Tag Archives: lauh mahfuz

5 Tanda Rezeki yang Berkah Menurut Islam



Jakarta

Manusia diciptakan Allah lengkap dengan rezekinya. Rezeki ditentukan setelah empat bulan di perut ibu. Rezeki ada yang baik atau yang buruk, tergantung cara mengambilnya. Rezeki yang buruk karena cara mengambilnya yang buruk.

Dalam buku Qur’an Hadist karya Muhaemin, rezeki berasal dari bahasa Arab razago, yarzuqu, rizqan yang berarti nasib, bagian, atau kekayaan. Rezeki adalah bagian atau kekayaan yang dapat diambil dan dirasakan. Contohnya pakaian yang dipakai terus-menerus hingga kusam atau makanan dan minuman yang benar-benar dimasukkan ke dalam tubuh.

Menurut Abdullah Gymnastiar dalam buku Menjemput Rezeki dengan Berkah disebutkan bahwa setiap makhluk sudah ada rezekinya. Misalnya, Allah menciptakan pohon terbatas gerakannya karena pohon tak lincah maka makanannya didekatkan lewat akar. Rezekinya didekatkan, ini sengaja diatur oleh Allah.


Begitu pun binatang, misalnya singa, pada waktu masih bayi dia tak bisa mengejar kijang, maka Allah menyediakan air susu di tubuh induknya. Ketika air susunya berhenti, Allah menggantinya dengan makanan yang diburu induknya. Setelah besar dia berburu sendiri. Ma-kin kuat fisiknya, makin tinggi kualitas ikhtiarnya.

Terkait rezeki, Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 6:

وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَاۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

Di dalam mencari rezeki, Islam memerintahkan agar kita senantiasa mencari rezeki dari jalan yang halal. Hal ini dikarenakan rezeki yang halal akan mendatangkan berkah dalam kehidupan, baik di dunia maupun di akhirat.

Rezeki yang halal memastikan bahwa kita memperoleh hasil yang bersih, tanpa melibatkan tindakan yang merugikan orang lain atau melanggar hukum agama. Selain itu, dengan mencari rezeki yang halal, kita juga menjaga integritas dan akhlak yang baik, serta menghindari perbuatan yang dapat menyebabkan dosa.

Allah SWT berjanji akan memberikan keberkahan kepada mereka yang mencari rezeki dengan cara yang benar dan jujur.

Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

يَأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَتِ مَا رَزَقْنَكُمْ وَاشْكُرُوا لِلَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ (۱۷۲)

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu, dan bersyukurlah kepada Allah, jika hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS al-Baqarah: 172).

Selain itu, rezeki yang halal juga memberikan kedamaian dalam hati, karena kita tahu bahwa usaha yang dilakukan sesuai dengan tuntunan agama, dan tidak mengandung unsur-unsur yang merusak jiwa dan masyarakat.

Tanda Rezeki yang Berkah

1. Didapat dengan Cara Halal

Rezeki termasuk dalam bagian dari takdir dan ketentuan Allah. Jika telah ditetapkan bahwa seseorang akan memperoleh rezeki melalui usaha dan kerja kerasnya, maka Allah akan memberikan jalan serta kemampuan baginya untuk melakukan usaha tersebut.

Karena itu, segala rezeki yang telah ditakdirkan oleh Allah bisa diraih melalui ikhtiar dan kerja. Namun, bila rezeki itu diperoleh dengan cara yang tidak benar, maka pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari menjadi tidak halal.

Allah SWT berfirman dalam surah An-Najm ayat 39-41, Allah SWT berjanji akan memberikan balasan sesuai apa yang diusahakan hamba-Nya.

وَأَن لَّيْسَ لِلْإِنسَٰنِ إِلَّا مَا سَعَىٰ وَأَنَّ سَعْيَهُۥ سَوْفَ يُرَىٰ ثُمَّ يُجْزَىٰهُ ٱلْجَزَآءَ ٱلْأَوْفَىٰ

Artinya: Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna.

2. Memberikan Kebahagiaan Lahir dan Batin

Salah satu tanda rezeki yang penuh keberkahan adalah meskipun jumlahnya tidak besar, manfaatnya terasa luas dan mencukupi kebutuhan. Misalnya, upah yang diperoleh dari pekerjaan mampu memenuhi kebutuhan keluarga sekaligus memungkinkan untuk berbagi kepada tetangga.

