Tag Archives: lailatul qadar

Keutamaan Sedekah di Malam Lailatul Qadar



Jakarta

Keutamaan dan keistimewaan malam lailatul qadar banyak sekali, di antaranya kita dapat memperbanyak amal saleh. Salah satu contohnya ialah sedekah di malam lailatul qadar.

Merujuk pada Kitab Fiqhul Islam wa Adillatuhu Juz 3 karya Wahbah az-Zuhaili, umat Islam dianjurkan mencari lailatul qadar sebab ia adalah malam yang mulia, penuh berkah, dan amat agung. Terdapat harapan doa terkabul pada malam itu.

Malam lailatul qadar merupakan malam yang paling utama, melaksanakan salat dan amal saleh lain pada malam tersebut lebih baik daripada amal dalam seribu bulan yang tidak berisi malam kemuliaan tersebut.


Nabi Muhammad SAW bersabda,

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدِّمَ مِنْ ذَنْبِه

Artinya: “Barang siapa melakukan ibadah Ramadan karena iman dan mengharap ridha-Nya, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari)

Dalam hadits lain sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda,

ضعيفةٌ صَبِيحَتُها الشَّمْسُ تُصْبحُ بَاردَةً ولا حَارَةً لا طلقةٌ سَمْحَةٌ ليلة القدر ليلة حَمْراء

Artinya: “Lailatul qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar tidak begitu cerah dan nampak kemerah-merahan.” (HR Ath Thoyalisi dan Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaik Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)

Sedekah di Malam Lailatul Qadar Pahalanya Berlipat

Muhammad Adam Hussein dalam buku Sukses Berburu Lailatul Qadar menjelaskan, ketika sudah menjelang sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan, sebagai umat Islam dianjurkan untuk meningkatkan ibadah kepada Allah SWT, misalnya sedekah. Hal itu supaya keutamaan lailatul qadar setidaknya bisa kita dapatkan dan dapat diraih dengan baik.

Dijelaskan lebih lanjut, keutamaan bersedekah pada malam lailatul qadar akan melipatgandakan pahala dari Allah SWT. Sedekah tidak dinilai dari kecil maupun besarnya, akan tetapi dinilai dari seberapa kemampuan yang bisa diberikan oleh orang tersebut.

Selain sedekah, umat Islam juga bisa mengerjakan amalan lainnya. Amalan pada malam lailatul qadar turut dijelaskan Jalaluddin Rakhmat dalam buku Madrasah Ruhani sebagaimana dinukil Muhammad Haerudin dalam buku Munajat Ramadan.

Dijelaskan ada banyak hadits yang membahas mengenai kemuliaan lailatul qadar. Percakapan antara Nabi Musa AS dan Allah SWT, berikut ini menyimpulkan semua kandungan hadits-hadits tersebut:

Musa bermunajat kepada Tuhannya:

Nabi Musa AS: Tuhanku, aku ingin dekat dengan-Mu

Tuhan: Aku dekat dengan orang yang tetap terjaga sepanjang malam lailatul qadar

Nabi Musa AS: Tuhanku, aku menginginkan kasih-Mu

Tuhan: Kasih sayang-Ku bagi orang yang menyayangi orang miskin pada malam lailatul qadar

Nabi Musa AS: Tuhanku, aku ingin selamat melewati jembatan Ash-Shirath

Tuhan: Keselamatan itu untuk orang yang memberikan sedekah pada malam lailatul qadar

Nabi Musa AS: Tuhanku, aku ingin memperoleh taman surga dan buah-buahan di dalamnya

Tuhan: Itu untuk orang yang bertasbih pada malam qadar

Nabi Musa AS: Tuhanku, aku menginginkan keselamatan dari api neraka

Tuhan: Itu untuk orang yang beristighfar pada malam qadar

Nabi Musa AS: Tuhanku, aku menginginkan ridha-Mu

Tuhan: Ridha-Ku bagi orang yang salat dua rakaat pada malam qadar

Keutamaan Malam Lailatul Qadar

Melansir buku Tuntunan Lengkap 99 Salat Sunah Super Komplet karya Ibnu Watiniyah, terdapat tiga keistimewaan atau keutamaan pada malam lailatul qadar, yaitu:

1. Mendapatkan Berkah dari Allah SWT

Bagi umat Islam yang beribadah pada malam lailatul qadar dan mengerjakan amal saleh akan mendapatkan berkah dari Allah SWT.

2. Diampuni Dosa-dosanya

Allah SWT juga akan menghapus dosa-dosa yang lalu, apabila seorang muslim beribadah karena iman dan mengharap ridha-Nya.

3. Dilimpahkan Pahala

Allah SWT juga akan melimpahkan pahala bagi umat Islam, Rasulullah SAW bersabda,

“Barang siapa mengerjakan salat pada malam Lailatul Qadar sebanyak dua rakaat, dalam setiap rakaatnya setelah membaca al-Fatihah satu kali, kemudian membaca surah al-Ikhlash tujuh kali dan setelah salam membaca ‘Astaghfirullahal ‘adzhim wa atûbu ilaih 70 kali, maka selama dia mengerjakannya Allah Swt. akan mengampuni dirinya dan kedua orangtuanya serta Allah Swt. akan mengutus malaikat untuk menanam (untuknya) pepohonan di surga, membangun gedung-gedung dan mengalirkan sungai-sungai di dalamnya, dan dia tidak akan keluar dari dunia, sehingga dia pernah melihat seluruhnya.” (HR Ibnu Abbas)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

3 Ustaz akan Isi Kajian Bulan Suci di Mutiara Ramadan, Catat Waktunya Ya!



Jakarta

Hari-hari terakhir bulan Ramadan menjadi salah satu momen istimewa bagi umat Islam. Terlebih ada malam ganjil 10 hari terakhir Ramadan. Alangkah baiknya bila muslim bisa mengisi sisa waktu Ramadan dengan menyaksikan tayangan kajian Mutiara Ramadan bersama para ustaz hanya di detikcom dan detikHikmah.

