Tag Archives: malaikat maut

Imam Al-Ghazali Ungkap 9 Tanda Seseorang Akan Meninggal Dunia


Jakarta

Kematian adalah misteri terbesar dalam hidup yang hanya diketahui oleh Allah SWT. Setiap jiwa pasti akan merasakannya.

Sebagaimana firman Allah dalam Surah Al-Anbiya ayat 34:

وَمَا جَعَلْنَا لِبَشَرٍ مِّنْ قَبْلِكَ الْخُلْدَۗ اَفَا۟ىِٕنْ مِّتَّ فَهُمُ الْخٰلِدُوْنَ ٣٤


Artinya: “Kami tidak menjadikan keabadian bagi seorang manusia pun sebelum engkau (Nabi Muhammad). Maka, jika engkau wafat, apakah mereka akan kekal?”

Meski ajal adalah takdir Illahi, seorang ulama besar seperti Imam Al-Ghazali pernah menjelaskan beberapa tanda yang mungkin muncul pada seseorang menjelang kematiannya. Penting untuk diingat bahwa tanda-tanda ini bisa berbeda pada setiap orang.

Merujuk tulisan Kematian dalam Al-Qur’an: Perspektif Ibn Kathir oleh Abdul Basit dan Misteri Kehidupan Alam Barzakh karya Ipnu Rinto Nugroho, berikut adalah beberapa tanda mendekatnya ajal menurut Imam Al-Ghazali.

Tanda-tanda Ajal Mendekat Menurut Imam Al-Ghazali

1. Menggigil Hebat di Sore Hari

Sekitar 100 hari sebelum kematian, tepatnya setelah waktu Ashar, seseorang mungkin akan mengalami menggigil hebat di seluruh tubuhnya. Namun, tanda ini disebut tidak akan dirasakan oleh mereka yang terlalu larut dalam kenikmatan dunia dan lupa akan kematian.

2. Pusar Berdenyut

Pada waktu Ashar, sekitar 40 hari sebelum kematian, area pusar mungkin mulai terasa berdenyut. Tanda ini konon menyimbolkan gugurnya lembaran daun bertuliskan nama seorang muslim dari Arsy.

Setelah itu, Malaikat Maut akan mengambilnya dan mulai mempersiapkan kedatangan dalam wujud manusia untuk menjemput.

3. Nafsu Makan Meningkat Secara Tak Terduga

Tujuh hari sebelum kematian, terjadi perubahan pada nafsu makan. Seseorang yang sebelumnya tidak berselera makan, terutama karena sakit, bisa tiba-tiba merasakan peningkatan nafsu makan yang melonjak drastis. Ini adalah salah satu tanda bagi orang yang sedang diuji dengan penyakit.

4. Dahi Berdenyut Kencang

Tiga hari sebelum wafat, dahi bagian tengah akan terasa berdenyut kencang. Para ulama menganjurkan agar muslim yang merasakan tanda ini segera bertobat dan berpuasa.

Puasa ini bertujuan agar perut tidak banyak berisi najis. Sehingga memudahkan proses pemandian jenazah kelak.

5. Ubun-ubun Berdenyut Kuat

Sehari sebelum ajal menjemput, area ubun-ubun seseorang mungkin akan terasa berdenyut sangat kuat. Jika tanda ini muncul, konon orang tersebut tidak akan lagi bertemu waktu Ashar di hari berikutnya.

6. Nyeri di Dada dan Perut Bagian Atas

Rasa sakit pada bagian dada dan perut bagian atas juga bisa menjadi salah satu tanda mendekatnya kematian. Rasa sakit ini biasanya muncul saat masuk waktu Ashar.

Tanda lain yang mungkin terlihat adalah mata yang menjadi sayu dan kehilangan sinarnya. Selain itu, hidung akan terlihat semakin menurun atau masuk ke dalam, biasanya terlihat jelas dari sisi samping.

8. Telinga Melayu dan Kaki Sulit Digerakkan

Ketika ajal semakin dekat, telinga seseorang akan tampak melayu dan ujungnya masuk ke dalam. Bersamaan dengan itu, telapak kaki secara perlahan akan terasa kaku dan sulit digerakkan, seolah jatuh ke depan.

9. Munculnya Hawa Sejuk Misterius

Tanda terakhir yang mungkin dirasakan adalah kemunculan hawa sejuk yang merambat dari area pusar, turun ke pinggul, lalu naik hingga sekitar jakun atau pangkal leher. Hawa sejuk ini terkadang juga bisa dirasakan oleh keluarga yang berada di dekatnya.

Pada saat-saat seperti ini, seorang muslim dianjurkan untuk memperbanyak bacaan kalimat tauhid dan istighfar.

Tanda-tanda kematian di atas disusun atas pengetahuan manusia yang terbatas dan bisa saja tak terlihat pada setiap individu. Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Roh Orang Beriman Harum Semerbak saat Meninggal, Ini Haditsnya



Jakarta

Orang beriman yang meninggal dalam keadaan husnul khatimah akan menunjukkan tanda-tanda tertentu saat Malaikat Maut mengjemputnya. Menurut sebuah hadits, roh orang beriman akan mengeluarkan bau harum semerbak hingga tercium oleh penghuni langit.

Hadits yang menjelaskan hal tersebut diriwayatkan oleh Al-Barra’ bin ‘Azib RA dari Rasulullah SAW. Hadits ini turut dinukil Mahir Ahmad Ash-Shufiy dalam Kitab Al-Maut wa ‘Alam Al-Barzakh dan diterjemahkan oleh Badruddin dkk.

