Tag Archives: makkah

Sulitnya Perjuangan Nabi Muhammad saat Dakwah di Makkah



Jakarta

Perjuangan Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah tidak pernah luput dari berbagai penolakan dari kaum kafir. Mereka tak segan untuk mengejek, menyiksa, dan bahkan berusaha membunuh umat Islam dan Nabi Muhammad SAW.

Penentangan yang dibarengi dengan kekerasan lebih banyak terjadi ketika dakwah Nabi Muhammad SAW dilakukan secara terang-terangan atas perintah Allah SWT, sebagaimana diceritakan dalam buku Pendidikan Agama Islam: Sejarah Kebudayaan Islam karya Murodi.

Saat itu kafir Quraisy menganggap ajaran yang dibawa oleh Nabi muhamamd SAW tidak ada dasarnya dan tidak jelas karena mereka pikir apa yang mereka kerjakan adalah peninggalan dari nenek moyang dan tidak boleh ditinggalkan. Sehingga mereka tidak peduli dan berusaha menentangnya habis-habisan agar beliau berhenti berdakwah.


Perjuangan Nabi Muhammad SAW menghadapi halangan orang-orang kafir sangatlah berat. Penentangan itu datang dari dengan berbagai macam bentuk dan metode.

Abu Lahab adalah salah satu tokoh Quraisy yang selalu menghalangi dan menentang dakwah Nabi Muhammad SAW dengan cara menebarkan fitnah, menebar terror, mengejek, dan selalu menghalangi beliau.

Banyak cara yang kaum kafir Quraisy lakukan untuk menghentikan perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah, termasuk percobaan pembunuhan.

Salah satu percobaan yang dilakukan pimpinan Quraisy adalah tawaran kepada Abu Thalib untuk mengganti Nabi Muhammad SAW dengan seorang pemuda tampan bernama Amrah Ibn al-Walid al-Mughirah yang usianya sama dengan beliau agar bisa membunuh keponakannya.

Abu Thalib lantas menjawabnya dengan suara keras dan lantang, “Hai orang kasar! silakan dan berbuatlah sesukamu, aku tidak takut.” Kemudian Abu Thalib mengundang keluarga Bani Hasyim agar mau membantu melindungi Nabi Muhammad SAW.

Percobaan selanjutnya adalah mengutus Uthbah bin Rabi’ah untuk membujuk Nabi Muhammad SAW untuk menghentikan perjuangan dakwahnya. Ia menawari Rasulullah SAW apa pun, termasuk menjadikan beliau menjadi raja agar mau berhenti menyebarkan Islam.

Tentu saja itu tidak akan membuat perjuangan Nabi Muhammad SAW terhenti. Beliau menjawabnya dengan membacakan surah Fussilat ayat 13 yang berbunyi,

فَاِنْ اَعْرَضُوْا فَقُلْ اَنْذَرْتُكُمْ صٰعِقَةً مِّثْلَ صٰعِقَةِ عَادٍ وَّثَمُوْدَ

Artinya: Jika mereka berpaling, katakanlah, “Aku telah memperingatkan kamu (azab berupa) petir seperti petir yang menimpa (kaum) ‘Ad dan (kaum) Samud.”

Perjuangan Nabi Muhammad SAW tidak berhenti sampai di sana. Kaum kafir tetap menentang dan berusaha menghentikan dakwah beliau. Penyiksaan yang tak manusiawi terhadap mukminin tidak bisa lagi dihindarkan.

Di antara sahabat nabi yang mendapat siksaan dari kafir Quraisy adalah Bilal bin Rabbah yang dengan kejamnya dijemur di terik matahari dan di atasnya ditimpa dengan batu besar.

Ibunda Yasir yang bernama Sumaiyah dibunuh oleh Abu Jahal dengan tusukan tombak secara sadis hingga dirinya wafat. Sahabat-sahabat lain yang mendapat siksaan adalah Amr bin Yasir, Ummu Ubais, Zinnirah, Abu Fukaihah, Al-Nadyah, Amr bin Furairah, dan Hamamah. Mereka mendapat siksaan berupa pukulan, cambukan, dan tidak diberi makan dan minum.

Perjuangan Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah menghadapi penentangan kaum kafir terus berlanjut hingga mereka berbondong-bondong memboikot Rasulullah SAW dan seluruh pengikutnya.

Boikot itu di antaranya berisi tentang larangan menikahi orang-orang Islam, larangan jual beli dengan orang Islam, larangan berkomunikasi dengan orang Islam, dan perintah menyerahkan Nabi Muhammad SAW kepada kaum kafir agar bisa dibunuh.

Selama kurang lebih tiga tahun, pemboikotan yang menyengsarakan umat Islam itu akhirnya berhenti ketika para pemimpin Quraisy yang masih memiliki hati nurani dan ada hubungan kekeluargaan dengan Bani Hasyim dan Bani Muthalib merobek piagam tersebut.

Setelah kondisi umat Islam perlahan pulih, perjuangan Nabi Muhammad SAW untuk mendakwahkan agama Islam akhirnya berlanjut dengan memerintahkan para sahabat untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Rasulullah SAW tetap tinggal di Makkah untuk mengatur strategi agar bisa pindah ke tempat lain untuk mengembangkan dakwahnya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Rahasia 100.000 Pahala di Masjidil Haram



Jakarta

Salat itu ibadah unggulan. Begitu tinggi maqamnya, hingga banyak ibadah lain “sepertinya” bersifat derivatif dari salat. Nyaris semua kegiatan harian kita, ada “penawarnya” lewat salat. Selain salat sunah rawatib, ada banyak ibadah maknawiyah yang menggandeng salat.

