Tag Archives: majapahit

4 Metode Dakwah Sunan Gresik dalam Menyebarkan Islam di Tanah Jawa


Jakarta

Pada masa penyebaran Islam di tanah Jawa, para Wali Songo memiliki metode tersendiri dalam memperkenalkan ajaran Islam kepada masyarakat. Mereka menggunakan berbagai cara yang bijaksana dan menyesuaikan budaya setempat untuk menarik perhatian orang-orang agar menerima Islam. Salah satu tokoh yang juga berperan penting dalam hal ini adalah Sunan Gresik.

Simak metode dakwah yang digunakan Sunan Gresik dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa berikut ini.

Profil Singkat Sunan Gresik

Dalam buku Sejarah Islam Nusantara yang disusun oleh Rizem Aizid dijelaskan bahwa Sunan Gresik diyakini sebagai Wali Songo pertama yang menyebarkan Islam di tanah Jawa. Nama aslinya adalah Maulana Malik Ibrahim, yang juga dikenal dengan julukan Syekh Maghribi atau Maulana Maghribi.


Selain itu, Sunan Gresik memiliki gelar lain, seperti Sunan Tandhes, Sunan Raja Wali, Wali Quthub, Mursyidul Auliya’ Wali Sanga, Sayyidul Auliya Wali Sanga, Ki Ageng Bantal, dan Maulana Makdum Ibrahim I. Karena dianggap sebagai Wali Songo pertama yang datang ke Jawa, Sunan Gresik dipandang sebagai wali yang paling senior di antara anggota Wali Songo.

Dalam berdakwah, Sunan Gresik menggunakan pendekatan yang bijaksana dan strategi yang tepat. Ia dikenal sebagai pribadi yang lemah lembut, penuh kasih sayang, dan ramah tamah kepada semua orang, baik yang seagama maupun yang berbeda keyakinan.

Sifat-sifat ini membuatnya dihormati dan disegani sebagai tokoh masyarakat. Kepribadiannya yang baik menarik perhatian penduduk setempat, yang kemudian berbondong-bondong memeluk Islam dengan penuh kesadaran dan keikhlasan, serta menjadi pengikut setia dakwahnya. Dalam hal akidah, Sunan Gresik menganut Islam Ahlusunnah wal Jamaah dan mengikuti mazhab Syafi’i dalam masalah fiqh.

Selama menyebarkan agama Islam, Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) merupakan pembimbing dari sembilan tarekat mu’tabarah yang diikuti oleh Wali Songo, yaitu Tarekat ‘Alawiyah, Tarekat Qadiriyah, Tarekat Naqsyabandiyah, Tarekat Syadziliyah, Tarekat Sanusiyah, Tarekat Maulawiyah, Tarekat Nur Muhammadiyah, Tarekat Khidiriyah, dan Tarekat Al-Ahadiyah.

Di tengah kuatnya pengaruh agama Hindu dan Buddha, Sunan Gresik berhasil membawa dan menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Pada masa itu, Jawa masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit, kerajaan Buddha terbesar di Nusantara.

Dengan pendekatan dakwah yang bijaksana, Sunan Gresik mampu meruntuhkan dominasi Hindu-Buddha di Jawa dan berhasil mengislamkan masyarakat Jawa, khususnya di daerah-daerah yang menjadi pusat dakwahnya.

Metode Dakwah Sunan Gresik

Berikut adalah metode dakwah yang digunakan Sunan Gresik, sehingga Islam berhasil menyebar luas di tanah Jawa. Metode-metode ini dirangkum dari buku Sunan Gresik susunan Masykur Aarif dan sumber sebelumnya.

1. Pendekatan Pribadi Melalui Adat Istiadat

Metode dakwah Sunan Gresik yang digunakan pertama adalah pendekatan secara pribadi, melalui pergaulan dengan masyarakat. Dalam metode ini, Sunan Gresik senantiasa menunjukkan sifat-sifat mulia, seperti ramah-tamah, kasih sayang, dan suka menolong.

Dengan sifat-sifat baik tersebut, ia berhasil menarik perhatian masyarakat, yang kemudian menjadi dekat dengannya dan menghormatinya. Bahkan, banyak dari mereka yang akhirnya memeluk Islam dengan sukarela, karena melihat budi pekerti luhur yang ditunjukkan oleh Sunan Gresik.

Meskipun pada waktu itu mayoritas masyarakat beragama Hindu, Sunan Gresik tidak secara langsung menentang agama atau kepercayaan yang mereka anut, melainkan lebih kepada menunjukkan keindahan dan kebaikan ajaran Islam.

