Tag Archives: kisah

Kisah Juraij dan Bayi yang Dapat Berbicara



Yogyakarta

Kisah Juraij dan bayi yang dapat berbicara merupakan salah satu kisah menarik dalam Islam yang mengajarkan nilai-nilai keimanan, kejujuran, dan keadilan.

Dikutip dari buku Bukan Kisah Biasa karya Joko Susanto, Juraij merupakan ahli ibadah yang shahih di kalangan Bani Israil. Karena ketekunannya dalam sholat dan beribadah, ia mengabaikan ibunya selama tiga hari hingga membuat ibunya kesal.

Ketika sedang sholat, Juraij berkata, “Ya Allah, ibuku dan sholatku.” Juraij pun memilih sholatnya. Karena kekesalan ibunya itu, ibu Juraij berdoa agar Allah SWT mendatangkan wanita pezina kepada Juraij.


Dikutip dari buku Tiga Bayi Bisa Bicara karya Al’Ajami Damahuri Khalifah, kemudian, datanglah seorang wanita pezina yang merayu Juraij. Namun, usaha wanita pezina itu gagal karena keimanan Juraij.

Karena putus asa, wanita pezina itu bersetubuh dengan seorang penggembala hingga melahirkan seorang bayi.

Setelah ia melahirkan bayi, ia kembali menemui Juraij dan menuduhnya bahwa bayi itu adalah anak Juraij. Karena itulah, masyarakat Bani Israel marah dan merobohkan tempat ibadah Juraij.

Juraij pun menghadapi cobaan itu dengan tenang. Ia pun meminta masyarakat Bani Israel untuk mendatangkan bayi itu, kemudian ia sholat dua rakaat.

Setelah sholat, Juraij mendekati bayi itu dan menekan perutnya sambil berkata, “Hai ghulam, siapa sebenarnya bapakmu?” Bayi tersebut menjawab, “Fulan, si penggembala kambing.”

Para masyarakat Bani Israel terkejut dan terkesan oleh kejadian tersebut. Mereka meminta maaf kepada Juraij.

Mereka pun hendak membangun kembali tempat ibadah Juraij dengan emas, namun Juraij hanya meminta mereka untuk membangunnya dengan tanah seperti sebelumnya.

Pelajaran dari Kisah Juraij dan Bayi yang Dapat Berbicara

Kisah Juraij dan bayi yang dapat berbicara mengandung beberapa pelajaran seperti yang terdapat dalam buku Bukan Kisah Biasa karya Joko Susanto,

Selalu bertaqwa kepada Allah SWT

Allah SWT akan menyelamatkan hambanya karena seshalihan dan ketaqwaannya, sebagaimana Dia menyelamatkan Juraij dan membebaskannya dari tuduhan yang ditujukan kepadanya.

Hati-hati dengan tuduhan tanpa bukti

Kisah tersebut menunjukkan pentingnya berhati-hati dalam mempercayai tuduhan terhadap seseorang tanpa bukti yang cukup. Masyarakat Bani Israel telah menuduh Juraij tanpa adanya bukti yang konkret.

Memaafkan kesalahan sesama

Islam telah mengajarkan pentingnya memaafkan kesalahan orang lain dan memberikan kesempatan untuk beribadah. Pada kisah di atas, Juraij pun menerima permintaan maaf dari kaum Bani Israel yang telah menuduhnya dan menghancurkan tempat beribadahnya.

Meminta maaf jika melakukan kesalahan

Hendaknya meminta maaf jika terdapat melakukan kesalahan kepada siapapun. Seperti yang kaum Bani Israel lakukan, mereka meminta maaf kepada Juraij karena telah menuduh dan menghancurkan tempat ibadahnya. Mereka pun hendak membangun tempat ibadah baru untuk Juraij.

Kebenaran dan keadilan selalu ditegakkan

Allah SWT Maha Adil dan Maha Mengetahui. Segala perbuatan umatnya akan diketahui oleh-Nya. Seperti yang Juraij hadapi, meskipun ia dihadapkan dengan situasi yang sulit, ia tetap teguh pada prinsipnya dan mempercayakan segalanya kepada Allah SWT.

Medoakan anak dengan kebaikan

Dalam kisah ini juga dapat diambil pelajaran bagi para orang tua agar senantiasa memberikan doa-doa baik untuk anaknya. Jangan sampai emosi dan kemarahan membuat orang tua mendoakan keburukan pada anaknya.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah SAW dengan Burung yang Berdzikir dan Unta yang Menangis



Jakarta

Allah SWT memberikan banyak mukjizat kepada Rasulullah SAW, salah satunya yakni dapat mengerti bahasa binatang. Dalam sebuah riwayat, dikisahkan saat Rasulullah SAW bertemu seekor burung buta yang berdzikir serta seekor unta yang menangis kelaparan.

Ada beberapa kisah tentang Rasulullah SAW yang dapat memahami percakapan binatang. Semua kisah ini dapat memberi pelajaran sekaligus menegaskan bahwa Allah SWT memiliki kuasa atas alam semesta dan isinya.

Merangkum buku Kisah Mengagumkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW oleh Khoirul Anam, diceritakan sebuah kisah yang berasal dari sahabat Anas ibn Malik r.a. yang menuturkan bahwa suatu hari ia pergi ke gurun bersama Rasulullah SAW dan bertemu seekor burung buta.


Anas ibn Malik dan Rasulullah SAW menyaksikan seekor burung yang sedang berkicau. Beliau bertanya kepada Anas Ra, “Apakah kau tahu, apa yang dikatakan burung ini?”

