Tag Archives: lebaran

Fungsi Zakat Fitrah bagi Muzaki dan Mustahik



Jakarta

Islam mewajibkan umatnya untuk membayar zakat fitrah bukan tanpa maksud, karena dibalik perintah tersebut terdapat fungsi zakat fitrah dan hikmah yang dirasakan oleh muzaki dan mustahik.

Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda:

بَنِي الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، وَإِقَامُ الصَّلَاةِ، وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ، وَحَجَّ الْبَيْتِ، وَصَوْمُ رَمَضَانَ مُتَّفَقٌ عَلَيْه.


Artinya: “Islam itu dibangun atas lima perkara: bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke Baitullah, dan berpuasa di bulan Ramadan.” (HR Bukhari).

Fungsi Zakat Fitrah

Dari buku 30 Sajian Ruhani Renungan di Bulan Ramadan karya Nurcholish Majid dijelaskan fungsi zakat fitrah yang harus dipahami oleh umat Islam adalah…

Sesuai sabda Rasulullah SAW, zakat fitrah berfungsi untuk mensucikan sikap-sikap tidak terpuji yang dapat mengurangi atau membatalkan pahala ibadah puasa.

Rasulullah SAW bersabda: “Zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan yang sia-sia, kata-kata kotor, dan makanan bagi orang miskin, maka barang siapa mengerjakannya sebelum shalat (Idul Fitri), sah sebagai zakat fitrah dan barang siapa mengerjakan setelah shalat, hukumnya adalah sedekah seperti sedekah lainnya.”

Hikmah Zakat Fitrah

Manfaat bagi Muzaki, zakat membersihkan dari segala penyakit dan pengaruhnya (Dosa, kekerasan sosial, sikap acuh atas penderitaan yang dialami oleh orang lain). Seperti ayat di bawah ini.

Surah Asy-Syams ayat 9:

قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ٩

Artinya: “Sungguh beruntung orang yang mensucikannya (jiwa itu).”

Manfaat untuk Masyarakat ketika hari raya Idul Fitri bisa tercipta ketentraman dan keamanan sosial. Zakat Fitrah di hari raya juga bertujuan membantu mencukupi kebutuhan fakir miskin yang hidupnya selalu menderita.

Terdapat juga manfaat bagi harta yang dizakati, nantinya harta tersebut akan membawa kebajikan bagi si muzaki dan keluarganya, serta memberikan berkah untuk harta lainnya.

Seperti dalil di bawah ini:

“Rasulullah SAW sudah mewajibkan zakat fitrah. Ia sebagai pembersih untuk orang yang berpuasa, dari perbuatan yang sia-sia dan ucapan yang kotor. Ia juga berfungsi untuk memberi makan kepada orang-orang yang miskin.”

Pendapat lainnya dari buku Fikih Mudah Zakat Fitrah karya Ustadz Abu Abdil A’la Hari Ahadi dari pendapat asy-Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin RA.

Penjelesannya:

وَأَمَّا حِكْمَتُهَا فَظَاهِرَةٌ جِدًّا، فَفِيهَا إِحْسَانُ إِلَى الفُقَرَاءِ وَكَفِّ لَهُمْ عَنِ السُّؤَالِ فِي أَيَّامِ الْعِيدِ؛

لِيُشَارِكُوا الْأَغْنِيَاءَ فِي فَرَحِهِمْ وُسُرُورِهِمْ بِهِ وَيَكُونَ عِيدًا لِلْجَمِيعِ، وَفِيهَا الْاتِّصَافُ بِخُلُقِ الْكَرَمِ وَحُبِّ

الْمُوَاسَاةِ، وَفِيهَا تَطْهِيرُ الصَّائِمِ مِمَّا يَحْصُلُ فِي صِيَامِهِ مِن نَقْصٍ وَلَغْوِ وَإِثْمِ، وَفِيهَا إِظْهَارُ شُكْرِ نِعْمَةِ اللَّهِ

بِإِثْمَامِ صِيَامِ شَهْرِ رَمَضَانَ وَقِيَامِهِ وَفِعْلِ مَا تَيَسَّرَ مِنَ الْأَعْمَالِ الصَّالِحَةِ فِيهِ

Hikmah zakat fitrah sesuai penjelasan di atas:

– Sudah berbuat baik kepada orang miskin

-Membantu memenuhi kebutuhan mereka, sehingga di hari raya Idul Fitri mereka tidak meminta-minta

-Memperbagus diri dengan sifat dermawan dan suka berbagi

-Mensucikan orang yang berpuasa dari kekurangan selama beribadah sebulan penuh dibulan Ramadan

– Simbol rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kapan Batas Waktu Pembayaran Zakat Fitrah?


Jakarta

Zakat fitrah adalah zakat yang wajib dilakukan oleh setiap muslim sebanyak satu tahun sekali. Dalam pelaksanaannya ada batas waktu pembayarannya zakat fitrah yang perlu ditaati.

Dari buku Ensiklopedia Fikih Indonesia 3: Zakat karya Ahmad Sarwat, Lc, M.A zakat fitrah sesuai dengan namanya hari fitri, yakni hari raya Idul Fitri, hari lebaran, atau I Syawal.

اغْنُوهُمْ فِي هَذَا الْيَوْمِ


Cukupkan bagi mereka di hari ini (HR. Ad-Daruquthni).

Waktu utama membayar zakat fitrah ketika matahari terbit di ufuk timur, dan berakhir ketika menunaikan shalat Idul Fitri.

Sebagian ulama mazhab Al-Malikiyah dan Al-Hanabilah memperbolehkan pembayaran zakat fitrah sebelum waktunya, yaitu dua hari sebelum 1 Syawal.

Sesuai hadits di bawah ini:

كَانُوا يُعْطُونَ صَدَقَةَ الْفِطْرِ قَبْلِ الْعِيدِ بِيَوْمٍ أَوْ يَوْمَيْنِ

Mereka menunaikan zakat fitrah sehari atau dua hari sebelum Idul Fitri.

Sementara itu, sebagian ulama mazhab AL-Hanafiyah memperbolehkan zakat fitrah dikeluarkan sejak awal bulan Ramadan.

Dari buku Zakat, Infak, Sedekah karya Gus Arifin dijelaskan perbedaan waktu pembayaran zakat fitrah oleh empat mazhab.

· Mazhab Hanafi berpendapat pembayaran zakat fitrah boleh dilakukan dari sebelum Ramadan hingga sebelum salat Id

· Mazhab Maliki berpendapat pembayaran zakat fitrah bisa dilakukan dari 2 hari sebelum hari raya/1 Syawal, hingga sebelum shalat Id

· Mazhab Syafi’i berpendapat pembayaran zakat fitrah boleh dilakukan dari tanggal 1 Ramadan hingga sebelum salat Id. Afdalnya sebelum salat Id

· Mazhab Hambali berpendapat pembayaran zakat fitrah hanya boleh dilakukan dari 2 hari sebelum hari raya, hingga sebelum salat Id

Selain itu, dari buku Fiqih karya Hasbiyallah terdapat 5 waktu pembayaran zakat fitrah.

· Waktu yang diperbolehkan, dari awal Ramadan sampai hari penghabisan Ramadan

· Waktu wajib, mulai terbenamnya matahari di hari akhir Ramadan

· Waktu sunnah, waktu sesudah shalat Subuh, sebelum melaksanakan shalat Id

· Waktu makruh, membayar zakat fitrah setelah menunaikan shalat Id, tetapi sebelum terbenam matahari pada hari raya

· Waktu haram, dibayar sesudah terbenam matahari pada hari raya

Sampai Kapan Seseorang Membayar Zakat Fitrah?

Dari buku Panduan Beribadah Khusus Pria Menjalankan Ibadah Sesuai Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah ditulis oleh Syaikh Hasan Muhammad Ayyub zakat fitrah wajib dibayarkan sepanjang umur.

Menurut Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i dan Imam Ahmad, kewajiban zakat fitrah belum hilang meskipun sudah menunaikannya di akhir Ramadan. Alasannya, sekalipun perintah membayarnya bersifat mutlak, tapi maksudnya sesuai waktunya dan tidak ada qadha.

Hukum Bila Telat Membayar Zakat Fitrah

Masih dari buku Panduan Beribadah Khusus Pria Menjalankan Ibadah Sesuai Tuntunan Al-Qur’an dan As-Sunnah ditulis oleh Syaikh Hasan Muhammad Ayyub Siapa saja yang membayar zakat fitrah setelah salat Idul Fitri, maka tidak dinilai sebagai orang yang membayar zakat, melainkan nilainya hanya seperti bersedekah.

Rasulullah SAW bersabda: “Zakat fitrah untuk membersihkan orang yang berpuasa dari perkataan yang sia-sia, kata-kata kotor, dan makanan bagi orang miskin, maka barang siapa mengerjakannya sebelum salat (Idul Fitri), sah sebagai zakat fitrah dan barang siapa mengerjakan setelah salat, hukumnya adalah sedekah seperti sedekah lainnya.”

Maka dalam ar-Raudhah, Imam Nawawi berkata, “Hadits tersebut menunjukkan bahwa zakat fitrah yang diberikan sesudah salat Id dinilai tidak sah.”

Mayoritas ulama fikih, membayar zakat fitrah kapan saja boleh, namun, bila membayar zakat fitrah sesudah salat Id tanpa adanya uzur hukumnya haram.

Demikianlah penjelasan mengenai waktu pembayaran zakat fitrah, meski terdapat perbedaan antara para imam, tetaplah yang terbaik adalah membayar zakat fitrahnya, dan cari sisi amannya bayarlah sebelum salat Idul Fitri.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Bolehkah Bayar Zakat Fitrah Secara Online? Ini Penjelasannya


Jakarta

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, kini zakat fitrah dapat dibayar secara online. Tentunya hal ini sangat memudahkan muslim ketika ingin membayar zakat fitrah. Namun, bagaimana hukumnya dalam Islam?

