Tag Archives: kisah nabi

Kisah Nabi Muhammad dan Anggur Asam dari Lelaki Miskin



Jakarta

Kisah Nabi Muhammad SAW merupakan sumber inspirasi dan pembelajaran bagi umat Islam. Salah satu kisah menarik dari kehidupan Nabi Muhammad SAW adalah kisahnya dengan anggur asam yang diberikan oleh seorang lelaki miskin.

Anggur merupakan buah yang istimewa. Buah dengan rasa manis ini memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Buah anggur disebutkan sebanyak 14 kali dalam Al-Qur’an dan terdapat kisah Nabi Muhammad SAW bersama buah anggur.

Ayat Al-Qur’an tentang Anggur

Allah SWT telah berfirman dalam beberapa ayat Al Qur’an tentang buah anggur.


Surah An Nahl ayat 11,

يُنْۢبِتُ لَكُمْ بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُوْنَ وَالنَّخِيْلَ وَالْاَعْنَابَ وَمِنْ كُلِّ الثَّمَرٰتِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيَةً لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ ١١

Artinya: “Dengan (air hujan) itu Dia menumbuhkan untukmu tumbuh-tumbuhan, zaitun, kurma, anggur, dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berpikir.”

Surah Al Isra ayat 91,

اَوْ تَكُوْنَ لَكَ جَنَّةٌ مِّنْ نَّخِيْلٍ وَّعِنَبٍ فَتُفَجِّرَ الْاَنْهٰرَ خِلٰلَهَا تَفْجِيْرًاۙ ٩١

Artinya: “atau engkau mempunyai sebuah kebun kurma dan anggur, lalu engkau alirkan di celah-celahnya sungai yang deras alirannya,”

Surah Ar Ra’d ayat 4,

وَفِى الْاَرْضِ قِطَعٌ مُّتَجٰوِرٰتٌ وَّجَنّٰتٌ مِّنْ اَعْنَابٍ وَّزَرْعٌ وَّنَخِيْلٌ صِنْوَانٌ وَّغَيْرُ صِنْوَانٍ يُّسْقٰى بِمَاۤءٍ وَّاحِدٍۙ وَّنُفَضِّلُ بَعْضَهَا عَلٰى بَعْضٍ فِى الْاُكُلِۗ اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّعْقِلُوْنَ ٤

Artinya: “Di bumi terdapat bagian-bagian yang berdampingan, kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman, dan pohon kurma yang bercabang dan yang tidak bercabang. (Semua) disirami dengan air yang sama, tetapi Kami melebihkan tanaman yang satu atas yang lainnya dalam hal rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar (terdapat) tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang mengerti.”

Kisah Nabi Muhammad dan Anggur Asam dari Lelaki Miskin

Dikutip dari buku Rumah Cinta Rasul karya Dewi Ambarsari, Nabi Muhammad SAW memiliki kisah dengan anggur asam.

Pada suatu hari, Nabi Muhammad SAW dihampiri oleh lelaki miskin yang membawa segenggam buah anggur. Buah anggur tersebut ditujukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai hadiah.

Lelaki miskin itu berkata, “Wahai Rasulullah, terimalah buah anggur ini sebagai hadiah kecil dariku.” Ia sangat senang dan bersemangat ketika memberikan buah anggur itu kepada Nabi Muhammad SAW.

Nabi Muhammad SAW pun menerima buah anggur pemberian lelaki miskin itu dan mengambil satu butir untuk dimakannya.

Saat itu, Nabi Muhammad SAW sedang bersama para sahabatnya. Para sahabat sangat berharap agar Nabi Muhammad SAW membagikan buah anggur itu kepada mereka.

Bukannya membagi, Nabi Muhammad SAW justru menghabiskan anggur tersebut seorang diri dan tidak menyisakan untuk sahabatnya.

Lelaki miskin tersebut sangat senang karena Nabi Muhammad SAW menghabiskan anggur pemberiannya. Kemudian ia pamit dengan hati yang gembira.

Para sahabat pun heran, hingga bertanya, “Wahai Rasulullah kenapa kau makan semua anggur itu dan tanpa sama sekali menawarkannya kepada kami?”

Nabi Muhammad SAW tersenyum dan berkata, “Aku makan semua anggur itu karena rasa buah anggur itu asam. Jika aku menawarkannya pada kalian, aku khawatir kalian tidak dapat menahan rona muka yang tidak mengenakkan. Hal itu bisa menyakiti hati lelaki tersebut. Jadi aku berpikir lebih baik aku makan semuanya demi menyenangkan sang pemberi anggur. Aku tidak ingin menyakiti hati lelaki tersebut.”

Dari kisah Nabi Muhammad dan anggur asam, terdapat beberapa pelajaran seperti untuk saling berbagi dan menghargai usaha yang telah dilakukan oleh orang yang telah memberikan sesuatu.

Manfaat Anggur

Mengutip dari sumber sebelumnya, buah anggur memiliki banyak manfaat. Jika dikonsumsi secara rutin dalam bentuk alami, buah anggur dapat memberi manfaat kesehatan. Berikut beberapa manfaat anggur:

1. Mencegah kanker karena anggur mengandung antioksidan
2. Biji anggur dapat mencegah penuaan dini
3. Menyeimbangkan kadar kolesterol, sehingga mencegah penyakit stroke
4. Menjaga kesehatan jantung
5. Mengatasi insomnia

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Tongkat Nabi Musa Berubah Jadi Ular saat Hadapi Penyihir Firaun



Jakarta

Al-Qur’an menyajikan kisah para nabi dengan berbagai mukjizat dari Allah SWT. Salah satunya kisah tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular.

Diceritakan dalam Qashash al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir, kisah tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular berawal ketika Allah SWT mengutus Nabi Musa AS untuk menghadap Fir’aun, raja Mesir yang menyembah berhala dan menindas Bani Israil. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meminta Fir’aun agar melepaskan Bani Israil dari perbudakan mereka.

Ketika Nabi Musa AS menginjak dewasa, ia mendapati perkelahian antara kaum Bani Israil dengan kaum Qibthi, kafir yang menyekutukan Allah SWT dan mendukung Fir’aun.


Nabi Musa AS memukul lelaki Qibthi tersebut dengan tongkat di tangannya dengan tujuan peringatan dan menakut-nakutinya. Namun, lelaki Qibthi tersebut meninggal. Nabi Musa AS pun ketakutan dengan Fir’aun dan bala tentaranya karena masyarakat mulai membocorkan informasi tersebut ke kalangan istana.

