Tag Archives: kisah islami

Kenapa Malaikat Malu kepada Utsman bin Affan?



Jakarta

Khulafaur Rasyidin adalah julukan kepada empat sahabat yaitu Abu Bakar As-Siddiq, Umar bin Khatab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Namun diantara para sahabat Rasulullah SAW, ada salah satu sahabat membuat malaikat menjadi malu. Kenapa malaikat malu kepada Utsman bin Affan?

Riwayat dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda :

“Umatku yang paling penyayang adalah Abu Bakar, yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, yang paling jujur dan malu adalah Utsman, yang paling tahu halal dan haram adalah Mu’adz bin Jabal, yang paling ahli qira’ah adalah Ubay, dan yang paling mengetahui faraidh (ilmu tentang warisan) adalah Zaid bin Tsabit. Tiap-tiap umat ada orang yang terpercayanya dan orang yang terpercaya umat ini adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarah.”


Dari buku Rasulullah SAW: The Untold Story karya Ali Abdullah, Utsman adalah sahabat pilihan Rasulullah SAW, diantara para sahabat yang dijamin masuk Surga, maka Utsman adalah salah satunya.

Suatu kisah Abu Bakar As-Siddiq datang ke rumah Rasulullah SAW, beliau bersikap biasa saja. Umar bin Khattab pun datang kepada Rasulullah SAW, tetapi beliau juga tetap bersikap biasa saja.

Ketika Utsman bin Affan datang, Rasulullah SAW tampak memberikan perhatian khusus. Beliau duduk dan membenarkan pakaian yang beliau kenakan.

Kisah ini pernah diriwayatkan oleh Aisyah RA:

عَنْ عَائِشَة قالت: كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُصْطَجعًا فِي بَيْتِي، كَاشِفَا عَنْ فَخِذَيْهِ، أَوْ سَاقَيْهِ، فَاسْتَأذِنَ أَبُو بَكْرٍ فَأذِنَ لَهُ، وَهُوَ عَلَى تِلْكَ الحال، فَتَحَدَّثَ ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُمَرُ، فَأَذِنَ لَهُ، وَهُوَ كَذلِكَ، فَتَحَدَّثَ، ثُمَّ اسْتَأْذَنَ عُثْمَانُ، فَجَلَسَ رَسُولُ اللهِ صلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَسَوَّى ثِيَابَهُ – قَالَ مُحَمَّدٌ: ولا أقولُ ذَلِكَ فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَدَخَلَ فَتَحَدَّثَ، فَلَمَّا خَرَجَ قالتْ عَائِشَة دَخَلَ أَبُو بَكْرٍ فَلَمْ تَهْتَشَ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُمَرُ فَلَمْ تَهْتَشَ لَهُ وَلَمْ تُبَالِهِ، ثُمَّ دَخَلَ عُثْمَانُ فَجَلَسْتَ وَسَوَّيْتَ ثِيَابَكَ فَقَالَ : أَلا أَسْتَحِي مِنْ رَجُلٍ تَسْتَحِي مِنْهُ الْمَلَائِكَةُ.

Artinya: “Dari Aisyah, dia berkata, “Suatu ketika Rasulullah SAW., berbaring di rumahku dalam keadaan tersingkap dua paha atau dua betis beliau. Kemudian Abu Bakar meminta izin menemui beliau. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau masih dalam keadaan sebagaimana adanya. Lalu Abu Bakar bercakap- cakap dengan beliau. Kemudian Umar datang meminta izin untuk masuk. Beliau mengizinkannya masuk, sementara beliau tetap demikian keadaannya. Mereka pun berbincang-bincang. Kemudian Utsman datang minta izin untuk menemui beliau. Beliau langsung duduk dan membenahi pakaian beliau. Utsman pun masuk dan berbincang-bincang. Ketika Utsman pulang, Aisyah berkata, ‘Abu Bakar masuk menemui engkau, tapi engkau tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya. Begitu pula ketika Umar masuk menemui engkau. Engkau juga tidak bersiap menyambut dan tidak mempedulikannya. Ketika Utsman masuk, engkau segera duduk dan membenahi pakaian engkau.’ Rasulullah saw., menjawab, “Tidakkah aku merasa malu kepada seseorang yang malaikat pun merasa malu kepadanya?” (HR. Muslim).

Kenapa malaikat malu kepada Utsman bin Affan?

Dari buku The Great Figure of Utsman bin Affan Kisah Teladan Sang Ahli Sedekah yang Menjalani Sifat Zuhud karya A.R. Shohibul Ulum dijelaskan Nabi Muhammad SAW menghormati Utsman bin Affan bukan karena usia, sebab Utsman lebih mudah dari Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW menghormati Utsman karena kemuliaan akhlak Utsman yang berada di atas rata-rata manusia umumnya.

Rasa malu Utsman juga bukan malu yang dibuat-buat atau hanya menjaga image saja. Akan tetapi sifat malunya sudah mendarah daging bersatu dengan jiwanya.

Rasa malunya membuat dia takut berbicara, segan berdialog, dan berdebat lama-lama. Tetapi Utsman tetaplah orang yang gigih dan tidak mudah menyerah. Sehingga rasa malunya inilah yang memberikan kebaikan, keberkahan, kelembutan, dan kasih sayang.

