Tag Archives: kisah nabi

Manusia Pertama Yaitu Nabi Adam AS, Ini Kisahnya



Jakarta

Nabi Adam AS merupakan sosok penting dalam Islam. Ia bukan hanya manusia pertama, tetapi juga nabi pertama yang diutus oleh Allah SWT. Kisah hidupnya menjadi cerminan asal-usul manusia, tanggung jawab sebagai khalifah di bumi, serta pelajaran penting tentang ketaatan dan taubat.

Allah SWT menciptakan Nabi Adam dari tanah liat kering yang berasal dari lumpur hitam. Proses penciptaannya menandai awal mula kehidupan manusia. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 59, Allah SWT berfirman,

اِنَّ مَثَلَ عِيْسٰى عِنْدَ اللّٰهِ كَمَثَلِ اٰدَمَ ۗ خَلَقَهٗ مِنْ تُرَابٍ ثُمَّ قَالَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ


Artinya: Sesungguhnya perumpamaan (penciptaan) Isa bagi Allah, seperti (penciptaan) Adam. Dia menciptakannya dari tanah, kemudian Dia berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.

Dikutip dari buku Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 1 karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi, setelah jasadnya terbentuk, Allah meniupkan ruh ke dalam diri Adam.

Dimuliakan dan Diperintah untuk Dihormati

Kemuliaan Adam ditegaskan ketika Allah SWT memerintahkan seluruh malaikat untuk sujud menghormatinya. Seluruh malaikat mematuhi perintah itu, kecuali Iblis. Iblis menolak karena merasa lebih mulia karena diciptakan dari api, sedangkan Adam dari tanah. Penolakan ini menjadi awal permusuhan abadi antara manusia dan Iblis. Iblis diusir dari surga dan bersumpah akan menyesatkan manusia sampai hari kiamat.

Sebagai makhluk yang disempurnakan, Nabi Adam AS ditempatkan di surga. Di sana, Allah SWT menciptakan pasangan baginya, yaitu Hawa, dari dirinya sendiri. Mereka diberi kebebasan untuk menikmati segala yang ada di surga, kecuali satu larangan: tidak mendekati satu pohon tertentu. Namun, Iblis berhasil menggoda mereka untuk melanggarnya.

Kisah ini diabadikan dalam surat Al-A’raf ayat 22,

فَدَلَّىٰهُمَا بِغُرُورٍ ۚ فَلَمَّا ذَاقَا ٱلشَّجَرَةَ بَدَتْ لَهُمَا سَوْءَٰتُهُمَا وَطَفِقَا يَخْصِفَانِ عَلَيْهِمَا مِن وَرَقِ ٱلْجَنَّةِ ۖ وَنَادَىٰهُمَا رَبُّهُمَآ أَلَمْ أَنْهَكُمَا عَن تِلْكُمَا ٱلشَّجَرَةِ وَأَقُل لَّكُمَآ إِنَّ ٱلشَّيْطَٰنَ لَكُمَا عَدُوٌّ مُّبِينٌ

Artinya: Maka syaitan membujuk keduanya (untuk memakan buah itu) dengan tipu daya. Tatkala keduanya telah merasai buah kayu itu, nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya, dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun surga. Kemudian Tuhan mereka menyeru mereka: “Bukankah Aku telah melarang kamu berdua dari pohon kayu itu dan Aku katakan kepadamu: “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu berdua?”

Setelah tergoda dan memakan buah terlarang itu, Adam dan Hawa menyadari kesalahannya. Mereka merasa bersalah dan memohon ampun kepada Allah SWT dengan doa yang terekam dalam Surah Al-A’raf ayat 23.

قَالَا رَبَّنَا ظَلَمْنَآ أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ ٱلْخَٰسِرِينَ

Artinya: Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.

Allah menerima taubat mereka, namun sebagai bentuk ujian dan tanggung jawab, Adam dan Hawa diturunkan ke bumi.

Menjalani Kehidupan di Bumi

Kehidupan di bumi menjadi lembaran baru bagi Nabi Adam AS. Ia menjalani peran sebagai khalifah, mengajarkan keturunan manusia untuk mengenal Allah SWT dan hidup sesuai dengan petunjuk-Nya. Nabi Adam AS juga merupakan manusia pertama yang menerima wahyu dari Allah. Dari keturunannya lahirlah umat manusia hingga kini.

Salah satu peristiwa penting dalam hidupnya adalah ketika dua anaknya, Qabil dan Habil, terlibat konflik hingga berujung pada pembunuhan. Peristiwa ini menjadi catatan sejarah tentang dosa pertama antar sesama manusia. Allah SWT pun memberikan pelajaran tentang cara menguburkan jenazah melalui peristiwa burung gagak yang mengubur saudaranya.

Menurut riwayat, Nabi Adam hidup selama sekitar 930 tahun. Dalam ajaran Islam, Nabi Adam memiliki kedudukan yang sangat agung. Ia disebut Abul Bashar, bapak seluruh umat manusia. Dialah awal dari rentetan panjang para nabi dan rasul.

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Yusuf agar Dalam Perlindungan Allah SWT hingga Wafat Husnul Khotimah


Jakarta

Nabi Yusuf adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui serta diimani tiap muslim. Kisahnya memberi pelajaran hingga Allah menurunkan satu surat yang membahas kehidupan Nabi Yusuf AS.

Tiap ayat dalam surat Yusuf sesunggunya adalah doa sang nabi dalam keadaan buruk. Termasuk saat nabi sedang senang agar selalu bersyukur, diberi perlindungan, hingga meninggal dalam kondisi baik.

Daftar Doa Nabi Yusuf

Berikut adalah beberapa doa Nabi Yusuf yang dibaca ketika keimanannya tengah diuji. Doa ini disebutkan dalam buku Kitab Induk Doa dan Dzikir Terlengkap karya Nasrullah dan Tim Shahih


1. Doa Ketika Dirayu Wanita dan Terhindar dari Maksiat

مَعَاذَ ٱللَّهِ ۖ إِنَّهُۥ رَبِّىٓ أَحْسَنَ مَثْوَاىَ ۖ إِنَّهُۥ لَا يُفْلِحُ ٱلظَّٰلِمُونَ

ma’āżallāhi innahụ rabbī aḥsana maṡwāy, innahụ lā yufliḥuẓ-ẓālimụn

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik”. Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.” (QS Yusuf: 23).