Contoh; wudhu ada salatnya, hajat ada salatnya, mohon petunjuk ada salatnya, safar ada salatnya. Ada salat sunah ihram, salat tawaf, minta hujan, salat gerhana, salat taubat, dan salat lainnya.

Bahkan, ada salat yang tidak bergantung pada momentum apa pun. Kapan saja (selain waktu terlarang) dan di mana saja, kita bisa langsung salat. Namanya salat mutlaq.


Dus, salat adalah fasilitas paling formal yang didisain oleh agama agar umat dapat setiap saat berasyik masyuk dengan Tuhan. Konon, salat pula yang pertama-tama akan dihitung di Yaumil Hisab sebelum jenis ibadah lain. Jika salatnya baik, ibadah lain diyakini akan beroleh “syafaat” dari salat.

Nah, salat juga merupakan salah satu peluang investasi terbesar kita. Ia menampung keuntungan sangat besar. Keuntungan berupa pahala. Pahala adalah manfaat dari perbuatan yang bisa dipetik. Ibarat perusahaan, agama Islam menyediakan dua formula untuk menghitung benefit.

Ia menyediakan pahala bagi yang amal ibadahnya baik dan menyiapkan dosa bagi yang sebaliknya. Pahala berupa manfaat, sedang dosa memberinya mudarat. Inilah reward dan punishment.

Pahala dan dosa berimplikasi pada wujudnya manfaat dan mudarat bagi kita. Bukan bagi Allah. Setiap amar-Nya akan mendatangkan manfaat dan tiap nahyun–larangan-Nya, jadi penyebab kemudaratan bagi kita.

Maka, siapa yang salatnya baik, memenuhi rukun, syarat wajib, syarat sah dan syarat diterimanya, maka ia akan beroleh manfaat, yaitu selalu ingat Allah dan jauh dari mungkar serta fakhsya’. Yang lalai akan beroleh sebaliknya; lupa kepada Allah dan diancam dengan kenistaan hidup.

Meditasi Energi

Kini, mari mencoba menyimak “dalil” alam semesta lewat postulat fisika. Dengan rumus ini, kita berharap dapat memandang salat dari sisi lain. Yaitu salat sebagai sebuah meditasi energi. Kenapa disebut meditasi, karena salat yang “benar” akan meniscayakan suasana khusyu’.

Persis meditasi. Khusyu’ (dalam salat) dan meditasi adalah safar hati. Kian sublim hati seseorang, akan kian jernih hatinya. Jika mencapai kejernihan tertentu, hati akan mampu beresonansi.

“Dalil” lain dari ilmu pengetahuan alam menyebutkan bahwa jika sebuah benda mengandung listrik–dan begitu juga tubuh manusia, bergerak-gerak dengan cara berputar, dalam waktu tertentu akan bisa memproduksi energi.

Dan kaifiyat salat terdiri atas gerakan berputar yang dimaksud. Takbiratul ihram adalah gerakan tangan dari pinggang hingga telinga. Ia bergerak 180 derajat. Rukuk juga gerakan berputar 90 derajat. I’tidal ke sujud bergerak 180 derajat. Dan sujud ke duduk juga gerakan 90 derajat.

Lebih dari itu, salat adalah kegiatan yang tidak pernah berhenti hingga Hari Kiamat. Siang ini salat duhur di Makkah, semenit lalu duhur yang sama di tempat lain. 9 jam lalu duhur itu juga di Jakarta. 10 jam sebelumnya di Bali. Sejam lalu di Papua.

Demikianlah sepanjang 24 jam, duhur berputar berganti asar, lalu salat maghrib, lalu isya, dan akhirnya subuh. Kondisi ini akan terus berlanjut, sebab matahari tak pernah berhenti mengitari bumi. Miliaran orang melakukan salat.

“Waktu” bertambah padat dan tebal jika banyak orang melengkapinya dengan salat sunnah. Kini kita dapat membayangkan, betapa telah terjadi ketegangan medan elektromagnetik pada satu titik.

Di mana ‘kah titik itu? Di ka’bah. Mengapa? Sebab semua gerakan salat mengarah pada satu titik, yaitu ka’bah. Rumah Tuhan itu membara karena menjelma konduktor raksasa. Titik itu menjadi kiblat hati dari miliaran manusia.

Dalam satu waktu, miliaran hati berkirim resonansi cahaya. Sebab, hati yang yang menampung doa, ayat-ayat Alquran, selawat, wirid, dzikir, bacaan talbiyah dan bersatu dalam susunan kalimah tayyibah yang sakral, akan memunculkan cahaya/nur.

Allah juga menyebut Alquran sebagai “nuron mubina”–cahaya yang nyata. Nur itu adanya di hati yang lembut. Jika sampai pada kejernihan tertentu, hati akan menularkan cahaya ke sekitar. Sebab, hati yang yang lembut, mengandung frekuensi tinggi dan amplitudo rendah.

Dari mana rumusnya? Saat mengisi pengajian di kantor daerah kerja (daker) Makkah tempo hari, konsultan ibadah di PPIH Arab Saudi, KH Abdul Moqsith Ghazali berkisah soal Nabi Ibrahim.

Katanya, sangat bisa jadi tempat “ngaji” itu adalah jalan-jalan yang dulu pernah dilalui Nabi Ibrahim As. Dan Ibrahim As dikonstatasi Allah sebagai nabi berhati jernih dan lembut. “Inna Ibraahima La’awwaahun haliim–Sungguh (Nabi) Ibrahim itu lembut hati dan penyantun.”

Maka, kata Kiai Moqsith, salat di tanah suci (di mana pun di Makkah) berarti salat di Tanah Haram. Salat di tanah haram juga berarti salat di Masjidil Haram. Salat di Masjidil Haram berarti salat di sekitar ka’bah. Sebuah locus yang menapaktilasi jejak Ibrahim, Ismail, Siti Sarah.

