Tag Archives: kisah nabi muhammad

Kisah Sakaratul Maut Rasulullah SAW yang Tetap Ingat Umatnya



Jakarta

Tiap makhluk yang bernyawa juga akan melewati sakaratul maut. Peristiwa ini juga dialami oleh Rasulullah SAW saat didatangi oleh malaikat maut yang mengabarkan hendak mencabut nyawa Beliau.

Menurut buku Makna Kematian Menuju Kehidupan Abadi karya KH. Muhammad Sholikhin, Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa sakaratul maut adalah ungkapan rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa sehingga tiada satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit tersebut.

Kisah Sakaratul Maut Nabi Muhammad SAW

Ada sejumlah riwayat yang mengisahkan tentang kebiasaan Malaikat Maut meminta izin masuk rumah untuk menemui para nabi sebelum mencabut nyawanya. Salah satunya kepada Nabi Muhammad SAW.


Kisah perjumpaan Malaikat Maut dengan Rasulullah SAW ini diceritakan oleh Guru Besar Universitas Al-Azhar Kairo, Mustofa Murod, dalam buku Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi AS yang bersandar pada hadits riwayat dari Aisyah RA. Ada yang menyebut, Rasulullah SAW sedang bersama Aisyah, ada pula yang menyebut Beliau bersama Ali bin Abi Thalib di ujung ajalnya.

Malaikat Maut meminta izin masuk di depan pintu. Lalu, Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, itu Malaikat Maut. Ia meminta izin masuk menemuimu. Ia tidak pernah meminta izin masuk kepada manusia sebelumnya. Dan, ia tidak akan meminta izin masuk kepada seorang manusia pun setelah ini.”

Beliau bersabda, “Izinkanlah ia masuk.”

Maka, Malaikat Maut pun masuk dan duduk di hadapan Nabi Muhammad SAW, lalu berkata, “Sesungguhnya, Allah mengutusku untuk menemuimu dan memerintahkanku untuk mematuhimu. Jika engkau memerintahkanku mencabut nyawamu maka akan kucabut. Jika engkau tidak suka maka akan kutinggalkan.”

Beliau bertanya, “Engkau akan melakukannya, wahai Malaikat Maut?”

Malaikat Maut menjawab, “Ya, itulah yang diperintahkan kepadaku.”

Jibril kemudian mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW, “Sesungguhnya, Allah telah rindu bertemu denganmu.”

Rasulullah SAW pun bersabda, “Segera lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu.”

Sementara itu, dalam kisah lainnya, dikutip dari buku Kisah-kisah Islami Inspiratif for Kids tulisan A. Septiyani, kisah ini dapat diketahui saat ada yang bertamu ke kediaman Rasulullah SAW tapi Fatimah, putri nabi, tidak mengetahui siapa dia.

“Aku mohon maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu masuk karena ayahku sedang demam,” kata Fatimah sambil menutup pintu.

Fatimah segera mendekati ayahnya, dan Rasulullah SAW bertanya, “Wahai anakku, siapa tamu itu?”

Fatimah menjawab dengan lembut, “Aku tidak tahu, Ayah. Tapi sepertinya ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.”

Rasulullah SAW menatap putri tercintanya dengan tatapan yang menggetarkan. Beliau berkata, “Wahai anakku, ketahuilah bahwa orang yang kamu lihat adalah yang mengakhiri kenikmatan sesaat. Dia yang memisahkan pertemuan di dunia. Dia adalah Malaikat Maut.” Mendengar itu, Fatimah tidak bisa menahan tangisnya.

Kemudian, Malaikat Maut mendekati Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW menanyakan keberadaan Malaikat Jibril, Malaikat Maut memanggil Malaikat Jibril untuk menemani Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Jibril, katakan padaku apa hakku di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala?”

Malaikat Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah, pintu-pintu langit akan terbuka dan para malaikat sudah menantikanmu di sana. Semua pintu surga telah terbuka lebar menantikan kedatanganmu.”

Meskipun mendengar kabar gembira dari Malaikat Jibril, Rasulullah SAW masih terlihat cemas.

Melihat kecemasan Rasulullah SAW, Malaikat Jibril bertanya, “Mengapa engkau masih cemas seperti itu? Apakah engkau tidak bahagia mendengar kabar ini, ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW kembali bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?”

Malaikat Jibril menjawab, “Jangan khawatirkan nasib umatmu, ya Rasulullah. Aku mendengar Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepadaku: ‘Aku telah mengharamkan surga bagi selain umat Muhammad, hanya umatmu yang berhak memasukinya.'”

Rasulullah SAW merasa sedikit tenang. Tak terasa, saat-saat kepergian sang rasul semakin dekat. Malaikat Izrail terlihat sedang menjalankan tugasnya. Perlahan-lahan, ruh Nabi Muhammad SAW diambil. Tubuh Rasulullah SAW basah karena keringat.

Urat-uratnya tampak tegang. Sambil merasakan rasa sakit, Rasulullah SAW berkata, “Wahai Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Melihat Rasulullah SAW dalam kesakitan, Malaikat Jibril hanya bisa memalingkan wajahnya. Ia tidak tega melihat Rasulullah SAW dalam penderitaan seperti itu.

“Wahai Malaikat Jibril, apakah engkau merasa jijik melihatku sehingga kau memalingkan wajahmu?” tanya Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril menjawab, “Siapakah yang akan tega melihat kekasih Allah menghadapi ajalnya?”

Dikutip dari Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah karya Syekh Nawawi Al-Bantani, hingga di saat menjelang akhir hayatnya, sang penghulu rasul itu tetap memikirkan nasib umatnya.

Bahkan ketika merasakan dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut, Rasulullah masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.

Tubuh Rasulullah SAW semakin dingin. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan sesuatu. Ali bin Abi Thalib mendekati beliau, dan Rasulullah SAW berbisik, “Jagalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kalian.”

Tangisan terdengar di sekeliling dan Fatimah menutup wajahnya dengan tangannya. Ali bin Abi Thalib mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW, dan Beliau berbisik, “Ummatii, ummatii, ummatii… (Umatku, umatku, umatku…).”

