Tag Archives: kisah nabi

Kisah Nabi Ya’qub AS Kehilangan Penglihatan setelah Menangisi Yusuf AS



Jakarta

Nabi Ya’qub AS merupakan ayah dari Nabi Yusuf AS. Ia sangat menyayanginya hingga menimbulkan kecemburuan di antara saudara-saudara Yusuf AS.

Menukil dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani, saudara-saudara Yusuf AS lantas memiliki rencana buruk. Mereka menjebloskan Yusuf AS kecil ke dalam sebuah sumur.

Allah SWT berfirman dalam surah Yusuf ayat 15,


فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهٖ وَاَجْمَعُوْٓا اَنْ يَّجْعَلُوْهُ فِيْ غَيٰبَتِ الْجُبِّۚ وَاَوْحَيْنَآ اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَنَّهُمْ بِاَمْرِهِمْ هٰذَا وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ ١٥

Artinya: “Maka, ketika mereka membawanya serta sepakat memasukkannya ke dasar sumur, (mereka pun melaksanakan kesepakatan itu). Kami wahyukan kepadanya, ‘Engkau kelak pasti akan menceritakan perbuatan mereka ini kepada mereka, sedangkan mereka tidak menyadari.'”

Setelah itu, para saudara Yusuf AS berbohong dan mengatakan bahwa Nabi Yusuf AS telah tewas akibat diterkam binatang buas. Mendengar cerita itu, Nabi Ya’qub AS sedih bukan main hingga terus menerus menangis sampai-sampai kedua matanya buta.

Meski demikian, Allah SWT memberi kekuatan kepada Ya’qub AS untuk tetap tegar melewati ujian. Padahal, putra-putranya berbohong karena sebetulnya Nabi Yusuf AS masih hidup.

Dikisahkan dalam Qashash Al Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, setelah sekian lama waktu berlalu, ia dapat mencium aroma baju Yusuf AS. Seperti diketahui, Ya’qub AS dikaruniai mukjizat indra penciuman yang tajam.

Setelah mencium aroma baju Nabi Yusuf AS, tiba-tiba Nabi Ya’qub AS dapat melihat kembali. Ini terjadi ketika baju tersebut diusapkan ke wajah sang nabi.

Mengetahui hal itu, Nabi Ya’qub AS memohon ampunan atas perbuatan anak-anaknya seperti tertuang dalam surah Yusuf ayat 98,

قَالَ سَوْفَ اَسْتَغْفِرُ لَكُمْ رَبِّيْ ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ ٩٨

Artinya: “Dia (Ya’qub) berkata, “Aku akan memohonkan ampunan bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Saudara-saudara Yusuf AS juge memohon ampun kepada Allah SWT atas kejahatan yang pernah mereka perbuat. Sang Khalik yang Maha Pemaaf, memberi mereka ampun dan mengabulkan permohonan mereka.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Burung Elang, Nabi Sulaiman AS dan Pemilik Pohon



Jakarta

Para nabi diberikan mukjizat oleh Allah SWT, termasuk Nabi Sulaiman AS yang dapat mengerti bahasa hewan. Ia pernah mendengar keluhan dari seekor burung elang.

Kisah ini diceritakan dalam buku Dahsyatnya Taubat: 42 Kisah orang yang Bertobat karya Isnaini Fuad.

Diceritakan, seekor burung elang mengadu kepada Nabi Sulaiman AS. Ia berkata, “Seorang pemilik pohon bernama Fulan telah merampas anak-anakku di tempat aku bersarang di pohon miliknya itu.”


Pengaduan burung elang ini diterima oleh Nabi Sulaiman AS. Selanjutnya, pemilik pohon tersebut dipanggil serta diberi peringatan untuk tidak lagi mengganggu anak-anak burung elang yang bersarang di pohonnya.

Nabi Sulaiman AS juga memerintahkan dua setan untuk menjaga anak-anak burung elang itu dari gangguan pemilik pohon. Jika pemilik pohon mengulangi perbuatannya dengan mengambil anak-anak burung elang tadi, kedua setan ini hendaknya tidak segan-segan untuk membantingnya ke tanah dan membelah tubuhnya menjadi dua. Satu bagian dibuang ke arah timur sedangkan bagian tubuh yang lain dibuang ke arah barat.

Untuk sementara waktu, peringatan Nabi Sulaiman ini dipatuhi si pemilik pohon. Namun, pada tahun berikutnya pria tersebut melanggar peringatan Nabi Sulaiman. Ia kembali mengambil anak-anak burung elang yang bersarang di pohonnya. Tiap kali sebelum ia melaksanakan niatnya, tiba-tiba datang seorang fakir miskin yang meminta sedekah darinya.

Si pemilik pohon ini merasa kasihan kepada fakir miskin itu. Akhirnya, ia memberikan sepotong roti kepada fakir miskin tadi. Setelah memberikan sedekah, si pemilik pohon kembali melaksanakan niatnya untuk mengambil anak-anak burung elang itu hingga selesai.

Akibat perbuatannya ini, untuk kedua kalinya burung elang mengadu kepada Nabi Sulaiman tentang perampasan anak-anaknya oleh si pemilik pohon.

Berdasarkan laporan burung elang itu, Nabi Sulaiman memanggil dua setan yang disuruhnya menjaga anak-anak burung elang yang bersarang dipohon tersebut. Ia heran mengapa mereka sampai teledor berjaga, sehingga si pemilik pohon dapat mengambil anak-anak burung elang.

Dengan teguran keras Nabi Sulaiman berkata kepada kedua setan itu,”Kenapa kalian mengabaikan tugas dariku?”

Kedua setan menjawab, “Wahai Khalifah Allah, maafkanlah kami. Kami telah melihat perbuatan si pemilik pohon itu dan hendak melaksanakan tugas untuk membunuh orang itu. Namun, sebelum melaksanakannya, kami keburu ditangkap oleh dua malaikat yang disuruh Allah SWT.