Disinari Multazam, hijir dan maqam, diselimuti jejak spiritual jutaan orang tawaf berputar, miliaran kaum muslimin salat di seluruh punggung bumi, maka miliaran hati itu berkirim cahaya ke satu titik, yakni ka’bah. Dan, terbentuklah Gelombang Cahaya!

Cahaya itu sudah tertanam dalam waktu sangat panjang, puluhan ribu tahun lamanya. Cahaya itu membilas hati jemaah haji, pelaku salat, jemaah tawaf. Jiwa dan hati yang lembut dan jernih, akan berkonsekuensi pada terciptanya batin yang tenang.

Cahaya itu akan mengantarkan bisikan jiwa, suara batin, dan munajat menuju Robbil Izzati. Secepat cahaya. Secepat 300.000 km perdetik. Itulah batas kecepatan cahaya. Kecepatan tercepat di alam semesta ini. Mengalahi kecepatan suara.

100.000 Pahala

Doa yang tiba cepat. Super ekspres. Secepat kilat. Tahu-tahu sudah di tangan malaikat. Tahu-tahu malaikat sudah menyerahkannya kepada Tuhan YME.

Jika Baginda Rasul diriwayatkan pernah bersabda bahwa salat di Masjidil Haram akan beroleh pahala berkelipatan 100.000 kali, itu amat ma’qul alias masuk akal. Bahkan, kita bisa meyakini itu cara Nabi menjelaskan betapa besar nilai dan derajatnya sehingga beliau sampai pada angka 100.000. Amboooi!!!

Seratus ribu kali lipat pahala adalah 100.000 lipat manfaat. Manfaat sebagai akibat dari pahala salat. Manfaat itu berupa kesempatan “ingat Allah” selama 100.000 kali dalam sekali salat. Dan salat kita adalah 5 kali sehari semalam plus salat sunnah rawatib dan salat-salat sunnah pelengkap lainnya.

Maka, siapa gerangan yang tidak merasa beruntung ingat dan diingat Allah sepanjang usia di dunia menuju akhiratnya? Ia akan dijaga agar terhindar dari munkar-fakhsya’.

100.000; deretan angka yang tak akan mampu dilampaui ukuran usia manusia mana pun!!!

Ishaq Zubaedi Raqib

Petugas PPIH Arab Saudi sublayanan MCH Daker Makkah Al Mukarramah

Artikel ini adalah kiriman dari pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Nabi Muhammad Dakwah di Makkah dan Madinah 23 Tahun, Terapkan Banyak Strategi


Jakarta

Dakwah Nabi Muhammad SAW adalah perjalanan penuh makna yang mengubah sejarah umat manusia. Nabi Muhammad SAW berdakwah di Makkah dan Madinah, totalnya selama 23 tahun. Ini dibagi dalam dua waktu berbeda.

Perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW bukanlah hal yang singkat dan mudah. Banyak peristiwa penting terjadi selama periode tersebut, yang menjadi pelajaran berharga bagi umat Islam hingga hari ini.

Periode dakwah Nabi Muhammad SAW terbagi menjadi dua, periode Makkah dan Madinah. Berikut penjelasan lengkapnya.


Periode Dakwah Nabi Muhammad di Makkah

Periode ini menjadi tahap awal dalam perjalanan dakwah yang penuh dengan tantangan dan ujian. Dijelaskan dalam buku Sejarah Kebudayaan Islam karya H. Fida’ Abdilah, Yusak Burhanudin, periode dakwah di Makkah dimulai setelah Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang kedua, yaitu surah Al-Muddassir ayat 1-7:

يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ ١ قُمْ فَاَنْذِرْۖ ٢ وَرَبَّكَ فَكَبِّرْۖ ٣ وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْۖ ٤ وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْۖ ٥ وَلَا تَمْنُنْ تَسْتَكْثِرُۖ ٦ وَلِرَبِّكَ فَاصْبِرْۗ ٧

Artinya: “Wahai orang yang berselimut (Nabi Muhammad), bangunlah, lalu berilah peringatan! Tuhanmu, agungkanlah! Pakaianmu, bersihkanlah! Segala (perbuatan) yang keji, tinggalkanlah! Janganlah memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak! Karena Tuhanmu, bersabarlah!”

Ayat ini menandai dimulainya tugas Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan ajaran Islam, mengingatkan seluruh umat manusia untuk menyembah dan mengesakan Allah SWT. Setelah menerima wahyu tersebut, Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya di Makkah yang berlangsung selama 13 tahun.

Menurut riwayat Ibnu Abbas RA sebagaimana terdapat dalam Ringkasan Shahih Muslim yang disusun Al-Albani, Nabi Muhammad SAW dakwah di Makkah selama 13 tahun. Ibnu Abbas RA berkata, “Rasulullah tinggal di Makkah selama 13 tahun sejak beliau menerima wahyu, dan tinggal di Madinah selama 10 tahun. Beliau wafat dalam usia 63 tahun.” (HR Muslim)

Strategi Dakwah Nabi Muhammad di Makkah

Dakwah Nabi Muhammad SAW di Makkah bukanlah perjalanan yang mudah. Berbagai rintangan dan tantangan dari kaum Quraisy menjadi bagian dari perjuangan tersebut. Namun, di balik segala kesulitan itu, Nabi Muhammad SAW memiliki strategi dakwah yang luar biasa. Seperti apa strategi yang beliau terapkan selama berdakwah di Makkah?

Dakwah Nabi Muhammad secara Sembunyi-sembunyi

Dikutip dari sumber sebelumnya, pada masa-masa awal dakwahnya, Nabi Muhammad SAW menyebarkan ajaran Islam secara diam-diam dan beribadah di lokasi-lokasi tersembunyi agar tidak diketahui oleh kaum Quraisy.