2. Doa Terhindar dari Nafsu dan Tipu Daya

رَبِّ ٱلسِّجْنُ أَحَبُّ إِلَىَّ مِمَّا يَدْعُونَنِىٓ إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّى كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

rabbis-sijnu aḥabbu ilayya mimmā yad’ụnanī ilaīh, wa illā taṣrif ‘annī kaidahunna aṣbu ilaihinna wa akum minal-jāhilīn

Artinya: “Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh”. (QS Yusuf: 33).

3. Doa Ketika Menjadi Pejabat

رَبِّ قَدْ ءَاتَيْتَنِى مِنَ ٱلْمُلْكِ وَعَلَّمْتَنِى مِن تَأْوِيلِ ٱلْأَحَادِيثِ ۚ فَاطِرَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ أَنتَ وَلِىِّۦ فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ ۖ تَوَفَّنِى مُسْلِمًا وَأَلْحِقْنِى بِٱلصَّٰلِحِينَ

Rabbi qad ātaitanī minal-mulki wa ‘allamtanī min ta`wīlil-aḥādīṡ, fāṭiras-samāwāti wal-arḍ, anta waliyyī fid-dun-yā wal-ākhirah, tawaffanī muslimaw wa al-ḥiqnī biṣ-ṣāliḥīn

Artinya: “Ya Tuhanku, sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta’bir mimpi. (Ya Tuhan) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh”. (QS Yusuf: 101).

Ketiga doa ini sesungguhnya masih memiliki banyak hikmah bila dibaca seorang muslim. Misalnya doa terhindar dari nafsu dan tipu daya, ayat ini bisa dibaca agar diselamatkan dari bujukan orang jahat seperti dijelaskan dalam buku Kumpulan Kisah dan Doa Para Nabi karya Abi Abbari.

Doa ketika menjadi pejabat bisa dibaca saat mohon kesabaran, dikutip dari Mutiara Doa Para Nabi dan Rosul dari Al-Qur’an dan Hadis karya Ahmad Suhendra. Bacaan ini juga dibaca agar muslim wafat dalam kondisi husnul khotimah.

Dengan banyaknya hikmah dari doa Nabi Yusuf, semoga kita berkesempatan membacanya tiap hari.

(row/row)



Sumber : www.detik.com

Agar Kaya, Berilmu, Meluluhkan Hati, dan Selalu Bersyukur


Jakarta

Nabi Sulaiman menjadi salah satu nabi yang banyak dikisahkan dalam Al-Qur’an.

Putra Nabi Daud ini dikaruniai banyak mukjizat, di antaranya menjadi raja paling kaya sepanjang zaman, bisa berkomunikasi dengan semua makhluk, serta menjadi raja dari semua makhluk, bahkan termasuk bangsa jin.

Dalam Al-Qur’an, terdapat ayat yang menjelaskan doa-doa Nabi Sulaiman yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Doa-doa ini antara lain untuk mendapatkan kekayaan, hingga bisa selalu mensyukuri nikmat.


Doa-doa yang Dipanjatkan oleh Nabi Sulaiman

Doa-doa yang dipanjatkan oleh Nabi Sulaiman antara lain untuk mendapatkan kekayaan, diberi pemahaman, mampu meluluhkan hati orang lain, hingga selalu mensyukuri nikmat dari Allah.

1. Doa Nabi Sulaiman Agar Memperoleh Kekayaan

Sudah bukan rahasia jika Nabi Sulaiman adalah nabi terkaya, bahkan tak tertandingi oleh siapa pun hingga akhir zaman.

Berikut ini doa Nabi Sulaiman saat meminta kerajaan yang tak tertandingi, sesuai Qur’an Surat Shad ayat 35:

قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِيْ وَهَبْ لِيْ مُلْكًا لَّا يَنْۢبَغِيْ لِاَحَدٍ مِّنْۢ بَعْدِيْۚ اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ

Qāla rabbigfir lī wa hab lī mulkal lā yambagī li`aḥadim mim ba’dī, innaka antal-wahhāb

Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak seorang jua pun miliki sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.”

Ada perbedaan pendapat mengenai doa tersebut jika dijadikan amalan oleh manusia.

Sebab dalam doa tersebut, Nabi Sulaiman meminta kerajaan yang tidak akan dimiliki orang lain, sehingga doa tersebut hanya boleh dipanjatkan Nabi Sulaiman.

Dalam buku Tadabbur (2023) oleh Syofyan Hadi, dijelaskan bahwa hal yang dapat kita contoh dalam doa tersebut adalah mendahulukan istighfar daripada meminta kekayaan. Memohon ampun mengisyaratkan ketakutan pada dosa.

Dengan doa ini pun, Nabi Sulaiman bukan ingin menunjukkan ketamakan. Menurut buku Cara Kaya Seperti Nabi Sulaiman (2020) karya Ahmad Zainal Abidin, Nabi Sulaiman meminta kerajaan untuk kepentingan penyebaran dakwah di bumi.

Sementara dalam buku Matsnawi Maknawi Maulana Rumi (Kitab 1, Bait 2012-4003) oleh Maulana Rumi, disebutkan bahwa Nabi Sulaiman melihat bahaya dari nikmat harta bagi manusia setelahnya.

2. Doa Nabi Sulaiman untuk Meluluhkan Hati Ratu Bilqis

Saat Nabi Sulaiman menaklukkan kerajaan Ratu Bilqis, dikisahkan bahwa Nabi Sulaiman mengirimkan surat yang meminta agar Ratu Bilqis tunduk dan menyembah Allah.

Ucapan Nabi Sulaiman dalam surat itu dapat diamalkan sebagai doa untuk meluluhkan hati dan agar orang yang berhadapan dengan kita tidak sombong.

