Tag Archives: lisan

Larangan Bicara di 3 Waktu Ini dalam Islam, Apa Saja?


Jakarta

Islam sangat menekankan adab menjaga lisan, termasuk larangan berbicara pada waktu-waktu tertentu yang dianggap tidak tepat. Dalam kondisi tertentu, berbicara bisa menjadi sumber kekeliruan, mengganggu ibadah, atau bahkan mengurangi pahala.

Allah SWT berfirman dalam surah Qaf ayat 18,

مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ اِلَّا لَدَيْهِ رَقِيْبٌ عَتِيْدٌ


Artinya: “Tidak ada suatu kata pun yang terucap, melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).”

Ayat ini menjadi pengingat bahwa setiap ucapan memiliki konsekuensi. Karena itu, umat Islam diajarkan untuk menahan diri dari berbicara pada situasi tertentu.

Waktu-waktu yang Dilarang untuk Berbicara dalam Islam

Berikut tiga waktu yang secara jelas dilarang untuk berbicara dalam ajaran Islam.

1. Larangan Berbicara saat Khutbah Jumat

Salah satu waktu yang dilarang untuk berbicara menurut ajaran Islam adalah ketika khatib sedang menyampaikan khutbah Jumat. Hal ini dijelaskan dalam buku Fikih Sunnah Jilid 2 karya Sayyid Sabiq. Para ulama sepakat bahwa mendengarkan khutbah merupakan kewajiban. Oleh sebab itu, berbicara saat khutbah berlangsung tidak diperbolehkan, bahkan jika tujuannya baik seperti menegur orang lain agar diam.

Larangan ini ditegaskan dalam sabda Rasulullah SAW:

“Barang siapa yang berbicara pada hari Jumat ketika imam sedang berkhutbah, maka dia seperti keledai yang membawa kitab. Dan orang yang berkata kepada orang lain, ‘diamlah’, maka Jumatnya tidak sempurna.” (HR Ahmad dan Abu Daud)

2. Larangan Berbicara saat Buang Hajat

Dijelaskan dalam buku Fiqih Wanita: Edisi Lengkap karya Syaikh Kamil Muhammad, berbicara ketika sedang buang air kecil atau besar tidak dianjurkan dalam Islam. Walaupun pembicaraan itu berkaitan dengan hal baik seperti menjawab salam atau adzan, tetap disarankan untuk diam selama berada di kamar mandi.

Ibnu Umar RA meriwayatkan:

“Ada seseorang yang melewati Nabi SAW yang ketika itu sedang buang air kecil. Orang tersebut memberi salam, namun Rasulullah tidak membalasnya.” (HR Jamaah kecuali Bukhari)

3. Larangan Berbicara saat Salat

Berbicara saat menjalankan salat juga termasuk dalam hal yang dilarang. Dalam buku Panduan Shalat Lengkap dan Praktis Wajib dan Sunnah karya Ahmad Sultoni dijelaskan bahwa percakapan di tengah salat dapat membatalkan salat. Umat Islam diperintahkan untuk menjaga kekhusyukan dan menghindari ucapan yang bukan bagian dari ibadah.

Zaid bin Al-Arqam RA menceritakan:

“Dahulu kami biasa berbicara saat salat. Seseorang berbicara dengan temannya di dalam salat. Lalu turunlah firman Allah: ‘Berdirilah untuk Allah dengan khusyuk.’ Setelah itu kami diperintahkan diam dan dilarang berbicara dalam salat.” (HR Jamaah kecuali Ibnu Majah)

(inf/kri)



Sumber : www.detik.com

Ringan Menyenangkan, Terapi Lisan!



Jakarta

“Start”, teriak seorang driver di dalam mobil yang akan dikendarainya. Tiba-tiba mobil yang diteriaki menyalakan mesin tanda siap berangkat. Sesampainya di lokasi tujuan, driver tadi berucap lagi, “stop.” Mobilnya pun menurut dengan mematikan suara mesin. Tanda mobil benar-benar berhenti.

Start-stop bisa dilakukan cukup hanya dengan menggunakan perintah kata. Luar biasa. Era digital yang barangkali mendekati suasana surga? Tak perlu daya, tak perlu upaya, tinggal berkata semua bisa berubah sesuai makna perintahnya.