Mengutip buku Fiqih karya Hasbiyallah, membayar zakat fitrah itu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dasar kewajiban tersebut berpegang pada hadits dari Ibnu Umar RA yang berbunyi, “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah pada bulan Ramadan, sebanyak satu sha (3/4 liter) dari makanan kurma atau syair (gandum) atas tiap-tiap orang merdeka atau hamba, laki-laki atau perempuan muslim.” (HR Bukhari dan Muslim)

Besaran zakat fitrah yang harus dikeluarkan yakni sebanyak 2,5 kg makanan pokok yang dimakan setiap orang. Zakat fitrah dapat dibayar dengan uang tunai yang besarannya setara dengan nilai makanan pokok.


Berdasarkan SK Ketua Baznas No. 10 Tahun 2024 tentang Nilai Zakat Fitrah untuk wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi, ditetapkan bahwa nilai zakat fitrah setara dengan uang sebesar Rp 45.000/hari/jiwa.

Bolehkah Bayar Zakat Fitrah Secara Online?

Dengan perkembangan teknologi memudahkan muslim untuk membayar dengan secara online melalui ponsel pintar. Dengan pembayaran secara online, muslim dapat membayar zakat lewat m-banking, e-wallet bahkan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), sehingga tak perlu lagi bertatap muka dengan pengelola zakat atau amil.

Dikutip dari laman resmi Baznas (Badan Amil Zakat Nasional), seseorang yang membayar zakat secara online sama sahnya dengan orang yang membayar zakat secara langsung dan berjabat tangan dengan amil. Hal yang terpenting adalah niat dari pembayar zakat dan dana tersebut sampai kepada penerima zakat.

Pendapat ini dinukil dari Syekh Yusuf Al-Qaradhawi dalam Fiqh az-Zakat yang menyebutkan seorang pemberi zakat tidak harus menyatakan secara eksplisit kepada mustahik (orang yang berhak menerima zakat) bahwa uang yang diberikannya adalah zakat.

Seorang muzaki (orang yang wajib membayar zakat) tanpa menyatakan kepada mustahik bahwa uang yang ia serahkan adalah zakat, zakatnya dihukumi tetap sah. Dengan demikian, seseorang bisa menyerahkan zakatnya secara online kepada lembaga amil zakat.

Disebutkan, Al-Qur’an, sunnah maupun ijtihad ulama hanya menjelaskan berapa besar nisab barang yang wajib dizakati, haul barang tersebut dan berapa besar zakatnya. Untuk itu, pada umumnya terkait dengan hal yang bersifat teknis sangat tergantung pada kebiasaan masyarakat zaman ini.

Selain itu, ijab qabul hukumnya sunah saat membayar zakat konvensional. Zakat yang dikeluarkan secara online akan mendapatkan konfirmasi zakat tertulis atau bukti pembayaran. Konfirmasi atau bukti pembayaran inilah yang menjadi pengganti dari akad zakat.

Senada dengan itu, Jurnal Hukum Islam yang berjudul Elaborasi Hukum Membayar Zakat Fitrah Menggunakan Dompet Digital dalam Perspektif Islam Volume 13 Issue 2, Desember 2022 oleh Afif Surya Fakhrian, Ari Prasteyo, dan Pinki Cahyaningrum menyebutkan zakat fitrah boleh dibayar secara online.

Sebab, perbedaannya hanya terletak penyalurannya saja, yaitu peralihan sistem dari yang awalnya manual menjadi otomatis lewat bantuan teknologi. Asalkan tidak meninggalkan syarat-syarat ataupun ketentuan-ketentuan dalam zakat fitrah.

Meski demikian, penulis jurnal menganjurkan zakat fitrah ditunaikan secara langsung dengan makanan pokok. Lalu, saat keadaan mendesak boleh dilaksanakan secara online atau menggunakan uang digital dengan syarat pelaksanaannya sesuai ketentuan-ketentuan imam mazhab yang membolehkan membayar zakat fitrah dengan uang.

Wallahu a’lam.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Mengeluarkan Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga


Jakarta

Doa mengeluarkan zakat fitrah untuk diri sendiri atau pun keluarga termasuk dalam bagian syarat terlaksananya zakat fitrah. Terutama, waktu terbaik mengeluarkan zakat fitrah adalah sehari atau dua hari sebelum Idul Fitri.

Waktu mengeluarkan zakat fitrah tersebut dijelaskan dalam salah satu riwayat hadits. “Dan Ibnu Umar RA memberikan zakat fitri kepada orang-orang yang berhak menerimanya dan dia mengeluarkan zakatnya itu sehari atau dua hari sebelum hari raya Idul Fitri.”

Adapun perintah untuk menunaikan zakat disebutkan di dalam surah At Taubah ayat 103. Allah SWT berfirman,


خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka (guna) menyucikan dan membersihkan mereka, dan doakanlah mereka karena sesungguhnya doamu adalah ketenteraman bagi mereka. Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Imam Ghazali yang dirangkum dalam Ringkasan Ihya Ulumuddin karya Abdul Rosyad Siddiq, menyebutkan syarat zakat fitrah yang pertama adalah doa atau niat dalam hati untuk mengeluarkan zakat fitrah. Niat tersebut mencakup atas orang yang hilang ingatan maupun anak kecil bisa diwakili oleh walinya.

Adapun bacaan doa zakat fitrah hingga niatnya untuk diri sendiri dan sekeluarga dapat disimak dalam ulasan berikut yang dilansir dari Kitab Induk Doa dan Zikir Terjemah Kitab al-Adzkar Imam an-Nawawi oleh Ulin Nuha.

Doa Mengeluarkan Zakat Fitrah dan Menerimanya

  • Doa Mengeluarkan Zakat Fitrah

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا ۗ اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ

Bacaan latin: Rabbanaa taqabbal minnaa, innaka antas samii’ul ‘aliim

Artinya: “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui,”

  • Doa saat Menerima Zakat Fitrah

ﺁﺟَﺮَﻙ ﺍﻟﻠﻪُ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﻋْﻄَﻴْﺖَ، ﻭَﺑَﺎﺭَﻙَ ﻓِﻴْﻤَﺎ ﺍَﺑْﻘَﻴْﺖَ ﻭَﺟَﻌَﻠَﻪُ ﻟَﻚَ ﻃَﻬُﻮْﺭًﺍ

Bacaan latin: Aajarakallahu fiimaa a’thaita, wa baaraka fiimaa abqaita wa ja’alahu laka thahuuran

Artinya: “Semoga Allah memberikan pahala atas apa yang engkau berikan, dan semoga Allah memberikan berkah atas harta yang kau simpan dan menjadikannya sebagai pembersih bagimu.”

Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri, Keluarga, Istri, dan Anak

  • Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri

ﻧَﻮَﻳْﺖُ أَﻥْ أُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻧَﻔْسيْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Bacaan latin: Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘an nafsii fardhan lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku sendiri, fardu karena Allah Ta’âlâ.”

  • Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri dan Keluarga

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَنِّيْ ﻭَﻋَﻦْ ﺟَﻤِﻴْﻊِ ﻣَﺎ ﻳَﻠْﺰَﻣُنِيْ ﻧَﻔَﻘَﺎﺗُﻬُﻢْ ﺷَﺮْﻋًﺎ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Bacaan latin: Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘anni wa ‘an jamii’i ma yalzamunii nafaqaatuhum syar’an fardhan lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diriku dan seluruh orang yang nafkahnya menjadi tanggunganku, fardu karena Allah Ta’âlâ.”

  • Niat Zakat Fitrah untuk Istri

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺯَﻭْﺟَﺘِﻲْ ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Bacaan latin: Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘an zaujatii fardhan lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk istriku, fardu karena Allah Ta’âlâ.”

  • Niat Zakat Fitrah untuk Anak Laki-laki

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﻭَﻟَﺪِﻱْ … ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Bacaan latin: Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘an waladii … (sebutkan nama) fardhan lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak laki-lakiku … (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta’âlâ.”

  • Niat Zakat Fitrah untuk Anak Perempuan

ﻧَﻮَﻳْﺖُ ﺃَﻥْ ﺃُﺧْﺮِﺝَ ﺯَﻛَﺎﺓَ ﺍﻟْﻔِﻄْﺮِ ﻋَﻦْ ﺑِﻨْﺘِﻲْ … ﻓَﺮْﺿًﺎ ِﻟﻠﻪِ ﺗَﻌَﺎﻟَﻰ

Bacaan latin: Nawaitu an ukhrija zakaatal fithri ‘an bintii … (sebutkan nama) fardhan lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk anak perempuanku…. (sebutkan nama), fardu karena Allah Ta’âlâ.

  • Niat Zakat Fitrah untuk Orang yang Diwakilkan

نَوَيْتُ أَنْ أُخْرِجَ زَكَاةَ الْفِطْرِ عَنْ (…..) فَرْضًا لِلَّهِ تَعَالَى

Bacaan latin: Nawaitu an ukhrija zakatal fitri ‘an … (sebutkan nama orang yang diwakilkan) fardhan lillahi ta’ala

Artinya: “Aku niat mengeluarkan zakat fitrah untuk … (sebutkan nama orang yang diwakilkan), fardu karena Allah Ta’ala.”

Menurut Imam Ibnu Taimiyyah dalam Kitab Majmu’ Al Fatawa terbitan Pustaka Azzam Indonesia, bacaan niat zakat fitrah dapat dibaca dalam hati. Kewajiban untuk mengucapkannya dengan lisan disebutnya tidak memiliki riwayat khusus dari Rasulullah SAW.

