Tag Archives: kultum nasaruddin umar

Gapai Ketenangan Jiwa dengan Salat dan Wudhu



Jakarta

Surah-surah dalam Al-Qur’an membawa pesan yang bermanfaat bagi kehidupan umat Islam. Tak terkecuali berisi firman Allah SWT yang dapat menenangkan jiwa.

Melalui detikKultum detikcom yang tayang Rabu (27/3/2024), Prof Nasaruddin Umar menyampaikan hal serupa. Dalam salah satu ayat Al-Qur’an, Allah SWT berfirman bahwa salah satu cara untuk menenangkan jiwa ialah dengan salat.

Sebagaimana firman-Nya dalam surah Ar Rad ayat 28,


ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tentram.”

“Kalau kita ingin merasakan ketenangan jiwa, maka tidak ada cara lain yang paling pantas untuk kita lakukan sebagai umat yang paling beriman khususnya umat islam (yaitu) kita melakukan salat,” ujar Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Ketika seorang muslim menjalani kehidupan dengan teori-teori Al-Qur’an maka ia menutup pintu iblis. Prof Nasaruddin Umar mengatakan, rasa gundah dan gelisah merupakan salah satu provokasi iblis.

Begitu pula dengan wudhu. Sebelum salat, umat Islam dianjurkan untuk membasuh bagian-bagian tubuh tertentu yang mana sama artinya dengan bersuci.

Dalam ilmu kesehatan, wudhu terbukti mampu menenangkan jiwa karena memberikan kesegaran yang berhubungan dengan sistem saraf manusia.

Terkait wudhu ini disebutkan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an, salah satunya surah Al Maidah ayat 6.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَٱطَّهَّرُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya:” Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.”

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa saksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia



Jakarta

Dalam Islam, silaturahmi dianjurkan agar umat Islam dengan sesamanya dapat terjaga. Silaturahmi tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim, melainkan juga umat manusia, hewan, hingga tumbuhan.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Isra ayat 70,

۞ وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِىٓ ءَادَمَ وَحَمَلْنَٰهُمْ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ وَرَزَقْنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلْنَٰهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا


Artinya: “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.”

“Silaturahim itu bukan hanya antar sesama manusia, silaturahim dengan binatang, pepohonan bahkan silaturahim dengan benda mati,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Kamis (28/3/2024).

Bahkan, silaturahmi tidak hanya kepada sesamanya yang hidup. Menurut Prof Nasaruddin Umar, kematian bukanlah penghalang untuk bersilaturahmi.

Karenanya, umat Islam yang masih hidup dianjurkan membaca doa bagi keluarga atau sesamanya yang telah wafat. Ini menjadi cara bersilaturahmi kepada mereka yang sudah meninggal dunia.

Prof Nasaruddin Umar menerangkan, konsep silaturahmi kepada sesama makhluk hidup seperti binatang dan pohon ini bahkan diterapkan oleh Rasulullah SAW. Contohnya seperti ketika beliau sedang bersembunyi di Gua Tsur karena dikejar oleh para algojo.

“Yang menyelamatkan nabi itu adalah burung merpati yang tiba-tiba bertelur. Kemudian laba-laba dia bersarang seolah-olah tidak ada orang yang masuk di situ (Gua Tsur),” ujar Prof Nasaruddin Umar.

Peristiwa-peristiwa itu menjadi bukti pentingnya menjalin silaturahmi kepada sesama makhluk hidup. Tidak hanya sesama muslim juga umat manusia.

“Ini satu contoh bahwa silaturahmi itu bukan hanya untuk sesama manusia tetapi juga sesama makhluk,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Tak Hanya ke Sesama Manusia bisa saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB. Jangan terlewat!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam



Jakarta

Ramadan akan memasuki sepuluh hari terakhir. Dalam waktu kurang dari dua minggu, kaum muslimin akan merayakan Idul Fitri atau Lebaran.

Momen itu digunakan untuk saling silaturahmi dan bermaaf-maafan. Tak jarang sebagian masyarakat Islam mengadakan halal bi halal sebagai salah satu cara bersilaturahmi.

Halal bihalal merupakan kata majemuk bahasa Arab dari kata halala yang diapit dengan satu kata penghubung ba (dibaca: bi). Prof Nasaruddin Umar memaknainya sebagai melepas.


Tradisi halal bi halal di Indonesia sudah ada sejak tahun 1945. Dahulu, halal bi halal dimaknai sebagai memaafkan secara nasional dan secara religius.

“Halal bi halal itu kan kita mendatangi rumah orang tua kita, guru-guru kita, salam-salaman,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum yang tayang Jumat (29/3/2024).