Deni Darmawan dalam buku Keajaiban Ramadan, menjelaskan keberadaan malam kemuliaan di bulan Ramadan yang dikenal dengan Lailatul Qadar. Menurut sebuah riwayat, malam Lailatul Qadar terletak pada 10 hari terakhir bulan Ramadan, tepatnya pada malam-malam ganjil. Rasulullah SAW bersabda,

تَحَرَّوْا وفي رواية : الْتَمِسُوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِيْ الْوِتْرِ مِنْ الْعَشْرِ


Artinya: “Carilah malam Lailatul Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, Aisyah RA mengatakan, “Bila masuk sepuluh (hari terakhir bulan Ramadan Rasulullah SAW mengencangkan kainnya menjauhkan diri dari menggauli istrinya), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari)

Pada malam tersebut pula, disebut lebih baik daripada seribu bulan. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surah Al Qadr.

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada Lailatul Qadar. Tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu? Lailatul Qadar itu lebih baik daripada seribu bulan Pada malam itu turun para malaikat dan Rūḥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan. Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar.”

Bersamaan dengan keistimewaannya ini, tentunya muslim juga perlu menambah ilmu agama agar senantiasa mendapatkan pahala yang berlipat dari Allah SWT. Tahun ini, detikcom dan detikHikmah kembali menghadirkan Mutiara Ramadan dengan membawa tiga nama ustaz sebagai pengisi kajian.

Ketiga ustaz yang akan mengisi tayangan Mutiara Ramadan tersebut adalah Ustaz Adiwarman Karim, Ustaz Oni Sahroni, dan Ustaz Zacky Mirza. Para ustaz ini akan menemani sisa-sisa hari Ramadan detikers dengan kajian yang sayang untuk dilewatkan pada sore dan malam hari.

Mutiara Ramadan bersama Ustaz Adiwarman Karim akan dimulai besok, Rabu, 5 April hingga 14 April 2023 pada pukul 19.45 WIB. Hari berikutnya kemudian diisi oleh kajian dari Ustaz Oni Sahroni yang berlangsung dari 12 hingga 16 April 2023 pada pukul 15.00 WIB.

Sebagai penutup, Ustaz Zacky Mirza akan mengisi kajian di Mutiara Ramadan pada 17-21 April 2023 untuk pukul 19.45. Catat waktunya dan jangan sampai ketinggalan untuk menyaksikan Mutiara Ramadan hanya di detikcom dan detikHikmah. Cek teaser-nya DI SINI, ya!

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Persiapan Sambut Malam Lailatul Qadar



Jakarta

Lailatul Qadar adalah malam penuh keistimewaan bagi umat Islam. Kedatangannya selalu dinantikan setiap bulan Ramadan.

Tidak ada yang tahu kapan pastinya malam Lailatul Qadar. Namun, Lailatul Qadar diyakini datang pada sepuluh malam terakhir, tepatnya di malam-malam ganjil Ramadan sesuai sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

“Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)


Untuk itu, Prof Nasaruddin Umar melalui detikKultum detikcom yang tayang Selasa (26/3/2024) mengimbau kaum muslimin agar memperbanyak ibadah dan doa sambil menanti malam Lailatul Qadar.

“Malam Lailatul Qadar ini bahkan bukan hanya pahala yang berlipat ganda. Doa apapun yang kita minta insyaallah akan dijabah oleh Allah SWT. Pada saat kita nanti menanti malam Lailatul Qadar banyaklah berdoa,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Prof Nasaruddin Umar juga mengingatkan agar doa yang dipanjatkan bukan atas dasar hawa nafsu, melainkan berkah. Sebab, berkah menjadi yang paling utama.

“Berkah yang paling penting. Berkah lebih penting daripada yang paling banyak, yang besar atau yang tinggi. Apa artinya banyak, tinggi dan besar kalau nggak berkah,” lanjutnya.

Lebih lanjut Prof Nasaruddin Umar menerangkan, pada malam Lailatul Qadar kualitas ibadah kaum muslimin setara dengan seribu bulan. Oleh karena itu, perbanyaklah zikir, tadarus, dan salat.

Menurutnya, malam Lailatul Qadar harus dijemput dengan persiapan diri dan mental yang matang.

“Saya sungguh sangat yakin, barangsiapa yang mendapatkan Lailatul Qadar itu nanti akan mendapatkan perubahan berarti dalam hidupnya,” terang Prof Nasaruddin Umar.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa saksikan DI SINI. Jangan lewatkan detikKultum Nasaruddin Umar ini yang tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat tentang Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadan


Jakarta

Muslim sebentar lagi akan memasuki sepuluh akhir bulan Ramadan atau yang umum dikenal sebagai malam Lailatul Qadar. Khatib Jumat dapat menggaungkan keutamaan terkait malam istimewa tersebut melalui naskah khutbah Jumat.

Rasulullah SAW juga mengajarkan muslim untuk mencari malam kemuliaan itu di 10 malam terakhir bulan Ramadan.

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ


Artinya: “Carilah Lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Sebagai referensi khutbah Jumat, berikut contoh naskah khutbah Jumat dengan tema Menggapai Keutamaan 10 Hari Terakhir Ramadhan dari buku Mimbar Jumat: Menyambut Bulan Suci Ramadhan Edisi 1209 Tahun XXV/2023 susunan Bidang Penyelenggara Peribadatan Badan Pengelola Masjid Istiqlal (BPMI).

Contoh Naskah Khutbah Jumat 10 Hari Terakhir Ramadan

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah.

Puja dan puji serta syukur, marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kita kenikmatan berupa iman, hidayah Islam, dan fisik yang sehat wal afiat sehingga kita dapat melaksanakan salat Jumat yang penuh berkah ini.

Sholawat dan salam, mari kita haturkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah pencerahan dan kasih sayang bagi segenap alam, juga kita haturkan kepada keluarganya, dan sahabatnya. Melalui itu, kita semua selaku umatnya berharap kelak mendapatkan syafaatnya.

Khatib juga mengajak kita semua untuk dapat terus meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT. Kita harus menjadi orang yang beruntung, yaitu orang yang mampu menjadi lebih baik setiap harinya dengan mempertebal dan memperkuat keimanan dan ketakwaannya.