Andai sebagian penduduk bumi ada yang belum mengenal adanya perkembangan teknologi masa kini. Perkembangan bagaimana hanya dengan kata suatu kondisi bisa menjadi sebaliknya (start dari stop, mulai hidup dari posisi berhenti atau mati). Boleh jadi mereka mengira, bahwa peristiwa hidupnya mesin mobil hanya melalui perintah kata adalah peristiwa supra natural. Perbuatan yang hanya bisa dilakukan penduduk angkasa luar.


Namun itulah makna kata, begitu dahsyat merubah segala. Dari satu sisi ke sisi lain yang bersebelahan. Start-stop, on-off, mundur-maju, belakang-depan, buruk-baik, dst.

Lalu, jangan-jangan kata ini bisa juga diguna untuk mengubah sakit menjadi sehat. Memangnya bisa? Lah, apa bedanya?
Mungkin jika setiap orang paham kemajuan ilmu dan teknologi. Mudah bagi siapa pun menerima bukti kemampuan kata dalam mengubah sakit menjadi sehat.

Sesuai dengan start-stop, on-off, bukankah sakit-sehat juga sepasang keadaan yang berpasangan sebagaimana start-stop. Wajar kalau kata, harus juga mampu mengubah sakit menjadi sehat, atau sebaliknya.

Kata start, memang bisa diganti on, bisa diganti mulai, bisa menggunakan kata hidup, dst. tergantung kode perintah yang di-install-kan ke dalam software komputer mobil. Tapi semua bermakna memulai aktifitas.

Kelompok kata hanya dibagi ke dalam sepasang golongan. Sesuai contoh pada komputer mobil di atas, kelompok start dan kelompok stop.
Kata yang sejenis masuk dalam satu kelompok. Kata jenis sebaliknya masuk kelompok satunya.

Kata yang satu kelompok dengan kata sehat jumlahnya hampir tak terbatas. Kata yang segolongan dengan makna sehat misalnya, baik, indah, benar, jujur, sempurna, cantik, senang, bahagia, awet muda, dst. Sedang kata yang satu kelompok dengan makna sakit adalah, buruk, patah hati, sulit, sengsara, bohong, payah, melarat, kesal, rugi, dll.

Bukti empiris pengaruh sepasang makna kata ini ditemukan oleh Prof. John Bargh dari Universitas Yale. Beliau pakar psikologi negeri Paman Sam. Eksperimennya menghasilkan teori yang memiliki tingkat kepercayaan sempurna, 100 prosen, Bargh Hallway Theory.

Sesuai teori itu, orang-orang yang memilih berkata-kata sesuai dengan kelompok kata sehat, kulit mereka terlihat terang, wajahnya ceria, auranya menyenangkan. Pertanda sehat dan bahagia. Banyak orang yang ingin mendekati mereka.

Di tempat yang berbeda, pakar kata-kata berkebangsaan Jepang menemukan hasil yang serupa. Ia adalah Dr. Masaru Emoto. Risetnya sangat fenomenal. Doctor Emoto melakukan eksperimen menggunakan tiga backer glass.

Masing-masing backer glass diisi sejumlah beras. Lalu ditambah air putih sampai air menutup seluruh beras itu. Ketiga gelas diisi beras dan air dalam jumlah yang sama persis. Kemudian ketiganya menerima perlakuan yang berbeda.

Gelas pertama setiap pagi diucapkan kata terima kasih kepadanya. Gelas kedua disapa dengan ucapan kamu bodoh. Sedang gelas ketiga Dr. Emoto sama sekali mengacuhkannya.

Setelah satu bulan dilakukan pengamatan. Beras di dalam gelas pertama mengalami fermentasi. Mengeluarkan aroma yang menyenangkan. Wangi.

Beras pada gelas kedua berubah menjadi hitam.
Beras di gelas yang diacuhkan, gelas ketiga, berubah mengeras dan membatu.

Bargh melakukan riset self-talk, bicara pada diri sendiri. Menghasilkan bukti yang mengagumkan.
Terbayang jika masing-masing orang selalu menggunakan kata-kata dalam kelompok sehat. Bukankah mereka menjadi lebih sempurna sehat. Lebih sulit sakit.

Demikian penting kata yang diproduksi lidah atau lisan ini. Sampai-sampai ada nasehat yang menyebutkan, “Selamatlah manusia jika dia pandai menjaga lisannya.”