Anas lantas menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.”

“Burung itu mengatakan, Ya Allah, Engkau telah menghilangkan penglihatanku dan Engkau menciptakanku dalam keadaan buta. Maka, berilah rezeki kepadaku, karena aku lapar,” kata Rasulullah SAW.

Tiba- tiba, Rasulullah SAW dan Anas r.a. melihat burung lain datang membawa belalang di mulutnya dan memasukkannya ke mulut burung yang buta itu. Setelah makan, burung itu kembali berkicau.

“Apakah kau tahu apa yang dikatakan burung ini barusan?” tanya Rasulullah SAW lagi.

“Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui,” kata Anas r.a

“Burung ini mengatakan, Segala puji bagi Allah yang tidak melupakan siapa pun yang mengingat-Nya,” jelas beliau.

Dalam riwayat lain, disebutkan bahwa burung itu berkata, “Barangsiapa yang tawakal kepada Allah SWT, Dia akan mencukupinya.”

Kisah yang nyaris serupa dialami sahabat Abdullah ibn Ja’far. la menuturkan bahwa suatu hari ia menemani Rasulullah SAW dalam suatu perjalanan.

Di tengah perjalanan, Rasulullah SAW ingin buang hajat. Biasanya, beliau suka dinding yang tinggi atau rerimbunan pohon kurma yang berdekatan sebagai tirainya. Maka, beliau pergi ke balik sebuah dinding (bangunan) milik orang Anshar.

Ternyata, di dalamnya ada seekor unta jantan. Ketika Rasulullah SAW melihatnya, unta itu merintih seraya meneteskan air mata.

Melihat keadaannya, Rasulullah SAW mendekatinya dan menghapus air matanya. Unta itu pun terdiam dan tak lagi merintih.

Rasulullah SAW bertanya, “Siapakah pemilik unta ini?”

Kemudian datang seorang pemuda Anshar dan berkata, “Ia milikku, wahai Rasulullah SAW.”

“Apakah kamu tidak takut kepada Allah yang telah mengaruniakan unta ini kepadamu? Sungguh, unta ini mengadu kepadaku bahwa kau membuatnya lapar dan susah.”

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Sulaiman AS dan Semut yang Berdoa agar Diturunkan Hujan



Jakarta

Nabi Sulaiman AS terkenal dengan mukjizatnya yang dapat berbicara dengan hewan. Tak sampai di situ, Sulaiman AS bahkan mampu membuat para hewan itu patuh terhadap perintahnya.

Nabi Sulaiman AS juga mampu berbicara dengan bangsa jin. Selain itu, dirinya dianugerahi kekayaan dan kekuasaan yang luar biasa oleh Allah SWT.

Menurut buku Rahasia Kekayaan Nabi Sulaiman: Amalan-amalan Pelimpah Rezeki Nabi Sulaiman tulisan Muhammad Gufron Hidayat, dengan kekayaan yang melimpah itu justru Nabi Sulaiman AS semakin bertakwa kepada Allah SWT. Dikatakan, dirinya merupakan orang terkaya di muka bumi.


Nabi Sulaiman pernah berdoa kepada Allah SWT agar diberikan mukjizat dan harta kekayaan yang melimpah. Dalam Al-Qur’an surat An Naml ayat 35, Allah SWT berfirman:

وَإِنِّى مُرْسِلَةٌ إِلَيْهِم بِهَدِيَّةٍ فَنَاظِرَةٌۢ بِمَ يَرْجِعُ ٱلْمُرْسَلُونَ

Arab latin: Wa innī mursilatun ilaihim bihadiyyatin fa nāziratum bima yarji’ul-mursalụn

Artinya: Dan sesungguhnya aku akan mengirim utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah, dan (aku akan) menunggu apa yang akan dibawa kembali oleh utusan-utusan itu.”

Selain kaya raya, ada sebuah cerita menarik mengenai Nabi Sulaiman AS dan hewan semut yang meminta air. Seperti yang diketahui, sang nabi diberi mukjizat memahami bahasa hewan dan berbicara dengan mereka.

Mengutip buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an karya Adil Musthafa Abdul Halim. Kala itu, Sulaiman AS hendak melaksanakan salat istisqa sebelum akhirnya mendapati seekor semut yang sedang terbaring sambil mengangkat tangan dan kakinya ke arah langit seraya berkata,

“Ya Allah sesungguhnya saya adalah salah satu makhluk ciptaan-Mu yang tidak bisa hidup tanpa curahan air dari-Mu. Jika kamu tidak mencurahkan air kepada kami, kami akan binasa.”

Usai menyaksikan perbuatan si semut, Sulaiman AS lalu meminta orang-orang yang mengiringinya untuk kembali lalu berkata,

“Sesungguhnya Allah telah mencurahkan air berkat doa makhluk lain,”

Dalam kesempatan lain, ada juga kisah Nabi Sulaiman AS dengan gerombolan semut. Menukil buku The Leadership of Sulaiman karya Ibnu Mas’ud, kala itu pasukan Sulaiman AS melakukan parade.

Pasukannya tidak hanya terdiri dari manusia, melainkan juga jin dan burung. Ketika hendak melewati segerombolan semut, ratu semut meminta gerombolannya agar menghindar dari jalanan untuk bersembunyi di dalam lubang-lubang agar tidak terinjak oleh pasukan Nabi Sulaiman AS.