Berikut ini doa meluluhkan hati dari kisah Nabi Sulaiman dalam surat An-Naml ayat 30-31:

إِنَّهُۥ مِن سُلَيْمَٰنَ وَإِنَّهُۥ بِسْمِ ٱللَّهِ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلرَّحِيمِ ۙ أَلَّا تَعْلُوا عَلَيَّ وَأْتُونِي مُسْلِمِينَ

Innahụ min sulaimāna wa innahụ bismillāhir-raḥmānir-raḥīm. allā ta’lụ ‘alayya wa`tụnī muslimīn

Artinya:

“Sesungguhnya surat ini dari seseorang bernama Sulaiman, dan sesungguhnya (isinya) dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Janganlah kalian sombong kepadaku, tapi datanglah kepadaku sebagai orang yang berserah diri.”

Dijelaskan dalam buku Dahsyatnya Doa Para Nabi (2008) oleh Syamsuddin Noor, ayat tersebut menekankan kekuatan basmalah sebagai doa. Membaca basmalah menjadi salah satu adab agar doa terkabul.

3. Doa Diberi Pemahaman Seperti Nabi Sulaiman

Dilansir dari NU Online, berikut ini doa agar diberi ilmu dan pemahaman seperti Nabi Sulaiman, yang bersumber dari Kitab Perukunan Melayu Besar.

Isi kitab tersebut antara lain diambil dari karya Syekh Muhammad Arsyad Banjar. Berikut bacaannya doa yang bisa kamu amalkan:

فَفَهَّمْنَا سُلَيْمَانَ وَكُلًّا آتَيْنَا حُكْمًا وَعِلْمًا وَسَخَّرْنَا مَعَ دَاوُدَ الجِبَالَ يُسَبِّحْنَ وَالطَّيْرَ وَكُنَّا فَاعِلِيْنَ يَا حَيُّ، يَا قَيُّوْمُ، يَا رَبَّ مُوْسَى وَهَارُوْنَ وَرَبَّ إِبْرَاهِيْمَ، وَيَا رَبَّ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْهِمْ أَجْمَعِيْنَ اللَّهُمَّ ارْزُقْنِيَ الفَهْمَ وَالعِلْمَ وَالحِكْمَةَ وَالعَقْلَ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

Artinya:

“Kami memberikan pemahaman kepada Sulaiman. Setiap dari mereka Kami berikan kebijaksanaan dan ilmu. Kami tundukkan gunung dan burung kepada Daud. Mereka bertasbih. Kamilah yang melakukan itu semua. Wahai zat yang hidup, wahai zat yang tegak, wahai Tuhan Musa, Harun, Tuhan Ibrahim, wahai Tuhan Muhammad SAW. Ya Allah, karuniakan aku pemahaman, ilmu, kebijaksanaan, dan akal dengan rahmat-Mu wahai zat yang maha pengasih,”

4. Doa Nabi Sulaiman Agar Tetap Bersyukur

Memiliki kekayaan, kekuasaan, serta banyak mukjizat, tidak membuat Nabi Sulaiman lupa diri. Beliau selalu berzikir dan bersyukur atas segala nikmat dari Allah.

Dikutip dari buku 101 Doa Anak Saleh (2009) oleh Tim Darul Ilmi, berikut ini potongan surat An-Naml Ayat 19 yang dapat diamalkan sebagai doa.

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِىٓ أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ ٱلَّتِىٓ أَنْعَمْتَ عَلَىَّ وَعَلَىٰ وَٰلِدَىَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَٰلِحًا تَرْضَىٰهُ وَأَدْخِلْنِى بِرَحْمَتِكَ فِى عِبَادِكَ ٱلصَّٰلِحِينَ

…Robbi awzi’nii an asykuro ni’matakal latii anʼamta ‘alayya wa ‘alaa waalidayya wa an a’mala shoolihan tardhoohu wa adkhilnii birohmatika fii ‘ibaadikash shoolihiin.

Artinya:

…Ya Tuhanku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhoi, dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.

Demikian tadi 4 doa Nabi Sulaiman yang dapat kita pelajari, mulai dari doa agar diberi kekayaan hingga mohon rasa syukur, baik dari Al-Qur’an, maupun dari kitab lainnya.

(bai/inf)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Yunus untuk Rezeki yang Bisa Diamalkan


Jakarta

Nabi Yunus AS sangat terkenal dengan kisahnya ketika berada dalam perut ikan. Di tengah gelapnya perut ikan tersebut, ia mengucapkan doa yang dapat menyelamatkan dirinya.

Doa Nabi Yunus AS ini sangat terkenal dalam Islam sebab memiliki nilai spiritual yang mendalam dalam konteks mencari rezeki dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Menurut sebuah hadits, doa Nabi Yunus AS dapat membuka rezeki karena dengan mengucapkannya Allah SWT pasti akan mengabulkan doa orang tersebut, sebagaimana ditulis dalam buku Miracle Rezeki karya Naufal Arifin.


Rasulullah SAW bersabda,

دَعْوَةُ ذِي النَّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوتِ: لا إله إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قطِّ إِلَّا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Artinya: “Doa Dzunnun (Nabi Yunus ‘alaihissalam) ketika di perut ikan adalah “Tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.” Sesungguhnya tidak seorang muslim pun yang berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah akan mengabulkan doanya.” (HR Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Doa Nabi Yunus untuk Rezeki

Doa Nabi Yunus AS untuk rezeki dan ampunan dari Allah SWT terdapat dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 87 yang bunyinya,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ ٨٧

Artinya: (Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis) “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Doa tersebut berada di akhir ayat 87 sebagaimana berikut ini.

لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Arab-latin: laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minadz-dzaalimiin

Artinya: “Tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Kisah Nabi Yunus AS dalam Tiga Kegelapan

Nabi Yunus AS adalah nabi yang diutus oleh Allah SWT untuk sebuah kaum di sebuah desa bernama Ninawa, daerah Mosul, Irak. Kaum itu telah menyimpang jauh dari jalan Allah SWT karena menyembah berhala.

