Tag Archives: kisah

Kisah Masuk Islamnya Hamzah di Hadapan Kaum Quraisy



Jakarta

Hamzah bin Abdul Muthalib adalah paman Nabi Muhammad SAW yang dijuluki singa Allah. Beliau dikenal sebagai sosok yang tegas dan pemberani.

Meski disebut sebagai paman Nabi Muhammad, usia Hamzah dan Rasulullah SAW tidak terpaut jauh. Tahun kelahiran Hamzah hampir sama dengan sang nabi, seperti dinukil dari buku 99 Kisah Menakjubkan dalam Al-Qur’an.

Hamzah sangat disegani oleh kaum Quraisy, termasuk para pemukanya. Sebagai sosok yang tegas, dia bahkan selalu menjadi orang paling pertama yang maju jika Nabi SAW dihina.


Hubungan Hamzah dengan Rasulullah SAW sangat dekat. Saking sayangnya Hamzah terhadap sang nabi, ia selalu melindunginya dari segala marabahaya.

Mengutip buku Sirah Nabawiyah susunan Shafiyurrahman al-Mubarakfuri, Hamzah bin Abdul Muthalib masuk islam pada penghujung tahun keenam kenabian Rasulullah SAW, yaitu pada bulan Dzulhijjah. Hal ini mengacu pada mayoritas pendapat ulama.

Kisah masuk Islamnya Hamzah bermula ketika Abu Jahal berjalan melewati Nabi Muhammad SAW di Bukit Shafa. Kala itu, Abu Jahal mengganggu dan mencaci Rasulullah.

Alih-alih membalas cacian Abu Jahal, Nabi Muhammad hanya terdiam dan tidak berbicara. Melihat hal itu, Abu Jahal menghantam kepala sang nabi menggunakan batu hingga mengeluarkan banyak darah.

Pada waktu yang sama, budak perempuan Abdullah bin Jad’an menyaksikan perbuatan Abu Jahal kepada Nabi Muhammad SAW. Budak tersebut lantas memberitahu Hamzah yang baru pulang berburu sambil menenteng busur panahnya.

Mendengar hal itu, Hamzah sangat murka. Ia langsung pergi menghampiri Abu Jahal yang tengah berkumpul dengan kaum Quraisy. Saat memasuki Masjidil Haram, Hamzah segera berhadapan dengan Abu Jahal.

“Wahai orang hina dina, engkau berani mencela anak saudaraku padahal aku sudah menganut agamanya?”

Setelah menyatakan hal itu, Hamzah memukul Abu Jahal menggunakan busur panah hingga menghasilkan sejumlah luka menganga di wajahnya. Orang-orang dari Bani Makhzum yang merupakan suku Abu Jahal bangkit karena merasa murka akan tindakan Hamzah.

Begitu pula dengan orang-orang Bani Hasyim dari suku Hamzah yang terpancing emosinya. Abu Jahal lalu melerai kedua suku tersebut sambil berkata,

“Biarkanlah Abu Imarah. Memang aku tadi telah mencaci maki anak saudaranya dengan cacian yang menyakitkan.”

Keislaman Hamzah mualnya berasal dari pelampiasannya yang tidak terima bahwa harga diri keluarganya dihina. Namun Allah SWT memberikannya hidayah hingga akhirnya Hamzah berpegag teguh agama Islam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Khalifah Umar bin Khattab yang Jarang Tidur Demi Hajat Rakyatnya



Jakarta

Semasa menjabat sebagai khalifah, Umar bin Khattab terkenal sebagai pemimpin yang rajin beribadah demi hajatnya. Bahkan dirinya jarang terlelap baik di siang maupun malam hari.

Mengutip buku Kisah Hidup Umar ibn Khattab susunan Mustafa Murrad, pada suatu hari Mu’awiyah bin Khudayj mendatangi Umar saat waktu Zuhur. Beliau lalu berkata kepadanya,

“Sungguh celaka ucapanku, atau sungguh celaka prasangkaku. Jika aku tidur siang hari, aku telah menyia-nyiakan amanat rakyatku. Jika aku tidur malam hari, aku telah menyia-nyiakan kesempatanku dengan Tuhanku. Bagaimana aku bisa tidur di kedua waktu ini, wahai Mu’awiyah?”


Mu’awiyah bin Khudayj merupakan seorang Jenderal Suku Kindah. Melihat keadaan Umar yang sangat kelelahan dan mengantuk ketika duduk, ia lantas bertanya dengan nada iba.

“Tidakkah kau tidur, wahai Amirul Mukminin?”

Umar kembali menjawab dengan pertanyaan yang sama, “Bagaimana mungkin aku bisa memejamkan mataku? Jika aku tidur di waktu malam, aku akan menyia-nyiakan kesempatanku dengan Allah,”

Bukan hanya Mu’awiyah yang menjadi saksi seberapa sayang Umar bin Khattab terhadap rakyatnya. Seorang sahabat Nabi SAW yang namanya tidak dapat disebutkan juga menceritakan hal yang sama.