Sulaiman AS ternyata mendengar percakapan gerombolan semut itu. Ia lalu memerintahkan pasukannya untuk berhenti sejenak seraya berkata,

“Berhentilah sejenak. Kita memberi jalan untuk makhluk yang berlindung kepada Allah Ta’ala,”

Kisah ini diabadikan dalam Al-Qur’an surah An Naml ayat 18-19,

(18) حَتّٰىٓ اِذَآ اَتَوْا عَلٰى وَادِ النَّمْلِۙ قَالَتْ نَمْلَةٌ يّٰٓاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَدْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ
(19) عِبَادِكَ الصّٰلِحِيْنَ

Artinya: hingga ketika sampai di lembah semut, ratu semut berkata, “Wahai para semut, masuklah ke dalam sarangmu agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadarinya.”

Dia (Sulaiman) tersenyum seraya tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku (ilham dan kemampuan) untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan untuk tetap mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai. (Aku memohon pula) masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”

Para pasukan Nabi Sulaiman AS merasa bingung, sebab di depan mereka tidak ada satu pun makhluk hidup yang melintas. Sang nabi lantas memberitahu bahwa sehasta tepat di depannya ada lembah dengan jumlah jutaan semut yang sedang mencari perlindungan agar tidak terlindas oleh kuda pasukannya.

Setelahnya, Sulaiman AS berkata:

“Wahai Tuhanku, berikanlah ilham dan taufik kepadaku agar aku dapat mensyukuri nikmat dan keutamaan yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku. Berikanlah taufik kepadaku agar aku dapat melakukan kebaikan yang dapat mendekatkan aku kepadamu serta perbuatan yang kamu sukai dan kamu ridhai. Masukkanlah aku ke surga yang merupakan rumah yang indah bersama dengan hamba hamba-Mu yang saleh.”

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah yang Penuh Hikmah


Jakarta

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA merupakan salah satu kisah cinta yang paling agung dalam sejarah Islam. Kisah ini terjadi saat Rasulullah SAW berusia 25 tahun.

Dikutip dari Sirah Nabawiyah karya Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri, Nabi Muhammad SAW merupakan pemuda yang memiliki akhlak baik dan bekerja sebagai pedagang, sedangkan Khadijah RA merupakan seorang janda 40 tahun yang terpandang, cantik, kaya, terhormat, dan dikenal sebagai pedagang yang sukses.

Pertemuan pertama antara Khadijah RA dan Nabi Muhammad SAW terjadi ketika Khadijah RA mempekerjakan Nabi Muhammad SAW untuk membawa barang dagangannya ke Syam. Nabi Muhammad SAW pun pergi ke Syam bersama pelayan Khadijah RA yang bernama Maisarah. Mereka mendapatkan keuntungan yang berlipat ganda dari hasil penjualan tersebut.


Maisarah mengabarkan kepada Khadijah RA tentang sifat mulia, kecerdikan, dan kejujuran Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut membuat Khadijah RA kagum dan tertarik dengan Nabi Muhammad SAW.

Khadijah RA meminta rekannya, Nafisah binti Munyah, untuk menemui Nabi Muhammad SAW dan membuka jalan agar beliau mau menikah dengannya. Nabi Muhammad SAW pun menerima tawaran tersebut dan menemui paman-pamannya. Kemudian paman Nabi Muhammad SAW menemui paman Khadijah RA untuk mengajukan lamaran.

Setelah semua dianggap selesai, maka pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah pun dilaksanakan dengan maskawin 20 ekor unta.

Khadijah RA adalah wanita pertama yang dinikahi Nabi Muhammad SAW. Beliau tidak pernah menikahi wanita lain sampai Khadijah RA meninggal.

Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam bukunya Sirah Nabawiyah Jilid 1 mengemukakan, pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA mendapat karunia dua anak laki-laki dan empat anak perempuan.

Anak pertama laki-laki bernama Al-Qasim dan anak kedua bernama Abdullah. Mereka wafat pada saat masih kecil. Adapun, anak perempuan mereka bernama Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, da Fathimah. Mereka semua masuk Islam dan ikut hijrah ke Madinah serta menikah.

Hikmah dari Kisah Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah

Masih mengutip dari sumber buku yang sama, bahwa dari kisah pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA di atas memiliki beberapa hikmah, di antaranya:

  • Berdagang dengan Cara Amanah dan Jujur

Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA menerapkan cara untuk berdagang dengan amanah dan jujur. Hal tersebut memberikan keuntungan yang cukup besar. Allah SWT menganugerahkan berkah kepada Khadijah melalui usaha yang dijalankan oleh Nabi Muhammad SAW.

  • Berdagang Merupakan Sumber Penghasilan atau Rezeki

Nabi Muhammad SAW sebelum diutus menjadi nabi dan rasul melakukan kegiatan berdagang untuk memenuhi kebutuhannya. Beliau selalu mempelajari dunia bisnis dari pamannya.

  • Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Khadijah RA adalah takdir Allah SWT

Allah SWT telah memilih Khadijah RA untuk dijadikan istri Nabi Muhammad SAW. Khadijah RA diharapkan akan meringankan beban kehidupan ekonomi Nabi Muhammad SAW dan membantu beliau dalam mengemban Islam, serta menemani duka Nabi Muhammad SAW.

  • Pernikahan Bukan Sekadar untuk Kenikmatan Biologis

Nabi Muhammad SAW menikahi Khadijah RA yang berusia 40 tahun, yakni lebih tua dari usia Nabi Muhammad SAW. Beliau menikah dengan Khadijah RA karena dia adalah wanita terhormat dan terpandang di tengah kaumnya. Khadijah RA juga memiliki predikat sebagai wanita suci dan terjaga kehormatannya.