Kedua malaikat ini melemparkan kami secara terpisah, satu dilemparkan ke timur dan yang lain dilempar ke barat. Rencana kami untuk membelah tubuh si pemilik pohon pun jadi gagal.

Ini semua akibat sepotong roti yang disedekahkan si pemilik pohon kepada seorang fakir miskin sebelum ia memanjat pohon yang ada sarang burungnya.”

Nabi Sulaiman lalu memanggil si pemilik pohon itu dan menceritakan kejadian yang diceritakan dua setan tadi. Setelah mendengar keterangan dari Nabi Sulaiman, dengan penuh penyesalan si pemilik pohon menyatakan tidak akan mengulangi perbuatannya mengambil anak burung dari sarangnya.

Ia baru menyadari tentang hikmah yang terkandung dalam sedekah yang begitu agung. Dengan kejadian tersebut ia semakin dermawan dan banyak bersedekah untuk jalan yang makruf, juga semakin menyayangi binatang.

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah SAW dan Hadiah Anggur Masam dari Lelaki Miskin


Jakarta

Anggur merupakan salah satu buah ciptaan Allah SWT yang istimewa. Tidak hanya sangat bermanfaat bagi yang mengonsumsinya, buah anggur juga disebutkan sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an. Bahkan, buah ini juga tercantum dalam salah satu kisah Nabi Muhammad SAW.

Allah SWT telah berfirman dalam beberapa ayat Al Qur’an tentang buah anggur. Pertama, dalam Surah An Nahl ayat 11,

يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ


Artinya: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.”

Kedua, Surah Al Isra ayat 91,

اَوْ تَكُوْنَ لَكَ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْاَنْهٰرَ خِلٰلَهَا تَفْجِيْرًاۙ

Artinya: “atau engkau mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu engkau alirkan di celah-celahnya sungai yang deras alirannya,”

Adapun dalam Surah Ar Ra’d ayat 4,

وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٤

Artinya: “Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”

Buah anggur bukan hanya disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai ciptaan Allah SWT yang istimewa, tetapi juga memiliki banyak manfaat kesehatan bila dikonsumsi secara rutin.

Seperti yang disebutkan dalam buku 7 Buah-buahan Istimewa dalam Al-Quran dan Manfaatnya bagi Kesehatan Manusia susunan Hamid Sakti Wibowo, anggur bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat, menjaga kesehatan kulit dan mata, menurunkan kadar kolesterol, menghambat pertumbuhan tumor, kanker, ginjal, dan di antara penyakit lainnya.

Selain itu, buah anggur juga masuk dalam sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW. Salah satunya dalam kisah Rasulullah SAW dan anggur masam dari seorang lelaki miskin.

Kisah Rasulullah SAW dan Anggur Masam dari Seorang Lelaki Miskin

Dikisahkan dalam buku Hidup bersama Rasulullah Muhammad SAW yang disusun oleh Daeng Naja, suatu hari, seorang lelaki miskin datang kepada Rasulullah SAW sambil membawa hadiah semangkuk buah anggur. Rasulullah SAW kemudian menerima hadiah tersebut dan mulai memakannya.

Biasanya, apabila ada yang memberi sedekah, Rasulullah SAW akan membagikan makanan tersebut kepada para sahabat tanpa ikut memakannya. Namun, jika ada yang memberi hadiah, beliau akan membagikan sebagian kepada sahabat-sahabatnya dan turut memakannya.

Namun kali ini, Rasulullah SAW memakan buah anggur itu satu per satu seorang diri sambil tersenyum. Beliau memakan buah pertama dan tersenyum, kemudian memakan buah kedua dan tersenyum kembali.

Melihat hal ini, orang miskin yang memberikan hadiah tersebut merasa sangat bahagia, karena Rasulullah SAW tampak menikmati anggur yang diberikannya. Para sahabat yang menyaksikan kejadian itu pun merasa heran, karena itu adalah hal yang jarang terjadi, karena Rasulullah SAW makan sendirian tanpa membagikannya kepada mereka.

Satu per satu anggur itu pun habis dimakan oleh Rasulullah SAW dengan tetap tersenyum. Orang miskin itu pulang dengan hati yang penuh kebahagiaan.

Sementara itu, salah seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah, mengapa engkau tidak mengajak kami ikut makan bersamamu?”

Rasulullah SAW pun menjawabnya dengan tersenyum, “Kalian telah melihat bagaimana wajah bahagia orang itu dengan memberiku semangkuk anggur. Dan ketika aku memakan anggur itu, kutemukan rasanya masam. Dan aku khawatir jika mengajak kalian ikut makan denganku, akan ada yang menunjukkan sesuatu yang tidak enak hingga merusak kebahagiaan orang itu.”

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Ketika Nabi Adam dan Hawa Menutupi Auratnya dengan Daun Tin


Jakarta

Ada hal yang menyebabkan Nabi Adam dan Siti Hawa dikeluarkan dari surga. Hal ini terjadi setelah keduanya memakan buah dari pohon terlarang.

Kisah turunnya Nabi Adam AS dan Hawa ke bumi setelah sebelumnya tinggal di surga diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 35-36. Allah SWT berfirman,

وَقُلْنَا يٰٓاٰدَمُ اسْكُنْ اَنْتَ وَزَوْجُكَ الْجَنَّةَ وَكُلَا مِنْهَا رَغَدًا حَيْثُ شِئْتُمَاۖ وَلَا تَقْرَبَا هٰذِهِ الشَّجَرَةَ فَتَكُوْنَا مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ٣٥ فَاَزَلَّهُمَا الشَّيْطٰنُ عَنْهَا فَاَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيْهِ ۖ وَقُلْنَا اهْبِطُوْا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ ۚ وَلَكُمْ فِى الْاَرْضِ مُسْتَقَرٌّ وَّمَتَاعٌ اِلٰى حِيْنٍ ٣٦


Artinya: “Kami berfirman, “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di dalam surga, makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu, dan janganlah kamu dekati pohon ini, sehingga kamu termasuk orang-orang zalim!” Lalu, setan menggelincirkan keduanya darinya sehingga keduanya dikeluarkan dari segala kenikmatan ketika keduanya ada di sana (surga). Kami berfirman, “Turunlah kamu! Sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain serta bagi kamu ada tempat tinggal dan kesenangan di bumi sampai waktu yang ditentukan.”