Sebagai bentuk perwujudan ketakwaan marilah kita memaksimalkan ibadah di bulan Ramadan, terlebih lagi menggapai satu malam yang sangat istimewa yakni malam Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan yang lebih baik dari seribu bulan. Malam ini di mana Allah SWT memberi ampunan seluas-luasnya bagi hamba-Nya dan memberikan pintu rahmat kepada hamba-Nya yang bermunajat kepada-Nya dalam menanti malam yang sangat istimewa ini.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Bulan Ramadan merupakan bulan yang mulia yang disediakan hanya satu kali dalam setahun oleh Allah SWT. Bulan ini di mana Al-Qur’an diturunkan kepada seluruh manusia untuk menjadi panduan dan pedoman hidup. Salah satu pembeda bulan Ramadan ini dengan bulan yang lain yaitu umat muslim senantiasa membaca, merenungkan dan mengamalkan isi dari Al-Qur’an yang mulia ini.

Bulan ini di mana Allah SWT memberikan fasilitas istimewa bahwasanya dengan membaca satu huruf Al-Qur’an di bulan mulia ini akan dilipatgandakan amalnya hingga sepuluh amalan. Allah SWT juga berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 185:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗوَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗيُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖوَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil). Oleh karena itu, siapa di antara kamu hadir (di tempat tinggalnya atau bukan musafir) pada bulan itu, berpuasalah. Siapa yang sakit atau dalam perjalanan (lalu tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya) sebanyak hari (yang ditinggalkannya) pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu dan tidak menghendaki kesukaran. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur.”

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa Ramadan adalah Syahrul Al-Qur’an, bulan diturunkannya Al-Qur’an. Penjelasan mengenai turunnya Al-Qur’an itu disebutkan dalam surah Al Qadr. Allah SWT mengawali surah Al-Qadr ini dengan, “Sesungguhnya Kami turunkan Al-Qur’an itu pada malam kemuliaan” lantas ditutup dan diakhiri dengan, “Pada malam itu diliputi kesejahteraan hingga fajar menyingsing.”

Apabila kita perhatikan awal dan akhir surah Al Qadr ini, kita dapat menemukan satu isyarat mengenai adanya korelasi dan interkoneksi antara awal surah dengan akhirnya. Seolah-olah Allah SWT sedang memberi pesan kepada kita sebagaimana Ia membuka dengan menurunkan Al-Qur’an maka Ia akan menutupinya dengan kesejahteraan dan kesentausaan. Seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita, siapa pun yang ingin mendapatkan kesejahteraan maka hendaknya memulainya dengan Al-Qur’an.

Seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita bahwa barangsiapa yang memulakan segala sesuatunya dengan Al-Qur’an, maka dia pasti akan menutup lembaran kehidupannya dengan salamun, kesejahteraan, kesentosaan dan kebahagiaan. Siapa pun yang memuliakan apapun dengan Al-Qur’an, maka pasti dia akan selamat dan sentosa. Di malam turunnya Al-Qur’an ini, terdapat satu peristiwa yang sangat istimewa.

Bagaimana mungkin malam itu tidak disebut sebagai malam yang penuh dengan keistimewaan, sampai keistimewaannya melebihi seribu bulan, sementara pada malam itu semua makhluk-makhluk mulia turun dari langit. Bahkan bukan sekedar itu, Allah SWT yang Maha Mulia pun hadir.

Jika di sepertiga malam saja, Allah SWT turun memberi ampunan, mengabulkan permintaan dan mengiyakan permohonan, maka pada malam Lailatul Qadar ini lebih spesial karena Allah SWT dan juga malaikat-malaikat berbondong-bondong turun ke muka bumi.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Mungkin sebagian dari kita bertanya, kapankah malam istimewa itu akan hadir? Dari nash-nash keterangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maupun pendapat para ulama, dapatkah kita menyimpulkan yang paling kuat di 10 hari terakhir. Seperti yang tertuang pada hadits berikut:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah Lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan” (HR Bukhari)

Jika sepuluh malam terakhir itu diperas lagi maka itu terjadi pada malam-malam ganjil yang meliputi malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29. Seperti yang tertuang pada hadits:

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Carilah Lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Lalu, jika kita berada pada malam Lailatul Qadar, apa yang paling utama untuk dilakukan? Tentu saja jawabannya adalah sujud dan mendekatkan diri pada Allah SWT, sebagaimana yang disebutkan pada Al-Qur’an surah Al Alaq ayat terakhir.

Sangat menarik bagi kita untuk membahas hubungan antara Al-Qur’an surah Al-Alaq dengan Al-Qur’an surah Al-Qadr. Kalau kita perhatikan di dalam mushaf kita, maka surah Al-Qadr terletak setelah surah Al-Alaq dan terletak sebelum surah al-Bayyinah. Mari kita lihat dan perhatikan susunan kedua surah ini dengan seksama sebagaimana panduan Ilmu Munasabah dalam Ulumul Qur’an.

Jika di awal surah Al Alaq Allah SWT memulakan surah ini dengan iqra dan di awal surah Al Qadr memulakan dengan innā anzalnāhu fī lailatil-qadr seolah Allah SWT sedang ingin memberi pesan kepada kita bahwa yang harus kita baca adalah apa yang Allah SWT turunkan pada malam Lailatul Qadar yaitu Al-Qur’an.

Jika di awal surah Al-Alaq Allah SWT memulakan dengan iqra dan mengakhirnya dengan wasjud waqtarib seolah-olah Allah SWT ingin menekankan kepada kita bahwa orientasi dari proses pembelajaran (qiroah) itu adalah ketundukan melalui sujud dan taqarrub, sehingga goal ending dari sebuah ilmu pengetahuan adalah ketaatan.

Selanjutnya, jika kita melihat Al-Qur’an surah Al-Alaq diakhiri dengan:

كَلَّاۗ لَا تُطِعْهُ وَاسْجُدْ وَاقْتَرِبْ ۩ ࣖ

Artinya: “Sekali-kali tidak! Janganlah patuh kepadanya, (tetapi) sujud dan mendekatlah (kepada Allah).” (QS Al Alaq ayat 19)

Dan kemudian Allah SWT menurunkan firman dalam Al-Qur’an surah Al Qadr:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam kemuliaan.”