Menurutnya, momentum silaturahmi saat Lebaran itu tidak hanya diperuntukkan bagi sesama muslim. Melainkan juga umat beragama lain.

“Jadi silaturahim itu jangan hanya dibatasi untuk umat beragama Islam saja. Nonmuslim itu juga kita ajak, kayak makan ketupat Lebaran,” jelas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, silaturahmi tidak hanya kepada sesama manusia yang masih hidup, melainkan juga mereka yang telah meninggal dunia. Cara menjalin silaturahmi dengan orang yang sudah wafat bisa dengan menziarahi makamnya dan mengirimkan doa.

Apabila ada rezeki berlebih, Prof Nasaruddin Umar menganjurkan untuk sedekah kepada anak yatim dan meminta mereka mendoakan keluarga yang telah wafat, seperti orang tua. Doa-doa tersebut menjadi salah satu cara untuk silaturahmi.

Tujuan dari diperintahkan menjalankan silaturahmi adalah berkaitan dengan keharusan bagi setiap manusia untuk menjaga hubungan persaudaraan. Manusia diharapkan bisa saling menjaga, menyayangi, menghormati, dan saling menyelamatkan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Silaturahmi Jangan Sebatas pada Umat Islam saksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Ramadan Jadi Momen Meningkatkan Kecintaan terhadap Allah SWT



Jakarta

Selain disebut sebagai bulan suci, Ramadan juga dikatakan bulan cinta. Pada momen istimewa ini, umat Islam diajak untuk lebih mencintai sesamanya serta Tuhannya, Allah SWT.

Saat berpuasa, tanpa disadari umat Islam menumbuhkan rasa kecintaan terhadap fakir miskin. Sebab, secara tidak langsung kita merasakan bagaimana menjadi mereka dengan berpuasa.

Selain itu, Ramadan juga menjadi momen meningkatkan rasa cinta terhadap Allah SWT. Ketika berpuasa, umat Islam membersihkan diri dengan melakukan taubat dan memperbanyak ibadah.


“Dengan demikian kita menambahkan rasa cinta antar sesama. Di samping itu juga cinta secara vertikal kita dengan Allah SWT,” kata Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Minggu (29/3/2024).

Membayar zakat fitrah juga termasuk ke dalam bentuk rasa cinta terhadap Allah SWT. Begitu pun dengan menyayangi sesama makhluk hidup seperti binatang dan tumbuhan.

“Sayangi binatang, sayangi tumbuh-tumbuhan, sayangi alam semesta. Karena kalau kita mencintai sang pencipta, cintai juga makhluknya,” tambah Prof Nasaruddin.

Ia juga mengimbau agar umat Islam senantiasa selalu melihat ke bawah, bukan sebaliknya. Selalu mendongak ke atas dan melihat mereka yang diberi lebih tak akan ada habisnya.

“Semoga bulan suci Ramadan ini menciptakan rasa cinta, rasa iba terhadap sesama sehingga dengan demikian kalau kita mencintai makhluk Allah SWT, otomatis sang penciptanya juga mencintai kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Perbanyak Ibadah di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan. Pada momen tersebut, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah.

Dari Aisyah RA, ia berkata:

“Rasulullah sangat bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR Muslim)


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom menyampaikan bahwa sepuluh terakhir Ramadan menjadi inti dari bulan suci. Terlebih, pada sepuluh terakhir Ramadan Allah SWT menurunkan malam Lailatul Qadar bagi umat Nabi SAW.

“Turunnya Lailatul Qadar itu justru kita diminta menanti-nanti pada sepuluh (malam) terakhir Ramadan khususnya itu malam-malam ganjil misalnya 21, 23, 25, 27, 29,” ujarnya dalam detikKultum yang tayang, Senin (1/4/2024).

Malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang luar biasa yaitu dikatakan lebih baik dari seribu bulan. Keistimewaan itu hanya diberikan kepada umat Rasulullah SAW.

“Kita (umat Rasulullah SAW) pendek-pendek umurnya tapi Lailatul Qadar lebih panjang daripada orang yang hidup 1000 tahun kan (umat nabi terdahulu). Nah inilah kesyukuran kita menghadapi kenyataan hidup menjadi umat Nabi Muhammad,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Meski demikian, jangan sampai ibadah-ibadah yang kita laksanakan justru ditujukan untuk malam Lailatul Qadar. Sebab, Ramadan dan Lailatul Qadar termasuk makhluk Allah SWT.

Sebagai muslim yang taat, hendaknya amalan-amalan tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Pastikan ibadah yang kita laksanakan ikhlas semata karena sang Khalik.