Fir’aun pun mengetahuinya dan mengutus orang untuk mencari dan menangkap Nabi Musa AS. Utusan Fir’aun tersebut memiliki hubungan dekat dengan Nabi Musa AS, sehingga ia memberitahukan Nabi Musa AS untuk segera keluar dari Mesir. Nabi Musa AS pun keluar dari Mesir dan menuju ke Kota Madyan.

Di Kota Madyan, Nabi Musa AS bekerja dan menikah dengan wanita penggembala kambing.

Setelah tugas Nabi Musa AS di Kota Madyan selesai, ia meninggalkan Kota Madyan bersama istrinya menuju Mesir. Di tengah perjalanan, Nabi Musa AS mendapati mukjizat Allah SWT. Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk melemparkan tongkatnya ke tanah dan tongkat Nabi Musa AS tersebut berubah menjadi ular. Allah SWT memerintahkan mengulurkan tangan Nabi Musa AS dan mengambil ekor ular tersebut, ular tersebut berubah menjadi tongkat lagi.

Setibanya di Mesir, Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS (saudaranya) menghadap Fir’aun dan menyampaikan kerasulannya. Mereka juga menyampaikan perintah Allah SWT agar Fir’aun dan kaumnya menyembah Allah SWT dan tidak menyekutukan-Nya serta melepaskan tahanan Fir’aun.

Fir’aun justru menyombongkan diri dan berbuat sewenang-wenang. Hingga terjadilah perdebatan antara Fir’aun dengan Nabi Musa AS.

Fir’aun meminta Nabi Musa AS untuk menunjukkan mukjizat Allah SWT. Atas permintaan tersebut, Nabi Musa AS melemparkan tongkatnya dan tongkat Nabi Musa AS berubah menjadi ular raksasa yang sangat menyeramkan dengan mulut menganga mendekati Fir’aun. Fir’aun yang ketakutan lantas memerintahkan Nabi Musa AS menyingkirkan ular tersebut. Kejadian itu sampai membuat Fir’aun harus buang air besar 40 kali dalam sehari.

Kemudian, Nabi Musa AS menunjukkan mukjizat lainnya, yaitu dengan memulihkan keadaan tangannya yang putih bercahaya menjadi normal seperti semula di hadapan Fir’aun.

Nabi Musa AS pun meminta Fir’aun untuk mengumpulkan para penyihir. Ketika para penyihir hadir dan bersiap menghadapi Nabi Musa AS, beliau melemparkan tongkatnya kembali. Tongkat Nabi Musa AS berubah menjadi ular raksasa dan menyedot tongkat serta tali yang menyerupai ular hidup dari para penyihir itu.

Allah SWT telah menghancurkan kesombongan Fir’aun dan para pengikutnya dengan peristiwa yang mencengangkan tersebut.

Fir’aun pun berjanji kepada Nabi Musa AS bahwa dia akan melepaskan Bani Israil. Namun, Fir’aun tidak mau menanggapi dan memenuhi janjinya tersebut. Fir’aun mengatakan bahwa ia akan melepaskan Bani Israil jika Nabi Musa AS berhasil menghentikan wabah dan bencana di kerajaannya. Namun Fir’aun mengingkarinya.

Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meninggalkan Mesir bersama Bani Israil. Mengetahui hal itu, Fir’aun bersama pasukannya mengejar rombongan Nabi Musa AS.

Ketika akan tiba di lautan, Allah SWT memberikan menurunkan wahyu ke lautan agar membukakan jalan untuk Nabi Musa AS dan pengikutnya.

Setelah tiba di tepi lautan, Nabi Musa AS memukul tongkatnya dan terbukalah lautan hingga menjadi jalan untuk melarikan diri dari kejaran Fir’aun dan pasukannya.

Setelah Nabi Musa AS dan pengikutnya berhasil menyeberangi lautan, Nabi Musa AS pun memukul tongkatnya kembali dan lautan pun kembali menutup jalannya, hingga Fir’aun dan pasukannya binasa karena tenggelam di lautan.

Wallahu a’lam.

Hikmah dari Kisah Tongkat Nabi Musa Berubah Menjadi Ular

Dikutip dari buku Cerita-cerita Al-Qur’an Penuh Hikmah karya Albi Kustaman dan Anggit Kurniadi, hikmah dari kisah tongkat Nabi Musa AS yang berubah menjadi ular yaitu:

  • Menjauhkan diri dari sikap sombong dan keras kepala
  • Melembutkan hati agar mudah menerima kebenaran Allah SWT
  • Meyakinkan diri untuk menjalankan kebenaran Allah SWT dengan cara yang benar

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Penciptaan Hawa untuk Nabi Adam dalam Al-Qur’an, Seperti Apa?



Jakarta

Kisah penciptaan Hawa dalam Al-Qur’an tercantum dengan jelas pada beberapa ayat. Hawa tercipta dari tulang rusuk Nabi Adam AS untuk menjadi temannya saat di dunia.

Adam dan Hawa adalah manusia pertama yang diciptakan oleh Allah SWT. Keduanya mencintai satu sama lain sehingga bisa berkembang biak di bumi dan menghasilkan keturunan manusia hingga saat ini.

Hal yang menarik mengenai penciptaan Hawa adalah dirinya diciptakan oleh Allah SWT dari tulang rusuk Adam. Berikut adalah bukti yang dijelaskan dalam buku Qashash Al-Anbiyaa’ karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Dudi Rosyadi.


Ketika Allah SWT menciptakan Adam dan Hawa, Dia memerintahkan keduanya untuk tinggal di dalam surga. Sebagaimana dalam surah Al-Baqarah ayat 35 yang artinya,

“Dan Kami berfirman, “Wahai Adam! Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga, dan makanlah dengan nikmat (berbagai makanan) yang ada di sana sesukamu. (Tetapi) janganlah kamu dekati pohon ini, nanti kamu termasuk orang-orang yang zalim.”