Ayat terakhir Al-Qur’an surah Al Alaq bertemu dengan ayat pertama Al Qur’an surah Al-Qadr, memberi arti seakan ketika Allah SWT memerintahkan untuk bersujud dan mendekat kepada Allah SWT, lalu Allah SWT mengatakan sesungguhnya ini adalah malam kemuliaan Lailatul Qadar. Maka, yang paling utama untuk dilakukan dalam malam Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub kepada Allah SWT.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Lailatul Qadar itu adalah lailatus sujud wal iqtirab, malam Lailatul Qadar adalah malamnya hamba untuk sujud bertaqarrub. Maka barangsiapa yang mengharapkan untuk menggapai malam Lailatul Qadar hendaknya ia mengisinya dengan sujud dan taqarrub kepada Allah SWT. Bahkan seolah-olah Allah SWT ingin memberi pesan kepada kita bahwa amalan yang paling mulia ketika terjadi Lailatul Qadar adalah sujud dan taqarrub.

Landasan sujud dan taqarrub pada malam Lailatul Qadar adalah imanan wa ihtisaban, iman yang kuat dan introspeksi diri dengan penuh rahmat, maghfirah, dan rida Allah SWT. Perlu kita pastikan di saat kita iktikaf di malam Lailatul Qadar itu, orientasi kita adalah keimanan dan pengharapan.

Sujud dan taqarrub kita karena iman dan pengharapan. Kita juga melaksanakan birrul walidain, sedekah, ith’amu tha’am, membantu fakir miskin. Semua kebaikan itu masuk dalam kategori iqtirab min Allah; taqarrub kepada Allah SWT. Mendekatkan diri kepada Allah SWT. Seluruh amalan kebaikan dalam sepuluh hari terakhir Ramadhan harus berada pada bingkai keimanan dan pengharapan.

Ma’asyiral muslimin, rahimakumullah. Dalam menggapai malam yang mulia ini, setiap kita tentu mengisi malam ini dengan beribadah dan bermunajat kepada Allah SWT dengan khusyuk untuk mencapai keberhasilan yang kita usahakan. Beberapa amalan yang dapat kita optimalkan dalam meraih malam mulia ini, yaitu memaksimalkan dalam membaca Al-Qur’an, maksimal dalam salat malam, maksimal dalam berbuat kebaikan, dan maksimal dalam mengeluarkan zakat, infak, dan sedekah kita untuk menolong saudara-saudara kita untuk keluar dari garis kemiskinan.

Selain itu, amalan lain yang penting kita maksimalkan bersama adalah membangunkan keluarga kita untuk beribadah secara bersama-sama untuk menghidupkan malam yang mulia ini untuk mencapai keberkahan dari Allah SWT.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Contoh Teks Ceramah Singkat tentang Malam Lailatul Qadar


Jakarta

Ceramah atau kultum mengenai keutamaan dan amalan waktu istimewa banyak disampaikan selama bulan Ramadan, salah satunya pada malam Lailatul Qadar. Berikut contoh ceramah malam Lailatul Qadar singkat.

Malam Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemuliaan. Berdasarkan dalil, malam Lailatul Qadar ada pada 10 hari terakhir bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ


Artinya: “Carilah Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Bukhari dalam Shahih-nya dan terdapat dalam Fath Al-Baari bab Fadhl Lailatul Qadar. Imam Muslim turut mengeluarkan riwayat ini dalam Shahih-nya)

Ceramah Malam Lailatul Qadar Singkat

Untuk menyambut datangnya malam istimewa tersebut, para mubaligh bisa menyampaikan ceramah malam Lailatul Qadar. Berikut contoh ceramah malam Lailatul Qadar dikutip dari Kumpulan Tema Khutbah Pilihan yang disusun Abdul Qodir dan Wahyu Fauzi Aziz.

Menggapai Keutamaan Lailatul Qadar

Tidak terasa Ramadan telah memasuki sepertiga akhir. Artinya, Ramadan telah memasuki dua puluh hari pertamanya. Orang Jawa biasa menyebutnya dengan likuran. Di sepertiga akhir Ramadan, pada malam harinya tampak pemandangan umat berbondong melakukan iktikaf di masjid, guna mendapatkan Lailatul Qadar, yaitu malam seribu bulan. Berlombalah setiap muslim untuk mendapatkannya. Malam-malam ganjil menjadi prioritas para muslim melakukan iktikaf.

Suasana malam hari, tepatnya menjelang dini hari sampai fajar, menjadi semarak di hampir setiap masjid. Suasana ini beda dengan hari-hari di dua pertiga Ramadan, apalagi dengan hari-hari di luar Ramadan. “Malam kemuliaan (Lailatul Qadar) itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS Al-Qadr: 3) Dalam surah ini dijelaskan Allah SWT menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, sebuah malam yang sangat berkah dan lebih baik dari seribu bulan, yang jika kita hitung maka nilainya sama dengan sekitar 83 tahun 4 bulan. Sesungguhnya seseorang yang beribadah pada malam itu, maka sama baginya dengan beribadah selama 83 tahun 4 bulan lamanya pada malam atau hari-hari biasa.

Hari demi hari telah kita lalui dan tak terasa sekarang kita telah berada pada separuh lebih bulan Ramadan. Artinya, sebentar lagi kita akan memasuki sepertiga terakhir dari bulan mulia ini yang menurut pandangan mayoritas ulama di dalamnya terdapat satu malam istimewa, yaitu Lailatul Qadar. Karenanya, dirasa sangat penting untuk membahas malam tersebut sebab ibadah pada malam itu khairun min alfi syahr (lebih baik dibanding ibadah selama seribu bulan yang di dalamnya tidak ada Lailatul Qadar). Hal ini selaras dengan penuturan Mujahid bin Jabir,

“Sesungguhnya Rasulullah SAW mengisahkan seorang laki-laki dari kalangan bani Israil yang senantiasa mengangkat senjatanya untuk berjuang di jalan Allah SWT selama seribu bulan. Perkara tersebut membuat kaum muslimin merasa takjub sehingga Allah SWT menurunkan tiga ayat pertama surat Al-Qadr.” (Fadhailu-1 Awqat li-l Baihaqi, juz 1 hal. 207)

Selain hal tersebut, keutamaan lain dari Lailatul Qadar adalah para malaikat dari tiap lapis langit bahkan dari sidratil muntaha turun ke bumi untuk mengaminkan doa manusia hingga waktu munculnya fajar sebagaimana penuturan Imam Al-Qurthubi. Mereka, termasuk malaikat Jibril, turun dengan membawa rahmat Allah dan segala ketentuan Allah SWT pada malam tersebut hingga setahun ke depan.