Periode dakwah tersebut berlangsung selama tiga tahun. Hal ini dilakukan karena jumlah pengikut Islam saat itu masih sedikit. Selain itu, beliau belum memiliki kekuatan yang cukup besar untuk tampil di tengah masyarakat yang mayoritasnya adalah penyembah berhala dan penganut tradisi nenek moyang yang jauh dari konsep ketauhidan.

Nabi Muhammad SAW memulai dakwahnya dengan menyampaikan ajaran Islam kepada orang-orang terdekatnya, seperti keluarga dan sahabat. Istri beliau, Khadijah, menjadi orang pertama yang menerima ajakan tersebut. Setelah itu, Nabi Muhammad SAW menyebarkan dakwahnya kepada kerabat dekat, para pemuda yang merasa resah dengan situasi masyarakat Makkah, serta mereka yang miskin dan tertindas.

Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara sembunyi-sembunyi dengan tujuan mencari sosok-sosok yang mau mendukung perjuangannya. Mereka inilah yang dipersiapkan untuk menjadi penyebar ajaran Islam bersama Nabi Muhammad SAW. Akhirnya, mereka menjadi pendukung setia dalam misi dakwah beliau.

Dakwah Nabi Muhammad secara Terang-terangan

Langkah awal Nabi Muhammad SAW dalam berdakwah secara terang-terangan dimulai dengan mengumpulkan seluruh anggota keluarga besarnya, yaitu keturunan Abdul Muthalib bin Abdi Manaf. Sebanyak 45 orang hadir memenuhi undangan tersebut, namun mereka meninggalkan tempat sebelum Nabi Muhammad SAW sempat berbicara.

Dalam pertemuan selanjutnya, Nabi Muhammad SAW berhasil menyampaikan ajaran Islam, namun seluruh paman dan saudara yang hadir menolak. Hanya Abu Thalib yang menunjukkan dukungan terhadap upaya dakwah Nabi Muhammad SAW, meskipun ia tetap teguh pada keyakinan nenek moyangnya.

Untuk ketiga kalinya, Nabi Muhammad SAW melakukan dakwah secara terbuka. Kali ini, beliau memilih Bukit Shafa sebagai tempatnya. Di hadapan penduduk Makkah yang berkumpul, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT, yang diberi tugas untuk memberikan peringatan kepada seluruh umat manusia. Beliau mengajak mereka meninggalkan penyembahan berhala dan kembali menyembah Allah SWT, serta menjelaskan tentang kehidupan akhirat, surga, dan neraka.

Dakwah yang dilakukan secara terang-terangan oleh Nabi Muhammad SAW membuat ajaran Islam mulai dikenal luas dan menjadi bahan pembicaraan di seluruh penjuru Makkah, terutama di kalangan suku Quraisy yang banyak menentang. Para penentang ini menggunakan berbagai cara untuk menghentikan penyebaran dakwah tersebut. Keberanian kaum muslimin untuk menyebarkan ajaran Islam secara terang-terangan semakin bertambah kuat setelah Umar bin Khattab memeluk Islam.

Sebelum memeluk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai salah satu penentang utama dakwah Nabi Muhammad SAW. Meski menghadapi berbagai ancaman, Nabi Muhammad SAW dan para pengikut setianya tidak gentar. Perlahan namun pasti, dakwah Islam terus berlanjut.

Periode Dakwah Nabi Muhammad di Madinah

Setelah menghadapi berbagai tantangan di Makkah, Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk hijrah ke Madinah. Perpindahan ini bukan sekadar perubahan lokasi, tetapi juga awal dari fase baru dalam dakwah beliau. Lantas, bagaimana periode dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah dan apa saja perubahan yang terjadi?

Perjuangan Rasulullah SAW dalam menyebarkan dakwah di Madinah bukanlah hal yang mudah. Selama masa hijrah di tempat baru ini, berbagai fitnah dan tantangan kerap menghadang upaya beliau dalam menyebarkan ajaran Islam.

Mengacu sumber yang sama, sikap antipati dari kaum Yahudi, kebencian kaum munafik, serta permusuhan dari kaum Quraisy sering kali memicu konflik yang kemudian berkembang menjadi peperangan di tengah masyarakat Madinah.

Rasulullah SAW berhasil mengatasi berbagai tantangan selama menyebarkan dakwah di kota yang dahulu dikenal sebagai Yatsrib itu. Akhirnya, beliau sukses menaklukkan Madinah dan memasukkannya ke dalam wilayah kekuasaan Islam.

Sebagian besar penduduk Madinah adalah para pendatang yang menetap di wilayah tersebut. Mereka terbagi menjadi dua kelompok utama, yakni Arab dan Yahudi. Bangsa Arab berasal dari wilayah selatan, sementara kaum Yahudi datang dari arah utara.

Penduduk Arab mendominasi wilayah Madinah dan terbagi menjadi dua kelompok utama, yaitu bani Aus dan bani Khazraj. Meski berasal dari etnis yang sama, kedua kelompok ini kerap berselisih dan berperang demi memperebutkan kekuasaan di Madinah. Di sisi lain, kaum Yahudi dikenal karena sifat mereka yang arogan, menganggap diri mereka sebagai bangsa pilihan Tuhan.

Dua kelompok yang tinggal di Madinah ini terus bersaing demi pengaruh dan kekuasaan. Mereka bahkan kerap saling mengancam akan berperang dan berusaha mengusir satu sama lain dari wilayah Madinah.

Kehadiran Rasulullah SAW di Madinah pada 12 Rabiul Awwal tahun pertama Hijriah menandai permulaan penyebaran dakwah Islam di Kota Madinah. Berdasarkan hadits sebelumnya juga dijelaskan, Rasulullah SAW berdakwah selama 10 tahun sepanjang masa kenabiannya hingga akhir hayatnya di Madinah.