Rasulullah SAW pun wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Duka itu menyelimuti umat Islam di Madinah hingga kesedihan mendalam bagi para sahabat seperti Umar bin Khattab dan Abu Bakar Ash Shiddiq.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Addas, Lelaki yang Masuk Islam setelah Melihat Nabi Makan Anggur



Jakarta

Sebuah kisah inspiratif datang dari lelaki bernama Addas, seorang budak di Thaif. Ia mendapat hidayah dan memilih memeluk Islam setelah bertemu dengan Rasulullah SAW.

Semasa hidup, Rasulullah SAW pernah datang ke kota Thaif untuk menyampaikan dakwah. Diketahui, keberadaan Rasulullah SAW di Thaif ini selama 10 hari. Meskipun terbilang singkat, namun cobaan yang dialami Rasulullah sangatlah berat.

Mengutip dari buku Saat-saat Rasulullah Bersedih oleh Majdi Muhammad Asy-Syahawi, dikisahkan mengenai dakwah Nabi Muhammad di Thaif. Kisah ini diriwayatkan dari Muhammad bin Jubair bin Muth’im.


Ketika di Thaif, Rasulullah SAW ditemani oleh Zaid bin Haritsah RA. Mereka mendatangi para pemuka dan menyampaikan dakwahnya. Sayangnya, tak seorang pun dari mereka yang mau menerima dakwah beliau. Rasulullah SAW bahkan mendapatkan perlakuan buruk dari masyarakat Thaif.

Kisah Addas yang Menjadi Mualaf

Mengutip buku Sejarah Lengkap Rasulullah Jilid 1 oleh Prof. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi dikisahkan bahwa ada lelaki Thaif yang merasa tersentuh setelah menerima dakwah Rasulullah SAW.

Kisah ini juga dibagikan oleh Al Khalidi dalam Ar Rasul Al Mubaligh.

Ketika di Thaif, Rasulullah mengalami intimidasi dari kalangan kaum Thaif, sehingga beliau keluar dari negeri mereka. Rasulullah SAW terdesak hingga ke kebun milik Utbah bin Rabi’ah dan Syaibah bin Rabi’ah, dan keduanya sedang berada di kebun tersebut.

Maka tatkala keduanya melihat Rasulullah SAW, keduanya merasa iba, dan memanggil budaknya yang beragama Nasrani bernama Addas.

Keduanya berkata, “ambillah setangkai anggur, letakkan di piring ini, kemudian pergilah menemui lelaki itu, lalu katakan kepadanya untuk memakannya.” Maka Addas pun melakukan perintah majikannya, sampai dia meletakkan piring tersebut di hadapan Rasulullah, kemudian dia berkata, “Makanlah.”

Tatkala Rasulullah menaruh tangannya di atas piring itu, beliau mengucapkan “Bismillah.” Kemudian beliau pun makan satu per satu buah anggur.

Addas memandangi Rasulullah karena ia terkejut melihat cara makan beliau. Addas kemudian berkata, “Demi Allah, ucapan ini tidak pernah dikatakan oleh penduduk negeri ini.”

Rasulullah SAW bertanya, “Dari negeri apakah engkau wahai Addas? Dan apa agamamu?”

Dia menjawab, “Aku seorang Nasrani dan aku adalah seorang yang berasal dari negeri Ninawa.”

Rasul bertanya lagi, “Apakah dari desa seorang lelaki shaleh yang bernama Yunus bin Mata?”

Addas menjawab, “Apa yang engkau ketahui tentang Yunus bin Mata?”

Beliau bersabda, “Dia adalah saudaraku, dia seorang Nabi dan aku pun seorang Nabi.”

Lalu Addas langsung memeluk Rasulullah, mencium tangan dan kaki beliau.

Ternyata Addas mendapatkan hidayah setelah menyaksikan Rasulullah SAW makan dengan menyebut Bismillah.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Muhammad SAW Menggembala Kambing di Masa Kecil



Jakarta

Nabi Muhammad SAW pernah menggembala kambing semasa kecil. Beliau menjadi salah satu nabi yang memiliki kambing dan merawatnya bersama Halimah, ibu susuannya.

Mengutip buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 oleh Moenawar Khalil, kisah Nabi Muhammad SAW menggembala kambing dijelaskan dalam beberapa hadits.

Nabi Muhammad SAW telah ditinggal sang ayah, ketika beliau masih berusia dua bulan dalam kandungan ibunya, Aminah. Ketika meninggal dunia, sang ayah, Abdullah bin Abu Muthalib tidak meninggalkan harta benda yang banyak, kecuali lima ekor unta, beberapa ekor kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian menjadi perawat dan pengasuh pribadi beliau yang amat setia di rumah ibunya.


Sejak dilahirkan sebagai anak yatim, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memiliki harta benda dan perhiasan dunia sebagaimana kebiasaan anak-anak bangsawan Quraisy lainnya.

Ketika beliau berusia kurang lebih empat tahun, yaitu waktu berada di bawah asuhan Halimah di dusunnya, dengan kehendak sendiri telah ikut menggembala kambing milik ibu susuannya, Halimah, bersama-sama dengan anak Halimah.

Mengutip buku Nabi Muhammad SAW – Kisah Manusia Paling Mulia di Dunia oleh Neti S, Aisyah Fad dan Endah W dikisahkan suatu saat, Muhammad kecil sedang menggembala kambing bersama sama saudara sepersusuannya kemudian datanglah malaikat Jibril menghampiri Muhammad dalam wujud manusia.

Malaikat Jibril memegang tangan mungil Muhammad. Hal itu membuat Muhammad kecil kaget dan pingsan.

Jibril membaringkan Muhammad di atas batu. Kemudian, ia membelah dada Muhammad dan mengeluarkan segumpal darah berwarna hitam dari hati Muhammad. Mereka membuang gumpalan darah hitam itu dari hati Muhammad.

Hati Muhammad dicuci hingga bersih dengan air zamzam dalam bejana emas. Setelah itu, Jibril menempatkan kembali hati tersebut di tempat semula.