Dan sungguh, “Malu kepada Allah, yaitu dengan menjaga apa yang di kepala, menjaga apa isi perut, dan selalu ingat dengan kematian serta meninggalkan gemerlapnya dunia,” tutur Ibnu Mas’ud ketika menjelaskan makna malu yang hakiki.

Selain itu, Al-Junaid rahimahullah berkata, “Rasa malu yaitu melihat kenikmatan dan keteledoran sehingga menimbulkan suatu kondisi yang disebut dengan malu. Hakikat malu ialah sikap yang memotivasi untuk meninggalkan keburukan dan mencegah sikap menyia-nyiakan hak pemiliknya.”

Karena rasa malu Utsman bin Affan yang begitu dalam, dan juga telah menjaga dirinya sehingga tidak ada bagian dari tubuhnya yang merupakan aurat bisa dilihat orang lain, maka malaikat pun malu kepadanya.

Demikianlah kisah luar biasa dari Utsman bin Affan yang dapat membuat para malaikat merasa malu terhadapnya. Karena rasa malu membuatnya terhindar dari keburukan.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Bilal bin Rabah, Seorang Budak yang Dijamin Masuk Surga


Jakarta

Bicara mengenai sahabat-sahabat Nabi Muhammad SAW yang senantiasa menemani beliau memperjuangkan dakwah Islam, terdapat salah satu kisah sahabat nabi yang amat menginspirasi. Inilah kisah Bilal bin Rabah, budak jadi ahli Surga.

Dari buku Bilal bin Rabah karya Abdul Latip Talib menceritakan kisah perjalanan hidup sahabat Rasulullah yakni Bilal bin Rabah.

Bilal Bin Rabah lahir di daerah as-Sarah terletak di pinggiran kota Makkah, mempunyai ayah bernama Rabah, dan ibunya bernama Hamamah, seorang wanita berkulit hitam. Oleh karena itu, ada yang memanggil Bilal bin Rabah dengan sebutan Ibnus-Sauda’, atau putra warna hitam.


Kemudian beranjak dewasa, Bilal dibesarkan di Makkah sebagai seorang hamba milik keluarga Bani Abdul Dar, lalu sesudah ayahnya meninggal dunia, Bilal diserahkan kepada Umayyah bin Khalaf, tokoh penting kaum Quraisy.

Bilal termasuk kalangan yang awal memeluk Islam, Umayah pun tahu karena hal itu dia menyiksa Bilal tanpa belas kasihan.

Bilal bin Rabah disiksa Umayah tanpa henti, pertama dia dipukul, sampai diarak keliling kota Makkah. Karena Bilal masih bertahan, dia dijemur di atas pasir terik panas matahari, tanpa makan dan minum.

Ketika mataahari tepat di atas kepala dan padang pasir menjadi panas sekali, Bilal dipakaikan baju besi, dan dibiarkan berjemur di bawah terik cahaya matahari, dadanya pun ditimpa batu. Dalam keadaan kepayahan itu, iman Islam Bilal bin Rabah tidak goyah sedikitpun.

Umayah memaksa Bilal menyebut al-Latta dan al-Uzza, tetapi mulut Bilal tetap saja menyebut, “Allah… Allah… Allah.”

Berita mengenai siksaan Bilal akhirnya sampai dimulut Abu Bakar As-Sidiq, lalu beliau membeli Bilal dan memerdekannya dari Umayah dengan harga sembilan uqiyah emas.

Bagi Umayah jika Abu Bakar membeli Bilal dengan harga 1 uqiyah emas pun akan diberikan, namun bagi Abu Bakar andai Umayah memasang harga 100 uqiyah emas, Abu Bakar akan tetap membebaskannya.

Muadzin Pertama Umat Islam

Dari buku The Great Sahaba karya Rizem Aizid dijelaskan kisah muadzin pertama umat Islam.

Selama di Madinah, Bilal Bin Rabah selalu berada di samping Nabi Muhammad SAW, ketika menunaikan ibadah shalat, ataupun berjihad, saking dekatnya Bilal dengan Rasulullah SAW, sampai dia dijuluki bayangan Nabi Muhammad SAW.

Ketika Masjid Nabawi selesai dibangun, Rasulullah kemudian mengisyaratkan mengumandangkan adzan sebelum mendirikan shalat. Namun, yang menjadi pertanyaan siapa yang dapat menjadi muadzin?

Dari semua sahabat yang hadir, Nabi Muhammad SAW pun menunjuk Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan azan. Oleh karena itu, Bilal menjadi orang pertama diantara umat Islam yang menjadi muadzin, hingga suaranya terdengar kencang ke seluruh Madinah, gelarnya adalah Muadzin ar-Rasul. Hingga masa kini banyak orang-orang memanggil muadzin dengan nama Bilal.

Pensiunnya Bilal Bin Rabah

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW, Bilal menjadi salah satu sahabat nabi yang sangat terpukul akibat kepergian Rasulullah SAW, hingga dirinya memutuskan pensiun dari menjadi muadzin.

Suatu ketika Khalifah Abu Bakar RA, meminta Bilal bin Rabah supaya menjadi muadzin kembali, namun dengan perasaan yang masih sedih, dia berkata, “Aku hanya menjadi muadzin Rasulullah. Rasulullah telah tiada, maka aku bukan muadzin siapa-siapa lagi.”