“Umar bin Khattab adalah tetangga terdekatku. Aku tidak pernah mempunyai tetangga dan orang-orang di sekitarku sebaik Umar. Malam-malam Umar adalah salat dan siang harinya adalah puasa demi hajat rakyatnya,”

Umar bin Khattab juga merelakan waktu tidurnya untuk beribadah kepada Allah SWT. Dikisahkan bahwa Umar pernah meminta istrinya untuk menyiapkan bejana air pada suatu malam.

Bejana berisi air itu ternyata bertujuan untuk membuatnya tetap terjaga demi berdzikir sepanjang malam.

“Selepas salat Isya, Umar menyuruhku (istri Umar) meletakkan bejana berisi air di samping kepalanya. Ketika terjaga, ia akan mencelupkan tangannya ke dalam air, lalu mengusap wajah dan kedua tangannya untuk kemudian berzikir sampai ia terkantuk dan tertidur lagi. Lalu Umar terjaga lagi, sampai tiba waktu ia benar-benar terbangun,” bunyi keterangan dari buku Kisah Hidup Umar ibn Khattab.

Umar bin Khattab menjadi khalifah pada tahun 634 M menggantikan Abu Bakar. Rasulullah SAW memberinya julukan Al-Faruq (sang pembeda) atau berarti sebagai orang yang mampu membedakan antara yang haq (kebenaran) dan yang bathil (kesesatan). Selain itu, Umar juga menjadi orang pertama yang digelari dengan Amir al-Mu’minin (pemimpin orang beriman).

Sebelum mengucapkan dua kalimat syahadat, Umar bin Khattab dikenal sebagai musuh umat Islam yang ditakuti. Namun, setelah masuk Islam, Umar mempertaruhkan hidupnya untuk melindungi dakwah Rasulullah hingga menjadi orang terpercaya sekaligus penasihat Rasulullah SAW.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yaqub AS, Sosok Teladan yang Disebut Bapak Bani Israil



Jakarta

Nabi Yaqub AS termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan keturunan Ishaq AS sekaligus cucu dari Ibrahim AS.

Sosok Yaqub AS terkenal sebagai pribadi yang penyayang dan berbakti. Dijelaskan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Nabi Yaqub AS merupakan seorang anak yang sangat patuh terhadap perintah kedua orang tuanya.

Dirinya memiliki saudara kembar bernama Ish. Meski tumbuh besar bersama, sifat mereka ternyata bertolak belakang.


Pribadi Ish penuh iri dan dengki, bahkan tak segan berbuat maksiat. Berbeda dengan Nabi Yaqub AS yang baik hati, penyabar, menghindari keburukan, serta tenang.

Walau begitu, Yaqub AS tidak pernah sekalipun membalas perlakuan buruk Ish. Jika dirinya sudah tak tahan, maka ia melapor kepada sang ayah yaitu Nabi Ishaq AS.

Sikap Ish tidak berubah, bahkan setelah menikah sekalipun. Alih-alih menjadi pribadi yang lebih baik, Ish justru semakin sering menganiaya Nabi Yaqub AS hingga menyimpan dendam kepadanya. Ish merasa sang ibu lebih menyayangi Yaqub AS.

Akhirnya, Nabi Ishaq menitipkan Yaqub kepada saudara istrinya yang bernama Syekh Labban. Ia bertempat tinggal di Irak. Hal ini dimaksudkan agak Nabi Yaqub tidak lagi diganggu oleh Ish.

Masa kenabian Yaqub AS terjadi ketika Jibril berbisik di telinganya bahwa ia menyampaikan wahyu dari Allah. Dalam surat Al Baqarah ayat 132, Allah SWT berfirman:

وَوَصّٰى بِهَآ اِبْرٰهٖمُ بَنِيْهِ وَيَعْقُوْبُۗ يٰبَنِيَّ اِنَّ اللّٰهَ اصْطَفٰى لَكُمُ الدِّيْنَ فَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

Artinya: “Ibrahim mewasiatkan (ucapan) itu kepada anak-anaknya dan demikian pula Ya’qub, “Wahai anak-anakku, sesungguhnya Allah telah memilih agama ini untukmu. Janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.”

Dikisahkan bahwa Syekh Labban memiliki dua putri cantik yang bernama Layya dan Rahiel. Mulanya, Yaqub AS dijodohkan dengan Layya.

Namun, Nabi Yaqub lebih memilih Rahiel. Syekh Labban yang merupakan paman Nabi Yaqub AS lantas memintanya bekerja selama 7 tahun baru kemudian bisa menikahi Rahiel.

Usai 7 tahun menjadi penggembala kambing, Nabi Yaqub AS akhirnya dapat menikahi Rahiel. Setelahnya ia berniat menikahi Layya.

Lagi-lagi pamannya memberikan syarat padanya. Ia harus bekerja selama tujuh tahun lagi untuk bisa menikahi Layya.

Yaqub AS pun menyanggupi. Hingga akhirnya ia bisa menikahi Layya. Selama 14 tahun ia harus berjuang untuk bisa menikahi putri dari pamannya itu.

Selain menikah dengan Layya dan Rahiel, Nabi Yaqub AS juga menikahi Zulfa dan Baihah yang kerap membantu Layya dan Rahiel.