Para mufassir termasuk Ibnu Katsir menafsirkan bahwa Nabi Adam dan Hawa memakan buah dari pohon khuldi, pohon yang dilarang Allah SWT. Ketika keduanya memakan buah dari pohon khuldi, Allah SWT mengeluarkannya dari surga.

Pakaian Nabi Adam AS dan Hawa di Bumi

Al-Qur’an secara jelas menerangkan bahwa Nabi Adam dan Hawa sebelumnya telah berpakaian. Hal ini dijelaskan dalam firman Allah SWT surat Al-A’rad ayat 27,

يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطٰنُ كَمَآ اَخْرَجَ اَبَوَيْكُمْ مِّنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْءٰتِهِمَا ۗاِنَّهٗ يَرٰىكُمْ هُوَ وَقَبِيْلُهٗ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْۗ اِنَّا جَعَلْنَا الشَّيٰطِيْنَ اَوْلِيَاۤءَ لِلَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

Artinya: “Wahai anak cucu Adam, janganlah sekali-kali kamu tertipu oleh setan sebagaimana ia (setan) telah mengeluarkan ibu bapakmu dari surga dengan menanggalkan pakaian keduanya untuk memperlihatkan kepada keduanya aurat mereka berdua. Sesungguhnya ia (setan) dan para pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak (bisa) melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan setan-setan itu (sebagai) penolong bagi orang-orang yang tidak beriman.”

Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ali bin Husein bin Isykab, dari Ali bin Ashir, dari Said bin Arubah, dari Qatadah, dari Hasan, dari Ubay bin Ka’ab, ia berkata, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan postur yang sangat tinggi dan berambut lebat, layaknya seperti pohon kurma yang tinggi. Ketika ia mencicipi buah terlarang, seluruh pakaiannya tertanggalkan. Yang pertama terlihat darinya adalah auratnya, dan ketika ia melihat auratnya itu maka ia cepat-cepat bersembunyi, lalu rambutnya tersangkut pada sebuah pohon hingga tercabut.

Kemudian Allah menegurnya, “Wahai Adam, apakah kamu bersembunyi dari-Ku?” Setelah ia mendengar pertanyaan itu ia berkata: “Ya Tuhanku, tidak demikian, aku hanya merasa malu.”

Ats-Tsauri meriwayatkan, dari Ibnu Abi Laila, dari Minhal bin Amru, dari Said bin Jubair, dari Ibnu Abbas, mengenai firman Allah, “Maka mulailah mereka menutupinya dengan daun-daun surga,” ia berkata, maksudnya adalah daun tin.

Dikutip dalam Ibnu Katsir saat menceritakan kisah para nabi dalam Qashash Al-Anbiya yang diterjemahkan Saefulloh MS menjelaskan bahwa pakaian yang pertama kali dikenakan oleh Nabi Adam AS dan Hawa di bumi terbuat dari bulu biri-biri.

Nabi Adam AS memotong biri-biri, lalu beliau mengambil bulu-bulunya, memintalnya, dan menenunnya. Ia membuat pakaian untuk dirinya dalam bentuk jubah sementara untuk Hawa dalam bentuk baju kurung dan kerudung.

Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Nabi Ibrahim Disebut sebagai Kesayangan Allah, Kisahnya Tercatat di Al-Qur’an



Jakarta

Ada banyak ayat Al-Qur’an yang menyebutkan kisah Nabi Ibrahim AS. Ia juga disebutkan sebagai kesayangan Allah SWT. Masyaallah!

Nabi Ibrahim AS bernama Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh AS. Ia lahir di wilayah Kaldaniyyun, sebuah kawasan yang ada di Babilonia.

Dalam buku Meneladani Kesalehan Ayah dalam Al-Qur’an karya Dona Ningrum Mawardi dan Atin Sumaryani, disebutkan bahwa Ibrahim AS adalah anak dari seorang penyembah berhala. Ayahnya bernama Azar yang dikenal sebagai pembuat patung terbaik pada masanya.


Allah SWT mengutus Nabi Ibrahim AS untuk mengajak ayahnya serta orang-orang untuk menyembah kepada Allah SWT. Nabi Ibrahim AS juga dikenal sebagai sosok yang taat beribadah.

Kesabaran dan ketakwaan Nabi Ibrahim AS menjadikan namanya tercatat dalam Al-Qur’an dan disebutkan sebagai kesayangan Allah SWT. Termaktub dalam Al-Qur’an surah An-Nisa’ ayat 125, Allah SWT berfirman,

وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا

Artinya: Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.

Kisah Nabi Ibrahim Didatangi Malaikat

Merujuk buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan, dari ayahnya, dari Mahmud bin Khalid As-Sulami, dari Walid, dari Ishaq bin Yashar, ia berkata, “Ketika Allah SWT memilih Nabi Ibrahim sebagai kesayangan-Nya, hati Ibrahim ditanamkan rasa takut kepada Allah yang luar biasa, sampai-sampai degupan jantungnya itu terdengar dari jauh, seperti terdengarnya suara burung yang terbang di atas langit.”