Rasulullah SAW bersabda, “Orang beriman jika menghadapi kematian, malaikat turun kepadanya dengan wajah yang bersinar bagaikan sinar matahari dengan membawa kain kafan surga, mereka duduk di hadapannya hingga Malaikat Maut datang kemudian duduk di bagian kepala.


Ia bertanya, ‘Hai jiwa yang baik, keluarlah menuju ampunan dan rahmat Allah.’ Maka Roh keluar dengan mudah dan dipegang oleh Malaikat Maut. Ketika Malaikat Maut telah mengambilnya, mereka segera meletakkan pada kain kafan yang telah disiapkan, ketika roh keluar, bau harum semerbak memenuhi ruangan.

Para malaikat itu terus melintas dengan membawa roh tersebut hingga penghuni langit bertanya, ‘Roh siapa yang baunya harum semerbak ini?’ Mereka menjawab, ‘Ini roh Fulan bin Fulan’ seraya menyebutkan nama yang paling indah sebagaimana namanya di dunia.

Mereka terus membawa roh yang harum semerbak hingga ke langit dunia dan semua penghuni langit sampai langit yang ketujuh maka Allah berfirman, ‘Tetapkan hamba-Ku itu dalam golongan orang-orang mulia di sisi Allah dan kembalikan ke bumi karena dari tanah Aku ciptakan, ke tanah pula akan dikembalikan, dan dari tanah akan dikeluarkan kembali.’

Beliau SAW menuturkan, “Roh itu dikembalikan pada jasad kemudian datang dua orang malaikat yang menanyakan, ‘Siapa Tuhanmu?’ Ia menjawab, ‘Allah Tuhanku.’ Kedua malaikat bertanya kembali, ‘Apa agamamu?’ Ia menjawab, ‘Islam agamaku.’ Mereka bertanya, ‘Apa status laki-laki ini?’ Ia menjawab, ‘Ia adalah utusan Allah.’ Mereka bertanya, ‘Apa yang diajarkan kepadamu?’ Ia menjawab, ‘Aku membaca kitab Al-Qur’an maka aku percaya dan membenarkan misi dakwahnya.’

Terdengar suara panggilan, ‘Ia membenarkan risalah kekasih-Ku, untuk itu berilah dia alas–samak–pakaian surga, lapangkanlah kuburnya sejauh ia memandang.’ Kemudian datang seorang laki-laki dengan bau harum dan berpakaian putih. Ia berkata, ‘Bergembiralah dengan hari yang dijanjikan.’

Orang itu bertanya, ‘Siapa kamu ini?’ Ia menjawab, ‘Aku ini amal salehmu.’ Mayit itu berkata, ‘Ya Tuhanku, datangkanlah kiamat agar aku dapat kembali kepada keluargaku.’

Sedangkan orang kafir jika menghadapi kematian maka kemudian Malaikat Maut datang dan duduk di bagian kepala. Ia berkata, ‘Hai jiwa yang buruk, keluarlah kamu menuju murka Allah.’

Beliau menuturkan jasad orang tersebut bergetar ketakutan maka Malaikat Maut mulai mengambil roh orang tersebut. Ketika Malaikat Maut mengambil rohnya maka dalam sekejap roh itu telah ditempatkan pada kain yang kotor sehingga bau tidak sedap merebak ke seluruh bumi. Mereka membawa roh tersebut.

Jika mereka yang membawa roh tersebut melintasi sekelompok malaikat, mereka bertanya, ‘Roh jahat siapa ini?’ Malaikat pembawa roh menjawab, ‘Roh Fulan bin Fulan”‘ dengan menyebutkan nama yang paling buruk di dunia. Roh tersebut dibawa hingga ke langit dunia, kemudian minta dibukakan, tetapi tidak mendapatkan izin.

Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman Allah, “… tidak akan dibukakan pintu-pintu langit bagi mereka dan mereka tidak akan masuk surga, sebelum unta masuk ke dalam lubang jarum…” (QS Al A’raf: 40) dan “… Barang siapa mempersekutukan Allah, maka seakan-akan dia jatuh dari langit lalu disambar oleh urung, atau diterbangkan angin ke tempat yang jauh…” (QS Al Hajj: 31)

Ketika roh telah dikembalikan dan malaikat datang kepadanya kemudian bertanya, ‘Siapa Tuhanmu?” Ia menjawab, ‘Aku tidak tahu.’ Mereka bertanya, ‘Apa agamamu?’ Mayit itu menjawab, ‘Aku tidak tahu.’ Kedua malaikat tersebut kembali bertanya, ‘Apa tugas laki-laki bagi kamu?’ Ia menjawab, ‘Saya tidak tahu.”

Maka terdengar seruan dari langit agar orang yang mendustakan hamba-Ku itu dijebloskan ke neraka, bukakan pintu neraka supaya ia merasakan panas api neraka dan kuburannya pun menjadi sempit hingga meremukkan tulang belulangnya.

Kemudian datang seorang laki-laki yang sangat buruk rupa dan badannya berbau busuk yang amat menyengat hidung, orang itu berkata, ‘Nikmatilah kejahatan yang kamu lakukan karena pada hari ini merupakan hari sial bagimu maka mayit itu bertanya, ‘Siapa kamu, wajahmu buruk dan datang dengan berita buruk pula.’ Ia menjawab, ‘Aku ini amal jahatmu.’ Maka mayit tersebut berkata, ‘Ya Tuhanku, jangan Engkau datangkan hari kiamat!'” (HR Ahmad)

Imam Muslim dalam Kitab Shahih-nya meriwayatkan hal serupa dari Abu Hurairah RA. Dituturkan, “Jika orang beriman menghadapi kematian, roh tersebut berbau harum semerbak sehingga para penghuni langit berkata, ‘Bau harum semerbak ini datang dari bumi. Semoga rahmat bagimu dan jasad yang kamu bawa.’