Dari pernikahannya dengan 4 wanita itu Allah SWT mengaruniai 12 putra. Salah satu di antaranya kelak menjadi seorang nabi, yakni Nabi Yusuf AS.

Sementara itu, nama anak-anak lainnya ialah Bunyamin, Raubin, Syam’un, Lewi, Yahuda, Yasyzar, Zabulon, Dan, Neftalua, Jad, dan Asyir.

Menukil buku 77 Pesan Nabi untuk Anak Muslim karya Abu Alkindie Thul Ihsan & Abu Azka, Nabi Yaqub AS juga disebut sebagai bapak kaum Bani Israil. Yaqub AS memiliki gelar Israil sehingga keturunannya disebut sebagai Bani Israil, yang termasuk ke dalamnya ialah Nabi Yusuf, Nabi Musa, Nabi Daud, Nabi Sulaiman, dan Nabi Isa.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Sulaiman Menggauli 100 Istrinya dalam Semalam


Jakarta

Nabi Sulaiman adalah salah satu nabi yang diberi mukjizat kekayaan dan kekuasaan. Dengan statusnya sebagai raja, tak ada satu pun yang tak bisa ia lakukan termasuk dalam memiliki istri yang banyak.

Mengutip buku Sulaiman Raja Segala Makhluk karya Human Hasan Yusuf Shalom, Nabi Sulaiman disebut memiliki 1.000 istri. Hal ini telah dikaji oleh Ahmad Abdul Wahab dalam kitab-kitab ahlul kitab. (Ta’adud Nisa’ Al-Anbiya, hlm 93)

Sedangkan dalam buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, 1.000 istri Nabi Sulaiman itu terdiri dari 700 wanita merdeka yang dinikahi dengan mahar, sedangkan 300 lainnya adalah hamba sahaya. Namun ada pula yang mengatakan sebaliknya.


Dari sebanyak itu, Nabi Sulaiman pernah menggauli 100 istrinya dalam semalam. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la dari Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

‘Sulaiman pernah berkata: ‘Sungguh aku akan menggilir seratus istriku dalam satu malam sehingga masing-masing mereka melahirkan anak laki-laki yang berjihad dengan pedang mereka di jalan Allah.’ Akan tetapi, ia tidak mengucapkan insyaallah. Kemudian ia menggilir seratus istri dalam satu malam, tetapi tidak ada seorang pun di antara para istrinya yang melahirkan anak, kecuali hanya satu istrinya yang melahirkan setengah anak manusia (lahir dalam keadaan cacat).’

Setelah itu Rasulullah bersabda: ‘Kalau saja ia mengucapkan insyaallah, niscaya setiap istrinya akan melahirkan seorang anak laki-laki yang berjuang dengan pedangnya di jalan Allah ‘Azza wa Jalla’.” (HR Abu Ya’la).

Namun pada hadits lain ada perbedaan angka jumlah istri Nabi Sulaiman yang digaulinya dalam semalam. Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

“Sulaiman berkata: ‘Sungguh, aku akan menggilir 70 istriku dalam satu malam sehingga nantinya masing-masing mereka akan melahirkan seorang ahli berkuda yang berjihad di jalan Allah SWT.’

Sahabat Nabi Sulaiman (malaikat) berkata: ‘(Ucapkanlah): Insyaallah.’ Akan tetapi, Sulaiman tidak mengucapkannya sehingga tidak seorang pun di antara istrinya yang melahirkan, kecuali hanya satu istrinya yang melahirkan seorang anak yang cacat.”

Kemudian Rasulullah bersabda: “Kalau saja ia melafalkan Insyaallah, niscaya ia akan mempunyai banyak putra yang berjihad di jalan Allah’.” (HR Bukhari)

Bagaimana Nabi Sulaiman Menggauli 100 Istrinya dalam Semalam?

Mungkin pertanyaan seperti ini yang terlintas dipikiran kalian. Bagaimana cara Nabi Sulaiman menggauli 100 istrinya dalam waktu semalam? Apakah waktu dan kekuatannya cukup untuk melakukan hal itu?

Dari hadits yang telah disebutkan di atas, bisa dipahami bahwa hal itu adalah mukjizat yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Sulaiman. Sebagaimana kita ketahui, Allah menganugerahkan kekuatan dan kemampuan kepada para nabi lebih besar daripada manusia biasa.

Para sahabat pernah berkata bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki kekuatan 30 kali dalam bersetubuh (HR. Bukhari, Al-Jami’ Ash-Shahih, No.265)

Imam An-Nawawi berkata, “Ini menjelaskan tentang keistimewaan yang dimiliki para nabi, yaitu kekuatan bersetubuh dalam waktu semalam” (An-Nawawi, Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi, hlm. 11/120)

Sementara Al-Munawawi menyebut, “Bisa saja malam pada zaman itu waktunya sangat panjang sehingga Nabi Sulaiman mampu menyetubuhi seratus istrinya sekaligus sholat tahajud dan tidur. Bisa saja Allah memberinya hal-hal yang luar biasa sehingga Nabi Sulaiman mampu bersetubuh, bersuci, lalu tidur. Sementara malam itu lebih panjang daripada malam sekarang. Sebagaimana hal-hal luar biasa yang dimiliki ayahnya, Nabi Dawud dalam membaca kitab Zabur. Di mana Nabi Dawud membaca Zabur selama memasang pelana tunggangannya. Sekarang hal ini banyak terjadi pada wali-wali Allah. (Al-Munawi, Faidh Al-Qadir, hlm. 4/305)

wallahualam

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Kelahiran Rasulullah SAW, Lahir dalam Keadaan Yatim



Jakarta

Nabi Muhammad SAW merupakan nabi sekaligus rasul terakhir yang Allah SWT utus. Ia lahir pada 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, tepatnya 570 M di Kota Makkah.