Selanjutnya, Allah SWT juga menyebutkan kisah penciptaan Hawa dalam Al-Qur’an surah Al-A’raf ayat 18-19 yang artinya,

Dia (Allah) berfirman, “Keluarlah kamu darinya (surga) dalam keadaan terhina dan terusir! Sungguh, siapa pun di antara mereka yang mengikutimu pasti akan Aku isi (neraka) Jahanam dengan kamu semua.” (Allah berfirman,) “Wahai Adam, tinggallah engkau dan istrimu di surga (ini). Lalu, makanlah apa saja yang kamu berdua sukai dan janganlah kamu berdua mendekati pohon yang satu ini sehingga kamu berdua termasuk orang-orang yang zalim.”

Diambil dari ayat-ayat tersebut, Ibnu Ishaq bin Yasar menyimpulkan bahwa penciptaan Hawa terjadi sebelum Nabi Adam AS masuk ke dalam surga. Terbukti dengan Allah SWT mengatakan, “Wahai Adam! Tinggallah kamu dan istrimu di dalam surga.”

Cerita lain mengenai penciptaan Hawa diungkapkan As-Suddi yang meriwayatkan dari Abu Saleh dan Abu Malik, dari Ibnu Abbas, mereka mengatakan bahwa ketika Adam dikeluarkan dari surga, ia berjalan sendirian tanpa ada pendamping yang menentramkan hatinya.

Ketika dirinya bangun dari tidurnya, ia melihat seorang wanita sedang duduk di samping kepalanya, wanita itu diciptakan dari tulang rusuknya.

Kemudian Nabi Adam AS bertanya, “Siapa kamu?”

“Aku adalah seorang wanita.” Jawab wanita tersebut.

“Untuk apa kamu diciptakan?” Tanya Adam lagi.

Wanita itu pun menjawab, “Agar kamu dapat merasa tenteram di sampingku.”

Para malaikat lalu menanyakan kepada Adam mengenai nama wanita tersebut. Kemudian, Nabi Adam AS menamainya Hawa sebab ia diciptakan dari suatu kehidupan.

Pendapat mengenai kisah Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam, juga didukung dengan ayat Al Quran surah An-Nisa https://www.detik.com/hikmah/quran-online/an-nisa/494 ayat 1, yang artinya,

Wahai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu (Adam) dan Dia menciptakan darinya pasangannya (Hawa). Dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.) Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu.

Selain itu, kisah penciptaan hawa dalam Al Quran selanjutnya, terdapat pada surah Al-A’raf ayat 189 yang terjemahannya,

Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan darinya Dia menjadikan pasangannya agar dia cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Kemudian, setelah ia mencampurinya, dia (istrinya) mengandung dengan ringan. Maka, ia pun melewatinya dengan mudah. Kemudian, ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) memohon kepada Allah, Tuhan mereka, “Sungguh, jika Engkau memberi kami anak yang saleh, pasti kami termasuk orang-orang yang bersyukur.”)

Hal ini diperkuat lagi dengan sabda Rasulullah SAW mengenai wanita. Beliau bersabda, “Aku berwasiat kepada kalian untuk memperlakukan para wanita dengan baik, karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, dan bagian paling condong (bengkok) dari tulang rusuk adalah bagian paling atas, apabila kamu paksa meluruskannya maka kamu akan membuatnya menjadi patah, namun jika kamu biarkan saja maka ia akan tetap bengkok. Maka dari itu, aku berwasiat kepada kalian untuk memperlakukan para wanita dengan baik.” (HR Bukhari)

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yusuf Menafsirkan Mimpi Raja Mesir tentang Kemarau Panjang



Jakarta

Nabi Yusuf as adalah putra Nabi Yaqub as. Allah SWT memberikan anugerah berupa paras yang rupawan kepada Nabi Yusuf as. Selain itu, ia juga mendapat mukjizat bisa menafsirkan mimpi.

Kemampuannya menafsirkan mimpi ini kemudian membuat Nabi Yusuf as kemudian diangkat sebagai bendahara kerajaan oleh sang Raja Mesir. Kejadian ini pula yang membuat Nabi Yusuf as bisa kembali bertemu ayah tercinta setelah berpisah bertahun-tahun.

Mimpi Sang Raja

Mengutip buku Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Muchtam, dikisahkan pada suatu hari, Raja Mesir bermimpi aneh. “Sesungguhnya, aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang terkemuka, terangkanlah kepadaku tentang arti mimpiku itu jika kamu dapat menafsirkan mimpi.”


Para juru ramal yang diundang mulai berpikir. Akan tetapi, seluruh juru ramal tidak ada yang mampu menafsirkan mimpi tersebut.

Hal ini membuat Sang Raja kecewa. Ia resah dengan mimpi yang dialaminya tersebut. Pada saat itulah, pelayan raja yang mimpinya pernah ditafsirkan oleh Nabi Yusuf teringat kepada Nabi Yusuf.

Pelayan tersebut kemudian mendatangi Nabi Yusuf dan memanggilnya ke hadapan raja. Raja kemudian menceritakan mengenai mimpi yang dilihatnya saat terlelap.

Kemudian Yusuf berkata, “Arti tafsir mimpi ini adalah bahwa negeri Mesir akan mengalami masa subur selama tujuh tahun, tetapi kemudian negeri Mesir akan mengalami kemarau panjang selama tujuh tahun pula.”

Raja berkata, “Sungguh situasi yang berat. Lalu, bagaimana cara mengatasi masalah tersebut”

Nabi Yusuf menjawab, “Simpanlah hasil gandum kalian di waktu musim subur sebagai bekal untuk bertahan di musim kemarau yang panjang.”

Nabi Yusuf Dibebaskan dari Hukuman

Sebelum menemui Raja untuk menafsirkan mimpinya, Nabi Yusuf as tengah menjalani hukuman atas tuduhan fitnah. Setelah berhasil menafsirkan mimpi Raja, ia pun mendapat kesempatan untuk dibebaskan.

Raja yang puas mendengar penjelasan tentang mimpinya kemudian memerintahkan pengawalnya agar membebaskan Nabi Yusuf as. Akan tetapi, ia menolak dibebaskan sebelum perkaranya disidangkan dan ia diputuskan tidak bersalah.

Akhirnya, Nabi Yusuf as diputus tidak bersalah oleh raja. Ia pun dibebaskan.

Tak hanya itu, Raja Mesir kemudian menjadikan Nabi Yusuf as sebagai salah satu orang kepercayaannya.

Mendengar penawaran tersebut. Yusuf berkata kepada raja, “Jika memang engkau percaya kepadaku. jadikanlah aku bendaharawan negara. Sesungguhnya, aku mampu menjaga juga berpengetahuan dalam hal tersebut.”