Orang-orang yang selalu berusaha mengucapkan kata-kata baik dari lisannya, sesuai teori Bargh, dia pasti mendapati dirinya awet muda, wajah cemerlang, kulit terang, banyak disenangi orang. Kalau sesuai eksperimen Emoto, maka kata-kata baik, masuk kelompok kata sehat, antara lain kata terimakasih.

Maka orang yang demikian akan awet muda. Bahkan tubuhnya bisa terhindar dari aroma yang dijauhi orang. Bagaimana tidak. Beras saja yang dicelupkan dalam air, dibiarkan selama satu bulan. Terus menerus dikatakan kepadanya terimakasih, hanya mengalami fermentasi. Tidak menghitam, atau membatu sebagaimana beras di dua backer glass yang lain.

Disamping hanya mengalami fermentasi, beras di backer glass pertama, yang selalu diucapkan kata-kata baik kepadanya mengeluarkan aroma menyenangkan.

Jika siapa saja, pandai menjaga lisan ini dari berkata buruk. Bisa dipastikan siapa pun orang itu, ia akan awet muda. Tubuhnya tidak banyak terpapar radikal bebas, tubuh terhindar dari aroma yang dijauhi.
Keadaan yang pasti tidak hanya diimpikan oleh para perempuan mulia, para lelaki bijaksana, tetapi sangat diimpikan oleh seluruh insan. Terutama muda-mudi.

Semoga setiap kita bisa menjauhi kata-kata buruk produksi lisan. Tubuh sehat menawan, awet muda disenangi banyak kawan. Upaya ringan yang menyenangkan!

Abdurachman

Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Pemerhati spiritual medis dan penasihat sejumlah masjid di Surabaya.

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih-Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Keutamaan Menjaga Lisan Menurut Hadits bagi Kaum Muslimin


Jakarta

Lisan merupakan anugerah yang Allah SWT berikan kepada manusia. Dengan lisan, manusia dapat mengkomunikasikan apa yang mereka rasakan di lubuk hatinya.

Sudah sepatutnya manusia menjaga lisan yang mereka miliki. Terkait hal ini, dalam surat Al Qaf ayat 18 Allah SWT berfirman:

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


Artinya: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”

Nabi Muhammad SAW juga meminta kaum muslimin untuk membatasi ucapannya. Bahkan ia menganjurkan untuk menghindari berbicara jika tidak penting.

“Janganlah kamu sekalian memperbanyak bicara selain berzikir kepada Allah. Sesungguhnya memperbanyak perkataan tanpa zikir kepada Allah akan mengeraskan hari, dan sejauh-jauh manusia adalah yang hatinya keras.” (HR Tirmidzi)

Terdapat banyak perbuatan yang berasal dari lisan dan berujung menjadi dosa. Contohnya seperti ghibah, mengadu domba, pembicaraan yang tidak bermanfaat, candaan yang berlebihan, dan lain sebagainya seperti dikutip dari buku Sejumlah Amalan Penting Penghuni Surga saat di Dunia susunan Ahmad Abi Al-Musabbih.

Lantas, apa saja keutamaan yang diperoleh dari menjaga lisan? Simak bahasannya yang dinukil dari buku Reuni Ahli Surga (Sejumlah Amalan Penting Penghuni Surga Saat di Dunia) karya Ahmad Abi Al-Musabbih.

Keutamaan Menjaga Lisan bagi Kaum Muslimin

1. Dijauhkan dari Kebinasaan

Rasulullah SAW dalam sebuah hadits menjelaskan bahwa mereka yang tidak bisa menjaga lisannya akan binasa di akhirat kelak. Dikatakan juga wajah mereka akan tersungkur dalam neraka sebagaimana sabdanya ketika berbincang dengan Mu’adz bin Jabal RA,

“Maukah aku beritahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabnya: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka Beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Ia bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?” Maka Beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR Tirmidzi)

2. Mendapat Ridha Allah SWT

Orang yang menjaga lisannya niscaya akan mendapat ridha Allah SWT. Hal ini sesuai dalam sebuah hadits yang berbunyi,

“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kalimat yang diridhai oleh Allah dan dia tidak menyangka akan sampai kepada apa (yang ditentukan oleh Allah), lalu Allah mencatat keridhaan baginya pada hari dia berjumpa dengan Allah.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, Imam Malik dan Ahmad)

3. Dekat dengan Rasulullah SAW di Surga

Menjaga lisan jadi fondasi suatu akhlak yang baik. Dengan akhlak yang baik itu maka akan membawa diri kaum muslimin dekat kepada Nabi Muhammad SAW di surga kelak.

