Tag Archives: kisah nabi

Kisah Nabi Ismail & Sang Ibu, Awal Mula Disyariatkannya Sa’i



Jakarta

Sa’i merupakan satu ibadah yang diperintahkan untuk dikerjakan dalam ibadah haji dan umrah. Di balik pensyariatan sa’i, ternyata ada kisah singkat Nabi Ismail AS bersama sang ibu, Siti Hajar.

Sebelumnya, Ahmad Sarwat dalam Ensiklopedia Fikih Indonesia: Haji & Umrah menjelaskan ibadah sa’i adalah amal yang dilakukan dengan berjalan atau berlari kecil antara bukit Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali pulang pergi, dikerjakan setelah melaksanakan thawaf, dalam rangka manasik haji dan umrah.

Hukum pelaksanaan sa’i sendiri terdapat perbedaan di kalangan ulama. Menukil buku Fiqih Sunnah karya Sayyid Sabiq, terbagi tiga pandangan mengenai hukum sa’i. Terdapat ulama yang menyebut sa’i adalah rukun haji, yang bila ditinggalkan maka ibadah hajinya batal dan tidak bisa diganti dengan dam.


Ada yang menyatakan termasuk wajib haji, yang jika ditinggalkan maka harus bayar dam (denda) tetapi ibadah hajinya tidak batal. Serta terdapat pula ulama yang berpendapat sa’i merupakan amalan sunnah haji. Di mana ditinggalkan maka tak ada kewajiban apa-apa bagi jemaah.

Perintah melaksanakan ibadah sa’i dalam haji dan umrah termaktub pada Surat Al Baqarah ayat 158.

اِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَاۤىِٕرِ اللّٰهِ ۚ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ اَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ اَنْ يَّطَّوَّفَ بِهِمَا ۗ وَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًاۙ فَاِنَّ اللّٰهَ شَاكِرٌ عَلِيْمٌ – 158

Artinya: “Sesungguhnya Safa dan Marwah merupakan sebagian syiar (agama) Allah. Maka, siapa beribadah haji ke Baitullah atau berumrah, tidak ada dosa baginya mengerjakan sai antara keduanya. Siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri, lagi Maha Mengetahui.”

Adapun Nabi SAW juga mensyariatkan sa’i sebagaimana riwayat dari Barrah binti Abu Tajrah yang mengatakan, “Bahwa Nabi SAW melakukan sa’i pada ibadah haji beliau antara Shafa dan Marwah, dan beliau bersabda, ‘Lakukanlah sa’i karena Allah telah mewajibkanya atas kalian.'” (HR Daruquthni)

Selain itu, terdapat riwayat singkat di balik ibadah ini, sehingga dikenal menjadi sejarah disyariatkannya sa’i. Tepatnya yakni kisah Nabi Ismail AS bersama sang ibu, Siti Hajar. Bagaimana kisahnya?

Kisah Nabi Ismail AS dan Siti Hajar

Masih dari buku Fiqih Sunnah, kisah ini diriwayatkan Ibnu Abbas dari Nabi SAW. Dikisahkan, “Ibrahim AS datang bersama Hajar dan Ismail AS. Ketika itu, Ismail AS masih menyusui. Ibrahim AS menempatkan istri dan anaknya di bawah sebuah pohon besar di tempat terpancarnya air zam-zam (sekarang ini).

Kala itu, tidak ada seorang pun yang bertempat tinggal di Makkah dan di sana tidak didapati air. Dalam kondisi seperti itu, Ibrahim AS membawa anak dan istrinya ke sana.

Nabi Ibrahim memberi bekal sekeranjang kurma dan sekantung air untuk istri dan anaknya. Ibrahim AS melangkahkan kakinya untuk meneruskan perjalanan, dan Hajar mengikutinya. Hajar bertanya kepada Ibrahim AS, “Wahai Ibrahim, ke manakah engkau pergi? Apakah engkau meninggalkan kami di sini yang tidak ada seorang pun dan suatu pun?”

Hajar berulang kali mengemukakan pertanyaannya. Tapi Ibrahim AS tidak pernah menoleh kepadanya. Kemudian Hajar bertanya lagi, “Apakah Allah SWT yang memerintahkanmu untuk melakukan ini?”

Nabi Ibrahim menjawab, “Iya.” Hajar berkata, “Kalau begitu, Allah SWT tidak akan menyia-nyiakan kami.”

Dalam satu riwayat disebutkan, Hajar berkata kepada Ibrahim AS, “Kepada siapakah engkau meninggalkan kami?” Ibrahim AS menjawab, “Kepada Allah SWT.” Hajar berkata, “Sungguh, aku ridha kepada Allah SWT.”

Hajar kembali ke tempat semula. Sementara Ibrahim AS terus berjalan. Ketika Nabi Ibrahim tiba di bukit dan tidak dapat dilihat lagi oleh Hajar, dia menghadap ke Kakbah kemudian berdoa sambil mengangkat kedua tangannya:

رَبَّنَآ اِنِّيْٓ اَسْكَنْتُ مِنْ ذُرِّيَّتِيْ بِوَادٍ غَيْرِ ذِيْ زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِۙ رَبَّنَا لِيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ فَاجْعَلْ اَفْـِٕدَةً مِّنَ النَّاسِ تَهْوِيْٓ اِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِّنَ الثَّمَرٰتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُوْنَ – 37

Latin: Rabbanaa innii askangtu ming dzurriyyatii biwaadin ghairi dzii zar’in ‘inda baitikal-muharram(i), rabbanaa liyuqiimush-shalaata faj’al af-idatam minan-naasi tahwii ilaihim warzuqhum minats-tsamaraati la’allahum yasykuruun(a)

Artinya: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah yang tidak ada tanamannya (dan berada) di sisi rumah-Mu (Baitullah) yang dihormati. Ya Tuhan kami, (demikian itu kami lakukan) agar mereka melaksanakan salat. Maka, jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan anugerahilah mereka rezeki dari buah-buahan. Mudah-mudahan mereka bersyukur.” (QS Ibrahim: 37)

Setelah Ibrahim AS pergi, Hajar menyusui anaknya serta makan dan minum
dari bekal yang telah ditinggalkan oleh Nabi Ibrahim. Sampai pada saat perbekalan yang dibawanya habis, Hajar dan Ismail merasa dahaga. Hajar melihat kesana-kemari, barangkali tersedia air. Tapi dia tidak melihat adanya air.

Karena merasa iba dengan sang anak, dia berdiri untuk mencari air. Dia melihat gunung yang terdekat, yaitu Shafa. Lantas dia naik ke atasnya dan melihat di sekelilingnya, barangkali ada orang yang dilihat. Namun, tidak seorang pun nampak.

Dia lantas turun dari Shafa. Setelah berada di bawah, dia berlari kecil hingga sampai di bukit Marwah. Dia naik ke atas bukit Marwah untuk melihat-melihat, barangkali dia menemukan seseorang. Tetapi, tidak seorang pun yang dilihatnya.