Hikmah di Balik Wafatnya Putra Nabi dan Khadijah

Terdapat hikmah dibalik wafatnya kedua putra mereka yang belum menginjak dewasa. Allah SWT telah menganugerahkan mereka anak laki-laki agar tidak menjadi bahan cemooh karena tidak bisa memberikan keturunan anak laki-laki.

Meskipun Nabi Muhammad SAW dan Khadijah RA mendapatkan ujian berat ini, mereka tetap tabah menerimanya karena hal ini merupakan cobaan yang diberikan oleh Allah SWT.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abdullah bin Hudzafah, Sahabat Nabi yang Jadi Tawanan Romawi


Jakarta

Kisah para sahabat Nabi Muhammad SAW adalah bagian tak terpisahkan dari sejarah Islam yang membawa inspirasi, pengajaran, dan teladan bagi umat Islam hingga hari ini. Tak terkecuali kisah Abdullah bin Hudzafah.

Abdullah bin Hudzafah adalah seorang sahabat Nabi Muhammad yang memiliki pengalaman istimewa dalam perjalanan hidupnya. Ia pernah menjadi seorang tawanan.

Kisah Abdullah bin Hudzafah

Dikutip dari buku Lembaran Kisah Mutiara Hikmah karya Dian Erwanto, Abdullah bin Hudzafah merupakan salah satu sahabat nabi yang menjadi panglima muslim dalam pembukaan Kota Syam.


Abdullah bin Hudzafah diutus untuk menjalankan misi penting, yaitu memerangi penduduk kaisar di Palestina di tepi tengah laut. Namun atas takdir Allah SWT, misinya gagal dan ia ditangkap oleh tentara Romawi.

Dikutip dari buku 500 Kisah Orang Saleh Penuh Hikmah karya Imam Ibnul Jauzi, terjadilah dialog antara Abdullah dengan pemimpin Romawi.

Pemimpin Romawi tersebut meminta Abdullah untuk meninggalkan Islam dan memeluk agama Kristen. Namun, karena Abdullah menolaknya, dia hendak dilemparkan ke dalam kuali yang berisi minyak mendidih.

Sesaat sebelum Abdullah dilempar ke kuali tersebut, ia ketakutan dan menangis. Pemimpin Romawi mengangkatnya.

Abdullah berkata, “Kalian pikir saya menangis karena takut?! Sama sekali bukan, tapi saya menangis karena saya hanya punya satu jiwa saja. Saya sangat berharap seandainya saya punya seratus jiwa dan semuanya dibunuh dalam kondisi seperti ini, yaitu ketika berjuang di jalan Allah.”

Pemimpin Romawi tersebut kagum dan takjub mendengarnya, dan dia kembali meminta Abdullah untuk memeluk Kristen. Namun, Abdullah tetap menolaknya. Pemimpin Romawi itu kemudian menawarkan akan membebaskan Abdullah dengan syarat mau mencium kepalanya.

Abdullah pun menyanggupi tawaran tersebut. Pemimpin Romawi itu membebaskan Abdullah dan 80 tawanan muslim lainnya.

Sepulang dari Romawi, Umar bin Khaththab mencium kepala Abdullah bin Hudzafah sebagai bentuk penghargaan.

Sejak saat itulah, Abdullah bin Hudzafah menjadi candaan para sahabat. Para sahabat berkata, “Engkau pernah mencium kepala ilj (sebutan untuk perwira kafir ajam yang bertubuh besar, kekar, dan kuat.)”

Pelajaran dari Kisah Abdullah bin Hudzafah

Kisah Abdullah bin Hudzafah di atas menyimpan banyak pelajaran berharga bagi umat Islam, beberapa di antaranya,

Kisah Abdullah bin Hudzafah mengajarkan umat Islam mengenai betapa pentingnya keteguhan dalam keimanan meskipun telah menghadapi beberapa ujian yang sangat berat.

  • Kesetiaan yang Tak Tergoyahkan

Abdullah bin Hudzafah merupakan contoh nyata kesetiaan yang tak tergoyahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Kesetiaan tersebut merupakan salah satu nilai penting dalam Islam.

  • Komitmen dalam Perjuangan

Meskipun Abdullah bin Hudzafah menghadapi ujian keimanan yang berat, beliau tetap berkomitmen untuk memeluk Islam dan tidak melepaskannya meskipun ia tahu bahwa akan mendapatkan siksaan dari pemimpin Romawi jika tidak memeluk Kristen.

  • Pengorbanan untuk Kebenaran

Kisah Abdullah bin Hudzafah merupakan salah satu kisah dengan pengorbanan yang besar. Ia rela mengorbankan dirinya demi melindungi Nabi Muhammad SAW dan agama Islam

  • Inspirasi bagi Generasi Selanjutnya

Kisah hidup Abdullah bin Hudzafah adalah inspirasi bagi generasi Muslim selanjutnya. Ia menunjukkan bagaimana seorang individu dapat berubah menjadi pribadi yang saleh dan bermanfaat bagi umat Islam.