Sejak saat itu Bilal bin Rabah tidak lagi mengumandangkan adzan, kecuali hanya sebanyak dua kali, kemudian Bilal bin Rabah meninggalkan Madinah, dan tinggal di Homs, Syria.

Menurut kisah Bilal bin Rabah hanya sanggup mengumandangkan adzan selama tiga hari, selalu sampai pada kalimat, “Asyhadu anna Muhammadan Rasulullahaahi (Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah).” Kemudian Bilal langsung menangis tersedu-sedu.

Demikianlah kisah Bilal bin Rabah dari budak jadi ahli Surga. Semoga detikers mendapatkan pelajaran dari cerita tersebut.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Wahsyi, Pembunuh Paman Rasulullah yang Tobat dan Masuk Islam



Jakarta

Pada perang Uhud Rasulullah SAW bersama para sahabatnya berjuang untuk memerangi kaum kafir Quraisy. Tetapi suatu ketika seorang budak bernama Wahsyi mengincar Hamzah (Paman Rasulullah SAW). Setelah menunggu dalam waktu yang tepat, dia berhasil membuat Hamzah syahid di tempat. Inilah kisah Wahsyi si pembunuh Hamzah yang masuk Islam.

Dari buku 99 Kisah Menakjubkan Sahabat Nabi karya Tethy Ezokanzo seorang budak bernama Wahsyi bin Harb RA milik Jubair bin Muth’im. Suatu ketika Jubair ini menjanjikan kemerdekaan kepada Wahsyi asalkan bisa membunuh Hamzah.

Kebencian orang-orang kafir Quraisy terjadi setelah berlangsungnya perang Badar. Hal ini karena banyaknya anggota keluarga mereka yang menjadi korban kekalahan. Termasuk korbannya adalah Thu’aimah bin Adi bin Al Khiyar sebagai paman Jubair bin Muth’im.


Kemudian Jubair memerintahkan Wahsyi untuk membunuh salah seorang diantara Rasulullah SAW, Ali bin Abi Thalib RA, dan Hamzah bin Abdul Muthalib.

Wahsyi pun menyanggupi untuk membunuh Hamzah, dia berkata:

“Aku tidak mampu mendekati Muhammad karena para sahabatnya selalu berada di sampingnya. Sedangkan Ali, ia selalu waspada dalam medan perang. Aku akan membunuh Hamzah karena ada kemungkinan aku akan menjatuhkannya saat dia lengah.”

Jubair dengan senang akan ucapan Wahsyi dan segera membawanya ke medan perang uhud.

Ketika perang Uhud tiba, sembari bersembunyi di balik pepohonan dan bebatuan, dia terus mengintai Hamzah. Saat perang, Hamzah begitu sibuk seperti singa yang marah. Wahsyi terus menunggu momen yang tepat.

Waktu yang tepat pun datang, Wahsyi langsung melempar pisaunya hingga mengenai pinggang Hamzah sampai menembus bawah selangkangnya. Hamzah mencoba menyerang balik Wahsyi. Namun karena lukanya dia mengurungkan niatnya kembali, sampai ajal tiba menjemput Hamzah.

Kemudian Wahsyi mengambil pisau itu dan kembali kepada kaum Quraisy. Namun bukannya senang Wahsyi malah merasa tidak tenang, dia terus gelisah karena perbuatannya itu.

Wahsyi Memeluk Islam

Dari buku Mulut yang Terkunci: 50 Kisah Haru Para Sahabat Nabi karya Siti Nurlaela dijelaskan bahwa pasukan Islam berhasil menaklukan Makkah, Wahsyi pun mengungsi ke Thaif. Namun Thaif juga telah dikuasai umat Islam.

Sampai Wahsyi berpikir, “Aku mendengar kabar bahwa sebesar apapun dosa seseorang, jika ia bertobat maka dosanya akan diampuni.”

Lantas Wahsyi menemui Rasulullah SAW dan mengucapkan syahadat. Rasulullah SAW menatap Wahsyi dan bertanya, “Apakah engkau Wahsyi yang telah membunuh Hamzah bin Abdul Muthalib?”

Wahsyi mengangguk. Rasulullah SAW bertanya lagi, “Bagaiman engkau dapat membunuhnya?”

Wahsyi pun menjawab, “Selama Hamzah berperang aku terus mengintainya. Ketika ia lengah, kulemparkan tombakku ke tubuhnya.” Wahsyi berkata dengan penyesalannya.

Rasulullah SAW seketika berpaling, beliau enggan melihat wajah Wahsyi lagi. Dan sejak saat itu Wahsyi tidak berani mendekati Nabi Muhammad SAW. Ia takut membuat Rasulullah SAW sedih. Hingga dalam hatinya Wahsyi bertekad menebus kesalahannya.

Wahsyi Membunuh Musailamah Al-Khazab

Saat terlibat dalam pertempuran melawan Musailamah al-Kadzab, penguasa Yamamah, Wahsyi turut serta dengan membawa pisau yang pernah ia gunakan untuk menghabisi Hamzah. Ketika kedua belah pihak telah saling berhadapan, Wahsyi melihat Musailamah al-Kadzab berdiri dengan pedangnya tersiap. Meskipun Wahsyi tidak mengenalnya, Wahsyi bersiap-siap untuk mengincarnya dengan pisaunya. Namun, dalam waktu yang sama, seorang Anshar juga bersiap-siap dari arah lain, tampaknya kami berdua memiliki niat yang sama untuk menyerangnya. Wahsyi mencari posisi yang tepat, kemudian melemparkan pisau hingga mengenainya. Orang Anshar tersebut juga maju menyerang dan berhasil menyabetnya dengan pedangnya.

