal wakiil, tawakkalna ‘alallaahi rabbina’ (cukuplah Allah bagi kami, juga sebagai sebaik-baiknya wakil, hanya kepada Allah kami bertawakal).”


Pada hadits lainnya riwayat dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya, bola mata malaikat yang bertugas meniup sangkakala senantiasa memperhatikan ke arah sekitar ‘Arasy karena dia khawatir mendapatkan perintah saat mengedipkan mata. Kedua matanya bagaikan dua bintang yang terus-menerus bercahaya.” (HR Hakim).

Mengutip buku Ensiklopedia Kiamat karya Tim Gema Insani dijelaskan bahwa Israfil adalah malaikat yang mendapatkan mandat untuk meniupkan terompet Sangkakala di Hari Kiamat nanti. Sesuai dengan hadits di bawah ini.

Hal ini sebagaimana juga riwayat dari Abu Sa’id al-Khudri r.a. bahwa malaikat Israfil adalah malaikat yang diberi mandat untuk meniupkan sangkakala.

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِى الله قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: جِبْرِيلُ عَنْ يَمِينِهِ وَمِيكَابِيلُ عَنْ يَسَارِهِ وَهُوَ صَاحِبُ الصُّوْرِ يَعْنِي إِسْرَافِيلُ.

“Diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw. bersabda, Jibril berada di sebelah kanannya, Mikail di sebelah kirinya, sedangkan dia (yang di tengah) adalah pemegang sangkakala, yaitu Israfil.” (HR Ahmad dan al-Baihaqi).

Selain hadits tersebut, para ulama juga telah mencapai kesepakatan (ijmak) bahwa Malaikat Israfil adalah malaikat yang bertugas sebagai peniup sangkakala pada hari Kiamat, sebagaimana yang disampaikan oleh Al-Imam Al-Qurthubi RA.

“Ulama kami berkata bahwa umat telah bersepakat bahwa yang akan meniup sangkakala adalah Israfil a.s.”

Sebagaimana juga yang diungkap oleh al-Hafiz Ibnu Hajar, “Peringatan: yang masyhur bahwa pemegang sangkakala adalah Israfil. Al-Halimi menukilkan ijmak dalam masalah ini.”

Dari beberapa penjelasan di atas, sesungguhnya Israfil adalah malaikat yang memiliki tugas meniup sangkakala kelak di saat hari Kiamat telah tiba.

Tahapan Tiupan Sangkakala

Mengutip buku Hebatnya Malaikat karya Prime Studio disebutkan ada 3 tahapan tiupan malaikat Israfil, yaitu:

1. Tiupan Faza tiupan yang amat menakutkan hingga mampu menghancurkan seluruh alam semesta dan isinya.

2. Tiupan Sho’aq, tiupan untuk mematikan seluruh makhluk hidup, kecuali beberapa makhluk hidup yang dikehendaki oleh Allah SWT untuk tetap hidup.

3. Tiupan Baats, Tiupan yang mampu membangkitkan manusia dari alam kubur yang nantinya akan dikumpulkan di Padang Mahsyar.

Malaikat yang Dikecualikan Tetap Hidup Sesudah Sang Kakala Ditiup

Mansur Abdul Hakim dalam buku Israfil A.S Dan Peristiwa Kiamat menjelaskan Israfil adalah salah satu makhluk yang tetap diizinkan hidup oleh Allah SWT ketika tiupan yang membuat semua makhluk meninggal.

Malaikat Israfil dikehendaki oleh Allah SWT untuk tetap hidup. Surah Az-Zumar ayat 68:

وَنُفِخَ فِى الصُّوْرِ فَصَعِقَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَمَنْ فِى الْاَرْضِ اِلَّا مَنْ شَاۤءَ اللّٰهُ ۗ ثُمَّ نُفِخَ فِيْهِ اُخْرٰى فَاِذَا هُمْ قِيَامٌ يَّنْظُرُوْنَ ٦٨

Artinya: “Sangkakala pun ditiup sehingga matilah semua (makhluk) yang (ada) di langit dan di bumi, kecuali mereka yang dikehendaki Allah. Kemudian, ia ditiup sekali lagi. Seketika itu, mereka bangun (dari kuburnya dan) menunggu (keputusan Allah).”