Malaikat yang membawa roh tersebut terus berjalan untuk menghadap Allah. Kemudian Allah berfirman, ‘Pergilah bersamanya hingga kiamat datang.’

Jika orang kafir yang menghadapi kematian, roh tersebut berbau busuk yang menyengat hidung sehingga penghuni langit berkata, ‘Bau busuk ini berasal dari bumi.’ Dikatakan pada bangkai busuk itu, ‘Rasakanlah siksaan hingga kiamat datang!'”

Abu Hurairah RA mengatakan, “Rasulullah SAW menutup kembali hidungnya dengan kain tipis tersebut. Beliau melakukan itu seolah-olah beliau mencium bau busuk tersebut agar kain itu dapat menahan bau yang tak sedap itu.”

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Malaikat Maut Memandang Wajah Manusia 70 Kali Sehari, Benarkah?



Jakarta

Ada sebuah hadits yang menyebut bahwa Malaikat Maut memandang wajah manusia 70 kali sehari. Dikatakan, dalam aktivitasnya itu, malaikat yang juga disebut Izrail ini heran melihat tingkah manusia yang masih tertawa, sementara ajalnya sudah dekat.

Malaikat Maut adalah malaikat yang bertugas mencabut nyawa. Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surah As Sajdah ayat 11,

قُلْ يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ ࣖ


Artinya: “Katakanlah, “Malaikat Maut yang diserahi (tugas) untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.”

Adapun, hadits yang menyebut bahwa Malaikat Maut memandang wajah manusia 70 kali sehari termuat dalam Kitab At-Tadzkirah karya Imam Syamsuddin Al-Qurthubi. Ulama lain, seperti Imam as-Suyuthi turut meriwayatkannya dalam salah satu kitabnya.

Hadits tersebut berbunyi:

إن ملك الموت لينظر في وجوه العباد كل يوم سبعين نظرة، فإذا ضحك العبد الذي بعث إليه يقول: يا عجبا، بعثت إليه لأقبض روحه وهو يضحك

Artinya: “Sesungguhnya Malaikat Maut memandang wajah para hamba setiap hari 70 kali. Ketika manusia tertawa, Malaikat Maut yang diutus itu pun berkata: Sungguh aneh dia, aku diutus untuk mencabut rohnya, sedangkan ia masih sempat tertawa.”

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi menjelaskan, hadits tersebut diriwayatkan Abu Hadbah Ibrahim bin Hadbah dari Anas bin Malik RA, dari Rasulullah SAW. Dalam At-Tahrir Al-Murassakh dikatakan bahwa hadits tersebut adalah maudhu’ atau palsu. Menurut Ibnu Hatim, Abu Hadbah adalah pendusta.

Selain itu, ada pula hadits yang menyebut bahwa Malaikat Maut berdiri di pintu rumah-rumah lima kali sehari. Hadits ini diriwayatkan secara marfu’ pada khabar yang masyhur dalam Kitab Al-Arba’in, dari Anas bin Malik RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

“Tidak satu pun rumah, melainkan Malaikat Maut berdiri di pintunya lima kali sehari. Apabila dia menemukan seseorang sudah habis jatah makannya dan berakhir ajalnya, maka dia menimpakan sakaratul maut kepadanya, sehingga orang itu diliputi kesusahan-kesusahan maut dan dihimpit tekanan-tekanannya. Lalu, di antara keluarganya ada yang mengurai rambutnya, memukul-mukul mukanya, menangis saking sedihnya, dan berteriak menyesali kecelakaannya.

Maka berkatalah Malaikat Maut Alaihissalam, ‘Celaka kalian, kenapa kalian kaget, kenapa kalian gusar? Aku tidak menghilangkan rezeki seorang pun dari kamu sekalian, aku tidak memperpendek ajalnya, aku tidak datang kepadanya kecuali diperintah, dan aku tidak akan mencabut nyawanya kecuali setelah aku baca daftarnya. Tapi, aku pasti akan datang lagi kepada kalian, kemudian akan datang lagi, sampai tidak ada seorang pun dari kalian yang aku biarkan hidup.'”

Nabi SAW bersabda, “Demi Allah Yang menggenggam jiwaku, andaikan orang-orang itu melihat di mana Malaikat Maut itu berdiri dan mendengar perkataannya, niscaya mereka tidak peduli lagi dengan keluarga mereka yang mati itu, dan niscaya mereka menangisi diri mereka sendiri.

Sehingga, manakala mayit itu dibawa di atas keranda, nyawanya melambai-lambai di atas keranda itu seraya berseru, ‘Hari keluargaku, hai anakku, jangan sekali-kali kalian dipermainkan dunia, sebagaimana yang telah aku alami. Aku telah mengumpulkan harta dari yang halal dan tidak halal, kemudian aku tinggalkan harta itu untuk orang lain. Enak dia, dan aku yang payah. Maka berhati-hatilah, jangan sampai kalian ditimpa oleh sesuatu yang menimpaku.'”

Imam Syamsuddin Al-Qurthubi mengatakan tidak mengenali hadits tersebut. Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Dzikir Malaikat Maut untuk Orang Zalim & Keutamaannya


Jakarta

Zalim adalah salah satu tindakan yang dilarang dalam Islam karena merugikan. Ada bacaan dzikir untuk orang zalim yang bisa diamalkan. Amalan ini juga dikenal dengan dzikir Malaikat Maut.

Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqh Sunnah mengatakan bahwa Allah SWT telah memerintahkan hamba-Nya untuk memperbanyak dzikir. Allah SWT berfirman dalam surah Al Ahzab ayat 41-42,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اذْكُرُوا اللّٰهَ ذِكْرًا كَثِيْرًاۙ ٤١ وَّسَبِّحُوْهُ بُكْرَةً وَّاَصِيْلًا ٤٢


Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, ingatlah Allah dengan dzikir sebanyak-banyaknya dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang.”

Dzikir Malaikat Maut untuk orang zalim adalah bentuk ibadah yang bertujuan untuk memohon pengampunan dan perlindungan dari perbuatan zalim. Dzikir ini merupakan salah satu Asmaul Husna.

Seseorang dapat membaca dzikir Malaikat Maut ini jika menyadari telah melakukan tindakan zalim atau jika ingin selamat dari orang zalim.

Bacaan Dzikir Malaikat Maut untuk Orang Zalim

Dikutip dari buku Panduan Shalat untuk Wanita: Panduan Bersuci untuk Sholat karya Ria Khoirunnisa, bacaan dzikir Malaikat Maut untuk orang zalim yaitu,

Yaa Qaabidh

Artinya: “Maha Menyempitkan”

Dzikir tersebut dapat dibaca sebanyak 903 kali. Bisa juga membaca dzikir Malaikat Maut dalam redaksi yang lebih panjang, berikut lafaznya.

Yaa qoobidhu idzaa jaa’a ajalunaa faqbidh ruuhanaa fii husnil khotimah

Artinya: “Ya Tuhan Yang Maha Mencabut, jika telah sampai ajal kami, cabutlah kami dalam keadaan husnul khotimah.”

Keutamaan Dzikir Malaikat Maut untuk Orang Zalim

Mengutip sumber sebelumnya, terdapat beberapa keutamaan dzikir Malaikat Maut ini atas izin Allah SWT. Berikut di antaranya.

  • Dilindungi dari kezaliman

Dzikir Yaa Qaabidh merupakan dzikir malaikat Maut (Malaikat Izrail). Jika seseorang dizalimi maka disarankan untuk membaca Yaa Qaabidh sebanyak 903 kali, maka si zalim maupun kezaliman itu akan hancur atau orang tersebut dilindungi dari keduanya.

  • Selamat dari kelaparan, kehausan, luka, sakit, dan sebagainya

Jika seseorang menuliskan ism Al Qaabidh (dengan za’faran atau hanya menggunakan gerakan jari) Asma Allah SWT ini di empat potong roti setiap hari selama 40 hari dan memakannya, maka Insya Allah ia akan diselamatkan dari rasa kelaparan, kehausan, luka, sakit, dan sebagainya.

  • Jika membaca Yaa Qaabidh 1000 kali, maka akan terhindar dari orang zalim
  • Seseorang akan semakin dekat dengan Allah SWT dan akan dihindarkan dari orang-orang yang zalim dengan membaca Yaa Qaabidh sebanyak 1000 kali
  • Jika membaca rutin Yaa Qaabidh 100 kali setiap hari, maka akan diberi jalan dari kesempitan
  • Diberi keselamatan oleh Allah SWT setiap menghadapi ancaman

Meski demikian, detikHikmah belum menemukan hadits yang bisa dijadikan sandaran terkait keutamaan mengamalkan dzikir Malaikat Maut tersebut.

Kisah Teladan Dzikir Malaikat Maut untuk Orang Zalim

Teguh Sulistyowati dan As-Sukoharj dalam buku Asmaul Husna dan Kisah-Kisah Teladannya menuliskan salah satu kisah teladan tentang dzikir Malaikat Maut untuk orang zalim. Kisah ini berjudul Si Kusta, Si Botak, dan Si Buta.

Diceritakan, di bani Israil terdapat tiga orang yang memiliki penyakit kusta, botak, dan buta. Allah SWT ingin menguji keimanan mereka dengan mengirimkan malaikat dan mengusap tubuh mereka sehingga yang berpenyakit kusta kini menjadi cantik kulitnya, yang botak menjadi tumbuh lebat dan hitam rambutnya, sedangkan yang buta kini dapat melihat dengan normal.

Sebelum malaikat pergi meninggalkan mereka, malaikat memberikan seekor unta kepada si Kusta. Seekor lembu untuk si Botak dan seekor kambing untuk si Buta. Berbekal hewan tersebut akhirnya mereka menjadi orang kaya yang sukses. Hingga suatu hari Allah SWT kembali mengutus malaikat untuk mengubah kembali keadaan mereka seperti sedia kala.

Ketika si Kusta dan si Botak mengetahui kedatangan malaikat, mereka mencaci dan mengusirnya. Berbeda dengan si Buta, ia menerima kedatangan malaikat dan mempersilahkan malaikat apabila berkeinginan untuk mengambil kembali harta yang pernah ia berikan. Setelah kejadian tersebut Allah SWT menyempitkan rezeki si Kusta dan si Botak hingga mereka jatuh miskin dan mereka lupa siapakah yang memberikan seluruh hartanya selama ini serta mereka dikembalikan keadaan seperti semula.

Si Buta tetap dapat menikmati harta yang dimilikinya karena ia mengetahui bahwa harta itu titipan-Nya dan akan kembali kepada-Nya suatu saat nanti. Allah SWT berkuasa untuk mengambil nikmat dan dan menyempitkan rezeki seluruh hamba yang dikehendaki-Nya karena Dia Al Qabith, Yang Maha Menyempitkan.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Sakaratul Maut Rasulullah SAW yang Tetap Ingat Umatnya



Jakarta

Tiap makhluk yang bernyawa juga akan melewati sakaratul maut. Peristiwa ini juga dialami oleh Rasulullah SAW saat didatangi oleh malaikat maut yang mengabarkan hendak mencabut nyawa Beliau.