Meski demikian, mengutip Tuntunan Ibadah Ramadan dan Hari Raya ole M. Nielda dan R. Syamsul, pemberian zakat melalui amil perlu melakukan tahapan serah terima zakat. Amil menerima zakat, kemudian amil menuntun pemberinya membaca niat zakat fitrah

Amil pun dapat mengakhirinya dengan bacaan doa menerima zakat. Tujuannya, agar ibadah orang yang memberikan zakat selama Ramadan dapat diterima Allah SWT.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Memaknai Hari Raya Idul Fitri



Jakarta

Ramadan segera berakhir dan Hari Raya Idul Fitri akan tiba. Idul Fitri berasal dari kata Id yang berakar pada kata aada-yauudu yang artinya kembali.

Sementara itu, Fitri didefinisikan sebagai suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, serta keburukan yang diambil dari kata fathoro-yafthiru. Hari Raya Idul Fitri menjadi momen yang paling ditunggu oleh seluruh umat Islam, termasuk di Indonesia.

Berkaitan dengan itu, Prof Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Rabu (19/4/2023) membahas tentang memaknai Idul Fitri. Setelah Ramadan dan Idul Fitri berakhir, ia berharap kaum muslimin masih terus menjalani rutinitas yang dikerjakan selama bulan suci, seperti mengaji, salat dhuha, tadarus, tahajud, dan lain sebagainya.


“Kebiasaan baik itu (harus) nyambung lagi di Ramadan yang akan datang,” katanya.

Ia menambahkan, ketika Hari Raya Idul Fitri tiba maka umat muslim jika ada waktu baiknya melakukan salat Id dan segala amalan sunnahnya. Terlebih, salat tersebut hanya dilakukan setahun dua kali jika digabung dengan salat Hari Raya Idul Adha.

Prof Nasaruddin Umar juga menerangkan, pelaksanaan salat Id biasa dilaksanakan agak telat untuk memberi kesempatan bagi muslim yang belum membayar zakat fitrah bisa segera menyerahkannya tepat waktu. Sebab, waktu pembayaran zakat fitrah akan habis setelah khatib turun dari mimbar khotbah.

“Idul fitri ini sangat penting bagi Indonesia karena ditandai dengan banyaknya orang mudik. Saya kira tidak ada negara dengan jumlah pemudik (yang banyak) daripada Indonesia,” lanjutnya.

Prof Nasaruddin menjelaskan, mudik yang dilakukan bukan tanpa manfaat. Melainkan hal itu menjadi cara untuk mengasah suasana psikologis kebatinan.

“Kita bisa menengok orang tua yang sudah keriput, kita bisa menjumpai teman sekelas ketika SD, dan seterusnya,” ujarnya.

Menurut Prof Nasaruddin, orang yang tidak pernah mengunjungi kampung halaman dikhawatirkan silaturahmi batinnya kurang. Dengan demikian, ia mengimbau saat momentum Idul Fitri baiknya seseorang tidak asal pulang kampung, melainkan mencari suasana kebatinan yang baru.

Selengkapnya detikKultum Prof Nasaruddin Umar: Idul Fitri bisa disaksikan di SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Contoh Kultum tentang Zakat Fitrah, Amalan Wajib Umat Islam



Jakarta

Zakat merupakan salah satu kewajiban yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim. Zakat sendiri memiliki berbagai fungsi dan manfaat beberapa di antaranya adalah dapat menyucikan hati dan membantu sesama umat muslim.

Perihal zakat ini telah disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya dalam surah Al Baqarah ayat 43 yaitu,

وَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَارْكَعُوْا مَعَ الرّٰكِعِيْنَ


Artinya: “Tegakkanlah salat, tunaikanlah zakat, serta rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”

Untuk menyampaikan keutamaan dari zakat ini, dapat dilakukan melalui kultum atau ceramah singkat. Berikut ini adalah contoh kultum mengenai zakat fitrah yang dikutip dari buku Panduan Lengkap Khotbah Sepanjang Masa & Kultum Penuh Inspirasi karya Ibnu Abi Nashir.

Contoh Kultum tentang Zakat Fitrah

السَّلامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي جَعَلَ شَهْرَ الصِّيَامِ سَيِّدُ الشُّهُورِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ الَّذِى أَخْرَجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْهَادِى إِلَى سَبِيْلِ السُّرُورِ. صَلَاةً وَسَلَامًا عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَأَتْبَاعِهِ الْمَبْرُورِ. أَمَّا بَعْدُ، قَالَ تَعَالَى: وَأَقِيْمُوا الصَّلَوةَ وَعَاتُوا الزَّكَوةَ وَارْكَعُوا مَعَ الرَّاكِعِيْنَ.

Kaum muslimin yang dirahmati Allah,

Di penghujung bulan Ramadan umat Islam diwajibkan untuk mengeluarkan zakat fitrah sebagai salah satu ibadah yang memiliki nilai sosial sangat tinggi. Dasar hukum berzakat ini adalah dari sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Ibnu Umar:

فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ص .م. زَكَاةَ الْفِطْرِ مِنْ رَمَضَانَ عَلَى النَّاسِ صَاعًا مِنْ تَمْرٍ أَوْ صَاعًا مِنْ شَعِيْرس عَلَى الْعَبْدِ وَالخَرِّ وَالذَّكَرِ وَالْأُنْثَى وَالصَّغِيْرِ وَالْكَبِيْرِ مِنَ الْمُسْلِمِينَ.

Artinya: “Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah bulan Ramadan kepada manusia sebanyak satu sha’ kurma kering atau satu sha’ gandum yang berlaku bagi yang berstatus budak, orang-orang merdeka, laki-laki, perempuan, anak-anak dan orang-orang dewasa dari kaum muslimin.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adapun di negara kita yang digunakan dalam zakat fitrah adalah beras, karena makanan pokok kita adalah beras. Beras diumpamakan sebagaimana gandum atau kurma karena posisinya yang sama-sama makanan pokok.

Zakat fitrah sendiri memiliki beberapa fungsi, di antaranya:

1. Untuk melaksanakan perintah Allah dan Rasul-Nya.

2. Untuk melengkapi kekurangan amaliyah ibadah puasa di bulan Ramadan agar memperoleh pahala yang sempurna di sisi Allah SWT. Hal ini sesuai dengan hadits berikut,

زَكَاةُ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنِ. أَغْنُوْهُمْ عَنِ الطَّوَافِ فِي ذُلِكَ الْيَوْمِ.

Artinya: “Zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan memberi makan bagi orang-orang miskin.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

3. Untuk mendorong seorang muslim memiliki kepribadian yang

Dermawan terhadap sesama, berhati lembut, dan tinggi rasa kemanusiaannya. Orang yang kaya akan mengasihi orang miskin, lantaran ia merasakan sendiri secara langsung bagaimana pedihnya menahan rasa haus dan lapar sepanjang hari ketika berpuasa.

4. Sebagai pengamalan akhlak yang luhur dalam rangka mengatasi kesenjangan sosial sesuai yang dianjurkan oleh Islam. Dengan adanya zakat fitrah inilah orang-orang miskin tidak perlu lagi ada yang meminta-minta. Rasulullah SAW bersabda:

أَغْنُوهُمْ عَنِ الطَّوَافِ فِي ذَلِكَ الْيَوْمِ.

Artinya: “Dengan zakat fitrah, jadikan mereka (orang-orang miskin) tidak meminta-minta pada hari itu.” (HR Ibnu ‘Ady dan Ad Daruquthni)

5. Agar semua orang termasuk fakir miskin bersama-sama berseri dan bergembira menyambut dan menikmati kedatangan hari raya Idul fitri sebagaimana yang kita rasakan.

Kaum muslimin rahimakumullah,

Lalu kapan saat yang tepat untuk mengeluarkan zakat fitrah?

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu

فَرَضَ رَسُولُ اللهِ ص .م. زَكَاةَ الْفِطْرِ طُهْرَةً لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ وَطُعْمَةٌ لِلْمَسَاكِيْنِ، فَمَنْ أَدَّاهَا قَبْلَ الصَّلَاةِ فَهِيَ زَكَاةٌ مَقْبُوْلَةٌ وَمَنْ أَدَّاهَا بَعْدَ الصَّلَاةِ فَهِيَ صَدَقَةٌ مِنَ الصَّدَقَاتِ.

Artinya: “Telah diwajibkan oleh Rasulullah SAW zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa dan memberi makan bagi orang-orang miskin. Barangsiapa yang menunaikannya sebelum salat hari raya maka zakat itu diterima. Barangsiapa yang menunaikannya setelah salat hari raya maka pemberian itu sebagai sedekah biasa.” (HR Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Sekian contoh kultum tentang zakat fitrah, semoga bermanfaat dan menjadikan amalan kita yang mengalir dan diridhai Allah SWT. Aamiin yaa Rabbalalamiin.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Meneguhkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin



Jakarta

Umat Islam akan merayakan Hari Raya Idul Fitri 2023 atau Lebaran 2023 setelah sebulan penuh menunaikan ibadah puasa. Idul Fitri 2023 jatuh pada tanggal Sabtu, 22 April 2023 dimana di hari itu, umat Islam dianjurkan untuk mendirikan sholat sunnah Idul Fitri.

Adapun dalil yang menjadi dasar anjuran pelaksanaan khutbah Idul Fitri adalah hadits Ibnu Abbas:

شَهِدْتُ العِيدَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ قَبْلَ الخُطْبَةِ


Artinya, “Saya melaksanakan sholat id bersama Rasulullah saw, Abu Bakar, Umar, dan Utsman ra. Semuanya melaksanakan sholat sebelum khutbah berlangsung.” (Muttafaq ‘alaih).