Saudara-saudara susuan Muhammad ketakutan ketika melihat Muhammad dibelah dadanya oleh dua laki-laki jelmaan malaikat itu.

Mereka berlari pulang mengadukan hal tersebut kepada ibunya, Halimah.

“lbu…Ibu…Muhammad….dibunuh! Muhammad dibunuh!” jerit mereka ketakutan sambil menunjuk-nunjuk ke arah padang gembalaan.

“Ada apa dengan saudaramu?” tanya Halimah cemas.

“Muhammad…, ada orang yang ingin mencelakainya,” jawab anak itu terbata-bata.

Halimah terkejut dan cemas mendengar kabar yang disampaikan oleh anak-anaknya. Dengan perasaan cemas ia berlari menyusul Muhammad ke padang gembalaan kambing mereka.

Ketika sampai ke sana, Halimah tidak melihat sesuatu yang mengkhawatirkan telah terjadi pada diri Muhammad. la menemui Muhammad yang sedang asyik menggembalakan kambing dalam kondisi baik-baik saja. Muhammad terlihat sehat, bahkan rona wajahnya terlihat lebih cerah dari biasa.

“Apa yang telah terjadi padamu, wahai anakku?” tanya Halimah sambil merangkul Muhammad kecil.

“Dua orang laki-laki berjubah putih telah mengambil sesuatu dari tubuhku,” jawab Muhammad dengan lugu sambil memeluk ibu susunya itu.

“Apa itu?” tanya Halimah dengan wajah khawatir.

“Aku tidak tahu,” jawab Muhammad

“Kamu tidak apa-apa?” Halimah masih lemah sambil memeriksa tubuh anak susuannya itu. Namun, ia tidak menemukan kejanggalan apa pun pada diri Muhammad.

Karena khawatir, Halimah segera membawa Muhammad dan anak-anaknya pulang. Halimah kemudian membawa Muhammad kembali ke rumah ibunya, Aminah.

Nabi Muhammad kecil juga dikenal sebagai penggembala kambing milik penduduk Makkah.

Selanjutnya, setelah Nabi Muhammad kecil ditinggal wafat oleh ibunya. Beliau diasuh oleh sang kakek yang pada masa itu memegang kekuasaan di Makkah. Meskipun demikian, beliau tidak merasa malu untuk bekerja menggembala kambing sebagai buruh penggembala kambing milik
orang Makkah. Dari pekerjaan ini, Nabi Muhammad SAW memperoleh upah.

Riwayat pekerjaan sebagai penggembala kambing milik orang Makkah itu, oleh beliau sendiri pernah dinyatakan dengan sabdanya kepada sebagian sahabat ketika beliau telah menjadi nabi dan rasul Allah, yang bunyinya menurut riwayat sebagai berikut,
“Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan dia pernah menggembala kambing. “Para sahabat bertanya, “Dan engkau, ya Rasulullah?” Beliau bersabda. “Dan, aku sudah pernah juga menggembala kambing milik orang Makkah dengan menerima upah yang tidak seberapa banyaknya.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain, beliau bersabda,

“Nabi Musa diutus dan dia seorang penggembala kambing, dan Nabi Daud diutus dan dia seorang penggembala kambing, dan aku diutus dan aku juga menggembala kambing ahliku (keluargaku) di kampung Jiyad.” (HR. an Nasa’i)

Selanjutnya setelah berusia dua belas tahun, Nabi Muhammad ikut pamannya, Abu Thalib, untuk berniaga ke negeri Syam untuk berjualan. Tetapi, karena ada hal-hal yang sangat mencemaskan pamannya, pamannya tidak lagi berangkat ke negeri Syam untuk berniaga.

Itulah kisah singkat Nabi Muhammad SAW yang pernah menggembala kambing sewaktu kecil.

(dvs/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi & Para Sahabat yang Kesiangan Sholat Subuh



Yogyakarta

Nabi Muhammad SAW dan para sahabat pernah mengalami kesiangan saat sholat Subuh. Ada hikmah dari peristiwa ini yang sekaligus menjadi pembelajaran bagi umat muslim sepeninggal Nabi Muhammad SAW.

Sholat fardhu merupakan kewajiban seluruh umat muslim yang ditetapkan Allah SWT, seperti firman-Nya dalam beberapa ayat Al-Qur’an, salah satunya terdapat dalam surat an-Nisa ayat 103,

فَاِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلٰوةَ فَاذْكُرُوا اللّٰهَ قِيَامًا وَّقُعُوْدًا وَّعَلٰى جُنُوْبِكُمْ ۚ فَاِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ ۚ اِنَّ الصَّلٰوةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتٰبًا مَّوْقُوْتًا ١٠٣


Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan salat, berzikirlah kepada Allah (mengingat dan menyebut-Nya), baik ketika kamu berdiri, duduk, maupun berbaring. Apabila kamu telah merasa aman, laksanakanlah salat itu (dengan sempurna). Sesungguhnya salat itu merupakan kewajiban yang waktunya telah ditentukan atas orang-orang mukmin.”

Ketika ketika mengawali hari, sholat subuh adalah yang pertama dilaksanakan. Dikutip dari buku Shalat Subuh dan Shalat Dhuha oleh Muhammad Khalid, bahwa sholat subuh merupakan pembuka hari dan pintu rahmat.

Dalam perjalanan Islam, terdapat kisah yang menarik tentang Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya yang pernah kesiangan dalam menunaikan sholat subuh.

Meskipun merupakan momen keterlambatan, kisah ini memberikan pelajaran berharga tentang ketekunan, taqwa, dan komitmen terhadap ibadah.

Kisah Nabi dan Para Sahabatnya Kesiangan Sholat Subuh

Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya adalah insan beriman yang tak luput dari kesalahan.

Dikutip dari buku Jangan Bersedih Aku Bersamamu Sayang karya Achmad Farid, menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya pernah mengalami bangun kesiangan ketika hendak melaksanakan sholat subuh.