Menurut buku Makna Kematian Menuju Kehidupan Abadi karya KH. Muhammad Sholikhin, Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa sakaratul maut adalah ungkapan rasa sakit yang menyerang inti jiwa dan menjalar ke seluruh bagian jiwa sehingga tiada satu pun bagian jiwa yang terbebas dari rasa sakit tersebut.

Kisah Sakaratul Maut Nabi Muhammad SAW

Ada sejumlah riwayat yang mengisahkan tentang kebiasaan Malaikat Maut meminta izin masuk rumah untuk menemui para nabi sebelum mencabut nyawanya. Salah satunya kepada Nabi Muhammad SAW.


Kisah perjumpaan Malaikat Maut dengan Rasulullah SAW ini diceritakan oleh Guru Besar Universitas Al-Azhar Kairo, Mustofa Murod, dalam buku Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi AS yang bersandar pada hadits riwayat dari Aisyah RA. Ada yang menyebut, Rasulullah SAW sedang bersama Aisyah, ada pula yang menyebut Beliau bersama Ali bin Abi Thalib di ujung ajalnya.

Malaikat Maut meminta izin masuk di depan pintu. Lalu, Malaikat Jibril berkata, “Wahai Muhammad, itu Malaikat Maut. Ia meminta izin masuk menemuimu. Ia tidak pernah meminta izin masuk kepada manusia sebelumnya. Dan, ia tidak akan meminta izin masuk kepada seorang manusia pun setelah ini.”

Beliau bersabda, “Izinkanlah ia masuk.”

Maka, Malaikat Maut pun masuk dan duduk di hadapan Nabi Muhammad SAW, lalu berkata, “Sesungguhnya, Allah mengutusku untuk menemuimu dan memerintahkanku untuk mematuhimu. Jika engkau memerintahkanku mencabut nyawamu maka akan kucabut. Jika engkau tidak suka maka akan kutinggalkan.”

Beliau bertanya, “Engkau akan melakukannya, wahai Malaikat Maut?”

Malaikat Maut menjawab, “Ya, itulah yang diperintahkan kepadaku.”

Jibril kemudian mengatakan kepada Nabi Muhammad SAW, “Sesungguhnya, Allah telah rindu bertemu denganmu.”

Rasulullah SAW pun bersabda, “Segera lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu.”

Sementara itu, dalam kisah lainnya, dikutip dari buku Kisah-kisah Islami Inspiratif for Kids tulisan A. Septiyani, kisah ini dapat diketahui saat ada yang bertamu ke kediaman Rasulullah SAW tapi Fatimah, putri nabi, tidak mengetahui siapa dia.

“Aku mohon maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu masuk karena ayahku sedang demam,” kata Fatimah sambil menutup pintu.

Fatimah segera mendekati ayahnya, dan Rasulullah SAW bertanya, “Wahai anakku, siapa tamu itu?”

Fatimah menjawab dengan lembut, “Aku tidak tahu, Ayah. Tapi sepertinya ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.”

Rasulullah SAW menatap putri tercintanya dengan tatapan yang menggetarkan. Beliau berkata, “Wahai anakku, ketahuilah bahwa orang yang kamu lihat adalah yang mengakhiri kenikmatan sesaat. Dia yang memisahkan pertemuan di dunia. Dia adalah Malaikat Maut.” Mendengar itu, Fatimah tidak bisa menahan tangisnya.

Kemudian, Malaikat Maut mendekati Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW menanyakan keberadaan Malaikat Jibril, Malaikat Maut memanggil Malaikat Jibril untuk menemani Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Jibril, katakan padaku apa hakku di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala?”

Malaikat Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah, pintu-pintu langit akan terbuka dan para malaikat sudah menantikanmu di sana. Semua pintu surga telah terbuka lebar menantikan kedatanganmu.”

Meskipun mendengar kabar gembira dari Malaikat Jibril, Rasulullah SAW masih terlihat cemas.

Melihat kecemasan Rasulullah SAW, Malaikat Jibril bertanya, “Mengapa engkau masih cemas seperti itu? Apakah engkau tidak bahagia mendengar kabar ini, ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW kembali bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?”

Malaikat Jibril menjawab, “Jangan khawatirkan nasib umatmu, ya Rasulullah. Aku mendengar Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepadaku: ‘Aku telah mengharamkan surga bagi selain umat Muhammad, hanya umatmu yang berhak memasukinya.'”

Rasulullah SAW merasa sedikit tenang. Tak terasa, saat-saat kepergian sang rasul semakin dekat. Malaikat Izrail terlihat sedang menjalankan tugasnya. Perlahan-lahan, ruh Nabi Muhammad SAW diambil. Tubuh Rasulullah SAW basah karena keringat.

Urat-uratnya tampak tegang. Sambil merasakan rasa sakit, Rasulullah SAW berkata, “Wahai Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Melihat Rasulullah SAW dalam kesakitan, Malaikat Jibril hanya bisa memalingkan wajahnya. Ia tidak tega melihat Rasulullah SAW dalam penderitaan seperti itu.

“Wahai Malaikat Jibril, apakah engkau merasa jijik melihatku sehingga kau memalingkan wajahmu?” tanya Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril menjawab, “Siapakah yang akan tega melihat kekasih Allah menghadapi ajalnya?”

Dikutip dari Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah karya Syekh Nawawi Al-Bantani, hingga di saat menjelang akhir hayatnya, sang penghulu rasul itu tetap memikirkan nasib umatnya.