Ketika kaum tersebut diseru oleh Nabi Yunus AS agar mau kembali menyembah Allah SWT dan berhenti dari kemaksiatannya, mereka menolak dan menetap dalam kesesatan. Bahkan setelah Nabi Yunus AS sudah menyampaikan azab yang akan menimpa kaum itu mereka tetap berada dalam kesesatan.

Nabi Yunus AS pun marah dan meninggalkan kaum tersebut. Ia pergi ke tepi pantai dan menaiki sebuah kapal. Kapal itu pun terombang-ambing di lautan karena Allah SWT belum mengizinkannya untuk pergi meninggalkan kaumnya.

Alasannya adalah ternyata kaum Nabi Yunus AS sudah kembali ke jalan yang benar. Mereka memohon ampun dengan berdoa kepada Allah SWT agar azab yang akan menimpa mereka diangkat. Sehingga, Allah SWT benar-benar mengabulkannya.

Keadaan kapal Nabi Yunus AS tidak baik-baik saja karena merasa terlalu berat, akhirnya awak kapal lain menyuruhnya untuk ikut dibuang ke laut bersama barang-barang lainnya agar beban kapal lebih ringan.

Ketika terjun ke air, Nabi Yunus AS langsung dilahap oleh ikan yang sangat besar sehingga berada di dalam perut ikan tersebut. Ia diselimuti tiga kegelapan, yakni kegelapan perut ikan, kegelapan lautan, dan kegelapan malam.

Dalam keadaan yang sempit inilah, Nabi Yunus AS memohon ampunan kepada Allah SWT dengan mengucap “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zalim.”

Allah SWT akhirnya mengampuni Nabi Yunus AS dan menyelamatkannya ke tepi pantai. Allah SWT juga kembali memerintahkan Nabi Yunus AS untuk menemui kaumnya dengan membawa berita gembira bahwa Dia telah menerima tobat mereka.

Kaum Nabi Yunus AS yang telah beriman kepada Allah SWT pun diberikan berkah kepada harta dan anak-anak mereka, sebagaimana diterangkan Allah SWT dalam firman-Nya,

“Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.” (QS Ash-Shafat: 147-148)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Nabi Yunus untuk Hajat Mendesak dan Keutamaannya


Jakarta

Doa merupakan permohonan seorang hamba terhadap Allah SWT Yang Maha Pendengar, termasuk segala kebutuhan dan hajat seorang muslim. Hajat tersebut dapat dicapai dengan berusaha dan berdoa.

Salah satu doa yang dapat diamalkan muslim bila memiliki hajat yang mendesak adalah membaca doa Nabi Yunus AS. Doa tersebut termaktub dalam surah Al-Anbiya ayat 87. Berikut bacaan doa selengkapnya.

Doa Nabi Yunus AS untuk Hajat Mendesak

Merujuk pada buku Mutiara Doa Para Nabi dan Rasul dari Al-Qur’an dan Hadis oleh Ahmad Suhendra, doa ini diamalkan Nabi Yunus AS saat ditelan paus untuk meminta pertolongan Allah SWT.


لَا إِلَٰهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Bacaan latin: Laa ilaaha illaa anta subhaanaka innii kuntu minazh-zhaalimiin

Artinya: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.”

Doa Nabi Yunus AS tersebut merupakan potongan dari surah Al Anbiya ayat 87. Allah SWT berfirman,

وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ ٨٧

Artinya: “(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, ‘Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim’.”

Dalam riwayat lain, Rasulullah juga mengungkapkan keistimewaan lain doa Nabi Yunus AS. Doa ini disebut dapat mengabulkan permohonan seorang muslim kepada Allah SWT.

دَعْوَةُ ذِى النُّونِ إِذْ دَعَا وَهُوَ فِى بَطْنِ الْحُوتِ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّى كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ. فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِى شَىْءٍ قَطُّ إِلاَّ اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ

Artinya: “Doa Dzun Nuun (Nabi Yunus) ketika ia berdoa dalam perut ikan paus adalah: ‘Laa ilaaha illaa anta, subhaanaka, innii kuntu minadz dzaalimiin’ Sesungguhnya tidaklah seorang muslim berdoa dengannya dalam suatu masalah, melainkan Allah kabulkan baginya.” (HR At Tirmidzi)

Latar belakang doa tersebut bermula saat Nabi Yunus AS berusaha mengajak kaumnya untuk menyembah Allah SWT. Bukannya mengikuti ajakannya, kaumnya justru menolak Nabi Yunus AS.

Kemudian Nabi Yunus AS meninggalkan kaumnya dengan menaiki sebuah kapal. Namun, kapal yang dinaikinya tenggelam karena jumlah penumpang yang banyak.

Hingga pada akhirnya, penumpang kapal tersebut meminta Nabi Yunus AS keluar dari kapal. Nabi Yunus AS menceburkan diri ke laut dengan keadaan yang sedih.

Kemudian Nabi Yunus AS ditelan oleh seekor paus. Di dalam perut ikan tersebut, Nabi Yunus memanjatkan doa dengan khusyuk.

Nabi Yunus AS mengakui kesalahannya. Allah SWT pun mengabulkan doa Nabi Yunus AS dan mengeluarkannya dari perut paus tersebut dengan keadaan yang utuh dan selamat.

Ibnu Abbas mengatakan bahwa Nabi Yunus AS mengira dirinya telah meninggal di perut paus itu. Namun ketika Nabi Yunus AS mampu menggerakkan kakinya, ia langsung sujud dan bermunajat kepada Allah SWT, “Ya Allah, aku bersujud kepada Engkau di tempat yang tidak mungkin orang lain pernah mendapatkannya.”

Keutamaan Doa Nabi Yunus

Doa Nabi Yunus AS memiliki keutamaan yang sangat mulia. Kaum muslimin dianjurkan memanjatkan doa Nabi Yunus AS agar mendapat ampunan dari Allah SWT.