Dia mengulangi seperti itu hingga tujuh kali.” Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Itulah (awal mula) manusia melakukan sa’i di antara bukit Shafa dan Marwah.” (HR Bukhari dalam kitab Al-Anbiya, bab ‘Yazfuna: an-Naslani fi al-Masyyi’. Ditemukan pula dalam kitab Fath Al-Bari, jilid VI, hal. 396)

Demikian kisah singkat Nabi Ismail AS dan ibunya, Siti Hajar, yang menjadi landasan disyariatkannya ibadah sa’i dalam haji dan umrah.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kurban dari Dua Putra Nabi Adam AS, Qabil dan Habil



Jakarta

Mendekati momentum Hari Idul Adha, ada beberapa kisah yang menarik bagi muslim ketahui sekaligus memperkaya khasanah pengetahuan. Salah satunya adalah kisah kurban dari kedua putra Nabi Adam AS yang dapat kita jadikan sebagai pembelajaran.

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi tulisan Ibnu Katsir, kisah ini diterangkan dari As-Sadi yang menceritakan melalui Abu Malik dan Abu Shalih, yang meriwayatkan dari Ibnu Abbas, yang diteruskan dari Murrah, yang berasal dari Ibnu Mas’ud, yang mendengar dari beberapa sahabat Nabi Muhammad SAW.

Menurut kisahnya, Nabi Adam menikahkan setiap anak laki-lakinya yang bernama Qabil dan Habil dengan anak perempuan yang bukan pasangan kembarannya. Menurut aturan ini, Habil seharusnya dinikahkan dengan saudara perempuan kembarannya, Qabil, yang lebih tua darinya.


Perempuan tersebut merupakan salah satu putri Nabi Adam yang paling cantik. Namun, Qabil berkeinginan untuk menikahi saudari kembarannya yang sangat cantik itu.

Nabi Adam kemudian memerintahkan Qabil untuk menikahkan saudari kembarannya dengan Habil, tetapi Qabil menolak perintah tersebut. Akhirnya, Nabi Adam memerintahkan kedua putranya untuk berkurban.

Pada saat yang sama, Nabi Adam sendiri berangkat ke Mekah Makkah dapat menunaikan ibadah haji. Sebelum berangkat, Nabi Adam berusaha menitipkan penjagaan keluarganya kepada langit, namun langit menolaknya.

Kemudian, beliau mencoba menitipkannya kepada bumi dan gunung, tetapi keduanya juga menolak. Akhirnya, Qabil menyatakan kesediaannya untuk menjaga keluarganya.

Selanjutnya, ketika Qabil dan Habil berangkat untuk mempersembahkan kurban seperti yang diminta oleh Nabi Adam berdasarkan perintah Allah, Habil memilih untuk mempersembahkan kurbannya berupa seekor kambing yang terbaik dan paling gemuk. Perlu diketahui bahwa latar belakang Habil adalah seorang peternak.

Sementara itu, Qabil memilih untuk mempersembahkan hasil pertanian yang buruk. Ketika mereka menyerahkan kurban-kurban tersebut, api turun dari langit dan menyambar kurban Habil, menunjukkan bahwa kurban Habil diterima.

Namun, api tidak menyentuh kurban Qabil, menandakan bahwa kurban Qabil ditolak. Qabil marah dan mengancam Habil, mengatakan bahwa dia akan membunuhnya dan menghalangi Habil untuk menikahi saudara perempuannya yang kembar.

Habil menjawab, “Sesungguhnya, Allah SWT hanya menerima kurban dari orang-orang yang bertakwa.”

Kisah ini juga diabadikan dalam surah Al Ma’idah ayat 27. Allah SWT berfirman,

۞ وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَاَ ابْنَيْ اٰدَمَ بِالْحَقِّۘ اِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ اَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْاٰخَرِۗ قَالَ لَاَقْتُلَنَّكَ ۗ قَالَ اِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللّٰهُ مِنَ الْمُتَّقِيْنَ

Artinya: Bacakanlah (Nabi Muhammad) kepada mereka berita tentang dua putra Adam dengan sebenarnya. Ketika keduanya mempersembahkan kurban, kemudian diterima dari salah satunya (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Dia (Qabil) berkata, “Sungguh, aku pasti akan membunuhmu.” Dia (Habil) berkata, “Sesungguhnya Allah hanya menerima (amal) dari orang-orang yang bertakwa.

Ibnu Abbas juga meriwayatkan melalui riwayat lainnya, yang berasal dari Abdullah bin Amru. Abdullah bin Amru berkata,

“Sungguh, yang terbunuh (Habil) adalah orang yang lebih kuat di antara kedua saudara itu, tetapi dia menahan diri dari melakukan dosa dengan tidak menggerakkan tangannya untuk membunuh saudaranya, Qabil.”

Abu Ja’far al-Bakir juga meriwayatkan bahwa Nabi Adam merasa gembira karena kedua putranya telah mempersembahkan kurban dan kurban Habil diterima sedangkan kurban Qabil ditolak. Qabil kemudian mengatakan kepada Nabi Adam,

“Kurban Habil diterima karena engkau mendoakannya, tetapi engkau tidak mendoakanku.” Padahal, Nabi Adam telah mendoakan kedua putranya dengan baik.

Wallahu’alam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Mukjizat Nabi Hud AS, Salah Satunya Datangkan Kemarau Panjang



Jakarta

Allah SWT membekali para nabi dan rasul-Nya dengan mukjizat, termasuk pada Nabi Hud AS. Mukjizat merupakan kejadian yang luar biasa di luar kemampuan manusia yang diberikan Allah hanya kepada rasul-Nya. Sifat mukjizat tidak dapat dipelajari dan dapat terjadi seketika tanpa direncanakan.

Dikutip dari Buku Panduan Lengkap Agama Islam susunan Tim Darul Ilmi, mukjizat terbagi menjadi dua macam yakni mukjizat kauniyah dan mukjizat aqliyah. Mukjizat kauniyah yaitu mukjizat yang tampak dan dapat ditangkap oleh panca indera, seperti misalnya tongkat Nabi Musa yang berubah menjadi ular dan dapat membelah lautan.

Sementara itu, mukjizat aqliyah yakni mukjizat yang hanya dapat dipahami oleh akal pikiran seperti Al-Qur’an, mukjizat terbesar Nabi Muhammad SAW. Mukjizat yang diberikan Allah kepada Nabi Hud AS adalah mukjizat kauniyah sebab bersinggungan langsung dengan kaum Ad. Berikut kisah lengkapnya.


Mukjizat Nabi Hud

1. Mendatangkan Kemarau Panjang

Nama lengkapnya adalah Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh AS. Dinukil dari buku Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir, ada yang mengatakan bahwa Hud adalah Abir bin Syalik bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh, ada pula yang mengatakan bahwa Hud adalah putra Abdullah bin Ribah al-Jarud bin Ad bin Aush bin Irm bin Sam bin Nuh AS, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Jarir.

Nabi Hud AS diutus Allah sebagai nabi dan rasul di al-Ahqaf, Huadramaut, Yaman. Di sana, tinggal sekelompok masyarakat yang bernama kaum Ad. Daerah al-Ahqaf terkenal sangat subur hingga kaum Ad hidup dengan makmur dan berkecukupan.

Berdasarkan sejarah peradaban Islam, kaum Ad berasal dari keturunan Nabi Nuh. Bangunan-bangunan di sana sangatlah bagus mencakup rumah, kastil, istana, dan benteng sebab kaum Ad terkenal sangat ahli di bidang arsitektur.

Oleh karenanya, kaum Ad juga menyembah patung-patung, yakni Shamud dan Alhattar. Nabi Hud AS berdakwah kepada kaum Ad dan mengajak mereka untuk beriman kepada Allah. Nabi Hud AS mengatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah yang bertugas untuk menyampaikan kebenaran.