Bahkan ketika merasakan dahsyatnya rasa sakit sakaratul maut, Rasulullah masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya. “Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.

Tubuh Rasulullah SAW semakin dingin. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan sesuatu. Ali bin Abi Thalib mendekati beliau, dan Rasulullah SAW berbisik, “Jagalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kalian.”

Tangisan terdengar di sekeliling dan Fatimah menutup wajahnya dengan tangannya. Ali bin Abi Thalib mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW, dan Beliau berbisik, “Ummatii, ummatii, ummatii… (Umatku, umatku, umatku…).”

Rasulullah SAW pun wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Duka itu menyelimuti umat Islam di Madinah hingga kesedihan mendalam bagi para sahabat seperti Umar bin Khattab dan Abu Bakar Ash Shiddiq.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Detik-detik Malaikat Izrail Mencabut Nyawa Sang Rasul



Jakarta

Meski Rasulullah SAW merupakan utusan Allah SWT, beliau tetap merasakan sakitnya sakaratul maut. Setiap makhluk yang hidup akan mengalami pencabutan nyawa.

Nabi Muhammad SAW wafat pada Senin, 12 Rabiul Awal tahun 11 Hijriah. Abu Hasan Ali al-Hasani an-Nadwi melalui Sirah Nabawiyah menjelaskan bahwa sang rasul mulai jatuh sakit pada akhir bulan Safar tahun ke-11 Hijriah.

Dikatakan oleh Aisyah RA, Rasulullah SAW jatuh sakit setelah mengunjungi pemakaman para sahabat di Baqi’ al Gharqadd. Setelah itu,belia menemui Aisyah di rumah.


Nabi Muhammad SAW kemudian memanggil istri-istrinya dan meminta izin tinggal di rumah Aisyah selama sakit. Di rumah Aisyah inilah Rasulullah wafat.

“Maut datang kepada Rasulullah ketika kepala Beliau berada di pangkuanku,” kata Aisyah.

Sebelum wafat, Rasulullah sempat pingsan sebentar, lalu tersadar. Saat sadar pandangan Nabi Muhammad mengarah ke atap rumah dan berkata, “Allahumma Ar-Rafiqal A’la (Ya Allah Dzat yang Maha Tinggi).” Setelah mengucapkan kalimat itu, Rasulullah wafat.

Mengutip dari buku Kisah-kisah Islami Inspiratif for Kids oleh A. Septiyani, kisah tersebut diketahui saat ada yang bertamu ke kediaman Rasulullah SAW namun Fatimah, putri nabi, tidak mengetahui siapa dia.

“Aku mohon maaf, tapi aku tidak bisa membiarkanmu masuk karena ayahku sedang demam,” kata Fatimah seraya menutup pintu.

Fatimah segera mendekati ayahnya, dan Rasulullah SAW bertanya, “Wahai anakku, siapa tamu itu?”

“Aku tidak tahu, Ayah. Tapi sepertinya ini pertama kalinya aku bertemu dengannya.” jawab Fatimah.

Rasulullah SAW menatap putri tercintanya dengan tatapan yang menggetarkan. Beliau berkata, “Wahai anakku, ketahuilah bahwa orang yang kamu lihat adalah yang mengakhiri kenikmatan sesaat. Dia yang memisahkan pertemuan di dunia. Dia adalah Malaikat Maut.” Mendengar itu, Fatimah tidak bisa menahan tangisnya.

Lalu, Malaikat Maut mendekati Rasulullah SAW. Karena Rasulullah SAW menanyakan keberadaan Malaikat Jibril, Malaikat Maut memanggil Malaikat Jibril untuk menemani Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW bertanya, “Wahai Jibril, katakan padaku apa hakku di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta’ala?”

Malaikat Jibril menjawab, “Wahai Rasulullah, pintu-pintu langit akan terbuka dan para malaikat sudah menantikanmu di sana. Semua pintu surga telah terbuka lebar menantikan kedatanganmu.”

Meskipun mendengar kabar gembira dari Malaikat Jibril, Rasulullah SAW masih terlihat cemas.

Melihat kecemasan sang rasul, Malaikat Jibril bertanya, “Mengapa engkau masih cemas seperti itu? Apakah engkau tidak bahagia mendengar kabar ini, ya Rasulullah?”

Rasulullah SAW kembali bertanya, “Beritahukanlah kepadaku, bagaimana nasib umatku kelak?”

Malaikat Jibril menjawab, “Jangan khawatirkan nasib umatmu, ya Rasulullah. Aku mendengar Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kepadaku: ‘Aku telah mengharamkan surga bagi selain umat Muhammad, hanya umatmu yang berhak memasukinya.'”

Mendengar itu, Rasulullah SAW merasa sedikit tenang. Tak terasa, saat-saat kepergian sang rasul semakin dekat.

Malaikat Izrail terlihat menjalankan tugasnya. Dengan perlahan, ruh Nabi Muhammad SAW diambil. Tubuh beliau dibanjiri oleh keringat.

Urat-uratnya sang nabi tampak tegang. Sembari merasakan sakit yang tiada tara, Nabi Muhammad SAW berkata, “Wahai Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”

Melihat Rasulullah SAW kesakitan, Malaikat Jibril hanya bisa memalingkan wajahnya. Ia tidak tega melihat beliau dalam penderitaan.

“Wahai Malaikat Jibril, apakah engkau merasa jijik melihatku sehingga kau memalingkan wajahmu?” tanya Rasulullah SAW.

Malaikat Jibril menjawab, “Siapakah yang akan tega melihat kekasih Allah menghadapi ajalnya?”