Merujuk pada buku Tadabbur Doa Sehari-hari oleh Jumal Ahmad, berikut beberapa hadits yang menunjukkan keutamaan doa Nabi Yunus AS. Salah satunya dari Sa’ad bin Abi Wawwash RA berkata, Nabi SAW bersabda,

“Doa Nabi Yunus tatkala ia berada di dalam perut ikan: Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim. Sesungguhnya tak seorang muslim yang berdoa kepada Rabb-nya dengan doa tersebut dalam kondisi apapun kecuali Allah akan mengabulkan untuknya.” (HR Tirmidzi)

Dalam riwayat Al-Hakim, Rasulullah SAW juga pernah bersabda, “Maukah aku beritahukan kepadamu sesuati jika kamu ditimpa suatu masalah atau ujian dalam urusan dunia ini, kemudian berdoa dengannya yaitu, doa Dzun Nun atau Nabi Yunus.”

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Dzikir Nabi Ayub AS saat Sakit untuk Meminta Kesembuhan


Jakarta

Sakit merupakan suatu ujian yang tidak dapat kita hindari. Dzikir Nabi Ayub AS adalah doa yang dipanjatkan ketika sedang ditimpa ujian dari Allah SWT dalam bentuk penyakit.

Semasa hidupnya, tubuh Nabi Ayub AS diselimuti rasa sakit yang tak terhingga, tapi hatinya teguh dalam kesabaran. Dalam keterpurukan, dia berdzikir, “Hanya pada-Mu aku memohon kesembuhan”.

Ujian dalam bentuk penyakit tersebut tidak pernah membuat Nabi Ayub AS menyerah pada imannya kepada Allah SWT. Ujian tersebut melahirkan kesabaran yang luar biasa sehingga Allah SWT mendengar doanya dan memberikan kesembuhan sebagai balasan atas ketabahan dan kepercayaannya.


Nah, dalam artikel ini, kita akan mempelajari tentang dzikir Nabi Ayub AS yang dilantunkan saat memohon kesembuhan dari penyakit yang sedang menimpa. Untuk memahaminya, simak pembahasannya sebagai berikut.

Penyakit Dalam Islam

Dikutip dari buku Bahagia Ketika Sakit: Meraih Kemuliaan di Tengah Ujian Iman oleh Abu Muhammad Rafif Triharyanto, banyak yang masih salah paham tentang penyakit yang diberikan oleh Allah SWT.

Masih banyak orang yang beranggapan bahwa penyakit adalah wujud murka dan laknat Allah SWT. Bahkan, beberapa orang kemudian menggugat dan memprotes Allah SWT terkait dengan penyakit yang menimpanya.

Sebenarnya, rasa sakit justru merupakan ujian yang menunjukkan kasih sayang Allah SWT kepada hamba-Nya. Sakit merupakan sarana untuk bisa lebih dekat dengan Allah SWT dan penghapusan dosa-dosa.

Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Allah SWT ketika mencintai suatu kaum, Dia akan menguji mereka, menguji dengan musibah. Siapa yang ridho dengan musibah itu dengan ujian Allah SWT, maka Allah SWT akan ridho kepadanya. Sebaliknya siapa yang marah dengan musibah itu, maka dia akan mendapatkan murka dari Allah SWT.” (Hr. Ahmad dan Tirmidzi).

Maka dari itu, bagi hamba Allah SWT yang beriman, datangnya musibah berupa penyakit perlu disikapi dengan rasa sabar dan ikhlas. Karena Allah SWT sedang menunjukkan cinta dan kasih sayang-Nya. Betapa mulia dan istimewanya orang yang sedang ditimpa sakit karena sakitnya itu menjadi bukti dan kasih sayang Allah SWT padanya.

Bacaan Dzikir Nabi Ayub

Bagi umat Islam yang sedang dilanda dengan sebuah penyakit, maka sebaiknya sabar dan tetap berdoa meminta kesembuhan kepada Allah SWT. Kita harus tetap bertawakat dan berprasangka kepada Allah SWT sambil terus berdoa memohon kesembuhan.

Berikut ini adalah dzikir Nabi Ayub AS yang tertulis dalam Al Quran Surat Al-Anbiya ayat 83: https://www.detik.com/hikmah/quran-online/al-anbiya

… رَبَّهٗٓ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ

Bacaan latin: … Rabbahu anni massaniyad-durru wa anta ar-hamur-rahimin.

Artinya: “… Ya Rabb, sesungguhnya aku telah ditimpa suatu penyakit, padahal Engkau Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang.”

Keteladanan Nabi Ayub AS

Meski mengalami ujian dengan penyakit yang luar biasa, Nabi Ayub AS tidak pernah meragukan takdir Allah SWT. Dzikir yang dilantunkan oleh Nabi Ayub AS mencerminkan tawakal dan keimanan yang tidak tergoyahkan.

Dalam situasi yang sangat buruk, Nabi Ayub AS tetap berbaik sangka kepada Allah SWT. Sikapnya yang tidak tergoyahkan dalam ujian mengajarkan kita sebagai umat Islam tentang pentingnya bersabar dalam menghadapi cobaan.

Sambil berserah kepada Allah SWT dengan melantunkan dzikir Nabi Ayub AS, kita juga tentu harus melakukan berbagai macam usaha untuk bisa sembuh. Usaha tersebut bisa dilakukan dengan cara mendatangi dokter untuk mendapatkan perawatan yang sesuai.

Kisah Nabi Ayub AS ini memberikan kita pelajaran berharga bawah ujian penyakit merupakan bagian dari rencana-Nya, dan dengan bersabar, kita bisa mendapatkan keberkahan dan kesembuhan. Keteladanan ini mengajarkan bahwa dalam kesulitan, tawakal dan kesabaran membawa kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wallahu a’lam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Isa AS yang Menghidupkan Orang Mati Atas Izin Allah, Ini Kisahnya



Jakarta

Sebagai utusan Allah SWT, Nabi Isa AS diberi sejumlah mukjizat yang mampu membuktikan kenabiannya kepada mereka yang meragukan. Di antara peristiwa luar biasa yang dialaminya adalah dapat menghidupkan orang mati. Bagaimana kisahnya?