“Tuhanmu lebih tahu siapa yang telah membunuhnya. Jika akulah yang menewaskannya, berarti aku telah membunuh sebaik-baik manusia dan seburuk-buruk manusia setelah Rasulullah.”

Abdullah bin Fadhl bercerita kepada Ibnu Ishaq dari Sulaiman bin Yasar, dari Abdullah bin Umar bin Khaththab, yang ikut dalam Perang Yamamah, “Saat itu aku mendengar seseorang berteriak: ‘Musailamah al-Kadzab telah dibunuh oleh budak hitam’!”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abdurrahman bin Auf Sahabat Rasulullah SAW yang Gemar Bersedekah


Jakarta

Dahulu dalam berdakwah Rasulullah SAW didampingi oleh sahabat-sahabat yang luar biasa dengan masing-masing kelebihannya. Seperti Abdurrahman bin Auf sahabat nabi kaya raya yang dermawan. Berikut kisah Abdurrahman bin Auf yang senang bersedekah meraih pahala dari Allah SWT.

Mengutip buku Dahsyatnya Ibadah, Bisnis, dan Jihad Para Sahabat Nabi yang Kaya Raya karya Ustadz Imam Mubarok Bin Ali, dijelaskan Abdurrahman bin Auf salah satu sahabat nabi yang kaya raya sebab jago berdagang. Beliau bahkan dijuluki “Manusia bertangan Emas.”

Nama asli Abdurrahman bin Auf di masa jahiliyah adalah Abdu Amru, ada juga yang berpendapat nama aslinya Abdul Ka’bah, lalu Rasulullah SAW baru mengganti namanya menjadi seperti nama yang dikenal sekarang.


Abdurrahman memiliki nama lengkap Abdurrahman bin Auf Abdu Manaf bin Abdul Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah Al-Quraisy Al-Zuhri. Dikenal juga sebagai sosok sahabat nabi yang gemar bersegera dalam berinfak dan pandai berdagang.

Beliau dilahirkan pada tahun kesepuluh dari tahun gajah atau 581 M, Abdurrahman bin Auf sepuluh tahun lebih muda dari Rasulullah SAW.

Kisah Kedermawanan Abdurrahman bin Auf

Mengutip buku Kisah 10 Pahlawan Surga karya Abu Zaein dijelaskan suatu hari Rasulullah SAW pergi ke Tabuk untuk menghadapi ancaman bangsa Romawi. Namun kala itu buah-buahan belum matang, sehingga kaum Muslimin belum bisa menjualnya dan menyedekahkannya ke pasukan Muslim. Semua mengeluh akan kondisi ini.

Karena perintah Allah SWT wajib ditegakkan, Abu Bakar memberikan seluruh hartanya, Umar juga memberikan separuh hartanya, tidak ketinggalan juga Utsman yang menyerahkan harta semampunya. Sayangnya jumlah harta yang terkumpul masih belum cukup.

Dalam kerisauan itu, Abdurrahman bin Auf datang membawa sebuah kantong yang berisi dua ratus keping emas. Beliau menyerahkan kantong itu kepada Rasulullah SAW. Membuat semua sahabat keheranan, bahkan Umar bin Khattab menduga Abdurrahman melakukan perbuatan dosa, dan ingin bertobat dengan cara menyerahkan hartanya.

Lantas Allah SWT menunjukkan kemurnian hati Abdurrahman melalui pertanyaan Rasulullah SAW, “Apa yang kamu tinggalkan untuk keluargamu, wahai Abdurrahman?”

Jawab Abdurrahman, “Banyak wahai Rasulullah. Lebih banyak daripada apa yang aku sedekahkan ini.”

Rasulullah kembali bertanya, “Berapa banyak yang kamu tinggalkan untuk mereka?”

Abdurrahman menjawab, “Aku tinggalkan Allah dan Rasulnya untuk mereka.” Lalu Rasulullah dan para sahabat pun kagum dengan sikap ikhlas Abdurrahman bin Auf.

Kisah kedermawanan Abdurrahman bin Auf lainnya. Bermula pada suatu hari, semua penduduk Madinah mendengar suara keras. Mereka mengira suara itu muncul dari pasukan musuh yang menyerang Madinah.

Ternyata suara tersebut adalah suara kafilah dagang Abdurrahman bin Auf yang berjumlah tujuh ratus unta sambil membawa berbagai barang dagangan.

Saat itu Aisyah RA berkata,” Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Aku telah melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merayap.” Mendengar perkataan ini, Abdurrahman segera menyedekahkan kafilahnya.

Abdurrahman percaya kepada perkataan Aisyah RA, sambil berkata, “Sesungguhnya aku menjadikanmu sebagai saksi bahwa kafilah ini beserta seluruh muatannya, pelana, dan alas pelananya, telah aku sedekahkan di jalan Allah SWT.”

Selain itu, Abdurrahman bin Auf juga pernah menjadi imam shalat yang diantara makmumnya ada Rasulullah SAW. Maka Abdurrahman bin Auf menjadi orang beruntung yang telah menyedekahkan hartanya, berjihad, dan menjadi imam Rasulullah dan umat Islam.