“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat tempat duduknya denganku pada hari kiamat adalah kalian yang paling baik akhlaknya.” (HR Tirmidzi)

4. Diganjar Surga

Mereka yang dapat menjaga lisannya dari perkataan buruk dan tidak berguna niscaya akan diganjar surga oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits dari Sahl bin Sa’ad,

“Barang siapa yang dapat memberikan jaminan kepadaku tentang kebaikannya apa yang ada di antara kedua tulang rahangnya, yakni mulut atau lidah, serta antara kedua kakinya, yakni kemaluannya, maka saya memberikan jaminan surga untuknya.” (HR Bukhari)

5. Memperoleh Kedudukan Tinggi sebagai Muslim

Dalam sebuah riwayat, Nabi SAW ditanya:

“Siapakah muslim yang paling utama?’ Kemudian beliau menjawab, “Orang yang bisa menjaga lisan dan tangannya dari berbuat buruk kepada orang lain.” (HR Bukhari)

Bacaan Doa Menjaga Lisan

Merangkum arsip detikHikmah, ada doa yang dapat dibaca agar lisan kita tetap terjaga dari perkataan buruk. Berikut bunyi doanya,

اَللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِى، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِى، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِى، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِى، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّى

Arab latin: Allaahumma innii a’uudzu bika min syarri sam’ii, wa min syarri bashorii, wa min syarri lisaanii, wa min syarri qolbii, wa min syarri maniyyii

Artinya: “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan pendengaran, penglihatan, lisan, qalbu, dan maniku.” [Sunan Abu Dawud no. 1551; Sunan At-Tirmidzi no. 3492]

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits Menjaga Lisan, Salah Satunya Dijamin Masuk Surga


Jakarta

Lisan dapat menjadi pisau yang berbahaya jika salah digunakan. Karenanya, terdapat sejumlah hadits tentang pentingnya menjaga lisan.

Dalam Al-Qur’an sendiri terkait menjaga lisan disebutkan dalam surah Al Qaf ayat 18,

مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ


Artinya: “Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.”

Mengutip buku Sejumlah Amalan Penting Penghuni Surga saat di Dunia karya Ahmad Abi Al-Musabbih, banyak perbuatan buruk yang bermula dari lisan. Contohnya ghibah, adu domba, pembicaraan yang tidak bermanfaat dan candaan yang berlebihan.

Hadits tentang Menjaga Lisan

Berikut sejumlah dalil dari Al-Hadits terkait pentingnya menjaga lisan seperti mengutip buku 80 Hadits Pilihan Beserta Biografi Perawi dan Faedah Ilmiyah susunan DR Muhammad Murtaza bin Aish.

1. Meningkatkan Derajat Seseorang

Menjaga lisan dapat menaikkan derajat seorang muslim. Dalam sebuah hadits dari Abdullah bin ‘Amru. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Seorang muslim adalah orang yang kaum Muslimin selamat dari lisan dan tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” (HR Bukhari)

2. Mendapat Pertolongan dalam Urusan Agama

Kaum muslimin yang mampu menjaga lisannya niscaya mendapat pertolongan dari dalam hal beragama, seperti beribadah dan lain sebagainya. Rasulullah SAW bersabda:

“Hendaklah engkau lebih banyak diam, sebab diam dapat menyingkirkan setan dan menolongmu terhadap urusan agamamu.” (HR Ahmad)

3. Dijamin Masuk Surga

Seorang muslim yang menjaga lisan dan kemaluanya dijamin masuk surga oleh sang rasul sebagaimana sabdanya yang berbunyi,

“Barangsiapa bisa memberikan jaminan kepadaku (untuk menjaga) apa yang ada di antara dua janggutnya (mulut) dan dua kakinya (kemaluan), maka kuberikan kepadamu jaminan masuk surga.” (HR Bukhari)