Ayat di atas dikuatkan oleh hadits dari pendapat Anas bin Malik RA, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda:

Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah di antara mereka yang diberi pengecualian oleh Allah?” Baginda menjawab, “Mereka yang dikecualikan ialah Jibril, Mikail, Malaikat maut, Israfil a.s dan para malaikat pemikul arasy…”5 al-Hadith.

Dalam riwayat al-Baihaqi, daripada Anas bin Malik RA, hadith ini marfu’ (sampai kepada Rasulullah SAW).

Selain itu, Rasulullah SAW bersabda:

“Antara yang dikecualikan oleh Allah SWT adalah tiga malaikat, iaitu Jibril, Mikail dan Malaikat Maut.”

Itulah penjelasan Israfil sebagai Malaikat peniup sangkakala di hari Kiamat nanti. Bahkan Israfil adalah salah satu malaikat yang diizinkan tetap hidup saat sangkakala ditiup ketika seluruh makhluk hidup telah binasa.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Keledai Nabi Uzair Hidup Lagi Meski Tinggal Tulang Selama Ratusan Tahun



Jakarta

Kisah Nabi Uzair dan keledainya diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Baqarah ayat 259. Keledai Nabi Uzair yang telah menjadi tulang belulang bisa kembali hidup dan utuh.

Kisah ini termaktub dalam surah Al-Baqarah ayat 259,

أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Artinya: Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minuman yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”.

Dijelaskan dalam buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Quran karya Ridwan Abqary, Uzair adalah seorang nabi dari kaum bani Israil. Kisahnya diabadikan dalam Al-Qur’an dan disebutkan sebagai orang yang tertidur selama 100 tahun lamanya.

Tidurnya Nabi Uzair ini terjadi atas kuasa Allah SWT. Bersama Nabi Uzair, ada seekor keledai yang mati. Setelah 100 tahun, tulang belulang keledai ini kembali berkumpul, terlapisi daging dan kembali hidup atas kehendak Allah SWT. Peristiwa ini disaksikan oleh Nabi Uzair.

Nabi Uzair Tertidur 100 Tahun

Merangkum kitab Qashash al-Anbiyaa karya Imam Ibnu Katsir yang diterjemahkan Dudi Rosyadi, suatu hari Nabi Uzair berteduh usai memetik buah-buahan, ia ditemani seekor keledai.

Nabi Uzair beristirahat di sebuah tempat tua sambil menikmati sepotong roti dan air perasan anggur yang baru saja ia petik. Sambil menyandarkan kaki, ia merenungi pemandangan rumah yang atap-atapnya hampir roboh karena ditinggal penghuninya.

Ia juga melihat tulang belulang yang tergeletak di sana seraya berkata, “Bagaimana Allah SWT menghidupkan kembali (negeri) ini setelah hancur?” Ia tidak meragukan bahwa Allah dapat menghidupkan kembali negeri itu. Ia berkata seperti itu karena merasa takjub dengan kuasa Allah SWT.

Di saat itu juga, Allah SWT mengutus malaikat maut untuk mencabut nyawanya, lalu ia dimatikan selama seratus tahun. Keledai Nabi Uzair pun mati beberapa hari setelahnya karena ia tak mendapatkan makan dan minum sementara ia diikat dengan kuat.

Kisah Keledai Nabi Uzair

Dalam kurun waktu 100 tahun itu, banyak peristiwa yang telah terjadi. Kemudian Allah SWT mengutus kembali malaikat untuk menghidupkan Nabi Uzair.

Semua anggota tubuh Nabi Uzair mulai dihidupkan kembali. Pertama akalnya agar ia dapat berpikir, lalu matanya agar ia dapat melihat bagaimana Allah SWT menghidupkan kembali orang yang sudah mati.

Malaikat yang bertugas menghidupkan Nabi Uzair lantas berseru, “Sekarang lihatlah keledaimu.” Lalu Nabi Uzair segera melihat ke arah keledainya yang ternyata tinggal tulang belulang.

Malaikat tersebut berseru kepada tulang belulang itu untuk bersatu kembali, lalu tulang belulang itu pun menyatu dan membentuk seekor keledai.