Strategi Dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah

Hijrah ke Madinah menjadi titik balik bagi perjalanan dakwah Nabi Muhammad SAW. Situasi dan kondisi yang berbeda membuat Nabi Muhammad SAW perlu menerapkan pendekatan baru dalam menyebarkan ajaran Islam. Lalu, strategi apa saja yang digunakan Nabi Muhammad SAW dalam dakwahnya di Madinah?

Menurut buku Pendidikan Agama Islam susunan Bachrul Ilmy, Rasulullah SAW memiliki empat substansi dakwah selama periode dakwah beliau di Madinah, di antaranya:

  1. Penguatan akidah, ibadah, dan muamalah bagi kaum muslim melalui masjid sebagai pusat kegiatan.
  2. Membangun ukhuwah (persaudaraan) antara kaum Muhajirin dan Anshar untuk menyatukan umat Islam.
  3. Melatih kader-kader perjuangan guna mempertahankan wilayah dan mendukung para juru dakwah.
  4. Merumuskan aturan pertahanan dan sosial untuk menjaga stabilitas di Madinah.

Sedangkan strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah memiliki 5 strategi dakwah, berikut adalah strategi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah yang dikutip dari buku Sejarah Kebudayaan Islam yang ditulis oleh Elfa Tsuroyya:

1. Mendirikan Masjid

Langkah awal yang diambil oleh Rasulullah SAW adalah membangun sebuah masjid yang kemudian dikenal sebagai Masjid Nabawi. Di tempat inilah beliau mulai menyebarkan dakwah dengan mengadakan sholat berjamaah, mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai ibadah mahdhah, muamalah, serta berbagai kegiatan keagamaan lainnya. Akibatnya, area sekitar masjid pun menjadi semakin hidup dan ramai.

2. Menyatukan Suku Aus dan Khazraj

Dua suku yang sebelumnya sering berselisih ini akhirnya dipersatukan dan kemudian dikenal sebagai kaum Anshar, yang membantu Rasulullah SAW saat hijrah. Langkah ini diambil untuk memperkuat persatuan di antara mereka serta dengan suku-suku lainnya yang tinggal di Madinah.

3. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshar

Rasulullah SAW menjalin ikatan persaudaraan antara kaum Muhajirin dan Anshar, dengan landasan agama yang menggantikan persaudaraan berdasarkan garis keturunan. Langkah ini menciptakan suasana yang lebih damai dan aman. Dengan menyatukan keduanya melalui keimanan, persatuan di antara mereka pun semakin kuat dan kokoh.

4. Mengajarkan Nilai-nilai Moral

Rasulullah SAW juga mengajarkan kepada masyarakat tentang tata krama dalam mencintai sesama, menjalin persaudaraan, menjunjung tinggi keagungan, kemuliaan, serta pentingnya ibadah dan ketaatan.

5. Membuat Tatanan Sosial Masyarakat

Rasulullah SAW menyatukan kaum Yahudi yang terdiri dari bani Qainuqa, bani Nadhir, dan bani Quraizhah. Beliau kemudian merumuskan sebuah perjanjian yang melindungi hak-hak asasi manusia di Madinah, yang dikenal sebagai Piagam Madinah.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Pemulangan Jemaah Gelombang I Selesai, 229 Kloter Tinggalkan Makkah



Makkah

Pemulangan jemaah haji gelombang pertama dari Kota Makkah telah berakhir. Sebanyak 90.282 jemaah dan petugas yang tergabung dalam 229 kloter telah meninggalkan kota Makkah.

“Alhamdulillah hari ini, hari Rabu 3 Juli 2024, kami laporkan dari kota suci Makkah al Mukaramah, jemaah haji gelombang pertama sudah kita berangkatkan seluruhnya dari kota Makkah menuju Jeddah dan juga ada yang pulang dari kota Madinah,” ungkap Kepala Daker Makkah, Khalilurrahman, Rabu (3/7/2024).

Berdasarkan catatan PPIH Daerah Kerja (Daker) Makkah ada tiga kloter terakhir sebagai penutup fase pemulangan gelombang I dari Kota Makkah. Tiga kloter penutup kepulangan jemaah haji gelombang I tersebut adalah SUB 46, SOC 42, dan KNO 10.


Pelepasan kepulangan kloter SUB-46 di MakkahPelepasan kepulangan kloter SUB-46 di Makkah, Rabu (3/7/2024). Foto: Dok Media Center Haji 2024

Turut hadir melepas kepulangan jemaah kloter SUB 46, yakni Duta Besar Republik Indonesia untuk Arab Saudi Abdul Aziz Ahmad bersama pimpinan Mashariq Muhammad Amin Indragiri.

Lanjut Khalil, berdasarkan data Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat), dari 229 kloter yang masuk gelombang I sebanyak 183 di antaranya pulang melalui Bandara King Abdul Aziz di Jeddah. Sementara itu, 46 kloter lainnya dipulangkan melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz di Madinah.

“Artinya untuk saat ini jemaah gelombang I kami nyatakan bersih, sudah dipulangkan dari Makkah menuju bandara untuk selanjutnya diterbangkan ke Tanah Air,” kata Khalilurrahman.

Dia menambahkan, saat ini Daker Makkah akan berfokus untuk memfasilitasi pemberangkatan jemaah haji gelombang II menuju Madinah. “Selanjutnya, Daker Makkah akan fokus memberangkatkan jemaah haji gelombang ke-2 menuju Madinah,” imbuhnya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Jemaah Haji Indonesia yang Wafat Capai 382 Orang


Jakarta

Operasional haji 2024 telah memasuki fase pemulangan jemaah gelombang II. Total jemaah yang wafat hingga hari ini mencapai 382 orang.