Dalam rangkaian sholat Idul Fitri terdapat khutbah yang hukumnya sunnah muakad. Berikut contoh naskah khutbah Idul Fitri dengan tema ‘Meneguhkan Islam Rahmatan lil ‘Alamin’. Naskah khutbah dari H. Basyir Fadlullah, Ketua LDNU Kabupaten Purbalingga Jateng:

Naskah Khutbah Idul Fitri 1444 H

Khutbah I
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اللهُ أَكْبَرُ (3×) اللهُ أَكْبَرُ (3×) اللهُ أكبَرُ (3×)
اللهُ أَكْبَرُ كُلَّمَا هَلَّ هِلاَلٌ وَأبْدَر
اللهُ أَكْبَرُ كُلَّماَ صَامَ صَائِمٌ وَأَفْطَر
اللهُ أَكْبَرُ كُلَّماَ تَرَاكَمَ سَحَابٌ وَأَمْطَر
وَكُلَّماَ نَبَتَ نَبَاتٌ وَأَزْهَر
وَكُلَّمَا اَطْعَمَ قَانِعُ اْلمُعْتَر.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَ للهِ اْلحَمْدُ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَ لِلْمُسْلِمِيْنَ عِيْدَ اْلفِطْرِ بَعْدَ صِياَمِ رَمَضَانَ وَعْيدَ اْلأَضْحَى بَعْدَ يَوْمِ عَرَفَةَ.
اللهُ أَكْبَرُ (3×) اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ اْلمَلِكُ اْلعَظِيْمُ اْلأَكْبَرُ وَأَشْهَدٌ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الشَّافِعُ فِى اْلمَحْشَرْ نَبِيَّ قَدْ غَفَرَ اللهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ. اللهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ اَذْهَبَ عَنْهُمُ الرِّجْسَ وَطَهَّر. اللهُ أَكْبَرُ. اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَاللهِ اِتَّقُوااللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

‘Aidin ‘aidaat yang dirahmati Allah.

Pada hari raya yang berbahagia ini mari kita merenung sejenak tentang kondisi bangsa kita akhir-akhir ini mulai mengarah pada kondisi terjadinya intoleransi. Hal itu ditunjukkan dengan munculnya kecenderungan memaksakan kehendak dengan cara ekstrem, bahkan teror, demi mewujudkan apa yang mereka yakini sebagai yang paling benar. Hal ini bermula dari mudahnya seseorang menghukumi kafir orang lain, mudah menghukumi sesat orang lain, dan meyakini tidak ada kemungkinan kebenaran di pihak lain.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi tersebut bersumber dari kesalahpahaman tentang ajaran Islam, yang kemudian membuka peluang timbulnya paham keislaman yang melenceng dari semangat rahmatan lil ‘alamin. Akibatnya, munculah intoleransi yang menjurus kepada tindakan radikal, ekstrem, dan teror.

Perselisihan dalam umat Islam akhirnya juga tak jarang dimanfaatkan pihak lain yang mengingikan umat Islam tidak bersatu dan tidak mengingikan Islam sebagai agama pembawa rahmat dan pembawa kesejahteraan bagi seluruh alam. Pihak lain ini mengusung agenda menjauhkan dari negara yang berdasarkan spiritualitas dalam menjalankan, kebernegaraan dengan terus dijejali oleh kehidupan serba matrialis (duniawi) dan liberal (bebas).

‘Aidin ‘aidaat yang dirahmati Allah.

Karena itu, pemahaman awal yang perlu ditanamkan adalah bahwa Islam hadir sebagai agama kasih sayang yang dapat memberikan kesejahteraan bagi seluruh alam. Sebagaimana firman Allah:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ

Artinya: “Dan tidak saya utus Engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS. al Anbiya: 107)

Misi Islam yang mulia ini tidak akan terwujud kecuali dengan landasan berpikir dan bertindak bijak, adil, dan proporsional . Allah telah berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَاكُمْ أُمَّةً وَسَطًا لِتَكُوْنُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا

Artinya: “Dan demikian Kami telah menjadikan kamu umat yang adil agar kamu menjadi saksi atas manusia dan agar Rasul menjadi saksi atas kamu.” (QS. al-Baqarah: 143)

Lantas bagaimana agar bisa berpikir dan bertindak bijak, adil dan proposional? Jawabannya adalah dengan mengikuti manhaj atau sistem yang telah disepakati oleh mayoritas para ulama dan ada jaminan ketersambungan sanad keilmuannya sampai kepada Rosululloh SAW. Inilah sebenarnya yang dimaksud dengan petikan teks hadits berbunyi “ma ana alaihi wa ashabi” yang kemudian masyhur di sebut dengan golongan Ahlussunnah wal Jamaah atau sering disingkat dengan aswaja.

Dalam kitab Syarhul ‘Aqidati at Thahawiyyah Halaman 43 diterangkan bahwa Rasulullah SAW telah menjelaskan yang dimaksud dengan pengikut Rasulullah SAW dan para sahabatnya adalah kelompok Ahlussunnah wal Jamaah.

فَبَيَّنَ صلى الله عليه وسلم أَنَّ عَامَةَ الْمُخْتَلِفِيْنَ هَالِكُونَ مِنَ الْجَانِبَيْنِ إِلَّا أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ

Artinya: “Maka Nabi Muhammad SAW menjelaskan, sesungguhnya seluruh orang-orang yang berselisih itu binasa kecuali kelompok Ahlussunnah wal Jamaah.”

Bagi warga NU sendiri, pola yang diambil dalam mengikuti manhaj Ahlussunnah wal Jamaah adalah dengan model bermadzhab. Bermadzhab yang berarti taklid atau mengikuti metode dan produk hukumnya para imam mujtahid. Sebagaimana telah menjadi kesepakatan para ulama tentang bermadzhab. Dalam kitab al-Kaukab as-Sathi’ fi Jam’il Jawami’ disebutkan:

حُكْمُ التَّقْلِيْدِ حَرَامٌ عَلَى مُجْتَهِدٍ وَوَاجِبٌ عَلَى غَيْرِ مُجْتَهِدٍ كَمَا قَالَ اَلسُّيُوطِي: ثُمَّ اَلنَّاسُ مُجْتَهِدٌ وَغَيْرُهُ فَغَيْرُ الْمُجْتَهِدِ يَلْزَمُهُ اَلتَّقْلِيْدُ مُطْلَقاً عَامِيًا كَانَا أَوْ عَالِمًا.

Artinya: “Hukum taklid adalah haram bagi seorang mujtahid dan wajib bagi bukan seorang mujtahid, sebagaimana as-Suyuthi telah berkata bahwa manusia itu ada yang mujtahid ada yang bukan, dan yang bukan mujtahid wajib baginya taklid secara mutlak baik orang umum maupun orang yang ‘alim

‘Aidin ‘aidaat yang dirahmati Allah,

Mengikuti paham Aswaja dengan pola bermadzhab mempunyai kelebihan; pertama akan meminimalisir ketersesatan. NU memahami betul bahwa kadar kemampuan umat Islam sebagai individu seorang muslim sangat beragam kemampuan, apalagi wilayah garapan NU adalah masyarakat awam yang berada di pelosok pedesaan, tentunya tanpa mengharamkan individu umat Islam menjadi seorang mujtahid. Disebutkan dalam kitab Miaznul Kubro yang teksnya berbunyi:

فِيْ الْمِيْزَانِ الشَّعْرَانِيِّ مَا نَصُّهُ: كَانَ سَيِّدِيْ عَلِيٌّ الْخَوَاصُّ رَحِمَهُ اللهُ إِذَا سَأَلَهُ اِنْسَانٌ عَنِ التَّقْيُّدِ بِمَذْهَبٍ مُعَيَّنٍ. هَلْ هُوَ وَاجِبٌ أَوْ لاَ يَقُوْلُ لَهُ يَجِبُ عَلَيْكَ التَّقَيُّدُ بِمَذْهَبٍ مَا دَامَتْ لَمْ تَصِلْ إِلَى الشَّرِيْعَةِ اْلأُوْلَى خَوْفًا مِنَ الْوُقُوْعِ فِيْ الضَّلاَلِ وَعَلَيْهِ عَمَلُ النَّاسِ الْيَوْمَ

Artinya: Imam Al-Sya’roni dalam Kitab Mizanul Kubro menegaskan, Tuanku Ali al-Khawash ditanya tentang bermadzhab, apakah wajib atau tidak? Beliau menjawab, kamu wajib bermadzhab selagi belum mampu untuk memahami syari’ah secara sempurna, khawatir terjerumus ke dalam kesalahan dan kesesatan. Itulah yang diamalkan oleh manusia saat ini.

Kelebihan yang kedua, adalah bahwa Aswaja NU berkiblat kepada para Imam Mujtahid yang dalam menyusun methode dan produk hukum tersebut bersumber dari semua potensi yang ada. Potensi yang dimaksud adalah sumber dalil atau petunjuk yang didapati dari ad-dalail as-sam’iyyah berupa Al-Qur’an, al-Hadits dan perkataan ulama, ad-dalail al ‘aqliyyah berupa; rasio dan panca indera, dan ad-dalail al ‘irfaniyyah berupa;Kasyaf dan Ilham. Dengan memanfaatkan sumber dalil dari semua potensi yang ada menjadikan hati hati dan bijaksana dalam menyelesaikan setiap persoalan.