Hal tersebut termaktub dalam Al-Qur’an surat Al A’raf ayat 65:

وَاِلٰى عَادٍ اَخَاهُمْ هُوْدًاۗ قَالَ يٰقَوْمِ اعْبُدُوا اللّٰهَ مَا لَكُمْ مِّنْ اِلٰهٍ غَيْرُهٗۗ اَفَلَا تَتَّقُوْنَ

Artinya: Dan kepada kaum ‘Ad (Kami utus) Hud, saudara mereka. Dia berkata, “Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Maka mengapa kamu tidak bertakwa?”

Namun, kaum Ad mengingkari ajakan Nabi Hud AS bahkan mencela dengan terang-terangan. Nabi Hud AS melanjutkan dakwah kepada mereka meski pengikutnya hanya sedikit. Setelah sekian lama, kaum Ad tidak juga berubah dan bertindak semakin kejam. Allah pun mengirimkan azab kepada kaum Ad.

Tanah al-Ahqaf kini menjadi tandus. Tidak ada tanaman yang bisa tumbuh. Sumber air menjadi kering sehingga banyak hewan ternak yang mati. Tidak hanya itu, bangunan-bangunan mereka yang tadinya berdiri dengan megah pun ambruk dan hancur.

2. Mendatangkan Badai Dahsyat

Sementara itu, meskipun telah dilanda musibah yang sangat merugikan, kaum Ad masih saja mengingkari ajaran Nabi Hud AS. Sehingga, Allah pun mengabulkan doa Nabi Hud AS dengan menurunkan badai yang sangat dahsyat.

Peristiwa tersebut diabadikan dalam Al-Qur’an surat Al Haqqah ayat 6-7 yang berbunyi:

وَاَمَّا عَادٌ فَاُهْلِكُوْا بِرِيْحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍۙ

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَّثَمٰنِيَةَ اَيَّامٍۙ حُسُوْمًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيْهَا صَرْعٰىۙ كَاَنَّهُمْ اَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍۚ

Artinya: sedangkan kaum ‘Ad, mereka telah dibinasakan dengan angin topan yang sangat dingin, Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam delapan hari terus-menerus; maka kamu melihat kaum ‘Ad pada waktu itu mati bergelimpangan seperti batang-batang pohon kurma yang telah kosong (lapuk).

3. Mendapatkan Pertolongan Allah

Adapun mukjizat lainnya tercantum dalam buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ahmad Fatih, S.Pd., bahwa Nabi Hud mampu menurunkan hujan atas izin Allah ketika kaum Ad dilanda kekeringan hingga tanaman mati dan tak ada sumber air. Nabi Hud AS juga selamat dari badai petir yang dahsyat.

Setelah bencana yang sangat mematikan, Nabi Hud AS dan orang-orang yang beriman kepada-Nya hijrah ke Hadramaut dan memulai kehidupan yang baru. Berbeda dengan kaum Ad yang tidak mengakui ketahuidan yang dibawa Nabi Hud AS. Mereka celaka dan binasa.

Bukti mukjizat ini terangkum dalam Al-Qur’an surat Al Araf ayat 72:

فَاَنْجَيْنٰهُ وَالَّذِيْنَ مَعَهٗ بِرَحْمَةٍ مِّنَّا وَقَطَعْنَا دَابِرَ الَّذِيْنَ كَذَّبُوْا بِاٰيٰتِنَا وَمَا كَانُوْا مُؤْمِنِيْنَ

Artinya: Maka Kami selamatkan dia (Hud) dan orang-orang yang bersamanya dengan rahmat Kami dan Kami musnahkan sampai ke akar-akarnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Mereka bukanlah orang-orang beriman.

Selain itu, Al-Qur’an surat Hud ayat 58 juga menerangkan perihal keselamatan Nabi Hud AS dan pengikutnya yang beriman:

وَ لَمَّا جَآءَ اَمۡرُنَا نَجَّيۡنَا هُوۡدًا وَّالَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا مَعَهٗ بِرَحۡمَةٍ مِّنَّا ۚ وَ نَجَّيۡنٰهُمۡ مِّنۡ عَذَابٍ غَلِيۡظٍ

Artinya: Dan ketika azab Kami datang, Kami selamatkan Hud dan orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat Kami. Kami selamatkan (pula) mereka (di akhirat) dari azab yang berat.

Itulah 3 mukjizat Nabi Hud AS, termasuk salah satunya yaitu mendatangkan kemarau panjang. Azab Allah yang diturunkan melalui kisah Nabi Nuh AS menjadi bukti bahwa umat muslim harus senantiasa mengimani ajaran yang dibawa oleh nabi dan rasul-Nya.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kuasai Bangsa Jin-Mampu Menaiki Angin



Jakarta

Nabi Sulaiman AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang disebutkan dalam Al-Qur’an. Sebagai utusan Allah SWT, tentu Nabi Sulaiman dikaruniai mukjizat.

Salah satu mukjizat Nabi Sulaiman yang umum dikenal ialah dapat berbicara kepada hewan dan memahami bahasanya. Dikisahkan oleh Muhammad Gufron Hidayat melalui Rahasia Kekayaan Nabi Sulaiman: Amalan-amalan Pelimpah Rezeki Nabi Sulaiman, dalam sebuah hadits Abu Hurairah meriwayatkan ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,

“Nabi Sulaiman keluar menemui orang-orang dan melihat mereka sedang meminta diturunkan hujan. Di antara mereka ada seekor semut yang menengadahkan tangannya ke langit. Lantas Nabi Sulaiman berkata, ‘Pulanglah! Doa kalian telah dikabulkan karena seekor semut,”


Kemampuan Nabi Sulaiman memahami bahasa semut tercantum dalam surat An Naml ayat 18-19,

حَتَّىٰ إِذَا أَتَوْا عَلَىٰ وَادِ النَّمْلِ قَالَتْ نَمْلَةٌ يَا أَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوا مَسَاكِنَكُمْ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمَانُ وَجُنُودُهُ وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا

Artinya: “Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, “Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.

Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu…”

Nabi Sulaiman merupakan putra dari Nabi Daud sehingga dia mewarisi kekuasaan sekaligus kenabian dari sang ayah. Selain itu, Nabi Sulaiman juga dipandang sebagai nabi terbesar setelah Nabi Musa dan Nabi Daud.

Selain berbicara dengan semut, Nabi Sulaiman juga dapat berkomunikasi dengan burung. Hal ini dilakukannya ketika sang ayah wafat, Nabi Sulaiman memanggil para burung untuk melindungi orang-orang yang mengantarkan jenazah Nabi Daud dari panasnya cahaya Matahari.

Dalam surat An Naml ayat 16, Allah SWT berfirman,

وَوَرِثَ سُلَيْمَانُ دَاوُودَ ۖ وَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ عُلِّمْنَا مَنْطِقَ الطَّيْرِ وَأُوتِينَا مِنْ كُلِّ شَيْءٍ ۖ إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْفَضْلُ الْمُبِينُ

Artinya: “Dan Sulaiman telah mewarisi Dawud, dan dia (Sulaiman) berkata, “Wahai manusia! Kami telah diajari bahasa burung dan kami diberi segala sesuatu. Sungguh, (semua) ini benar-benar karunia yang nyata,”

Mukjizat lainnya yang dimiliki Nabi Sulaiman ialah mampu menundukkan jin sehingga mereka bekerja di bawah perintahnya dan menjadi bala tentara. Selain itu, para jin juga bekerja membantu Nabi Sulaiman membangun gedung-gedung tinggi serta pekerjaan berat lainnya.

