Tag Archives: kultum

Contoh Kultum tentang Zakat Fitrah, Amalan Wajib Umat Islam



Jakarta

Zakat merupakan salah satu kewajiban yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim. Zakat sendiri memiliki berbagai fungsi dan manfaat beberapa di antaranya adalah dapat menyucikan hati dan membantu sesama umat muslim.

Perihal zakat ini telah disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 43 yaitu,

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ


Artinya: “Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, serta rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”

Untuk menyampaikan keutamaan dari zakat ini, dapat dilakukan melalui kultum atau ceramah singkat. Berikut ini adalah contoh kultum mengenai zakat fitrah yang dikutip dari buku Panduan Lengkap Khotbah Sepanjang Masa & Kultum Penuh Inspirasi karya Ibnu Abi Nashir.

Contoh Kultum tentang Zakat Fitrah

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ شَهْرَ الصِّيَامِ سَيِّدُ الشُّهُورِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الَّذِى أَخْرَجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْهَادِى إِلَى سَبِيْلِ السُّرُورِ. صَلَاةً وَسَلَامًا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ الْمَبْرُورِ. أَمَّا بَعْدُ، قَالَ تَعَالَى: وَأَقِيْمُوا الصَّلَوةَ وَعَاتُوا الزَّكَوةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah,

Di penghujung bulan Ramadan umat Islam diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai salah satu ibadah yang memiliki nilai sosial sangat tinggi. Dasar hukum berzakat ini adalah dari sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:

فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ص .م. زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرس عَلَى الْعَبْدِ وَالخَرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ.

Artinya: “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadan kepada manusia sebanyak satu sha’ kurma kering atau satu sha’ gandum yang berlaku bagi yang berstatus budak, orang-orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang-orang dewasa dari kaum muslimin.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adapun di negara kita yang digunakan dalam zakat fitrah adalah beras, karena makanan pokok kita adalah beras. Beras diumpamakan sebagaimana gandum atau kurma karena posisinya yang sama-sama makanan pokok.

Zakat fitrah sendiri memiliki beberapa fungsi, di antaranya:

1. Untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

2. Untuk melengkapi kekurangan amaliyah ibadah puasa di bulan Ramadan agar memperoleh pahala yang sempurna di sisi Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits berikut,

زَكَاةُ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ. أَغْنُوْهُمْ عَنِ الطَّوَافِ فِي ذُلِكَ الْيَوْمِ.

Artinya: “Zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan memberi makan bagi orang-orang miskin.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

3. Untuk mendorong seorang muslim memiliki kepribadian yang

Dermawan terhadap sesama, berhati lembut, dan tinggi rasa kemanusiaannya. Orang yang kaya akan mengasihi orang miskin, lantaran ia merasakan sendiri secara langsung bagaimana pedihnya menahan rasa haus dan lapar sepanjang hari ketika berpuasa.

4. Sebagai pengamalan akhlak yang luhur dalam rangka mengatasi kesenjangan sosial sesuai yang dianjurkan oleh Islam. Dengan adanya zakat fitrah inilah orang-orang miskin tidak perlu lagi ada yang meminta-minta. Rasulullah SAW bersabda:

أَغْنُوهُمْ عَنِ الطَّوَافِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ.

Artinya: “Dengan zakat fitrah, jadikan mereka (orang-orang miskin) tidak meminta-minta pada hari itu.” (HR Ibnu ‘Ady dan Ad Daruquthni)

5. Agar semua orang termasuk fakir miskin bersama-sama berseri dan bergembira menyambut dan menikmati kedatangan hari raya Idul fitri sebagaimana yang kita rasakan.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Lalu kapan saat yang tepat untuk mengeluarkan zakat fitrah?

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu

فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ص .م. زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةٌ لِلْمَسَاكِيْنِ، فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

Artinya: “Telah diwajibkan oleh Rasulullah SAW zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan memberi makan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum salat hari raya maka zakat itu diterima. Barangsiapa yang menunaikannya setelah salat hari raya maka pemberian itu sebagai sedekah biasa.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Sekian contoh kultum tentang zakat fitrah, semoga bermanfaat dan menjadikan amalan kita yang mengalir dan diridhai Allah SWT. Aamiin yaa Rabbalalamiin.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Contoh Kumpulan Kultum Singkat Bulan Rajab


Jakarta

Bulan Rajab adalah bulan ketujuh dalam kalender Islam. Bulan Rajab merupakan bulan mulia yang penuh dengan keistimewaan.

Kultum singkat tentang bulan Rajab dapat menjadi sarana untuk merenungi makna dan keutamaan yang terkandung di dalamnya. Berikut deretan kultum singkat bulan Rajab.

Kumpulan Kultum Singkat Bulan Rajab

1. Contoh Pertama Kultum Bulan Rajab

Dikutip dari buku Taushuah Populer Tradisi Televisi Seputar Ibadah Amaliyah dan Akhlak oleh Yulianto Al Paresi, berikut kultum singkat tentang bulan Rajab:


Isra Mi’raj dan Salat

“Maha suci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS Al Isra: 1)

Setiap memasuki bulan Rajab, umat Islam antusias memperingati perjalanan monumental Rasulullah dari Mekkah ke Masjid Al-Aqsa di Palestina (Isra) dan naiknya beliau ke langit (Mi’raj) dalam rangka menerima risalah shalat lima waktu yang dilaksanakan umat Islam saat ini.

Pada masa sekarang, fenomena keagamaan memang semarak yang ditandai dengan antusiasnya masyarakat dalam mengikuti acara-acara yang berkaitan dengan agama, mulai dari tahajud bersama, zikir bersama, dan lainnya. Hanya saja, pada saat fenomena keagamaan itu meningkat, ada fenomena lain yang tidak kalah semaraknya, seperti semaraknya perjudian dan bentuk-bentuk kemaksiatan lainnya. Semestinya, ketika fenomena keagamaan tersebut menggeliat menurunkan fenomena kemaksiatan tersebut.

Memperhatikan hal itu, apakah karena pengaruh sekularisme atau karena kedangkalan pemahaman agama, saat ini sepertinya sudah berkembang opini bahwa agama hanya berkaitan dengan ibadah (salat, haji, zakat, puasa, dan lainnya) sedangkan di luar itu merupakan persoalan duniawi yang tidak ada kaitannya dengan agama. Opini tersebut jika tidak mendapatkan perhatian serius akan semakin memarjinalkan peran agama dalam lingkup rumah ibadah saja. Padahal, selaku umat Islam semestinya menghayati, firman Allah, “Sesungguhnya shalat (bisa) mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.” (QS Al-Ankabut: 45)

Untuk memberikan pemahaman mengenai bagaimana salat semestinya dilakukan oleh setiap muslim, perlu dimengerti tentang ada’ atau ta’diyah dan iqamah yang berarti menunaikan dan mendirikan.

Oleh sebab itu, berkaitan dengan pemenuhan kewajiban salat-di samping nash mereferensi penggunaan kata iqamah, ulama juga menggunakan kosa kata serupa dalam penjelasan mereka agar umat dalam melakukan salat itu tidak semata-mata memenuhi kewajiban, tapi sebagai kebutuhan untuk pencerahan jiwa.

Bukankah Allah telah berfirman, “Hanya dengan berzikir hati menjadi tenang?” Dan, salat sebagai bentuk zikir tertinggi semestinya berdampak kepada hal itu. Dalam rangka menuju kepada maksud tersebut. Hal ini sebagaimana dalam sebuah hadits nabi yang maksudnya bahwa salat bisa mendatangkan ketenangan jiwa dan membuka mata hati pelakunya. Karena itu maknailah salatmu!

Oleh sebab itu, kesemarakan peringatan Isra Mi’raj pada bulan Rajab ini, semestinya dijadikan evaluasi bagi setiap muslim dalam melaksanakan perintah salat. Apakah salat yang dilakukan berdampak kepada ketenangan jiwa dan mencegah dari perbuatan keji dan mungkar. Jika hal itu tidak dilakukan, kesemarakan peringatan Isra’ Mi’raj hanya akan melahirkan budaya konsumtif saja, Sedangkan shalat sebagai media pencerahan jiwa diabaikan.

2. Contoh Kedua Kultum Bulan Rajab

Dikutip dari buku Mimbar Dakwah Majmuat Zainul Atqiya’ terbitan Lembaga Ittihadul Muballighin Ponpes Lirboyo Kediri, berikut kultum singkat bulan Rajab:

Keutamaan Bulan Rajab

Hadirin jemaah,

Marilah kita semua senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT dengan selalu mentaati aturan-aturan yang telah disyariatkan oleh Allah SWT melalui perantara para Nabi-Nya. Perlu kita ingat bahwa kita sekarang telah memasuki bulan Rajab yaitu salah satu bulan yang dimuliakan oleh Allah SWT.

Hadirin jemaah,

Ketahuilah, bahwa lafadz Rajab itu terdiri dari tiga huruf yaitu, huruf ro’, jim, dan ba’. Sebagian ulama menafsiri bahwa huruf ro’ menunjukkan رَحْمَةُ اللهِ (rohmatullah) yang artinya kasih sayang Allah SWT. Huruf jim menunjukkan جُرْمُ الْعَبْدِ (jurmul ‘abdi) yaitu dosa seorang hamba.

Sedang huruf ba’ menunjukkan بِاللهِ (birrullah) yaitu kebaikan Allah SWT. Dan ketiganya dapat dirangkaikan dalam kalimat:

يَا عَبْدِي جَعَلْتُ جُرْمَكَ وَجِنَايَتَكَ بَيْنَ بِرِّي وَرَحْمَتِي.

Artinya: “Wahai hamba-Ku, Aku jadikan dosamu dan kejahatanmu diantara kebaikan-Ku dan rahmat-Ku.”

Dengan kata lain Allah SWT membukakan pintu rahmat dan ampunan-Nya dikarenakan kemuliaan bulan ini. Oleh karena itu marilah kita memanfaatkan kesempatan berharga di dalam bulan yang penuh berkah ini dengan memohon ampunan kepada Allah SWT, serta memperbanyak ibadah dan beramal saleh seperti memperbanyak zikir.

Allah SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللهَ ذِكْرًا كَثِيرًا. وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا. (الأحزاب : ٤١ – ٤٢)

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah SWT dengan zikir sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada Allah SWT di pagi dan sore hari.” (QS Al-Ahzab: 41-42)

Hadirin jemaah,

Allah SWT berfirman:

وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ (البقرة: (۱۹۹)

Artinya: “Dan mohon ampunlah kepada Allah SWT, sesungguhnya Allah SWTadalah Dzat yang maha pengampun lagi maha penyayang”. (QS Al-Baqarah: 199)

Para ulama juga mengatakan bahwa bulan Rajab adalah bulan istighfar, sedangkan bulan Syaban adalah bulannya bersholawat kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan bulan Ramadan adalah bulan Al-Qur’an.

Salah satu ulama mengatakan: “Barangsiapa yang beristighfar di bulan Rajab seraya membaca:

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَارْحَمْنِي وَتُبْ عَلَيَّ

Artinya: “Dibaca sebanyak 70 kali maka dia tidak akan tersentuh api neraka”.

Oleh karena itu selayaknya bagi kita manusia yang berlumuran dosa ini memperbanyak istighfar dan juga bertobat karena sesungguhnya istighfar dan bertobat adalah sebagian dari jalan terbaik untuk kita mendekatkan diri kepada Allah SWT yang Maha Kuasa dan juga sebagai lantaran agar kita mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat.

Kemudian ketika hawa nafsu kita mengajak kembali melakukan dosa maka hendaknya untuk kembali melakukan tobat. Semoga Allah SWT selalu memberikan pertolongan kepada kita agar kita termasuk dari golongan orang-orang yang bertobat.

Hadirin jemaah,

Amalan selanjutnya yang sangat dianjurkan di bulan Rajab ini adalah berdoa, khususnya di hari pertama bulan Rajab. Seperti yang dijelaskan di dalam hadits nabi:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ رَجَبُّ قَالَ: اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ.

Artinya: “Diriwayatkan Dari Sahabat Anas bin Malik RA, Rasulullah SAW ketika memasuki bulan Rajab Beliau berdoa: “Ya Allah, berikanlah keberkahan kepada kami pada bulan Rajab, Syaban dan sampaikanlah kami kepada bulan Ramadan.” (HR Ahmad)

Dalam hadits lain Rasulullah SAW juga bersabda:

خَمْسُ لَيَالٍ لَا تُرَدُّ فِيهِنَّ الدَّعْوَةُ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ وَلَيْلَةٌ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الْجُمْعَةِ وَلَيْلَةُ الْفِطْرِ وَلَيْلَةُ النَّحْرِ

Artinya: “Ada lima malam ketika kalian berdoa maka doanya tidak akan ditolak yaitu malam pertama bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Jumat, malam Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.” (HR Imam Suyuthi)

Dan di bulan Rajab ini kita sebagai umat Islam juga disunahkan untuk berpuasa.