Kemarau Panjang yang Melanda Mesir

Sebagaimana mimpi raja yang pernah ditafsirkan Nabi Yusuf, negeri Mesir pun dilanda kemarau yang sangat panjang. Banyak rakyat yang kehabisan gandum.

Raja tidak khawatir karena telah memiliki stok makanan yang cukup banyak. Rakyat sekitar yang kehabisan bahan makanan lantas berbondong-bondong datang ke Kerajaan Mesir.

Hal ini juga dilakukan saudara-saudara Nabi Yusuf yang dulu pernah mencelakainya. Mereka pun datang ke Kerajaan Mesir dan mencoba untuk meminta bantuan pangan.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, saudara-saudara Nabi Yusuf sampai di Mesir. Mereka langsung menuju kerajaan.

Nabi Yusuf yang melihat para saudaranya ini langsung mengenali mereka satu per satu. Akan tetapi, saudara-saudaranya tidak mengenalinya karena penampilan Nabi Yusuf yang berbeda.

Nabi Yusuf lantas memberikan gandum kepada mereka. Sebelum para saudaranya ini pulang, Nabi Yusuf berpesan, jika datang kembali, mereka harus membawa serta saudara bungsu mereka, yaitu Bunyamin.

Mereka merasa heran bagaimana Yusuf mengetahui tentang Bunyamin. Akan tetapi, mereka tidak terlalu memikirkannya. Permasalahan mereka lebih besar dibanding dengan memikirkan keanehan tersebut.

Sesampainya di kampung halamannya, mereka menyampaikan pesan tersebut kepada ayah mereka, “Wahai Ayah, kami tidak akan mendapat gandum lagi jika tidak membawa Bunyamin. Oleh sebab itu, biarkanlah Bunyamin pergi bersama kami agar kami mendapat gandum. Kami akan menjaganya dengan baik.”

Mendengar permintaan tersebut, Nabi Yaqub ragu dan tidak percaya. Ia khawatir peristiwa kehilangan Nabi Yusuf akan terulang kembali.

Setelah anak-anaknya meyakinkan dan juga memikirkan tentang persediaan makanan yang mulai menipis, akhirnya Nabi Yaqub as mengizinkan Bunyamin pergi.

Nabi Yaqub meminta janji dari mereka untuk menjaga Bunyamin dengan sebaik mungkin.

Bunyamin Ditahan di Kerajaan

Setelah sampai di kerajaan, mereka disambut baik oleh Nabi Yusuf. Mereka diberikan tempat istirahat yang nyaman. Mereka merasa senang karena mereka disambut dengan kehangatan.

Sementara itu, Yusuf mencari kesempatan untuk bisa berbicara dengan Bunyamin karena ia telah lama merindukannya. Akhirnya, kesempatan itu pun tiba.

Nabi Yusuf mengundang Bunyamin untuk bertemu di ruangannya. Yusuf berkata, “Sesungguhnya aku adalah saudaramu. Janganlah kamu berduka cita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Saat saudara-saudara Nabi Yusuf hendak kembali pulang, tanpa sepengetahuan saudara-saudaranya, Yusuf memasukkan cangkir emas milik kerajaan ke kantong Bunyamin.

Ketika para pengawal kerajaan memeriksa di pintu keluar kerajaan, mereka menemukan tempat minum milik kerajaan dalam kantong yang dibawa oleh Bunyamin.

Hal ini terpaksa membuat Bunyamin ditangkap dan ditahan. Bunyamin tidak bisa pulang bersama saudara- saudaranya. Saudara-saudara Bunyamin berusaha untuk bisa membebaskan adiknya.

Mereka memohon dengan berkata. “Wahai Tuan, sesungguhnya ia memiliki ayah yang sudah lanjut usia. Oleh karena itu, ambillah salah seorang dari kami sebagai pengganti adik kami”

Yusuf berkata, “Sesungguhnya kami menahan adikmu karena ia terbukti telah mengambil barang milik kerajaan. Oleh sebab itu, kami tidak bisa membebaskannya. Jika kalian ingin adik kalian bebas, kembalilah kalian dan bawa ayah kalian ke sini untuk mengambil adik kalian.”

Akhirnya, mereka pulang tanpa membawa serta Bunyamin. Sesampainya di Palestina, mereka menyampaikan kabar penahanan Bunyamin. Kabar tersebut tentu saja membuat Nabi Yaqub merasa sangat sedih.

Pertemuan Nabi Yusuf, Nabi Yaqub dan Bunyamin

Ketika persediaan bahan makanan kembali habis, saudara-saudara Nabi Yusuf kembali mendatangi kerajaan. Sesampainya di sana, mereka menceritakan kondisi yang dialami ayah mereka.

“Wahai Tuan, kami dan keluarga kami telah ditimpa kesengsaraan dan kami datang membawa barang-barang yang tidak berharga. Ayah kami senantiasa bersedih karena telah kehilangan dua orang yang sangat dicintainya. Setiap hari beliau menangis. Sekarang kami kekurangan makanan. Oleh karena itu, kami memohon kepada Tuan untuk memberikan gandum kepada kami,” ujar salah seorang saudara Nabi Yusuf.

Mendengar kabar tersebut, Nabi Yusuf sangat sedih dan iba. Ia tidak mampu lagi menahan perasaannya untuk memberitahukan siapa sebenarnya dirinya. Nabi Yusuf berkata, “Apakah kalian tahu kejahatan yang telah kalian lakukan terhadap Yusuf dan saudaranya?”

Kembali Nabi Yusuf berkata, “Tahukah kalian, sesungguhnya akulah Yusuf yang pernah kalian lemparkan ke dalam sumur.”

Mendengar ucapan Nabi Yusuf, terkejutlah mereka kemudian bertanya dengan ragu, “Apakah kamu benar-benar Yusuf?”

Pengakuan Yusuf benar-benar membuat mereka kaget. Mereka semakin yakin bahwa orang yang ada di hadapannya adalah Yusuf setelah melihat bukti bukti yang ada. Mereka pun kemudian mengakui kesalahan mereka, meminta maaf dan menyesal atas perbuatan yang pernah mereka lakukan.

Yusuf tidak pernah merasa dendam kepada saudara-saudaranya. la memaafkan mereka dengan penuh kasih sayang. la memberi mereka makanan dan menitipkan bajunya untuk diusapkan ke mata ayahnya agar sembuh.