Keutamaan terakhir yang tersurat dalam surat Al-Qadr adalah setiap detik dari Lailatul Qadar sepenuhnya hanya berisi keselamatan serta tidak ada keburukan di dalamnya hingga muncul fajar, bahkan dikatakan bahwa setan tidak dapat berbuat buruk pada malam tersebut. Sedangkan pada malam lainnya, selain keselamatan, Allah SWT juga menetapkan bala’ (Tafsir Al-Qurthubi, juz 20, hal. 133- 134).

Keberadaan Lailatul Qadar sangat layak untuk kita syukuri sebab malam mulia ini merupakan malam spesial yang hanya Allah SWT ciptakan kepada segenap umat Rasulullah SAW berdasarkan hadits yang telah disebutkan. Seandainya tidak ada Lailatul Qadar, maka nyaris tidak mungkin bagi kita untuk mendapatkan pahala ibadah seribu bulan mengingat terbatasnya umur umat Rasulullah SAW. Beliau bersabda,

“Usia umatku antara enam puluh hingga tujuh puluh tahun. Sangat sedikit yang bisa melampaui umur tersebut.” (Sunan Ibni Majah, juz 2 hal. 1415)

Mengenai waktu munculnya Lailatul Qadar, begitu banyak riwayat yang secara dhahir saling bertentangan.

Terdapat pendapat yang mengatakan bahwa malam itu berputar dalam sebulan Ramadan hingga yang terkhusus pada malam tertentu. Karenanya, para ulama menganjurkan untuk mencarinya dalam sebulan penuh dan lebih dianjurkan lagi pada sepuluh malam terakhir. Pengukuhan anjuran paling kuat adalah pada malam ganjil sebagaimana pendapat jumhur fuqaha’ sesuai sabda Rasulullah SAW tentang Lailatul Qadar.

“Malam itu berada pada bulan Ramadan, maka carilah pada sepuluh malam terakhir. Sesungguhnya Lailatul Qadar berada pada malam ganjil yaitu malam ke-21, malam ke-23, malam ke- 25, malam ke-27, malam ke-29, atau malam terakhir Ramadan. Barang siapa menghidupkannya karena ikhlas mengharap ridha Allah SWT, maka diampuni dosanya yang telah lalu.” (Musnad Ahmad, juz 37 hal. 423)

Lailatul Qadar memiliki tanda-tanda yang tampak di langit maupun di permukaan bumi sebagaimana yang telah masyhur di masyarakat. Bahkan, terdapat tanda batin yang dapat dirasakan oleh sebagian kaum muslimin yaitu kenikmatan beribadah pada malam tersebut. Namun, para ulama saling bersilang pendapat apakah harus mengetahui secara pasti keberadaan malam tersebut untuk meraih fadilahnya atau tidak.

Pendapat yang paling unggul menurut fuqaha’ mazhab adalah bahwa tidak disyaratkan mengetahui Lailatul Qadar secara pasti. Namun, jika kita mengetahui malam tersebut sekaligus menghidupkannya, maka fadilah yang kita raih akan lebih sempurna. (Mughni-l Muhtaj, juz 1 hal. 450)

Karenanya, mari bersama-sama kita tapaki kemuliaan Lailatul Qadar pada malam-malam yang telah disebutkan dengan berbagai macam ibadah baik salat berjamaah, salat Tarawih, salat witir, tadarus Al-Qur’an, iktikaf, dan sebagainya. Juga bagi keluarga perempuan kita yang sedang menjalani haid atau nifas, maka ibadah-ibadah tersebut bisa diganti dengan zikir, thalabu-l ‘ilmi, dan doa.

Apakah kita bisa memperoleh keutamaan Lailatul Qadar dengan doa? Jawabannya adalah iya. Rasulullah SAW bersabda, “Doa itu adalah ibadah.” (Sunan Abi Dawud, juz 2 hal. 76)

Semoga kita senantiasa diberi anugerah Islam dan iman agar selalu semangat menjalankan ibadah selama Ramadan terutama pada tanggal-tanggal akhir sebab amal ibadah itu tergantung pada penutupnya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Istimewanya Waktu Malam saat Lailatul Qadar



Jakarta

Lailatul Qadar disebut sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan. Saking istimewanya malam itu, Allah SWT mengabadikannya dalam surah Al Qadr di Al-Qur’an.

Banyak umat Islam bertanya-tanya alasan di balik mulianya malam Lailatul Qadar. Sebagian berpikir, kenapa hanya pada waktu malam?

Dalam kaitannya, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom yang tayang Sabtu (30/3/2024) menerangkan alasan di balik itu.


“Malam itu memang jarak antara hamba dengan Tuhannya lebih dekat. Kemudian malam itu lebih terbuka langit, malam itu yang aktif batin kita,” katanya.

Allah SWT berfirman dalam surah Al Muzzammil ayat 6,

إِنَّ نَاشِئَةَ ٱلَّيْلِ هِىَ أَشَدُّ وَطْـًٔا وَأَقْوَمُ قِيلًا

Artinya: “Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.”

Lebih lanjut Prof Nasaruddin menuturkan, pembagian waktu siang dan malam memiliki fungsinya masing-masing. Pada siang hari rasionalitas manusia lebih aktif, sedangkan ketika malam hari manusia lebih melibatkan emosi keagamaan.

“Itulah yang dimaksud bahwa malam itu sangat penting karena energi spiritualnya lebih kencang naik ke langit,” terang Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Prof Nasaruddin menjelaskan, aktifnya emosi keagamaan seseorang di malam hari juga menjadi sebab banyak salat dan ibadah yang disyariatkan ketika matahari terbenam. Mulai dari salat Magrib, Isya, witir, Tarawih, tahajud, dan qiyamul lail.

“Maknai malam Lailatul Qadar dengan memperbanyak ibadah seperti salat dan itikaf di masjid pada sepuluh malam terakhir,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar bisa disaksikan DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Perbanyak Ibadah di Sepuluh Malam Terakhir Ramadan



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki sepuluh malam terakhir Ramadan. Pada momen tersebut, Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk memperbanyak ibadah.