Dikisahkan dalam Kitab Maraqi Al-‘Ubudiyyah susunan Syekh Nawawi Al-Bantani, hingga di penghujung hidupnya, Nabi Muhammad SAW tetap memikirkan nasib umatnya. Ketika merasakan dahsyatnya sakit sakaratul maut, Rasulullah SAW masih sempat berdoa untuk keselamatan umatnya.

“Ya Allah, dahsyat sekali maut ini. Timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku. Jangan (timpakan) kepada umatku,” doa Nabi Muhammad SAW.

Tubuh beliau semakin dingin. Bibirnya bergetar seolah ingin mengucapkan sesuatu. Ali bin Abi Thalib mendekati beliau, dan Rasulullah SAW berbisik, “Jagalah salat dan peliharalah orang-orang lemah di antara kalian.”

Tangisan terdengar di sekeliling dan Fatimah menutup wajahnya dengan tangannya. Ali bin Abi Thalib mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah SAW, dan Beliau berbisik, “Ummatii, ummatii, ummatii… (Umatku, umatku, umatku…).”

Mustofa Murod melalui bukunya yang berjudul Dialog Malaikat Maut dengan Para Nabi AS yang bersandar pada hadits riwayat dari Aisyah RA menceritakan terkait perjumpaan Malaikat Maut dengan Nabi Muhammad SAW. Sebagian menyebut Rasulullah tengah bersama Ali bin Abi Thalib di ujung ajalnya, sebagian lagi mengatakan bersama dengan Aisyah RA.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Wafatnya Nabi Ibrahim AS, Dikuburkan Disamping Makam Istrinya



Jakarta

Nabi Ibrahim AS adalah salah satu utusan Allah SWT yang kisahnya termaktub dalam Al-Qur’an. Ia dijuluki sebagai bapaknya para nabi atau Abul Anbiya.

Menukil dari Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid dkk, Nabi Ibrahim AS memiliki nama lengkap Ibrahim bin Tarikh bin Nahur bin Shrug bin Raghu bin Faligh bin Abir bin Shalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berdakwah kepada penduduk Babilonia yang menyembah berhala.

Wafatnya Nabi Ibrahim AS disebabkan oleh sakit yang ia derita. Dikisahkan dalam buku Lentera Kematian tulisan Hakim Muda Harahap, Ibrahim AS didatangi malaikat maut di rumahnya dengan wajah rupawan.


Nabi Ibrahim AS yang melihat itu kemudian bertanya siapa yang menyuruhnya datang ke rumah. Malaikat maut mengatakan bahwa ia diminta Allah SWT untuk menyampaikan Ibrahim AS telah diangkat menjadi kekasih Allah SWT.

Kemudian, Nabi Ibrahim AS meminta kepada malaikat maut untuk menunjukkan cara dia mencabut nyawa manusia. Malaikat maut lalu menjawab bahwa Nabi Ibrahim AS tidak akan kuat melihatnya.

Ibrahim AS bersikeras kepada malaikat maut untuk memperlihatkannya.Tiba-tiba, Nabi Ibrahim AS melihat wajah yang sangat hitam, kepalanya mencapai langit dan dari mulutnya keluar jilatan api. Pada tubuhnya, tidak ada sehelai rambut kecuali api menyala-nyala.

Menyaksikan itu, Ibrahim AS pingsan. Ketika sadar, ia berkata:

“Wahai malaikat maut, seandainya orang kafir tidak mendapat siksa, dengan melihatmu saja dengan rupa demikian sudah cukup baginya itu sebagai penderitaan,”

Selanjutnya, Nabi Ibrahim AS meminta malaikat maut untuk menunjukkan bagaimana ia akan mencabut ruh muslim yang beriman. Lalu, malaikat maut menunjukkan dirinya dengan rupa yang tampan dan berpakaian putih bersih.

Ruh Nabi Ibrahim AS lalu dicabut sesudah melewati beberapa hari dari sakitnya. Ia lalu dikuburkan dalam sebuah gua di daerah Habrawan di samping istrinya, Sarah.

Sebagian berpendapat Nabi Ibrahim AS meninggal pada usia 175 tahun, ada juga yang menyebut 190 tahun. Riwayat lain mengatakan Ibrahim AS hidup selama 200 tahun.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Cerita Uzair Hidup Lagi setelah Mati 100 Tahun



Jakarta

Ada satu kisah dalam Al-Qur’an yang menceritakan sosok Uzair hidup lagi usai 100 tahun mati. Kisah ini menjadi bukti tanda-tanda kebesaran Allah SWT.

Kisah mengenai Uzair diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al Baqarah ayat 259. Allah SWT berfirman:

أَوْ كَٱلَّذِى مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِىَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْىِۦ هَٰذِهِ ٱللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ ٱللَّهُ مِا۟ئَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُۥ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَل لَّبِثْتَ مِا۟ئَةَ عَامٍ فَٱنظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَٱنظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ ءَايَةً لِّلنَّاسِ ۖ وَٱنظُرْ إِلَى ٱلْعِظَامِ كَيْفَ نُنشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُۥ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ ٱللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍ قَدِيرٌ


Artinya: “Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Menukil buku Ia Hidup Kembali Setelah Mati 100 Tahun yang ditulis Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa, Uzair adalah seorang pemuda saleh dan bijak. Suatu hari ia pulang ke kampung halamannya setelah mengembara.

Saat Uzair melewati sebuah bangunan yang sudah rusak, ia memutuskan masuk ke dalam bangunan itu untuk beristirahat. Setelah itu, Uzair memeras anggur dan meletakkannya dalam bejana, ia juga mengeluarkan roti dan memasukkannya dalam bejana yang isinya perasan anggur lalu memakannya.