Terkait tahun kelahiran Nabi SAW dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ibnu Ishaq dari Ibnu Abbas,

“Rasulullah dilahirkan di hari Senin, tanggal 12 di malam yang tenang pada bulan Rabiul Awal, Tahun Gajah.”


Penyebutan Tahun Gajah sendiri disebabkan saat Nabi Muhammad SAW lahir bertepatan dengan penyerangan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah bin Shabah, seorang Gubernur Jenderal Najasyi Habasyah di Yaman, seperti dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri.

Abrahah berencana memindahkan pusat ibadah haji orang Arab yang berada di Kakbah ke gereja yang ia bangun. Allah SWT mengirimkan utusan-Nya untuk membinasakan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah yang tak lain ialah burung ababil.

Para burung itu berbondong-bondong membawa 3 butir batu dari neraka. Satu batu diletakkan di paruhnya dan dua lainnya dicengkeram dengan kaki-kaki mereka yang kokoh.

Setelahnya, batu-batu tersebut dijatuhkan pada pasukan Abrahah. Siapapun yang terkena batu itu tidak selamat, sehingga para pasukan berhamburan untuk menyelamatkan diri. Namun akhirnya berujung tewas, termasuk Abrahah sendiri.

Dikisahkan dalam buku Kisah Teladan 25 Nabi & Rasul oleh Ifsya Hamasah, Rasulullah SAW lahir sebagai yatim. Ayahnya yang bernama Abdullah wafat sebelum kelahirannya.

Setelah lahir pun, sang nabi diasuh oleh Halimah As-Sa’diyah untuk sementara waktu. Masa kecilnya dihabiskan di perkampungan Bani Sa’ad, sebuah daerah kering dan gersang.

Namun, setelah Rasulullah SAW diasuh oleh Halimah, keadaan perkampungan tersebut berubah menjadi subur. Para kambing menghasilkan banyak susu dan penduduk di sana berkata, “Gembalakanlah kambing-kambing kalian di ladang milik Halimah As-Sa’diyah.” sebagaimana tertulis dalam buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad susunan Moenawar Khalil.

Merujuk pada Sirah Nabawiyah, saat itu seharusnya Nabi Muhammad SAW dikembalikan ke keluarganya karena masa menyusuinya telah habis. Namun, Halimah mengajukan permohonan kepada ibunda sang nabi, Aminah, agar diizinkan untuk terus merawat Rasulullah SAW lebih lama.

Menurut Halimah, keluarganya mendapat banyak berkah sejak Nabi Muhammad tinggal bersama mereka. Permohonan itu lantas disetujui oleh Aminah.

Pada suatu ketika, sebuah peristiwa besar terjadi. Nabi Muhammad SAW kecil sedang bermain dan menggembala kambing dengan anak-anak Halimah di dekat rumahnya.

Tiba-tiba, dua orang laki-laki berpakaian putih mendekati dan membawa Nabi Muhammad SAW ke tempat yang agak jauh dari tempatnya menggembala. Saat itu, Nabi Muhammad SAW kecil ditinggalkan sendirian ketika anak-anak Halimah pulang untuk mengambil bekal makanan.

Ketika anak-anak Halimah kembali, mereka tidak menemukan Nabi Muhammad di mana-mana, namun melihat peristiwa besar saat para malaikat membersihkan hati Nabi Muhammad SAW. Mereka berlari ke rumah untuk memberitahu Halimah dan suaminya.

Mereka bergegas mencari Nabi Muhammad dan menemukannya duduk seorang diri di dekat sebuah rusun. Halimah bertanya mengapa Nabi Muhammad SAW berada di sana seorang diri, dan Nabi Muhammad menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya.

Dua orang laki-laki berpakaian putih tersebut ternyata adalah Malaikat Jibril yang membersihkan hati Nabi Muhammad SAW. Malaikat Jibril membelah dada Nabi Muhammad SAW, mengeluarkan sesuatu dari hatinya, dan berkata bahwa itu adalah bagian setan dalam dirinya.

Hati Nabi Muhammad SAW kemudian dimasukkan ke dalam sebuah bejana emas yang diisi dengan air zamzam untuk dibersihkan, lalu para malaikat mengembalikannya ke tempatnya semula.

Peristiwa ini terjadi sekitar tiga kali dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, dan menjadi peristiwa pertama sebelum peristiwa Isra Mi’raj dan sebelum menerima perintah shalat 5 waktu. Bekas luka akibat jahitan dapat dilihat oleh Anas RA, yang menyaksikan kondisi dada Nabi Muhammad SAW.