Hadirin jemaah,

Untuk itu sunguh merugi orang yang tidak memanfaatkan keutamaan dengan memperbanyak ibadah di dalamnya. Semoga kita semua khususnya dan semua umat Islam umumnya tergolong sebagai orang-orang yang diampuni dosanya oleh Allah SWT. Aamiin.

3. Contoh Ketiga Kultum Bulan Rajab

Dikutip dari buku Kumpulan Kultum Setahun Jilid 2 oleh Fuad bin Abdul ‘Aziz Asy-Syalhub, berikut kultum singkat tentang bulan Rajab.

Bulan Rajab Bulan Haram dengan Segala Peristiwanya

Segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta, yang telah menyempurnakan nikmat dan agama, yang telah meridai Islam sebagai agama kita. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada imam orang-orang bertakwa. Muhammad bin Abdullah, sholawat atas beliau diiringi salam hingga hari pembalasan.

Bulan Rajab adalah bulan yang telah dimuliakan oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الزَّمَانَ قَدِ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةَ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ، ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمِ وَرَجَبَ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ

Artinya: “Sesungguhnya zaman itu telah menjadi bundar sebagaimana pada hari Allah semua lapisan langit dan bumi, setahun adalah dua belas bulan, di empat yang haram. Tiga berurutan: Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab adalah mudhar yang berada di antara Jumada dan Syaban.”

Dia adalah bulan haram di sisi Allah SWT dan di sisi Rasulullah SAW serta menurut kaum muslimin. Namun, di dalam bulan ini banyak terjadi berbagai keajaiban yang tidak pernah terjadi di bulan lainnya. Semua itu tiada lain karena sedikitnya ilmu dan menyebarnya kebodohan serta semangat mengikuti hawa nafsu yang membutakan dan memekakkan telinga.

Di antara sembelihan adalah sembelihan yang dilakukan penyembelihannya pada bulan Rajab. Rasulullah SAW bersabda,

لا فَرْعَ وَلَا عَتِيْرَةَ

Artinya: “Tidak ada far’a (unta yang lahir pertama kali disembelih untu tuhan mereka) dan tidak ada atirah (kambing yang disembelih di bulan Rajab).”

Al-Atirah adalah bahwa manusia di zaman jahiliah menyembelih binatang di bulan Rajab sebagai tanda taqarrub kepada Tuhan mereka (patung). Maka dalam sabda beliau Shallallahu Alaihi wa Sallam: وَلاَ عَشِيْرَة (…dan tidak ada atirah). Ini adalah karena suatu tradisi dan lebih dekat hukum haram. Dengan dasar ini maka tidak boleh melakukan penyembelihan di bulan Rajab karena hal itu bertujuan untuk taqarrub kepada tuhan mereka.

Puasa di bulan Rajab adalah bid’ah dan bukan petunjuk untuk kaum muslimin. Dari Kharsyah bin Al-Hurr berkata, “Aku pernah melihat Umar bin Al-Khaththab memukuli tangan orang-orang yang berpuasa di bulan Rajab sehingga mereka meletakkan tangannya pada makanan, dan ia berkata,

كُلُوْا فَإِنَّمَا كَانَتْ هُوَ كَانَتْ تُعَلِّمُهُ الْجَاهِلِيَّةُ

Artinya: “Makanlah oleh kalian karena dia adalah bulan yang diagungkan oleh orang-orang jahiliah.”

Kemudian masuklah Abu Bakar kepada keluarganya. Mereka memiliki keranjang-keranjang baru dan kendi-kendi. Sehingga ia berkata, “Apa semua ini?” Maka mereka menjawab, “Ini bulan Rajab, maka kami berpuasa.”

Ia berkata, “Apakah kalian menjadikan bulan Rajab menjadi bulan Ramadan?” Maka dia miringkan semua kerangjang dan dia pecahkan semua kendi. Maka tidak boleh mengkhususkan bulan Rajab untuk menunaikan ibadah puasa, karena yang demikian itu bertentangan dengan petunjuk penghulu para rasul, yaitu Muhammad SAW.

Pengkhususan bulan Rajab untuk melakukan ibadah umrah dengan pandangan bahwa yang demikian itu memiliki keutamaan atas umrah pada bulan yang lain. Dalam hal ini tidak ada hadits yang datang dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sama sekali. Ada dari Nabi SAW sebaliknya adalah keutamaan melakukan ibadah umrah di bulan Ramadan. Beliau SAW bersabda kepada seorang wanita Anshar,

إِذَا كَانَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي فَإِنَّ عُمْرَةً فِيْهِ تَعْدِلُ حِجَّةً

Artinya” “Jika tiba bulan Ramadan maka ibadah umrah, karena umrah di dalamnya sama dengan ibadah haji.”

Rasulullah SAW tidak pernah melakukan ibadah umrah di bulan Rajab. Yang baku yang datang dari beliau SAW bahwa beliau melakukan empat kali ibadah umrah semuanya dilakukan pada bulan Dzullqa’dah sebagaimana ditunjukkan oleh hadits Anas dan lainnya.

Ibadah umrah yang dilakukan oleh sebagian salaf dari kalangan para sahabat dan para tabi’in pada bulan Rajab, bukan karena keutamaan menunaikan umrah pada bulan itu. Akan tetapi, karena mereka ingin datang untuk ibadah haji dalam satu keberangkatan dan ibadah umrah dalam keberangkatan yang lain di luar bulan haji. Pengkhususan ibadah dan menetapkannya di dalam satu waktu atau tempat harus berdasarkan dalil yang jelas dan gamblang yang tidak ada kejelasan di dalamnya.

Di antara perkara baru di bulan Rajab apa yang dinamakan dengan salat raghaib. Yang dilakukan oleh sebagian orang pada malam Jumat pertama di bulan Rajab. Antara salat Maghrib dan salat Isya. Salat tersebut diawali dengan puasa Kamis.

Telah muncul berkenaan dengan cara-caranya sebuah hadits maudhu’ (palsu) yang tidak sah disandarkan kepada Nabi SAW. Itu adalah salat yang tidak baku dari Nabi SAW baik dari sabda atau dari perbuatan atau dari ketetapan beliau. Juga tidak pernah dilakukan oleh para sahabat RA.

Pertama-tama terjadi pada abad keempat. Dengan demikian maka diketahui bahwa salat tersebut batan dan tidak sah. Syaikhul Islam berkata, “Salat raghaib adalah bid’ah berdasarkan kesepakatan para imam agama. Tidak disunnahkan oleh Rasulullah SAW dan juga tidak satu pun dari para khalifahnya.

Juga tidak dijadikan anjuran oleh satu pun para imam agama, seperti Malik, Asy-Syafi’i, Ahmad, Abu Hanifah, Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Al-Laits dan selain mereka. Hadits yang diriwayatkan berkenaan dengan hal ini adalah dusta menurut kesepakatan para tokoh dalam pengetahuan tentang hadits.

Di antara perkara-perkara baru di bulan Rajab adalah perkumpulan pada malam Isra dan Mi’raj. Dimana sebagian kaum muslimin dengan sengaja mengadakan perkumpulan pada malam 27 pada bulan Rajab.

Sehingga semua orang berkumpul di masjid, lampu-lampu dinyalakan, dikisahkan cerita Isra dan Mi’raj yang telah terlupakan, dibacakan syair-syair, dibeber permadani-permadani, dan dihadirkan berbagai macam makanan, dan seterusnya. Tidak ada ketentuan baku yang menetapkan bahwa malam Isra Mi’raj pada malam ke-27 di bulan Rajab.

Jika baku, maka tetap tidak boleh mengadakan perkumpulan pada waktu seperti itu hingga muncul dari orang yang makshum (rasul) nash yang memperbolehkannya, maka bagaimana semua ini menjadi baku?

Malam Isra sekalipun agung bagi Nabi kita, Muhammad SAW maka malam Al-Qadar lebih agung bagi kaum muslimin. Dalam hal ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata,

“Malam Isra’ lebih utama bagi Nabi SAW dan lailatul qadri lebih utama bagi umat. Apa yang menjadi hak khusus bagi NabiSAW dengan kejadian Mi’raj di malam itu lebih sempurna daripada apa yang menjadi hak beliau pada malam-malam Al-Qadar. Bagian yang menjadi hak umat pada lailatul qadri lebih sempurna daripada bagian yang menjadi hak mereka pada malam Mi’raj.

Sekalipun pada malam itu bagi mereka bagian yang sangat agung. Akan tetapi keutamaan, kemuliaan dan derajat yang tinggi di malam itu diperoleh orang yang diisrakan pada malam itu, Nabi SAW.” Dengan demikian, tidak disyariatkan diadakan kumpul-kumpul pada malam Isra dan Mi’raj, melakukan kegiatan itu adalah suatu perkara baru dalam agama.

Wallahu a’lam. Semoga sholawat, salam dan berkah senantiasa dicurahkan kepada nabi kita, Muhammad, kepada segenap keluarga dan para sahabatnya dengan diiringi salam. Dan segala puji bagi Allah, Rabb alam semesta.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Contoh Kultum Singkat Isra Miraj, Kisah Perjalanan Nabi yang Menyentuh Hati


Jakarta

Hari-hari terakhir Rajab bertepatan dengan peringatan Isra Miraj atau peristiwa perjalanan satu malam Rasulullah SAW. Berikut detikHikmah sajikan contoh kultum singkat tentang Isra Miraj yang dapat dijadikan referensi.

Kultum mengenai peringatan Isra Miraj sekaligus menjadi pengingat kepada salah satu mukjizat besar Rasulullah SAW tersebut. Selain itu, perjalanan ini pula saat Rasulullah SAW menerima syariat kewajiban salat lima waktu dalam sehari menghadap Allah SWT.

Adapun kultum memiliki kepanjangan yaitu kuliah tujuh menit. Istilah kultum merujuk pada istilah dari ceramah atau dakwah secara singkat. Untuk itu, naskah kultum tidak perlu terlalu panjang namun tetap mempertahankan isi yang disampaikan. Berikut kumpulan contoh kultum yang dapat dijadikan rujukan seperti dikutip dari laman KemenPAN RB, Kementerian Agama, dan Pemerintah Provinsi Aceh.


Kumpulan Contoh Kultum Singkat tentang Isra Miraj

1. Kultum Singkat Isra Miraj Pertama

Peristiwa Isra Miraj adalah peristiwa yang sulit dicerna oleh akal manusia tapi sebagai seorang muslim kita wajib percaya dan meyakininya. Pada masa itu pun, usai peristiwa Isra Miraj Rasulullah SAW menceritakannya pada kaum muslimin dan masyarakat di Makkah, akan tetapi tentu saja kaum kafir Quraish tidak ada yang mempercayainya dan bahkan Abu Lahab menjadikannya sebagai bahan olok-olokan.

Banyak diantara kaum muslimin pun yang mendengar cerita nabi pada waktu itu seolah ragu, tapi Abu Bakar Shiddiq tampil terdepan mengakui kebenaran dan meyakini bahwa peristiwa Isra Miraj yang telah terjadi pada Nabi SAW adalah benar adanya. Abu Bakar-lah yang pertama kali membenarkan adanya peristiwa itu hingga ia pun diberi gelar As-Siddiq.

Peristiwa Isra Miraj adalah ujian keimanan bagi kaum muslimin pada waktu itu karena bagaimana bisa seorang manusia pulang pergi dari Makkah ke Palestina dan dinaikkan ke Sidratul Muntaha hanya dalam satu malam, tapi jika iman yang berkata, tentu tak ada yang mustahil bagi Allah SWT, sebagaimana Allah berfirman dalam Surah Al-Isra ayat 1.

Isra Miraj adalah suatu peristiwa besar yang tonggak sejarah dimulainya perintah sholat lima waktu. Isra artinya diperjalankan, sedangkan Miraj artinya dinaikkan.

Rasulullah SAW pada waktu itu diperjalankan oleh Allah SWT dari Mekah ke Palestina dan kemudian dinaikkan ke Sidratul Muntaha untuk diperlihatkan kepadanya tanda-tanda kekuasaan Allah SWT. Pada peristiwa bersejarah itulah, untuk pertama kalinya perintah sholat lima waktu disyariatkan wajib dilaksanakan oleh kaum muslimin.

Oleh karenanya, melalui momentum peringatan Isra Miraj ini, marilah kita sama-sama meningkatkan kualitas ibadah sholat kita, sehingga sholat yang kita laksanakan lima waktu setiap hari dapat mempercantik perilaku kita, bahkan mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar, sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Ankabut ayat 45.