Makailat itu menunggangi tulang belulang yang membentuk seekor keledai, sementara Uzair memperhatikannya.

Keledai itu kemudian dibungkus dengan urat-urat syaraf, lalu dibungkus dengan daging, kemudian dibungkus lagi dengan kulit dan bulu, kemudian ditiupkan kembali nyawanya. Keledai itu pun dapat bergerak lagi dan langsung menghadapkan kepala dan kedua telinganya ke atas langit karena mengira Hari Kiamat telah tiba.

Firman Allah SWT, “Tetapi lihatlah keledaimu (yang telah menjadi tulang belulang). Dan agar kami jadikan engkau tanda kekuasaan Kami bagi manusia. Lihatlah tulang belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging.”

Peristiwa ini membuat Nabi Uzair kemudian berkata, “Saya mengetahui bahwa Allah SWT Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Air Zamzam yang Tak Pernah Kering Sejak Zaman Nabi Ibrahim AS



Jakarta

Salah satu keistimewaan air zamzam adalah adanya kenyataan bahwa air zamzam tidak pernah kering dan terus ada airnya tanpa pernah henti, meski ia telah berusia ribuan tahun, serta telah diambil dan dikonsumsi oleh jutaan manusia dari seluruh penjuru dunia.

Mengutip buku berjudul Mukjizat Penyembuhan Air Zamzam yang ditulis Badiatul Muchlisin Asti menuliskan kisah ketika Hajar melihat malaikat berdiri di sebuah tempat (di dekat sumur zamzam sekarang), terlihat malaikat itu tengah menggali tanah dengan sayapnya, hingga air pun menyembur deras dari tempat itu.

Hajar kemudian membuat lubang seperti baskom dengan tangannya dan mengisi kantong kulitnya dengan air yang menyembur deras dari tempat itu. Air itu terus menyembur deras meskipun telah ia bendung sebagian darinya. Sehingga bila bukan karena kasih sayang Allah, maka air itu akan menjadi arus deras yang meliputi permukaan bumi.


Nabi Muhammad SAW ketika menceritakan kisah Hajar dan Nabi Ismail, beliau bersabda,

يَرْحَمُ اللَّهُ أُمَّ إِسْمَاعِيلَ ، لَوْ تَرَكَتْ زَمْزَمَ — أَوْ قَالَ: لَوْ لَمْ تَغْرِفْ مِنَ الْمَاءِ – لَكَانَتْ زَمْزَمُ عَيْنًا مَعِيْنًا

Artinya: “Semoga Allah melimpahkan Kasih-Nya kepada Ibu Ismail. Jika saja ia membiarkan zamzam (terus menyemburkan air tanpa mengendali- kannya atau kalau ia tidak mengambil air darinya), zamzam akan menjadi arus deras yang meliputi permukaan bumi”. (HR. Bukhari)

Kisah di atas menunjukkan tidak akan pernah keringnya mata air zamzam sepanjang masa. Air zamzam tidak akan pernah kering dan airnya tak akan pernah habis. Ibnu Abbas berkata, “Seandainya ia (Hajar) tetap meninggalkannya, maka pasti air itu tetap akan ada.”

Ibnu Al-Jauzi berkata, “Keberadaan air zamzam adalah nikmat Allah tanpa usaha manusia. Maka tatkala dibendung oleh Hajar, masuklah usaha manusia, lalu nikmat itu dikurangkan”.

Kisah lainnya yang menunjukkan tidak akan pernah keringnya air zamzam adalah kisah Abdul Muthalib ketika bermimpi mendapatkan perintah menggali mata air zamzam. Ketika itu, untuk ketiga kalinya, Abdul Muthalib bermimpi, dalam mimpinya ada seseorang yang menghampirinya dan berkata, “Galilah olehmu Zam- zam!”, maka Abdul Muthalib bertanya, “Apa itu Zamzam?”.

Orang itu berkata, “la (Zamzam) adalah mata air yang tidak akan kering selamanya. Ia akan melayani minum para haji yang berjubel. la berada di antara kotoran dan darah. la terletak di tempat berkumpulnya burung-burung elang dan berada di dekat lubang semut.”