Sebaliknya, harta yang berlimpah namun tidak berkah biasanya dihabiskan untuk hal-hal yang sia-sia, tidak memberi manfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Pemilik harta seperti ini juga kerap mengalami gangguan fisik dan batin, serta cenderung kikir dan enggan menggunakan hartanya untuk kepentingan agama maupun sosial.

Jika kita merasa mengalami hal-hal tersebut, sebaiknya segera introspeksi dan memohon ampun kepada Allah. Salah satu bentuk upaya taubat adalah dengan rutin melaksanakan sholat Dhuha sebanyak empat rakaat.

3. Mendapat Rezeki yang Bermanfaat

Harta sebagai bentuk rezeki yang dimiliki seorang muslim seharusnya memberikan manfaat bagi sesama. Contohnya, seseorang yang memiliki kecukupan finansial akan menggunakan hartanya untuk bersedekah, membantu mereka yang membutuhkan, atau mendukung kegiatan sosial yang bermanfaat.

Semakin besar rezeki yang diterimanya, maka semakin luas pula peluang untuk menebar kebaikan melalui berbagai amal.

Hal ini sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an surah Al Lail ayat 17-21,

وَسَيُجَنَّبُهَا الْاَتْقَىۙ ١٧ الَّذِيْ يُؤْتِيْ مَالَهٗ يَتَزَكّٰىۚ ١٨ وَمَا لِاَحَدٍ عِنْدَهٗ مِنْ نِّعْمَةٍ تُجْزٰىٓۙ ١٩ اِلَّا ابْتِغَاۤءَ وَجْهِ رَبِّهِ الْاَعْلٰىۚ ٢٠ وَلَسَوْفَ يَرْضٰى ࣖ ٢١

Artinya: “Akan dijauhkan darinya (neraka) orang yang paling bertakwa, yang menginfakkan hartanya (di jalan Allah) untuk membersihkan (diri dari sifat kikir dan tamak). Tidak ada suatu nikmat pun yang diberikan seseorang kepadanya yang harus dibalas, kecuali (dia memberikannya semata-mata) karena mencari keridhaan Tuhannya Yang Mahatinggi. Sungguh, kelak dia akan mendapatkan kepuasan (menerima balasan amalnya).” (QS Al Lail: 17-21)

4. Rezeki yang Selalu Dicukupkan

Rezeki yang penuh berkah adalah harta yang membuat seorang muslim merasa cukup dan tidak serakah. Meskipun hartanya bertambah, ia tetap rendah hati dan menjalani kehidupan dengan sederhana.

Harta yang baik adalah harta yang membuat pemiliknya merasa puas dan tidak selalu ingin lebih. Rasa cukup ini membawa ketenangan dalam hidup dan menjauhkan seseorang dari sikap berlebihan dalam mengejar urusan duniawi

5. Harta Tak Mudah Hilang dan Selalu Rindu Allah

Tanda rezeki berkah salah satunya adalah menyadari bahwa nikmat rezeki yang dirasakan datangnya dari Allah SWT.

Tanda rezeki yang kita miliki berkah adalah ia tidak akan mudah hilang atau berkurang. Terlebih jika selalu digunakan untuk sedekah. Karena sedekah dapat menolak bala.

(lus/kri)



Sumber : www.detik.com

Hati-Hati, Kebiasaan Sepele Ini Bisa Menutup Pintu Rezeki


Jakarta

Setiap rezeki sudah Allah SWT jamin bagi setiap makhluk ciptaan-Nya. Hal ini disebutkan dalam surah Hud ayat 6.

Allah SWT berfirman,

۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ


Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

Meski begitu, terdapat beberapa kebiasaan yang dapat menyebabkan pintu rezeki seseorang tertutup. Seperti apa kebiasaan yang dimaksud?

Kebiasaan Sepele yang Bisa Tutup Pintu Rezeki

1. Tidur ketika Subuh

Mengutip dari buku Dongkrak Rezeki oleh Dedik Kurniawan, tidur ketika pagi setelah salat Subuh dilarang dalam Islam. Sebab, tidur ketika waktu tersebut bisa menjadi penghambat rezeki seseorang.