Dalam surat As Saba’ ayat 13 dijelaskan terkait para jin yang membantu Nabi Sulaiman AS,

يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ ۚ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ

Artinya: “Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Daud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur,”

Tak sampai di situ, Nabi Sulaiman AS bahkan mampu memerintah angin agar tunduk dan menaikinya bersama bala tentaranya. Hal ini dijelaskan dalam surat Shad ayat 36,

فَسَخَّرْنَا لَهُ ٱلرِّيحَ تَجْرِى بِأَمْرِهِۦ رُخَآءً حَيْثُ أَصَابَ

Arab latin: Fa sakhkharnā lahur-rīḥa tajrī bi`amrihī rukhā`an ḥaiṡu aṣāb

Artinya: “Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin yang berhembus dengan baik menurut ke mana saja yang dikehendakinya,”

Wafatnya Nabi Sulaiman terjadi ketika beliau mendatangi sebuah pohon yang tumbuh di Baitul Maqdis. Atas kuasa Allah, Nabi Sulaiman berbicara dengan pohon tersebut, seperti dinukil dari buku Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir.

Pohon yang dikenal sebagai Kharubah itu mengatakan dirinya tumbuh untuk meruntuhkan masjid tempatnya berdiri. Nabi Sulaiman lantas berkata,

“Allah tidak mungkin meruntuhkan masjid ini selama aku masih hidup. Itu artinya, kamu tumbuh untuk mengabarkan kematianku,”

Nabi Sulaiman kemudian mencabut pohon tersebut serta menanamnya di pagar miliknya. Setelah itu, beliau masuk ke dalam mihrab dan mengerjakan salat dengan bersandar pada tongkatnya.

Pada sejumlah sumber dikatakan bahwa tongkat tersebut dibuat Nabi Sulaiman dengan bahan dasar pohon Kharubah yang sempat ia cabut. Kemudian, Nabi Sulaiman wafat tanpa diketahui oleh jin yang bekerja untuknya.

Kisah wafatnya Nabi Sulaiman AS diabadikan pada surat Saba ayat 14,

فَلَمَّا قَضَيْنَا عَلَيْهِ الْمَوْتَ مَا دَلَّهُمْ عَلَىٰ مَوْتِهِ إِلَّا دَابَّةُ الْأَرْضِ تَأْكُلُ مِنْسَأَتَهُ ۖ فَلَمَّا خَرَّ تَبَيَّنَتِ الْجِنُّ أَنْ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ الْغَيْبَ مَا لَبِثُوا فِي الْعَذَابِ الْمُهِينِ

Artinya: “Maka ketika Kami telah menetapkan kematian atasnya (Sulaiman), tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka ketika dia telah tersungkur, tahulah jin itu bahwa sekiranya mereka mengetahui yang gaib tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan,”

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Para Pemuda Kaum Musyrik yang Gagal Mencelakai Nabi di Gua Tsur



Jakarta

Rasulullah SAW bersama sahabat Abu Bakar As-Shiddiq RA pernah bersembunyi di Gua Tsur selama tiga hari. Kala itu, mereka sedang dalam perjalanan untuk hijrah secara sembunyi-sembunyi dari Makkah menuju Madinah.

Perjalanan hijrah beliau mendapat ancaman dari Kaum Quraisy yang berniat membunuhnya. Karena itulah, Rasulullah SAW bersembunyi di Gua Tsur karena takut Kaum Quraisy akan mencarinya kemana-mana.

Disebutkan dalam buku 25 Kisah Nabi & Rasul karya Aan Wulandari Usman, kaum musyrik terus menerus mencari Rasulullah SAW hingga mereka mengadakan sayembara. Barang siapa berhasil menemukan Nabi SAW dan Abu Bakar RA, maka orang tersebut akan diberi hadiah berupa 200 ekor unta.


Namun, para pemuda kaum musyrik gagal mencelakai Nabi di Gua Tsur. Mengapa hal itu bisa terjadi? Berikut ini kisahnya.

Kisah Kaum Musyrik yang Gagal Mencelakai Nabi di Gua Tsur

Kaum musyrik gagal mencelakai Nabi Muhammad SAW di Gua Tsur karena mereka melihat ada sarang laba-laba di tempat tersebut. Tak hanya itu, pemuda kaum musyrik juga melihat ada dua ekor burung dara hutan di lubang gua sehingga mereka yakin tidak ada orang di dalamnya.

Dikisahkan dalam buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Qur’an karya Ridwan Abqary, awalnya kaum musyrik Quraisy begitu marah ketika menyadari telah tertipu Ali bin Abi Thalib yang menyamar menjadi Rasulullah SAW. Nabi SAW kala itu sudah tidak lagi ada di rumahnya ataupun di Makkah.

Mereka mendapati Ali bin Abi Thalib yang tidur di atas kasur Rasulullah SAW. Kaum musyrik pun panik kehilangan sosok yang menjadi buruan mereka. Akhirnya, pencarian pun dilakukan di setiap jengkal Kota Makkah dan daerah sekitarnya.

Semua tempat diperiksa dengan teliti hingga akhirnya mereka melihat ada sebuah gua, yaitu Gua Tsur. Lalu pemuda dari kaum musyrik berjalan ke arahnya dan melihat Abdullah sedang menggembalakan kambing-kambingnya di dekat gua itu.

Pemuda dari kaum musyrik itu bertanya sambil menunjuk ke arah Gua Tsur, “Wahai penggembala, apakah engkau melihat ada seseorang di dalam gua itu?”

“Sudah beberapa hari ini saya menggembala di sini, tetapi tak seorang pun saya lihat masuk ke gua itu,” jawab Abdullah.

Percakapan Kaum Quraisy dengan Abdullah itu begitu keras hingga Nabi SAW dan Abu Bakar mendengarnya dari dalam gua. Beliau tak henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT untuk memohon perlindungan dan pertolongan-Nya. Hanya kepada Allah SWT mereka menyerahkan semua nasib yang menimpanya.

Salah seorang pemuda kaum musyrik bertanya, “Apakah kita akan masuk ke gua ini?”

“Aku yakin tidak ada seorang pun yang masuk ke gua,” timpal seorang pemuda yang lainnya.

“Lihatlah, ada sarang laba-laba menutupi mulut gua. Sarang laba-laba itu sepertinya sudah lama ada di sana. Mungkin sebelum Muhammad lahir pun, sarang laba-laba itu sudah ada.”

Sepasang burung merpati terbang ketika melihat pemuda dari kaum musyrikin hendak masuk ke dalam Gua Tsur. Para pemuda itu juga melihat ada sebutir telur di sarang burung yang terletak di mulut gua.

“Tidak mungkin ada orang yang masuk ke sana. Buktinya, burung merpati itu bisa bertelur di mulut gua,” ucap salah seorang pemuda kaum musyrikin lagi.

Kafir Quraisy yang sedang mencari-cari Nabi SAW pun merasa yakin beliau tidak mungkin ada di dalam Gua Tsur. Apalagi, mereka juga melihat ada sebatang dahan pohon yang terkulai menghalangi mulut gua. Siapapun yang masuk ke dalamnya, harus menyingkirkan dahan-dahan pohon tersebut.