Dari Aisyah RA, ia berkata:

“Rasulullah sangat bersungguh-sungguh beribadah pada 10 hari terakhir (bulan Ramadan), melebihi kesungguhan beribadah di selain (malam) tersebut.” (HR Muslim)


Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom menyampaikan bahwa sepuluh terakhir Ramadan menjadi inti dari bulan suci. Terlebih, pada sepuluh terakhir Ramadan Allah SWT menurunkan malam Lailatul Qadar bagi umat Nabi SAW.

“Turunnya Lailatul Qadar itu justru kita diminta menanti-nanti pada sepuluh (malam) terakhir Ramadan khususnya itu malam-malam ganjil misalnya 21, 23, 25, 27, 29,” ujarnya dalam detikKultum yang tayang, Senin (1/4/2024).

Malam Lailatul Qadar memiliki keutamaan yang luar biasa yaitu dikatakan lebih baik dari seribu bulan. Keistimewaan itu hanya diberikan kepada umat Rasulullah SAW.

“Kita (umat Rasulullah SAW) pendek-pendek umurnya tapi Lailatul Qadar lebih panjang daripada orang yang hidup 1000 tahun kan (umat nabi terdahulu). Nah inilah kesyukuran kita menghadapi kenyataan hidup menjadi umat Nabi Muhammad,” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal tersebut.

Meski demikian, jangan sampai ibadah-ibadah yang kita laksanakan justru ditujukan untuk malam Lailatul Qadar. Sebab, Ramadan dan Lailatul Qadar termasuk makhluk Allah SWT.

Sebagai muslim yang taat, hendaknya amalan-amalan tersebut ditujukan kepada Allah SWT. Pastikan ibadah yang kita laksanakan ikhlas semata karena sang Khalik.

“Lakukan semaksimal mungkin ibadah dalam bulan suci Ramadan lillahi ta’ala, Tuhan-lah yang punya hak untuk berikan yang terbaik buat kita,” pungkasnya.

detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar untuk Orang Tua



Jakarta

Membaca dan memperbanyak doa pada malam lailatul qadar merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan pada malam lailatul qadar. Salah satunya kita dapat membaca doa lailatul qadar untuk orang tua.

Sayyid Sabiq dalam Kitab Fiqih Sunnah – Jilid 2 mengatakan, beribadah dan berdoa pada malam lailatul qadar sangat dianjurkan.

Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,


مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ، إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Siapa yang mengerjakan salat malam lailatul qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan ridha Allah SWT, maka dosa-dosanya yang terdahulu diampuni.”

Imam Ahmad, Ibnu Majah, dan Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits yang dinyatakan shahih olehnya, dari Aisyah RA, dia berkata, Aku bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Wahai Rasulullah bagaimanakah menurutmu jika aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang mesti aku ucapkan ketika itu? Beliau bersabda, “Ucapkanlah

اللهم إنك عفو كري، تحبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَلَى

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf dan Mulia. Engkau senang memberi maaf, maka maafkanlah aku.”

Hal serupa juga dijelaskan oleh Nasrudin Abd Rohim dalam buku Jangan Lelah Berdoa, bahwa pada malam lailatul qadar kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah, termasuk memperbanyak doa.

Menurutnya, hal itu di sebabkan malam lailatul qadar merupakan malam diturunkannya Al-Qur’an. Malam ini lebih utama daripada 1000 bulan.

Sesuai dengan hadits Ummul Mu’minin Aisyah RA yang meminta diajarkan ucapan yang sebaiknya diamalkan ketika malam lailatul qadar. Hal ini menunjukkan bahwa pada malam lailatul qadar kita dianjurkan memperbanyak doa, terutama dengan lafaz yang diajarkan tersebut.

Selain membaca doa untuk memohon ampun bagi diri sendiri, bisa juga membaca doa untuk orang tua. Mengutip buku Keutamaan Doa dan Dzikir Untuk Hidup Bahagia Sejahtera karya Khalilurrahman Al Mahfani berikut bacaan doa untuk orang tua.

Bacaan Doa Malam Lailatul Qadar untuk Orang Tua

رَبِّ اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيرًا

Rabighfirlii wa liwaalidayya warhamhuma kamaa rabbayaanii shaghiiraa

Artinya: “Ya Tuhanku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, kasihanilah mereka sebagaimana mereka telah mengasihiku pada waktu kecil.”

Doa malam lailatul qadar untuk orang tua tersebut diambil dari penggalan surah Nuh ayat 28 dan surah Al Isra ayat 24.

Mendoakan Orang Tua Merupakan Bentuk Birrul Walidain

Mengutip dari Magnet Rezeki Keluarga Amalan-Amalan Sunah untuk Berlimpahnya Rezeki dan Kebahagian Keluarga karya Ustadz Arifin Ibnu Jumani, seorang muslim berkewajiban untuk berbuat baik, memuliakan, tunduk, menghormati, mengasihi, dan menyayangi kedua orang tua.

Allah SWT juga memerintahkan supaya kita berbakti kepada orang tua atau birrul walidain yang disebutkan dalam sejumlah ayat dalam Al-Qur’an. Salah satunya,

وَقَضٰى رَبُّكَ اَلَّا تَعْبُدُوْٓا اِلَّآ اِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسٰنًاۗ اِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَآ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَآ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

Artinya: “Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, serta ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik” (QS Al-Israa: 23)

Berbakti kepada orang tua termasuk perbuatan yang paling disukai oleh Allah SWT, seperti yang dijelaskan dalam hadits berikut,

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَانِ عَبْدِ اللهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: سَأَلْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللهِ تَعَالَى قَالَ: الصَّلَاةُ عَلَى وقتها قلتُ: ثُمَّ أَيُّ؟ قَالَ: ر الْوَالِدَيْنِ قُلْتُ: ثُمَّ أَيَّ؟ قَالَ: اَلْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله

Artinya: “Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud RA berkata, ‘Rasulullah saw. bersabda, ‘Saya bertanya kepada Rasulullah saw., ‘Perbuatan apa yang paling disukai oleh Allah?’ Rasulullah menjawab, Shalat pada waktunya.” Saya bertanya, “Kemudian apa lagi?’ Rasulullah menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua. Saya bertanya, Kemudian apa lagi? Rasulullah menjawab. Berjuang menegakkan agama Allah.” (HR Bukhari dan Muslim)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Akhir Ramadan Arab dan Latin untuk Mohon Rahmat Allah



Jakarta

Ramadan sebentar lagi akan berlalu. Di penghujung bulan suci ini, umat Islam bisa mengisinya dengan memanjatkan doa akhir Ramadan.