Seperti di dalam kitab Ithaafu al-Saadati al-Muttaqiin juz 2, halaman 6, Imam Taajuddin al-Subki (semoga Allah merahmatinya) telah berkata:

اِعْلَمْ أَنَّ أَهْلَ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ كُلَّهُمْ اِتَّفَقُوا عَلَى مُعْتَقِدٍ وَاحِدٍ فِيْمَا يَجِبُ وَيَجُوْزُ وَيَسْتَحِيْلُ، وَاِنْ اِخْتَلَفُوا فِي الطُّرُقِ اَلْمَبَادِئِ اَلْمُوْصِلَةِ لِذَلِكَ أَوْ فِي لُمِيَّةِ مَا هُنَالِكَ وَبِالْجُمْلَةِ فَهُمْ بِاْلِاسْتِقْرَاءِ ثَلَاثُ طَوَائِفٍاَلُأوْلَى: أَهْلُ الْحَدِيْثِ وَمُعْتَمِدُ مَبَادِيهِمْ اَلْأَدِلَّةُ اَلسَّمْعِيَّةُ: أَعْنِى اَلْكِتَابُ ، اَلسُّنَّةُ وَاْلِإجْمَاعُ. اَلثَّانِيَةُ: أَهْلُ النَّظْرِاَلْعَقْلِي وَالصِّنَاعَةِ اَلْفِكْرِيَّةِ وَهُمْ اَلْأَشْعَرِيَّةُ وَالْحَنَفِيَّةُ وَشَيْخُ الْأَشْعَرِيَّةِ أَبُو الْحَسَنِ اِلْأَشْعَرِي، وَشَيْخُ الْحَنَفِيَّةِ أَبُوْ مَنْصُوْرٍ اَلْمَاتُرِيْدِيِّ اَلثَّالِثَةُ: أَهْلُ الْوُجْدَانِ وَالْكَشْفُ وَهُمْ اَلصُّوْفِيَّةُ ، وَمَبَادِيْهِمْ مَبَادِئُ أَهْلِ النَّظْرِ وَالْحَدِيْثِ فِي الْبِدَايَةِ ، وَالْكَشْفُ وَالْإِلْهَامُ فِي النِّهَايَةِ.

Artinya: “Ketahuilah bahwa Ahlussunnah wal Jamaah itu adalah mereka yang telah bersepakat terhadap akidah yang satu didalam apa yang wajib, jaiz dan mustahil. Jika mereka terdapat perselisihan itu hanya dalam metode atau didalam sebab dan illatnya.Secara umum dapat digolongkan menjadi tiga yaitu; pertama; ahlul hadits. Prinsip dasar mereka adalah penggunaan dalil-dalil wahyu (naqli) yaitu; al Qur’an, as Sunnah, dan Ijma’. Kedua: ahlun nadzri (kelompok yang menggunakan dalil akal) mereka adalah pengikut asy’ariy dan hanafiy. Guru besar pengikut asy;ariy adalah Abul Hasan al Asy’ariy dan guru besar pengikut Hanafi adalah Abu Manshur al Maaturidi. Ketiga: kelompok yang konsern mengolah rasa (wujdan) dan membuka tabir (kasyaf). Mereka adalah ahlut tasawuf .Pada awalnya mereka adalah seorang yang berkemampuan dasar-dasar ahlun nadzri dan ahlul hadits dan pada akhirnya menjadi seorang yang berkemampuan mukasyafah (membuka tabir) dan mendapatkan ilham (petunjuk)”.

Kelebihan yang ketiga; adalah adanya ketersambungan sanad keilmuannya dari ulama NU sampai kepada Rosululloh SAW lewat para Mujtahid dan muridnya,

Hal ini disandarkan pula kepada instruksi pendiri NU/Rois ‘Akbar K.H. Hasyim Asy’ari yang terdapat dalam pengantar Anggaran Dasar 1947 yang berbunyi:

أَيَا أَيُّهَا الْعُلَمَاءُ وَالسَّادَةُ اَلْأَتْقِيَاءُ مِنْ أَهْلِ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ أَهْلُ مَذَاهِبِ الْأَرْبَعَةِ أَنْتُمْ قَدْ أَخَذْتُمْ اَلْعُلُوْمَ مِمَّنْ قَبْلِكُمْ وَمَنْ قَبْلُكُمْ مِمَّنْ قَبْلِهِ بِاتِّصَالِ السَّنَدِ إِلَيْكُمْ وَتَنْظُرُوْنَ عَمَّنْ تَأْخُذُوْنَ دِيْنَكُمْ فَأَنْتُمْ خِزْنَتُهَا وَأَبْوَابُهَا وَلَا تُؤْتُوا اَلْبُيُوْتَ إِلَّا مِنْ أَبْوَابِهَا فَمَنْ أَتاَهَا مِنْ غَيْرِ أَبْوَابِهَا سُمِّيَ سَارِقًا.

Artinya: Wahai para ulama dan tuan-tuan yang takut kepada Allah dari golongan Ahlusunnah wal Jama’ah, golongan madzhab imam yang empat. Engkau sekalian telah menuntut ilmu dari orang-orang sebelum kalian dan begitu seterusnya secara tersambung sampai pada kalian. Dan engkau sekalian tidak gegabah memperhatikan dari siapa mempelajari agama. Maka karenanya kalianlah gudang bahkan pintu ilmu tersebut. Janganlah memasuki rumah melainkan melalui pintunya. Barangsiapa memasuki rumah tidak melalui pintunya maka disebut pencuri

Kelebihan yang keempat, adalah para imam mujtahid dengan para muridnya hingga para ulama NU pengikutnya telah memperlihatkan akhlak/etika yang baik hubungan antara guru dengan murid. Seorang guru tidak mempersoalkan bila diberi masukkan oleh muridnya namun seorang murid tetap menghormati gurunya. Perselisihan mereka tidak sampai pada saling sesat menyesatkan tidak juga saling mengkafirkan. Para mujtahid dan para muridnya sangat hati-hati untuk mengklaim dirinya paling benar, berani menyesatkan apalagi mengkafirkan. Perselisihan mereka memperkaya hasanah keilmuan karena dituangkan dalam karya tulis yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiyah. Mereka mampu saling menempatkan posisinya secara proposional sebagai guru dan murid sehingga berdampak pada tetap terjalinnya persaudaraan antar umat Islam.

‘Aidin ‘aidaat yang dirahmati Allah.

Dengan demikian manhaj Aswaja NU akan terus menjadi pilihan mayoritas umat Islam dunia tidak hanya Indonesia. Umat di luar Islam pun akan lebih dapat merasa nyaman hidup berdampingan dalam menjalankan kehidupan beragamanya di samping pula memang adanya sikap toleransi atas pluralitas beragama dalam berdakwah serta bijak dalam menyikapi budaya setempat. Menjalani kehidupan keberagamaan yang saling memberi kenyamanan antar umat tentunya sangat mempengaruhi dalam menjalani kehidupan bernegara.

Keberadaan negara sendiri dalam pandangan Aswaja NU menjadi wajib karena negara berfungsi mewujudkan kesejahteraan bagi warganya sejalan dengan misi agama Islam itu sendiri yaitu sebagai agama kasih sayang yang dapat mensejahterakan seluruh alam. NU menemukan bentuk negara dan system kepemerintahannya yang diyakini sangat sesuai dengan watak ke-Indonesiaan yang beragam suku, ras, etnis, budaya dan agama. Mendapatkan keyakinannya itu dijalani dengan sabar dengan mengedepankan hal hal yang prioritas terlebih dahulu daripada mendapatkan kesemuannya namun mendatangkan kerusakan. Perubahan dilakukan secara evolutif (bertahap) bukan revolusif (seketika). Dan sampailah pada keyakinan bahwa NKRI sebagai bentuk negara dan demokrasi pancasila sebagai system kepemerintahannya sangat sesuai dengan Indonesia dan tidak keluar dari manhaj Aswaja NU.

‘Aidin ‘aidaat yang dirahmati Allah.

Maka bersatu dengan menjadi anggota NU itu sangat penting karena menjadi anggota NU adalah sebuah kebutuhan. NU sendiri adalah wadah berkumpulnya para ulama Ahlussunnah wal Jamaah, wadahnya para pemegang tongkat estafet risalah Rasulullah SAW;

اَلْعُلَمَاءُ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ

Artinya: “Ulama adalah pewaris para nabi.”

NU adalah wadahnya hamba-hamba Allah SWT yang takut pada-Nya;

إِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ اَلْعُلَمَاءُ

Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada Allah dari hamba-hambanya adalah ulama.” (QS. Al-Fathir: 68)

Dan NU adalah wadahnya para ulama untuk membina umat pengikutnya agar tidak tersesat serta senantiasa bersama-sama dalam satu keyakinan.

عَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ وإِيَّاكُمْ وَاْلفِرْقَةَ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الْوَاحِدِ وَهُوَ مِنَ الْإِثْنَيْنِ أَبْعَدُ وَمَنْ أرَادَ بُحْبُوْحَةَ الْجَنَّةِ فَلْيَلْزِمْ اَلْجَمَاعَةَ

Artinya: “Tetaplah bersama al-Jama’ah dan jauhi perpecahan karena setan akan menyertai orang yang sendiri. Dia (setan) dari dua orang akan lebih jauh, maka barang siapa menginginkan tempat lapang di surga hendaklah ia berpegang teguh pada (keyakinan) al-Jama’ah”(HR. al-Tirmidzi).

‘Aidin ‘aidaat yang dirahmati Allah.

Demikian khutbah Idul Fitri kali ini semoga bermanfaat.

Mari kita bersama-sama berdoa sembari mengangkat tangan, semoga Allah senantiasa memberikan tambahan nikmat, rahmat kasih sayang dan anugerah-Mu kepada kita semua. Semoga memberikan tambahan kekuatan lahir dan batin kepada kita semua guna mewujudkan keadilan dan kemakmuran.

Ya Allah, semoga kita semua dijadikan umat yang hidup rukun, saling kasih, tetap teguh lahir batin untuk menanggulangi kezaliman dan kecurangan serta kebakhilan. Serta dijadikan termasuk golongan orang-orang shalih yang sanggup menyelesaikan tugas-tugas pembangunan lahir dan batin.