Akhirnya, para pemuda kaum musyrik pun gagal mencelakai Nabi di Gua Tsur karena mereka berangsur-angsur mundur dari tempat itu dan pergi menjauh.

Nabi SAW dan Abu Bakar yang sudah merasa ketakutan di dalam gua pun langsung mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah melindunginya dari serangan orang-orang musyrik.

Atas mukjizat dan kekuasaan-Nya, laba-laba datang dan menganyam sarangnya agar dapat menghalangi pandangan ke dalam gua. Kemudian dua ekor burung merpati juga hinggap dan bertelur di pintu masuk gua. Sebatang pohon pun tumbuh di tempat yang sebelumnya tidak ditumbuhi pepohonan sama sekali. Wallahu ‘alam bish shawab.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yunus AS yang Dilempar ke Laut dan Ditelan Ikan Paus


Jakarta

Kisah Nabi Yunus mungkin merupakan salah cerita yang paling dikenal muslim. Bagaimana mungkin salah satu hamba Allah SWT yang paling terkasih ditelan ikan paus? Sang Nabi bahkan merasa putus asa karena berhari-hari dalam perut ikan besar itu.

Al-Qur’an mencatat kisah Nabi Yunus dalam surat As-Saffat 139-148. Nabi Yunus akhirnya memanjatkan doa pada Allah SWT, hingga dikeluarkan dari perut ikan atas izinNya. Berikut kisah Nabi yang dikenal sebutan Dzun-Nun ini.

Kisah Nabi Yunus AS Menyebarkan Islam

Nabi Yunus AS diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada suatu kaum yang telah menyimpang dari jalan yang benar. Menurut Kitab Qasash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Saefullah MS, kaum yang berada di negeri Ninawa dekat Kota Mosul, Irak.


Masyarakat di kota ini menyembah patung-patung yang mereka dianggap sebagai Tuhan. Mengutip buku Kisah Nabi Yunus AS mengutip buku Kisah 25 Nabi dan Khulafaur Rasyidin oleh Hendro Trilaksono Nabi Yunus mengajak mereka berpikir dan memperhatikan sekitar mereka.

Salah satunya, apakah pantas patung-patung tersebut disembah? Bukankah yang menciptakan alam dan isinya lah yang seharusnya disembah? Nabi Yunus kemudian juga mengajarkan kepada mereka bahwa Allah-lah Tuhan yang harusnya mereka sembah.

Namun, bukan sambutan baik yang Nabi Yunus dapatkan, melainkan penolakan. Kaum tersebut menilai bahwa Nabi Yunus adalah orang asing dan bukan dari golongan mereka. Tak ada hubungan kekerabatan yang antara Nabi Yunus dan mereka.

Sebab kaum tersebut tak menerima ajaran Nabi Yunus, Nabi Yunus bercerita kepada mereka tentang kisah-kisah orang-orang terdahulu yang mengingkari dan menentang Allah. Saat ajaran Nabi dan Rasul tidak ditaati, maka turunlah azab Allah dan mereka kemudian binasa.

Nabi Yunus akhirnya berdoa kepada Allah agar kaum tersebut dihukum. Allah mendatangkan azabnya ketidakpatuhan warga. Tempat tinggal mereka seolah daun yang bergoyang ditiup angin. Mereka tidak mampu berdiri seperti kapal yang terombang-ambing di atas lautan.

Ketika itu, teringatlah kaum tersebut dengan cerita Nabi Yunus tentang kaum-kaum yang telah dibinasakan Allah. Mereka pun baru menyadari kebenaran ajaran Nabi Yunus. Namun saat itu, Nabi Yunus telah pergi meninggalkan mereka.

Kisah Nabi Yunus Dilempar ke Laut

Setelah mengalami penolakan, Nabi Yunus berkelana dan putus asa karena ajarannya tidak dihiraukan. Nabi yang merasa menyerah terus berjalan hingga bertemu kapal yang akan berlayar menyeberangi samudra.

Nabi Yunus ikut dalam pelayaran tersebut bersama penumpang lain. Namun, di tengah perjalanan keadaan berubah memburuk. Kapal hampir tenggelam, sehingga harus ada salah satu menumpang yang dilemparkan ke laut.

Lalu, diadakanlah pengundian untuk menentukan penumpang yang harus keluar dari kapan. Ternyata, nama yang keluar adalah Nabi Yunus. Pengundian diulang tiga kali untuk memastikan penumpang yang akan dilempar ke laut. Namun nama Nabi Yunus terus keluar.

Tersadarlah Nabi Yunus terhadap amarah yang diberikan Allah kepadanya. Beliau tak mengelak dan bertawakal kepada Allah. Hingga akhirnya, Nabi Yunus pun dilemparkan ke laut.

Kisah Nabi Yunus dalam Perut Ikan Paus

Saat tubuhnya seakan tenggelam di Samudera, seekor ikan paus yang sangat besar menelannya. Ketika berada di dalam perut ikan paus, nabi Yunus banyak berdzikir dan berdoa kepada Allah:

لآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Latin: Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn (QS. Al Anbiya 87)

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Setelah 40 hari lamanya, Allah memerintahkan ikan paus untuk mengeluarkan Nabi Yunus ke sebuah daratan yang kering tandus. Di tempat tersebut, Nabi Yunus menemukan makanan sebagai karunia dari Allah SWT.

Di sana, Nabi Yunus juga akhirnya bertemu kembali dengan kaum yang telah bertaubat setelah sebelumnya menolak ajarannya. Mereka hidup damai dalam agama Allah SWT. Kisah Nabi Yunus tertulis dalam Al Quran surat As-Saffat: 139-148

وَإِنَّ يُونُسَ لَمِنَ الْمُرْسَلِينَ

إِذْ أَبَقَ إِلَى الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ

فَسَاهَمَ فَكَانَ مِنَ الْمُدْحَضِينَ

فَالْتَقَمَهُ الْحُوتُ وَهُوَ مُلِيمٌ

فَلَوْلا أَنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُسَبِّحِينَ

لَلَبِثَ فِي بَطْنِهِ إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُونَ

فَنَبَذْنَاهُ بِالْعَرَاءِ وَهُوَ سَقِيمٌ

وَأَنْبَتْنَا عَلَيْهِ شَجَرَةً مِنْ يَقْطِينٍ

وَأَرْسَلْنَاهُ إِلَى مِائَةِ أَلْفٍ أَوْ يَزِيدُونَ

فَآمَنُوا فَمَتَّعْنَاهُمْ إِلَى حِينٍ

Artinya: “Sesungguhnya Yunus benar-benar salah seorang rasul, (ingatlah) ketika ia lari (meninggalkan kewajiban) ke kapal yang penuh muatan. Kemudian ia ikut berundi, lalu dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka ia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka kalau sekiranya dia tidak termasuk orang-orang yang banyak mengingat Allah, niscaya ia akan tetap tinggal di perut ikan itu sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daerah yang tandus, sedangkan ia dalam keadaan sakit. Dan Kami tumbuhkan untuk dia sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih. Lalu mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu yang tertentu.”

Itulah kisah Nabi Yunus yang banyak memiliki hikmah, di antaranya Allah Maha Kuasa menurunkan azab dan mencabut azab kepada siapa yang dikehendakiNya. Selain itu, Allah juga Maha Pengampun kepada hambaNya yang datang bertaubat dan bertawakal.