Ibnu Qayyim Al Jauziyah melalui kitab Madarijus-Salikin menjelaskan tidur setelah salat Subuh hingga matahari terbit termasuk dalam kategori makruh. Waktu tersebut menurutnya adalah saat utama turunnnya rezeki dan berkah.

Dari Ibnu Abbas RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Setelah salat fajar, janganlah tidur sehingga kamu lalai mencari rezeki.” (HR Thabrani)

2. Lalai Beribadah

Lalai dalam beribadah menjadi kebiasaan lain yang dapat menutup pintu rezeki. Allah SWT berfirman dalam surah Al Munafiqun ayat 9,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَآ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚوَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jangan biarkan harta dan anak-anakmu menyibukkanmu sehingga kamu lupa mengingat Allah. Barangsiapa yang melakukan hal ini, mereka adalah orang-orang yang merugi.”

3. Berdagang dengan Janji Palsu

Ketika berdagang, hendaknya muslim tidak memberikan janji palsu untuk menarik calon pembeli. Jika hal itu dilakukan, maka dapat menghambat rezeki dan keberkahan dalam transaksi jual beli sebagaimana tertuang dalam hadits berikut:

“Sumpah itu dapat membuat barang dagangan laku, tetapi dapat merugikan keuntungan.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lainnya dikatakan hal berikut,

“Jangan sering bersumpah saat berjualan, karena sumpah dapat membuat barang dagangan laris, tetapi merugikan keuntungan.” (HR Muslim)

4. Kurang Bersyukur

Sebagai muslim, sudah sepantasnya kita mensyukuri segala pemberian Allah SWT. Orang yang kurang bersyukur dapat menutup pintu rezeki karena tidak pernah merasa cukup.

5. Sering Minum Khamar

Khamar haram dikonsumsi dalam Islam. Sering meminum khamar dapat membuat pintu rezeki tertutup. Larangan meminum khamar tercantum dalam surah Al Maidah ayat 90,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِنَّمَا ٱلْخَمْرُ وَٱلْمَيْسِرُ وَٱلْأَنصَابُ وَٱلْأَزْلَٰمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ ٱلشَّيْطَٰنِ فَٱجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”

6. Menyisakan Makanan

Menyisakan atau tidak menghabiskan makanan yang sudah diambil dapat menutup pintu rezeki seseorang. Apalagi jika hal tersebut sering dilakukan.

Buya Yahya melalui ceramahnya dalam YouTube Al Bahjah TV mengatakan terkait hal tersebut,

“Menyepelekan sisa-sisa makanan yang ada di piring. Makanya Buya Yahya selalu marah karena bisa saja itu jadi sebab kefakiranmu,” ungkapnya, dilihat pada Sabtu (5/7/2025). detikHikmah telah mendapat izin mengutip tayangan tersebut.

7. Hobi Pamer

Pamer atau riya adalah perbuatan tercela dalam Islam. Menurut kitab Al Fathu al-Rabbani wa al-Faydh al-Rahmani oleh Syekh Abdul Qadir Al Jailani terjemahan Kamran Asad Riyadi, riya menjadi penyebab kefakiran. Karena itu, riya bisa menutup pintu rezeki seseorang.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tiga Macam Kesabaran



Jakarta

Sufyan ats-Tsauri mengatakan bahwa ada tiga jenis kesabaran yaitu : Tidak menceritakan musibah, jangan mengumbar kesakitanmu, dan jangan menganggap dirimu suci. Ingatlah bahwa sabar adalah tindakan menahan diri dari hal-hal yang ingin dilakukan, menahan diri dari emosi, dan bertahan serta tidak mengeluh pada saat sulit atau sedang mengalami musibah.

Tidak Menceritakan Musibah

Musibah yang terjadi ada yang menyikapinya sebagai keburukan, dan ada juga yang menganggap itu merupakan sebuah teguran untuk menjadi lebih baik. Lalu, berikut ini tuntunan terbaik dalam menyikapi segala musibah yang terjadi, yaitu :


1. Ridha terhadap ketentuan-Nya. Setiap Muslim wajib beriman bahwa musibah apapun itu seperti kecelakaan pesawat, gempa bumi, banjir, wabah penyakit telah ditetapkan Allah SWT. dalam Lauhul Mahfuzh. Sesuai kewajiban menerima ketentuan Allah ini dengan lapang dada (ridha). Sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Hadid ayat 22 yang terjemahannya, “Tidak ada bencana (apa pun) yang menimpa di bumi dan tidak (juga yang menimpa) dirimu, kecuali telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sesungguhnya hal itu mudah bagi Allah.”