Pada saat itu, dikisahkan Nabi SAW dan para sahabat memutuskan beristirahat hingga menjelang pagi di suatu tempat ketika mereka sedang melakukan perjalanan di malam hari.

Saat itu Nabi SAW berkata,

“Aku khawatir kalau kalian tidak bangun saat pagi sehingga melewatkan waktu subuh.”

Lalu seorang sahabat, Bilal RA berkata,

“Aku yang akan membangunkan kalian.”

Kendati demikian, Bilal pun ternyata ikut tertidur pulas bersama Nabi SAW dan sahabat yang lain.

Ketika Nabi Muhammad SAW terbangun, beliau kaget karena Bilal masih tertidur padahal matahari telah merangkak naik. Kemudian Nabi membangunkannya.

Bilal pun mengatakan bahwa dia tidak pernah tidur selelap itu.

Kemudian Nabi SAW memberikan nasihat kepada Bilal bahwa Allah SWT dapat mengambil nyawa kita kapan saja, dan dapat mengembalikannya kapan pun sesuai kehendak-Nya.

Lalu, Nabi SAW memerintahkan Bilal untuk adzan dan mendirikan sholat Subuh dengan para sahabat meskipun matahari sudah meninggi.

Pelajaran dari Kisah Nabi dan Para Sahabat yang Bangun Kesiangan

Terdapat beberapa hikmah dan pelajaran yang dapat di ambil dari kisah di atas, yaitu:

Ketekunan dalam beribadah

Nabi Muhammad dan para sahabatnya menunjukkan ketekunan luar biasa dalam menjalankan sholat, meskipun dalam kondisi yang sulit. Mereka tidak memandang lelah atau keterlambatan sebagai alasan untuk menghindari ibadah.

Ketaqwaan dan kesadaran

Meskipun kesiangan, mereka tetap mengutamakan ketaqwaan dan kesadaran akan Allah. Mereka menyadari bahwa kewajiban ibadah tidak dapat ditunda, bahkan dalam situasi yang tidak ideal.

Inspirasi bagi umat

Kisah ini menjadi inspirasi sekaligus pembelajaran bagi umat Islam untuk mengatasi keterlambatan atau kesulitan dalam ibadah. Sholat merupakan hal yang penting dan tidak boleh ditinggalkan. Ketika bangun kesiangan saat sholat Subuh maka hendaklah bergegas wudhu dan mendirikan sholat.

Seperti Nabi dan para sahabatnya, kita juga dapat menghadapi tantangan dengan semangat dan tekad dalam menjalankan ibadah.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah SAW dengan Burung yang Berdzikir dan Unta yang Menangis



Jakarta

Allah SWT memberikan banyak mukjizat kepada Rasulullah SAW, salah satunya yakni dapat mengerti bahasa binatang. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan saat Rasulullah SAW bertemu seekor burung buta yang berdzikir serta seekor unta yang menangis kelaparan.

Ada beberapa kisah tentang Rasulullah SAW yang dapat memahami percakapan binatang. Semua kisah ini dapat memberi pelajaran sekaligus menegaskan bahwa Allah SWT memiliki kuasa atas alam semesta dan isinya.

Merangkum buku Kisah Mengagumkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Khoirul Anam, diceritakan sebuah kisah yang berasal dari sahabat Anas ibn Malik r.a. yang menuturkan bahwa suatu hari ia pergi ke gurun bersama Rasulullah SAW dan bertemu seekor burung buta.


Anas ibn Malik dan Rasulullah SAW menyaksikan seekor burung yang sedang berkicau. Beliau bertanya kepada Anas Ra, “Apakah kau tahu, apa yang dikatakan burung ini?”

Anas lantas menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

“Burung itu mengatakan, Ya Allah, Engkau telah menghilangkan penglihatanku dan Engkau menciptakanku dalam keadaan buta. Maka, berilah rezeki kepadaku, karena aku lapar,” kata Rasulullah SAW.

Tiba- tiba, Rasulullah SAW dan Anas r.a. melihat burung lain datang membawa belalang di mulutnya dan memasukkannya ke mulut burung yang buta itu. Setelah makan, burung itu kembali berkicau.

“Apakah kau tahu apa yang dikatakan burung ini barusan?” tanya Rasulullah SAW lagi.

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” kata Anas r.a

“Burung ini mengatakan, Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan siapa pun yang mengingat-Nya,” jelas beliau.

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa burung itu berkata, “Barangsiapa yang tawakal kepada Allah SWT, Dia akan mencukupinya.”

Kisah yang nyaris serupa dialami sahabat Abdullah ibn Ja’far. la menuturkan bahwa suatu hari ia menemani Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan.

Di tengah perjalanan, Rasulullah SAW ingin buang hajat. Biasanya, beliau suka dinding yang tinggi atau rerimbunan pohon kurma yang berdekatan sebagai tirainya. Maka, beliau pergi ke balik sebuah dinding (bangunan) milik orang Anshar.

Ternyata, di dalamnya ada seekor unta jantan. Ketika Rasulullah SAW melihatnya, unta itu merintih seraya meneteskan air mata.

Melihat keadaannya, Rasulullah SAW mendekatinya dan menghapus air matanya. Unta itu pun terdiam dan tak lagi merintih.

Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah pemilik unta ini?”

Kemudian datang seorang pemuda Anshar dan berkata, “Ia milikku, wahai Rasulullah SAW.”

“Apakah kamu tidak takut kepada Allah yang telah mengaruniakan unta ini kepadamu? Sungguh, unta ini mengadu kepadaku bahwa kau membuatnya lapar dan susah.”

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Siti Aminah saat Mengandung Nabi Muhammad



Jakarta

Siti Aminah, ibunda Nabi Muhammad SAW, mengalami sejumlah peristiwa tak biasa saat mengandung putranya. Kisah Siti Aminah saat mengandung Nabi Muhammad SAW ini termuat dalam kitab-kitab Sirah Nabawiyah.

Diceritakan dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim, Siti Aminah binti Wahab dipinang oleh seorang pemuda yang berasal dari keluarga terpandang di Makkah bernama, Abdullah bin Abdul Muthalib.