(row/row)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS dan Dua Pemuda yang Berkelahi


Jakarta

Kisah Nabi Musa tak mungkin dilepaskan dari penguasa sombong Raja Fir’aun. Raja Firaun yang mabuk kuasa tersebut mengangkat dirinya sebagai Tuhan yang harus disembah rakyatnya. Dia juga memerintahkan semua bayi laki-laki yang lahir harus dibunuh.

Di tengah kekacauan tersebut lahirkan Nabi Musa dari orang tua yang terus mengkhawatirkan keselamatannya. Sejarah mencatat, bayi tersebut selamat dan menjadi Nabi pemegang gelar ulul azmi. Dia juga berhasil menyelamatkan kaumnya dari cengkeraman Fir’aun.

Kisah Nabi Musa AS Menjadi Anak Asuh Fir’aun

Mengutip website Darunnajah, Yukabad, isteri Imron bin Qahat bin Lawi bin Yaqub tengah melahirkan bayinya, Musa dengan selamat. Namun, dia merasa sedih dan khawatir kalau bayinya akan dibunuh oleh orang-orang Firaun. Bidan yang membantu kelahirannya pun menjaga kerahasiaan persalinannya.


Sampai bayinya berusia tiga bulan, Allah memberikan ilham kepadanya untik menyembunyikan bayiya dalam sebuah peti yang tertutup rapat. Kemdan membiarkan peti yang berisi bayinya terapung di atas Sungai Nil. Dia pun bertawakal dan melepaskan bayinya di dalam peti dengan memerintahkan kakak Musa untuk mengawasi dan mengikuti peti itu.

Bayi itu pun sampai di puteri raja yang berada di tepi sungai Nil. Kemudian diserahkanlah ia pada ibunya yang bernama Asiah isteri Firaun. Aisah pun lalu memberitahu Firaun tentang bayi laki-laki yang ditemukan dalam peti di atas permukaan sungai nil tersebut.

Firaun segera mengeluarkan perintah untuk membunuh bayi tersebut. Dia khawatir, bayi itu yang diramalkan akan menjadi musuhnya kelak. Namun, Asiah yang sudah terlanjur sayang dengan bayi tersebut meminta Firaun untuk tidak membunuhnya. Maka, selamatlah nyawa putera Yukabad tersebut.

Nama Musa pun diberikan kepada bayi itu yang berarti air dan pohon, sesuai dengan tempat ditemukannya. Dicarikanlah beberapa inang untuk menjadi ibu susuannya. Namun setiap inang ingin menyusuinya, bayi musa menolak dan tidak ingin menyusu.

Hingga pada akhirnya, atas izin Allah, Yukabad yang menjadi ibu susuan bayi Musa. Berbeda dengan sebelumnya, bayi Musa langsung menerima air susu dari ibu kandungnya tersebut dengan lahap. Bayi Musa diserahkan kepada Yukabad selama masa menyusui.

Setelah selesai, dikembalikanlah Musa ke istana. Kisah Nabi Musa ini tercatat dalam QS Al Qashash ayat 7

وَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰٓ أُمِّ مُوسَىٰٓ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِى ٱلْيَمِّ وَلَا تَخَافِى وَلَا تَحْزَنِىٓ ۖ إِنَّا رَآدُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ ٱلْمُرْسَلِينَ

Artinya: “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari para rasul.”

Kisah Nabi Musa dan Dua Pemuda yang Berkelahi

Selama menjadi putra Fir’aun, Nabi Musa hidup dalam lingkungan kerajaan. Mengutip buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, terdapat sebuah peristiwa yang membuat Musa membunuh orang Mesir yang mana adalah kaum Firaun.

Kala itu Musa melihat dua orang laki-laki berkelahi dengan saling pukul. Satu dari golongan Bani Israil, satunya lagi dari kaum Firaun. Pihak yang berasal dari Bani Israil, yang juga dari golongan Nabi Musa meminta pertolongannya.

Nabi Musa lantas menolong orang dari golongan Bani Israil dengan meninju lawannya. Musa pun sama sekali tidak bermaksud membunuhnya. Dia hanya ingin menakut-nakuti dan membuatnya jera. Namun orang yang dipukulnya meninggal dunia.

Kisah ini tercantum dalam QS Al Qashash ayat 15

وَدَخَلَ ٱلْمَدِينَةَ عَلَىٰ حِينِ غَفْلَةٍ مِّنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَٰذَا مِن شِيعَتِهِۦ وَهَٰذَا مِنْ عَدُوِّهِۦ ۖ فَٱسْتَغَٰثَهُ ٱلَّذِى مِن شِيعَتِهِۦ عَلَى ٱلَّذِى مِنْ عَدُوِّهِۦ فَوَكَزَهُۥ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ ۖ قَالَ هَٰذَا مِنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ ۖ إِنَّهُۥ عَدُوٌّ مُّضِلٌّ مُّبِينٌ

Artinya: “Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).”

Peristiwa serupa terulang, namun Nabi Musa memilih jalan lain seperti tercantum dalam QS Al Qashash ayat 18

فَأَصْبَحَ فِى ٱلْمَدِينَةِ خَآئِفًا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا ٱلَّذِى ٱسْتَنصَرَهُۥ بِٱلْأَمْسِ يَسْتَصْرِخُهُۥ ۚ قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰٓ إِنَّكَ لَغَوِىٌّ مُّبِينٌ

Artinya: “Karena itu, jadilah Musa di kota itu merasa takut menunggu-nunggu dengan khawatir (akibat perbuatannya), maka tiba-tiba orang yang meminta pertolongan kemarin berteriak meminta pertolongan kepadanya.” Musa berkata kepadanya: “Sesungguhnya kamu benar-benar orang sesat yang nyata (kesesatannya).”

Nabi Musa tetap berupaya membantu orang Israil tersebut. Saat akan memukul orang Mesir yang menjadi musuh orang Israil itu, dia berkata, “Wahai Musa, apakah engkau bermaksud membunuhku? Sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini) dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.”

Firaun pun pada akhirnya mengetahui bahwa Musa-lah yang menyebabkan satu orang Mesir terbunuh. Maka, dia mengutus ajudannya untuk menjemput Musa. Akan tetapi, utusan tersebut didahului seseorang yang menghampiri Musa.

Dia berkata, “Wahai Musa, sesungguhnya para pembesar negeri sedang berunding tentang engkau untuk membunuhmu. Maka, keluarlah dari kota ini. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang memberi nasehat kepadamu.”

Akhirnya keluarlah Musa dari Mesir dengan rasa takut. Dia pun berdoa, “Ya Tuhanku, selamatkanlah aku dari orang-orang yang zhalim itu.” Nabi Musa pergi ke negeri Madyan sampai waktu yang ditentukan. Di sana Musa mendapatkan kehormatan dan keistimewaan, di antaranya berbicara langsung kepada Allah.”

Itulah sepenggal kisah kelahiran Nabi Musa dan tentang Nabi Musa yang tak sengaja membunuh orang Mesir. Semoga infomasi ini membantumu ya.

(elk/row)



Sumber : www.detik.com

Ibadah Haji Nabi Adam yang Ikuti Cara Tawaf Para Malaikat



Jakarta

Ibadah haji sudah dilakukan sejak zaman Nabi Adam AS. Menurut sejumlah pendapat, Nabi Adam AS mengikuti tata cara tawaf para malaikat.