Makna ayat di atas adalah : Usai menjelaskan karunia-Nya kepada orang memohon ampunan, Allah SWT. menerangkan bahwa semua yang terjadi di alam ini merupakan ketetapan-Nya yang tertulis di Lauh Mahfuz. Setiap bencana yang menimpa di bumi, seperti gempa, banjir, erupsi, dan lainnya, dan demikian pula bencana yang menimpa dirimu sendiri, seperti sakit, kecelakaan, dan lainnya, semuanya telah tertulis dalam Kitab yang disebut Lauh Mahfuz sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu, yaitu semua yang terjadi, sangat mudah bagi Allah SWT.

Musibah yang menimpa para hamba merupakan sesuatu yang sudah tertulis, jadi kita hadapi dengan sikap ridha karena kita wajib memgimani atas kehendak-Nya. Jadi musibah apa pun, betapa pun beratnya tetap mesti tersimpan dengan baik dan tidak untuk diceritakan. Kita kadang menemukan seseorang yang mengeluh karena ada anggota keluarga yang sakit dengan meminta bantuan biaya pengobatan.

2. Hikmah di balik musibah. Seorang muslim yang mengetahui hikmah (rahasia) dibalik musibah, akan memiliki ketangguhan mental yang sempurna. Hikmah musibah antara lain diampuninya dosa-dosa. Sabda Rasulullah SAW, “Tidaklah seorang muslim tertimpa musibah tertusuk duri atau lebih dari itu, kecuali dengannya Allah akan menghapus sebagian dosanya.” (HR Bukhari dan Muslim).

3. Ikhtiar. Yang dimaksud ikhtiar, ialah tetap melakukan berbagai usaha untuk memperbaiki keadaan dan menghindarkan diri dari bahaya-bahaya yang muncul akibat musibah. Jadi, seorang Muslim tidak boleh diam saja, atau pasrah berpangku tangan menunggu bantuan datang. Olehnya itu, beriman kepada ketentuan Allah SWT. tidaklah berarti kita hanya diam termenung meratapi nasib, tanpa berupaya mengubah apa yang ada pada diri kita.

Tidak mengumbar kesakitan

Orang yang mengumbar kesakitan itu jauh dari sikap sabar. Keluh kesah itu dilarang dalam ajaran Islam sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Ma’arij ayat 19 dan 20 yang artinya, ” Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir.” Dan selanjutnya, ” Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah.”

Makna kedua ayat diatas adalah : Dijelaskan bahwa manusia memiliki sifat suka berkeluh kesah dan kikir. Namun, sifat ini dapat diubah jika menuruti petunjuk Tuhan yang dinyatakan-Nya dalam ayat 22 sampai 24 surah ini. Manusia yang tidak mempedulikan petunjuk Tuhan dan seruan rasul adalah orang yang sesat.

Manusia bisa sesat dari jalan Allah SWT. karena sifatnya yang tergesa-gesa, gelisah, dan kikir. Hal ini bukanlah ketentuan dari Allah SWT. terhadapnya, tetapi mereka menjadi mukmin atau menjadi kafir karena usaha dan pilihan mereka sendiri. Hal ini sesuai dengan firman-Nya dalam surah at-Taqabun ayat 2 yang terjemahannya, “Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan ada yang mukmin. Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Sikap berkeluh kesah di dalam ajaran Islam jelas tidak dituntun, jadi kesabaran dalam menghadapi ujian Allah SWT. adalah keharusan karena kita mengimani terhadap ketentuan-Nya.

Jangan menganggap dirimu suci

Seseorang yang menganggap dirinya suci itu laksana seseorang yang menganggap diri sudah pandai, sehingga ia tidak menambah ilmunya.
Adapun adab seorang muslim itu tidak merasa dirinya paling baik dari saudaranya. Sebagaimana firman-Nya dalam surah an-Najm ayat 32 yang terjemahannya, “Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.”