2. Kultum Singkat Isra Miraj Kedua

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugerah terindah kepada Rasulullah SAW melalui perintah sholat lima waktu dalam perjalanan Isra Miraj. Momentum ini mengajarkan kita untuk merefleksi kembali sejarah, merenungi pesan, dan menjadikan peristiwa tersebut sebagai peringatan bagi umat Islam.

Dalam perjalanan Isra Miraj, Rasulullah SAW menyaksikan berbagai gambaran kehidupan umatnya di masa depan. Wabah-wabah seperti kurangnya sedekah, meninggalkan kewajiban sholat, hingga kecenderungan mengonsumsi hasil riba menjadi sorotan dalam visualisasi yang diperlihatkan Allah SWT.

Ini adalah peringatan bagi kita untuk menjaga kewajiban sholat, mengeluarkan sedekah, dan menjauhi segala bentuk perbuatan yang dilarang. Refleksi ini diharapkan dapat membantu umat Islam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

Mari jadikan peristiwa Isra Miraj sebagai landasan untuk meningkatkan ketaqwaan, mendekatkan diri kepada Allah SWT, dan menyadari pentingnya menjaga nilai-nilai agama. Semoga kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini dan menjadi umat yang taat serta bermanfaat bagi sesama.

3. Kultum Singkat Isra Miraj Ketiga

Seandainya seorang muslim memahami secara hakiki peristiwa diterimanya wahyu salat, pastilah tak ada seorang pun dari umat islam yang meremehkan dan melalaikan bahkan meninggalkan salat. Allah mengistimewakan dan meninggikan kedudukan syariat ini, karena itulah, Nabi SAW menerimanya dengan cara yang berbeda. Langsung berjumpa dengan-Nya tanpa perantara.

Wahyu ini tidak diterima di bumi sebagaimana syariat lainnya. Syariat ini pula satu-satunya syariat yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta keringanan dalam penunaiannya. Awalnya diwajibkan 50 waktu dalam sehari.

Mengapa Nabi SAW menerimanya dengan cara yang berbeda. Langsung berjumpa dengan Allah SWT tanpa perantara malaikat Jibril?

Bagi umat Islam yang mentadabburi perjalanan Isra Miraj, mereka sadar semua kejadiannya dan tahapan peristiwanya adalah sebuah pengantar untuk berjumpa suatu yang lebih dahsyat lagi, yaitu perjumpaan Rasulullah SAW dengan Rabbnya. Terjadilah dialog yang begitu agung hingga beliau menerima perintah kewajiban salat untuk diri beliau dan umatnya. Inilah puncak perjalanan Isra Mi’raj.

Allah Ta’ala, dengan kasih sayang-Nya menganugerahkan kepada hamba-hambaNya yang beriman sesuatu yang dapat menghubungkan mereka dengan Rabb mereka. Rasulullah SAW Mi’raj dengan ruh dan fisik beliau.

Dengan keadaan itulah beliau berdialog dengan Allah Ta’ala. Kemudian Allah SWT menyediakan bagi umat Islam sesuatu yang mampu membuat mereka bermunajat, dekat, tersambung, dan berdialog dengan Rabb mereka, yaitu ibadah salat. Inilah makna bahasa dari kata salat. Salat adalah alat penyambung yang menghubungkan seorang hamba dengan Rabbnya.

Semoga setiap orang muslim merenungkan dan memahami secara hakiki peristiwa diterimanya wahyu salat, sehingga tidak ada seorang pun dari mereka yang meremehkan dan melalaikan salat. Aamiin.

4. Kultum Singkat Isra Miraj Keempat

Peristiwa Isra Mi’aj selain berdimensi religius spiritual juga berdimensi geopolitik global. Dimensi religius spiritual yaitu perintah salat 5 waktu. Sementara dimensi geopolitik global yaitu mencabut mandat dari Bani Israil dan mengalihkan kepemimpinan spiritual dan politis Yerusalem kepada Nabi Muhammad SAW.

Peringatan Isra Miraj yang digelar rutin setiap tahun, selain untuk menyemarakkan syiar Islam, juga mengajak kaum muslimin untuk memperkokoh keimanan dan keyakinan kepada Allah SWT. Memperingati Isra Miraj juga diharapkan dapat memperteguh sikap istiqamah dalam meneladani perjuangan Rasulullah SAW.

Isra dan Miraj yang terjadi pada diri Rasulullah dilakukan dengan ruh dan jasad, dan dalam waktu kurang dari satu malam. Dalam hal ini, kalau dilihat dari pendekatan akal pikiran dan nalar manusia yang sangat terbatas maka tentu peristiwa tersebut sangatlah irasional. Namun, inilah yang dinamakan mukjizat, yang merupakan bukti yang menundukkan logika manusia yang lemah.

Peristiwa Isra Miraj mewajibkan umat Islam untuk menunaikan salat 5 waktu sebagai wahana komunikasi langsung dengan Allah SWT. Selain perintah salat, buah dari peristiwa Isra Mi’raj adalah pencerahan jiwa dan semangat bagi Rasulullah dalam menghadapi berbagai persoalan, baik dalam menyebarkan syiar Islam maupun dalam membangun tatanan kehidupan kemasyarakatan.

Dengan demikian, Isra Miraj tidak hanya merupakan bagian dari transformasi spiritual tetapi juga transformasi sosial. Transformasi spiritual mengajarkan kita semua untuk senantiasa taat, tunduk dan bertaqwa kepada Allah SWT. Sementara transformasi sosial, mengajak kita semua untuk senantiasa melakukan perubahan; dari kesalahan menuju kesalehan, dari jalan gelap menuju terang, dan dari keterbelakangan menuju kemajuan.

5. Kultum Singkat Isra Miraj Kelima

Alhamdulillah, pada kesempatan yang penuh berkah ini, kita akan mengulas tentang peristiwa Isra Miraj, suatu mukjizat besar yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam.

Peristiwa Isra Miraj terjadi pada malam yang penuh berkah, di mana Rasulullah melakukan perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa dan kemudian naik ke langit ketujuh. Ini adalah hadiah dari Allah untuk menghibur hati Rasul-Nya yang sedang dilanda kesedihan setelah kehilangan Khadijah dan Abu Thalib.

Isra Miraj terbagi menjadi dua peristiwa utama, yaitu Isra (perjalanan malam) dan Miraj (kenaikan). Isra melibatkan perjalanan fisik Rasulullah dari Makkah ke Yerusalem, sementara Miraj adalah kenaikan beliau melewati langit-langit menuju Sidratul Muntaha. Peristiwa ini menjadi dasar dari kewajiban sholat lima waktu bagi umat Islam.

Kita juga dapat merasakan hikmah dari Isra Miraj ini. Pertama, kemukjizatan yang terjadi menunjukkan kuasa Allah atas waktu, mengingat Rasulullah melakukan perjalanan hingga ke hari kiamat. Kedua, pentingnya peran masjid sebagai tempat ibadah dan aktivitas spiritual. Isra Miraj menegaskan bahwa masjid bukan hanya tempat, tetapi ruh dan pusat aktivitas umat Islam. Ketiga, peristiwa ini memberi pengertian bahwa kehidupan umat Islam yang beriman seringkali dinistakan oleh mereka yang tidak percaya.

Selain itu, kita bisa mengambil hikmah bahwa dalam menghadapi kesulitan hidup, melakukan “safar” atau jalan-jalan seperti yang dilakukan Nabi Muhammad dapat membantu menemukan ide-ide luar biasa. Safar yang dimaksud di sini adalah perjalanan kepada hal-hal yang baik.

Hikmah terakhir yang patut diambil adalah pentingnya iman sebagai modal utama dalam menjalani kehidupan. Sebagaimana Rasulullah yang mempercayai mukjizat ini, kita pun perlu memperkuat iman sebagai dasar utama hidup dalam naungan Islam.

Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran berharga dari kisah Isra Miraj ini dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

3 Kultum Ramadhan Singkat tentang Puasa dan Keutamaannya


Jakarta

Ramadhan akan tiba dalam hitungan hari. Untuk menyambut bulan suci tersebut, khatib bisa menyampaikan kultum Ramadhan singkat.

Kultum bertema Ramadhan seperti keutamaan, amalan, ibadah sunnah, dan sebagainya mulai banyak disampaikan. Berikut contoh kultum Ramadhan singkat yang diambil dari buku Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun karya Shohibul Ulum dan Kumpulan Kultum Ramadhan: Berkaca pada 2 Jiwa karya Prito Windiarto dan Taupiq Hidayat.

Contoh Teks Kultum Ramadhan Singkat

1. Kultum Singkat Menyambut Ramadhan

Ramadhan. Bulan suci ini menyapa kembali. Kemuliaan di hadapan. Kedatangannya disambut beraneka rasa oleh orang-orang.


Pertama, ada orang yang menyambutnya biasa-biasa saja. Ramadhan baginya tak lebih dari rutinitas tahunan. Tak ada perubahan apa-apa. Biasa saja. Hadirnya bulan kemuliaan baginya tak memberikan pengaruh sedikit pun, selain kenyataan ia harus berpuasa. Menahan lapar dahaga. Bagi orang seperti ini apa yang akan dilewatkan selama Ramadhan tidak akan membekas makna, tidak akan memberi pengaruh setitik pun.

Kedua, orang yang menanggapi secara sinis. Orang ini merasa berat ketika datangnya bulan suci. Ia malas melakukan ibadah. Baginya puasa itu berat karena selama Ramadhan ia tak lagi bisa makan-makan secara bebas dan berbuat sesuka hati. Orang dalam golongan ini menganggap datangnya Ramadhan adalah musibah. Naudzubillahimindzalik.

Ketiga. Orang yang begitu antusias menyambutnya. Ia begitu merasa istimewa di bulan berkah ini. Ia menyapa Ramadhan dengan kegembiraan. Meski begitu, pada kenyataannya ada dua golongan atas sambutan penuh kegembiraan ini.

Ada yang antusias menyambut, sekadar karena Ramadhan serasa seru. Ada pesta petasan, ngabuburit, sahur bersama keluarga, berbuka dengan makanan yang enak. Puasa dijadikan ajang diet, melangsingkan perut, dan sebagainya. Golongan ini antusias menyambut Ramadhan karena suasana menyenangkan.

Golongan kedua, antusias menyambut Ramadhan karena keimanan dan keilmuan. Ia senang karena paham Ramadhan adalah bulan keberkahan. Bulan kemuliaan. Saat ganjaran kebaikan dilipatgandakan. Ia menyambutnya dengan khusyuk. Bukan sekadar karena banyak “hal menarik” selama Ramadhan. Baginya itu hanya sebagai tambahan. Yang terutama adalah karena pemahaman bahwa betapa berharganya bulan ini, sayang jika terlewatkan tanpa makna yang terhadirkan.

Semoga kita senantiasa termasuk golongan orang yang menyambut Ramadhan dengan antusias berlandaskan keimanan dan keilmuan, sehingga kita bisa mengisi Ramadhan ini dengan banyak kebajikan.

2. Kultum Ramadhan Singkat: Cerminan Takwa, Tujuan Puasa

Perintah puasa dimaksudkan untuk membentuk pribadi yang bertakwa kepada Allah sebagaimana disebutkan di dalam Al-Qur’an, surah Al-Baqarah ayat 183, yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” Dari ayat tersebut, diketahui bahwa tujuan dari dijalankannya ibadah puasa adalah agar kita, hamba-Nya menjadi orang-orang yang bertakwa. Lantas, bagaimana cerminan atau indikasi dari sifat takwa tersebut?

Ibadah puasa yang dijalankan dengan benar akan menghasilkan orang-orang yang setidaknya memiliki 3 (tiga) kesalehan sebagai cerminan dari ketakwaan kepada Allah SWT. Ketiga kesalehan tersebut adalah;

Pertama, kesalehan personal. Kesalehan personal merupakan kesalehan invidual yang berupa penghambaan pribadi kepada Allah seperti menjalankan salat, puasa itu sendiri, zikir, iktikaf di dalam masjid, tadarus Al-Qur’an, dan sebagainya. Kesalehan seperti ini sesungguhnya lebih mudah dicapai di bulan Ramadhan karena selama bulan ini Allah mengondisikan situasi dan kondisi sedemikian kondusif, seperti memberi penghargaan kepada siapa saja atas ibadah yang dilakukannya berupa pahala 70 kali lebih besar daripada di luar bulan Ramadhan. Selain itu, Allah juga menjanjikan pengampunan atas dosa-dosa yang telah dilakukan pada masa lampau.

Kedua, kesalehan sosial. Kesalehan sosial adalah kesalehan seseorang terhadap orang lain dalam kerangka ibadah kepada Allah. Puasa yang dijalankan dengan benar dan dihayati sepenuhnya akan menghasilkan orang-orang yang peka terhadap persoalan sosial seperti kemiskinan, pengangguran, kebodohan, dan sebagainya. Mereka juga akan memiliki solidaritas sosial terhadap orang-orang yang membutuhkan uluran bantuan, baik berupa barang maupun jasa.