Sesampainya di Palestina, mereka menceritakan kabar tentang Yusuf dan memberikan baju titipan Yusuf pada Nabi Yaqub. Mendengar kabar tersebut Nabi Yaqub menjadi sangat gembira.

Ketika baju Nabi Yusuf diusapkan ke matanya, atas izin Allah SWT tiba-tiba saja matanya sembuh dari kebutaan sehingga Nabi Yaqub dapat melihat kembali.

Kegembiraan yang dirasakan Nabi Yaqub begitu besar. Ia tak sabar untuk bertemu dengan anaknya yang telah lama dirindukannya. Mereka semua berangkat ke Mesir untuk bertemu Nabi Yusuf. Ketika sampai di Mesir, mereka disambut suka cita oleh Nabi Yusuf.

Nabi Yaqub, Nabi Yusuf dan Bunyamin kembali berkumpul, lengkap bersama seluruh saudaranya.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Nuh AS Berdakwah pada Bani Rasib, Tetap Sabar Meski Dicemooh



Jakarta

Nabi Nuh AS termasuk ke dalam satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui oleh kaum muslimin. Nama lengkapnya adalah Nuh bin Laamik bin Mutawasylikh bin Khanuuh (Idris) bin Yarid bin Mahlaabil bin Qaniin bin Anusy bin Syiits bin Adam AS.

Ibnu Katsir dalam Kitab Qashashul Anbiya menyebut Nabi Nuh AS lahir 146 tahun setelah Nabi Adam AS meninggal dunia. Nuh AS diutus kepada kaum Bani Rasib untuk mengajak mereka ke jalan yang benar.

Kala itu, kaum Nabi Nuh AS menyembah berhala yang mana merupakan patung-patung orang saleh. Tindakan itu tergolong menyekutukan Allah SWT.


Bani Rasib menjadikan Wadd, Suwa’, Yaghuts, Ya’uq, dan Nasr, anak-anak Adam yang saleh, dengan meminta keberkahan dan rezeki dari mereka.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Ankabut ayat 14,

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ ١٤

Artinya: “Sungguh, Kami benar-benar telah mengutus Nuh kepada kaumnya, lalu dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian, mereka dilanda banjir besar dalam keadaan sebagai orang-orang zalim.”

Nabi Nuh AS berdakwah selama 950 tahun. Ia melakukan segala cara agar kaumnya dapat kembali ke jalan yang benar dan menyembah Allah SWT.

Sayangnya, tidak sedikit kaum Nuh AS yang justru menentang dakwahnya. Merasa putus asa, Nabi Nuh AS lalu berdoa kepada Allah SWT seperti tercantum dalam surah Asy Syu’ara ayat 117-118,

قَالَ رَبِّ اِنَّ قَوْمِيْ كَذَّبُوْنِۖ ١١٧ فَافْتَحْ بَيْنِيْ وَبَيْنَهُمْ فَتْحًا وَّنَجِّنِيْ وَمَنْ مَّعِيَ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ ١١٨

Artinya: “Dia (Nuh) berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah mendustakanku. Maka, berilah keputusan antara aku dan mereka serta selamatkanlah aku dan orang-orang mukmin bersamaku.”

Akhirnya, Allah SWT memerintahkan sang nabi untuk membuat perahu besar atau bahtera untuk menyelamatkan Nuh AS beserta pengikutnya dari azab yang hendak Allah turunkan. Ketika membuat bahtera itu, Nabi Nuh AS tak henti-hentinya diejek dan dicemooh oleh Bani Rasib.

Meski demikian, Nuh AS tidak pernah berkecil hati dan semakin giat membangun kapal tersebut. Setelah bahtera itu rampung, Allah SWT menepati janji-Nya.

Bahtera yang besar itu juga diisi oleh hewan-hewan, tidak hanya kaum muslimin. Lalu, Allah SWT menurunkan hujan dari langit yang sangat dahsyat selama 40 hari 40 malam. Dia juga memerintahkan bumi untuk mengeluarkan air dari segala penjuru hingga permukaan bumi tertutup oleh air.

Saking besarnya banjir tersebut, dianalogikan seperti gulungan air yang bertabrakan juga naik ke atas sehingga membentuk gunung. Perahu itu terombang-ambing oleh air yang menenggelamkan orang-orang kafir.

Ketika Nabi Nuh memandangi banjir tersebut, beliau melihat anaknya, Kan’aan dan berkata, “Wahai anakku, berimanlah kepada Allah. Naiklah ke atas perahu ini sebelum kamu ditelan oleh gelombang air itu, dan ikut binasa bersama orang-orang kafir itu.”

Kan’aan menjawab seperti dalam Surah Hud ayat 43, “Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!”

Nuh berkata lagi sesuai dalam Surah Hud ayat 43, “Tidak ada yang melindungi hari ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha Penyayang.”

Setelah berbulan-bulan berlayar di atas perahu besar itu, Allah SWT lalu menyurutkan air yang terus turun dari langit. Banjir bandang tersebut telah usai.

Orang-orang kafir termasuk anak Nabi Nuh AS, Kan’an binasa dalam azab tersebut. Naudzubillah min dzaalik.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud AS dan Binasanya Kaum Ad Penyembah Berhala



Jakarta

Nabi Hud AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui dalam Islam. Ia diutus untuk berdakwah pada kaum Ad.

Kaum Ad adalah penduduk kabilah Iram, mereka tinggal di sekitar Gunung Ram, 25 mil dari kota Aqabah yang letaknya di antara Yaman dan Oman, sampai Hadramaut dan As-Syajar seperti dinukil dari buku Mutiara Hikmah Kisah 25 Rasul tulisan Dhurorudin Mashad.

Hud AS adalah putra dari Abdullah bin Ribah bin Khulud bin Ad nin Aus bin Irim bin Syam bin Nuh. Letak daerah tempat diutusnya Nabi Hud terkenal dengan tanahnya yang subur, aliran sungai melimpah, dan hewan ternak yang sehat.


Meski dengan anugerah yang dikaruniai Allah SWT itu, kaum Ad justru mengingkari Sang Khalik. Mereka menyembah berhala dan tidak mengenal Allah sebagai Tuhan mereka.