Kisah haji Nabi Adam AS ini diterangkan dalam Tarikh Ka’bah yang disusun oleh Ali Husni al-Kharbuthli. Ada banyak versi mengenai kisahnya, terutama awal mula pembangunan Ka’bah dan pelaksanaan tawaf.

Para sejarawan ada yang berpendapat bahwa yang pertama kali membangun Ka’bah adalah malaikat. Dikatakan, pada saat Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan menyucikan Engkau?” (QS Al Baqarah: 30)


Dikatakan, Allah SWT murka pada para malaikat dan Dia berpaling. Akhirnya, para malaikat lari menuju ‘Arsy. Mereka menengadah sambil memohon ampun karena takut akan murka Allah SWT.

Lalu, para malaikat tawaf mengelilingi ‘Arsy sebanyak tujuh kali–seperti tawaf jemaah haji di Ka’bah saat ini. Sambil bertawaf, mereka menyeru, “Ya Allah kami datang menyambut panggilan-Mu, kami datang memohon ampunan-Mu, kami memohon ampunan dan bertobat kepada-Mu.”

Melihat itu, kemudian Allah SWT menurunkan rahmat-Nya dan membuat sebuah rumah di bawah ‘Arsy yaitu al-baitul ma’mur. Kemudian Allah SWT berfirman, “Tawaflah kamu mengelilingi rumah ini dan tinggalkanlah ‘Arsy.”

Akhirnya, mereka tawaf di al-baitul ma’mur dan itu dirasa lebih mudah oleh mereka daripada tawaf mengelilingi ‘Arsy.

Selanjutnya, menurut sejarawan sebagaimana diceritakan Ali Husni al-Kharbuthli, Allah SWT memerintahkan para malaikat yang ada di bumi untuk membangun sebuah bangunan yang serupa dengan al-baitul ma’mur.

Kemudian, Allah SWT memerintahkan para malaikat di bumi agar tawaf mengelilingi bangunan tersebut sebagaimana tawafnya para malaikat di langit mengelilingi al-baitul ma’mur.

Menurut versi ini, ketika Nabi Adam AS melaksanakan ibadah haji di Ka’bah, para malaikat berkata, “Semoga hajimu mabrur wahai Adam. Kami telah melakukannya 2000 tahun sebelum engkau diciptakan.”

Imam al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin turut menukil sebuah riwayat yang berisi doa malaikat untuk haji Nabi Adam AS tersebut. Hal itu diriwayatkan oleh Imam al-Mufadhdhal al-Ja’di. Dari jalur yang sama juga diriwayatkan oleh Ibnul Jauzi dalam al-‘Ilal dari hadits Ibnu Abbas RA lalu dikatakan tidak shahih. Adapun, Imam al-Azruqi dalam Tarikh Makkah meriwayatkannya secara mauquf pada Ibnu Abbas RA.

Ibnu Fadhlilah al-Umari dalam bukunya Masalik al-Abshar mengutip riwayat dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash yang menyatakan bahwa Allah SWT menciptakan Ka’bah 2000 tahun sebelum bumi diciptakan. Al-Umari menyandarkan riwayat ini pada Mujahid, Qatadah, dan as-Sudi.

Al-Umari juga meriwayatkan dari Qatadah tentang kisah haji Nabi Adam AS. Dikatakan, Ka’bah turun dari langit bersama Nabi Adam AS. Kemudian, Allah SWT berfirman, “Ketika rumah-Ku turun bersamamu, maka bertawaflah mengelilinginya, sebagaimana para malaikat mengelilingi ‘Arsy-Ku.”

Maka, Nabi Adam AS pun bertawaf mengelilinginya, demikian juga orang mukmin yang hidup setelahnya. Hingga saat terjadi banjir di masa Nabi Nuh AS, Allah SWT mengangkat Ka’bah kembali ke langit agar tidak dicemari dosa penduduk bumi.

Saat itu, Ka’bah dimuliakan di langit. Nabi Ibrahim AS kemudian menelusuri jejaknya dan membangun Ka’bah yang baru, tapi dengan fondasi dari Ka’bah yang lama. Demikian menurut riwayat yang berasal dari Qatadah sebagaimana dinukil al-Umari.

Ada pendapat yang menyebut bahwa Nabi Adam AS melakukan ibadah haji sebanyak 40 kali dari India dengan berjalan kaki. Pendapat ini termuat dalam Kitab I’anat al Tholibin yang dinukil Imaduddin Utsman al-Bantanie dalam Buku Induk Fikih Islam Nusantara.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Sulaiman yang Berhasil Penjarakan Iblis



Jakarta

Nabi Sulaiman mendapatkan banyak mukjizat dari Allah SWT. Semasa hidup, ia bisa berkomunikasi dengan hewan dan bangsa jin, ia juga berhasil menjadi raja yang kaya. Termasuk mukjizat dari Allah SWT yakni keberhasilan Nabi Sulaiman menangkap dan memenjarakan iblis.

Mengutip buku The Leadership of Sulaiman oleh Ibnu Mas’ud, dikisahkan dalam sebuah riwayat yang menyebutkan sebutkan bahwa Nabi Sulaiman pernah memohon kepada Allah untuk menangkap iblis.

“Ya Allah, Engkau telah menundukkan bagiku manusia, jin, binatang buas, burung-burung, dan para malaikat. Ya Allah, aku ingin menangkap iblis, memenjarakan, merantai serta mengikatnya, sehingga manusia tidak melakukan dosa dan maksiat lagi,” pinta Nabi Sulaiman kepada Allah SWT.


Tujuan Nabi Sulaiman menangkap iblis hanya satu, yaitu agar tidak ada lagi yang mengganggu manusia.

Allah SWT sebenarnya melarang Nabi Sulaiman menangkap iblis, karena perbuatan tersebut tidak ada gunanya. Tetapi, Nabi Sulaiman bersikukuh ingin menangkap dan memenjarakan iblis.

Allah SWT: “Wahai Sulaiman, tidak ada gunanya jika iblis ditangkap.”

Nabi Sulaiman: “Ya Allah, keberadaan makhluk terkutuk ini tidak ada kebaikan di dalamnya.”

Allah SWT: “Jika iblis ditangkap, maka banyak pekerjaan manusia yang akan ditinggalkan.”

Nabi Sulaiman: “Ya Allah, aku ingin menangkap makhluk terkutuk ini beberapa hari saja.”

Setelah mendapat izin dari Allah SWT, Nabi Sulaiman pun menangkap iblis dan memenjarakannya. Setelah iblis ditangkap, Nabi Sulaiman memerintahkan anak buahnya pergi ke pasar untuk menjual tas hasil kerajinan kerajaan.

Uang hasil penjualan tas ini akan digunakan untuk membeli gandum. Nabi Sulaiman memang dikenal sebagai raja yang kaya raya namun ia tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam buku Perjumpaan Dengan Iblis oleh Muhammad Syahir Alaydrus, dijelaskan ada beberapa riwayat yang menyebutkan bahwa setiap hari di dapur (istana) Nabi Sulaiman dimasak 4.000 ekor unta, 5.000 ekor sapi, dan 6.000 ekor kambing. Meski demikian, Nabi Sulaiman tetap membuat tas dan menjualnya ke pasar untuk mencari makan.

Sayangnya saat hendak menjual tas, anak buah Nabi Sulaiman mendapati pagi itu pasar tutup. Tidak ada satu pun orang yang berjualan.