Ubaid bin Umair meriwayatkan, Nabi Ibrahim adalah seseorang yang senang menerima tamu. Bahkan ketika pada suatu hari ia tidak mendapati siapapun untuk bertamu ke rumahnya, ia memutuskan untuk keluar dari rumah dan mencari tamu yang dapat mengunjunginya. Namun ia tetap tidak mendapatkannya.

Setelah pulang, ternyata di rumahnya sudah ada seorang laki-laki yang tegap tengah bertamu, lalu ia bertanya, “Wahai hamba Allah, mengapa kamu memasuki rumahku tanpa seizinku?” Tamu itu menjawab, “Aku masuk ke dalam rumah ini seizin tuan (atau Tuhan) pemiliknya.”

Lalu Ibrahim bertanya lagi, “Siapakah anda sebenarnya?” Tamu itu menjawab, “Aku adalah malaikat maut. Aku diutus oleh Tuhanku kepada salah satu hamba-Nya untuk mengabarkan kepadanya bahwa ia dipilih oleh Allah sebagai kesayangan-Nya.”

Ibrahim pun semakin bingung dan kembali bertanya, “Siapakah hamba yang engkau maksudkan? Demi Allah, jika engkau memberitahukan kepadaku siapa orang itu dan ia tinggal jauh dari sini maka aku tetap akan menemuinya, dan aku akan selalu membuntuti kemana pun ia pergi hingga maut memisahkan.”

Malaikat maut menjawab, “Hamba itu adalah engkau sendiri orangnya.” Ibrahim terkejut seraya bertanya untuk menegaskan kembali, “Benar-benar aku?” Malaikat maut menjawab, “Ya, benar.” Lalu Ibrahim bertanya lagi, “Apakah alasan Tuhanku hingga membuat aku begitu istimewa seperti itu?” Malaikat maut menjawab, “Karena kamu pandai memberi dan tak pernah meminta” (HR. Ibnu Abi Hatim)

Pada sejumlah surat dalam Al-Qur’an, Allah juga kerap menyebutkan pujian dan penghormatan untuk Nabi Ibrahim. Dikatakan, bahwa penghormatan untuk Nabi Ibrahim disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak tiga puluh lima kali, dan lima belas di antaranya disebutkan pada surat Al-Baqarah.

Salah satu ayat pujian bagi Nabi Ibrahim termaktub dalam surah As-Saffat ayat 108,

وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِى ٱلْءَاخِرِينَ

Artinya: Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian,

Nabi Ibrahim adalah salah satu dari lima Ulul Azmi. Dan, Ulul Azmi ini adalah para Nabi yang disebutkan namanya secara khusus di dalam Al-Qur’an, tepatnya pada dua ayat di dua surat yang berbeda, yaitu pada surah Al-Ahzab dan surah As-Syura.

Nabi Ibrahim adalah Ulul Azmi yang paling mulia setelah Nabi Muhammad SAW.

Nabi Ibrahim adalah nabi yang ditemui oleh Rasulullah SAW ketika berada di langit ketujuh (pada saat Isra Miraj). Pada peristiwa itu, Nabi Ibrahim tengah bersandar di Baitul Makmur. Baitul Makmur ini adalah rumah Allah (seperti Ka’bah di bumi) yang dimasuki oleh 70.000 malaikat setiap harinya, dan setelah memasukinya mereka tidak diizinkan untuk kembali lagi hingga Hari Kiamat.

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Sulaiman dan Semut yang Diabadikan dalam Al-Qur’an


Jakarta

Dalam perjalanan hidup Nabi Sulaiman AS, terdapat banyak mukjizat yang menunjukkan kekuasaan Allah SWT, salah satunya adalah kemampuan beliau untuk berbicara dengan hewan. Namun, mukjizat ini beliau gunakan untuk melakukan hal-hal baik terhadap makhluk lain yang berinteraksi dengannya.

Mukjizat Nabi Sulaiman AS tersebut terbukti dalam kisahnya dengan semut, yang telah diabadikan dalam Al-Qur’an. Salah satu bukti nyata dari mukjizat tersebut dapat dilihat dalam kisah Nabi Sulaiman dan semut berikut ini.

Kisah Nabi Sulaiman Mengengar Percakapan Semut

Dikisahkan dalam buku Rahasia Kekayaan Nabi Sulaiman yang disusun oleh Muhammad Gufron Hidayat bahwa suatu ketika, Nabi Sulaiman AS beserta rombongan yang terdiri dari manusia, jin, dan bala tentaranya melewati sebuah lembah. Di lembah tersebut, ada sekawanan semut yang sedang beraktivitas sesuai dengan tugas masing-masing.


Sebagian semut bertugas membangun sarang, sebagian lainnya mengangkut material, sementara beberapa semut lagi bekerja menempelkan material satu sama lain hingga membentuk sarang. Semut-semut yang bertanggung jawab mengumpulkan makanan bekerja tanpa kenal lelah, mengangkut makanan di pundaknya untuk disimpan dalam sarang.

Begitu juga semut-semut prajurit, dengan penuh waspada dan teliti mengawasi setiap sudut wilayah untuk mencegah segala gangguan yang mungkin muncul tiba-tiba.

Sebelum iring-iringan Nabi Sulaiman sampai di lembah tersebut, seekor semut penjaga sudah melihat kedatangan rombongan itu. Ia segera melapor kepada pimpinan semut, memberitahukan bahwa Nabi Sulaiman AS dan bala tentaranya akan melewati lembah ini. Semut penjaga menggambarkan bagaimana besar iring-iringan tersebut, serta kemungkinan kehancuran yang dapat menimpa sekawanan semut.

Mendapatkan laporan dari prajuritnya, pimpinan semut pun langsung mengumumkan kepada semua semut untuk segera menyingkir, menyelamatkan diri dari bahaya terinjak oleh rombongan Nabi Sulaiman. Jika tidak, mereka akan hancur.