Menurut sebuah riwayat yang termuat dalam Al-Mushannaf karya Abdurrazzaq Ash-Shan’any, malam berakhirnya Ramadan atau menjelang Hari Raya Idul Fitri termasuk malam yang mustajab untuk berdoa atau sering disebut Lailah Al-Ijabah (malam dikabulkannya doa).

Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,


“Lima malam tidak akan ditolak doa di dalamnya, malam Jumat, malam pertama di bulan Rajab, malam Nisfu Syaban, malam Lailatul qadar, malam Hari Raya Idul Adha dan Fitri.” (HR Al Baihaqi)

Melansir arsip berita Hikmah detikcom, berikut bacaan doa akhir Ramadan sebagaimana bersandar pada hadits Jabir bin Abdillah RA.

Doa Akhir Ramadan

أَللَّهُمَّ لاَ تَجْعَلْهُ آخِرَ الْعَهْدِ مِنْ صِيَامِنَا إِيَّاهُ، فَإِنْ جَعَلْتَهُ فَاجْعَلْنِيْ مَرْحُوْمًا وَ لاَ تَجْعَلْنِيْ مَحْرُوْمًا

Allahumma laa taj’alhu aakhiral ‘ahdi min shiyaamina iyyaah, fa-in ja’altahu faj’alnii marhuuman wa laa taj’alnii mahruuma.

Artinya: “Ya Allah, janganlah Engkau jadikan puasa ini sebagai yang terakhir dalam hidupku. Seandainya Engkau berketetapan sebaliknya, maka jadikanlah puasaku ini sebagai puasa yang dirahmati bukan yang hampa semata.”

Dalam Kitab Majma’ Az-Zawaid karya Al Haitsami terdapat sebuah hadits yang menyebut bahwa Allah SWT akan mengabulkan doa yang dipanjatkan pada bulan Ramadan. Dari Jabir bin Abdillah RA, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ لِلّهِ فِى كُلِّ يَوْمٍ عِتْقَاءَ مِنَ النَّارِ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ ,وَإِنَّ لِكُلِّ مُسْلِمٍ دَعْوَةً يَدْعُوْ بِهَا فَيَسْتَجِيْبُ لَهُ

Artinya: “Sesungguhnya Allah membebaskan beberapa orang dari api neraka pada setiap hari di bulan Ramadan dan setiap muslim apabila dia memanjatkan doa akan dikabulkan.” (HR Al Bazzar)

Pada bulan Ramadan juga terdapat suatu malam yang disebut dalam Al-Qur’an sebagai malam yang lebih mulia dari 1000 bulan. Malam tersebut adalah Lailatul Qadar. Allah SWT berfirman,

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ ٥

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatul Qadar itu ? Malam Lailatul Qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar.” (QS Al Qadr: 1-5)

Menurut Imam Al-Ghazali dalam Kitab Ihya ‘Ulumuddin, Lailatul Qadar adalah malam yang diberkati. Pada malam tersebut umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah. Rasulullah SAW pernah bersabda,

“Barang siapa yang pada malam Lailatul Qadar mengerjakan ibadah dan berdoa dengan penuh keimanan yang dipersembahkan semata-mata untuk Allah, akan diampuni dari segala dosanya yang terdahulu dan yang akan datang.” (HR Ahmad dan Thabrani).

Dalil serupa juga diterangkan dalam Kitab Riyadhus Shalihin karya Imam An-Nawawi. Nabi SAW bersabda, Khat “Siapa saja yang mendirikan salat pada Lailatul Qadar karena iman dan hanya mengharap pahala dari Allah, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaq Alaih). Hadits ini berasal dari Abu Hurairah RA.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kumpulan Doa Pilihan di Bulan Ramadan yang Penuh Berkah


Jakarta

Umat Islam dianjurkan memperbanyak amalan selama bulan Ramadan karena keutamaan yang terkandung di dalamnya. Salah satunya dengan membaca doa pilihan di bulan Ramadan.

Ulama Syafi’iyyah Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah-nya yang diterjemahkan Abu Aulia dan Abu Syauqina menyebutkan sejumlah hadits tentang keutamaan bulan Ramadan dan beramal pada bulan tersebut. Dikatakan, Abu Hurairah RA meriwayatkan ketika bulan Ramadan telah tiba, Rasulullah SAW bersabda,

قَدْ جَاءَكُمْ شَهْرٌ مُبَارَكٌ، افْتَرَضَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ صِيَامَهُ، تُفْتَحُ فِيْهِ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَتُغْلَقُ فِيهِ أَبْوَابُ الْجَحِيمِ، وَتُغَلُّ فِيْهِ الشَّيَاطِينُ، فِيْهِ لَيْلَةً خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ، مَنْ حُرِمَ خَيْرَهَا فَقَدْ حُرِمَ


Artinya: “Bulan yang penuh berkah telah datang kepada kalian. Allah telah mewajibkan puasa di bulan itu kepada kalian. Di dalamnya, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu. Di dalamnya, ada satu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Siapa yang tidak mendapat kebaikannya, ia benar-benar tidak mendapat kebaikan.” (HR an-Nasa’i dalam Sunan Nasa’i, Baihaqi dalam Sunan Baihaqi, dan Ahmad dalam Musnad Ahmad)

Salah satu amalan yang bisa dilakukan untuk meraih keberkahan bulan Ramadan adalah memanjatkan doa. Berikut kumpulan doa pilihan bulan Ramadan diambil dari kitab Al Adzkar karya Imam an-Nawawi yang diterjemahka Ulin Nuha.

Doa Pilihan di Bulan Ramadan

Doa Melihat Hilal (Bulan Sabit)

Diriwayatkan dalam Musnad ad-Darimy dari kitab At-Tirmidzi, Thalhah Ubaidillah RA berkata, “Sesungguhnya jika Rasulullah SAW melihat hilal beliau mengucap,

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ

Allahumma ahillahu ‘alaina bil yumni wal imani was salamati wal islam. Rabbi wa rabbukallah

Artinya: “Ya Allah, hilalkanlah bulan ini pada kami dengan membawa berkah, iman, keselamatan, dan Islam. Rabbku dan Rabbmu adalah Allah.”