4. Keselamatannya Terjamin

Nabi Muhammad SAW dalam sebuah haditsnya berkata,

“Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (HR Bukhari)

5. Termasuk Orang yang Beriman

Rasulullah SAW pernah bersabda kepada orang-orang beriman untuk berkata baik atau menjaga lisannya. Berikut bunyi haditsnya,

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya; barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Demikian sejumlah hadits yang membahas pentingnya menjaga lisan. Semoga kita termasuk ke dalam orang-orang yang dapat menjaga lisannya dengan baik, Aamiin ya rabbal alamin.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits Berkata Baik atau Diam, Anjuran Menjaga Lisan dari Rasulullah SAW


Jakarta

Nabi Muhammad SAW mengajarkan umatnya untuk selalu berkata baik. Jika tidak mampu, maka lebih baik diam yang artinya sama dengan menjaga lisan.

Lisan diibaratkan sebagai pisau yang apabila dipergunakan secara asal akan melukai orang lain. Allah SWT bahkan memerintahkan kaum muslimin untuk senantiasa menjaga lisannya dan menggantinya dengan berzikir sebagaimana firman-Nya dalam surah An Nisa ayat 114,

۞ لَّا خَيْرَ فِى كَثِيرٍ مِّن نَّجْوَىٰهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَٰحٍۭ بَيْنَ ٱلنَّاسِ ۚ وَمَن يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ٱبْتِغَآءَ مَرْضَاتِ ٱللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا

Artinya: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.”


Mengutip buku Sejumlah Amalan Penting Penghuni Surga saat di Dunia oleh Ahmad Abi Al-Musabbih, banyak perbuatan yang mulanya dari lisan dan berujung dosa. Contohnya seperti ghibah, mengadu domba, pembicaraan yang tidak bermanfaat dan candaan yang berlebihan.

Hadits Berkata Baik atau Diam

Nabi Muhammad SAW dalam haditsnya menganjurkan kaum muslimin untuk mengatakan hal-hal baik, jika tidak mampu maka sebaiknya diam.

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbicara yang baik-baik atau diam.” (HR Al Bukhari)

Dijelaskan dalam buku Syarah Hadits Arba’in oleh Muhyiddin Yahya, berkata baik dalam hadits tersebut mencakup menyampaikan ajaran Allah dan rasul-Nya dan memberikan pengajaran kepada kaum Muslim terkait amar ma’ruf dan nahi mungkar. Kaum muslimin dianjurkan untuk mendamaikan saudaranya dan mengatakan kebaikan kepada manusia, tentunya harus didasari dengan ilmu pengetahuan dan agama yang memadai.

Syekh Ibnu Daqiq al-Id mengutip pendapat pengarang Kitab al-Ifshah mengatakan bahwa kata-kata yang baik lebih baik daripada diam. Sementara itu, berdiam diri lebih baik daripada berkata buruk.

“Karena Rasul memerintahkan berkata baik lebih dahulu lalu berdiam diri.” bunyi keterangan dalam kitab tersebut.

Kumpulan Hadits Berkata Baik dan Menjaga Lisan

Dalam sejumlah hadits disebutkan juga terkait anjuran berkata baik dan menjaga lisan. Berikut beberapa haditsnya yang dinukil dari buku 1100 Hadits Terpilih susunan Muhammad Faiz Almath.

1. Hadits Allah Membenci Muslim yang Berkata Tanpa Dasar

“Sesungguhnya Allah meridhai kalian pada tiga perkara dan membenci kalian pada tiga perkara pula. Allah meridhai kalian bila menyembah Allah dan tidak mempersekutukannya, berpegang teguh pada tali (agama) dan tidak terpecah belah. dan Allah membenci kalian bila kalian suka berkata tanpa dasar, banyak bertanya yang tidak bermanfaat, serta menyia-nyiakan harta.” (HR At-Tirmidzi)

2. Hadits Menjaga Lisan

“Sesungguhnya seorang hamba mengatakan suatu kalimat yang mendatangkan murka Allah Ta’ala yang ia tidak menaruh perhatian padanya namun mengakibatkan dijerumuskan ke dalam neraka jahanam.” (HR Bukhari)

3. Hadits Larangan Menceritakan Aib Sendiri

“Setiap umatku mendapat pemaafan kecuali orang yang menceritakan aibnya sendiri. Sesungguhnya diantara perbuatan menceritakan aib sendiri adalah seorang yang melakukan suatu perbuatan (dosa) di malam hari dan sudah ditutupi oleh Allah SWT kemudian di pagi harinya dia sendiri membuka apa yang ditutupi Allah itu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Keselamatan Manusia Tergantung Kemampuan Jaga Lisan


Jakarta

Menjaga lisan adalah perkara yang penting dalam Islam. Baginda Nabi Muhammad SAW berulang kali berpesan agar seseorang hati-hati dengan lisannya.