Kisah Abdullah bin Hudzafah adalah salah satu cerita dalam sejarah Islam yang menginspirasi dan memberikan banyak pelajaran berharga. Kesetiaan, pengorbanan, dan keteguhan dalam keimanan yang ia tunjukkan bisa menjadi teladan bagi umat Islam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Umar bin Khattab, Abu Bakar dan Seorang Nenek Tua yang Buta



Jakarta

Setelah Rasulullah SAW wafat, Abu Bakar Ash Shiddiq menggantikan peran beliau sebagai pemimpin kaum muslimin atau khalifah. Abu Bakar menerima jabatan sebagai khalifah ketika Islam dalam keadaan gawat dan krisis.

Mengutip buku Pengantar Studi Islam susunan Shofiyun Nahidloh S Ag M H I, kala itu muncul para nabi palsu hingga berbagai pemberontakan yang mengancam eksistensi negeri Islam. Pengangkatan Abu Bakar sendiri berdasarkan keputusan bersama balai Tsaqiddah Bani Sa’idah.

Pada masa kepemimpinan Abu Bakar sebagai Khalifah pertama, ada sebuah kisah menarik di baliknya. Suatu hari, Umar bin Khattab tengah mengawasi Abu Bakar di waktu fajar.


Dikisahkan dalam buku Umar bin Khattab susunan A R Shohibul Ulum, Umar melihat gerak-gerik Abu Bakar di pinggiran kota Madinah selepas Subuh.

Melihat hal itu, Umar bin Khattab merasa penasaran. Ia lantas mengikuti Abu Bakar dan mendapati sang Khalifah datang ke gubuk kecil.

Abu Bakar tidak berlama-lama di gubuk itu. Selang beberapa saat, ia beranjak dari gubuk tersebut dan kembali ke rumahnya.

Umar bin Khattab tidak tahu menahu akan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar. Keesokan harinya, Umar kembali memantau Abu Bakar pergi menuju gubuk kecil itu, ini dilakukan selama berhari-hari oleh Umar.

Berdasarkan yang Umar bin Khattab saksikan, Abu Bakar tidak pernah sekalipun absen mebgunjungi gubuk tersebut. Merasa penasaran, Umar akhirnya memutuskan untuk masuk ke dalam gubuk kecil setelah Abu Bakar pergi meninggalkan tempat itu.

Umar kaget melihat seorang nenek tua yang lemah dan tidak dapat bergerak. Sang nenek mengalami kebutaan pada kedua matanya.

Merasa tercengang akan hal yang ia saksikan, Umar lantas bertanya pada si nenek.

“Apa yang dilakukan laki-laki itu tadi di sini, nek?”

Sang nenek menjawab, “Demi Allah, aku tidak mengetahui, wahai anakku. Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku ini dan menyapunya. Dia juga menyiapkan makanan untukku. Kemudian, dia pergi tanpa berbicara apa pun denganku,”

Umar makin tercengang. Ternyata nenek tersebut sama sekali tidak mengetahui bahwa pria yang membersihkan rumahnya dan menyiapkan makanan untuknya adalah sang Khalifah, Abu Bakar ASh-Shiddiq.

Mendengar jawaban si nenek, Umar bin Khattab menekuk kedua lututnya seraya menangis. Ia lalu berkata,

“Sungguh, engkau telah membuat lelah khalifah sesudahmu, wahai Abu Bakar,”

Padahal, saat itu Umar bin Khattab sama sekali tidak tahu bahwa dirinya yang nanti akan menggantikan Abu Bakar sebagai khalifah. Ia merasa sangat kagum dengan amalan yang dilakukan oleh Abu Bakar.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Masuk Islamnya Abu Bakar Ash-Shiddiq di Hadapan Rasulullah SAW



Jakarta

Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah salah satu sahabat Rasulullah SAW yang kerap mendampingi beliau semasa hidupnya. Bahkan, sepeninggalan Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar ditunjuk menjadi Khalifah pertama untuk memimpin kaum muslim.

Dijelaskan dalam buku Abu Bakar Ash-Shiddiq: Syakhshiyatu Wa ‘Ashruhu karya Ali Muhammad Ash-Shalabi nama asli Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah Abdullah bin Utsman bin Amir bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ai bin Ghalib Al-Qurasyi At-Taimi.

Sementara itu, nama Abu Bakar ia dapatkan setelah memeluk agama Islam. Setelah menyatakan keislamannya, Rasulullah SAW mengubah nama Abu Bakar menjadi Abdullah bin Abu Quhafah yang artinya hamba Allah putra Quhafah Utsman, demikian dikutip dari Tarikh Khulafa: Sejarah Para Khalifah oleh Imam As-Suyuthi.


Abu Bakar Ash Shiddiq memiliki nasab langsung dari Rasulullah SAW. Disebutkan dalam Sirah wa Hayah Ash-Shiddiq karya Majdi Fathi As-Sayyid, nasab Abu Bakar Ash Shiddiq bertemu dengan nasab Rasulullah SAW pada kakek keenam, yaitu Murrah bin Ka’ab.

Melansir dari Tarikh Khulafa oleh Ibrahim Al-Quraibi, Abu Bakar disebut sebagai orang pertama yang memeluk Islam, sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad dari Asma’ binti Abu Bakar yang berkata,

“Ayahku masuk Islam, sebagai muslim pertama. Dan demi Allah aku tidak mengingat tentang ayahku kecuali ia telah memeluk agama ini.”

Dalam pendapat lainnya disebutkan bahwa Khadijah-lah yang pertama kali memeluk Islam. Ada juga yang mengatakan Ali bin Abi Thalib, wallahu alam.

Terkait kisah keislaman Abu Bakar ini diceritakan dalam riwayat Abu Hasan Al-Athrabulusi melalui Al-Bidayah yang dikutip oleh Suparnno dalam buku Sahabat Rasululloh Abu Bakar Ash-Shiddiq.