Doa Berbuka Puasa

Diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, dari Ibnu Umar RA dia berkata, “Jika Rasulullah SAW berbuka beliau mengucap,

ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتْ الْعُرُوقُ وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah

Artinya: “Telah hilang rasa haus, telah basah urat nadi, serta telah tetap pahala jika Allah menghendaki.”

Doa Berbuka Bersama

Diriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan lainnya dengan sanad shahih, dari Anas bin Malik RA, ia mengatakan bahwa Rasulullah SAW menemui Sa’ad bin Ubaddah RA. Lalu Sa’ad menghidangkan roti dan mentega kepada beliau dan beliau memakannya. Setelah itu, Rasulullah SAW bersabda,

أَفْطَرَ عندَكُمُ الصَّالِمُونَ وَأَكَلَ طَعَامَكُمُ الأَبْرَارُ وَصَلَّتْ عَلَيْكُمُ المَلائِكَةُ

Afthara ‘indakumush shaaimuuna wa akala tha’aamakumul abraaru washallat ‘alaikumul malaaikatu

Artinya: “Orang-orang yang berpuasa telah berbuka di rumah kalian dan orang-orang baik telah mengkonsumsi makanan kalian, dan malaikat pun mendoakan kalian.”

Doa Malam Lailatulqadar

Diriwayatkan dalam Sunan At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah, dari Sayyidah Aisyah RA ia mengatakan, Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, jika aku mengetahui datangnya Lailatulqadar, apa yang harus kuucapkan?” Beliau menjawab,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan suka mengampuni. Karena itu, ampunilah aku.”

Doa Salat Tarawih

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإيْمَانِ كَامِلِيْن وَلِلفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنِ وَلِلصَّلاةِ حَافِظِيْنِ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْن وَلَمِا عِنْدَكَ طَالِبِيْنِ وَلِعَفْوكَ رَاجِيْنِ وَبِالْهُدَي مُتَمَسِّكِين وَعَن اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنِ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْن وَفِي الآخِرَةِ رَاغِيين وبالقضَاءِ رَاضِينِ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنِ وَعَلي البَلَاءِ صَابِريْن وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنِ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنِ وَإِلَى الجَنَّةِ دَاخِلِيْن وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنِ وَعَلَى سَرِيْرِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنِ وَمِنْ حُوْرٍ عِينٍ مُتَزَوِّحِينِ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاج مُتَلبِّسِيْن وَمِنْ طَعَامِ الجَنَّةِ آكِلِينِ وَمِنْ لَّبَن وَعَسَلٍ مُصَفًّى شاريين بأكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ مَعَ الَّذِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّين وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْن وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بالله عَلِيْمًا اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي لَيْلَةِ هَذا الشَّهْرِ الشَّرِيفَةِ المُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْن وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينِ

Allâhummaj’al bil îmâni kâmilîn wa lilfarâidhi muaddîn wa lishshalâti hâfidzîn wa lizzakâti fâ’ilîn wa limâ ‘indaka thâlibîn wa li’afwika râjîn wa bil hudâ mutamassikîn wa ‘anillaghwi muʼridhîn wa fid-dunyâ zâhidîn wa fîl âkhirati râghibîn wa bil gadhâ’i râdhîn wa lin-na’mâ’i syâkirîn wa ‘alâl balâ’i shâbirîn wa tahta liwâ’i sayyidinâ Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallama yawmal qiyâmati sâirin wa ilâlhawdhi wâridîn wa ilâl-jannati dâkhilîn wa minan-nâri nâjîn wa ‘alâ sarîr al-karâmati qâ’idîn wan hûrin “în mutazawwijîn wa min sundusin wastabraqin wa dîbâjin mutalabbisin wa min tha’âmil jannati âkilîn wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn bi akwâbin wa abârîqa wa kaʼsin min maʼîn ma’alladzî an’amta ‘alayhim minannabiyyîn wash-shiddîqîn wasy-syuhâdâ’ wash-shâlihîn wa hasuna ulâ’ika rafîqan dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma. Allâhummaj’alnâ fî laylati hâdzasyahr syarîfatil mubârakati min al-syu’âdâ’il maqbûlîn wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în birahmatika ya ar-hamar-râhimîn

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang senantiasa menyempurnakan iman kami, melaksanakan perintah menjalankan kewajiban-Mu, menjalankan salat, menunaikan zakat, memohon serta mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh kepada petunjuk (yang Kau berikan), meninggalkan kemungkaran, hidup dengan sederhana di dunia, mengharap surga di akhirat, berpasrah pada takdir, bersyukur pada nikmat dan bersabar atas cobaan di bawah bendera syariat Muhammad SAW pada hari kiamat. Dari ajarannya kami datang, ke surga kami menuju, dan juga kami selamat dari api neraka. Kami duduk di atas kain sutra kemuliaan, kami menikahi bidadari yang cantik dan jelita. Kami memakai pakaian yang terbuat dari permadani, sutra, dan perhiasan mewah lainnya. Kami makan dari masakan yang telah tersedia di surga. Kami meminum madu dan susu dengan menggunakan gelas mewah bersama para nabi, orang jujur, syuhada, orang saleh, dan mereka akan menjadi teman setia di surga kelak. Demikianlah keutamaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui atas segala yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ya Rabb, jadikan kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini sebagai orang-orang yang senantiasa bahagia dan engkau ampuni. Serta janganlah masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedih dan tertolak. Kami senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya secara keseluruhan dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari yang penyayang.”

Doa Salat Witir

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ

Allahumma inni a’udzu bi ridhooka min sakhotik wa bi mu’afaatika min ‘uqubatik, wa a’udzu bika minka laa uh-shi tsanaa-an ‘alaik, anta kamaa atsnaita ‘ala nafsik

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung dengan ridha-Mu dari kemurkaan-Mu, aku berlindung dengan maaf-Mu dari hukuman-Mu, dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak bisa menyebut semua pujian kepada-Mu, sebagaimana Engkau memuji diri-Mu sendiri.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com