Dalam sebuah hadits, beliau bersabda,

سلامة الإنسان في حفظ اللسان


Artinya: “Keselamatan manusia tergantung pada kemampuannya menjaga lisan.” (HR Bukhari)

Imam an-Nawawi dalam kitab Riyadhus Shalihin turut memaparkan hadits serupa dari Uqbah bin Amir RA, ia berkata,

قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا النَّجَاةُ؟ قَالَ: «أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ، وَلْيَسَعُكَ بَيْتُكَ، وَابْكِ عَلَى خَطِيئَتِكَ رَوَاهُ التَّرْمِذِيُّ وَقَالَ: حَدِيثٌ حَسَنٌ

Artinya: “Aku bertanya, ‘Ya Rasulullah, apakah yang menyebabkan keselamatan?’ Beliau menjawab, ‘Kenanglah lidahmu, tetaplah dalam rumahmu, dan tangisilah dosamu’.” (HR At-Tirmidzi dan ia menyatakannya hasan)

Penerjemah lainnya mengartikan kata أَمْسِكْ عَلَيْكَ لِسَانَكَ sebagai “jagalah lisanmu”.

Menurut penjelasan dalam Syarah Riyadhus Shalihin yang diterjemahkan Misbah, hadits tersebut mengandung anjuran menjaga lisan dan sibuk dengan urusan pribadi apabila ia tidak sanggup memberikan manfaat bagi orang lain atau khawatir agama dan dirinya rusak ketika bergaul dengan banyak orang.

Imam at-Tirmidzi dalam kitab Zuhud bab Menjaga Lisan juga memaparkan hadits urgensi menjaga lisan demi keselamatan. Hadits ini diriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri RA, dari Nabi SAW yang bersabda,

إِذَا أَصْبَحَ ابْنُ آدَمَ، فَإِنَّ الْأَعْضَاءَ كُلَّهَا تُكَفِّرُ النِّسَانَ، تَقُولُ : اِتَّقِ اللَّهَ فِينَا، فَإِنَّمَا نَحْنُ بِكَ: فَإِنِ اسْتَقَمْتَ اسْتَقَمْنَا وَإِنِ اعْوَجَجْتَ اعْوَجَجْنَا رَوَاهُ التَّرْمِذِيُّ.

Artinya: “Apabila datang waktu pagi, maka semua anggota badan manusia memperingatkan lidahnya, di mana anggota-anggota badan itu berkata, ‘Takutlah kepada Allah dalam memelihara keselamatan kami, karena nasib kami tergantung kamu. Bila kamu lurus, maka kami pun lurus. Dan bila kamu bengkok, maka kami pun bengkok’.” (HR At-Tirmidzi)

Pensyarah kitab Riyadhus Shalihin Imam an-Nawawi mengatakan, menjaga lisan penting demi keselamatan seseorang karena lisan merupakan delegasi dan penerjemah hati. Dua anggota tubuh itu bisa menentukan selamat tidaknya seseorang.

“Manusia itu bergantung pada dua benda kecil pada tubuhnya, yaitu lidah dan hatinya. Anggota badan itu terpengaruh secara negatif oleh dosa dan maksiat yang dilakukan anggota badan lain,” jelas pensyarah.

Bahaya Lisan

Hujjatul Islam Imam al-Ghazali menulis sebuah kitab yang secara khusus membahas bahaya lisan. Kitab tersebut berjudul Afat al-Lisan.

Di antara bahaya lisan itu adalah berbincang tentang kebatilan. Maksud kebatilan, kata Imam al-Ghazali, adalah berbicara tentang maksiat seperti menceritakan masalah wanita, tempat-tempat minuman keras, orang fasik, kemewahan orang kaya, dan tingkah laku yang tidak baik lainnya.