Kisah mengenai Nabi hud AS yang berdakwah menyerukan ajaran Allah SWT itu tercantum dalam surah Hud ayat 52,

وَيَٰقَوْمِ ٱسْتَغْفِرُوا۟ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُوٓا۟ إِلَيْهِ يُرْسِلِ ٱلسَّمَآءَ عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَىٰ قُوَّتِكُمْ وَلَا تَتَوَلَّوْا۟ مُجْرِمِينَ

Artinya: “Dan (dia berkata): “Hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu, dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu, dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa.”

Sayangnya, kaum Ad sama sekali tidak menghiraukan seruan sang nabi. Mereka tetap menyembah berhala-berhala hingga menuduh Hud AS sebagai orang gila.

Ingkarnya kaum Ad itu membuat Allah SWT murka. Atas kuasa-Nya, nikmat yang dilimpahkan pada kaum Ad dicabut, mereka mengalami kekeringan yang panjang.

Tak sampai di situ, situasi semakin parah hingga menyebabkan hasil pertanian mereka gagal karena keringnya sumber air. Para penduduk kaum Ad kelaparan.

Nabi Hud AS tak henti-hentinya menyerukan dakwah pada kaum Ad di situasi yang serba sulit itu. Ia mengajak kaum Ad untuk kembali ke jalan Allah SWT.

Mirisnya, masih banyak penduduk kaum Ad yang enggan menggubris seruan sang nabi hingga azab dari Allah SWT pun turun,

وَٱذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنذَرَ قَوْمَهُۥ بِٱلْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ ٱلنُّذُرُ مِنۢ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِۦٓ أَلَّا تَعْبُدُوٓا۟ إِلَّا ٱللَّهَ إِنِّىٓ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ

Artinya: “Dan ingatlah (Hud) saudara kaum ‘Aad yaitu ketika dia memberi peringatan kepada kaumnya di Al Ahqaaf dan sesungguhnya telah terdahulu beberapa orang pemberi peringatan sebelumnya dan sesudahnya (dengan mengatakan): “Janganlah kamu menyembah selain Allah, sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa azab hari yang besar.” (QS Al Ahqaf: 21)

Adapun, azab yang ditimpakan pada kaum Ad adalah angin yang dingin dan kencang hingga berputar untuk membinasakan mereka selama tujuh hari tujuh malam. Azab itu mengakibatkan kaum Ad lenyap, mayat mereka berserakan ditutupi pasir.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Haqqah ayat 6-7,

وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا۟ بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ

Artinya: “Adapun kaum ‘Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang.” (QS Al Haqqah: 6)

سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَٰنِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى ٱلْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَىٰ كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ

Artinya: “yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ‘Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk).” (QS Al Haqqah: 7)

Riwayat lain menyebut, azab pusaran angin itu sama sekali tidak terasa bagi Hud AS dan pengikutnya yang beriman. Mereka hanya merasa angin segar dan nyaman saja yang menyentuh kulit.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Ada Pelajaran di Balik Kisahnya


Jakarta

Nabi dan Rasul adalah para utusan Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam. Jumlah mereka ada 25 dan memiliki kisahnya tersendiri.

Di antara 25 para Nabi, kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir memiliki cerita tersendiri. Berikut kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

Dirangkum dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, nama lengkap Nabi Musa AS yaitu Musa bin Qahits bin Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Musa AS lahir dari kalangan Bani Israil. Ketika beliau lahir, Bani Israil dikuasai oleh raja yang sangat zalim dan kejam yang bernama Raja Fir’aun.


Setelah Nabi Musa AS dan kaum Bani Israil selamat dari Fir’aun, Nabi Musa AS berpidato di hadapan mereka. Nabi Musa AS mengingatkan mereka atas nikmat-nikmat Allah SWT yang telah menyelamatkan dari kejaran Fir’aun, ungkap Mahmud asy-Syafrowi dalam buku Khidir As Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan Secepat Kilat.

Nabi Musa AS berrpidato dengan sangat fasih dan semangat. Beliau berkata, “Sungguh Allah telah berdialog langsung dengan nabi kalian, Dia telah memilihku untuk Diri-Nya, dan Dia telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya. Allah telah memberi kalian apa yang kalian minta. Maka, nabi kalian adalah manusia yang paling utama di muka bumi, sedangkan kalian semua telah membaca kitab Taurat.”

Setelah selesai berpidato dan beranjak pergi, Nabi Musa AS diikuti oleh seorang lelaki dari umatnya. Lelaki itu bertanya, “Wahai Nabi Allah, sungguh kami telah mengetahui apa yang telah engkau katakan. Lalu, adakah di muka bumi ini orang yang kiranya lebih alim dan lebih berpengetahuan dibandingkan dengan dirimu?”

Nabi Musa AS menjawab, “Tidak. Tak ada seorang yang lebih mengetahui Allah dan perintah-Nya daripadaku.” Beliau bergumam dalam hatinya dan menunjukkan kesombongan.

Nabi Musa AS juga tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah SWT. Hal tersebut mendapat celaan dari Allah SWT. Untuk menegur, menyadarkan, dan menunjukkan kelemahan Nabi Musa AS, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS agar berguru pada seorang hamba yang telah diberi rahmat oleh Allah SWT.

Nabi Musa AS bertanya kepada Allah SWT dimana dia dapat menemui hamba tersebut. Allah SWT memberikan wahyu padanya, “Pergilah ke lautan, bawalah serta seekor ikan yang telah mati di dalam sebuah keranjang selama masa pencarianmu, dan ketahuilah di mana kamu mendapati ikan itu tidak ada dalam keranjang. Di situlah tempat bertemunya dua lautan (majma’al bahrain), dan di situ pula tempat hamba yang saleh dan alim itu berada.”

Dalam buku Menguak Misteri Nabi Khidir karya Muhyiddin Abdul Hamid, Nabi Musa AS kemudian berangkat bersama muridnya mencari tempat yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepadanya. Setelah lama mencari, mereka heran karena ikan yang dibawa telah melepaskan diri. Kemudian Nabi Musa AS bertemu dengan Nabi Khidir AS ketika ia berhenti di sebuah batu besar.

Nabi Musa AS menyampaikan maksud tujuannya bertemu dengan Nabi Khidir AS. Kemudian Nabi Khidir mengatakan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” (QS Al Kahfi ayat 67-68)

Nabi Musa AS pun menjawabnya bahwa ia akan sabar. Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan menelusuri pantai dan menumpang sebuah bahtera.