Ya Allah semoga Engkau mengampuni semua dosa dan kesalahan serta kekhilafan kami serta Engkau jaga, lindungi kami dari tipu daya iblis, setan dan sekutunya.

يَا الله يَارَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اِجْعَلْنَا مِنَ الْعَائِدِيْنَ الْفَائِزِيْنَ وَاجْعَلْنَا مِنْ عِبَادِكَ الْمَغْفُوْرِيْنَ السَّالِمِيْنَ وَاَدْخِلْنَا فِى زُمْرَةِ الصَّالِحِيْنَ الْمَرْزُوْقِيْنَ وَبَاعِدْنَا مِنْ مَكَايِدِ الشَّيَاطِيْنَ وَالنَّفْسِ الْاَمَّارَةِ بِالسُّوْءِ.
اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ. قَدْ اَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى. بَلْ تُؤْثِرُوْنَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَالآخِرَةُ خَيْرٌ وَاَبْقَى. فَاسْتَغْفِرُوْا وَتُوْبُوْا اِلَى اللهِ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

Khutbah II
اللهُ أَكْبَرُ (3×) اللهُ أَكْبَرُ (4×) اللهُ أَكْبَرُ كبيرا وَاْلحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الله بُكْرَةً وَ أَصِيْلاً لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ. اْلحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ لَهُ تَعْظِيْمًا لِشَأْنِهِ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا. اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَزَجَرَ.وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ أَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ، وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَااَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ. اَللّهُمَّ اَعِزِّ الْإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ. وَاَعْلِ جِهَادَهُمْ بِالنَّصْرِ الْمُبِيْنَ. وَدَمِّرْ اَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ. اَللّهُمَّ اكْفِنَا شَرَّ الظَّالِمِيْنَ. وَاكْفِنَا شَرَّ الْمُنَافِقِيْنَ. وَسَلِّمْنَا مِنْ مَكَايِدِ الشَّيَاطِيْنَ.
اَللّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ. وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

(H. Basyir Fadlullah, Ketua LDNU Kabupaten Purbalingga Jateng)

Itulah naskah khutbah Idul Fitri 1444 H yang bisa jadi referensi.

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

10 Khutbah Idul Fitri 2024 Singkat yang Menyentuh Hati


Jakarta

Setelah melaksanakan salat Idul Fitri, disunahkan untuk mendengarkan khutbah Idul Fitri. Khutbah Idul Fitri dilakukan seperti yang Rasulullah SAW contohkan.

Dikutip dari buku Ringkasan Dalil Ringkasan Fiqih Mazhab Syafii karya Musthafa Dib Al-Bugha, mengenai anjuran khutbah ini dilandaskan pada hadits riwayat Muslim berikut yang berbunyi, “Aku menyaksikan pelaksanaan salat Idul Fitri bersama Rasulullah SAW Abu Bakar RA, ‘Umar RA, dan ‘Utsman RA. Mereka semua salat Id sebelum khutbah.” (HR Bukhari Muslim)

Meskipun salat dan khutbah Idul Fitri bersifat terpisah yang tidak mensyaratkan satu sama lain. Muslim dianjurkan untuk mendengarkan khutbah setelah salat agar rangkaian salat Idul Fitri jadi lebih sempurna.


Dikutip dari buku Kumpulan Naskah Khutbah Idul Fitri & Idul Adha susunan Direktorat Penerangan Agama Islam serta laman resmi Kemenag (Kementerian Agama), Berikut beberapa contoh khutbah Idul Fitri dengan berbagai tema yang bisa menjadi referensi.

10 Khutbah Idul Fitri 2024 Singkat Terbaik dan Menyentuh Hati

1. Khutbah Idul Fitri 2024 Pertama

Pertama-tama kita ucapkan syukur Kepada Allah SWT atas nikmat-karunia yang telah kita terima, yang tidak terbilang banyaknya. Kita mohon bimbinganNya, karena barangsiapa dibimbing Allah maka tiada seorang pun mampu menyesatkannya, dan barang siapa disesatkan Allah, maka tiada seorang pun mampu membimbingnya. Kita saksikan bahwa tiada suatu tuhan apapun selain Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Al-Ahad, yaitu Tuhan yang sebenar-benarnya. Dan kita saksikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah dan hamba-Nya.

Kemudian kita mohonkan sholawat dan salam Allah untuk junjungan kita itu, beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Sesudah itu semua, “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa, dan jangan sampai kamu mati kecuali kamu adalah orang-orang yang berserah diri, tunduk patuh Kepada-Nya.” (QS Ali-Imran ayat 102)

Inilah hari raya kita semua. Hari raya kemanusiaan universal, hari raya kesucian primordial manusia, hari raya fitrah, hari raya manusia sebagai makhluk yang hanif, makhluk yang merindukan kebenaran dan kebaikan, yang berbahagia karena kebenaran dan kebaikan. Hari raya puncak perolehan keruhanian kita setelah berpuasa selama sebulan, hari raya kembali ke fitrah, kesucian asal ciptaan Allah untuk manusia, Idul Fitri.

Kita kembali ke fitrah kesucian adalah atas bimbingan Allah, Tuhan Yang Maha Esa, melalui latihan menahan diri yang kita jalankan dengan penuh ketulusan, yang kita genapkan bilangannya selama sebulan. Maka di hari ini, kita kumandangkan takbir, tahmid dan tahlil, sebagai pernyataan rasa syukur kita kepada Allah SWT atas segala petunjuk-Nya itu.

2. Khutbah Idul Fitri 2024 Kedua

Kini Ramadan telah berlalu meninggalkan kita. Sudahkah kita bertakwa kepada Allah dan menunaikan kewajiban kita dalam bulan suci Ramadan itu? Sudahkah kita menghormati hak-hak orang lain dan bergaul bersama mereka dengan santun dan berakhlakul karimah? Puasa itu mencerahkan hati, mendidik diri, meneguhkan komitmen keyakinan, mengajarkan kita nilai dari sebuah ni’mat Allah dan menumbuhkan kepekaan sosial dalam diri kita.

Sudahkah semua itu terwujud? Sudahkah hati kita tercerahkan dengan sinar kebenaran? Mampukah kita mendisiplinkan diri, meneguhkan keyakinan akan nilai-nilai kebenaran yang kita miliki? Sudahkah kita menyadari betapa berharganya sebuah ni’mat Allah sehingga kita selalu terdorong untuk mensyukurinya? Adakah kepekaan sosial dan empati terhadap penderitaan orang lain telah cukup bersemi di hati kita.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Walillahilhamd, kaum muslimin yang berbahagia, pertanyaan-pertanyaan tadi sangat penting sebagai bahan renungan kita semua, sejauh mana puasa telah berpengaruh pada diri, hidup dan kehidupan kita. Jawaban dari pertanyaan- pertanyaan tersebut tercermin dalam sikap dan perilaku kita. Seseorang tidak mungkin mengklaim telah memperoleh pencerahan, kalau ia ternyata jenuh dengan suasana Ramadan, menghitung hari demi hari mengharap Ramadan cepat berlalu.

Ia tak berhak mengharap ganjaran pahala dari Allah SWT, pembebasan dari api neraka kalau ternyata jauh di dalam hatinya ia hanya menganggap Ramadan sebuah beban! Ia juga tak layak mendambakan pengampunan Allah Rabbul ‘alamin kalau hatinya masih sekeras batu tak bergeming melihat penderitaan mereka yang tertindas.

3. Khutbah Idul Fitri 2024 Ketiga

Saat ini berhari raya mensyukuri petunjuk-Nya yang diberikan kepada kita lewat Ai-Qur’an yang dinuzulkan di bulan Ramadan sebagai pedoman abadi kepada umat manusia Pedoman-Nya itu adalah petunjuk jalan kedamaian yang menjamin keselamatan dan kesejahteraan manusia yang mendambakan keridaan-Nya. Tiap bulan Ramadan keimanan kita digugah untuk memperbaharui komitmen kita terhadap petunjuk-petunjuk-Nya tersebut. Kita diberi peluang emas untuk memekarkan keimanan dengan membenahi diri, menyucikan batin, meningkatkan kuantitas dan kualitas ibadah, segala amal dan wawasan ketakwaan kita.

Dalam paket ibadah puasa kita menumbuh-suburkan dalam diri suatu kesadaran sosial. Dengan demikian manusia akan menemukan jati dirinya dan fitrah kemanusiaan sebagai makhluk yang dipersiapkan untuk senantiasa mengabdi. Dalam rangka semangat pengabdian itu ibadah puasa menuntun kita hidup jujur, hidup tulus, menahan diri dan mengendalikan emosi, mematuhi hukum, dengan hidup tertib dan berdisiplin tinggi, penuh dedikasi, serta menghayati persamaan dan kebersamaan dalam hidup kita. Bulan Ramadan membekali kita dengan nilai luhur tersebut, dan itulah perwujudan ketakwaan yang bermula dan berkembang dari keimanan.

Allahumma ya Allah Yang Maha pengasih. Limpahkanlah taufiq, hidayah dan inayah-Mu kepada bangsa dan Negara kami, kepada para pemimpin dan seluruh rakyat kami agar senantiasa berada dalam keselamatan, keamanan dan ketentraman, serta terhindar dari segala gangguan. Jadikanlah ya Allah sisa-sisa umur kami sebagai tambahan bagi kebaikan, kebaikan masyarakat, bangsa dan Negara kami, kebaikan kesejahteraan seluruh rakyat kami, dan kebaikan bagi tegak kokohnya agama Islam yang Engkau ridhai di bumi Indonesia yang berdasarkan Pancasila ini.