Salah satu kelebihan Nabi Sulaiman AS adalah kemampuan untuk mengerti bahasa binatang. Oleh karena itu, ketika pemimpin semut memerintahkan para semut untuk menyingkir, Nabi Sulaiman AS yang sudah sangat dekat dengan mereka langsung memberi perintah kepada pasukannya untuk berhenti.

Nabi Sulaiman AS kemudian tersenyum dan berkata, “Tuhanku, tetapkanlah aku untuk selalu bersyukur atas nikmat-Mu dan selalu melakukan perbuatan yang Engkau ridhoi.”

Nabi Sulaiman AS bersyukur karena dianugerahi kemampuan untuk mengerti bahasa binatang oleh Allah SWT. Ia juga bersyukur karena dengan kemampuan tersebut, ia tidak sengaja menginjak atau membinasakan sekawanan semut.

Kisah Nabi Sulaiman dan semut ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah An-Naml ayat 18-19,

حَتَّى إِذَا أَتَوْا عَلَى وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لا يَشْعُرُون . فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّن قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ

Artinya: “Hingga apabila mereka sampai di lembah semut berkatalah seekor semut: ‘Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.’ Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa: ‘Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Kisah Nabi Sulaiman dan Seekor Semut yang Membawa Kurma

Selain itu, ada pula kisah Nabi Sulaiman dan semut yang diceritakan dalam buku 365 Kisah Teladan Islam karya Ariany Syurfah.

Suatu hari, Nabi Sulaiman AS sedang berjalan-jalan dan bertemu dengan seekor semut kecil yang sedang membawa sebutir buah kurma.

Nabi Sulaiman AS pun bertanya kepada semut itu, “Hai semut kecil, untuk apa kamu membawa sebutir buah kurma itu?”

Semut itu menjawab, “Kurma ini adalah pemberian Allah SWT untuk persediaan makan saya selama setahun.”

Nabi Sulaiman AS pun berkata, “Kemarilah, hai semut!” Semut itu lalu mendekat kepada Nabi Sulaiman.

Setelah dekat, Nabi Sulaiman AS berkata lagi, “Hai semut, aku akan membelah buah kurma ini menjadi dua bagian. Separuhnya akan aku bawa, dan separuhnya lagi untuk persediaanmu selama setahun. Aku ingin melihat apakah kamu dapat bertahan hidup dengan separuh buah kurma.”

Nabi Sulaiman AS kemudian mengambil sebuah botol dan berkata, “Sekarang, masuklah ke dalam botol ini dengan membawa separuh buah kurma yang aku berikan.”

Semut itu pun menuruti perintah Nabi Sulaiman AS dan masuk ke dalam botol. Setelah itu, Nabi Sulaiman AS meninggalkan semut tersebut.

Waktu pun berlalu selama setahun, dan Nabi Sulaiman AS merasa penasaran dengan keadaan semut kecil itu, apakah ia dapat bertahan hidup hanya dengan separuh buah kurma atau tidak. Nabi Sulaiman AS pun pergi untuk menemui semut itu.

Betapa takjubnya Nabi Sulaiman AS ketika melihat semut kecil itu masih hidup dan dalam keadaan segar. Sementara itu, separuh buah kurma masih tersisa.

Nabi Sulaiman AS pun bertanya, “Bagaimana kamu bisa bertahan hidup hanya dengan separuh buah kurma? Padahal, biasanya kamu memerlukan sebutir kurma untuk makanan selama setahun?”

Semut itu menjawab, “Saya banyak berpuasa dan hanya mengisap sedikit airnya. Biasanya, Allah SWT memberikan sebutir kurma untuk makanan saya selama setahun. Ketika Anda mengambil separuhnya, saya takut tahun depan Allah SWT tidak memberikan kurma lagi kepada saya, karena saya tahu, Anda bukanlah sang Pemberi Rezeki.”

Demikianlah dua kisah Nabi Sulaiman dengan semut. Semoga kisah-kisah ini dapat diambil pelajarannya agar kita lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Wallahu a’lam.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah ketika Rasulullah Dihina oleh Orang di Sekitarnya


Jakarta

Sepanjang perjalanan dakwahnya, Rasulullah SAW menghadapi berbagai tantangan berat, mulai dari penolakan, penghinaan, hingga kekerasan. Meskipun demikian, beliau tetap tegar dalam menyampaikan wahyu dan mengajarkan nilai-nilai kebenaran.

Tidak hanya cobaan dalam dakwahnya saja, di kehidupan sehari-hari pun, beliau harus menghadapi hinaan dan perlakuan buruk dari sebagian orang di sekitarnya. Namun, Rasulullah SAW selalu bisa mengendalikan dirinya, tidak membalas dengan kebencian, dan justru mendoakan kebaikan bagi mereka.

Dari kesabaran dan kerendahan hati beliau ini akhirnya meluluhkan hati banyak orang, bahkan sebagian di antara penghina beliau membalikkan hati mereka untuk mengikuti ajaran Islam.


Seperti dua kisah ketika Rasulullah dihina oleh umatnya berikut ini. Sebagaimana dikutip dari buku Kisah Orang-orang Sabar yang distulis oleh Nasiruddin.

Kisah ketika Rasulullah Dihina Pengemis Buta

Di sudut pasar Madinah, terdapat seorang pengemis Yahudi yang buta. Setiap hari, ia selalu mencela Nabi Muhammad SAW di depan orang-orang yang melintas, dengan mengatakan “Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya.” Berulang kali ia katakan ucapan buruk ini.

Namun, setiap pagi, Rasulullah SAW tetap mendekatinya, membawa makanan, dan menyuapinya tanpa berkata sepatah kata pun, meskipun pengemis itu terus menghinanya. Rasulullah melakukan hal ini dengan penuh kesabaran, bahkan hingga menjelang wafatnya.