Lalu, menginjak usia 5 tahun sang nabi akhirnya dipulangkan ke rumahnya. Ia kembali hidup bersama ibu beserta kakeknya.

Sayangnya, selang beberapa lama ketika Nabi SAW berumur 6 tahun ia kehilangan ibunya, Siti Aminah. Dia meninggal akibat sakit dan dikuburkan di Desa Abwaa’.

Sepeninggal ibunya, sang nabi diasuh oleh Abdul Muthalib yang merupakan kakeknya. Disebutkan, kakeknya memiliki tempat spesial karena Rasulullah SAW menghabiskan masa kecilnya bersama beliau.

Namun, 2 tahun setelahnya ketika beliau berusia 8 tahun sang kakek wafat. Akhirnya Nabi Muhammad SAW diserahkan kepada pamannya yang bernama Abu Thalib. Ketika bersama beliau, seorang pemuka agama mengenali Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah SWT dan membawa Islam pada seluruh masyarakat dunia.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ibrahim Sunat Menggunakan Kampak di Usia 80 Tahun


Jakarta

Nabi Ibrahim adalah salah satu nabi yang memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah Islam. Ia dikenal sebagai “Khalilullah,” yang berarti “Sahabat Allah” atau “Temannya Allah”.

Tak hanya itu, Nabi Ibrahim juga dianggap sebagai salah satu nabi ulul azmi, yaitu kelompok nabi pilihan yang memiliki keteguhan dan keberanian luar biasa dalam menyampaikan ajaran Allah. Pengajaran dan contoh kehidupan Nabi Ibrahim sangat dihormati dalam agama Islam dan menjadi inspirasi bagi umat Muslim dalam menjalani kehidupan yang taat kepada Allah dan penuh kesabaran serta keimanan.

Selain kurban, Nabi Ibrahim juga mengajarkan umat Islam untuk melaksanakan khitan atau sunat. Hal ini tercantum dalam sebuah hadits yang diceritakan oleh Abu Hurairah, beliau berkata:


“Nabi Ibrahim adalah orang yang pertama kali memakai celana panjang, membersihkan rambut yang kotor, mencukur bulu kemaluan, dan orang yang pertama kali melakukan khitan dengan qadum saat beliau berusia 80 tahun. Beliau dikenal sebagai orang yang pertama kali menjamu tamu dan orang yang pertama kali rambutnya beruban.” (HR Ibnu Hibban).

Mengutip buku Kisah Para Nabi oleh Imam Ibnu Katsir, beberapa pendapat mengatakan bahwa qadum ini adalah sebuah alat yang digunakan oleh tukang kayu berupa kampak. Ada juga yang menyebut bahwa qadum adalah nama sebuah tempat (yakni, ia disunat di daerah Qadum).

Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keterangan dari ahli kitab itu semuanya benar. Meskipun sedikit berbeda dari hadits nabi, namun bisa saja keduanya digabungkan.

Lantas, mengapa menggunakan kampak? bisa saja pada saat itu perintah Allah SWT datang kepada Nabi Ibrahim secara mendadak. Ibrahim yang tidak ingin menundanya akhirnya mengambil kampak yang ada di sekitarnya dan langsung berkhitan.

Tak hanya Ibrahim, Allah SWT juga memerintahkannya untuk mengkhitan Ismail dan juga semua hamba sahayanya. Begitu pun setiap laki-laki yang ada pada keluarganya. Kala itu Nabi Ismail dikhitan pada usia 13 tahun.

Nabi Ibrahim Sunat Usia 80 Tahun

Dalam riwayat lain, usia Nabi Ibrahim AS saat disunat juga disebutkan sama. Ia khitan di umur 80 tahun.

اختتن إبراهيم عليه السلام وهو ابن ثمانين سنة بالقدوم

“Rasulullah SAW bersabda, “Ibrahim al Khalil berkhitan setelah mencapai usia 80 tahun dan beliau berkhitan menggunakan kampak.” (HR Bukhari dan Muslim).

Sedangkan dalam riwayat Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Usia Ibrahim ketika dikhitan telah mencapai 120 tahun. Kemudian setelah itu Ibrahim masih menjalani kehidupannya selama 80 tahun.” (HR. Ibnu Hibban dalam kitab shahihnya)

Dalam kedua hadits di atas dapat disimpulkan bahwa tidak menutup kemungkinan jika Nabi Ibrahim dikhitan pada usia lebih dari 80 tahun. Wallahu a’lam.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Masa Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib sebagai Khalifah, Capai Berbagai Kemajuan



Jakarta

Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang juga sepupu dari sang nabi. Ia lahir di Makkah pada 13 Rajab pada tahun ke-32 dari kelahiran Nabi Muhammad. Pendapat lain ada yang menyebut Ali lahir 21 tahun sebelum hijriah.

Dalam buku Kisah Hidup Ali bin Abi Thalib oleh Dr Musthafa Murad, disebutkan nama lengkap Ali ialah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Mutalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Dirinya masuk Islam saat usia muda bahkan masih anak-anak.