4. Khutbah Idul Fitri 2024 Keempat

Setelah sebulan kita melaksanakan ibadah puasa, maka sejak fajar tadi pagi kita telah berpisah dengan Ramadan. Kita belum tahu apakah kita masih bertemu dengan Ramadan tahun mendatang. Yang pasti hari ini kita berada di ldul Fitri, yakni hari yang suci, penuh berkah dan ampunan. Dikatakan suci karena hari ini kita telah berada dalam suasana ampunan Allah, suci dari noda dan dosa.

Kendati itu semua sangat tergantung kepada tingkat keikhlasan amal perbuatan kita kepada Allah selama Ramadan. Sebulan penuh lamanya kaum muslimin menahan lapar dan dahaga, bukan sebab ketiadaan makanan dan minuman, akan tetapi karena memenuhi perintah Allah SWT.

Melalui ibadah puasa kaum muslimin menjalani latihan mental, untuk menguasai, mampu dan mengenal diri, dan mampu mengendalikan serta menahan diri dari tipu daya syaithoniyah. Kita melatih diri untuk mampu meninggalkan semua hal yang dapat merusak tata pergaulan masyarakat harmoni dan juga sebagai kesempatan untuk meningkatkan takwa dan tafakur kepada Dzat yang Maha Besar.

5. Khutbah Idul Fitri 2024 Kelima

Hari ini kita kaum muslimin sedunia kembali merayakan ldul Fitri dengan perasaan syukur ke hadirat Allah SWT Kita sambut dan kita rayakan ldul Fitri ini dengan takbir dan tahmid sebagai pengakuan kita terhadap kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Tunggal dan tiada sekutu bagi-Nya. Kita sambut dan kita rayakan hari yang mulia ini dengan rukuk dan sujud/salat ldul Fitri, sebagai pernyataan syukur kita terhadap rahmat dan nikmat-Nya dengan penuh kekhusyukan dan keikhlasan, lantaran kita telah mampu mengalahkan musuh besar kita yakni nafsu-nafsu rendah serta syahwat yang sering menjerumuskan kehidupan kita ke lembah kehinaan selama menunaikan ibadah puasa sebulan penuh.

Apabila kita membuka lembaran-lembaran Al-Qur’an terdapat 86 kali kata mal (harta) tercantum dalam berbagai bentuknya. Hal ini menunjukkan bahwa harta harus ditujukan untuk kepentingan kelompok dan diarahkan bagi kemaslahatan umum atau dengan kata lain harta harta harus mempunyai fungsi sosial; sebagai makhluk sosial lain baik langsung atau tidak langsung. Dengan demikian wajar jika Allah menetapkan paling tidak sebagian dari harta yang dititipkan Allah kepada manusia, agar dinafkahkan untuk kepentingan umum dengan jalan zakat, infak dan sedekah.

Fungsi sosial tersebut semakin terasa pentingnya apabila disadari bahwa sesama mukmin itu adalah bersaudara. Persaudaraan ini menuntut solidaritas, yang intinya adalah menyerahkan tanpa menanti imbalan dan memberi tanpa tanpa menunggu permintaan karena demikian itulah hubungan persaudaran. Rasulullah SAW bersabda, “Tidak sempurna iman seseorang dari kamu sehingga ia menyukai bagi saudaranya apa yang ia sukai bagi dirinya sendiri.” (HR Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi).

6. Khutbah Idul Fitri 2024 Keenam

Pertama-tama marilah kita berserah diri dan bersyukur ke hadirat Allah SWT dengan rahman dan rahim-Nya telah mencurahkan rahmat dan nikmat yang sangat banyak sehingga kita dapat berada dalam kebahagiaan di pagi ldul Fitri yang mulia ini. Bersama umat Islam sedunia, hari ini kita ikuti menikmati kegembiraan dan ketenangan batin sebagai pertanda kita telah selesai menyelesaikan suatu ujian berupa ibadah Ramadan. Sebagaimana layaknya sebuah ujian kita semua berharap agar termasuk pada kelompok orang yang berhasil lulus dengan predikat takwa.

Kata ldul Fitri bisa bermakna kembali kepada fitrah atau kesucian, dan ldul Fitri juga adalah simbol kesuksesan, yakni kesuksesan menyucikan diri dari berbagai sifat-sifat yang tidak terpuji. Dengan kesucian jiwa, pikiran dan tingkah laku orang yang berpuasa, maka akan menambah indah dan berseri kehidupannya, terhindar dari berbagai maksiat dan kejahatan. Hatinya bersih jiwanya damai, pikiran positif dan cemerlang, rasa solidaritasnya kuat, bersikap jujur, ikhlas dan tangguh dalam menghadapi berbagai hal yang melanda hidupnya, karena selama bulan suci Ramadan dilatih untuk itu.

Kesucian dalam arti yang luas; kesucian jiwa, perilaku, pikiran, pekerjaan, lingkungan, persahabatan, pergaulan dan berbagai dimensi sosial kehidupan lainnya. Bila prinsip kesucian ini betul-betul dihayati dan dilaksanakan dalam berbagai aspek kehidupan tentulah akan menimbulkan dampak yang sangat positif. Sebaliknya perilaku yang kotor, yakni yang tidak sesuai dengan etika dan aturan agama maupun negara, misalnya kekerasan, kecurangan, fitnah, perpecahan, intimidasi, korupsi, kolusi dan nepotisme, tentu bisa dihindari. Bila masing-masing kita menonjolkan dan mengedepankan kesucian itu pastilah berbagai hal yang mengancam kerukunan hidup umat beragama, integrasi bangsa, krisis ekonomi dan sebagainya dapat kita hindarkan.

7. Khutbah Idul Fitri 2024 Ketujuh

Melalui mimbar ini khatib mengajak kita semua, khususnya diri khatib sendiri, untuk selalu bertakwa kepada Allah SWT di manapun kita berada dan dalam keadaan apapun kita. Takwa adalah sebaik-baik bekal yang hidup yang akan membawa kita mencapai kebahagiaan sejati di dunia maupun di akhirat. Bagi kita yang telah menjalankan shaum secara penuh di bulan suci Ramadan dan melaksanakannya bukan karena motivasi lain kecuali semata-mata karena iman dan ingin memperoleh ridha Allah SWT, maka insya Allah, Allah akan mengampuni segala dosa-dosa yang telah lalu.

Ibadah shaum pada hakikatnya merupakan suatu proses pendidikan, yakni upaya yang secara sengaja dilakukan untuk mengubah perilaku setiap muslim, sehingga menjadi orang yang meningkat ketakwaannya. Shaum telah mendidik setiap muslim untuk mengubah perilakunya ke arah yang lebih baik sehingga menjadi manusia yang bertakwa. Melalui ibadah shaum kita sebagai manusia yang memiliki nafsu dan cenderung ingin selalu mengikuti hawa nafsu dilatih untuk berubah menjadi manusia yang selalu berperilaku sesuai dengan fitrah aslinya.

Fitrah asli manusia adalah cenderung taat dan mengikuti perintah dan aturan Allah SWT Melalui proses pendidikan yang terkandung dalam ibadah shaum diharapkan setiap muslim menjadi manusia yang kehadirannya di manapun dalam masyarakat yang bersifat plural ini dapat memberi manfaat kepada sesama dan menjadi rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil alamin).

8. Khutbah Idul Fitrii 2024 Kedelapan

Kumandang takbir, tahlil, dan tahmid tak henti-hentinya didengungkan oleh kaum Muslimin di seluruh penjuru dunia seiring dengan telah diselesaikannya puasa Ramadan selama satu bulan penuh, sebagai bentuk pernyataan syukur kepada Allah SWT. Allah berfirman yang artinya, “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendak/ah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.” (QS Al-Baqarah ayat 185).

Satu bulan penuh, kita menggembleng diri dengan membiasakan memelihara hati agar tetap jernih, menjaga akal agar tetap sehat, mengasah pikiran agar tetap logik, mengawal langkah agar tetap lurus, dan mengatur kata-kata agar tetap selaras dengan perbuatan. Ghibah kita jauhi, hasud, dengki atau iri hati kita hindari, fitnah dan adu domba kita tinggalkan, keangkuhan dan kesombongan kita buang. Satu bulan penuh, kita telah menyibukkan diri dengan mengerjakan berbagai macam ibadah, dari mulai yang wajib hingga sunat, tidak saja di siang hari tapi bahkan sampai larut malam.

Mari kita rayakan ldul Fitri dengan semangat takwa. Pererat tali silaturahmi, taburkan kasih-sayang sesama insani, tumbuh-kembangkan solidaritas dan ukhuwah serta tebarkan maaf antar sesama, niscaya ketakwaan kita akan semakin bertambah. Setelah Allah menurunkan maghfirah-Nya pada bulan Ramadan, kini kita lebur kesalahan kita dengan sesama manusia. itulah Idul Fitri yang berarti kembali ke fitrah (yang suci) bak bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya.

9. Khutbah Idul Fitri 2024 Kesembilan

Setelah sebulan lamanya kita berpuasa, maka sekarang tiba-lah masanya kita tumpahkan rasa senang dan rasa haru. Kita ungkapkan sepenuh hati rasa gembira dan rasa syahdu, sembari mengagungkan nama Allah Azza wa Jalla. Betapa harunya kita, sebab Allah SWT telah menciptakan bulan Ramadan khusus untuk kita, umatnya Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya ada 1 malam, yakni malam Lailatul Qadar, yang lebih utama daripada 1.000 bulan. Satu kali melakukan ibadah fardhu, maka pahalanya seperti mengerjakan 70 ibadah fardhu. Kita melakukan ibadah sunnah-pun dicatat pahalanya seperti mengerjakan ibadah fardhu.