Ketiga, kesalehan lingkungan. Kesalehan lingkungan adalah kesalehan dalam hubungannya dengan ekologi atau lingkungan dalam kerangka ibadah kepada Allah. Dalam Al-Qur’an surah Ar-Rum ayat 41, Allah mengingatkan kita bahwa kerusakan- kerusakan di bumi sebenarnya disebabkan ulah manusia sendiri. Misalnya, pencemaran udara disebabkan kita terlalu banyak memproduksi sampah berupa asap sebagai efek samping dari kegiatan kita yang terlalu banyak mengonsumsi, baik melalui cerobong-cerobong pabrik, asap kendaraan bermotor, asap rokok, dan sebagainya. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pencemaran udara menyebabkan jumlah orang yang menderita penyakit saluran napas, terutama asma dan bronkitis meningkat.

Secara jelas, puasa akan membentuk kesalehan lingkungan karena selama berpuasa banyak hal yang berpotensi merusak atau mencemari lingkungan dapat kita kurangi. Sebagai contoh, pada bulan Ramadhan kita dapat mengurangi kebiasaan-kebiasaan yang tidak ramah lingkungan dengan berkurangnya aktivitas-aktivitas, seperti seperti menurunnya mobilitas dengan kendaraan bermotor karena merasa lemas pada siang hari. Ini artinya pemakaian BBM pun berkurang. Lantas, semakin menurunnya konsumsi makanan, minuman, dan rokok, maka sampah-sampah dan asap yang mencemari lingkungan juga berkurang.

Ketiga kesalehan di atas, yakni kesalehan personal, kesalehan sosial, dan kesalehan lingkungan akan benar-benar menjadi kesalehan yang nyata, apabila selepas bulan Ramadhan, yakni selama 11 bulan berikutnya, kita benar-benar dapat meneruskan apa yang sudah kita capai dan raih selama Ramadhan tersebut.

3. Kultum Ramadhan Singkat: Bulan Penuh Cinta

Ramadhan sebagai bulan untuk kian mendekatkan diri kepada Allah adalah momentum tepat untuk merenungi dua ajaran dasar dalam Islam. Pertama, Allah adalah Tuhan seluruh alam. Artinya, hamba Allah bukan hanya manusia, melainkan seluruh makhluk lain binatang, tumbuhan, gunung, tanah, udara, laut, dan sebagainya.

Ajaran yang kedua adalah rahmatan lil ‘alamin atau menebar kasih sayang kepada seluruh alam, sebagai misi utama ajaran Islam. Manusia tak hanya dituntut berbuat baik dengan manusia lainnya, tetapi juga makhluk lainnya. Itulah mengapa saat Perang Badar yang peristiwanya tepat pada bulan Ramadhan, Rasulullah melarang pasukan Muslim merusak pohon dan membunuh binatang sembarangan. Hal ini menjadi bukti bahwa Islam sangat menyayangi alam.

Dengan menyadari dua ajaran dasar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia dan alam memiliki hubungan integral dan timbal balik. Manusia memang diberi kelebihan untuk bisa memanfaatkan alam, tetapi ia sekaligus berkewajiban pula melestarikan dan melindunginya. Saat alam hanya diposisikan sebagai objek yang dimanfaatkan, eksploitasilah yang akan muncul. Eksploitasi yang timbul dari sifat serakah nantinya akan berdampak pada kerusakan. Lantas, ujungnya adalah bencana alam.

Sebagaimana tercantum dalam surah Ar-Rum ayat 41, Allah mengabarkan bahwa di balik kerusakan yang melanda bumi maupun di laut ada ulah manusia sebagai penyebabnya. Bencana alam yang terjadi tentu bukan salah alam, karena alam bergerak atas dasar sunnatullah (hukumnya) sendiri. Jadi, bencana alam itu tidak datang secara tiba-tiba, melainkan melalui faktor, yakni sifat dan perilaku manusia. Hal ini juga berlaku untuk hewan atau binatang yang ada di bumi. Apabila ada hewan yang sudah mulai langka dewasa ini, hal ini adalah akibat ulah tangan manusia yang tamak dan ingin menumpuk kekayaan semata tanpa memedulikan keberlangsungan hidup satwa, terutama yang dilindungi.

Dalam Nashaihul ‘Ibad, Syekh Nawawi al-Bantani menuliskan kisah yang unik, menggelitik dan bermakna. Betapa tidak, dalam kisah tersebut terungkap gambaran lain seorang ahli tasawuf, sang pengarang kitab legendaris Ihya Ulumuddin, Imam al-Ghazali. Seorang imam besar yang terselamatkan dari panasnya api neraka oleh seekor lalat.

Konon pada suatu ketika ada seseorang berjumpa dengan Imam al-Ghazali dalam sebuah mimpi. Lantas ia pun bertanya, “Bagaimana Allah memperlakukanmu?”

Imam al-Ghazali pun berkisah. Di hadapan Allah ia ditanya mengenai bekal apa yang hendak diserahkan kepada-Nya. Al- Ghazali menjawab dengan menyebut satu per satu seluruh prestasi ibadah yang pernah ia jalani di kehidupan dunia. Namun, Allah menolak semua itu kecuali satu kebaikannya, yaitu ketika bertemu dengan seekor lalat. Dan, karena lalat itu pula Imam al-Ghazali diizinkan memasuki surga-Nya.

Dikisahkan pada suatu hari, Imam al-Ghazali tengah sibuk menulis kitab. Hal yang lazim dalam dunia kepenulisan adalah dengan menggunakan tinta dan sebatang pena. Pena itu harus dicelupkan dulu ke dalam tinta baru kemudian dipakai untuk menulis, jika habis dicelup lagi dan menulis lagi, begitu seterusnya. Di tengah kesibukan menulisnya itu, tiba-tiba terbanglah seekor lalat dan hinggap di mangkuk tinta Imam al-Ghazali. Sang Imam yang merasa kasihan lantas berhenti menulis untuk memberi kesempatan si lalat melepas dahaga dari tintanya itu.

Dari kisah tersebut, kita tahu bahwa betapa luas kasih sayang Imam al-Ghazali terhadap sesama makhluk, termasuk lalat yang pada saat itu datang “mengganggu” kenikmatannya dalam kegiatan menulis. Hikmah yang bisa kita petik dalam kisah ini adalah mengenai kasih sayang yang tiada batas. Kasih sayang manusia terhadap makhluk lain, sekalipun itu hewan. Tak menutup kemungkinan kasih sayang yang dianggap sepele ini dapat menghantarkan manusia menuju ke surga-Nya.

Ditambah kenyataan bahwa Ramadhan adalah wahana mendidik kita untuk bersikap sederhana, seharusnya kita pun mesti pandai menahan diri dari dorongan-dorongan yang muncul dari nafsu tamak kita. Kerusakan lingkungan banyak disebabkan oleh ketidakmampuan manusia menahan sifat tercela ini. Godaan nikmat duniawi, gairah menumpuk harta, dan semacamnya sering kali menjerumuskan manusia untuk berbuat zalim, tak hanya kepada manusia, tapi juga lingkungan sekitarnya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

3 Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat Berbagai Tema


Jakarta

Bulan Ramadan yang penuh dengan kemuliaan telah tiba. Salah satu ibadah yang biasa dikerjakan umat Islam pada bulan Ramadan yaitu salat Tarawih. Ketika salat Tarawih, khatib banyak menyampaikan kultum. Berikut tiga contoh kultum Tarawih Ramadan.

Kultum yang disampaikan khatib dapat membahas berbagai topik seperti adab puasa, amalan ketika bulan Ramadan, keutamaan bulan Ramadan, dan sebagainya. Berikut contoh kultum Tarawih Ramadan dikutip dari Kultum 23 Ramadhan karya Heri Suprapto dan Kumpulan Kultum Terlengkap & Terbaik Sepanjang Tahun karya A.R. Shohibul Ulum.

Contoh Kultum Tarawih Ramadan Singkat


Kultum Pertama

Dua Esensi Puasa

Esensi atau hakikat dari puasa Ramadan ada banyak, hanya saja karena keterbatasan waktu maka kita hanya membahas dua saja yaitu berperilaku jujur dan menahan amarah.

Pertama, berperilaku jujur.

Kejujuran adalah hal yang paling penting dalam kehidupan kita, dan puasa melatih atau mengajari kita agar jujur dalam segala hal sehingga kita tidak berani berkata bohong pada saat berpuasa. Mengapa demikian? Itu karena kita tahu kalau kita berbohong maka pahala puasa kita akan hilang dan kita hanya mendapatkan haus dan lapar saja dari puasa yang kita telah lakukan.

Perintah agar selalu jujur ini sudah disampaikan oleh Rasulullah SAW, “berbuatlah jujur karena kejujuran akan mendatangkan kebaikan dan kebaikan akan mendapatkan surga.” Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Muslim dalam kitab Shahih Muslim.

Dari sahabat Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang suka berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah SWT sebagai pendusta.”

Begitu besar karunia Allah SWT kepada orang yang berbuat jujur.

Kedua, menahan amarah.

Esensi yang kedua adalah menahan amarah. Kita bisa marah kapan saja dan di mana saja, apa lagi dalam kondisi sedang mendapatkan tekanan. Dengan puasa kita diharapkan bisa menahan marah kita. Pernah sahabat bertanya kepada Nabi SAW untuk menasehatinya, dan Nabi SAW memerintahkannya untuk tidak marah. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan olah Imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukhari dan Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi.

Dari Abu Hurairah RA, ada seseorang yang berkata kepada Nabi SAW “Berilah aku nasihat,” kemudian beliau bersabda,

“Jangan marah. Kemudian orang tersebut mengulangi lagi beberapa kali. Rasulullah SAW bersabda: ‘Jangan marah'”.

Orang yang dapat menahan marah padahal dia mampu untuk melampiaskan kemarahan tersebut diperintahkan Allah SWT untuk memilih bidadari di surga mana yang dia suka. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam kitab Sunan Tirmidzi dan Imam Abu Dawud dalam kitab Sunan Abu Dawud, serta Imam Ibnu Majah dalam kitab Sunan Ibnu Majah dengan sanad hasan.

Dari sahabat Mu’az bin Anas Al Juhani RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa menahan marah padahal ia mampu melampiaskannya, pada hari kiamat, dia akan dipanggil di depan seluruh makhluk kemudian disuruh memilik bidadari mana yang ia sukai.”

Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita semua apabila seseorang marah hendaklah ia diam. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab Adabul Mufrod dan Imam Ahmad dalam kitab Musnad Imam Ahmad dengan sanad shahih.

Dari sahabat Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.”

Ini juga merupakan obat yang manjur bagi amarah, karena jika orang sedang marah maka keluar darinya ucapan-ucapan yang kotor, keji, melaknat, mencaci-maki dan lain-lain yang dampak negatifnya besar. Jika ia diam, maka semua keburukan itu hilang darinya.

Orang-orang yang mampu tidak marah bahkan akan dimasukkan ke surga. Hal ini senada dengan hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dalam kitab Al Mu’jamul Ausath dengan sanad shahih.

Dari sahabat Abu Darda, Rasulullah SAW pernah bersabda kepada seorang sahabat,

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk surga.”

Kesimpulannya adalah hendaklah kita menjaga diri dan keluarga kita agar selalu mengisi setiap hari dan malam Ramadan dengan amalan yang dicontohkan Nabi SAW yaitu dengan berusaha selalu jujur dan menahan marah ketika kita sedang dalam keadaan puasa. Semoga Allah SWT memberikan kekuatan kepada kita untuk mendapatkan sifat jujur dan menahan marah setelah kita menjalani puasa Ramadan selama sebulan, dan implementasinya terlihat setelah Ramadan berlalu. Aamiin.

Kultum Kedua

Hikmah & Berkah Ramadan

Ramadan adalah bulan keberkahan, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam an-Nasa’i.

Dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW memberikan kabar gembira kepada para sahabat beliau. Beliau bersabda, “Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, yaitu bulan yang diberkahi, Allah SWT telah memfardhukan (mewajibkan) atas kalian berpuasa pada bulan itu, pada bulan itu dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, dan pada bulan itu pula ada Lailatul Qadar (Malam Qadar) yang lebih baik dari seribu bulan, Siapa saja yang terhalang dari kebaikan malam itu maka ia terhalang dari rahmah Tuhan.”