“Lakukan semaksimal mungkin ibadah dalam bulan suci Ramadan lillahi ta’ala, Tuhan-lah yang punya hak untuk berikan yang terbaik buat kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Zakat Fitrah Itu Wajib, Jangan Terlewat



Jakarta

Jelang penghujung Ramadan, umat Islam mulai menunaikan zakat fitrah. Amalan ini tergolong wajib bagi setiap muslim.

Dalam sebuah hadits riwayat Abu Dawud, dikatakan zakat fitrah menjadi pembersih orang-orang yang berpuasa. Berikut bunyi haditsnya,

“Rasulullah SAW telah mewajibkan zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dan untuk memberi makan orang miskin. Siapa yang membagikan zakat fitrah sebelum salat Id maka zakatnya itu diterima dan siapa yang membagikan zakat fitrah setelah salat Id maka itu termasuk sedekah biasa.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)


Waktu yang diutamakan untuk membayar zakat fitrah yakni, setelah salat Subuh pada 1 Syawal sebelum salat Idul Fitri. Sementara itu, waktu diwajibkannya sejak terbenamnya matahari malam Idul Fitri.

“Zakat fitrah itu wajib. Siapa yang wajib zakat fitrah? Semua orang yang berkecukupan memberi makan fakir miskin,” jelas Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Selasa (2/4/2024).

Imam Besar Masjid Istiqlal itu mengatakan, apabila seorang muslim lalai dalam menunaikan zakat fitrah padahal ia mampu maka tergolong melakukan pelanggaran berat. Hal ini menunjukkan seberapa pentingnya zakat fitrah bagi setiap muslim.

Adapun, ketentuan membayar zakat fitrah bisa dilakukan selama khatib belum turun dari mimbar ketika ceramah Idul Fitri. Untuk itu, dianjurkan bagi para khatib untuk memanjangkan ceramah agar memberi kesempatan muslim yang belum membayar zakat fitrah.

Selain dengan uang, zakat fitrah bisa berupa makanan pokok. Terkait hal ini menyesuaikan dengan makanan pokok di setiap daerah.

“Kalau makanan kita nasi, ya zakat kita beras. Tapi, kalau makanan pokok kita itu jagung, kita keluarkan jagung,” kata Nasaruddin Umar menjelaskan.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Makna, Aturan, dan Ketentuan tentang Zakat Fitrah bisa ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Jadikan Ramadan Momen Menyucikan Diri



Jakarta

Ramadan menjadi momen yang tepat memohon ampunan kepada Allah SWT. Terlebih, pada bulan yang mulia ini segala kebaikan dilipatgandakan.

Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Rabu (2/4/2024) mengatakan bahwa Ramadan menjadi waktu mustajab untuk berdoa, salah satunya jelang buka puasa.

“Sangat bagus untuk melakukan introspeksi, serahkan diri kepada Allah SWT. Inilah hamba-Mu yang bergelimang dosa selama ini,” ujarnya.


Allah SWT Maha Pengampun. Ampunan-Nya begitu luas dan tak bertepi, Dia mengampuni siapapun yang memohon ampun kepada-Nya.

Dalam surah Az Zumar ayat 53, Allah SWT berfirman:

۞ قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Menurut Nasaruddin Umar, Ramadan juga menjadi momen untuk menyucikan diri. Karenanya umat Islam dianjurkan memohon ampunan dan berserah diri kepada Allah SWT.

“Maka itu bulan Ramadan kali ini kami akan bertekad berikrar untuk menyucikan diri kami ya Allah. Bantulah kami untuk menjalani kehidupan ini dengan normal dengan taat kepadamu,” kata Imam Besar Masjid Istiqlal itu seraya berdoa.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Mengejar Kesucian di Bulan Ramadan dengan Kesadaran Lingkungan dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pilih Waktu dan Tempat Mustajab agar Doa Terkabul



Jakarta

Sebagai umat Islam, sudah sepantasnya kita berdoa kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya dalam surah Gafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ

Artinya: “Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”


Meski demikian, umat Islam dianjurkan untuk memilih waktu dan tempat yang mustajab agar doa cepat terkabul. Hal ini turut disampaikan oleh Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Kamis (4/4/2024).

“Cari tempat yang mustajabah, cari waktu juga yang mustajabah,” katanya.

Imam Besar Masjid Istiqlal itu menuturkan, sebaiknya muslim mulai membiasakan diri untuk berdoa di tempat dan waktu yang mustajab. Sebab, banyak keutamaan yang terkandung salah satunya doa jadi cepat terkabul.