Ketika mereka di bahtera tersebut, Nabi Musa AS heran karena Nabi Khidir AS mencabut sebagian papan bahtera. Padahal mereka menumpang secara cuma-cuma. Kemudian Nabi Khidir berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.”

Kemudian, mereka keluar dari bahtera dan berjalan di tepi pantai. Nabi Khidir AS melihat seorang anak laki-laki yang sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Nabi Khidir AS kemudian memegang dan melepaskan kepala anak kecil itu hingga ia mati.

Nabi Musa AS kembali bertanya mengapa Nabi Khidir AS membunuh jiwa yang bersih. Nabi Khidir AS berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.”

Nabi Musa AS berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.” Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan hingga sampai di sebuah negeri.

Mereka minta dijamu oleh penduduk negeri tersebut, namun penduduk tersebut tidak ingin menjamu mereka. Melihat dinding rumah yang hampir roboh, Nabi Khidir AS menegakan dinding itu.

Nabi Musa AS berkata, “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” Nabi Khidir AS berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”

Al-Hasan Al-Bashry berkata, “Sesungguhnya harta yang tersimpan di bawah dinding tersebut (yang terdapat pada kisah Khidir) adalah berupa papan yang terbuat dair emas dan terdapat tulisan ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’. Aku heran terhadap orang yang beriman dengan qadar, mengapa ia merasa sedih? Dan aku juga heran terhadap orang yang beriman dengan adanya kematian, mengapa merasa bangga? Dan aku merasa heran terhadap orang yang mengenal dunia dan perubahan apa yang di atasnya, bagaimana ia merasa tenang dengan dunia tersebut? Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yusuf AS Menafsirkan Mimpi, Salah Satu Mukjizat dari Allah SWT



Jakarta

Nabi Yusuf AS diberi ilmu berupa kemampuan menafsirkan mimpi. Ilmu ini termasuk ke dalam mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT.

Yusuf AS adalah anak dari Yaqub AS yang juga merupakan keturunan Nabi Ibrahim AS, dari anaknya yaitu Ishaq AS. Dirinya diperintahkan berdakwah untuk bangsa Kan’an dan Firaun di Mesir, kisah mengenai Nabi Yusuf AS tercantum dalam surat Yusuf.

Mengutip dari buku Takdir dan Mukjizat Manusia Tertampan Yusuf Alaihi Salam oleh Sulistyawati Khairu, dakwah Nabi Yusuf AS kali pertamanya terjadi di dalam penjara. Penyebab sang nabi dijebloskan ke dalam penjara sendiri dikarenakan terlalu tampan dan membuat majikannya Al-Aziz tidak nyaman.


Ketika di penjara, Nabi Yusuf AS bertemu dengan dua orang pegawai istana Raja, mereka saling bercerita dan berbagi kisah. Kepribadian Yusuf AS yang baik menyebabkan dirinya dapat berteman akrab dengan kedua pekerja itu.

Dahulu, mereka adalah pelayan kerajaan, namun karena dituduh memasukkan racun ke dalam makanan dan minuman akhirnya mereka dimasukkan ke dalam penjara. Suatu malam, saat semua orang dalam penjara itu tertidur, kedua orang bekas pelayan kerajaan itu mendapat sebuah mimpi yang sungguh menakjubkan.

Keduanya sama-sama bermimpi memiliki kaitan dengan pekerjaan mereka sebelum masuk penjara. Karena merasa ada hal yang aneh, maka mereka menceritakan perihal mimpi itu kepada Nabi Yusuf AS.

Melalui mukjizat yang Allah SWT berikan kepada Nabi Yusuf AS, beliau mengetahui arti mimpi dari kedua bekas pelayan itu. Namun, Yusuf AS tidak menceritakan secara langsung, melainkan menggunakan kesempatan tersebut untuk berdakwah dan mengajarkan kepada mereka untuk menyembah Allah SWT.

Kemampuan Yusuf AS dalam menafsirkan mimpi ini juga menjadi penyelamat bagi dirinya. Dikisahkan dalam Al-Quran surat Yusuf ayat 43, seorang Raja Mesir bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, tujuh tangkai gandum yang hijau, dan tujuh tangkai lainnya yang kering.

Tidak ada seorang pun yang dapat menafsirkan mimpi sang raja. Akhirnya, salah seorang pemuda yang mengingat kemampuan Nabi Yusuf AS mengusulkan kepada raja.

وَقَالَ ٱلْمَلِكُ إِنِّىٓ أَرَىٰ سَبْعَ بَقَرَٰتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنۢبُلَٰتٍ خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَٰتٍ ۖ يَٰٓأَيُّهَا ٱلْمَلَأُ أَفْتُونِى فِى رُءْيَٰىَ إِن كُنتُمْ لِلرُّءْيَا تَعْبُرُونَ

Artinya: “Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): “Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering”. Hai orang-orang yang terkemuka: “Terangkanlah kepadaku tentang ta’bir mimpiku itu jika kamu dapat menabirkan mimpi’

Raja Mesir itu kemudian memanggil Nabi Yusuf AS dan memintanya menafsirkan mimpi serba tujuh itu. Jadi, tujuh sapi gemuk mewakili kebaikan dan kesuburan, sedangkan tujuh sapi kurus menandakan keburukan dan kekeringan. Nabi Yusuf memaknainya sebagai tujuh tahun musim panen dan tujuh tahun kekeringan panjang.

Sementara itu, biji gandum mewakili hasil pertanian. Menurut Nabi Yusuf, selama tujuh tahun musim panen dan tanah sedang subur, pemerintah dan rakyat perlu berhemat dengan menyimpan sebagian hasil pertanian untuk tujuh tahun berikutnya.

Setelahnya, sang raja langsung memerintahkan anak buahnya untuk membuat lumbung. Lumbung tersebut digunakan untuk menyimpan bahan makanan perbekalan yang sekiranya cukup untuk tujuh tahun kemarau panjang seperti yang diramalkan.

Berkat mukjizatnya itu, Nabi Yusuf AS dibebaskan dari penjara dan diangkat menjadi bendahara kerajaan.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Nabi Musa Pernah Sakit Gigi, Begini Kisahnya



Jakarta

Nabi Musa Alaihissalam pernah mengalami sakit gigi yang luar biasa. Ia sampai mengeluh kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala saking tak kuat menahan kesakitan tersebut.