Oleh sebab itu, beruntunglah kita di pagi hari ini, datang berduyun-duyun dari tempat tinggal kita, menuju masjid tempat yang suci ini untuk menjalankan salat Idul Fitri secara berjemaah. Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah SWT. Pada hari ini tanggal 1 Syawal 1445 Hijriah ini, kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan mengumandangkan takbir, “Allahu Akbar x3 wa lillahil hamd.”

Marilah kita tanamkan bulat-bulat di dalam hati kita, bahwa ke depannya hidup kita akan menjadi lebih baik. Amal ibadah kita akan semakin meningkat sebagai manifestasi rasa syukur kita kepada Allah SWT. Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang hidupnya bahagia. Minal Aidin wal faizin. Semoga Allah menerima niat baik dan amalan kita, serta Allah jadikan hari-hari kita selama setahun kedepan menjadi lebih baik. Taqabbalallahu minna wa minkum. Fi kulli ‘aamin wa antum bi khoir. Amiin, Amiin. Ya robbal alamin.

10. Khutbah Idul Fitri 2024 Kesepuluh

Tiada ungkapan yang patut kita ucapkan di tengah lantunan takbir, tahmid, tahlil yang berkumandang serta kebahagiaan Hari Raya Idul Fitri kali ini, kecuali rasa syukur kepada Allah SWT, biqauli ‘Alhamdulillahirabbil ‘alamin. Dialah yang telah menganugerahkan nikmat-nikmat kehidupan dunia yang jika coba kita hitung satu-persatu, maka niscaya tak sanggup kita menghitungnya.

Setidaknya ada empat sikap moderat yang perlu kita semai dalam Idul Fitri ini dan menjadi ciri apakah seseorang moderat atau tidak. Yang pertama adalah sikap toleran yakni saling menghargai dan menghormati dalam bingkai aspek kemanusian. Sikap toleran merupakan sikap positif yang mampu memunculkan kedamaian karena berupaya menjaga hati orang lain di tengah perbedaan-perbedaan yang merupakan bagian dari fakta sosial yang tidak bisa terelakkan.

Sikap kedua adalah menguatkan komitmen kebangsaan. Kita perlu menyadari bahwa Indonesia bukanlah negara agama. Indonesia juga bukan negara sekuler yang anti pada agama. Kita hidup di tengah beragamnya suku, budaya, dan agama yang semua itu menjadi sebuah kekayaan Indonesia yang harus dipertahankan. Kehadiran pemerintah dalam hal ini sangat penting agar semangat kebangsaan, keberagaman, dan keberagamaan bisa terus bersemai.

Sikap ketiga yang perlu kita semai pada momentum Idul Fitri adalah menerima kearifan lokal yang sudah melekat dalam tradisi dan budaya masyarakat. Tradisi dan budaya luhur yang ada harus kita pertahankan sebagai identitas mulia bangsa Indonesia. Pada momentum lebaran, banyak tradisi yang mampu menjadikan kita lebih moderat dalam beragama. Di antaranya adalah budaya halal bi halal yakni berkunjung dan bersilaturahmi untuk saling memaafkan pada Hari Raya Idul Fitri. Halal bi halal warisan para ulama ini sangat luhur dan hanya ada di Indonesia.

Selanjutnya sikap yang keempat adalah anti kekerasan. Idul Fitri menjadi momentum tepat untuk menghaluskan hati dan menyingkirkan benih-benih kekerasan yang bercokol dalam diri. Nilai-nilai kemanusiaan yang muncul dari Idul Fitri seperti kebersamaan, saling memaafkan, kebahagiaan, dan kerukunan akan mampu memunculkan kecintaan yang pada akhirnya setiap individu akan anti terhadap kekerasan. Kita tidak diperbolehkan melakukan kekerasan terlebih mengatasnamakan agama karena pada dasarnya, agama mengajarkan cinta dan kasih sayang.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Lebaran Segera Tiba, Manfaatkan Momen Akhir Ramadan dengan Bertakbir



Jakarta

Kini, umat Islam telah memasuki penghujung Ramadan. Dalam hitungan hari, lebaran segera tiba.

Sudah sepantasnya para mukminin menyambut Hari Raya Idul Fitri dengan suka cita. Meski demikian, berakhirnya Ramadan juga menjadi kesedihan tersendiri.

Pada malam Idul Fitri, umat Islam menggaungkan takbir hari raya secara beramai-ramai. Takbir tak hanya sekadar ucapan, melainkan juga penyempurna pahala puasa seseorang.


“Sempurnakanlah pahala puasanya dengan melakukan takbir pada malam takbiran, sempurnakan pahala puasanya dengan menunaikan salat Idul Fitri, ajak keluarganya, pakai pakaian baru,” terang Nasaruddin Umar dalam detikKultum detikcom, Selasa (9/4/2024).

Menurutnya, momen jelang Idul Fitri itu hendaknya dimanfaatkan oleh seorang muslim untuk tetap beribadah kepada Allah SWT. Sebab, Ramadan akan berakhir dan belum tentu di tahun selanjutnya kita dipertemukan kembali dengan bulan mulia tersebut.

“Sujud terakhir kita pada Idul Fitri itu nanti jadi agak panjang sedikit. Ya Allah, saya berikrar seandainya aku bisa dapat Idul Fitri tahun depan, mohon di situ (kepada Allah),” lanjut Imam Besar Masjid Istiqlal itu.

Selain itu, Nasaruddin Umar juga mengingatkan agar umat Islam senantiasa membayar zakat fitrah pada malam Idul Fitri. Amalan ini wajib ditunaikan oleh setiap muslim yang masih hidup.

Tak lupa, ia mengimbau kaum muslimin melantunkan takbir sampai malam. Ini dimaksudkan agar malaikat melaporkan amalan kita di penghujung Ramadan saat sedang bertakbir.

“Jangan laporkan kemalasan kami kepada Allah, wahai Ramadan kembalilah menjumpai kami pada tahun depan. Selamat jalan Ramadan,” pungkasnya.

Selengkapnya detikKultum Nasaruddin Umar dapat ditonton DI SINI. Kultum Prof Nasaruddin Umar ini tayang setiap hari selama Ramadan pukul 04.20 WIB.

(rah/dvs)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Takbiran Lengkap dengan Arab, Latin, dan Artinya



Jakarta

Sebentar lagi umat muslim di seluruh dunia akan merayakan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada 1 Syawal 1444 H. Saat malam 1 Syawal atau sering disebut malam takbiran, umat muslim dianjurkan untuk membaca doa takbir.

Doa takbir saat Idul Fitri dibaca sejak malam 1 Syawal sampai keesokan paginya, tepatnya saat imam sholat Idul Fitri membaca takbiratul ihram. Sejumlah pendapat lain mengatakan, batas akhir membaca doa takbir sampai waktu dianjurkannya sholat Idul Fitri.

Lalu, seperti apa bacaan doa takbiran saat Idul Fitri? Simak secara lengkap beserta latin dan artinya dalam artikel berikut ini.


Bacaan Takbir Idul Fitri

Dilansir situs Nahdlatul Ulama, bacaan doa takbir saat Idul Fitri terbagi ke dalam dua jenis, yakni doa takbir singkat dan lengkap. Agar lebih jelas, simak selengkapnya di bawah ini.

1. Doa Takbir Idul Fitri Singkat

Doa takbir singkat sering dibaca oleh masyarakat dari malam takbiran hingga keesokan paginya, tepatnya sampai sholat Idul Fitri dilaksanakan. Berikut bacaan doanya:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Latin: Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu.

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya.

2. Doa Takbir Idul Fitri Lengkap

Sedikit informasi, doa takbir lengkap merupakan penggabungan antara dzikir serta takbir yang dibaca oleh Rasulullah SAW ketika di Bukit Shafa. Simak bacaan doanya sebagai berikut:

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِـيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ، لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ

Latin: Allahu akbar, Allahu akbar, Allahu akbar. La ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar wa lillahil hamdu.

Allahu akbar kabira, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila, la ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyahu. Mukhlishina lahud dina wa law karihal kafirun, la ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaba wahdah, la ilaha illallahu wallahu akbar.

Allahu akbar walillahil hamdu.

Artinya: Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Tiada tuhan selain Allah yang Maha Besar. Allah Maha Besar, segala puji bagi-Nya.

Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore, tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya, dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafiq, orang-orang musyrik membencinya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan keesaan-Nya, Dia dzat yang menepati janji, dzat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentara-Nya dan menyiksa musuh dengan keesaan-Nya. Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar.

Allah Maha Besar dan segala puji hanya untuk Allah.

Jenis-jenis Takbir

Secara umum, bacaan doa takbir terbagi ke dalam dua jenis, yaitu takbir muqayyad dan takbir mursal. Apa yang membedakan?

Takbir muqayaad adalah takbir yang dianjurkan dibaca setiap setelah sholat, baik itu sholat fardu ataupun sunah. Sementar itu, takbir mursal merupakan takbir yang dibaca kapan saja dan di mana saja.

Anjuran Membaca Doa Takbir

Bagi umat muslim dianjurkan untuk membaca doa takbir setiap saat, terlebih menjelang Hari Raya Idul Fitri. Allah SWT telah berfirman dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 185, yang isinya sebagai berikut:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

Artinya: “Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”

Lalu, Ibn Abi Syaibah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW keluar rumah menuju lapangan, kemudian beliau terus bertakbir sampai tiba di lapangan. Kemudian beliau tetap bertakbir sampai sholat selesai. Setelah menyelesaikan sholat, beliau kemudian menghentikan takbir (H.R Ibn Abi Syaibah dalam Mushannaf 5621).

Nah, itu dia penjelasan mengenai bacaan doa takbir lengkap dengan bahasa Arab, latin, dan artinya. Semoga artikel ini dapat membantu detikers yang ingin membaca doa takbir saat malam 1 Syawal.

(ilf/fds)



Sumber : www.detik.com