Angka tersebut merupakan data kumulatif wafat hingga hari ke-54 yang diakses melalui Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) pada Jumat, (5/7) pukul 17.25 WIB.

Data menunjukkan, lebih dari 300 jemaah haji wafat di Makkah. Selebihnya tersebar di Mina, Madinah, dan Arafah.


Dilihat dari kategori umur, mayoritas jemaah yang wafat berusia 60 tahun ke atas. Jemaah dengan risiko tinggi (risti) juga mendominasi, sekitar 350 orang. Mayoritas dari mereka adalah jemaah haji reguler.

Jika dibandingkan dengan jemaah yang wafat tahun lalu, angka kematian tahun ini jauh lebih rendah. Sebanyak 660 jemaah wafat tahun lalu di hari ke-54, sementara tahun ini ada 382.

93 Ribu Jemaah RI Sudah Pulang ke Tanah Air

Sebanyak 93.614 jemaah haji Indonesia telah kembali ke Tanah Air. Mereka tergabung dalam 238 kelompok terbang (kloter).

“Hingga 4 Juli 2024 pukul 9 malam Waktu Arab Saudi atau 5 Juli 2024 pukul 1 Waktu Indonesia Barat jemaah haji dan petugas yang telah diterbangkan ke Tanah Air yaitu berjumlah 93.614 orang. Mereka tergabung dalam 238 kelompok terbang,” ujar Anggota Media Center Kementerian Agama Widi Dwinanda dalam konferensi pers yang disiarkan daring, Jumat (5/7/2024).

Widi juga merinci, hari ini jemaah haji yang akan dan telah diterbangkan ke Tanah Air berjumlah 8.167 orang. Mereka tergabung dalam 21 kloter.

Diketahui, operasional haji 2024 telah memasuki fase pemulangan jemaah gelombang II. Pada gelombang ini, jemaah haji Indonesia akan diterbangkan melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis (AMAA) Madinah.

Jemaah asal Embarkasi Palembang (PLM-10) menjadi rombongan perdana yang diberangkatkan dari Bandara AMMA Madinah, Kamis (4/7/2024) kemarin. Keberangkatan mereka dilepas langsung oleh Kepala Daker Madinah Ali Machzumi.

Sementara itu, jemaah yang masih berada di Tanah Suci saat ini secara bertahap telah geser ke Madinah. Berdasarkan Rencana Perjalanan Haji (RPH) 1445 H/2024 M, pemberangkatan jemaah gelombang II dari Makkah ke Madinah akan berakhir pada 13 Juli 2024.

PPIH kembali mengingatkan jemaah haji Indonesia selama di Madinah khususnya saat di Masjid Nabawi untuk mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh otoritas pemerintah Arab Saudi. Khususnya oleh aparat yang bersiaga dan mengatur pergerakan jemaah di Masjid Nabawi.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Menko PMK Tinjau Pengelolaan Dam Jemaah Haji RI di Makkah



Makkah

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy mengunjungi pengelolaan daging dam jemaah haji RI di Makkah, Arab Saudi. Sebanyak 8.000 pack daging kurban jemaah haji RI rencananya akan dikirim ke Tanah Air.

Peninjauan dilakukan di salah satu perusahaan pengepakan daging yang ada di Makkah, Jumat (5/7/2024). Turut mendampingi, Dubes Republik Indonesia untuk Arab Saudi Abdul Aziz, Direktur Bina Haji Kemenag Arsad Hidayat, dan Kepala Daerah Kerja Makkah Khalilurrahman.

“Kami tadi sudah mendiskusikan bermacam hal yang berkaitan dengan rencana mengirimkan daging kurban jemaah haji Indonesia. Tahun ini kita belum mengirimkan secara besar-besaran, karena masih dalam proses trial,” ujar Muhadjir di Makkah, Jumat (5/7/2024).


Dia mengapresiasi perbaikan tata kelola dam yang dilakukan pada penyelenggaraan ibadah haji 2024. Hal ini menurut Muhadjir merupakan terobosan yang perlu ditindaklanjuti dan dimasifkan pada masa yang akan datang.

“Untuk perizinan di Indonesia, alhamdulillah saya mengucapkan terima kasih dari Kementerian-kementerian terkait, mulai dari Kementerian Pertanian, kemudian juga BPOM, Ditjen Imigrasi semua sudah siap,” katanya.

Menko PMK meninjau perusahaan pengelolaan daging kurban jemaah haji RI di Makkah, Jumat (5/7/2024).Menko PMK meninjau perusahaan pengelolaan daging kurban jemaah haji RI di Makkah, Jumat (5/7/2024). Foto: Dok Media Center Haji 2024

Selain mengunjungi tempat pengepakan daging, Menko PMK bersama rombongan juga meninjau Rumah Potong Hewan (RPH) Ukaisyiyah di Makkah.

Sementara, Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengatakan, pada tahun ini tercatat baru ada sekitar 6.500 petugas dan jemaah yang menyalurkan damnya pada RPH yang direkomendasikan pemerintah. Selanjutnya 4.500 ekor kambing disembelih dan disalurkan dagingnya di Tanah Suci, sementara 2.000 lainnya dagingnya akan disalurkan ke Tanah Air.

“Dari 2.000 kambing tersebut selanjutnya akan di-packaging dengan cara retort. Satu ekor kambing di-packing menjadi 4 pack. Jadi total akan ada 8.000 pack daging yang akan dikirimkan ke Indonesia. Masing-masing pack-nya berisi 2,5 kg daging,” ungkap Arsad.