Mengutip laman Kemenag, Nabi Musa yang merasakan sakit gigi itu memohon doa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala agar sakit giginya segera sembuh. Pada saat itu juga, Allah memerintahkan Nabi Musa untuk menyembuhkan sakit giginya dengan menggunakan tanaman obat.

“Ambillah rumput itu dan letakkan di gigimu,” perintah Allah kepada Nabi Musa, sebagaimana dikisahkan oleh Syekh Nawawi Al-Bantani dalam kitab Nurudh Dholam.


Setelah menerima petunjuk dari Allah, Nabi Musa melaksanakan perintah-Nya dengan memetik tanaman obat dan meletakkannya di giginya yang sedang bermasalah. Pada saat itu juga, sakit giginya segera sembuh berkat penggunaan tanaman obat sebagai wasilah.

Beberapa waktu setelahnya, Nabi Musa mengalami kekambuhan sakit gigi. Tanpa mengeluh atau berdoa kepada Allah seperti sebelumnya, ia langsung memetik tanaman obat dan meletakkannya di gigi yang sakit.

Tindakan tersebut dilakukan oleh Nabi Musa dengan keyakinan bahwa tanaman obat sebelumnya telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan sakit gigi.

Namun sayang, usahanya tidak membuahkan hasil. Sebaliknya, sakit gigi Nabi Musa justru semakin parah.

Dalam buku Genius Dari Syurga karya Ainizal Abdul Latif, Nabi Musa bertanya kepada malaikat mengapa sakit giginya tak hilang meskipun sudah banyak daun yang dikunyahnya. Malaikat mengatakan bahwa dulu ia meletakkan seluruh kepercayaannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Tapi kali ini Nabi Musa meletakkan kepercayaannya kepada daun.

Di tengah keadaan tersebut, Nabi Musa segera mencurahkan keluhannya dan berdoa kembali kepada Allah. Kemudian Allah berfirman:

“Ya Musa, Aku adalah Dzat yang memberi kesembuhan, Dzat yang memberikan kesehatan, Dzat yang memberikan bahaya, Dzat yang memberikan manfaat. Pada sakit pertama kamu datang menghadap kepada-Ku maka Aku hilangkan penyakitmu. Kali ini, kamu tidak datang kepada-Ku tapi kamu datang kepada tanaman obat itu.”

Dari kisah ini, setidaknya dapat diambil dua hikmah. Pertama, Allah memiliki sifat Jaiz yang memberikan-Nya kebebasan untuk melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya.

Allah dapat meningkatkan atau menurunkan derajat seseorang sesuai kebijakan-Nya. Selain itu, Allah juga memiliki kuasa untuk menimpakan penyakit atau memberikan kesembuhan kepada siapa pun sesuai dengan kehendak-Nya.

Kedua, Allah adalah pemilik segala yang ada di langit dan bumi, termasuk kesehatan dan kesembuhan. Oleh karena itu, tindakan yang perlu dilakukan oleh umat Islam ketika sakit adalah memohon kesehatan dan kesembuhan kepada Allah melalui doa.

Selain itu, mereka diwajibkan untuk tetap melakukan usaha nyata seperti penggunaan obat dan berbagai bentuk pengobatan, sambil meyakini bahwa hal tersebut hanya sebagai wasilah atau perantara untuk mencapai kesehatan dan kesembuhan.

Wallahu a’lam.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud AS dan Kaum Ad yang Diazab Allah SWT



Jakarta

Nabi Hud AS adalah salah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui kaum muslimin. Beliau diutus untuk mengajak kaum Ad yang mana merupakan penyembah berhala.

Kaum Ad diceritakan sebagai kelompok yang musyrik dan ingkar kepada Allah SWT. Mereka bahkan menyembah tiga berhala yang dinamai Shamda, Shamud dan Hira.

Dikisahkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, kaum Ad diberikan kekayaan yang melimpah. Hal ini dibuktikan dengan tanah yang subur, sumber-sumber air yang mengalir dari berbagai penjuru dan memudahkan mereka bercocok tanam, hingga tempat tinggal yang dikelilingi kebun bunga.


Sayangnya, mereka tidak pernah bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan. Tingginya ilmu pengetahuan yang mereka miliki justru membuat mereka tidak percaya akan keberadaan Allah SWT.

Karenanya, Nabi Hud AS diutus untuk mengajak kaum Ad ke jalan yang benar. Beliau berdakwah tanpa lelah dan menyeru kepada kaum Ad untuk berhenti menyembah berhala yang merupakan warisan nenek moyang mereka.

Meski demikian, alih-alih mempercayai dakwah Hud AS, kaum Ad justru menuduh sang nabi dengan banyak alasan. Mereka bahkan tak segan melontarkan ejekan hingga hinaan kepada Nabi Hud AS.

Hud AS lantas meminta Allah SWT untuk menimpakan azab kepada kaum Ad yang enggan beriman kepada-Nya. Sebelum azab itu turun, Nabi Hud AS kembali memperingati kaumnya namun mereka tidak menggubris perkataan Hud AS.

Tak sampai di situ, kaum Ad bahkan meminta pertolongan dan perlindungan kepada berhala-berhala yang mereka sembah. Azab kaum Ad ditandai dengan adanya kekeringan dan kemarau panjang selama tiga tahun yang membuat menderita, kemudian mereka memohon turunnya hujan.

Mereka awalnya gembira karena mengira hujan akan turun dengan timbulnya awan hitam yang nantinya membasahi ladang mereka. Hud AS lalu kembali memperingati kalau awan hitam itu bukan awan rahmat, melainkan membawa kehancuran. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surah Al Ahqaf ayat 24:

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya: “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih..”

Lalu, ada seorang dari mereka yang menyaksikan azab apa yang terkandung di dalam awan hitam itu. Ia menjerit dan pingsan sesudah melihatnya.

Kala itu, Allah SWT menimpakan azab kepada kaum Ad selama tujuh malam delapan hari berturut-turut. Peristiwa tersebut berlangsung hingga seluruh kaum Ad yang enggan beriman kepada Allah SWT binasa.

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa pusaran angin itu sama sekali tidak terasa bagi Nabi Hud AS dan pengikutnya yang beriman kepada Allah SWT. Angin itu terasa seperti angin segar yang nyaman dan menyentuh kulit.

Wallahu’alam bishawab.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com