Oleh karena itu, sesungguhnya kita diajarkan oleh Rasulullah SAW agar menyambut bulan Ramadan ini dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya sejak jauh-jauh hari, yaitu dari bulan Rajab. Sejak bulan Rajab kita diajarkan untuk memohon keberkahan hidup di bulan Rajab, Syaban, dan hingga sampai di Ramadan yang mulia ini. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, kita diajarkan agar berdoa,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِي رَجَبَ وَشَعْبَانَ وَبَارِكْ لَنَا فِي رَمَضَانَ

“Wahai Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan bulan Syaban, dan berkahilah pula kami di bulan Ramadan.”

Mengapa kita diajarkan untuk memohon keberkahan? Apakah keberkahan penting bagi kita? Sebab, keberkahan hidup menjadi dambaan setiap orang yang berakal sehat. Berkah berarti bertambah. Dalam makna luas berkah berarti bertambah kebaikan (ziyadat al-khair fi al-syai’), termasuk kesejahteraan baik dari segi material maupun nonmaterial. Dari segi materi seperti bertambahnya harta benda kita, dan usaha atau bisnis semakin maju. Sedangkan, secara nonmaterial yaitu seperti ketenteraman hati, kedamaaian jiwa, pengetahuan dan wawasan semakin bertambah hingga tercermin dalam sikap yang terpuji.

Di antara hikmah bulan Ramadan yaitu sebagai berikut.

Pertama,

Pada bulan Ramadan ada pengabulan doa bagi yang meminta, ada penerimaan tobat orang yang bertobat, dan ada pengampunan bagi orang yang memohon maghfirah-Nya. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits Qudsi yang panjang, yang diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, di dalam bagian hadits yang diriwayatkan oleh ath-Thabrani dan al-Baihaqi ini disebutkan:

“Dalam setiap malam bulan Ramadan Allah ‘azza wa jalla berseru sebanyak tiga kali: Adakah orang yang meminta maka aku penuhi permintaannya? Adakah orang yang bertobat maka aku terima tobatnya? Dan adakah orang yang memohon ampunan maka aku ampuni dia?”

Kedua,

Bulan Ramadan adalah waktu yang sangat baik untuk mensyukuri nikmat Tuhan yang diberikan kepada kita selama ini. Karena makna ibadah secara mutlak, termasuk ibadah puasa, adalah ungkapan syukur dari seorang hamba kepada Tuhannya atas nikmat-nikmat yang telah diberikan kepadanya. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Quran surah Ibrahim ayat 34, kita tidak akan dapat menghitung nikmat Tuhan.

Ketiga,

Pada bulan Ramadan terdapat setidaknya 3 manfaat yang bisa kita peroleh dengan menjalankan puasa pada bulan yang mulia ini, yaitu

1. Manfaat psikologis/spiritual/kejiwaan. Misalnya, kita membiasakan diri agar berlaku sabar serta mengekang hawa nafsu, ekspresi, atau ungkapan mengenai karakteristik takwa yang tertanam dalam hati. Takwa itulah yang menjadi tujuan khusus dalam berpuasa Ramadan.
2. Manfaat sosial-kemasyarakatan, seperti pembiasaan kita, umat Islam, untuk tertib, disiplin dan bersatu padu, cinta keadilan dan kesetaraan di antara umat Islam: antara yang kaya dan yang miskin, antara pejabat dan rakyat, antara pengusaha dan karyawan, dan seterusnya. Juga faedah sosial dari puasa adalah pembentukan rasa kasih sayang dan berbuat baik di antara kaum Muslim, sebagaimana puasa Ramadan ini melindungi masyarakat dari keburukan-keburukan dan mafsadah.
3. Manfaat kesehatan, artinya dengan berpuasa itu dapat membersihkan usus-usus dan pencernaan, memperbaiki perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan perut yang terus-menerus beraktivitas, membersihkan badan dari lendir-lendir/lemak-lemak, kolesterol yang menjadi sumber penyakit, dan puasa dapat menjadi sarana diet atau pelangsing badan.

Oleh karena itu, marilah bulan Ramadan ini kita jadikan bulan kesederhanaan, bulan peribadatan, bulan memperbanyak berbuat kebajikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang yang membutuhkan bantuan, bulan perlindungan badan, ucapan, dan hati dari hal-hal yang dilarang agama, seperti perkataan keji (qaul az-zur), gibah, menebar hoaks, fitnah, hate speech (ujaran kebencian), dan adu domba, baik secara langsung maupun melalui media-media digital, media elektronik, televisi, radio, internet, dan media sosial.

Kultum Ketiga

Keberkahan Makan Sahur

Pada bulan Ramadan ada amalan sunnah yang bisa dijalani, yaitu makan sahur. Amalan ini disepakati oleh para ulama dihukumi sunnah dan bukanlah wajib, sebagaimana kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206. Namun, amalan ini memiliki keutamaan karena dikatakan penuh berkah. Dalam hadits muttafaq ‘alaih, dari Anas bin Malik, Nabi SAW bersabda,

“Makan sahurlah kalian karena dalam makan sahur terdapat keberkahan.” (HR. Bukhari dan Muslim). Yang dimaksud berkah adalah turunnya dan tetapnya kebaikan dari Allah SWT pada sesuatu. Keberkahan bisa mendatangkan kebaikan dan pahala, bahkan bisa mendatangkan manfaat dunia dan akhirat. Namun, patut diketahui bahwa berkah itu datangnya dari Allah SWT yang hanya diperoleh jika seorang hamba menaati-Nya.”

Lantas, apa saja keberkahan yang didapatkan saat kita menyantap sahur?

Pertama,

Memenuhi perintah Rasulullah SAW sebagaimana diperintahkan dalam hadits di atas. Keutamaan menaati beliau disebutkan dalam surah An-Nisa’ ayat 80, yang artinya, “Barang siapa menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah SWT. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.”

Allah juga berfirman dalam surah Al-Ahzab ayat 71, “Dan barang siapa menaati Allah SWT dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.”

Kedua,

Makan sahur merupakan syiar Islam yang membedakan dengana ajaran Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani). Dari ‘Amr bin al-‘Ash, Rasulullah SAW bersabda,

“Perbedaan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab (Yahudi dan Nasrani) adalah makan sahur.” (HR. Muslim).”

Ini berarti Islam mengajarkan bara’ dari orang kafir, artinya tidak loyal pada mereka. Sebab, puasa kita saja dibedakan dengan orang kafir.

Ketiga,

Dengan makan sahur, keadaan fisik lebih kuat dalam menjalani puasa. Beda halnya dengan orang yang tidak makan sahur. Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim juz 7 halaman 206, berkata, “Berkah makan sahur amat jelas, yaitu semakin menguatkan dan menambah semangat orang yang berpuasa. Misalnya, menjadikannya rajin beribadah, menjadikannya termotivasi ingin menambah lagi amalan puasanya, karena tampak ringan puasa baginya setelah makan sahur.”

Keempat,

Orang yang makan sahur mendapatkan shalawat dari Allah SWT dan doa dari para malaikat-Nya. Dari Abu Sa’id al-Khudri, Rasulullah SAW bersabda,

“Makan sahur adalah makan penuh berkah. Janganlah kalian meninggalkannya walau dengan seteguk air karena Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada orang yang makan sahur.” (HR. Ahmad)

Kelima,

Waktu makan sahur adalah waktu yang diberkahi. Menurut Imam Nawawi, dengan bangun sahur dapat menjadikannya berdoa dan berzikir di waktu yang mulia, yaitu waktu ketika turun Ar-Rahmah, dan diterimanya doa dan diampuninya dosa. Seseorang yang bangun sahur dapat berwudhu kemudian salat malam, kemudian mengisi waktunya dengan doa, zikir, salat malam, dan menyibukkan diri dengan ibadah lainnya hingga terbit fajar.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi SAW bersabda,

“Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Dia berfirman, ‘Siapa saja yang berdoa kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka akan Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni”.” (HR. Bukhari dan Muslim)”

Keenam,

Waktu sahur adalah waktu utama untuk beristighfar. Sebagaiman orang yang beristighfar saat itu dipuji oleh Allah dalam beberapa ayat, di antaranya surah Ali ‘Imran ayat 17 yang artinya, “Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu sahur.”

Disebut pula pada surah Adz-Dzariyat ayat 18 yang artinya,
“Dan selalu memohonkan ampunan pada waktu pagi sebelum fajar.”

Ketujuh,

Orang yang makan sahur dijamin bisa menjawab azan salat Subuh dan juga bisa mendapati salat Subuh pada waktunya secara berjamaah. Tentu ini adalah suatu kebaikan.

Kedelapan,

Makan sahur sendiri bernilai ibadah jika diniatkan untuk semakin kuat dalam melakukan ketaatan pada Allah SWT.

Demikianlah apa yang bisa disampaikan mengenai keutamaan makan sahur.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

10 Ceramah Singkat Tema Ramadhan, Bisa Jadi Referensi Kultum



Jakarta

Bulan Ramadhan disebut juga sebagai Madrasah Tarbiyah atau bulan pendidikan. Muslim juga dituntut untuk saling berbagi ilmu, salah satunya dapat dengan berdakwah.

Perihal tersebut, khatib atau imam salat dapat mengingatkan kaum muslimin lewat khutbah Jumat ataupun kultum Tarawih.

Merangkum dari Buku 65 Kultum Kamtibmas karya D. Syarif Hidayatullah dan buku Syiar Ramadhan Perekat Persaudaraan: Materi Kuliah dan Khutbah di Masjid dan Musala Selama Ramadhan terbitan Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kemenag RI, berikut 10 teks ceramah singkat tema bulan Ramadhan.


Kumpulan Ceramah Singkat Ramadhan

1. Contoh Ceramah Singkat berjudul Kemenangan Menyambut Ramadhan

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudari yang dirahmati Allah,

Hari ini, kita berkumpul dalam kebersamaan untuk merayakan kedatangan bulan suci Ramadhan. Ramadhan merupakan momen istimewa yang dinanti-nantikan oleh umat Islam di seluruh dunia sebagai kesempatan untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, membersihkan hati dan jiwa, serta meningkatkan ketaqwaan dan ibadah.

Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah, rahmat, dan ampunan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَتٍ مِّنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أَخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدْكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ )

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan. (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran.”

Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.

Dalam ayat ini, Allah SWT mengisyaratkan kepada kita bahwa bulan Ramadhan adalah kesempatan yang sangat berharga untuk mendapatkan keberkahan dan ampunan-Nya. Oleh karena itu, mari kita sambut kedatangan Ramadhan dengan hati yang bersih dan tekad yang kuat untuk menjalankan ibadah dengan penuh kesungguhan.

Ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menyambut Ramadhan dengan baik:

Membersihkan Hati dan Jiwa: Sebelum Ramadhan tiba, mari kita introspeksi diri dan membersihkan hati serta jiwa dari segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan. Bersihkan hati dari rasa iri, dengki, dan kebencian, serta tingkatkan kebaikan dan ketakwaan dalam diri.

Menetapkan Tujuan dan Niat: Tetapkan tujuan yang jelas untuk Ramadhan ini. Apakah itu memperbanyak ibadah salat, membaca Al-Quran, bersedekah, atau menjauhi hal-hal yang merusak keimanan. Sertakan niat yang tulus dan ikhlas untuk menjalankan ibadah dengan sebaik-baiknya selama bulan suci ini.

Mengatur Waktu dan Kegiatan: Merencanakan waktu dan kegiatan selama Ramadhan agar dapat memaksimalkan ibadah. Tentukan waktu untuk beribadah, berdoa, membaca Al-Quran, serta waktu untuk istirahat dan menjaga kesehatan tubuh.

Meningkatkan Kebaikan dan Kebajikan: Gunakan bulan Ramadhan sebagai kesempatan untuk meningkatkan kebaikan dan kebajikan dalam kehidupan sehari-hari. Bersedekah kepada yang membutuhkan, berbuat baik kepada sesama, dan menjaga hubungan silaturahmi dengan keluarga dan tetangga.

Jamaah sekalian,

Dengan menyambut Ramadhan dengan hati yang bersih dan tekad yang kuat, kita akan dapat meraih keberkahan dan rahmat yang Allah SWT janjikan dalam bulan suci ini. Mari manfaatkan setiap momen dalam Ramadhan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, memperbaiki diri, dan meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

2 .Contoh Ceramah Singkat berjudul Patuh Pada Orang Tua

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Sebagai umat Muslim, patuh pada orang tua adalah salah satu kewajiban yang sangat penting dalam ajaran agama Islam. Patuh pada orang tua bukan hanya sekadar nilai budaya, tetapi juga merupakan perintah langsung dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Isra ayat 23:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia, dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapak dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan ‘ah’ dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik.”

Dalam ayat ini, Allah SWT secara tegas menyatakan pentingnya berbuat baik kepada orang tua. Kita diwajibkan untuk menjaga hubungan yang baik dengan mereka, memberikan penghormatan, dan memperlakukan mereka dengan penuh kasih sayang, terutama saat mereka memasuki usia lanjut.

Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Siapa yang ingin dipanjangkan umurnya dan ditambahkan rezekinya, maka hendaknya ia berbakti kepada kedua orang tuanya dan menyambung silaturrahim (kekerabatan).” (HR. Ahmad).

Sebagai seorang Muslim, patuh pada orang tua adalah bagian tak terpisahkan dari pengamalan ajaran Islam. Di bulan Ramadhan yang mulia ini, mari kita perkuat ikatan kasih sayang dan hormat kita kepada orang tua. Jadikan setiap momen sebagai kesempatan untuk membahagiakan mereka, membantu mereka dalam segala hal, dan mengabdi kepada mereka dengan sepenuh hati.

Dengan berbuat baik kepada orang tua, kita tidak hanya mendapatkan ridha Allah SWT, tetapi juga membawa keberkahan dalam hidup kita di dunia dan di akhirat.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

3 .Contoh Ceramah Singkat berjudul Tetap Produktif Bekerja Saat Berpuasa

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Jamaah yang Dirahmati Allah,

Puasa Ramadhan bukan penghalang untuk bekerja produktif. Justru, dengan niat yang tulus dan perencanaan yang baik, ibadah puasa bisa menjadi pendorong semangat kerja.

Lantas mengapa puasa tidak menghambat produktivitas? Pertama, puasa melatih disiplin dan kontrol diri. Selama berpuasa, kita dituntut untuk menahan lapar dan haus. Disiplin ini terbawa ke dalam dunia kerja. Kita jadi lebih bisa mengatur waktu, fokus pada pekerjaan, dan menghindari hal-hal yang bisa mengganggu konsentrasi.

Ma’asyiral Muslimin wal Muslimat rahimakumullah

Kedua, puasa menyehatkan tubuh dan pikiran. Dengan pola makan teratur saat sahur dan berbuka, asupan nutrisi menjadi lebih terjaga. Hal ini berdampak positif pada kesehatan secara keseluruhan, sehingga kita tetap berenergi dan bisa bekerja secara optimal. Selain itu, puasa juga diyakini dapat meningkatkan kejernihan pikiran dan ketenangan batin, yang tentunya akan mendukung produktivitas.

Ketiga, puasa menumbuhkan semangat berbagi dan kepedulian. Suasana Ramadhan yang penuh kebersamaan dan kedermawanan bisa memotivasi kita untuk bekerja lebih giat. Dengan niat beribadah, kita akan merasa bahwa pekerjaan yang kita lakukan tidak hanya mendatangkan keuntungan finansial, tetapi juga pahala.

Dalam Al-Quran, Allah mengingatkan manusia bahwa bekerja untuk memenuhi nafkah keluarga termasuk kewajiban. Pada surah at-Taubah ayat 105 Allah mengingatkan pentingnya bekerja serta larangan untuk bermalas-malasan, ayatnya tersebut berbunyi yang artinya,

“Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

Pada sisi lain, dijelaskan oleh Nabi Muhammad dalam hadits riwayat Imam Bukhari dan Muslim bahwa bekerja keras untuk memenuhi kebutuhan hidup, meskipun dengan pekerjaan yang kasar, lebih mulia daripada meminta-minta kepada orang lain. Hal ini berlaku meskipun orang yang dimintai memberi atau menolak permintaan tersebut.

“Sungguh seorang dari kalian yang memanggul kayu bakar dengan punggungnya lebih baik baginya daripada dia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberinya atau menolaknya.” [HR. Bukhari dan Muslim].

Pun dalam Al-Quran, Allah SWT juga mengingatkan umatnya agar tidak hanya berdoa, namun juga melakukan usaha nyata dalam mencari rezeki. Hal ini menunjukkan bahwa Islam memandang kerja keras sebagai salah satu cara untuk mencapai keberkahan dan mendapatkan ridha Allah SWT.

Selain menekankan pentingnya usaha dan kerja keras, Islam juga menganjurkan agar setiap orang bekerja dengan cara yang halal. Konsep ini mengacu pada prinsip bahwa segala sesuatu yang diperoleh haruslah melalui cara yang sah dan tidak melanggar aturan agama.

Dalam Islam, kehalalan dalam mencari nafkah dianggap sebagai bagian penting dari ibadah dan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, umat Islam diajarkan untuk menghindari segala bentuk pekerjaan atau praktik yang melibatkan penipuan, korupsi, atau eksploitasi terhadap orang lain.

Jamaah yang dirahmati Allah,

Imam Nawawi berkata dalam kitab Shahih Muslim;

“Sesungguhnya dalam hadits tersebut terdapat anjuran untuk bersedekah, makan dari hasil kerja tangan sendiri, dan mencari penghasilan dengan cara yang halal.”

Dengan demikian, puasa bukan alasan untuk menjadi tidak produktif dalam bekerja. Justru sebaliknya, puasa melatih setiap orang untuk bisa lebih disiplin dan mandiri dalam kehidupannya.

4. Contoh Ceramah Singkat berjudul Memaksimalkan Kedermawanan di Bulan Ramadhan

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

Kaum muslimin dan muslimat yang berbahagia,

Kedermawanan sudah seharusnya menjadi ciri khas orang-orang bertakwa. Orang dermawan disukai oleh siapa saja, terutama disukai oleh Allah. Banyak sekali perintah dalam Al-Quran atau hadis agar kaum muslimin gemar berinfak dan bersedekah. Selain ganjaran pahala melimpah, orang yang dermawan memperoleh rahmat Allah dan rezeki yang tidak pernah surut.

Rasulullah SAW adalah orang yang paling dermawan. Kedermawanan beliau semakin meningkat di bulan Ramadhan. Saking takjubnya para sahabat dengan kedermawanan Rasulullah, maka kedermawanan beliau di bulan Ramadhan dikiaskan melebihi lembutnya angin yang berhembus, masyaAllah!

Jika kita berinfak atau bersedekah setiap hari selama bulan Ramadhan, maka kebiasaan tersebut akan membekas dan menjadi kebiasaan permanen yang sangat positif. Jangan dilihat besar atau kecilnya jumlah uang yang kita sedekahkan. Yang sangat mahal adalah keberhasilan kita menjadi dermawan setiap hari.

Jamaah yang dimuliakan Allah

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran mengenai orang orang yang dermawan:

الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَهُم بِالَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَاخَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

“Orang-orang yang menginfakkan hartanya malam dan siang hari (secara) sembunyi-sembunyi maupun terang terangan, mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya. Tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.” (Q.S. Al-Baqarah: 274).

Selain itu, dalam firman-Nya, Allah juga mengingatkan betapa besar pahala infak dan sedekah sangat berlimpah. Allah berfirman:

مثَلُ الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنُبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضْعِفُ لِمَن يَشَاءُ وَاللَّهُ وَسِعٌ علِيمٌ

“Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas, Maha Mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah: 261).

Jamaah yang dimuliakan Allah

Oleh karena itu, anjuran meneladani kedermawanan Rasulullah, terlebih di bulan Ramadhan, tercantum dalam hadisnya.

إِنَّ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلام يَلْقَاهُ كُلَّ لَيْلَةٍ فِي رَمَضَانَ حَتَّى يَنْسَلِحْ يَعْرِضُ عَلَيْهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ فَإِذَا لَقِيَهُ جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَامِ كَانَ أَجْوَدَ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ

“Sesungguhnya Ibnu ‘Abbas radliallahu ‘anhuma berkata: “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lembut (dermawan) dalam segala kebaikan. Dan 53 kelembutan Beliau yang paling baik adalah saat bulan Ramadhan ketika Jibril alaihissalam datang menemui Beliau.

Dan Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau pada setiap malam di bulan Ramadhan (untuk membacakan Al Qur’an) hingga Al Qur’an selesai dibacakan untuk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Apabila Jibril Alaihissalam datang menemui Beliau, maka Beliau adalah orang yang paling lembut dalam segala kebaikan melebihi lembutnya angin yang berhembus”.” (Muttafaq Alaih).

Maksud dari kedermawanan Rasulullah SAW melebihi lembutnya angin yang berhembus adalah:

أَشَارَ بِهِ إِلَى أَنَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الْإِسْرَاعِ بِالْجُودِ أَسْرَعَ مِنَ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ، وَإِلَى عُمُومِ النَّفْعِ بِجُوْدِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا تَعُمُ الرِّيحُ الْمُرْسَلَة جَمِيعَ تَهُبُ عَلَيْهِ.

“Menunjukkan sangat cepat dalam hal kedermawanan melebihi cepatnya angin ketika berhembus. Kedermawanan Nabi SAW juga memberikan manfaat yang menyeluruh seperti hembusan angin yang memberikan manfaat pada apa yang dilewatinya.”

Jamaah yang dimuliakan Allah

Orang dermawan dijamin tidak akan merasa takut dan sedih, terutama di akhirat. Al Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam tafsirnya, Mafatih Al-Ghaib menulis sebagai berikut:

إِنَّهَا تَدُلُّ عَلَى أَنَّ أَهْلَ الثَّوَابِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُتَأَكَّدُ بِذَلِكَبِقَوْلِهِ تَعَالَى (لَا يَحْزُقُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ).

“Sesungguhnya (ayat 274 Al-Baqarah) menunjukkan bahwa orang yang mendapat ganjaran sedekah tidak merasa ketakutan pada hari kiamat, hal ini dikuatkan dengan ayat Mereka tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar pada (hari kiamat),(QS. Al-Anbiya: 103)”

Jamaah yang dimuliakan Allah

Jangan lewatkan kesempatan di bulan Ramadhan untuk meningkatkan kedermawanan dengan cara bersedekah atau berinfak serajin mungkin agar kita tetap menjadi dermawan setiap hari walaupun Ramadhan telah pergi.

5. Contoh Ceramah Singkat berjudul Bukber Semangat, Tapi Sholat Magrib Lewat

Asalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh

الْحَمْدُ للهِ جَعَلَ رَمَضَانَ شَهْرًا مُبَارَكًا، وَفَرَضَ عَلَيْنَا الصِّيَامَ لِأَجْلِ التَّقْوَى. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مَحَمَّدِ بِالْمُجْتَبى، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَهْلِ التَّقَى وَالْوَلَى أَمَّا بَعْدُ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ : فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (٤) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (٥) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُوْنَ (٦) وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُونَ (۷)

Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, Saudara-Saudari,

Bagaimana puasa hari ini? Semoga selalu lancar Amiin ya Rabbal Alamiin

Tema ceramah hari ini sangat menarik yakni, Bukber semangat, tapi sholat Maghrib terlewat. Ada di sini orang yang pernah seperti itu? Orangnya datang? Jangan diulangi lagi ya.

Sebelum dibahas lebih lanjut, mari kita baca bersama-sama QS. Al-Ma’un ayat 4-7.

“4. Celakalah orang-orang yang melaksanakan shalat; 5. (yaitu) yang lalai terhadap sholatnya; 6. Yang berbuat riya; 7. Dan enggan (memberi) bantuan.”

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Baca ayat ini jangan hanya sepotong ya Pak, Bu. Jangan hanya fawailul lil mushollin. Jika hanya sepotong, ini bahaya, masak orang yang melaksanakan sholat kok celaka. Kita lihat ayat setelahnya, yaitu orang yang lalai terhadap sholatnya.

Maksud dari lalai itu apa sih? Ini yang mesti dijelaskan. Syekh Ibnu Asyur dalam kitab tafsirnya At-Tahrir wa AtTanwir menekankan betul bahwa kata sahûn itu bukan lalai karena lupa tidak melakukan sunnah ab’ad dalam sholat, seperti lupa tidak tasyahud awal misalnya, atau karena ragu dengan jumlah rakaat sholat. Bukan itu maksudnya. Kalau itu kan kita diminta untuk melakukan sujud sahwi.

Ibnu Asyur menyebutkan bahwa orang lalai itu adalah orang yang melakukan sholat karena riya’, tidak ikhlas dan tanpa ada niat yang tulus. Orang ini pun mudah meninggalkan sholat. Ini yang dimaksud sebagai orang yang lalai itu.

Imam Jajaluddin As-Suyuthi mengumpulkan beberapa riwayat yang menafsirkan ayat ini. Dalam kitab Ad-Durrul Mantsur, salah satu riwayat itu adalah:

وأَخْرَجَ ابْنُ جَرِيرٍ، وَابْنُ مَرْدُويَة عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ وَالَّذِينَ هُم عَنْ صَلَاتِهِمْ ساهُونَ قالَ : هُمُ المَنافِقُونَ يَتْرُكُونَ الصَّلاةَ في السِّرِ ويُصَلُّونَ في العلانية.

“Ibnu Jarir dan Ibnu Marduwiyah dari Ibnu Abbas menyebutkan bahwa mereka adalah orang-orang munafik yang meninggalkan sholat saat tidak ada orang dan sholat saat di keramaian.”