Mengenai ayat ini, Syaikh Abdurrahman As-Si’di menerangkan bahwa terlarangnya orang- orang beriman untuk mengabarkan kepada orang-orang akan dirinya yang merasa suci dengan bentuk suka memuji- memuji dirinya sendiri. (Tafsir Karimir Rahman). Sikap itu yang dilarang oleh-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam surah al-Baqarah ayat 80 yang terjemahannya, “Dan mereka berkata, kami sekali-kali tidak akan disentuh api neraka kecuali selama beberapa hari saja.”

Inilah kesombongan orang-orang yang menganggap dirinya suci. Semoga Allah SWT. selalu membimbing kita untuk bersabar dengan tidak menceritakan musibah, tidak mengeluh dan tidak menganggap diri suci.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Kumpulan Doa untuk Minta Rezeki dari Arah Tak Terduga


Jakarta

Rezeki merupakan sebuah nikmat yang diberikan oleh Allah SWT kepada hamba-Nya dalam berbagai bentuk, baik materi, kesehatan, atau kebahagiaan. Rezeki bisa datang dari arah tak terduga.

Rezeki yang datang kepada seseorang juga memiliki cara yang berbeda-beda, ada yang harus meraihnya dengan jerih payah bekerja, ada juga yang datang secara tak terduga. Namun, semua itu tidak terlepas dari rencana baik Allah SWT. Apa pun nikmat rezeki yang diberikan, semua hanya datang dari Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam surah Hud ayat 6,


۞ وَمَا مِنْ دَاۤبَّةٍ فِى الْاَرْضِ اِلَّا عَلَى اللّٰهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۗ كُلٌّ فِيْ كِتٰبٍ مُّبِيْنٍ

Artinya: “Tidak satu pun hewan yang bergerak di atas bumi melainkan dijamin rezekinya oleh Allah. Dia mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuz).”

Oleh karena itu, seorang muslim dianjurkan untuk senantiasa berdoa kepada Allah SWT agar dibukakan pintu rezeki yang luas dari segala arah.

Kumpulan Doa Meminta Rezeki Tak Terduga

Berikut adalah kumpulan doa meminta rezeki tak terduga, yang dikutip dari buku Kumpulan Doa Pembuka Rezeki karya Ust. Fayumi Al-Maliki

1. Doa Memohon Limpahan Rezeki

اللَّهُمَّ يَا أَحَدُ يَا وَاحِدُ يَا مَوْجُوْدُ يَا جَوَّادُ يَا بَاسِطُ يَا كَرِيمُ يَا وَهَّابُ يَاذَا الطَّوْلِ يَا غَنِيُّ يَا مُغْنِيُّ يَا فَتَّاحُ يَا رَزَّاقُ يَا عَلِيمُ يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ يَا رَحْمَنُ يَا رَحِيمُ يَا بَدِيعُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
يَا حَنَّانُ يَامَنَّانُ الْفَحْنِي مِنْكَ بِنَفْحَةِ خَيْرٍ تُغْنِنِي عَمَّنْ سِوَاكَ

Arab latin: Allaaahumma ya ahadu ya waahid ya maujuudu ya jaawwaad ya baasith ya kariimu ya wahhaab ya dhath thaauli ya ghaniyyu ya mughnii ya fattaaḥ ya razzaaq ya ‘aliimu ya hayyu ya qayyuumu ya rahmaan ya rahiiim ya badii’us samaawati wal ardi ya dhul jalaali wal ikraam ya hannaanu ya mannaanu infahnii minka binafaḥati khayrin tughninii ‘amman siwaak.

Artinya: “Ya Allah, wahai Dzat yang Maha Esa tiada terbagi-bagi, wahai Dzat yang Maha Esa tiada bersekutu, wahai Dzat yang Maujud, wahai Dzat yang Maha pemurah, wahai Dzat yang Maha pembagi, wahai Dzat yang Maha mulia, wahai Dzat yang Maha pemberi, wahai Dzat yang memiliki Anugrah, wahai Dzat yang Maha kaya, wahai Dzat yang Maha pemberi wahai Dzat yang Maha pembuka pintu rezeki, wahai Dzat yang Maha mengetahui, wahai Dzat yang Maha hidup, wahai Dzat yang maha pengasih, wahai Dzat yang Maha penyayang, wahai Dzat yang Maha pemberi Anugrah, limpahkanlah rezeki dari-Mu dengan kelimpahan sebaik-baiknya yang dapat memberikan kecukupan bagi diriku, terlepas dari pengharapan pemberian siapa pun selain Engkau.”