Nabi Muhammad SAW mengasuh, mendidik, dan mengajari Ali sejak kecil. Setelah dewasa, kasih sayang sang rasul-lah yang membentuk karakter Ali.


Ali dikenal sebagai sosok yang cerdas. Saking pintarnya, tak jarang Abu Bakar, Umar, dan Utsman mendatangi beliau untuk meminta bantuan memecahkan permasalahan yang sulit.

Jabatannya sebagai khalifah diperoleh Ali seusai Utsman bin Affan wafat. Pada tahun 35 Hijriah, Ali dinobatkan sebagai khalifah keempat seperti dinukil dari buku Sejarah Peradaban Islam susunan Akhmad Saufi dan Hasmi Fadhilah.

Masa kekhalifahan Ali tidak lama, hanya berselang 5 tahun sampai akhirnya ia wafat pada 40 Hijriah. Sebagai seorang pemimpin, Ali bin Abi Thalib merupakan pribadi yang senantiasa berakhlak baik.

Ali sering berkeliling hanya untuk menantikan siapa saja yang menghampiri beliau guna meminta bantuan atau bertanya padanya. Suatu ketika, pada siang yang terik Ali tiba di pasar.

Sang khalifah mengenakan dua lapis pakaian, gamis sebatas betis, sorban melilit tubuhnya, dan bertumpu pada sebatang tongkatnya. Ali bin Abi Thalib berjalan menyusuri pasar untuk berdakwah, mengingatkan manusia agar senantiasa bertakwa pada Allah SWT dan melakukan transaksi jual beli dengan baik.

Disebutkan, Ali bin Abi Thalib memiliki kebiasaan berjalan ke pasar seorang diri. Umumnya ia menasihati orang yang tersesat, menunjukkan arah pada orang yang kehilangan, menolong orang yang lemah, serta menasihati para pedagang dan penjual sayur.

Meski masa kepemimpinannya sebagai khalifah cukup singkat, ada sejumlah prestasi yang Ali capai. Dirinya mampu mengganti beberapa pejabat yang kurang cakap dalam bekerja demi pemerintahan yang efektif dan efisien.

Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga membenahi keuangan negara atau Baitul Mal. Sebab, pada masa Khalifah Utsman bin Affan banyak kerabatnya yang diberi fasilitas negara.

Ali bertanggung jawab untuk membereskan permasalahan tersebut. Ia menyita harta para pejabat yang diperoleh secara tidak benar, selanjutnya harta itu disimpan di Baitul Mal untuk keperluan rakyat.

Tak sampai di situ, capaian prestasi Ali lainnya adalah memajukan bidang ilmu bahasa. Khalifah Ali bin Abi Thalib memerintahkan Abu Aswad ad Duali untuk mengembangkan pokok-pokok ilmu nahwu, yaitu ilmu yang mempelajari tata bahasa Arab. Keberadaan ilmu nahwu diharapkan dapat membantu orang-orang non-Arab dalam mempelajari sumber utama agama Islam, yaitu Al-Qur’an dan hadits.

Lalu, pada bidang pembangunan Ali juga berhasil membangun Kota Kuffah secara khusus. Mulanya, kota tersebut disiapkan sebagai pusat pertahanan oleh Mu’awiyah bin Abi Sofyan, namun pada akhirnya Kota Kuffah berkembang sebagai pusat ilmu tafsir, hadits, nahwu, dan ilmu pengetahuan lainnya.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Yunus AS di Dalam Perut Paus dan Doa yang Dipanjatkannya



Jakarta

Nabi Yunus AS merupakan satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tersemat dalam Al-Qur’an. Dirinya sempat ditelan oleh ikan paus dan hidup di dalamnya selama berhari-hari atas izin Allah SWT.

Dalam Al-Qur’an, kisah Nabi Yunus AS tersemat dalam surah As Saffat ayat 139 – 148. Ibnu Katsir dalam Kitab Qashash Al-Anbiyaa yang diterjemahkan oleh Saefullah MS menjelaskan bahwa Nabi Yunus AS diutus oleh Allah SWT kepada negeri Ninawa dekat Kota Mosul, Irak.

Kala itu, beliau ditugaskan untuk mengajak penduduk Ninawa beriman kepada Allah SWT dan meninggalkan sesembahan berhala mereka. Sayangnya, meski telah berdakwah sekian lama justru kaum Nabi Yunus AS lebih memilih untuk mengingkari Allah SWT.


Segala upaya telah dilakukan oleh Nabi Yunus AS, tapi tetap saja kaumnya enggan beriman kepada Allah SWT. Yunus AS merasa putus asa sekaligus kesal.

Mengutip buku Kisah Para Nabi susunan Ibnu Katsir, sang nabi menyampaikan bahwa azab Allah akan turun. Ia kemudian memutuskan untuk meninggalkan kaumnya yang ingkar itu.

Benar saja, selepas kepergian Nabi Yunus AS datanglah hukuman Allah. Setelah itu, penduduk Ninawa bertaubat dan kembali ke jalan yang benar sekaligus memohon ampun kepada Allah SWT.

Dikatakan, Allah SWT tidak memerintahkan Nabi Yunus AS untuk meninggalkan kaumnya. Namun beliau pergi menaiki kapal yang membawanya ke tempat lain.