Pesan Abdurrahman bin Auf

Masih mengutip buku Kisah 10 Pahlawan Surga karya Abu Zaein, sebelum Abdurrahman bin Auf meninggal dunia, dirinya berpesan supaya kaum Muslimin dalam perang Badar yang masih hidup mendapatkan 400 dinar dari harta warisannya.

Serta berpesan sebagian hartanya diberikan untuk istri-istri Rasulullah SAW. Oleh karena itu, Aisyah RA berdoa, “Semoga Allah memberi minum kepadanya air dari mata air Salsabil di Surga.”

Demikianlah kisah Abdurrahman bin Auf seorang yang luar biasa ikhlas untuk menyedekahkan hartanya pada jalan Allah SWT. Abdurrahman bin Auf meninggal di usia 75 tahun, jenazahnya dishalati Utsman bin Affan dan para sahabat lainnya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sahabat Pertama Rasulullah SAW yang Masuk Islam


Jakarta

Rasulullah SAW diutus oleh Allah SWT untuk menyempurnakan agama Islam. Rasulullah SAW berdakwah dan mengajak para sahabat dan juga siapa saja untuk masuk Islam.

Menurut catatan sejarah, Rasulullah SAW adalah pria dengan kepribadian luar biasa, sehingga bisa menarik berbagai orang untuk dekat dan mengikutinya. Merekalah yang disebut sebagai sahabat Rasulullah SAW. Dan orang pertama masuk Islam dan menjadi sahabat Nabi Muhammad SAW adalah Abu Bakar As-Siddiq.

Biografi Abu Bakar As-Siddiq

Mengutip dari buku Biografi 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga karya Sujai Fadil dijelaskan secara menyeluruh mengenai Abu Bakar As-Siddiq dan bagaimana dia mendapatkan julukan As-Siddiq.


Berdasarkan pendapat shahih nama asli Abu Bakar Abdullah bin ‘Utsman bin ‘Amir bin ‘Amr bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taiym bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay Al Qurasyi At Taimi. Beliau memiliki kunyah atau sebuah nama panggilan yang biasa digunakan oleh masyarakat Arab untuk panggilan kehormatan.

Beliau mendapatkan julukan As-Siddiq karena pernah membenarkan kabar bahwa Nabi Muhammad SAW naik ke langit tujuh dalam momen Isra Miraj dengan penuh percaya diri.

Orang-orang kafir bertanya kepadanya, “Teman kamu itu (Muhammad) mengaku-ngaku telah pergi ke Baitul Maqdis dalam semalam.”

Abu Bakar pun menjawab, “Jika ia berkata demikian, maka itu benar.” Karena itu Allah SWT menyebutnya sebagai As-Siddiq.

Allah SWT berfirman dalam surah Az-Zumar ayat 33,

وَالَّذِيْ جَاۤءَ بِالصِّدْقِ وَصَدَّقَ بِهٖٓ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ ٣٣

Artinya: “Orang yang membawa kebenaran (Nabi Muhammad) dan yang membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Ayat di atas menjelaskan maksud dari orang yang membawa kebenaran adalah Nabi Muhammad SAW, dan orang yang membenarkannya adalah Abu Bakar As-Siddiq.

Julukan As-Siddiq juga didapatkan Abu Bakar sebab beliau adalah orang pertama yang membenarkan dan beriman kepada Allah SWT.

Selain itu, mengutip buku Biografi Abu Bakar ash-Shiddiq Khalifah Pertama yang Menentukan Arah Perjalanan Umat Islam Sepeninggal Rasulullah karya Dr. Muhammad Husain Haikal, sebelum masuk Islam Abu Bakar punya nama lain yakni Abdul Kab’bah.

Baru setelah masuk Islam, Rasulullah SAW merubah namanya menjadi Abdullah, semakin dewasa Abdul Kab’ah berubah menjadi Atik.

Dalam riwayat Aisyah RA menceritakan bahwa suatu hari Rasulullah SAW pernah melihat Abu Bakar sambil berkata, “Inilah Atik Allah dari Api Neraka.”

Pada kesempatan lainnya Rasulullah SAW melihat Abu Bakar dan berkata, “Barang siapa yang senang melihat kepada orang yang lolos (Atik) dari api neraka, maka lihatlah kepadanya (Abu Bakar).”

Ciri-ciri Abu Bakar As-Siddiq

Mengutip buku 150 Kisah Abu Bakar Al-Shiddiq karya Ahmad Abdul `Al Al-Thahtawi dijelaskan oleh Aisyah RA mengenai ciri-ciri fisik Abu Bakar As-Siddiq.

Dari ‘Aisyah RA bahwasanya ada seorang laki-laki yang bertanya kepadanya, “Gambarkanlah kepada kami ciri- ciri fisik Abu bakar.”

Kemudian, ‘Aisyah menjawab, “Dia adalah seorang lelaki yang berkulit putih, berbadan kurus, dadanya tidak terlalu lebar, punggungnya tidak bungkuk, tulang pinggangnya kecil sehingga tidak dapat menahan kain yang dipakainya, wajahnya kurus, kedua matanya cekung, dahinya lebar, dan urat- urat tangannya tampak jelas. Begitulah ciri-ciri fisik beliau.”