(nla/kri)



Sumber : www.detik.com

8 Ribu Pack Daging Kambing Dam Jemaah Haji RI Siap Dikirim ke Tanah Air



Makkah

Sebanyak 6.500 ekor kambing kurban jemaah haji Indonesia disembelih dan akan disalurkan dagingnya. Dari jumlah tersebut, 2.000 di antaranya akan dikirim ke Tanah Air dalam bentuk daging kemasan.

Direktur Bina Haji Arsad Hidayat mengatakan, 2.000 ekor kambing tersebut akan dikemas menjadi 8.000 pack.

“Dari 2.000 kambing tersebut selanjutnya akan di-packaging dengan cara retort. Satu ekor kambing di-packing menjadi 4 pack. Jadi total akan ada 8.000 pack daging yang akan dikirimkan ke Indonesia. Masing-masing pack-nya berisi 2,5 kg daging,” ujar Arsad di Makkah, Jumat (5/7/2024).


Hal itu dikatakan Arsad saat mendamping Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meninjau perusahaan pengelolaan daging kurban dan RPH di Makkah, Arab Saudi. Peninjauan ini dilakukan untuk mengecek kesiapan daging kurban yang akan dikirimkan ke Indonesia.

Daging dam jemaah haji yang sudah dikemas.Daging dam jemaah haji yang sudah dikemas. Foto: Dok Media Center Haji 2024

Dalam kesempatan tersebut, Menko PMK Muhadjir juga melihat adanya peluang pengiriman tenaga juru sembelih dari Indonesia. Berdasarkan keterangan pengelola RPH, mereka mempekerjakan 5.000 tenaga penyembelih pada musim haji.

“Tadi kita ngomong-ngomong, dari syahbandar (pengelola RPH) menginginkan ada penyembelih dari Indonesia. Dia ingin ada 1.500 penyembelih untuk tahun depan, nanti Pak Dubes yang akan menindaklanjuti,” ungkap Muhadjir.

“Dan mungkin nanti ada kerja sama yang lain. Karena di sini kotoran dan kulit kambing dibuang begitu saja. Tadi juga mengusulkan ada kerja sama dari pelaku usaha di Indonesia yang sudah punya pengalaman di bidang penyamakkan kulit itu juga bisa kerja sama dengan RPH di sini,” sambungnya.

(nla/kri)



Sumber : www.detik.com

Dear Jemaah, Saat di Madinah Utamakan Ziarah Raudhah Ya


Madinah

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi kembali mengingatkan kepada para jemaah haji yang saat ini masih berada di Madinah. Jemaah haji diingatkan agar lebih mengutamakan ziarah Raudhah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya yang di Kota Madinah.

“Jemaah haji agar lebih mengutamakan ziarah Raudhah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya yang di Kota Madinah,” kata Anggota Media Center Kemenag, Widi Dwinanda dalam keterangannya, Rabu (10/7/2024).

Widi melanjutkan, pihak Kerajaan Arab Saudi telah menerbitkan sebanyak 191.582 tasreh jemaah haji RI. Tasreh tersebut digunakan jemaah untuk masuk ke dalam Raudhah atau area ziarah di Masjid Nabawi.


“Dilaporkan secara keseluruhan, pihak Saudi telah menerbitkan 191.582 tasreh masuk Raudhah bagi jemaah haji Indonesia,” sambungnya.

Dia mengatakan, untuk menghadirkan rasa aman dan bagian dari perlindungan jemaah, PPIH secara reguler melakukan monitoring, pengawasan, dan pengamanan keberangkatan jemaah haji Gelombang II dari Makkah ke Madinah, visitasi ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Rumah Sakit Arab Saudi untuk melihat kondisi jemaah yang masih dalam perawatan.

“Serta melakukan patroli keliling di sektor-sektor Daker Makkah serta mendata dan mengumumkan barang tercecer/tertinggal milik jemaah haji,” kata Widi.

Istimewanya Raudhah di Masjid Nabawi

Potret Raudhah di Masjid NabawiPotret Raudhah di Masjid Nabawi. (Foto: Nugroho Tri Laksono/detikcom)

Raudhah adalah salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Tempat ini juga dikenal dengan taman surga yang ada di Masjid Nabawi.

Dinukil dari buku Keajaiban Masjid Nabawi karya M. Irawan, di tempat itulah Rasulullah SAW beribadah, memimpin salat, dan menerima wahyu. Tempat tersebut juga digunakan oleh para sahabat untuk beribadah.

Raudah ditandai dengan tiang-tiang putih dan karpet putih. Luasnya sekitar 330 meter persegi yang memanjang dari arah timur sampai barat sepanjang 22 meter dan dari arah utara sampai selatan sepanjang 15 meter.

Raudhah juga disebut memiliki syafaat sehingga orang yang datang dengan membawa dosa akan banyak mengharapkan syafaat Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:

مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

Artinya: “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Jemaah dianjurkan memperbanyak ibadah di Raudhah seperti salat wajib, salat sunnah, zikir dan iktikaf. Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim bersabda:

صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلَّا المَسْجِدَ الحَرَام

Artinya: “Satu salat di masjid saya (Masjid Nabawi) ini lebih baik daripada seribu shalat ditempat lain, kecuali Masjidil Haram.”

Cara Ziarah Haji di Raudhah

Jemaah haji perlu mengantongi izin khusus untuk berziarah ke Raudhah berupa tasreh. Tasreh adalah surat izin yang dikeluarkan oleh Arab Saudi yang memungkinkan jemaah haji untuk mengunjungi Raudhah.

Untuk jemaah haji Indonesia, proses masuk ke Raudhah sudah difasilitasi oleh pemerintah melalui tasreh tanpa perlu mengisi dan mendaftar di aplikasi.

Tasreh hanya dikeluarkan satu kali untuk setiap kloter atau rombongan. Jika jemaah terlewat jadwal yang telah ditetapkan, jemaah tidak dapat meminta tasreh pengganti.