Di tengah perjalanan, kapal yang dinaiki Nabi Yunus AS diterpa badai. Air laut yang mulanya tenang berubah menjadi bergelombang, para penumpang panik karena kapal mulai oleng dan dapat tenggelam karena banyaknya muatan.

Dikisahkan dalam Qashash Al-Anbiyaa, penumpang kapal memutuskan untuk membuat undian. Nantinya, salah satu dari mereka harus dilemparkan ke dalam laut untuk mengurangi beban muatan.

Atas kuasa Allah, nama Nabi Yunus AS muncul berkali-kali hingga pengundian ketiga. Mulanya mereka ragu karena beliau merupakan utusan Allah SWT.

Setelahnya, Nabi Yunus AS dilemparkan ke laut. Allah SWT lalu mengutus ikan besar yang diduga paus untuk menelannya. Walau begitu, Nabi Yunus AS tidak hancur ataupun dimakan oleh paus.

Di dalam perut paus, Yunus AS hidup hingga berhari-hari. Ada perbedaan pendapat terkait waktu lamanya ia menetap di dalam perut paus, sebagian menyebut kurang dari sehari, ada juga yang mengatakan 3 hari, 7 hari, bahkan 40 hari. Hanya Allah SWT yang mengetahui lama waktu sang nabi di dalam paus tersebut.

Berada di dalam kegelapan perut paus tidak membuat Nabi Yunus AS gentar. Dikatakan, ia mendengar ikan-ikan lainnya bertasbih memuji Allah SWT kala dibawa mengarungi lautan oleh ikan paus.

Telur-telur ikan yang banyaknya tak terhingga itu juga turut bertasbih seraya mengagungkan kekuatan dan kebesaran Allah SWT. Nabi Yunus AS lantas menyadari perbuatannya dan bertaubat kepada Allah sambil membaca doa yang diabadikan pada surat Al Anbiya ayat 87,

لآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ

Arab latin: Lā ilāha illā anta subḥānaka innī kuntu minaẓ-ẓālimīn

Artinya: “Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.”

Itulah kisah Nabi Yunus AS saat di dalam perut ikan paus. Semoga kisah tersebut dapat diperoleh hikmahnya.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Hasan al-Banna dan Pencuri yang Hendak Mengambil Buku



Jakarta

Hasan al-Banna dikenal sebagai seorang ulama, guru dan imam asal Mesir. Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa rumah Hasan al-Banna pernah didatangi pencuri yang pada akhirnya justru tak mengambil harta apapun.

Hasan al-Banna memiliki nama lengkap Hassan Ahmad Abdul Rahman Muhammad al-Banna. Ia termasuk tokoh yang sangat terkenal di Mesir.

Diceritakan dalam buku Kisah dan ‘Ibrah oleh Syofyan Hadi, bahwa Hasan al-Banna terkenal dengan ilmunya sangat luas serta kesalehannya kepada Allah SWT.


Saking cintanya dengan ilmu, Hasan al-Banna memiliki sebuah perpustakaan khusus yang mengoleksi ribuan jumlah buku di rumahnya.

Pada suatu malam, datanglah beberapa orang pencuri ke rumah Hasan al-Banna. Hasan al-Banna beserta keluarga disandera di dalam rumah oleh kawanan pencuri tersebut. Dengan demikian, secara leluasa para pencuri dapat menguras isi rumah Hasan al-Banna.

Setelah puas menguras harta dan isi rumahnya, para pencuri mulai melirik buku-buku yang ada di lemari perpustakaan Hasan al-Banna. Para pencuri pun bergerak membuka lemari dan bermaksud mengambil buku-buku milik Hasan al-Banna.

Tak rela koleksi bukunya diambil oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, Hasan al-Banna kemudian berkata, “Kalian boleh
mengambil seluruh isi rumah ini semuanya, kecuali aku bermohon kepada kalian agar jangan mengambil satupun dari buku-buku ini. Sebab, buku-buku ini sangat berharga bagiku melebihi semua hartaku yang lain. Pada buku-buku ini tersimpan ilmu yang aku miliki”.

Mendengar perkataan Hasan al-Banna, pencuri ini justru mengeluarkan kalimat yang sama sekali tak terduga.

“Saya heran, baru kali ini saya melihat seorang ulama besar yang merasa takut buku-bukunya diambil. Saya tahu kenapa engkau takut buku-buku ini diambil, karena engkau belumlah meletakan ilmu yang ada pada buku-buku di dalam hati dan dadamu. Ilmu-ilmu itu masih tersimpan di dalam kertas-kertas ini. Ketahuilah, Hai Hasan al-Banna! Bahwa ilmu itu ada di dalam dada, bukan pada kertas-kertas ini. Jika semua yang ada di kertas ini sudah engkau pindahkan ke dalam dadamu, tentulah ini semua tidak ada artinya bagimu dan tentu engkau tidak akan takut jika kertas-kertas ini dicuri oleh orang lain,” ujar seorang pencuri.

Usai mengucapkan kalimat tersebut, para pencuri ini pergi meninggalkan rumah Hasan al-Banna tanpa membawa harta dan barang apapun.