Mengutip buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Alah SWT mengutus Isa AS untuk menerima wahyu berupa Injil dan bertanggung jawab untuk mengajarkannya kepada Bani Israil.

Ibunya adalah Maryam, seorang wanita sholehah yang Dia pelihara kesucian dan kemuliaannya. Dengan melahirkan Nabi Isa, itulah salah satu ujian baginya. Mengapa? Lantaran Allah SWT memilih Maryam untuk menjadi ibu dan melahirkan Isa AS tanpa disentuh seorang ayah (laki-laki).


Yang demikian tentu mungkin saja dilakukan dengan kehendak-Nya, karena Dialah sang Pencipta. Dalam Surat Ali Imran ayat 47 berbunyi:

“Dia (Maryam) berkata, ‘Wahai Tuhanku, bagaimana mungkin aku akan mempunyai anak, padahal tidak ada seorang laki-laki pun yang menyentuhku?’ Dia (Allah) berfirman, ‘Demikianlah, Allah menciptakan apa yang Dia kehendaki.’ Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata padanya, ‘Jadilah!’ Maka, jadilah sesuatu itu.”

Kelahiran yang demikian termasuk sebagai satu mukjizat yang diterima oleh Nabi Isa, di antara berbagai mukjizat lainnya.

Kisah Singkat Nabi Isa AS Menghidupkan Orang Mati

Selain lahir tanpa peran seorang ayah, Isa AS diberi mukjizat lain yakni dapat menghidupkan orang yang telah meninggal dunia. Hal ini tentu atas izin dan kuasa-Nya dan jangan sampai disalahartikan. Mukjizat ini juga diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 49:

“(Allah akan menjadikannya) sebagai seorang rasul kepada Bani Israil. (Isa berkata,) ‘Sesungguhnya aku telah datang kepadamu dengan tanda (mukjizat) dari Tuhanmu, sesungguhnya aku membuatkan bagimu (sesuatu) dari tanah yang berbentuk seperti burung. Lalu, aku meniupnya sehingga menjadi seekor burung dengan izin Allah. Aku menyembuhkan orang yang buta sejak dari lahir dan orang yang berpenyakit buras (belang) serta menghidupkan orang-orang mati dengan izin Allah. Aku beri tahukan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kerasulanku) bagimu jika kamu orang-orang mukmin.’

Adapun Ahmad Bahjat dalam bukunya Nabi-Nabi Allah terjemah Anbiya Allah menceritakan secara singkat kisah mukjizat ini.

Dikatakan oleh para ahli tafsir bahwa Nabi Isa telah menghidupkan kembali tiga orang dari kematiannya: Lazarus, salah seorang temannya pada masa lalu; anak perempuan dari seorang lelaki tua; dan anak lelaki seorang janda yang sebatang kara. Ketiga orang ini baru meninggal pada hari itu juga.

Saat mengetahui itu, orang-orang Bani Israil berkata kepada Isa AS, “Engkau hanya mampu menghidupkan orang-orang yang baru mati. Bisa jadi mereka masih belum mati, melainkan hanya mati suri.”

Mereka meminta Isa AS untuk membangkitkan jenazah Sam bin Nuh, dan kemudian beliau minta ditunjukkan makamnya tersebut. Bersama kaumnya, beliau berangkat ke kubur Sam bin Nuh.

Sesampainya di sana, Nabi Isa lalu berdoa kepada Allah SWT agar Dia menghidupkan kembali Sam bin Nuh. Dan seketika itu juga Sam ibn Nuh keluar dari kuburnya, dengan rambut kepalanya telah beruban.

Isa AS bertanya kepadanya, “Bagaimana rambut di kepalamu bisa beruban, sementara pada zaman kalian belum ada uban?”

Sam bin Nuh menjawab, “Wahai Ruhullah, engkau telah memanggilku. Maka aku mendengar suara, ‘Jawablah panggilan Ruhullah!’ Aku menduga hari kiamat sudah tiba. Karena rasa takut akan hari kiamat, rambutku menjadi beruban.”

Sam bin Nuh lalu menjawab sejumlah pertanyaan yang diajukan kepadanya. Ia juga menceritakan mengenai peristiwa banjir besar yang terjadi pada masa dakwah ayahnya itu, Nabi Nuh AS.

Setelah mengabarkannya, Nabi Isa lantas berdoa kembali kepada Allah SWT hingga akhirnya Sam bin Nuh kembali menjadi tanah dalam kubur.

Dalam buku Kisah Para Nabi terjemah Qashash Al-Anbiya oleh Ibnu Katsir dicantumkan pula riwayat Ibnu Abbas yang menceritakan Isa AS menghidupkan kembali seorang penguasa Bani Israil.

Diriwayatkan, “Ketika salah seorang raja dari bangsa Israil meninggal dunia dan dibawa di atas kerandanya, datanglah Nabi Isa dan beliau berdoa kepada Allah SWT untuk menghidupkannya kembali. Lalu Allah mengabulkan doanya dan raja itu pun hidup kembali. Bani Israil yang melihat kejadian itu terkejut dan kagum terhadap Isa AS.”

Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Mengapa Firaun Disebut dengan Raja yang Zalim?



Yogyakarta

Firaun dikenal sebagai raja yang zalim, kejam, dan kerap berbuat sewenang-wenang. Ia merupakan pemimpin di negeri Mesir pada zamannya. Rakyatnya hidup dalam rasa ketakutan dan selalu dalam keadaan gelisah.

Kekejaman Firaun disebutkan dalam Al-Qur’an surat Al-Qashash ayat 4, Allah SWT berfirman:

إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى ٱلْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَآئِفَةً مِّنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَآءَهُمْ وَيَسْتَحْىِۦ نِسَآءَهُمْ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ مِنَ ٱلْمُفْسِدِينَ


Artinya: “Sesungguhnya Firaun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dengan menindas segolongan dari mereka, menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka. Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan.”