Melalui tasreh diatur jadwal untuk masuk ke Raudhah bersama jemaah lain. Informasi ini dapat diakses melalui aplikasi e-Hajj. Pengaturan jadwal ini bertujuan untuk mengatur kedatangan jemaah secara bertahap, sehingga setiap orang dapat berdoa dengan lebih tenang dan teratur.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

130 Ribu Lebih Jemaah Haji RI Sudah Tiba di Tanah Air


Madinah

Fase pemulangan jemaah haji masih terus berlangsung. Jemaah haji dan petugas yang telah diterbangkan ke Tanah Air yaitu berjumlah 130.209 orang, mereka tergabung dalam 332 kelompok terbang (kloter).

“Hingga tanggal 9 Juli 2024 pukul 21.00 WAS, jemaah haji dan petugas yang telah diterbangkan ke Tanah Air berjumlah 130.209 orang. Mereka tergabung dalam 332 kelompok terbang,” ujar Widi Dwinanda, Tim Media Center Kementerian Agama (Kemenag) dalam keterangannya, Rabu (10/7/2024).

Daftar Total Jemaah yang Pulang Hari Ini

Dalam kesempatan ini, Widi juga mengabarkan jumlah jemaah yang dipulangkan ke Tanah Air. Jumlah jemaah yang diterbangkan ke Tanah Air hari ini, Rabu 10 Juli 2024 sebanyak 6.330 orang yang tergabung dalam 16 kloter, dengan rincian sebagai berikut:


  • Debarkasi Balikpapan (BPN) sebanyak 324 jemaah/1 kloter
  • Debarkasi Batam (BTH) sebanyak 450 jemaah/1 kloter
  • Debarkasi Aceh (BTJ) sebanyak 393 jemaah/1 kloter
  • Debarkasi Jakarta Pondok Gede (JKG) sebanyak 786 jemaah/2 kloter
  • Debarkasi Jakarta Bekasi (JKS) sebanyak 880 jemaah/2 kloter
  • Debarkasi Padang (PDG) sebanyak 393 jemaah/1 kloter
  • Debarkasi Palembang (PLM) sebanyak 450 jemaah/1 kloter
  • Debarkasi Solo (SOC) sebanyak 720 jemaah/2 kloter
  • Debarkasi Surabaya (SUB) sebanyak 1.484 jemaah/4 kloter
  • Debarkasi Makassar (UPG) sebanyak 450 jemaah/1 kloter

Jemaah Diminta Prioritaskan Ziarah Raudhah

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) kembali mengingatkan agar jemaah haji lebih mengutamakan ziarah di Raudhah. Setelahnya, jemaah bisa melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya yang ada di Kota Madinah.

“Jadwal sesuai tasreh yang telah diberikan Kementerian Haji dan Umrah Saudi tidak bisa diulang waktunya. Kalau sudah terlewat, jemaah tidak punya kesempatan lagi,” terang Widi.

Disebutkan, secara keseluruhan, pihak Arab Saudi telah menerbitkan 191.582 tasreh masuk Raudhah bagi jemaah haji Indonesia.

Widi turut memaparkan pihak PPIH senantiasa tetap melakukan monitoring, pengawasan, dan pengamanan keberangkatan jemaah haji gelombang II dari Makkah ke Madinah, visitasi ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan rumah sakit di Arab Saudi untuk melihat kondisi jemaah yang masih dalam perawatan.

“Serta melakukan patroli keliling di sektor-sektor Daker Makkah serta mendata dan mengumumkan barang tercecer/tertinggal milik jemaah haji,” pungkasnya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

404 Jemaah Haji Indonesia Wafat, Ini Rincian Lengkapnya



Jakarta

Jumlah jemaah haji yang wafat terus bertambah. Sebanyak 404 orang dilaporkan wafat menurut data hingga sore tadi.

Data Sistem Informasi Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) per Senin (8/7) pukul 15.37 WIB mencatat ada 404 jemaah wafat, namun baru tersedia 403 identitas jemaah yang dipublikasikan dalam sistem.

Data jemaah wafat ini terdiri dari jemaah reguler dan sedikit jemaah khusus. Mayoritas dari mereka adalah jemaah dengan risiko tinggi (risti). Total ada 370 jemaah risti yang meninggal dunia.


Berdasarkan kelompok umur, jemaah termuda yang wafat berusia 31 tahun dan tertua 96 tahun. Mayoritas jemaah yang wafat ini adalah lansia dengan usia 65 tahun ke atas. Total ada 253 orang.

Dilihat dari lokasi wafat, mayoritas jemaah haji meninggal dunia di Tanah Suci Makkah, sebanyak 319 jemaah. Kemudian disusul Madinah 40 orang, Mina 32 orang, Jeddah 6 orang, Arafah 6 orang.

Jika dibandingkan dengan tahun lalu, kumulatif jemaah wafat pada hari yang sama tahun ini lebih rendah. Tahun lalu sebanyak 691 orang wafat pada hari ke-57, sedangkan tahun ini 404 jemaah.

Saat ini, operasional penyelenggaraan haji 2024 telah memasuki fase pemulangan jemaah gelombang II. Total jemaah yang sudah diterbangkan ke Tanah Air pada Minggu (7/7/2024) pukul 21.00 WAS atau Senin (8/7) pukul 1.00 WIB dini hari tadi sebanyak 115.181 orang. Mereka tergabung dalam 293 kelompok terbang (kloter).

Jemaah yang masih di Tanah Suci Makkah juga telah bergeser ke Madinah secara bertahap. Mereka akan menjalani ibadah sunnah dan kunjungan-kunjungan ke tempat bersejarah yang ada di Kota Nabi.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com