Mendengarkan ucapan pencuri itu, Hasan al-Banna terdiam serta meminta ampun kepada Allah SWT atas kelalaiannya terhadap ilmu. Dia menyesali dirinya yang tidak memindahkan ilmu yang ada di buku itu ke dalam dadanya.

Dari kisah di atas dapat diambil pelajaran, jika seseorang mencintai ilmu, maka tidaklah ada yang lebih berharga dalam pandangannya selain buku-buku yang menjadi sumber ilmu. Dia akan rela menghabiskan uangnya, mengurangi belanjanya jika sudah mencintai buku dan ilmu. Bahkan, ia akan menjadi budak buku dan ilmu.

Ilmu tidak akan ada habisnya, dan seorang muslim dianjurkan menuntut ilmu. Banyak hadits yang menjelaskan pentingnya ilmu dalam kehidupan.

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR Muslim).

Dalam hadits lain, Rasulullah SAW bahkan mengatakan bahwa menuntut ilmu sama halnya seperti sedang berjihad,

مَنْخَرَجَفِىطَلَبُالْعِلْمِفَهُوَفِىسَبِيْلِاللهِحَتَّىيَرْجِعَ

Artinya: “Barangsiapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang,” (HR Tirmidzi).

Dengan ilmu juga, seseorang bisa mendapat keutamaan di dunia sekaligus akhirat, sebagaimana hadits Rasulullah SAW,

مَنْ أَرَادَ الدُّنْيَا فَعَلَيْهِ بِاْلعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَ الآخِرَهَ فَعَلَيْهِ بِالْعِلْمِ، وَمَنْ أَرَادَهُمَا فَعَلَيْهِ باِلعِلْمِ

Artinya: “Barangsiapa yang hendak menginginkan dunia, maka hendaklah ia menguasai ilmu. Barangsiapa menginginkan akhirat hendaklah ia menguasai ilmu, dan barangsiapa yang menginginkan keduanya (dunia dan akhirat) hendaklah ia menguasai ilmu,” (HR Ahmad).

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Daud AS, Seorang Raja yang Adil dan Mampu Melunakkan Besi



Jakarta

Nabi Daud AS adalah salah satu nabi dan rasul yang namanya disebutkan dalam Al-Qur’an. Dirinya dikenal sebagai raja yang cerdas, kuat dan pemberani.

Dikisahkan dalam buku Kisah-kisah Terbaik Al-Qur’an oleh Kamal As-Sayyid, Nabi Daud AS memiliki suara yang sangat indah. Siapapun yang mendengarkannya akan tertarik pada beliau.

Dalam Al-Qur’an, cerita mengenai Nabi Daud AS tersemat dalam surat Al Baqarah, Al Anbiya, An Naml, Saba’ dan Shad. Sebagai seorang raja yang adil, ia memerintah rakyatnya berdasarkan hukum Allah dan membela orang-orang yang tertindas.


Kerajaan yang dimiliki oleh Nabi Daud AS bahkan terkenal sangat kuat dan tidak dapat dikalahkan oleh musuh. Mengutip buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, saking kuatnya kerajaan Daud AS selalu memperoleh kemenangan.

Nabi Daud AS sebetulnya bukan keturunan raja. Dirinya diangkat menggantikan Raja Thalut untuk memimpin Bani Israil.

Rakyat Daud AS menjalani kehidupan yang sangat bahagia ketika dirinya memimpin. Nabi Daud AS tinggal di Kota Bethlele, Palestina.

Meski dirinya seorang raja, Nabi Daud AS tidak pernah terlena akan kekayaannya. Ia selalu bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah SWT.

Salah satu mukjizat Nabi Daud AS adalah melunakkan besi layaknya lilin dan mengubah bentuk besi-besi itu tanpa api atau peralatan apapun. Dikutip dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS hingga Nabi Muhammad SAW tulisan Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, mukjizat yang dimilikinya sebagai pembukti bahwa Daud AS adalah rasul Allah dan melemahkan musuh-musuhnya.

Dalam surat Saba’ ayat 10, Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ آتَيْنَا دَاوُودَ مِنَّا فَضْلًا ۖ يَا جِبَالُ أَوِّبِي مَعَهُ وَالطَّيْرَ ۖ وَأَلَنَّا لَهُ الْحَدِيدَ

Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada Daud kurnia dari Kami. (Kami berfirman): “Hai gunung-gunung dan burung-burung, bertasbihlah berulang-ulang bersama Daud”, dan Kami telah melunakkan besi untuknya.”

Dengan mukjizatnya itu, Nabi Daud mampu membuat baju besi yang dimodifikasi sedemikian rupa. Bajunya dapat membuat pemakainya lebih bebas bergerak dan tidak kaku.

Drs. Husaini, SH dalam tulisan ilmiahnya yang berjudul Nabi Daud Alaihis Salam Sebagai Sosok Hakim yang Bijaksana, menyebut bahwa baju besi tersebut merupakan pakaian yang dikenakan untuk memelihara manusia dari serangan yang mematikan saat perang Thalut sedang terjadi antara satu pasukan perang dengan lainnya.

Wallahu ‘alam bishhawab.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com