Dari sini, istilah munafik itu sangat luas artinya. Tetapi, yang perlu digarisbawahi adalah dalam kondisi apapun jangan pernah menyepelekan sholat. Wajib is wajib, no debat!!

Hadirin yang dirahmati Allah SWT

Buka bersama pada dasarnya adalah aktivitas yang boleh dan baik. Karena hadis Nabi sebenarnya menyebutkan bahwa kebahagiaan bagi orang yang berpuasa itu salah satunya karena berbuka.

Rasulullah SAW bersabda:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ : فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

“Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiraan ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).

Saya membayangkan betapa nikmatnya berbuka puasa bersama. Di momen tersebut, kita bisa silaturahim mengumpulkan sanak famili, kerabat, tetangga, bahkan kawan lama. Kebahagiaan itu memang sudah Rasulullah SAW sampaikan.

Tetapi, problemnya bukan di buka bersama ya Pak, Bu. Problemnya adalah jika orang-orang yang berbuka puasa itu melewatkan sholat maghrib. Allah SWT, memperingati betul, bahwa orang yang melewatkan puasa ini disebut akan celaka lho. Jadi, kita perlu berhati-hati.

Terima kasih saya sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan. Wassalamu’alaikum Wr.Wb

6. Contoh Ceramah Singkat berjudul Keutamaan Sedekah dalam Islam

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Pada hari ini, saya ingin berbicara tentang sebuah amal yang sangat dianjurkan dalam Islam, yaitu sedekah. Sedekah bukanlah sekadar memberi sebagian dari harta kita kepada yang membutuhkan, tetapi juga merupakan salah satu bentuk ibadah yang penuh keberkahan di hadapan Allah SWT.

Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 261:

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ

“Perumpamaan orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Melalui Ayat ini, Allah SWT menyampaikan kepada kita betapa besar keutamaan memberi sedekah. Bahkan, setiap sedekah yang kita berikan akan dilipatgandakan pahalanya hingga seratus kali lipat.

Selain itu, Rasulullah SAW juga memberikan banyak tuntunan tentang keutamaan sedekah. Beliau bersabda,

قال النبي صلعم : مَن فَطَرَفِيهِ صَا لِمَّا كَانَ لَهُ مَغْفِرَةً لِذُنُوبِهِ وَعِتْقٌ رَقَبَةِ مِنَ النَّار

Artinya: “Barang siapa yang memberi makanan atau minuman untuk berbuka puasa, maka diampuni dosa-dosanya, dan dibebaskan dari Api Neraka (Al Hadits)”

Saudara-saudaraku,

Dengan memberikan sedekah, kita tidak hanya membantu sesama yang membutuhkan, tetapi juga membersihkan diri kita dari dosa-dosa yang telah kita lakukan. Sedekah juga merupakan salah satu cara untuk menunjukkan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas nikmat-nikmat yang telah diberikan-Nya kepada kita.

Mari kita jadikan sedekah sebagai bagian dari kehidupan kita sehari-hari. Meskipun dalam jumlah yang kecil, tetapi dengan niat yang tulus dan ikhlas, setiap sedekah yang kita berikan akan memiliki dampak yang besar, baik di dunia maupun di akhirat.

Sekian ceramah singkat dari saya tentang keutamaan sedekah dalam Islam. Semoga kita semua termotivasi untuk terus berbagi rezeki kepada sesama, dan semoga Allah SWT senantiasa meridhai setiap amal ibadah kita. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

7. Contoh Ceramah Singkat berjudul Keutamaan Sabar dan Syukur

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Jamaah yang dirahmati Allah,

Mari kita bersama-sama merenungkan dua konsep penting dalam agama kita: sabar dan syukur. Dua nilai luhur ini adalah kunci utama untuk menjalani kehidupan yang penuh makna dan bahagia di dunia ini.

Pertama, mari kita bicarakan tentang sabar. Sabar adalah sikap ketenangan dan ketabahan dalam menghadapi segala ujian dan cobaan yang Allah berikan kepada kita. Ketika kita diuji dengan kesulitan, kegagalan, atau penderitaan, sabarlah yang membawa kita melewati segala rintangan tanpa kehilangan akal dan emosi. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Baqarah ayat 155-156:

وَلَـنَبۡلُوَنَّكُمۡ بِشَىۡءٍ مِّنَ الۡخَـوۡفِ وَالۡجُـوۡعِ وَنَقۡصٍ مِّنَ الۡاَمۡوَالِ وَالۡاَنۡفُسِ وَالثَّمَرٰتِؕ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيۡنَۙ‏ (١٥٥) الَّذِيۡنَ اِذَآ اَصَابَتۡهُمۡ مُّصِيۡبَةٌ ۙ قَالُوۡٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّـآ اِلَيۡهِ رٰجِعُوۡنَؕ‏( ١٥٦)

Artinya: “Dan sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Mereka itulah yang mendapat keberkatan dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Kedua, mari kita bahas tentang syukur. Syukur adalah sikap menghargai dan mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah kepada kita, baik yang besar maupun yang kecil. Ketika kita bersyukur, kita menyadari bahwa setiap nikmat adalah anugerah dari-Nya yang patut kita hargai dan manfaatkan dengan baik. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Ibrahim ayat 7:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”

Sabar dan syukur adalah dua sifat mulia yang tidak hanya membawa keberkahan di dunia, tetapi juga kebahagiaan abadi di akhirat. Mari kita jadikan keduanya sebagai pegangan dalam setiap langkah kita, dalam suka maupun duka. Dengan sabar dan syukur, kita akan mampu menjalani kehidupan dengan lapang dada, penuh keberkahan, dan penuh rasa syukur kepada Allah SWT.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

8. Contoh Ceramah Singkat berjudul Pahala Menuntut Ilmu di Bulan Ramadhan

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat Ramadhan kepada kita semua. Semoga rahmat dan keberkahan-Nya senantiasa menyertai kita dalam menjalani ibadah di bulan yang penuh berkah ini.

Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,

Sebagai umat Islam, kita memiliki kewajiban menuntut ilmu, baik yang berkaitan dengan urusan duniawi maupun akhirat. Menuntut ilmu tidak memandang usia, jenis kelamin, ataupun latar belakang. Semua orang berhak dan wajib melakukannya, terlebih di bulan Ramadhan. Banyak keberkahan dan keutamaan bagi orang yang menuntut ilmu pada bulan suci ini.

Di sini, saya akan menjelaskan tentang macam-macam pahala atau keistimewaan menuntut ilmu sela bulan Ramadhan, yaitu

Mendapat Pahala seperti Ibadah Setahun

Sebagaimana Nabi Muhammad SAW. bersabda:

مَنْ حَضَرَ مَجْلِسَ اعِلْمِ فِي رَمَضَانَ كَتَبَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ بِكُلِّ قَدَمٍ عِبَادَةَ سَنَةٍ وَيَكُونُ مَعِي تَحْتَ العَرْشِ

Artinya: “Barang siapa menghadiri majelis ilmu untuk menuntut ilmu agama Islam di bulan Ramadhan, maka Allah catat untuknya setiap satu langkah kaki bernilai pahala ibadah satu tahun, dan ia akan bersamaku (kata Nabi SAW) berada di bawah Arsy Allah SWT. “

Meningkatkan Kualitas Ibadah

Dengan meningkatnya pemahaman kita tentang ajaran Islam, kita dapat menggali lebih dalam makna dan hikmah di balik ibadah-ibadah yang dilakukan selama bulan Ramadhan, seperti puasa, shalat tarawih, dan bersedekah. Semakin kita memahami esensi dan tujuan dari ibadah-ibadah tersebut, semakin tulus dan berkualitas pula ibadah kita kepada Allah SWT.

Diridhoi Allah Allah SWT

Setiap langkah yang kita ambil dalam perjalanan menuntut ilmu membawa kita lebih dekat kepada keberkahan dan kasih sayang Allah SWT. Dengan kesungguhan dalam belajar dan mengembangkan diri, kita semakin mendekatkan hubungan kita dengan-Nya dan memperdalam cinta kita terhadap agama-Nya. Sebagaimana dalam HR Abu Daud

مَنْ تَعَلَّمَ عِلْمًا مِمَّا يُبْتَغَى بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ لاَ يَتَعَلَّمُهُ إِلاَّ لِيُصِيبَ بِهِ عَرَضًا مِنَ الدُّنْيَا لَمْ يَجِدْ عَرْفَ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Artinya: “Barangsiapa yang mempelajari ilmu yang dengannya dapat memperoleh keridhoan Allah SWT, (tetapi) ia tidak mempelajarinya kecuali untuk mendapatkan kesenangan duniawi, maka ia tidak akan mendapatkan harumnya surga di hari kiamat nanti,” (HR Abu Daud).

Dalam bulan Ramadhan ini, mari kita manfaatkan setiap momen untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan kita. Jadikanlah bulan yang mulia ini sebagai momentum untuk meraih keberkahan dan kesuksesan di dunia maupun di akhirat. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi langkah-langkah kita dalam menuntut ilmu dan menjadikan kita hamba yang bertaqwa dan berilmu. Aamiin ya rabbal ‘alamin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

9. Contoh Ceramah Singkat berjudul Keutamaan Lailatul Qadr

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudari yang dirahmati Allah,

Pada kesempatan kali ini, kita berkumpul dalam kebersamaan untuk membahas tentang salah satu malam paling mulia dalam agama kita, yaitu Malam Lailatul Qadr. Malam yang penuh berkah ini merupakan momen istimewa di bulan Ramadhan, yang dipercaya memiliki keutamaan yang luar biasa.

Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-Qadr ayat 1-3:

اِنَّاۤ اَنۡزَلۡنٰهُ فِىۡ لَيۡلَةِ الۡقَدۡرِۖ ۚ‏ ١ وَمَاۤ اَدۡرٰٮكَ مَا لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِؕ‏ ٢ لَيۡلَةُ الۡقَدۡرِ ۙ خَيۡرٌ مِّنۡ اَلۡفِ شَهۡرٍؕ‏ ٣

Artinya: “Ketahuilah, sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.”

Dalam ayat ini, Allah SWT menggambarkan keistimewaan Malam Lailatul Qadr yang lebih baik daripada seribu bulan. Malam ini adalah malam di mana Al-Quran pertama kali diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi umat manusia. Oleh karena itu, Malam Lailatul Qadr menjadi waktu yang sangat berharga bagi umat Islam untuk memperbanyak ibadah, berdoa, dan memohon ampunan kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW juga memberikan petunjuk kepada umatnya tentang keutamaan Malam Lailatul Qadr. Beliau bersabda, “Malam itu adalah malam yang cerah yaitu malam kedua puluh tujuh (dari bulan Ramadan). Dan tanda-tandanya ialah pada pagi harinya matahari terbit berwarna putih tanpa memancarkan sinar ke segala penjuru” (HR. Muslim no. 762, dari Ubay bin Ka’ab).

Saudara-saudari sekalian,

Malam Lailatul Qadr adalah malam yang penuh berkah dan ampunan. Mari kita manfaatkan kesempatan emas ini dengan beribadah, berdoa, dan memperbanyak amal kebaikan. Mari kita jadikan Malam Lailatul Qadr sebagai momentum untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbaiki diri, dan memohon ampunan-Nya atas segala dosa dan kesalahan yang telah kita lakukan.

Semoga kita semua dapat meraih keberkahan dan ampunan dari Allah SWT di Malam Lailatul Qadr ini. Aamiin ya rabbal ‘alamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

10. Contoh Ceramah Singkat berjudul Kemulian Memaafkan Sesama

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Saudara-saudari yang dirahmati Allah,

Memaafkan adalah tindakan mulia yang diajarkan oleh agama kita. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran, Surah Al-A’raf ayat 199,

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَاَعْرِضْ عَنِ الْجٰهِلِيْنَ

“Jadilah pemaaf, perintahlah (orang-orang) pada yang makruf, dan berpalinglah dari orang-orang bodoh.”

Memaafkan adalah bentuk kebesaran hati dan kekuatan karakter. Dengan memaafkan, kita membebaskan diri dari beban dendam dan kebencian yang merusak hati dan jiwa kita. Allah SWT berjanji akan memberikan ganjaran bagi mereka yang mampu memaafkan sesama.

Sebagaimana Dia berfirman dalam Al-Quran Surat Assyuara ayat 40,

وَجَزٰۤؤُا سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَاۚ فَمَنْ عَفَا وَاَصْلَحَ فَاَجْرُهٗ عَلَى اللّٰهِۗ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الظّٰلِمِيْنَ

Artinya: “Maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah.”