Keutamaan Abu Bakar As-Siddiq

Masih mengutip buku Biografi 10 Sahabat Nabi yang Dijamin Masuk Surga karya Sujai Fadil disebutkan keutamaan-keutamaan Abu Bakar As-Siddiq:

1. Abu Bakar As-Siddiq adalah manusia terbaik setelah Nabi Muhammad SAW dari golongan umat beliau.

كنا نخير بين الناس في زمن النبي ﷺ ، فنخير أبا بكر ، ثم عمر بن

الخطاب ، ثم عثمان بن عفان

Artinya: “Kami pernah memilih orang terbaik di masa Nabi Muhammad SAW. Kami pun memilih Abu Bakar, setelah itu Umar bin Khattab, lalu ‘Utsman bin Affan RA.” (HR Bukhari)

2. Abu Bakar As-Siddiq adalah orang yang menemani Rasulullah SAW di gua ketika dikejar kaum Quraisy.

3. Ketika kaum muslimin hendak hijrah Abu Bakar As-Siddiq menyumbangkan seluruh hartanya.

4. Abu Bakar As-Siddiq dipilih menjadi khalifah berdasarkan nash.

5. Umat Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk meneladani Abu Bakar As-Siddiq

Nabi Muhammad SAW bersabda,

اقتدوا باللذين من بعدي أبي بكر وعمر

Artinya: “Ikutilah jalan orang-orang sepeninggalku yaitu Abu Bakar dan Umar.” (HR Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Majah, hadits ini shahih)

6. Abu Bakar As-Siddiq adalah orang yang paling dicintai Nabi Muhammad SAW

‘Amr bin Al Ash RA bertanya kepada Nabi Muhammad SAW,

أي الناس أحب إليك ؟ قال : عائشة . قال : قلت : من الرجال ؟ قال : أبوها

Artinya: “Siapa orang yang kau cintai? Rasulullah menjawab, ‘Aisyah.’ Aku bertanya lagi, ‘Kalau laki-laki?’ Beliau menjawab, ‘Ayahnya Aisyah’ (yaitu Abu Bakar).” (HR Muslim)

Itulah kisah sahabat pertama Rasulullah SAW yakni Abu Bakar As-Siddiq RA. Beliau adalah orang yang paling dicintai oleh Nabi Muhammad SAW.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam yang Rumahnya Jadi Madrasah Pertama Umat Islam



Jakarta

Ketika Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya di Makkah hanya segelintir orang yang bisa menerima pesannya. Merekalah yang disebut sahabat pertama Rasulullah SAW yang masuk Islam. Salah satunya adalah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam.

Mengutip buku Seri Ensiklopedia Anak Muslim 125 Sahabat Nabi Muhammad SAW karya Mahmudah Mastur diceritakan siapa sebenarnya Al-Arqam bin Abi al-Arqam.

Al-Arqam bin Abi Al-Arqam memiliki nama asli Abdu Manaf bin Asad bin Abdullah bin Amr bin Makhzum. Dia dikenal juga dengan nama Abu Abdillah. Ia juga termasuk Assabiqunal Awwalun atau para sahabat yang pertama masuk Islam.


Al-Arqam masuk Islam pada usia 16 tahun. Peran Al-Arqam di awal dakwah Islam terbilang penting, karena rumahnya yang terletak di Bukit Shafa dijadikan tempat dakwah secara sembunyi-sembunyi oleh Rasulullah SAW.

Nabi Muhammad SAW memilih rumah Al-Arqam sebagai tempat dakwah karena lokasinya yang terpencil sehingga aman dari gangguan kafir Quraisy. Maka rumahnya disebut sebagai madrasah pertama umat Islam.

Alasan lainnya karena Al-Arqam berasal dari suku Makhzum, suku yang dikenal sebagai musuh keluarga besar Nabi Muhammad SAW. Jadi, kafir Quraisy tidak akan berpikir bahwa rumah Al-Arqam menjadi tempat dakwah.

Selain itu, mengutip buku Negara Islam Modern: Menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dipilihnya rumah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam sebagai madrasah pertama umat Islam adalah:

1. Karena Al-Arqam belum dikenal keislamannya, tidak seorang pun akan memikirkan kemungkinan Nabi Muhammad berkumpul di rumahnya.

2. Al-Arqam bin Abi Al-Arqam sebenarnya berasal dari suku Bani Makhzum, yang terkenal karena persaingan dan konflik perang dengan Bani Hasyim. Jika keislamannya Al-Arqam sudah diketahui, kemungkinan besar tidak akan dipikirkan bahwa pertemuan akan berlangsung di rumahnya, karena hal itu akan dianggap terjadi di tengah-tengah musuh.

3. Al-Arqam bin Al-Arqam adalah seorang yang masih muda ketika ia memeluk Islam, berusia hanya enam belas tahun. Ketika Quraisy merencanakan untuk menyelidiki perkembangan Islam, mereka tidak akan mengasumsikan bahwa mereka harus mencari di rumah-rumah para sahabat muda Nabi Muhammad. Sebaliknya, mereka akan lebih cenderung mencari di rumah-rumah para sahabat yang lebih terkemuka atau di tempat tinggal Nabi sendiri.