Sama seperti Abdullah, Aminah binti Wahab, juga merupakan seorang yang terpandang di kotanya. Ia adalah putri dari pemimpin Bani Zurah. Dirinya bahkan dijuluki sebagai “Si Bunga Quraisy.” Lalu keduanya pun menikah.


Beberapa bulan setelah pernikahan Siti Aminah dengan suaminya, ia mendapat pesan lewat mimpinya bahwa kehamilan dirinya berbeda dari wanita lainnya.

Siti Aminah bermimpi seolah-olah melihat sinar yang terang benderang mengelilingi dirinya. Seakan-akan ia juga melihat istana di Basrah dan Syam. Bahkan ia juga mendengar suara yang berkata, “Engkau telah hamil, dan akan melahirkan seorang manusia termulia di kalangan umat ini!”

Dalam riwayat dari Ibu Sa’ad dan baihaqi, dari Ibnu Ishaq, ia berkata,

“Aku mendengar bahwa saat Aminah hamil, ia berkata, ‘Aku tidak merasa bahwa aku hamil, dan aku tidak merasa berat sebagaimana dirasakan oleh wanita hamil lainnya. Hanya saja, aku tidak merasa haid, dan ada seseorang yang datang kepadaku, ‘Apakah engkau merasa hamil?’ Aku menjawab, “Tidak tahu. Kemudian, orang itu berkata, ‘Sesungguhnya, engkau telah mengandung seorang pemuka dan nabi dari umat ini. Dan, hal itu pada hari Senin. Dan, tandanya, ia akan keluar bersama cahaya yang memenuhi istana Basrah di negeri Syam. Apabila sudah lahir, berilah nama Muhammad.”

Aminah berkata, “Itulah yang membuatku yakin kalau aku telah hamil. Kemudian, aku tidak menghiraukannya lagi hingga saat masa melahirkan dekat, ia datang lagi dan mengatakan kata-kata yang pernah aku utarakan. Aku memohon perlindungan untuknya kepada Dzat Yang Maha Esa dari kejelekan orang yang dengki.”

Kisah Siti Aminah saat mengandung Nabi Muhammad SAW tidak berhenti sampai di situ. Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa di setiap bulan usia kandungannya, beberapa orang nabi datang menyambangi beliau melalui mimpi, dan menyampaikan salam serta kegembiraan atas anugerah Allah SWT dan kehadiran nabi agung penyelamat manusia.

Pada usia kandungan yang ketiga, Siti Aminah didatangi oleh Nabi Idris AS yang memberi kabar gembira, “Sungguh beruntung engkau, wahai Aminah. Berbahagialah, sungguh engkau telah mengandung nabi agung yang kelak menjadi pemimpin yang sangat agung.”

Pada usia kandungan yang keempat, Siti Aminah didatangi oleh Nabi Nuh AS seraya memberi kabar, “Sungguh beruntung engkau, wahai Aminah. Berbahagialah karena engkau sudah mengandung nabi agung yang kelak dianugerahi Allah SWT pertolongan dan kemenangan besar.”

Begitu pun seterusnya hingga usia kandungan Siti Aminah berusia sembilan bulan. Secara urut, pada usia kandungan lima bulan Nabi Hud AS datang pada Aminah, lalu bulan berikutnya adalah Nabi Ibrahim AS, lalu Nabi Ismail AS, lalu Nabi Musa AS, dan bulan kesembilan ia didatangi oleh Nabi Isa AS.

Bahkan hingga saat sudah waktunya Nabi Muhammad SAW lahir, Siti Aminah tidak pernah merasakan letih maupun kepayahan.

Malam yang membahagiakan datang. Akhirnya pada hari Senin malam menjelang dini hari, 12 Rabiul Awal, tahun Gajah, Siti Aminah melahirkan anaknya.

Di dalam kesendirian tanpa didampingi sang suami yang sudah tiada, Allah SWT mengutus empat orang wanita agung yang membantu persalinan Nabi Muhammad SAW.

Empat orang itu adalah Siti Hawa, Sarah istri Nabi Ibrahim AS, Asiyah binti Muzahim, dan Ibunda Nabi Isa AS, Maryam. Kelak, keempat wanita agung ini yang akan pula menemani Khadijah al-Kubra ath- Thahirah dalam prosesi kelahiran Az-Zahra al-Mardhiyah Ummu Aimmah.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pemberian Nama Nabi Muhammad yang Berawal dari Mimpi



Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir untuk umat manusia yang membawa ajaran yang menyempurnakan ajaran-ajaran yang dibawa oleh rasul-rasul sebelumnya. Ada kisah tersendiri di balik pemberian nama Nabi Muhammad SAW.

Kisah lahirnya Nabi Muhammad SAW merupakan hal yang sangat menakjubkan bagi seluruh alam dan tidak hanya kepada manusia.

Nabi Muhammad SAW lahir pada Senin, 12 Rabiul Awal, Tahun Gajah, 570 M, seabagaimana dijelaskan oleh Yoli Hemdi dalam bukunya yang berjudul Sejarah Keteladanan Nabi Muhammad SAW: Memahami Kemuliaan Rasulullah Berdasarkan Tafsir Mukjizat Al-Qur’an.


Di hari kelahiran beliau, semua orang dan keluarga sangat berbahagia. Bahkan pamannya, Abu Lahab, mengirimkan budaknya Tsuwaibah untuk menyusui Nabi Muhammad selama beberapa hari. Kakek Nabi Muhammad SAW, Abdul Muthalib juga sangat gembira mendengar kelahiran cucu dari putra yang paling dia cintai, Abdullah, yang sudah lebih dahulu wafat.

Setelah lahir ke dunia ini, Abdul Muthalib membawa bayi Nabi Muhammad SAW untuk menghadap Ka’bah. Ia lalu memberi nama bayi itu “Muhammad” yang memiliki arti “terpuji.”