Melalui metode ini, Sunan Gresik juga mempelajari bahasa Jawa, mengenal adat istiadat setempat, dan belajar memahami kehidupan masyarakat, termasuk mata pencaharian dan pandangan hidup mereka. Ini menunjukkan bahwa Sunan Gresik sangat berhati-hati dalam menjalankan dakwah, dan berusaha untuk tidak membuat kesalahan yang bisa menyebabkan penolakan dari masyarakat.

2. Perdagangan

Metode dakwah Sunan Gresik kedua yang dilakukan dalam rangka menyiarkan Islam adalah melalui jalan perdagangan. Dalam metode ini, Sunan Gresik berprofesi sebagai pedagang di pelabuhan terbuka, yang sekarang dikenal dengan nama desa Romo, Manyar.

Melalui perdagangan, Sunan Gresik dapat berinteraksi dengan berbagai lapisan masyarakat. Selain itu, kegiatan perdagangan juga melibatkan raja dan para bangsawan yang turut serta sebagai pelaku jual beli, pemilik kapal, atau pemodal.

Setelah cukup dikenal dan dihormati oleh masyarakat, Sunan Gresik melakukan kunjungan ke ibu kota Majapahit di Trowulan. Meskipun kunjungannya untuk menyebarkan agama Islam tidak berhasil karena raja Majapahit tidak memeluk Islam, Sunan Gresik berhasil menarik perhatian raja Majapahit.

Sebagai hasilnya, sang raja memberikan sebidang tanah di pinggiran kota Gresik, yang kini dikenal dengan nama desa Gapura.

3. Pertanian dan Pengobatan

Cara lain yang digunakan Sunan Gresik dalam menyiarkan agama Islam adalah melalui jalur pertanian dan pengobatan. Berdasarkan literatur sejarah, Sunan Gresik dikenal sebagai seorang ahli di bidang pertanian dan pengobatan.

Sejak ia berada di Gresik, hasil pertanian masyarakat meningkat pesat. Sunan Gresik mampu memanfaatkan kesuburan tanah Jawa untuk menanam berbagai kebutuhan sehari-hari, seperti padi, umbi-umbian, dan tanaman lainnya. Bahkan, ada yang mengatakan bahwa ia adalah orang pertama yang mengusulkan untuk mengalirkan air dari gunung untuk mengairi lahan pertanian masyarakat.

Selain itu, Sunan Gresik juga dikenal mampu menyembuhkan berbagai penyakit menggunakan ramuan dari daun-daunan tertentu. Dalam praktik pengobatannya, ia tidak memungut biaya sepeser pun. Ia dengan ikhlas membantu masyarakat yang sakit dan membutuhkan kesembuhan.

Melalui cara ini, Sunan Gresik berhasil mendapatkan simpati dari masyarakat, yang akhirnya mempermudah penyebaran agama Islam di kalangan mereka.

4. Mendirikan Masjid dan Pesantren

Setelah para pengikut Islam semakin banyak, metode dakwah Sunan Gresik yang ia lakukan selanjutnya adalah dengan mendirikan masjid sebagai tempat ibadah, sarana dakwah, serta untuk mengajarkan agama Islam kepada masyarakat. Pada masa itu, masyarakat Jawa sudah terbiasa tinggal di sekitar tempat guru mereka yang mengajarkan ilmu.

Ada tempat-tempat khusus yang disediakan oleh para guru untuk menampung murid yang ingin belajar.

Sunan Gresik yang memahami kebiasaan ini, kemudian mendirikan pesantren sebagai tempat untuk menampung santri yang ingin belajar ilmu agama darinya. Pesantren yang didirikannya tercatat sebagai lembaga pendidikan Islam pertama di Tanah Jawa.

Itulah empat metode dakwah Sunan Gresik dalam upaya menyebarkan Islam di Jawa, khususnya di wilayah Gresik. Setelah Islam diterima oleh masyarakat setempat dan pesantren selesai dibangun, Sunan Gresik pun menghadap Allah SWT (wafat). Kini, makam beliau menjadi salah satu tempat ziarah umat Islam di Indonesia, yang terletak di Desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Ini Penyebab Kemunduran Kerajaan Islam Samudra Pasai



Jakarta

Kerajaan Islam Samudra Pasai merupakan kerajaan Islam pertama di Indonesia. Kerajaan Samudra Pasai terletak di Aceh.

Dalam perkembangannya, Kerajaan Samudra Pasai memperoleh kemajuan pesat karena beberapa hal. Namun penyerbuan terhadap Kerajaan Samudra Pasai tak dapat dihindari.

Sehingga Kerajaan Islam Samudra Pasai mengalami kemunduran sejak terjadinya penyerbuan. Berikut sejarahnya.