4. Mereka menganggap bahwa pertemuan biasanya diadakan di rumah salah satu anggota Bani Hasyim, di rumah Abu Bakar, atau tempat lain yang dikenal. Oleh karena itu, pilihan rumah yang dipilih sangat bijak dari segi keamanan. Tidak pernah terdengar bahwa orang-orang Quraisy menyerang tempat pertemuan ini atau mengetahui lokasinya.

5. Perhatikanlah bagaimana Nabi Muhammad secara cermat membangun sistem keamanan untuk menyebarkan dakwah Islam, dengan menempatkan para pengikutnya di tengah-tengah suku-suku, yang bertujuan untuk mengukuhkan ajaran Islam. Ketika Amr bin Ambasah memeluk Islam, Nabi Muhammad meminta dia untuk menyembunyikan keislamannya dan tetap bergabung dengan keluarganya.

Semasa hidupnya Al-Arqam senantiasa ikut berperang bersama Rasulullah SAW, seperti perang Badar, perang Uhud, dan perang besar lainnya. Al-Arqam pun wafat di tahun 55 Hijriah atau ketika usianya mencapai 80 tahun.

Melansir buku Quality Student of Muslim Achievement Kualitas Anak Didik dalam Islam yang ditulis Shabri Shaleh Anwar, Al-Arqam merupakan orang kesebelas yang memeluk Islam. Termasuk juga orang yang hijrah dari Makkah ke Habasyah.

Terdapat 40 orang dan salah satunya Umar bin Khattab yang terakhir belajar mengenai Agama Islam di rumah Al Arqam bin Abi Al-Arqam.

Itulah kisah Al-Arqam bin Abi Al-Arqam pemuda berusia 16 tahun menjadi orang kesebelas yang masuk Islam dan menjadi golongan Assabiqunal Awwalun.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kedermawanan Rasulullah Rela Berikan Bajunya saat Ada yang Minta


Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah teladan dalam kedermawanan. Terdapat sejumlah kisah kedermawanan Rasulullah SAW semasa beliau hidup.

Gambaran kedermawanan Rasulullah SAW diceritakan dalam hadits. Diriwayatkan Musa bin Anas dari ayahnya, dia berkata, “Rasulullah tidak pernah dimintai sesuatu pun atas nama Islam kecuali beliau memberikannya.”

Perawi menambahkan bahwa ketika Nabi didatangi seseorang yang meminta sedekah, maka beliau memberi orang tersebut kambing yang banyaknya di antara dua bukit.


Kemudian orang itu kembali ke kaumnya dan berseru, “Wahai kaumku! Hendaknya kalian memeluk Islam, karena sesungguhnya Muhammad akan memberikan suatu pemberian, orang yang tidak takut fakir kepada kalian.”

Serta hadits dari Ibnu Abbas, dia berkata, “Rasulullah adalah manusia paling dermawan. Dan, sesungguhnya puncak kedermawan beliau adalah ketika bulan Ramadan tatkala Malaikat Jibril mengujungi beliau. Jibril mengunjungi Nabi setiap malam di bulan Ramadan untuk menyimak bacaan Al-Qur’an beliau. Sungguh, kedermawanan Rasulullah melebihi angin yang berhembus sepoi-sepoi.”

Mengutip buku Agar di Surga Bersama Nabi karya Mohammad Mufid terdapat beberapa kisah kedermawanan Nabi Muhammad SAW yang menunjukkan karakter hebatnya sebagai panutan dan teladan umat Islam.

Kisah Kedermawanan Rasulullah

Suatu ketika Rasulullah SAW berangkat ke pasar untuk membeli sesuatu dengan membawa 8 dirham. Namun, di tengah jalan beliau berpapasan dengan seorang wanita tua yang sedang menangis.

Tanpa ragu Rasulullah SAW menghampiri perempuan tua tersebut, dan menanyakan perihal alasan kenapa dia menangis. Ternyata perempuan tua itu kehilangan uangnya sejumlah 2 dirham.

“Terimalah uang 2 dirham ini sebagai gantinya,” ucap Rasulullah SAW, kemudian beliau melanjutkan perjalanan ke pasar.

Sesampainya di pasar, Rasulullah SAW membeli gamis seharga 2 dirham, memakainya, dan langsung kembali ke rumah.

Saat dalam perjalanan pulang, Rasulullah SAW bertemu dengan lelaki tua yang tidak mengenakan pakaian. Lelaki tua itu berkata, “Siapa saja yang mau memberikan pakaian kepada ku, semoga Allah memberikan kepadanya pakaian dari sutra hijau di surga nanti.”

Rasulullah SAW yang mendengar perkataannya segera melepas gamis yang baru saja beliau beli di pasar, lalu menyerahkannya kepada orang tersebut.

Rasulullah SAW yang masih memiliki 4 dirham kembali ke pasar untuk membeli gamis baru seharga 2 dirham.

Dalam perjalanan pulang, Rasulullah SAW kembali bertemu dengan perempuan tua yang sebelumnya telah beliau berikan uang dua dirham, kali ini perempuan tua itu kembali menangis.

“Apalagi yang menyebabkan kamu menangis?” tanya Rasulullah SAW.

“Wahai Rasulullah, aku ini pelayan yang disuruh belanja ke pasar oleh majikanku. Aku takut dimarahi karena terlambat, padahal keterlambatan itu disebabkan oleh uang yang hilang tadi. Aku takut pulang jangan-jangan mereka memarahiku,” jawab perempuan tua itu.