Setelah Rasulullah wafat, pengemis buta tersebut tidak lagi menerima makanan setiap pagi. Suatu hari, Abu Bakar RA bertanya kepada putrinya, Aisyah RA, “Anakku adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?”

Aisyah menjawab, “Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan kecuali satu sunnah saja.”

“Apakah itu?” tanya Abu bakar RA.

“Setiap pagi Rasulullah selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana,” kata Aisyah.

Keesokan harinya, Abu Bakar RA mendatangi pengemis tersebut dan memberinya makanan. Saat Abu Bakar mulai menyuapinya, pengemis itu marah dan berteriak, “Siapakah kamu?”

Abu Bakar menjawab, “Aku orang yang biasa.”

Pengemis itu menyangkal, “Bukan! Engkau bukan orang yang biasa mendatangiku,”

“Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan padaku dengan mulutnya sendiri,” pengemis itu melanjutkan perkataannya.

Mendengar hal itu, Abu Bakar RA pun menangis dan berkata, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Rasulullah SAW.”

Setelah mendengar penjelasan tersebut, pengemis buta itu pun menangis. Ia menyadari kesalahannya selama ini, yang telah menghinakan Rasulullah tanpa tahu betapa mulianya beliau. “Benarkah demikian?, tanya pengemis itu.

“Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pemah memarahiku sedikit pun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia.”

Pengemis itu akhirnya bersyahadat di hadapan Abu Bakar RA, mengakui kekeliruannya, dan memeluk Islam. Kesabaran Rasulullah SAW memang tidak terbatas dan tanpa pandang bulu walaupun kepada seorang pengemis buta Yahudi yang selalu mencemooh beliau.

Kisah ketika Rasulullah Diludahi Wanita Tua

Tidak hanya satu saja kisah ketika Rasulullah dihina oleh umatnya. Bahkan, ada seorang wanita tua yang berani mencerca Rasulullah SAW. Setiap kali beliau melintas di depan rumahnya, wanita tersebut meludahi beliau dengan air liurnya, “Cuh, cuh, cuh.” Peristiwa ini terjadi berulang kali, bahkan setiap hari.

Suatu kali, ketika Rasulullah melewati rumah wanita itu, ia tidak meludahinya seperti biasanya, bahkan rumahnya pun tampak kosong. Rasulullah SAW pun mempertanyakan wanita si peludah tadi.

Karena penasaran, Rasulullah SAW lantas bertanya kepada seseorang, “Wahai Fulan, tahukah engkau, di manakah wanita pemilik rumah ini, yang setiap kali aku lewat selalu meludahiku?”

Orang yang ditanya merasa heran mengapa Rasulullah justru menunjukkan rasa penasaran, bukannya merasa senang. Namun, orang tersebut tidak terlalu memikirkannya dan segera menjawab pertanyaan beliau, “Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa si wanita yang biasa meludahimu sudah beberapa hari terbaring sakit?”

Mendengar jawaban itu, Rasulullah SAW hanya mengangguk, kemudian melanjutkan perjalanannya menuju Ka’bah untuk beribadah dan memohon kepada Allah SWT.

Setelah kembali dari ibadah, Rasulullah SAW datang untuk menjenguk wanita yang biasa meludahinya. Begitu mengetahui bahwa orang yang setiap hari dia ludahi justru datang menjenguk, wanita itu lantas menangis.

“Duhai, betapa luhur budi manusia ini. Kendati tiap hari aku ludahi, justru dialah orang pertama yang menjenguk kemari.” Dengan penuh haru, wanita itu pun bertanya, “Wahai Muhammad, kenapa engkau menjengukku, padahal tiap hari aku meludahimu?”

Rasulullah menjawab, “Aku yakin, engkau meludahiku karena engkau belum tahu tentang kebenaranku. Jika engkau sudah mengetahuinya, aku yakin engkau tak akan lagi melakukannya.”

Mendengar ucapan bijak dari manusia utusan Allah SWT ini, si wanita menangis dalam hati. Dadanya terasa sesak, dan tenggorokannya seperti tercekik. Setelah beberapa saat mengatur napas, akhirnya ia bisa berbicara dengan lega, “Wahai Muhammad, mulai saat ini aku bersaksi untuk mengikuti agamamu.” Kemudian, wanita itu mengikrarkan dua kalimat syahadat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Zulkifli AS, Sosok Raja yang Penyabar dan Bijaksana


Jakarta

Nabi Zulkifli AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul utusan Allah SWT yang kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an. Ia memiliki nama asli Basyar dan merupakan keturunan dari Nabi Ayyub AS.

Nabi Zulkifli AS merupakan raja yang dikenal penyabar dan bijaksana. Simak kisah lengkapnya dalam artikel berikut.

Nabi Zulkifli Diangkat Menjadi Raja Menggantikan Raja Ilyasa

Zulkifli AS merupakan sosok raja yang bijaksana, adil, dan sederhana. Diperkirakan, Nabi Zulkifli AS hidup pada 1500 atau 1425 SM dan memiliki dua orang putra.


Menukil dari buku Kisah Menakjubkan 25 Nabi dan Rasul yang ditulis Nurul Ihsan, Nabi Zulkifli AS diangkat menjadi nabi sekitar tahun 1460 SM. Beliau diutus kepada kaum Amoria di Damaskus.

Gelar raja yang diperoleh Nabi Zulkifli AS diperoleh karena sosoknya yang rendah hati. Kala itu, seorang raja bernama Ilyasa sudah tidak dapat menjalankan pemerintahan karena usianya yang sudah tua.

Sang raja membutuhkan pemimpin pengganti, namun dirinya tidak memiliki putra pewaris kerajaan. Akhirnya, raja Ilyasa mengumpulkan rakyat untuk meminta kesediaan menggantikannya sebagai pemimpin Bani Israil.