Atas kejadian tersebut, dilaporkanlah hal tersebut kepada Nabi Sulaiman. Nabi Sulaiman bertanya, “Kenapa bisa begitu? Apa yang terjadi?” Tidak ada jawaban.

Setelah peristiwa itu berlangsung beberapa hari, Nabi Sulaiman akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Allah SWT, “Ya Allah, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa orang-orang tidak bekerja mencari nafkah?”

Dan, Allah SWT menjawab, “Wahai Sulaiman, engkau telah menangkap iblis itu, sehingga akibatnya manusia tidak bergairah bekerja mencari nafkah. Bukankah sebelumnya telah Aku katakan padamu bahwa menangkap iblis tidak mendatangkan kebaikan?”

Iblis yang ditangkap Nabi Sulaiman berhenti menggoda manusia sehingga manusia tidak lagi bersemangat mencari hal yang sifatnya duniawi.

Akhirnya, Nabi Sulaiman pun segera melepaskan iblis. Keesokan harinya, orang-orang kembali pada aktivitasnya di pasar. Membuka kios, bekerja dan mencari nafkah untuk kehidupan duniawi.

Demikianlah kisah kehebatan Nabi Sulaiman. Sebagai manusia beriman, ia diberi kelebihan oleh Allah SWT mampu menangkap iblis, menguasai jin, menundukkan angin dan binatang, dan menjadi raja atas manusia. Dengan kekuatan dan mukjizat tersebut Nabi Sulaiman tetap takwa kepada Allah SWT dan bersikap bijaksana.

(dvs/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Muhammad SAW Menggembala Kambing di Masa Kecil



Jakarta

Nabi Muhammad SAW pernah menggembala kambing semasa kecil. Beliau menjadi salah satu nabi yang memiliki kambing dan merawatnya bersama Halimah, ibu susuannya.

Mengutip buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 oleh Moenawar Khalil, kisah Nabi Muhammad SAW menggembala kambing dijelaskan dalam beberapa hadits.

Nabi Muhammad SAW telah ditinggal sang ayah, ketika beliau masih berusia dua bulan dalam kandungan ibunya, Aminah. Ketika meninggal dunia, sang ayah, Abdullah bin Abu Muthalib tidak meninggalkan harta benda yang banyak, kecuali lima ekor unta, beberapa ekor kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian menjadi perawat dan pengasuh pribadi beliau yang amat setia di rumah ibunya.


Sejak dilahirkan sebagai anak yatim, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memiliki harta benda dan perhiasan dunia sebagaimana kebiasaan anak-anak bangsawan Quraisy lainnya.

Ketika beliau berusia kurang lebih empat tahun, yaitu waktu berada di bawah asuhan Halimah di dusunnya, dengan kehendak sendiri telah ikut menggembala kambing milik ibu susuannya, Halimah, bersama-sama dengan anak Halimah.

Mengutip buku Nabi Muhammad SAW – Kisah Manusia Paling Mulia di Dunia oleh Neti S, Aisyah Fad dan Endah W dikisahkan suatu saat, Muhammad kecil sedang menggembala kambing bersama sama saudara sepersusuannya kemudian datanglah malaikat Jibril menghampiri Muhammad dalam wujud manusia.

Malaikat Jibril memegang tangan mungil Muhammad. Hal itu membuat Muhammad kecil kaget dan pingsan.

Jibril membaringkan Muhammad di atas batu. Kemudian, ia membelah dada Muhammad dan mengeluarkan segumpal darah berwarna hitam dari hati Muhammad. Mereka membuang gumpalan darah hitam itu dari hati Muhammad.

Hati Muhammad dicuci hingga bersih dengan air zamzam dalam bejana emas. Setelah itu, Jibril menempatkan kembali hati tersebut di tempat semula.

Saudara-saudara susuan Muhammad ketakutan ketika melihat Muhammad dibelah dadanya oleh dua laki-laki jelmaan malaikat itu.

Mereka berlari pulang mengadukan hal tersebut kepada ibunya, Halimah.

“lbu…Ibu…Muhammad….dibunuh! Muhammad dibunuh!” jerit mereka ketakutan sambil menunjuk-nunjuk ke arah padang gembalaan.

“Ada apa dengan saudaramu?” tanya Halimah cemas.

“Muhammad…, ada orang yang ingin mencelakainya,” jawab anak itu terbata-bata.

Halimah terkejut dan cemas mendengar kabar yang disampaikan oleh anak-anaknya. Dengan perasaan cemas ia berlari menyusul Muhammad ke padang gembalaan kambing mereka.

Ketika sampai ke sana, Halimah tidak melihat sesuatu yang mengkhawatirkan telah terjadi pada diri Muhammad. la menemui Muhammad yang sedang asyik menggembalakan kambing dalam kondisi baik-baik saja. Muhammad terlihat sehat, bahkan rona wajahnya terlihat lebih cerah dari biasa.

“Apa yang telah terjadi padamu, wahai anakku?” tanya Halimah sambil merangkul Muhammad kecil.

“Dua orang laki-laki berjubah putih telah mengambil sesuatu dari tubuhku,” jawab Muhammad dengan lugu sambil memeluk ibu susunya itu.

“Apa itu?” tanya Halimah dengan wajah khawatir.

“Aku tidak tahu,” jawab Muhammad

“Kamu tidak apa-apa?” Halimah masih lemah sambil memeriksa tubuh anak susuannya itu. Namun, ia tidak menemukan kejanggalan apa pun pada diri Muhammad.

Karena khawatir, Halimah segera membawa Muhammad dan anak-anaknya pulang. Halimah kemudian membawa Muhammad kembali ke rumah ibunya, Aminah.

Nabi Muhammad kecil juga dikenal sebagai penggembala kambing milik penduduk Makkah.

Selanjutnya, setelah Nabi Muhammad kecil ditinggal wafat oleh ibunya. Beliau diasuh oleh sang kakek yang pada masa itu memegang kekuasaan di Makkah. Meskipun demikian, beliau tidak merasa malu untuk bekerja menggembala kambing sebagai buruh penggembala kambing milik
orang Makkah. Dari pekerjaan ini, Nabi Muhammad SAW memperoleh upah.

Riwayat pekerjaan sebagai penggembala kambing milik orang Makkah itu, oleh beliau sendiri pernah dinyatakan dengan sabdanya kepada sebagian sahabat ketika beliau telah menjadi nabi dan rasul Allah, yang bunyinya menurut riwayat sebagai berikut,
“Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan dia pernah menggembala kambing. “Para sahabat bertanya, “Dan engkau, ya Rasulullah?” Beliau bersabda. “Dan, aku sudah pernah juga menggembala kambing milik orang Makkah dengan menerima upah yang tidak seberapa banyaknya.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain, beliau bersabda,

“Nabi Musa diutus dan dia seorang penggembala kambing, dan Nabi Daud diutus dan dia seorang penggembala kambing, dan aku diutus dan aku juga menggembala kambing ahliku (keluargaku) di kampung Jiyad.” (HR. an Nasa’i)

Selanjutnya setelah berusia dua belas tahun, Nabi Muhammad ikut pamannya, Abu Thalib, untuk berniaga ke negeri Syam untuk berjualan. Tetapi, karena ada hal-hal yang sangat mencemaskan pamannya, pamannya tidak lagi berangkat ke negeri Syam untuk berniaga.

Itulah kisah singkat Nabi Muhammad SAW yang pernah menggembala kambing sewaktu kecil.

(dvs/nwk)



Sumber : www.detik.com