Ia mencontohkan, berdoa di dalam masjid yang sudah berdiri ratusan tahun tentu berbeda khasiatnya dengan masjid yang baru dibangun.

“Ratusan tahun masjid itu dipakai sujud, malaikatnya banyak. Tembus langitnya tuh gampang kita terobos (doanya) naik ke atas (langit),” lanjut Nasaruddin Umar.

Waktu yang mustajab itu salah satunya saat Ramadan. Pada bulan yang mulia ini, Allah SWT bermurah hati mengabulkan doa-doa hamba-Nya.

“Jadi jangan memandang enteng waktu dan tempat untuk berdoa,” ujarnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Waktu, Tempat dan Cara yang Mustajab untuk Berdoa dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Ketentuan Melakukan Iktikaf pada Akhir Ramadan



Jakarta

Pada malam-malam akhir Ramadan, kaum muslimin dianjurkan untuk melakukan iktikaf di masjid. Ibadah ini rutin dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Aisyah RA,

“Bahwasanya Nabi SAW beriktikaf pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sampai beliau dipanggil Allah Azza wa Jalla. Kemudian istri-istri beliau (meneruskan) beriktikaf setelah beliau wafat.” (HR Muslim)

Ibadah iktikaf ini wajib dikerjakan di masjid, bukan di rumah atau musala. Tujuan dari iktikaf ini agar umat Islam fokus beribadah kepada Allah SWT.


“Selama kita melakukan iktikaf itu yang kita lakukan adalah mengingat Allah SWT sesekali diselingi dengan membaca Qur’an, baca zikir, salat, zikir (lagi), baca Qur’an (lagi),” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Jumat (5/4/2024).

Ketika melakukan iktikaf, kaum muslimin harus dalam keadaan bersih dan suci. Karenanya, dianjurkan pula untuk mempertahankan wudhu saat beriktikaf.

Menurut Nasaruddin Umar, iktikaf tidak harus bermalam dan menginap di masjid. Beriktikaf seusai salat tarawih meski hanya dua sampai tiga jam diperbolehkan.

“Dua jam juga sudah iktikaf kok. Maka itu kalau kita pergi tarawih, begitu kita masuk ke masjid langsung niat iktikaf, walaupun hanya dua jam, tiga jam (lalu) balik ke rumah sudah selesai iktikafnya,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Beriktikaf juga harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan fokus kepada Allah SWT semata. Muslim sebaiknya memelihara pandangan dan mulutnya saat melakukan amalan tersebut agar khusyuk.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tips Mudah Khatam Al-Qur’an Selama Ramadan



Jakarta

Membaca Al-Qur’an pada bulan Ramadan memiliki keutamaan tersendiri. Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar menyebut membaca satu huruf Al-Qur’an di bulan suci setara dengan sepuluh kebaikan.

“Alif lam mim 3 huruf, di luar Ramadan kita hanya dapat pahala 3, tapi dalam bulan suci Ramadan kita baca alif lam mim itu dapat pahala 30. 1 huruf diberi pahala 10,” ujar Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Sabtu (6/4/2024).

Apabila seorang mukmin khatam Al-Qur’an di bulan Ramadan, maka pahala yang didapat melimpah ruah. Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar membagikan sejumlah tips agar muslim dapat khatam Al-Qur’an dengan mudah.


Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal itu, khatam Al-Qur’an bisa dilakukan minimal satu kali di bulan Ramadan. Caranya bisa dengan menyempatkan diri di sela-sela aktivitas, seperti membaca satu juz sebelum pergi ke kantor atau sesudah salat Subuh.

“Tidak perlu tahu artinya apa, baca saja Qur’an-nya maka itu pun akan dapat pahala. Apalagi kalau mau memahami arti tentu akan lebih bagus lagi,” lanjut Prof Nasaruddin Umar.

Seumpama jika seorang muslim ingin khatam tiga kali selama Ramadan, maka bisa diakali dengan membaca satu juz sesudah salat Subuh, satu juz sesudah tarawih, dan satu juz sesudah makan sahur. Kiat-kiat seperti ini menjadi tips untuk mengkhatamkan Al-Qur’an.

Ia mengimbau agar umat Islam memaksakan diri untuk khatam Al-Qur’an. Terlebih, di bulan suci ini Allah SWT tidak tanggung-tanggung melimpahkan pahalanya.

“Saya ingin mengajak saudara-saudara semuanya, mari kita membiasakan diri untuk membaca Qur’an secara sistematis, secara konsisten,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar: Tips Khatam Al-Qur’an selama Bulan Puasa Ramadan dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com