Raja Ilyasa mengajukan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk raja pengganti. Persyaratan itu mencakup berpuasa di siang hari, beribadah di malam hari, dan tidak boleh marah.

“Adakah yang sanggup dari kalian semua?” kata Raja Ilyasa bertanya.

Tak seorang dari rakyatnya yang sanggup. Terlebih, memang tidak mudah menemukan calon pengganti raja dengan persyaratan yang begitu sulit.

Lalu, seorang pemuda yang tak lain adalah Nabi Zulkifli AS menawarkan diri untuk menggantikan raja. Mulanya, Raja Ilyasa tidak percaya bahwa Zulkifli AS dapat menyanggupi persyaratannya, namun sang nabi terus menyakinkan raja.

Akhirnya Raja Ilyasa percaya, sementara Nabi Zulkifli AS memenuhi persyaratan dan menepati janjinya. Ia sangat sabar untuk bangun salat di malam hari, berpuasa pada siang hari dan tidak marah. Zulkifli AS juga tidak pernah emosi ketika menetapkan putusan hukum.

Usai menggantikan Raja Ilyasa, Nabi Zulkifli AS tidak pernah marah. Ia sangat menjaga waktu tidurnya dan waktu-waktu lain untuk mengurus rakyat.

Meski Zulkifli AS berpuasa pada siang hari, ia tetap melayani rakyatnya dengan sepenuh hati. Tugas dan tanggung jawabnya sebagai pemimpin tidak pernah ia baikan.

Ketika malam tiba, Zulkifli AS menggunakan waktunya untuk beribadah kepada Allah SWT. Kesabaran Nabi Zulkifli AS yang luar biasa tertuang dalam surah Al Anbiya ayat 85,

وَاِ سْمٰعِيْلَوَاِ دْرِيْسَوَذَاالْكِفْلِ ۗكُلٌّمِّنَالصّٰبِرِيْنَ

Artinya : “Dan (ingatlah kisah) Ismail, Idris, dan Zulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar.”

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yusuf Dibuang ke Sumur hingga Akhirnya Jadi Anak Angkat Petinggi Mesir



Jakarta

Nabi Yusuf adalah utusan Allah SWT yang termasuk sosok beriman dan memiliki paras tampan. Sayangnya Nabi Yusuf dibenci oleh saudara-saudaranya dan dibuang ke sumur.

Mengutip buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi karya Rizem Aizid, Nabi Yusuf adalah anak yang paling disayang dan dimanjakan oleh ayahnya, serta lebih dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya, terutama setelah ibu kandungnya, Rahil, meninggal dunia ketika Yusuf masih berusia 12 tahun.

Perlakuan berbeda dari Nabi Yaqub AS kepada anak-anaknya itu menimbulkan rasa iri hati dan dengki di antara saudara Yusuf yang lain. Mereka merasa dianaktirikan oleh ayahnya yang terlihat sangat memanjakan Yusuf.


Rasa iri saudara-saudara Yusuf tidak terbendung lagi. Suatu hari, saudara-saudara Yusuf yang benci dan dengki kepadanya berkumpul dan bermusyawarah untuk mengemukakan perasaan mereka masing-masing atas perlakuan sang ayah kepada Yusuf. Mereka memutuskan untuk membuang Yusuf.

Dalam Al-Qur’an kisah ini diabadikan dalam surat Yusuf ayat 11-15, yang artinya, “Mereka berkata: “Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya. Berkata Ya’qub: “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya.” Mereka berkata: “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi”. Maka tatkala mereka membawanya dan sepakat memasukkannya ke dasar sumur (lalu mereka masukkan dia), dan (di waktu dia sudah dalam sumur) Kami wahyukan kepada Yusuf: “Sesungguhnya kamu akan menceritakan kepada mereka perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi”.

Nabi Yaqub AS bertanya kepada mereka, “Mengapa kalian menangis? Apakah terjadi sesuatu pada Yusuf?”

Mereka menjawab sambil semakin menangis tersedu-sedu, seperti yang diterangkan dalam firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 17 dan 18, artinya, “Mereka berkata: “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala; dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar.”

“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu. Ya’qub berkata: “Sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan”.

Nabi Yaqub AS memegang bajunya Yusuf. Lalu ia mengangkat baju itu dan memperhatikan di bawah cahaya yang terdapat dalam kamar. Ia membalik-balikkan baju itu di tangannya, namun ia melihat bahwa baju itu masih utuh dan tidak ada tanda-tanda cakaran atau robek.

Nabi Yaqub mengetahui bahwa anak-anaknya berbohong. Ia hanya memohon agar diberi kesabaran dan pertolongan Allah SWT atas sesuatu yang dilakukan terhadap putra kesayagannya.

Nabi Yusuf Diselamatkan dari Sumur

Di sumur tempat Yusuf dibuang oleh saudara-saudaranya, ada kafilah yang sedang berjalan menuju Mesir, yaitu satu kafilah besar yang berjalan cukup jauh sehingga dinamakan sayyarah.

Semua kafilah itu menuju sumur. Mereka berhenti untuk menambah air. Mereka mengulurkan timba ke sumur. Lalu, Yusuf bergelantungan pada timba tersebut.

Orang yang mengulurkan timba mengira bahwa timbanya telah penuh dengan air. Namun, setelah dilihat, kafilah itu terkejut sambil berkata, “Hai, alangkah gembiranya kita. Kita mendapat seorang anak yang tampan.”

Yusuf dibawa ke Mesir oleh rombongan orang-orang itu.

Setibanya di Mesir, orang yang menemukan Yusuf itu pun segera menjualnya dengan harga yang sangat murah. Yusuf dibeli oleh salah satu pembesar di Mesir. Ia merawat Yusuf dan menjadikannya anak angkat.