2. Doa Memohon Dijadikan Kaya dan Mulia

اللَّهُمَّ إِنِّي ضَعِيفٌ فَقُونِي وَإِنِّي ذَلِيْلٌ فَاعِزَّنِي وَإِنِّي فَقِيْرٌ فَاغْنِنِي يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Arab latin: Allaaahumma innnii dha’iifun faqaawwinii wa innnii dhaliilun fa’izzanii wa innnii faqiiirun faghniinii ya arhamar raahimiin.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku ini lemah maka berilah kekuatan, sesungguhnya aku ini hina maka hendaklah Engkau memuliakan, dan sesungguhnya aku ini miskin maka berilah kekayaan, wahai Dzat yang Maha penyayang.”

3. Doa Memohon Kemudahan dalam Mendapatkan Rezeki

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِي رِزْقًا حَلَالًا وَاسِعًا طَيِّبًا مِنْ غَيْرِ تَعْبٍ وَلَا مَشَقَّةٍ وَلَا ضَيْرٍ وَلَا نَصَبٍ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Arab latin: Allaaahumma innni as’aluka an tarzuqanii rizqan halaalan waasi’an thayyiban min ghairi ta’bin wa laa masyaqqatin wa laa dhairin wa laa nashabin innaka ‘alaa kulli syai’in qadiir.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu agar melimpahkan rezeki untukku berupa rezeki yang halal, luas, dan tanpa susah payah, tanpa memberatkan, tanpa membahayakan dan tanpa meletihkan dalam memperolehnya. Sesungguhnya Engkau berkuasa atas segala sesuatu.”

4. Doa Memohon Rezeki yang Halal dan Cukup

اللَّهُمَّ يَا غَنِيُّ يَا حَمِيدُ يَا مُبْدِعُ يَا مُعِيدُ يَا رَحِيمُ يَا وَدُوْدُ أَغْنِنِي بِحَلَالِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَبِطَاعَتِكَ عَنْ مَعْصِيَتِكَ وَبِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Arab latin: Allaahumma ya ghaniyyu, ya hamiid, ya mubdi’u, ya mu’iidu, ya rahiiimu, ya waduud, aghninii bihalaalika ‘an haraamika, wa biṭa’atiika ‘an ma’shiyatika, wa bifadhlika ‘amman siwaak.

Artinya: “Ya Allah, wahai Dzat yang Maha kaya, Dzat yang Maha terpuji, Dzat yang Maha memulai, Dzat yang Maha mengembalikan, Dzat yang Maha pengasih, Dzat yang Maha penyayang, kayakanlah pada diriku akan rezeki yang halal, jauhkan dari rezeki yang haram, dan dengan ketaatan kepada-Mu jauh dari perilaku maksiat kepada-Mu dan dengan kecukupan-kecukupan karunia-Mu jauh dari siapa pun selain Engkau.”

5. Doa ketika Terlilit Utang

Disebutkan dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi yang diterjemahkan Ulin Nuha, ada seorang hamba mukatab datang kepada sahabat Ali, lalu berkata, “Sesungguhnya aku tidak mampu menutupi akad kitabah-ku, maka tolonglah (bantulah) aku.” Ali menjawab, “Maukah engkau kuajarkan beberapa kalimat (doa) yang pernah diajarkan oleh Rasulullah SAW kepadaku, yang seandainya engkau mempunyai utang sebesar bukit, niscaya Allah SWT akan melunaskannya darimu?” Sahabat Ali mengatakan:

اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلَا لِكَ عَنْ حَرَامِكَ ، وَاغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

Arab latin: Allaaahummakfiinii bihalaalika ‘an haraamika wa aghninii bifadhlika ‘amman siwaak.

Artinya: “Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki halal-Mu agar terhindar dari rezeki haram-Mu, dan cukupkan-lah daku dengan karunia-Mu agar terhindar dari selain-Mu.”

Itulah kumpulan doa yang dapat diamalkan untuk meminta rezeki tak terduga. Walaupun Allah SWT telah menjamin rezeki untuk setiap hamba-Nya, seorang muslim tetap harus berusaha dan berdoa agar rezeki yang datang dapat diperoleh dengan baik dan menjadi berkah.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com