Kemudian, Uzair merebahkan punggungnya dan meletakkan kedua kakinya pada dinding bangunan. Seraya memandangi atap rumah dan sekitarnya, Uzair menyaksikan bahwa penghuni rumah itu sudah hancur dan binasa, karena di sana terdapat tulang belulang manusia yang berserakan.

Uzair berpikir, bagaimana cara Allah SWT menghidupkan kembali negeri yang sudah hancur? Pikiran tersebut bukan keraguan, melainkan wujud kontemplasi atas kekuasaan Sang Khalik. Sebab, Allah SWT adalah Tuhan yang Maha Kuasa.

Mendengar pikiran Uzair, maka Allah SWT memerintahkan malaikat maut untuk mencabut nyawa Uzair. Pemuda itu lalu tertidur selama seratus tahun lamanya.

Setelah bangun, Allah SWT kembali menghidupkan Uzair. Malaikat lalu bertanya kepadanya, “Berapa lamakah engkau tinggal di sini?”

Uzair menjawab, “Aku tinggal di sini sehari atau setengah hari,”

Malaikat berkata, “Sesungguhnya engkau telah tinggal di sini selama seratus tahun. Lihatlah makanan dan minumanmu,”

Makanan yang berupa roti dan minuman itu masih berupa seperti semula, tidak mengalami perubahan meski seratus tahun telah berlalu. Ini sesuai dengan firman Allah SWT pada surah Al Baqarah ayat 259.

Selanjutnya, malaikat meminta Uzair melihat ke arah keledainya atau hewan yang ia tunggangi. Hewan tersebut telah berubah menjadi tulang belulang.

Kemudian, malaikat menyeru kepada tulang belulang keledai itu sampai akhirnya kembali hidup atas kuasa Allah SWT. Uzair yang menyaksikan hal itu sangat terkejut.

Setelah itu, Uzair bersama keledainya berjalan menuju rumahnya yang lama. Sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Uzair melihat banyak orang asing yang tidak mengenalnya.

Sesampainya di rumah, Uzair menemui seorang wanita tua yang usianya sekitar 120 tahun. Berbeda dengan Uzair yang usianya 140 tahun tapi wujud tubuhnya masih seperti pemuda berusia 40 tahun.

Uzair bertanya kepada wanita tua itu apakah benar ia berada di rumahnya. Wanita itu menjawab, “Benar, ini memang rumah Uzair,”

Ia lalu menangis dan berkata, “Aku tidak pernah menemukan seorang pun yang masih mengingat Uzair.”

“Akulah Uzair. Allah SWT mematikan aku selama seratus tahun, kemudian Dia membangkitkan aku kembali,” ujar Uzair.

Wanita itu berkata, “Maha Suci Allah. Sesungguhnya kami telah kehilangan Uzair sejak seratus tahun lalu dan kami tidak pernah mendengar namanya.”

“Aku ini adalah Uzair,” kata Uzair menegaskan.

Wanita itu mengatakan, “Sesungguhnya Uzair adalah orang yang doanya dikabulkan oleh Allah. Ia senantiasa mendoakan untuk kesembuhan bagi orang yang tengah sakit. Maka doakan aku agar Allah menyembuhkan dan mengembalikan pandangan mataku sehingga aku dapat melihatmu. Jika engkau benar-benar Uzair, tentu aku akan mengenalmu.”

Uzair pun lantas berdoa kepada Allah dan mengusapkan tangannya pada kedua kelopak mata wanita itu. Dengan kuasa Allah SWT, mata wanita tersebut yang sebelumnya tidak bisa melihat tiba-tiba sembuh dan melihat kembali. Uzair berkata, “Bangunlah dengan izin Allah.”

Wanita itu bangkit dan berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau benar-benar Uzair.”

Dikisahkan dalam buku Agar Doa Dikabulkan Allah karya Manshur Abdul Hakim, wanita tua itu pergi ke tempat bani Israil berkumpul dan bermain. Anak Uzair sudah berusia 118 tahun dan cucu-cucunya sudah tua.

“Ini Uzair telah datang kepada kalian,” kata wanita tersebut.

Mulanya, mereka tidak percaya. Wanita tua itu kembali berkata, “Aku budak perempuan kalian. Ia telah berdoa untukku kepada Tuhan sehingga penglihatanku kembali seperti sedia kala dan kakiku dapat berjalan kembali. Ia mengaku bahwa Allah telah mematikannya selama 100 tahun dan menghidupkannya kembali.”

Mendengar itu, orang-orang melihat Uzair dengan takjub. Sebab, wujud Uzair kembali muda padahal usianya sudah seratus lebih.

Lalu, salah satu anak Uzair berkata, “Bapakku memiliki tanda hitam di antara dua bahunya.”

Uzair kemudian menyingkap bahunya dan tanda itu ada. Akhirnya, Uzair hidup dalam keadaan muda bersama anak-anak dan cucu-cucunya yang sudah tua.

Sebagian mengatakan Uzair seorang nabi. Namun disebutkan dalam Ensiklopedia Al-Qur’an & Hadis Per Tema susunan Yusni Amru Ghazali dkk, terdapat hadits yang menyebut bahwa Nabi Muhammad SAW tidak tahu menahu mengenai apakah Uzair seorang nabi atau bukan.

Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Aku tidak tahu apakah Tubba’ adalah orang yang terlaknat atau tidak, dan aku tidak tahu apakah Uzair adalah seorang nabi atau bukan.” (HR Abu Daud)

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com