Selain itu, lisan juga bisa memicu pertengkaran, saling hujat, dendam, dan kejahatan lain akibat berbantahan dan berdebat. Menurut Imam al-Ghazali, cara paling efektif mengatasi sifat buruk yang timbul dari lisan adalah menghancurkan kesombongan diri yang mendorong untuk selalu menampakkan kelebihannya.

“Kemudian menghancurkan sifat kebinatangan yang selalu ingin menjatuhkan orang lain di depan umum. Sesungguhnya cara yang paling mudah untuk mengobati penyakit adalah dengan memberantas dan menghindari berbagai sebab yang menimbulkannya,” jelas Imam al-Ghazali seperti diterjemahkan Fuad Kauma.

Lidah termasuk anggota tubuh yang harus dilindungi dari dosa bersama dengan mata, telinga, hati, dan perut. Salah satu cara menjaga lisan adalah dengan diam. Rasulullah SAW bersabda,

النَّاسُ ثَلَاثَةٌ غَانِمٌ وَسَالِمٌ وَشَاحِبٌ فَالْغَانِمُ الَّذِي يَذْكُرُ اللَّهَ وَالسَّالِمُ السَّاكِتُ وَالشَّاحِبُ الَّذِي يَخُوضُ فِي الْبَاطِلِ

Artinya: “Manusia itu ada tiga macam: (1) orang yang memperoleh kemenangan, (2) orang yang selamat, (3) orang yang binasa. Orang yang memperoleh kemenangan adalah orang yang berzikir kepada Allah. Orang yang selamat adalah orang yang diam. Sedangkan orang yang binasa adalah orang yang banyak bicara tentang kebatilan.” (HR Thabrani dan Abu Ya’la)

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Kumpulan Doa Sakit Gigi, Amalkan Sesuai Sunnah


Jakarta

Terkadang Allah SWT memberikan ujian berupa sakit, termasuk sakit gigi. Sakit gigi terkesan sederhana tapi rasanya menyiksa. Rasulullah SAW mengajarkan doa yang bisa dibaca ketika sakit gigi.

Seorang yang sakit tentu merasakan hal yang tidak nyaman dan ingin segera sembuh. Dalam Islam, ikhtiar menyembuhkan penyakit bisa melalui doa.

Doa adalah permohonan seorang hamba kepada Tuhannya. Doa juga menjadi cara berkomunikasi bagi seorang muslim kepada Allah SWT. Bahkan dalam hadits, Rasulullah SAW menyebut doa sebagai pokok ibadah.


“Doa itu adalah pokok ibadah.” (HR Abu Dawud dan Tirmidzi)

Dalam kamus ‘Lisan Al-Arab’ sebagaimana dikutip dari buku Panduan Ibadah Doa dan Zikir Harian Terlengkap (Berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah) karya H. Ahmad Zacky, S., dijelaskan doa adalah permohonan dengan sungguh-sungguh kepada Allah SWT.

Ibnul Qayyim dalam kitab Bada’i al Fawaid menjelaskan bahwa doa adalah permohonan mengenai berbagai hal yang bermanfaat serta dijauhkan dari sesuatu yang mendatangkan kemudaratan. Sedangkan menurut Al-Khattabi, doa merupakan permohonan kepada Allah SWT dengan menunjukkan kefakiran kepada-Nya dan membebaskan diri dari keyakinan terhadap kekuatan selain Allah SWT.

Seorang yang berdoa pada hakikatnya sedang memohon kepada Allah SWT untuk mewujudkan keinginan, harapan atau cita-cita yang sedang diusahakan. Doa yang dipanjatkan bertujuan agar kita dipindahkan dari takdir yang kurang baik menuju takdir yang jauh lebih baik atau yang terbaik.

Ketika sakit, seorang dianjurkan untuk berdoa, sebagaimana Nabi Ibrahim AS dalam surah Asy Syu’ara ayat 80 mengatakan bahwa Allah SWT yang menyembuhkannya dari sakit,

وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ

Artinya: “Dan apabila aku sakit, Dialah Yang menyembuhkan aku,”

Doa Sakit Gigi

Merangkum buku Doa-doa Terbaik Sepanjang Masa karya Ust. Ahmad Zacky El-Syafa, berikut beberapa doa yang dapat diamalkan ketika mengalami sakit gigi.