Firaun disebut dengan raja yang zalim sebab ia mengakui dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah oleh seluruh rakyat di kerajaannya. Sebagaimana disebutkan dalam buku 99 Kisah Menakjubkan di Alquran oleh Ridwan Abqary, siapa pun yang tidak menganggap Firaun sebagai tuhan pada masa itu akan dibunuh tanpa ampun.

Selama berkuasa di negeri Mesir, Firaun juga telah menindas dan memecah belah rakyat. Rakyatnya dengan sengaja dibeda-bedakan berdasarkan strata sosial dan kelompok tertentu. Salah satu kelompok yang paling sering ditindas dan dilemahkan oleh Firaun, yaitu kaum Bani Israil.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kan’an Tercatat di Al-Qur’an, Putra Nabi Nuh yang Tenggelam saat Banjir Bandang



Jakarta

Nabi Nuh diberi mukjizat untuk membangun sebuah kapal besar yang menyelamatkan Ia dan kaum beriman lainnya dari azab Allah SWT. Ketika banjir bandang melanda dan membinasakan kaum Nabi Nuh yang ingkar, salah satu yang tak selamat adalah Kan’an, putra tertua Nabi Nuh.

Nabi Nuh dikaruniai empat orang anak yakni Kan’an, Yafith, Sam dan Ham. Sebagai putra tertua, Kan’an dikenal sebagai sosok yang zalim dan durhaka kepada orangtuanya. Ia akhirnya binasa bersama kaum yang ingkar.


Dikutip dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Ahmad Fatih, disebutkan bahwa Kan’an berpura-pura menjadi orang beriman padahal ia menyembunyikan rasa benci yang teramat dalam pada sang ayah. Bahkan Kan’an dan ibunya yang merupakan istri Nabi Nuh sering menghina dan mencemooh Nabi Nuh.

Nabi Nuh Mengajak Kan’an Naik Bahtera

Ketika Nabi Nuh mengumpulkan seluruh umatnya, beliau teringat akan putra tertuanya yaitu Kan’an. Beliau meminta agar Kan’an naik ke bahtera bersama pengikutnya yang lain. Namun dengan angkuhnya Kan’an justru menolak dan tetap pada pendiriannya tidak ingin beriman kepada Allah.

Peristiwa ini tercatat dalam Al-Qur’an Surat Hud ayat 42

وَهِىَ تَجْرِى بِهِمْ فِى مَوْجٍ كَٱلْجِبَالِ وَنَادَىٰ نُوحٌ ٱبْنَهُۥ وَكَانَ فِى مَعْزِلٍ يَٰبُنَىَّ ٱرْكَب مَّعَنَا وَلَا تَكُن مَّعَ ٱلْكَٰفِرِينَ

Artinya: Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: “Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir”.

Kecintaan Nabi Nuh pada sang putra ditunjukkan bahkan ketika air bah mulai meninggi. Nabi Nuh terus membujuk agar putranya mau naik ke atas bahtera. Namun bujukan sang ayah justru diingkari. Kan’an lebih memilih untuk berlindung di gunung.

Dalam Surat Hud ayat 43, Allah SWT berfirman,

قَالَ سَـَٔاوِىٓ إِلَىٰ جَبَلٍ يَعْصِمُنِى مِنَ ٱلْمَآءِ ۚ قَالَ لَا عَاصِمَ ٱلْيَوْمَ مِنْ أَمْرِ ٱللَّهِ إِلَّا مَن رَّحِمَ ۚ وَحَالَ بَيْنَهُمَا ٱلْمَوْجُ فَكَانَ مِنَ ٱلْمُغْرَقِينَ

Artinya: Anaknya menjawab: “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!” Nuh berkata: “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) Yang Maha Penyayang”. Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

Kan’an Tenggelam saat Banjir Bandang

Banjir kemudian semakin meninggi dan Kan’an tetap tidak mau masuk ke dalam kapal dan ingin menyelamatkan diri dengan cara berenang menuju puncak gunung yang belum tersentuh air. Kan’an menganggap bahwa air tidak akan sampai ke puncak gunung tersebut.

Dugaannya ternyata salah, air banjir bahkan menenggelamkan puncak gunung tertinggi sekalipun.

Disela percakapan antara keduanya, muncullah gelombang besar yang memisahkan antara bahtera Nabi Nuh dengan Kan’an. Seketika Kan’an lenyap dari penglihatan Nabi Nuh. Nabi Nuh berusaha mencari keberadaan putra sulungnya akan tetapi sia-sia.

Sebagai seorang ayah dan darah dagingnya, beliau sangat sedih karena putra yang amat disayanginya tenggelam oleh azab Allah. Pada saat Kan’an tenggelam, Nabi Nuh sempat memohon kepada Allah agar putranya diselamatkan karena Nabi Nuh mengingat bahwa Allah telah menjanjikan keselamatan bagi seluruh keluarganya.

Nabi Nuh kemudian bertanya-tanya mengapa putranya tidak selamat dari azab tersebut dan Allah menjawab bahwa putranya telah durhaka dan bukan termasuk keluarga yang dijanjikan Allah untuk selamat.

Hal ini sebagaimana termaktub dalam Al-Qur’an surat Hud ayat 45-46.

Surat Hud Ayat 45

وَنَادَىٰ نُوحٌ رَّبَّهُۥ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ٱبْنِى مِنْ أَهْلِى وَإِنَّ وَعْدَكَ ٱلْحَقُّ وَأَنتَ أَحْكَمُ ٱلْحَٰكِمِينَ

Artinya: Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan sesungguhnya janji Engkau itulah yang benar. Dan Engkau adalah Hakim yang seadil-adilnya”.

Surat Hud Ayat 46

قَالَ يَٰنُوحُ إِنَّهُۥ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ ۖ إِنَّهُۥ عَمَلٌ غَيْرُ صَٰلِحٍ ۖ فَلَا تَسْـَٔلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۖ إِنِّىٓ أَعِظُكَ أَن تَكُونَ مِنَ ٱلْجَٰهِلِينَ

Artinya: Allah berfirman: “Hai Nuh, sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), sesungguhnya (perbuatan)nya perbuatan yang tidak baik. Sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan”.