Peristiwa ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 19-21 yang artinya, “Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: “Oh; kabar gembira, ini seorang anak muda!” Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: “Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi dia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak”. Dan demikian pulalah Kami memberikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir), dan agar Kami ajarkan kepadanya ta’bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya.”

Laki-laki yang membeli Yusuf bukanlah orang sembarangan, melainkan seorang yang penting. Ia termasuk orang yang berasal dari pemerintahan yang berkuasa di Mesir. Ia adalah ketua menteri yang bernama Al Aziz.

Wallahu ‘alam.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Isa dan 3 Orang yang Serakah, Hikmah agar Tidak Cinta Dunia


Jakarta

Sifat serakah merupakan salah satu sifat yang sangat dibenci oleh Allah. Sifat ini dapat mendatangkan keburukan kepada diri seseorang, baik di dunia maupun di akhirat.

Rasulullah SAW bersabda:

لَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادِيَانِ مِنْ مَالٍ لَابْتَغَى وَادِيًا ثَالِثًا، وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ، وَيَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ


“Jika anak Adam memiliki dua lembah harta, ia pasti ingin memiliki lembah ketiga. Dan tidak ada yang bisa memenuhi perut anak Adam kecuali tanah (kematian). Dan Allah akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Oleh sebab itu, sepatutnyalah setiap orang menghindari sifat tamak dan serakah.

Berikut ini kisah Nabi Isa dan tiga orang serakah yang dikutip dari kitab Qashash al-Anbiya’, karya al-Tsa’labi yang terdapat dalam buku Kumpulan Kisah Teladan susunan Prof. Dr. H.M. Hasballah Thaib, MA. Semoga dapat menjadi pengingat agar menjauhkan diri dari sifat buruk tersebut.

Kisah Nabi Isa dan Orang Serakah

Pada suatu waktu, seorang lelaki mendatangi Nabi Isa a.s. dengan niat untuk bersahabat dengannya.

Ia berkata, “Aku ingin sekali bersahabat denganmu ke mana saja engkau pergi.”

Nabi Isa pun mengabulkan permintaan itu dan berkata, “Baiklah, jika itu yang engkau inginkan.”

Suatu hari, mereka berjalan di tepi sungai dengan membawa tiga potong roti sebagai bekal. Nabi Isa memakan satu potong, lelaki itu memakan satu potong, dan satu potong sisanya diletakkan. Ketika Nabi Isa pergi ke sungai untuk minum, ia kembali dan mendapati roti yang tersisa telah hilang.

Beliau bertanya kepada pemuda tersebut, “Siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”

Lelaki itu menjawab, “Aku tidak tahu.”

Nabi Isa tidak memperpanjang pertanyaan dan mereka melanjutkan perjalanan.

Di perjalanan, mereka bertemu seekor rusa dengan dua anaknya. Nabi Isa memanggil salah satu anak rusa itu, lalu menyembelih dan memanggangnya untuk dimakan bersama. Setelah selesai makan, Nabi Isa memohon kepada Allah agar anak rusa yang telah disembelih itu hidup kembali. Dengan izin Allah, anak rusa itu hidup kembali.

Nabi Isa kembali bertanya, “Demi Allah, yang memperlihatkan kekuasaan-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”

Namun, lelaki itu tetap bersikeras menjawab, “Aku tidak tahu.”

Mereka melanjutkan perjalanan hingga tiba di tepi sungai. Nabi Isa menggenggam tangan pemuda itu dan membawanya berjalan di atas air hingga mereka sampai ke seberang.

Nabi Isa kemudian bertanya sekali lagi, “Demi Allah, yang memperlihatkan bukti kebesaran-Nya ini, siapakah yang mengambil sepotong roti itu?”

Lagi-lagi, lelaki itu menjawab, “Aku tidak tahu.”

Ketika mereka tiba di sebuah hutan, Nabi Isa mengambil segumpal tanah dan kerikil, lalu berdoa kepada Allah agar benda itu berubah menjadi emas. Dengan izin Allah, tanah dan kerikil itu berubah menjadi emas.

Nabi Isa membaginya menjadi tiga bagian dan berkata, “Sepertiga untukku, sepertiga untukmu, dan sepertiga untuk orang yang mengambil roti itu.”

Mendengar hal itu, lelaki itu akhirnya mengaku, “Akulah yang mengambil roti itu.”

Nabi Isa lalu berkata, “Jika begitu, ambillah semua bagian ini untukmu.”

Setelah itu, Nabi Isa meninggalkan lelaki tersebut.

Lelaki itu kemudian didatangi dua orang yang ingin merampas hartanya. Ia mengusulkan agar harta itu dibagi bertiga. Mereka pun sepakat, dan salah satu dari mereka pergi ke pasar untuk membeli makanan.

Namun, orang yang pergi ke pasar berniat licik. Ia berpikir, “Lebih baik makanan ini aku racuni, agar mereka mati, dan aku bisa mengambil seluruh harta.”

Sementara itu, dua orang yang menunggu di hutan juga memiliki niat jahat. Mereka merencanakan untuk membunuh orang yang pergi ke pasar, agar harta itu dapat dibagi berdua.

Ketika orang yang membeli makanan kembali, ia segera dibunuh oleh dua orang lainnya. Setelah itu, mereka memakan makanan yang telah diracuni tanpa tahu bahwa itu berbahaya. Akhirnya, keduanya tewas seketika, dan harta itu tetap berada di hutan tanpa pemilik, sementara mereka semua mati di sekitarnya.

Kemudian ketika Nabi Isa berjalan di hutan dan melihat kejadian tersebut, beliau memberi nasihat kepada para pengikutnya.

Beliau berkata, “Inilah gambaran dunia. Berhati-hatilah terhadap tipu daya dunia, karena ia dapat menjerumuskan manusia dalam kehancuran.”

Wallahu a’lam.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com