1. Doa Sakit Gigi Sesuai Sunnah

Diriwayatkan oleh Imam Baihaqi dari Abdullah bin Rawahah bahwa ia mengadu kepada Nabi SAW gigiya sakit, kemudian Rasulullah SAW meletakkan tangannya yang mulia ke pipi Abdullah dan berdoa sebanyak 7 kali. Maka Allah menyembuhkan sakit giginya sebelum beliau beranjak pergi dari Rasulullah SAW.

اللَّهُمَّ أَذْهِبْ عَنْهُ سُوْءَ مَا يَجدُ وفَحْشَهُ بِدَعْوَةِ نَبِيِّكَ الْمَكِيْنِ الْمُبَارَكَ عِنْدَكَ

Arab latin: Allaahumma adzhib ‘anhu suu-a maa yajidu wa fahsyahu bida’wati nabiyyikal makiinil mubaaraka ‘indaka

Artinya: “Ya Allah, dengan doa nabi-Mu yang punya kedudukan yang diberkahi di sisi-Mu, hilangkanlah keburukan dan kekejian rasa sakitnya. Allah menyembuhkannya sebelum bengkaknya membesar.” (HR Baihaqi)

2. Doa Sakit Gigi Versi Kedua

Nama Fatimah binti Khadijah dalam doa ini bisa diubah menjadi nama orang yang sedang sakit gigi. Berikut bacaannya,

بِسْمِ اللهِ وَبِاللهِ أَسأَلُكَ بِعِزَّتِكَ وَجَلَالِكَ وَقُدْرَتِكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِنَّ مَرْيَمَ لَم تَلِدْ غَيْرَ عِيْسَى مِنْ رُوْحِكَ وَكَلِمَتِكَ أَنْ تَكْشِفَ مَا تَلْقَى فَاطِمَةَ بِنْتَ خَدِيْجَةَ مِنَ الضُّرِّ كُلِّهِ

Arab latin: Bismillaahi wabillaahi as-aluka bi’izzatika wajalaalika waqudratika ‘alaa kulli syai-in fainna maryama lam talid ghaira ‘iisaa min ruuhika wakalimatika an taksyifa maa talqaa faathimata binta khadiiijata minadhdhurri kullihi

Artinya: “Dengan nama Allah, aku memohon kepada Allah. Dengan kegagahan, kemuliaan dan kekuasaan-Mu atas segala sesuatu, sesungguhnya, Maryam hanya melahirkan Isa dari Ruh dan Kalimat-Mu. Hilangkan seluruh bahaya penyakit yang dirasakan Fatimah binti Khadijah.” (HR Humaidi)

3. Surah Al An’am Ayat 98

Membaca surah Al An’am ayat 98 sambil meletakkan jarinya pada gigi yang sakit juga bisa menjadi obat sakit gigi. Berikut bacaannya.

وَهُوَ ٱلَّذِىٓ أَنشَأَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ فَمُسْتَقَرٌّ وَمُسْتَوْدَعٌ ۗ قَدْ فَصَّلْنَا ٱلْءَايَٰتِ لِقَوْمٍ يَفْقَهُونَ

Arab latin: Wa huwallażī ansya`akum min nafsiw wāḥidatin fa mustaqarruw wa mustauda’, qad faṣṣalnal-āyāti liqaumiy yafqahụn

Artinya: “Dan Dialah yang menciptakan kamu dari seorang diri, maka (bagimu) ada tempat tetap dan tempat simpanan. Sesungguhnya telah Kami jelaskan tanda-tanda kebesaran Kami kepada orang-orang yang mengetahui.”

4. Doa Memohon Kesembuhan

Mengutip buku Dzikir, Wirid, Doa dan Shalawat karya Sayyid M Dzikri, ada juga doa sakit gigi lainnya yang bisa diamalkan muslim. Doa ini dapat dibaca agar senantiasa diberikan kesembuhan dan kesehatan oleh Allah SWT.

بِسْمِ اللهِ وَالشَّافِي اللَّهُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ

Arab latin: Bismillaahi wasy syaafillaahu wa laa haula wa laa quwwata illaa billaahil ‘aliyyil azhiim.

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah. Adapun Dzat Yang Menyembuhkan hanya Allah. Tidak ada daya dan kekuatan, kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com