Ad-Dahhak bin Muzahim berkata, “Sesungguhnya Allah akan mengangkat air tawar sebelum hari kiamat, dan semua air akan meresap selain air zamzam. Bumi akan terurai isinya, termasuk emas dan perak, kemudian seseorang akan datang membawa karung penuh emas dan perak seraya berkata, ‘Siapakah yang mau menerima barang ini dariku?’. Kemudian seseorang berkata, ‘Seandainya engkau bawakan kemarin, tentu aku akan menerimanya’.”

Lebih dari itu, fakta nyata yang tak bisa dibantah oleh siapa pun adalah sejak zaman Nabi Ismail hingga sekarang, air zamzam tidak pernah habis sekalipun jutaan orang telah mengambilnya, terutama pada bulan Ramadhan dan bulan Haji. Orang yang melihat sumur zamzam akan mendapatkan kenyataan bahwa permukaan airnya tidak pernah berubah, tidak berkurang, sekalipun telah di- ambil. la juga tidak memancar banyak sehingga mengalir di muka bumi, juga tidak berkurang, dalam arti tidak tersisa sama sekali.

Abdul Basit bin Abdul Rahman dalam buku Makkah al-Mu- karramah Fadhaa’iluha wa Tarikhuha (Makkah al-Mukarramah, Kelebih- an dan Sejarahnya) menyebutkan, bahwa sumur zamzam sudah berumur hampir 5000 tahun, persisnya 4946 tahun, sejak Nabi Ibrahim hingga sekarang.

Syahruddin El-Fikri mengutip artikel anggota Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari menyebutkan bahwa dalam sebuah uji pemompaan sumur zamzam mampu mengalirkan air sebanyak 11-18,5 liter per detik atau mencapai 660 liter per menit. Uji pemompaan ini dilakukan sebelum 1950-an.

Berikutnya, dibangunlah pompa air pada 1953 yang menyalurkan air dari sumur zamzam ke bak penampungan dan keran-keran. Ketika dilakukan pengujian, pada pemompaan 8.000 liter per detik selama 24 jam, air dalam sumur zamzam mengalami penyusutan sedalam 3,23 meter. Ketika pemompaan dihentikan, permukaan sumur kembali ke asalnya hanya dalam waktu 11 menit. Hal ini menimbulkan pertanyaan. Dari mana sumber air sumur zamzam yang begitu cepat berkumpul kembali tersebut?

Rovicky menjelaskan bahwa terdapat banyak celah atau rekahan bebatuan di sekitar sumur zamzam. Salah satu rekahan memanjang ke arah Hajar Aswad dengan panjang 75 sentimeter dan ketinggian 30 sentimeter.

Adapun beberapa celah kecil memanjang ke arah Safa dan Marwa. Keterangan geometris lain menyebutkan keberadaan celah sumur di bawah tempat tawaf. Celah-celah inilah yang kemudian memasok air ke sumur zamzam.

Wallahu’alam

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Masyarakat Sambut Nabi Muhammad SAW saat Hijrah ke Madinah



Jakarta

Nabi Muhammad SAW hijrah ke Madinah pada 622 M. Kedatangan Nabi Muhammad SAW ke Madinah disambut hangat sehingga Islam dapat berkembang dengan cepat di kota ini.

Peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW terjadi setelah Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW, meninggal dunia. Hubungan kaum Quraisy dengan Nabi Muhammad SAW memburuk. Pihak Quraisy bahkan tidak segan membunuh Nabi Muhammad SAW.

Mengutip buku Sejarah Peradaban Islam karya Akhmad Saufi, Rasulullah SAW kemudian memutuskan untuk hijrah ke Yatsrib. Dakwah Rasulullah SAW sebelumnya sudah sampai dan diterima masyarakat Kota Yatsrib.


Nabi Muhammad SAW Tiba di Madinah

Dalam buku Sejarah Peradaban Islam Terlengkap karya Rizem Aizid, Yatsrib (Madinah) adalah tempat pertemuan dua kelompok besar Yahudi dan Anshar yang terdiri atas dua kabilah Aus dan Khazraj, ditambah kabilah-kabilah Mujahirin. Dengan demikian, Yatsrib menjadi titik pertemuan antar kabilah.