Sebagai kawan Rasulullah SAW sejak zaman Jahiliyah, Abu Bakar suatu hari menemui beliau dan bertanya,

“Wahai Abul Qosim (panggilan Nabi), ada apa denganmu, sehingga engkau tidak terlihat di majelis kaummu dan orang-orang yang menuduh bahwa engkau telah berkata buruk tentang nenek moyangmu dan lain-lain lagi?”

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah SWT dan aku mengajak kamu kepada Allah SWT.”

Setelah Rasulullah SAW selesai berbicara, Abu Bakar langsung memeluk Islam. Setelahnya, beliau menjadi seorang sahabat yang memperjuangkan Islam bersama Rasulullah SAW. Saat masuk Islam, Abu Bakar menginfakkan 40.000 dirham hartanya di jalan Allah SWT.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Yahya AS yang Dibunuh saat Ibadah


Jakarta

Nabi Yahya AS termasuk 25 nabi dan rasul yang wajib diimani umat Islam. Beberapa kisahnya semasa hidup turut diceritakan dalam Al-Qur’an dan buku-buku kisah nabi, salah satunya kisah wafatnya Nabi Yahya AS.

Nabi Yahya AS adalah putra satu-satunya Nabi Zakaria AS dan merupakan mukjizat yang diberikan Allah SWT kepadanya. Bagaimana tidak? Nabi Zakaria AS memiliki anak ketika usianya sangat lanjut dan bahkan istrinya adalah seorang wanita mandul. Hal ini dijelaskan dalam buku Riwayat 25 Nabi dan Rasul oleh Gamal Komandoko.

Diceritakan dalam buku tersebut, jetika Nabi Yahya AS dilahirkan, keadaan Bani Israil sedang berada di bawah penjajahan bangsa Romawi. Saat itu Raja Herodes menjabat sebagai wakil kekaisaran Romawi yang berkedudukan di Palestina. Ia merupakan pemimpin yang amat kejam, bengis, dan tidak mengenal perikemanusiaan.


Pada saat itu juga, Bani Israil terpecah menjadi dua kelompok. Kelompok mayoritas adalah kaum Bani Israil yang tidak lagi menjadikan Allah SWT sebagai Tuhan dan sesembahan, sedangkan kelompok minoritas tetap berpegang teguh pada ajaran Taurat dan Zabur.

Nabi Yahya AS dikenal sebagai pemuda yang saleh. Ia sering berjuang bersama ayahnya untuk mengemban risalah Allah SWT yakni dengan menyadarkan kaum Bani Israil kepada jalan yang benar.

Nabi Yahya AS muda benar-benar bisa merasakan permusuhan dan pertentangan yang dilakukan kaumnya kepadanya dan ayahnya. Terlebih lagi ketika tokoh-tokoh Bani Israil bersekutu dengan Raja Herodes untuk menentang dakwah mereka.

Allah SWT lalu mengangkat Yahya AS menjadi seorang nabi yang mengajarkan ajaran kitab Taurat kepada kaumnya. Beberapa dari kaum tersebut tersadar atas perbuatan dosa mereka, sehingga Nabi Yahya AS melakukan pertobatan atas mereka.

Nabi Yahya AS memercikkan air dari sungai Yordan di atas kepala orang yang hendak bertobat. Kegiatan yang disebut dengan pembaptisan ini memiliki maksud sebagai tanda pertobatan dan bukan pencucian dosa-dosa. Oleh karena itu, Nabi Yahya AS dikenal sebagai Yahya Sang Pembaptis.

Kisah Wafatnya Nabi Yahya AS

Kisah wafatnya Nabi Yahya AS berawal dari berita menggemparkan dari Raja Herodes yang hendak menikahi anak tirinya sendiri yang bernama Herodia.

Pernikahan antara Raja Herodes dan putrinya, Herodia sudah mendapatkan persetujuan dari istri Herodes yang juga merupakan ibu Herodia. Oleh sebab itu, tidak ada lagi orang yang berani untuk mengungkapkan ketidaksetujuannya.

Berbeda dari semua orang, Nabi Yahya AS justru sangat menentang pernikahan antar keluarga ini. Pernikahan ini merupakan perbuatan yang terlarang dalam kitab Taurat dan tentu saja Nabi Yahya AS harus meluruskannya.

Nabi Yahya AS tidak gentar untuk menentang pernikahan Raja Herodes tersebut. Ia menyatakan dengan lantang apa yang akan diperbuat oleh Raja Herodes adalah sebuah kesalahan.

Raja Herodes pun sangat murka dengan Nabi Yahya AS. Ia berniat untuk menangkap dan menjatuhkan hukuman terberatnya karena keberanian Nabi Yahya AS menentang kehendaknya.

Berbeda dari ayahnya, Herodia berusaha membujuk Nabi Yahya AS dengan cara yang berbeda. Ia memanfaatkan kecantikan dan tubuhnya yang bagus untuk merayu Nabi Yahya AS dan hendak melakukan hal yang tidak pantas.

Nabi Yahya AS pun menolak dengan tegas ajakan Herodia tersebut. Hal ini berujung pada kemarahan Herodia dan fitnah yang menyebar berkaitan dengan Nabi Yahya AS. Ia dituduh ingin menikahi Herodia sehingga ia membuat peraturan bahwa pernikahan dengan ayahnya sendiri dilarang di dalam Taurat.