Di bulan suci Ramadhan ini, mari kita jadikan kesempatan untuk memaafkan orang-orang yang telah menyakiti atau menganiaya kita. Dengan memaafkan, kita mengikuti jejak para nabi dan rasul, serta mendapatkan keberkahan dan rahmat dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

detikKultum Nasaruddin Umar: Ramadan Gudangnya Amal Kebaikan



Jakarta

Ramadan merupakan bulan yang suci sekaligus mulia. Pada momen ini, umat Islam dianjurkan untuk mengerjakan berbagai ibadah dan kebaikan karena akan mendapat balasan berkali lipat oleh Allah SWT.

Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum detikcom menyampaikan bahwa Ramadan menjadi bulan gudangnya amal.

“Jadi sebetulnya bulan ini (Ramadan) adalah gudang amal,” katanya dalam kultum yang tayang pada Kamis (21/3/2024).


Prof Nasaruddin mengajak kaum muslimin agar memperbanyak amalan di bulan Ramadan ini. Contohnya seperti, membaca Al-Qur’an, bahkan kalau bisa ibadah-ibadah sunnah juga dikerjakan.

Selain itu, kaum muslimin juga bisa membaca lafaz subhanallah sebagai pujian kepada Allah SWT. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Dua kalimat yang ringan diucapkan lidah, berat dalam timbangan, dan disukai oleh (Allah) Yang Maha Pengasih, yaitu kalimat subhanallah wabihamdihi subhanallahil ‘azhim (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya, Maha Suci Allah Yang Maha Agung).” (HR Bukhari dan Muslim)

Dengan mengerjakan berbagai amalan di bulan suci, niscaya seorang muslim dapat memperoleh pahala sebanyak-banyaknya.

“Insyaallah pasti akan mendapatkan pahala maksimum di bulan suci Ramadan ini,” kata Prof Nasaruddin Umar.

Selain mengerjakan ibadah-ibadah spiritual, umat Islam juga bisa melaksanakan ibadah sosial seperti berbagi kepada anak yatim. Bisa juga dengan menebarkan senyum dan sapa ke sesama, sebab ibadah sosial tidak selalu berkaitan dengan materi.

“Ibadah sosial itu tidak mesti harus dengan uang. Memberikan senyuman itu sedekah,” terang Prof Nasaruddin.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Amalan Utama Selama Bulan Puasa dapat ditonton DI SINI. Kajian bersama Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Contoh Teks Ceramah Singkat tentang Malam Lailatul Qadar


Jakarta

Ceramah atau kultum mengenai keutamaan dan amalan waktu istimewa banyak disampaikan selama bulan Ramadan, salah satunya pada malam Lailatul Qadar. Berikut contoh ceramah malam Lailatul Qadar singkat.

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan. Berdasarkan dalil, malam Lailatul Qadar ada pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ


Artinya: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Bukhari dalam Shahih-nya dan terdapat dalam Fath Al-Baari bab Fadhl Lailatul Qadar. Imam Muslim turut mengeluarkan riwayat ini dalam Shahih-nya)

Ceramah Malam Lailatul Qadar Singkat

Untuk menyambut datangnya malam istimewa tersebut, para mubaligh bisa menyampaikan ceramah malam Lailatul Qadar. Berikut contoh ceramah malam Lailatul Qadar dikutip dari Kumpulan Tema Khutbah Pilihan yang disusun Abdul Qodir dan Wahyu Fauzi Aziz.

Menggapai Keutamaan Lailatul Qadar

Tidak terasa Ramadan telah memasuki sepertiga akhir. Artinya, Ramadan telah memasuki dua puluh hari pertamanya. Orang Jawa biasa menyebutnya dengan likuran. Di sepertiga akhir Ramadan, pada malam harinya tampak pemandangan umat berbondong melakukan iktikaf di masjid, guna mendapatkan Lailatul Qadar, yaitu malam seribu bulan. Berlombalah setiap muslim untuk mendapatkannya. Malam-malam ganjil menjadi prioritas para muslim melakukan iktikaf.

Suasana malam hari, tepatnya menjelang dini hari sampai fajar, menjadi semarak di hampir setiap masjid. Suasana ini beda dengan hari-hari di dua pertiga Ramadan, apalagi dengan hari-hari di luar Ramadan. “Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadr: 3) Dalam surah ini dijelaskan Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, sebuah malam yang sangat berkah dan lebih baik dari seribu bulan, yang jika kita hitung maka nilainya sama dengan sekitar 83 tahun 4 bulan. Sesungguhnya seseorang yang beribadah pada malam itu, maka sama baginya dengan beribadah selama 83 tahun 4 bulan lamanya pada malam atau hari-hari biasa.

Hari demi hari telah kita lalui dan tak terasa sekarang kita telah berada pada separuh lebih bulan Ramadan. Artinya, sebentar lagi kita akan memasuki sepertiga terakhir dari bulan mulia ini yang menurut pandangan mayoritas ulama di dalamnya terdapat satu malam istimewa, yaitu Lailatul Qadar. Karenanya, dirasa sangat penting untuk membahas malam tersebut sebab ibadah pada malam itu khairun min alfi syahr (lebih baik dibanding ibadah selama seribu bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar). Hal ini selaras dengan penuturan Mujahid bin Jabir,

“Sesungguhnya Rasulullah SAW mengisahkan seorang laki-laki dari kalangan bani Israil yang senantiasa mengangkat senjatanya untuk berjuang di jalan Allah SWT selama seribu bulan. Perkara tersebut membuat kaum muslimin merasa takjub sehingga Allah SWT menurunkan tiga ayat pertama surat Al-Qadr.” (Fadhailu-1 Awqat li-l Baihaqi, juz 1 hal. 207)

Selain hal tersebut, keutamaan lain dari Lailatul Qadar adalah para malaikat dari tiap lapis langit bahkan dari sidratil muntaha turun ke bumi untuk mengaminkan doa manusia hingga waktu munculnya fajar sebagaimana penuturan Imam Al-Qurthubi. Mereka, termasuk malaikat Jibril, turun dengan membawa rahmat Allah dan segala ketentuan Allah SWT pada malam tersebut hingga setahun ke depan.

Keutamaan terakhir yang tersurat dalam surat Al-Qadr adalah setiap detik dari Lailatul Qadar sepenuhnya hanya berisi keselamatan serta tidak ada keburukan di dalamnya hingga muncul fajar, bahkan dikatakan bahwa setan tidak dapat berbuat buruk pada malam tersebut. Sedangkan pada malam lainnya, selain keselamatan, Allah SWT juga menetapkan bala’ (Tafsir Al-Qurthubi, juz 20, hal. 133- 134).

Keberadaan Lailatul Qadar sangat layak untuk kita syukuri sebab malam mulia ini merupakan malam spesial yang hanya Allah SWT ciptakan kepada segenap umat Rasulullah SAW berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Seandainya tidak ada Lailatul Qadar, maka nyaris tidak mungkin bagi kita untuk mendapatkan pahala ibadah seribu bulan mengingat terbatasnya umur umat Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

“Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sangat sedikit yang bisa melampaui umur tersebut.” (Sunan Ibni Majah, juz 2 hal. 1415)

Mengenai waktu munculnya Lailatul Qadar, begitu banyak riwayat yang secara dhahir saling bertentangan.

Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa malam itu berputar dalam sebulan Ramadan hingga yang terkhusus pada malam tertentu. Karenanya, para ulama menganjurkan untuk mencarinya dalam sebulan penuh dan lebih dianjurkan lagi pada sepuluh malam terakhir. Pengukuhan anjuran paling kuat adalah pada malam ganjil sebagaimana pendapat jumhur fuqaha’ sesuai sabda Rasulullah SAW tentang Lailatul Qadar.

“Malam itu berada pada bulan Ramadan, maka carilah pada sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya Lailatul Qadar berada pada malam ganjil yaitu malam ke-21, malam ke-23, malam ke- 25, malam ke-27, malam ke-29, atau malam terakhir Ramadan. Barang siapa menghidupkannya karena ikhlas mengharap ridha Allah SWT, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (Musnad Ahmad, juz 37 hal. 423)

Lailatul Qadar memiliki tanda-tanda yang tampak di langit maupun di permukaan bumi sebagaimana yang telah masyhur di masyarakat. Bahkan, terdapat tanda batin yang dapat dirasakan oleh sebagian kaum muslimin yaitu kenikmatan beribadah pada malam tersebut. Namun, para ulama saling bersilang pendapat apakah harus mengetahui secara pasti keberadaan malam tersebut untuk meraih fadilahnya atau tidak.

Pendapat yang paling unggul menurut fuqaha’ mazhab adalah bahwa tidak disyaratkan mengetahui Lailatul Qadar secara pasti. Namun, jika kita mengetahui malam tersebut sekaligus menghidupkannya, maka fadilah yang kita raih akan lebih sempurna. (Mughni-l Muhtaj, juz 1 hal. 450)

Karenanya, mari bersama-sama kita tapaki kemuliaan Lailatul Qadar pada malam-malam yang telah disebutkan dengan berbagai macam ibadah baik salat berjamaah, salat Tarawih, salat witir, tadarus Al-Qur’an, iktikaf, dan sebagainya. Juga bagi keluarga perempuan kita yang sedang menjalani haid atau nifas, maka ibadah-ibadah tersebut bisa diganti dengan zikir, thalabu-l ‘ilmi, dan doa.

Apakah kita bisa memperoleh keutamaan Lailatul Qadar dengan doa? Jawabannya adalah iya. Rasulullah SAW bersabda, “Doa itu adalah ibadah.” (Sunan Abi Dawud, juz 2 hal. 76)

Semoga kita senantiasa diberi anugerah Islam dan iman agar selalu semangat menjalankan ibadah selama Ramadan terutama pada tanggal-tanggal akhir sebab amal ibadah itu tergantung pada penutupnya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam



Jakarta

Ramadan akan memasuki sepuluh hari terakhir. Dalam waktu kurang dari dua minggu, kaum muslimin akan merayakan Idul Fitri atau Lebaran.

Momen itu digunakan untuk saling silaturahmi dan bermaaf-maafan. Tak jarang sebagian masyarakat Islam mengadakan halal bi halal sebagai salah satu cara bersilaturahmi.

Halal bihalal merupakan kata majemuk bahasa Arab dari kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Prof Nasaruddin Umar memaknainya sebagai melepas.


Tradisi halal bi halal di Indonesia sudah ada sejak tahun 1945. Dahulu, halal bi halal dimaknai sebagai memaafkan secara nasional dan secara religius.

“Halal bi halal itu kan kita mendatangi rumah orang tua kita, guru-guru kita, salam-salaman,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum yang tayang Jumat (29/3/2024).

Menurutnya, momentum silaturahmi saat Lebaran itu tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim. Melainkan juga umat beragama lain.

“Jadi silaturahim itu jangan hanya dibatasi untuk umat beragama Islam saja. Nonmuslim itu juga kita ajak, kayak makan ketupat Lebaran,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, silaturahmi tidak hanya kepada sesama manusia yang masih hidup, melainkan juga mereka yang telah meninggal dunia. Cara menjalin silaturahmi dengan orang yang sudah wafat bisa dengan menziarahi makamnya dan mengirimkan doa.

Apabila ada rezeki berlebih, Prof Nasaruddin Umar menganjurkan untuk sedekah kepada anak yatim dan meminta mereka mendoakan keluarga yang telah wafat, seperti orang tua. Doa-doa tersebut menjadi salah satu cara untuk silaturahmi.

Tujuan dari diperintahkan menjalankan silaturahmi adalah berkaitan dengan keharusan bagi setiap manusia untuk menjaga hubungan persaudaraan. Manusia diharapkan bisa saling menjaga, menyayangi, menghormati, dan saling menyelamatkan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Jadikan Ramadan Momen Menyucikan Diri



Jakarta

Ramadan menjadi momen yang tepat memohon ampunan kepada Allah SWT. Terlebih, pada bulan yang mulia ini segala kebaikan dilipatgandakan.

Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Rabu (2/4/2024) mengatakan bahwa Ramadan menjadi waktu mustajab untuk berdoa, salah satunya jelang buka puasa.

“Sangat bagus untuk melakukan introspeksi, serahkan diri kepada Allah SWT. Inilah hamba-Mu yang bergelimang dosa selama ini,” ujarnya.


Allah SWT Maha Pengampun. Ampunan-Nya begitu luas dan tak bertepi, Dia mengampuni siapapun yang memohon ampun kepada-Nya.

Dalam surah Az Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menurut Nasaruddin Umar, Ramadan juga menjadi momen untuk menyucikan diri. Karenanya umat Islam dianjurkan memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah SWT.

“Maka itu bulan Ramadan kali ini kami akan bertekad berikrar untuk menyucikan diri kami ya Allah. Bantulah kami untuk menjalani kehidupan ini dengan normal dengan taat kepadamu,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal itu seraya berdoa.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Mengejar Kesucian di Bulan Ramadan dengan Kesadaran Lingkungan dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com