Hal inilah yang membuat ajaran Nabi Muhammad SAW mudah diterima di Yatsrib. Ditambah lagi, masyarakat Arab dan Yahudi di kota itu sudah sering mendengar hal-hal yang berhubungan dengan Tuhan, wahyu, hari kiamat, serta surga dan neraka. Istilah-istilah ini disampaikan dalam agama para nabi sebelumnya, jadi ketika Nabi Muhammad SAW mengajarkannya, masyarakat Madinah sudah tidak asing.

Merujuk buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim, Nabi Muhammad SAW dan kaum muslim lainnya tiba di Quba pada hari Senin tanggal 8 Rabiul Awal tahun ke-13 kenabian, yang dalam penanggalan Masehi bertepatan dengan 20 September 622.

Pada hari Jumat berikutnya, yakni tanggal 12 Rabiul Awal, beliau bertolak meninggalkan Quba dan memasuki Yatsrib. Di sana, beliau tinggal di rumah Abu Ayyub.

Nabi Muhammad SAW tiba di Kota Yastrib pada Jumat siang. Saat itu beliau langsung menggelar salat Jumat untuk pertama kalinya. Dalam khutbahnya, beliau menyampaikan pujian dan rasa syukur kepada Allah SWT sekaligus mengajak masyarakat untuk bertakwa dan berjihad di jalan-Nya.

Sambutan Masyarakat Madinah pada Nabi Muhammad SAW

Selesai melaksanakan salat Jumat, Nabi Muhammad SAW memasuki Kota Madinah dan masyarakat Madinah menyambut beliau dengan perasaan bahagia. Sejak saat itu, para sahabat Nabi SAW terbagi menjadi dua, yakni kelompok Muhajirin (para sahabat yang berhijrah ke Madinah) dan Anshar (para penduduk asli Kota Yatsrib). Kedua kelompok ini sama-sama para sahabat Rasulullah SAW.

Setelah tiba di Kota Yatsrib, kemudian kota itu disebut Madinah an-Nabi yang maknanya kota Nabi Muhammad SAW. Mulai saat itu, Yatsrib dikenal dengan Kota Madinah hingga saat ini.

Di Kota Madinah, masyarakat setempat berbondong-bondong memeluk agama Islam. Jumlah umat Islam di Madinah bertambah secara signifikan sehingga menjadi peluang bagi Nabi Muhammad SAW untuk mendirikan pemerintahan Islam pertama.

Awal pemerintahan Islam di Madinah diawali dengan tiga hal yakni pembangunan masjid, persaudaraan antara Muhajirin dan Anshar, serta perjanjian kerja sama antara muslim dan nonmuslim.

Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW terus berusaha menyebarkan ajaran Islam kepada semua penduduk di Madinah, termasuk kepada masyarakat Yahudi, Nasrani dan penyembah berhala.

Proses dakwah Nabi Muhammad SAW tidak selalu berjalan mulus karena tetap ada yang menolak secara diam-diam. Di antara yang menolak adalah kaum Yahudi yang sejak awal menolak kedatangan Nabi SAW. Mereka menduga posisi mereka akan bergeser.

Meskipun menolak ajaran Islam, kaum Yahudi melakukan penolakan secara diam-diam karena mereka tidak berani berterus terang untuk menentang Nabi dan umat Islam yang saat itu menjadi mayoritas.

Tujuan Nabi Muhammad Hijrah ke Madinah

Masih merujuk buku karya Riziem Aizid, ada dua tujuan Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah:

1. Menyelamatkan diri dan umat Islam dari tekanan, ancaman, serta kekerasan kaum kafir Quraisy. Bahkan, pada waktu Nabi Muhammad SAW meninggalkan rumah beliau di Makkah untuk berhijrah ke Yatsrib, rumah beliau sudah dikepung oleh kaum Quraisy yang bermaksud membunuh beliau.

2. Agar memperoleh keamanan serta kebebasan dalam berdakwah dan beribadah, sehingga dapat meningkatkan usaha-usaha Nabi Muhammad SAW dalam berjihad di jalan Allah SWT untuk menegakkan dan meninggikan agama-Nya (Islam).

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com