Sementara itu, dalam buku Biografi Rasulullah: Sebuah Studi Analitis Berdasarkan Sumber-Sumber yang Otentik oleh DR. Mahdi Rizqullah Ahmad, menyebutkan bahwa Aminah, ibunda Rasulullah SAW, memberi beliau nama “Ahmad.”

Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Ali RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Aku diberi nama Ahmad.”

Dalam riwayat lain, al-Waqidi yang sanadnya bersambung kepada Abu Ja’far Muhammad ibn Ali, Ibnu Sa’ad menceritakan, “Ketika tengah mengandung Muhammad, Aminah diperintahkan untuk memberi nama Ahmad bagi bayi yang dikandungnya.”

Selain itu, Abu Nu’aim meriwayatkan, Buraidah dan Ibnu Abbas berkata, “Aminah bermimpi dalam tidurnya. Ia mendengar seseorang berkata kepadanya, ‘Engkau sedang mengandung manusia paling suci dan penghulu seluruh alam semesta ini. Maka, apabila engkau telah melahirkannya, berilah anakmu itu nama Ahmad, Muhammad,…, dan seterusnya.'”

Terdapat pula riwayat lain yang memperkuat riwayat di atas. Ibnu Ishaq dan al-Baihaqi dalam kitab ad-Dalâ’il meriwayatkan, Aminah mengaku pernah didatangi oleh seseorang ketika dirinya sedang mengandung Muhammad.

Orang itu berkata kepadanya,

“Apabila anak ini telah lahir, berilah ia nama Muhammad. Sesungguhnya namanya di dalam kitab Taurat dan Injil adalah Ahmad. Semoga dengan nama itu ia dipuji oleh seluruh penghuni langit dan bumi. Sedangkan namanya di dalam al-Qur`an adalah Muhammad.” Demikianlah, maka Aminah pun menamai bayinya Muhammad.

Pada akhir riwayat dijelaskan, ia memberitahukan kepada mertuanya, Abdul Muthalib, tentang perintah yang mengharuskan dirinya memberi nama Muhammad untuk bayi yang lahir dari rahimnya.

Setelah mendengar pernyataan dari menantunya Aminah, Abdul Muthalib lalu melontarkan sebuah syair yang akhir baitnya berbunyi, “…nama Ahmad telah terukir di lisan setiap insan.” Ibnu Asakir turut meriwayatkan hal ini.

Nama Nabi Muhammad SAW adalah nama yang dipilihkan langsung oleh Allah SWT. Nama “Ahmad” adalah nama yang langsung disebutkan oleh Allah SWT untuk beliau sedangkan nama Muhammad adalah pemberian dari kakek beliau, jelas buku Ajari Anakmu Berenang, Berkuda, dan Memanah karya Yuli Farida.

Nama “Ahmad” tertera dalam firman Allah SWT dalam surah Ash-Shaff ayat 6 yang berbunyi,

وَاِذْ قَالَ عِيْسَى ابْنُ مَرْيَمَ يٰبَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اِنِّيْ رَسُوْلُ اللّٰهِ اِلَيْكُمْ مُّصَدِّقًا لِّمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرٰىةِ وَمُبَشِّرًاۢ بِرَسُوْلٍ يَّأْتِيْ مِنْۢ بَعْدِى اسْمُهٗٓ اَحْمَدُۗ فَلَمَّا جَاۤءَهُمْ بِالْبَيِّنٰتِ قَالُوْا هٰذَا سِحْرٌ مُّبِيْنٌ

Artinya: (Ingatlah) ketika Isa putra Maryam berkata, “Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu untuk membenarkan kitab (yang turun) sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira tentang seorang utusan Allah yang akan datang setelahku yang namanya Ahmad (Nabi Muhammad).” Akan tetapi, ketika utusan itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, “Ini adalah sihir yang nyata.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril


Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah sosok yang sangat mulia dan menjadi teladan dalam berbagai aspek kehidupan umat manusia. Hati beliau sangat suci, bebas dari segala sifat buruk seperti kesombongan, iri, dengki, dan syirik.

Sejak kecil, Allah SWT telah membersihkan hati Nabi Muhammad SAW dengan cara yang luar biasa. Salah satunya melalui kisah pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril berikut ini.

Kisah Pembelahan Dada Nabi Muhammad SAW

Diceritakan dalam buku Kisah Manusia Paling Mulia yang disusun oleh Neti S, pada masa kecilnya, Nabi Muhammad SAW menghabiskan waktunya di pedalaman Bani Sa’ad ikut ibu sepersusuannya. Beliau tumbuh menjadi anak yang sehat, berhati baik, dan fasih dalam berbahasa.


Nabi Muhammad SAW hidup dengan rukun dan penuh kasih sayang bersama saudara sepersusuannya. Kesehariannya, mereka bermain dan menggembala kambing bersama di padang penggembalaan Bani Sa’ad.

Pada suatu ketika, saat Nabi Muhammad SAW menggembala kambing bersama saudara sepersusuannya, datanglah Malaikat Jibril menghampiri Nabi Muhammad SAW dalam wujud manusia. Malaikat Jibril lantas memegang tangan mungil Nabi Muhammad SAW, hingga membuat beliau terkejut dan pingsan.

Malaikat Jibril kemudian meletakkan Nabi Muhammad SAW yang tak sadarkan diri di atas batu. Di saat ini pula, Jibril mulai membelah dada Nabi SAW. Jibril mengeluarkan segumpal darah hitam dari hati beliau yang telah dibelah, kemudian membuangnya.

Setelah itu, hati Nabi Muhammad SAW dibersihkan dengan air zamzam yang disimpan dalam wadah emas. Setelah hati Nabi Muhammad SAW bersih, Jibril meletakkannya kembali ke tempat semula.

Melihat kejadian ini, para saudara persusuan Nabi Muhammad SAW sangat ketakutan. Mereka kemudian berlari pulang dan menceritakan kejadian tersebut kepada ibunya, Halimah.

“Ibu…ibu…Muhammad….dibunuh! Muhammad dibunuh!” kata mereka dengan menjerit-jerit.

“Ada apa dengan saudaramu?” tanya Halimah cemas.