Berdirinya Kerajaan Samudra Pasai

Dirangkum dari buku Sejarah SMA Kelas 2 oleh Tugiyono dan buku Seri IPS Sejarah 1 SMP Kelas VII karya Prawoto, Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia yang berdiri pada abad 13 M. Kerajaan Samudra pasai dibangunoleh Laksamana Laut Mesir bernama Nazimudin Al-Kamil yang menaklukkan daerah ini pada 1283. Penguasa pertama yang diangkat adalah Marah Silu dengan gelar Sultan Malik Al-Saleh.

Setelah resmi, Samudra Pasai berkembang pesat menjadi pusat perdagangan dan pusat studi Islam yang ramai. Banyak pedagang dari India, Benggala, Gujarat, Arab, Cina, dan daerah lain mengunjungi Samudra Pasai.

Dalam perkembangannya, Kerajaan Samudra Pasai memperoleh kemajuan pesat karena dua hal berikut:

Melemahnya kekuasaan Kerajaan Sriwijaya

Letak Samudra Pasai di sepi Selat Malaka sehingga menjadi tempat persinggahan strategis bagi para pedagang internasional
Setelah pertahanannya kuat, Samudra Pasai meluaskan daerah kekuasaannya. Kemudian Sultan Malik Al-Saleh mengawini putri Raja Perlak. Tak lama kemudian, beliau wafat dan dimakamkan di Kampong Samudra pemukiman Blang Me.

Menjalin hubungan dengan Kesultanan Delhi (India)

Samudra Pasai menjalin hubungan dengan Kesultanan Delhi (India). Buktinya yaitu ada seorang utusan dari India yang bernama Ibn Battuta singgah di Samudra Pasai ketika akan melakukan perjalanan ke Cina.

Ibnu Battuta menceritakan bahwa sultan adalah orang yang selalu taat pada ajaran Islam yang disampaikan Nabi SAW dan membicarkakan masalah agama dalam Mazhab Syafi’i. Ibn Battuta juga mengatakan bahwa Samudra Pasai merupakan pelabuhan penting.

Mundurnya Kerajaan Samudra Pasai Sejak Terjadinya Penyerbuan

Dirangkum dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas IX oleh Murodi, pada saat itu Kerajaan Samudra Pasai melemah karena pemerintahan dipegang oleh pembesar kerajaan. Keadaan itu diperparah ketika Samudra Pasai diserang Kerajaan Siam.

Setelah itu, Kerajaan Samudra pasai diserang oleh Kerajaan Majapahit pada tahun 1377 M. Hayam Wuruk dari Majapahit khawatir atas kemajuan Kerajaan Samudra Pasai, terutama di bidang perniagaan dan penyebaran Islam. Sebab ini membayahakan posisi Majapahit dalam perdagangan dan kekuatan politik di Nusantara.

Majapahit pun melancarkan sebuannya terhadap Kerajaan Islam Samudra pasai. Kerajaan Islam Samudra Pasai pun kemudian berhasil ditaklukkan Majapahit. Selain itu, terjadi juga peperangan antara Samudra Pasai dengan tentara Nuku pada tahun 1406 M.

Saat Kerajaan Samudra Pasai dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda, beliau menjalin hubungan dengan Tiongkok. Tiongkok pun menjamin akan melindungi dan membantu Kerajaan Samudra Pasai jika ada serangan.

Namun Sultan Iskandar Muda kemudian meninggal dunia. Sejak saat itu Kerajaan Samudra Pasai tidak memiliki kekuatan. Hal ini menjadi salah satu penyebab Kerajaan Islam Samudra Pasai mengalami kemunduran sejak terjadinya penyerbuan.

Merujuk pada buku Sejarah SMA Kelas 2, penyebab lain yang menjadi faktor kemunduran Kerajaan Islam Samudra Pasai yaitu:

  1. Perebutan kekuasaan di antara keluarga
  2. Pindahnya pusat perdagangan ke Malaka
  3. Munculnya kerajaan baru, seperti Aceh dan Malaka
  4. Peninggalan Kerajaan Islam Samudra Pasai

Merujuk pada buku Tinggalan Sejarah Samudra Pasai oleh Cisah, salah satu peninggalan sejarah Kerajaan Islam Samudra Pasai adalah relief lampu (misykah) yang menjantungkan kalimat Tauhid pada batu nisan. Relief ini menjadi peninggalan sejarah Kerajaan Samudra Pasai di Gampong Maddi, Aceh Utara.

Tauhid merupakan penerang jalan hidup yang dinyalakan Samudra Pasai melalui Syiar dan dakwah dalam rangka memperluas negeri Islam di Asia Tenggara. Hal ini juga menjadi tugas utama dari para penguasa Samudra Pasai selama lebih dari tiga abad berkuasa.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com