Nabi Nuh kemudian menyadari kesalahannya dan segera memohon pengampunan kepada Allah SWT. Nabi Nuh kemudian mengikhlaskan kepergian putra dan istrinya yang zalim serta seluruh umatnya yang lebih memilih menyembah berhala yang merupakan perbuatan musyrik.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abu Dujanah yang Membuat Rasulullah Menangis



Jakarta

Rasulullah SAW memiliki sahabat-sahabat yang dekat dengan beliau dengan budi pekerti yang luhur. Banyak dari sahabat Beliau SAW yang memiliki kisah yang diriwayatkan dan diturunkan hingga masa kini, salah satunya Abu Dujanah.

Nama salah satu sahabat yang memiliki kisah luar biasa adalah Abu Dujanah. Abu Dujanah sendiri terkenal sebagai seorang yang pemberani di medan perang dan selalu menjaga keluarganya dari suatu hal yang haram.

Kisah Abu Dujanah sendiri salah satunya diceritakan dalam Buku Fikih Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI karya Yusak Burhanudin dan Muhammad Najib, Abu Dujanah, sahabat yang membuat Rasulullah menangis memiliki kisah yang menarik.


Kisah Abu Dujanah

Pada zaman kenabian Rasulullah, ada salah seorang sahabat Rasulullah SAW bernama Abu Dujanah. la seorang sahabat yang ketika selesai salat selalu langsung pulang dengan tidak membaca doa.

Ia pun tidak menunggu agar Rasulullah selesai membaca doa beliau terlebih dahulu. Perilaku Abu Dujanah ini pun kemudian dirasakan oleh Rasulullah SAW, sehingga suatu saat beliau bertanya ke Abu Dujanah.

“Apa yang menyebabkan engkau berperilaku demikian wahai Abu Dujanah?”

Abu Dujanah selanjutnya menjawab, “Ini karena ada pohon kurma yang menjuntai di pekaranganku. Pohon ini bukan milikku. Jadi aku buru-buru membersihkannya dan kurma itu aku serahkan kepada pemiliknya, yakni tetanggaku (dikenal sebagai seorang yang munafik)”.

“Aku melakukannya tanpa sedikit pun diberi dan mengharapkan imbalan. Hal ini aku lakukan juga agar anak-anakku tidak memakan kurma tersebut karena kurma itu tidak halal untukku dan keluargaku. Tetapi, suatu ketika aku jumpai anakku sudah lebih dahulu bangun dan kulihat dia tengah memakan kurma tersebut. Oleh karena itu, aku datangi anakku dan lekas aku masukkan tanganku agar bisa mengeluarkan kurma tersebut dari mulutnya. Namun saking kencangnya, anakku menangis berlinangan air mata. Begitulah ya Rasulullah,” jelas Abu Dujanah.

Mendengar kisah itu Rasulullah SAW seketika menangis dan kemudian beliau memanggil tokoh munafik tersebut. Kepadanya, Rasulullah berkata,

“Maukah engkau jika aku minta kamu menjual pohon kurma yang kamu miliki itu? Aku akan membelinya dengan sepuluh kali lipat dari harga pohon kurma itu. Pohonnya terbuat dari batu zamrud berwarna biru. Disirami dengan emas merah, tangkainya dari mutiara putih. Di situ tersedia bidadari yang cantik jelita sesuai dengan hitungan buah kurma yang ada.”

Begitu tawaran Nabi SAW Namun, lelaki yang dikenal sebagai seorang penjual yang munafik ini lantas menjawab dengan tegas,

“Aku tak pernah berdagang dengan memakai sistem jatuh tempo. Aku tidak mau menjual apa pun kecuali dengan uang kontan dan tidak pakai janji.”

Di tengah proses itu, tiba-tiba Sayidina Abu Bakar as-Shiddiq Radhiyallahu anhu datang. Ia lantas berkata,

“Ya sudah, aku beli dengan sepuluh kali lipat dari harga kurma yang paling bagus di kota ini.”

Mendengar ini, orang munafik tersebut berkata kegirangan, “Baiklah, aku jual pohon ini.”

Setelah sepakat, Abu Bakar segera menyerahkan pohon kurma kepada Abu Dujanah pada saat itu juga. Rasulullah SAW kemudian bersabda,

“Hai Abu Bakar, aku yang menanggung gantinya untukmu.” Mendengar sabda Nabi ini, Sayidina Abu Bakar merespon dengan bergembira bukan main. Begitu pula Abu Dujanah.

Si munafik berlalu. la berjalan mendatangi istrinya. Lalu mengisahkan kisah yang baru saja terjadi pada hari itu.

“Aku telah mendapat untung banyak hari ini. Aku mendapat sepuluh pohon kurma yang lebih bagus. Padahal kurma yang aku jual itu tidaklah berpindah dan masih tetap di pekarangan rumahku. Aku tetap yang akan memakannya lebih dahulu lalu buah-buahnya pun tidak akan pernah aku berikan kepada tetangga kita itu sedikit pun.”

Pada malam harinya, saat si munafik tidur terjadi peristiwa yang tak diduga. Pohon kurma yang berada di pekarangan rumah si munafik itu tiba-tiba berpindah posisi.

Pohon kurma itu kini berdiri di atas tanah milik Abu Dujanah. Seolah-olah tak pernah sekalipun tampak pohon tersebut tumbuh di atas tanah si munafik dan berpindah dengan bantuan tangan manusia ke pekarangan Abu Dujanah.

Tempat asal pohon itu tumbuh diketahui rata dengan tanah seperti tanah rata yang normal. Saat terbangun pagi harinya, si munafik keheranan.

Kisah ini dapat dijadikan sebagai pelajaran bagi kita, yakni betapa hati-hatinya sahabat Rasulullah, Abu Dujanah, menjaga diri dan keluarganya dari makanan yang haram. Sesulit dan seberat apa pun hidup, seseorang tidak boleh memakan makanan untuk dirinya sendiri dan keluarganya dari barang haram.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com