“Muhammad…. ada orang yang ingin melukainya,” jawab mereka dengan terbata-bata.

Halimah yang terkejut dan cemas setelah mendengarnya, segera mendatangi padang gembalaan tempat Nabi Muhammad SAW berada.

Sesampainya di sana, Halimah melihat Nabi Muhammad SAW sedang menggembalakan kambing dalam kondisi yang baik-baik saja dan tidak ada luka atau goresan yang mengkhawatirkan pada diri anak susuannya itu. Bahkan, wajah Nabi Muhammad SAW terlihat lebih cerah dari biasanya.

“Apa yang telah terjadi padamu, wahai anakku?” tanya Halimah.

“Dua orang laki-laki berjubah putih telah mengambil sesuatu dari tubuhku,” Nabi Muhammad SAW menjawab dengan polosnya.

“Apa itu?” tanya Halimah dengan wajah khawatir. “Aku tidak tahu,” jawab Nabi Muhammad SAW.

“Kamu tidak apa-apa?” tanya Halimah sambil memeriksa tubuh Nabi Muhammad SAW untuk memastikan kembali keadaan anak susuannya itu. Namun, ia tetap tidak menemukan tanda-tanda yang mengkhawatirkan pada diri Nabi Muhammad SAW.

Halimah pun segera membawa Nabi Muhammad SAW dan anak-anaknya pulang dengan rasa waswas akan keselamatan anak susuannya tersebut. Peristiwa pembelahan dada Nabi Muhammad SAW di padang gembalaan itu benar-benar telah mengganggu pikiran Halimah.

Dalam beberapa riwayat, yang dikutip dari buku The 10 Habits of Rasulullah karya Rizem Aizid, air yang digunakan untuk membersihkan hati Rasulullah SAW tersebut bukan air zamzam, melainkan air dari surga. Peristiwa pembelahan dada ini pun terjadi dua kali, yaitu ketika Nabi Muhammad SAW berusia empat tahun dan sepuluh tahun.

Dalam buku Meneladani Rasulullah melalui Sejarah karya Sri Januarti Rahayu disebutkan bahwa, tidak lama setelah kejadian pembelahan dada Nabi Muhammad SAW oleh Malaikat Jibril, Halimah mengembalikan beliau kepada sang ibu, Aminah.

Sejak saat itu, Nabi Muhammad SAW merasakan kebahagiaan karena bisa hidup bersama ibunda. Namun, kebahagiaan tersebut tidak berlangsung lama, karena sang ibu, Aminah, meninggal dunia saat Nabi Muhammad SAW berusia enam tahun.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kerikil yang Bertasbih di Tangan Rasulullah SAW



Jakarta

Dari banyaknya mukjizat yang menunjukkan kebesaran Allah SWT kepada Rasulullah SAW, salah satu mukjizat menarik yang dianugerahkan kepada beliau adalah batu kerikil yang bertasbih di tangannya.

Keajaiban yang dialami Rasulullah SAW ini tidak hanya menunjukkan kedekatan beliau dengan Allah SWT, tetapi juga menjadi bukti nyata bahwa Rasulullah SAW terlihat istimewa di seluruh ciptaan-Nya, termasuk benda-benda mati, hingga batu kerikil pun bertasbih di tangannya. Untuk mengetahui lebih jelas bagaimana mukjizat Rasulullah SAW ini terjadi, simak kisahnya berikut ini.

Kisah Kerikil yang Bertasbih di Tangan Rasulullah SAW

Dalam buku Mukjizat-mukjizat Nabi Muhammad, Abdul Aziz bin Muhammad As-Salam mengutip sebuah riwayat yang dikisahkan Al-Bazzar, dari Abu Dzar yang menceritakan bahwa, kisah kerikil yang bertasbih ini terjadi ketika suatu hari, Abu Dzar mengikuti Rasulullah SAW lalu duduk di samping beliau.


Mengetahui keberadaannya, kemudian Rasulullah SAW bertanya kepadanya, “Wahai Abu Dzar, apa yang membuatmu datang ke sini?”

Abu Dzar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya.”

Lalu datanglah Abu Bakar RA yang mengucapkan salam dan duduk di sebelah kanan Rasulullah SAW. Rasulullah SAW kembali bertanya, “Apa yang membuatmu datang ke sini, wahai Abu Bakar?”

Abu Bakar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya.”

Kemudian datanglah Umar yang duduk di sebelah kanan Abu Bakar. Rasulullah SAW pun bertanya kepadanya, “Wahai Umar, apa yang membuatmu datang ke sini?”

“Allah dan Rasul-Nya,” jawab Umar.

Selanjutnya, datanglah Utsman lalu duduk di sebelah kanan Umar. Kepadanya, Rasulullah SAW juga bertanya, “Wahai Utsman, apa yang membuatmu datang ke sini?” Utsman menjawab, “Allah dan Rasul-Nya.”

Rasulullah SAW lalu mengambil tujuh buah kerikil (ada yang mengatakan sembilan). Kerikil-kerikil yang beliau ambil itu tiba-tiba bertasbih, hingga Abu Dzar mendengar suaranya seperti suara lebah. Lalu beliau meletakkan kerikil-kerikil itu di tanah, anehnya mereka pun diam.

Selanjutnya, Rasulullah SAW mencoba meletakkannya di tangan Abu Bakar dan kerikil-kerikil itu kembali bertasbih di tangan Abu Bakar, hingga Abu Dzar mendengar suaranya masih seperti suara lebah.

Lalu beliau mengambilnya kembali dan meletakkannya di tangan Umar. Kerikil-kerikil itu pun bertasbih, hingga Abu Dzar mendengar lagi suara yang menyerupai lebah tersebut. Beliau meletakkan lagi kerikil-kerikil itu di tanah, dan mereka pun diam.

Terakhir, Rasulullah SAW mengambil kerikil-kerikil itu dan meletakkannya di tangan Utsman. Mereka pun kembali bertasbih hingga Abu Dzar mendengarnya lagi seperti suara lebah.