Mendengar aduan dari anaknya dan calon istrinya tersebut, Raja Herodes lantas marah besar. Ia memerintahkan para prajuritnya untuk menangkap dan membunuh Nabi Yahya AS.

Para prajurit pun menemukan Nabi Yahya AS. Ia sedang beribadah kepada Allah SWT. Tanpa basa basi, prajurit itu pun langsung menebaskan pedangnya ke arah kepala Nabi Yahya AS.

Nabi Yahya AS wafat seketika karena terpenggal kepalanya. Ia wafat sebagai seorang syuhada yang selalu membela agama Allah SWT.

Kisah wafatnya Nabi Yahya AS tersebut tidak diceritakan dalam Al-Qur’an maupun hadits nabi, melainkan dari israiliyat–sebuah riwayat Bani Israil yang bersumber dari orang Yahudi dan Nasrani. Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Mukjizat Nabi Yakub dan Kisah Singkatnya


Jakarta

Nabi Yaqub AS adalah salah satu nabi memiliki sejumlah mukjizat. Mukjizat Nabi Yaqub AS yang terkenal adalah memiliki indra penciuman yang tajam.

Nabi Yakub AS adalah anak dari Nabi Ishaq AS bin Ibrahim AS dan Rifqah binti A’zar. Dirinya diutus oleh Allah SWT untuk berdakwah kepada menjadi rasul di negeri Kan’an. Hal ini diceritakan dalam buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi oleh Rizem Aizid.

Nabi Yakub AS memiliki empat orang istri. Istri-istri Nabi Yakub AS adalah Laya (Leah), Rahil (Rahel), Zulha, dan Balhah.


Pernikahan Nabi Yakub AS dengan Laya dikaruiani empat orang keturunan, yakni Rabil, Yahuda, Syam’un, dan Lawi. Sedangkan dengan Rahil, ia dikaruniai dua orang anak berakhlak mulia bernama Yusuf dan Bunyamin.

Nabi Yakub AS memiliki julukan Israil. Kata Israil diambil dari gabungan dua kata, “Isra” yang artinya “budak,” dan “eli” yang artinya “Tuhan.” Dalam bahasa Arab, nama ini biasanya disebut dengan Abdullah.

Maka dari itu, keturunan anak cucu Israil atau Nabi Yakub AS disebut dengan Bani Israil. Mereka mulai menyebar di seluruh penjuru dunia. Ada dari mereka yang tetap berpegang pada agama Nabi Yakub AS, ada juga yang memeluk agama lain.

Mukjizat Nabi Yakub

Sebagai seorang nabi tentunya Nabi Yakub AS dianugerahi mukjizat oleh Allah SWT. Apa saja mukjizat Nabi Yakub AS tersebut? Berikut penjelasannya.

1. Bisa Mencium Aroma dari Jarak yang Sangat Jauh

Diambil dari buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam AS hingga Muhammad SAW oleh Usman bin Affan bin Abul As bin Umayyah bin Abdu Syams, mukjizat Nabi Yakub AS adalah memiliki indra penciuman yang sangat tajam.

Nabi Yakub AS bisa mencium aroma dari tempat yang ditempuh dalam delapan hari perjalanan. Ini terjadi ketika ia mencium baju Nabi Yusuf AS dan mendapatkan semerbak wanginya.

2. Bersifat Tawakal dan Mengetahui Segalanya dari Allah SWT

Mukjizat Nabi Yakub AS yang kedua adalah tawakal dan mengetahui segalanya dari Allah SWT. Hal ini dicantumkan dalam surah Yusuf ayat 86 yang berbunyi,

قَالَ اِنَّمَآ اَشْكُوْا بَثِّيْ وَحُزْنِيْٓ اِلَى اللّٰهِ وَاَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Dia (Ya’qub) menjawab, “Hanya kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku. Aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui.”

Selain itu, Allah SWT juga menjelaskan kelebihan ilmu Nabi Yaqub AS dalam surah Yusuf ayat 96 yang berbunyi,

فَلَمَّآ اَنْ جَاۤءَ الْبَشِيْرُ اَلْقٰىهُ عَلٰى وَجْهِهٖ فَارْتَدَّ بَصِيْرًاۗ قَالَ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْۙ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مِنَ اللّٰهِ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

Artinya: “Ketika telah tiba pembawa kabar gembira itu, diusapkannya (baju itu) ke wajahnya (Ya’qub), lalu dia dapat melihat kembali. Dia (Ya’qub) berkata, “Bukankah telah aku katakan kepadamu bahwa aku mengetahui dari Allah apa yang tidak kamu ketahui?”

3. Menguasai Bahasa Aramiya

Mujizat Nabi Yakub AS selanjutnya adalah mampu menguasai bahasa Aramiya dengan dialek Kan’an (suku) Hyksos dari Arab Mutarriba. Ini adalah orang Arab sebelum berkembangnya Arab Musta’riba keturunan Nabi Ismail AS bahasa kakeknya, Ibrahim AS, yaitu bahasa Aramiya dengan dialek Kildani.

Nabi Yaqub AS wafat ketika usianya sudah menginjak 147 tahun di Mesir. Wafat pada usia tua ini juga kerap disebut sebagai salah satu mukjizat Nabi Yaqub AS.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Istri Nabi Musa AS yang Pemalu dan Sangat Setia



Jakarta

Nabi Musa AS memiliki seorang istri yang bernama Shafura. Ia merupakan perempuan yang pemalu lagi setia hatinya. Dirinya tidak segan dan mundur ketika harus berjuang dengan suaminya, sedangkan dirinya masih dalam keadaan mengandung.