“Pulanglah, aku akan mengantarmu,” kata Rasulullah SAW.

Perempuan tua itu diantar oleh Rasulullah SAW kepada keluarganya di perkampungan sahabat Anshar.

Sesampai di rumah majikan perempuan tua itu, Rasulullah SAW berkata, “Pelayan wanitamu ini terlambat datang. Ia takut kalau kau marah atau menyiksanya. Kalau kau mau marah atau menyiksanya, silakan kepadaku saja,” kata Rasulullah SAW kepada majikan wanita itu.

“Kami telah menerima bantuanmu, wahai Rasulullah. Kami telah membebaskan perempuan ini. Karena dialah Rasulullah berkunjung ke rumah ini dan memberi salam kepada kami tiga kali. Dia merdeka untuk Allah Yang Maha Agung,” kata mereka.

“Sungguh, aku tidak pernah melihat perkara yang lebih berkah daripada sekadar uang delapan dirham ini,” kata Rasulullah SAW sambil melangkah pulang.

Kisah kedermawanan Rasulullah SAW juga terlihat saat beliau diberi makanan, hadiah atau semacamnya. Diceritakan dalam buku Kehebatan Sedekah Kisah-Kisah Seru Tentang Kedermawanan dan Kemurahan Hati karya Fuad Abdurrahman, apabila menerima pemberian itu, beliau akan membalasnya dengan yang lebih bagus dari apa yang diterimanya.

Anas RA menceritakan sosok Rasulullah SAW, “Tidak pernah Rasulullah SAW diminta sesuatu, melainkan beliau pasti memberikannya. Suatu ketika, datanglah seorang peminta kepada beliau. Maka, diberinya kambing yang berada di antara dua bukit. Kemudian, orang itu kembali kepada kaumnya.” (HR Muslim)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Penjaga Arasy saat Lupa Bacaan Tasbih dan Tahmidnya


Jakarta

Arasy merupakan singgasana Allah SWT yang sangat besar yang berada di atas langit ketujuh. Arasy dijaga oleh malaikat penjaga yang senantiasa berzikir memuliakan Allah SWT.

Namun, pada suatu hari, terdapat kejadian yang membuat malaikat tersebut terlupa akan bacaan zikirnya. Yakni ketika ia mendengar tangis Rasulullah SAW saat bertemu dengan seorang Arab Badui.

Simak kisah selengkapnya berikut ini yang dikutip dari kitab Silsilah al-Qashash, karya Saleh al-Munajjed yang terdapat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan yang disusun oleh Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D.


Tangis Rasulullah yang Membuat Penjaga Arasy Lupa Bacaan Zikirnya

Suatu hari, Rasulullah SAW sedang melakukan tawaf di Ka’bah. Ketika itu, beliau mendengar seseorang di hadapannya yang bertawaf sambil berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW ikut meniru orang itu dan mengucapkan, “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang tersebut kemudian berhenti di sudut Ka’bah dan kembali berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah SAW yang berada di belakangnya mengulangi lagi zikir tersebut, “Ya Karim! Ya Karim!”

Merasa dirinya diejek, orang itu menoleh ke belakang dan melihat seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah, yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Orang itu pun berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejekku hanya karena aku ini orang Badui? Kalau bukan karena ketampanan dan kegagahanmu, aku akan melaporkanmu kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata, “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

Orang itu menjawab, “Belum.”

Rasulullah SAW bertanya, “Lalu bagaimana kamu beriman kepadanya?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Aku beriman kepada kenabiannya meski aku belum pernah melihatnya, dan aku membenarkan bahwa dialah utusan Allah walaupun aku belum pernah bertemu dengannya.”

Rasulullah SAW berkata, “Wahai orang Arab, ketahuilah bahwa aku ini adalah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”

Mendengar hal tersebut, orang Badui itu terkejut dan berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?”

Rasulullah SAW menjawab, “Ya.”

Seketika itu, orang tersebut tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW segera menariknya dan berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti ini biasa dilakukan seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi orang yang takabur atau minta dihormati, tetapi untuk membawa berita gembira bagi yang beriman dan membawa peringatan bagi yang mengingkarinya.”

Kemudian, Malaikat Jibril turun membawa pesan dari langit, “Wahai Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Katakan kepada orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti dan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.'”

Setelah mendengar pesan tersebut, orang Arab Badui itu berkata, “Demi keagungan Allah, jika Allah memperhitungkan amal hamba-Nya, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya.” Orang itu melanjutkan, “Jika Allah menghitung dosa hamba, maka hamba akan menghitung betapa besar maghfirah-Nya. Jika Dia menghitung kebakhilan hamba, maka hamba akan menghitung betapa luas kedermawanan-Nya.”

Mendengar ucapan itu, Rasulullah SAW menangis, hingga air matanya membasahi janggutnya.

Lalu, Malaikat Jibril turun lagi dan berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Berhentilah engkau menangis. Karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya hingga Arasy bergoncang. Katakan kepada orang Arab itu bahwa Allah tidak akan menghisabnya, tidak akan menghitung kemaksiatannya, dan dia akan menjadi temanmu di surga.'”

Mendengar kabar tersebut, orang Arab Badui itu menangis haru karena tidak mampu menahan rasa syukur dan kebahagiaan.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com