Setelah diletakkan kembali ke tanah, kerikil-kerikil itu pun terdiam. Mengenai kisah kerikil yang bertasbih ini, az-Zuhri berkata, “Itu adalah petunjuk tentang khilafah.”

Selain bertasbih, para sahabat pun telah meriwayatkan bahwa sebuah batu selalu memberikan salam kepada Rasulullah SAW setiap kali beliau melewatinya.

Dari Jabir bin Samurah berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِنِّي لَأَعْرِفُ حَجَرًا بِمَكَّةَ كَانَ يُسَلِّمُ عَلَيَّ قَبْلَ أَنْ أُبْعَثَ إِنِّي لَأَعْرِفُهُ الآن.

“Aku masih ingat pada sebuah batu di Makkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus, sekarang pun aku masih mengenalnya,” (HR. Muslim)

Dalam riwayat lain, dari Ali bin Abi Thalib, beliau berkata, “Aku pernah bersama Nabi di Makkah. Kami menuju beberapa tempat di luar Makkah antara pegunungan dan pohon-pohon. Beliau tidak melewati pohon dan batu kecuali mereka mengucapkan ‘Assalamu ‘Alaika, ya Rasulullah.” (HR. Tirmidzi)

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Penjaga Arasy saat Lupa Bacaan Tasbih dan Tahmidnya


Jakarta

Arasy merupakan singgasana Allah SWT yang sangat besar yang berada di atas langit ketujuh. Arasy dijaga oleh malaikat penjaga yang senantiasa berzikir memuliakan Allah SWT.

Namun, pada suatu hari, terdapat kejadian yang membuat malaikat tersebut terlupa akan bacaan zikirnya. Yakni ketika ia mendengar tangis Rasulullah SAW saat bertemu dengan seorang Arab Badui.

Simak kisah selengkapnya berikut ini yang dikutip dari kitab Silsilah al-Qashash, karya Saleh al-Munajjed yang terdapat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan yang disusun oleh Prof. Dr. Hasballah Thaib, MA dan H. Zamakhsyari Hasballah, Lc, MA, Ph.D.


Tangis Rasulullah yang Membuat Penjaga Arasy Lupa Bacaan Zikirnya

Suatu hari, Rasulullah SAW sedang melakukan tawaf di Ka’bah. Ketika itu, beliau mendengar seseorang di hadapannya yang bertawaf sambil berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Mendengar hal tersebut, Rasulullah SAW ikut meniru orang itu dan mengucapkan, “Ya Karim! Ya Karim!”

Orang tersebut kemudian berhenti di sudut Ka’bah dan kembali berzikir, “Ya Karim! Ya Karim!”

Rasulullah SAW yang berada di belakangnya mengulangi lagi zikir tersebut, “Ya Karim! Ya Karim!”

Merasa dirinya diejek, orang itu menoleh ke belakang dan melihat seorang lelaki yang sangat tampan dan gagah, yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Orang itu pun berkata, “Wahai orang tampan, apakah engkau sengaja mengejekku hanya karena aku ini orang Badui? Kalau bukan karena ketampanan dan kegagahanmu, aku akan melaporkanmu kepada kekasihku, Muhammad Rasulullah.”

Rasulullah SAW tersenyum lalu berkata, “Tidakkah engkau mengenali Nabimu, wahai orang Arab?”

Orang itu menjawab, “Belum.”

Rasulullah SAW bertanya, “Lalu bagaimana kamu beriman kepadanya?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Aku beriman kepada kenabiannya meski aku belum pernah melihatnya, dan aku membenarkan bahwa dialah utusan Allah walaupun aku belum pernah bertemu dengannya.”

Rasulullah SAW berkata, “Wahai orang Arab, ketahuilah bahwa aku ini adalah Nabimu di dunia dan penolongmu nanti di akhirat.”

Mendengar hal tersebut, orang Badui itu terkejut dan berkata, “Tuan ini Nabi Muhammad?”

Rasulullah SAW menjawab, “Ya.”

Seketika itu, orang tersebut tunduk dan mencium kedua kaki Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW segera menariknya dan berkata, “Wahai orang Arab, janganlah berbuat seperti itu. Perbuatan seperti ini biasa dilakukan seorang hamba sahaya kepada tuannya. Ketahuilah, Allah mengutusku bukan untuk menjadi orang yang takabur atau minta dihormati, tetapi untuk membawa berita gembira bagi yang beriman dan membawa peringatan bagi yang mengingkarinya.”

Kemudian, Malaikat Jibril turun membawa pesan dari langit, “Wahai Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Katakan kepada orang Arab itu agar tidak terpesona dengan belas kasih Allah. Ketahuilah bahwa Allah akan menghisabnya di Hari Mahsyar nanti dan menimbang semua amalannya, baik yang kecil maupun yang besar.'”

Setelah mendengar pesan tersebut, orang Arab Badui itu berkata, “Demi keagungan Allah, jika Allah memperhitungkan amal hamba-Nya, maka hamba pun akan membuat perhitungan dengan-Nya.” Orang itu melanjutkan, “Jika Allah menghitung dosa hamba, maka hamba akan menghitung betapa besar maghfirah-Nya. Jika Dia menghitung kebakhilan hamba, maka hamba akan menghitung betapa luas kedermawanan-Nya.”

Mendengar ucapan itu, Rasulullah SAW menangis, hingga air matanya membasahi janggutnya.

Lalu, Malaikat Jibril turun lagi dan berkata, “Ya Muhammad, Tuhan As-Salam menyampaikan salam kepadamu dan berfirman: ‘Berhentilah engkau menangis. Karena tangisanmu, penjaga Arasy lupa bacaan tasbih dan tahmidnya hingga Arasy bergoncang. Katakan kepada orang Arab itu bahwa Allah tidak akan menghisabnya, tidak akan menghitung kemaksiatannya, dan dia akan menjadi temanmu di surga.'”

Mendengar kabar tersebut, orang Arab Badui itu menangis haru karena tidak mampu menahan rasa syukur dan kebahagiaan.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com