Kisah Shafura RA ini diabadikan dalam sebuah buku yang berjudul 29 Kisah Istri yang Dijamin Masuk Surga yang ditulis oleh Laila Ummul Janan. Berikut kisah istri Nabi Musa AS selengkapnya.

Pada suatu hari, Nabi Musa AS mendatangi sebuah kota yang sangat sepi. Di sana tidak ada seorang penduduk pun yang melakukan aktivitas.


Di tengah sunyinya kota tersebut, Nabi Musa AS mendengar ada orang yang sedang berselisih. Ia pun segera mendatangi sumber suara tersebut. Ternyata orang yang berselisih tadi adalah dari kaum Bani Israil, kaumnya sendiri, dan kaum Firaun.

Kaum Nabi Musa AS tadi langsung meminta pertolongan kepadanya. Saat itu juga Nabi Musa AS memukul pengikut Firaun hingga tewas.

Melihat orang tersebut tewas tak berdaya, ia pun terkejut karena ia tidak bermaksud untuk membunuhnya. Maka dari itu, Nabi Musa AS langsung bertobat dan meminta ampun kepada Allah SWT.

“Ya Allah, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri, maka ampunilah diriku…” (QS Al-Qashash: 16)

Beberapa hari kemudian, Nabi Musa AS menemui hal yang sama terulang kembali. Nabi Musa AS pun ingin kembali menolong kaumnya yang sesat itu. Tetapi lawannya berkata,

“Apakah engkau bermaksud membunuhku sebagaimana kemarin engkau membunuh seseorang? Engkau hanya bermaksud menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri ini (Mesir), dan engkau tidak bermaksud menjadi salah seorang dari orang-orang yang mengadakan perdamaian.” (QS Al-Qashash: 19)

Setelah itu, ada kabar miring mengenai Nabi Musa AS yang tersebar ke seluruh penjuru Mesir. Dirinya pun menjadi “buronan” para algojo Firaun.

Tak lama, datanglah seorang lelaki yang menyarankan Nabi Musa AS untuk segera pergi dari Mesir. Akhirnya ia pun menuruti nasihat dari orang tersebut untuk mencari tempat lain yang aman.

Dalam perjalanan mencari tempat yang aman itu, Nabi Musa AS tiba di suatu tempat bernama Kota Madyan. Di sana, ia melihat orang-orang sedang berkerumun di dekat sebuah sumur untuk memberi minum ternak mereka.

Nabi Musa AS juga melihat dua orang wanita yang berdiri jauh dari kerumunan laki-laki itu dengan menahan hewan ternaknya. Mengisyaratkan keduanya tidak mau berdesakan dengan para lelaki itu.

Nabi Musa AS pun menghampirinya dan bertanya, “Apakah maksud kalian berdua dengan berbuat begitu?” (QS Al-Qashash: 23)

Kedua wanita itu menjawab, “Kami tidak bisa memberi minum ternak-ternak kami sebelum orang-orang itu memulangkan ternak mereka (setelah selesai dari memberi minumnya), sedangkan ayah kami adalah seorang yang telah lanjut usianya.” (QS Al-Qashash: 23)

Nabi Musa AS langsung membantu kedua wanita tadi dengan memberi minum ternak-ternaknya. Kemudian keduanya pulang ke rumahnya meninggalkan Nabi Musa AS yang belum mendapatkan tempat berteduh.

Nabi Musa AS lalu memohon kepada Allah SWT untuk diberikan tempat tinggal. Tak lama, salah satu dari dua orang wanita tadi datang menghampirinya dengan langkah yang malu-malu.

Ia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikanmu memberi minum ternak kami…” (QS Al-Qashash: 25)

Sampailah Nabi Musa AS ke rumah wanita yang ditolongnya tadi. Ia pun menyadari ternyata ayah dari kedua wanita tadi adalah Nabi Syu’aib AS.

Salah satu putri dari Nabi Syu’aib AS berkata, “Wahai ayah! Jadikanlah ia sebagai pekerja kita, sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja pada kita adalah orang yang kuat dan dapat dipercaya.” (QS Al-Qashash: 26)

Mendengar usulan putrinya itu, Nabi Syu’aib AS lantas menawari Nabi Musa AS untuk menjadi menantunya dan bekerja untuknya selama 8-10 tahun. Nabi Musa AS pun setuju dan akhirnya menikah dengan salah satu wanita tadi yang bernama Shafura, dan tinggal di rumahnya.

Shafura adalah seorang istri yang sangat setia kepada suaminya, Nabi Musa AS. Ia bersedia mengikuti Nabi Musa AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk kembali ke Mesir untuk memerangi Firaun.

Shafura pun dengan sepenuh hati menemani suaminya itu walaupun saat itu dirinya sedang dalam keadaan hamil. Terlebih lagi, jarak dari rumahnya menuju Mesir sangatlah jauh.

Kesetiaan Shafura tak berhenti sampai di situ. Sesampainya di Mesir, ternyata masih banyak orang yang mengejar Nabi Musa AS meskipun berita itu sudah berlangsung sangat lama.

Namun hal itu tidak membuat Shafura gentar. Dirinya tetap setia berjalan bersama Nabi Musa AS dengan tak henti-hentinya berdoa kepada Allah SWT agar selalu dilindungi.

Begitulah kisah istri Nabi Musa AS, Shafura, yang pemalu dan sangat setia.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com