Tag Archives: Malam Lailatulqadar

Ramadan Penuh Keutamaan, Jangan sampai Lolos



Jakarta

Bulan Ramadan memiliki banyak sekali keutamaan. Bulan suci ini juga menjadi momentum yang tepat bagi umat Islam untuk berlomba-lomba dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Habib Husein Ja’far dalam detikKultum detikcom, Kamis (23/3/2023) mengatakan, di antara keutamaan bulan Ramadan yang pertama adalah menjadi bulan diturunkannya Al-Qur’an.

“Bulan Ramadan itu adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an, baik secara bertahap yang dimulai dengan iqra pada 17 Ramadan yang biasanya kita bilang itu Nuzulul Quran, atau secara utuh ke langit bumi yakni di malam Lailatulqadar,” ucap Habib Ja’far.


Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 185,

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang hak dan yang batil).”

Habib Ja’far melanjutkan, Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup di dunia dan penyelamat di akhirat tersebut turun pada bulan Ramadan. Karena itu, ia menyebut, sudah sepatutnya umat Islam memperbanyak mengaji dan mengkaji Al-Qur’an.

Selain itu, dalam bulan Ramadan terdapat suatu malam yang lebih utama dari 1000 bulan. Habib Ja’far mengatakan, ulama Syafi’iyah berpendapat bahwa malam tersebut terletak pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, tepatnya di antara malam ganjil. Ia menyebut, orang yang mendapati Lailatulqadar akan sangat istimewa.

“Karenanya jadi sekali ibadah kalau dapat di malam Lailatulqadar itu lebih dari 80 tahun. Berapa jadinya lebihnya, ya nggak tahu, yang ngasih lebihnya Allah Yang Maha Pemurah sehingga bisa jadi 1000 tahun, sejuta tahun, semiliar tahun itu terserah pada Allah yang sifat utamanya Allah Maha Pengasih dan Penyayang,” jelasnya.

Tak hanya menjadi bulan diturunkannya Al-Qur’an dan memiliki malam yang penuh kemuliaan, Ramadan masih menyimpan berbagai keutamaan yang tidak ditemukan pada bulan-bulan lain. Habib Ja’far berpesan agar umat Islam tidak melewatkan keutamaan tersebut begitu saja.

Selengkapnya detikKultum Habib Ja’far: Ramadan Penuh Keutamaan, Jangan sampai Lolos tonton DI SINI.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Saat Rasulullah Urungkan Niat Kabarkan Waktu Lailatul Qadar



Jakarta

Malam lailatul qadar adalah malam yang sangat diagungkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Menurut sebuah riwayat, Rasulullah SAW sempat ingin memberitahukan kapan waktu persis jatuhnya lailatul qadar, namun beliau mengurungkan niatnya.

Perihal lailatul qadar telah disebutkan dalam Al-Qur’an surah Al Qadr. Allah SWT berfirman,

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ ١ وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ ٢ لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ ٣ تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ ٤ سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ ࣖ ٥


Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkan Al-Qur’an pada malam lailatul qadar, tahukah engkau apakah malam Lailatulqadar itu ? Malam lailatul qadar itu lebih baik dari seribu bulan, pada malam itu turunlah malaikat-malaikat dan Jibril dengan izin Allah Tuhan mereka (untuk membawa) segala urusan, selamatlah malam itu hingga terbit fajar.” (QS Al Qadr: 1-5)

Imam Ibnu Katsir mengatakan dalam kitab tafsirnya, malam lailatul qadar sebagaimana disebutkan dalam surah di atas adalah malam yang penuh dengan keberkahan. Hal ini turut dijelaskan dalam ayat lain melalui firman-Nya,

إِنَّا أَنْزَلْناهُ فِي لَيْلَةٍ مُبارَكَةٍ

Artinya: “Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi (lailatul qadar).” (QS Ad Dukhan: 3)

Disebutkan dalam sebuah hadits yang termuat dalam Mukhtashar Shahih al-Imam al-Bukhari yang disusun oleh M. Nashiruddin al-Albani, lailatul qadar terletak pada 10 malam terakhir Ramadan. Tidak ada yang mengetahui kapan waktu persisnya kecuali Allah SWT.

Dari Aisyah RA, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ الله صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُجَاوِرُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ، وَيَقُولُ : تَحَرَّوا (وَفِي رِوَايَةٍ : الْتَمِسُوا) لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ

Artinya: “Rasulullah SAW beritikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadan, dan beliau mengatakan, ‘Carilah lailatul qadar pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadan.” (HR Bukhari)

Dalam Shahih Bukhari juga terdapat riwayat yang menyebut bahwa Rasulullah SAW sempat akan memberitahukan waktu lailatul qadar. Namun, beliau mengurungkan niatnya.

Diriwayatkan dari Ubadah bin Shamit bahwa Rasulullah SAW pergi untuk menemui para sahabatnya untuk mengabarkan tentang lailatul qadar, akan tetapi di sana terdapat perselisihan antara dua orang muslim.

Rasulullah bersabda,

إِنِّيْ خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فتلاحَى فُلَانٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوْهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ

Artinya: “Aku datang kemari untuk mengabarkan tentang lailatul qadar, tetapi si Fulan dan si Fulan berselisih, maka kabar itu (tanggal turunnya) pun telah diangkat, mungkin itu yang lebih baik bagi kalian carilah ia (lailatul qadar) pada tanggal tujuh, sembilan, atau kelima (maksudnya pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan).”

Doa Malam Lailatul Qadar

Shabri Shaleh Anwar dalam buku 10 Malam Akhir Ramadhan, menjelaskan mengenai sunah untuk memperbanyak doa pada malam tersebut. Diriwayatkan dari Aisyah RA, dia bertanya kepada Rasulullah SAW,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Artinya: “Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam lailatul qadar, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau (Rasulullah SAW) menjawab, “Ucapkanlah, Allahuma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku).'” (HR At-Tirmidzi dengan sanad shahih)

Bacaan doa malam lailatul qadar dalam hadits tersebut adalah sebagai berikut,

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى

Allahuma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni

Artinya: “Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku”

Rasulullah SAW juga menggambarkan bahwa paginya malam lailatul qadar agar seorang muslim mengetahuinya dari Ubai RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Pagi hari malam lailatul qadar, matahari terbit tidak menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim)

Ibnu Abbas RA juga meriwayatkan, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda, “Malam lailatul qadar adalah malam yang indah, cerah, tidak panas, dan tidak juga dingin, dan keesokan harinya cahaya sinar mataharinya melemah kemerah-merahan.” (HR Ibnu Khuzaimah)

Lailatul Qadar Disebut Malam Penentuan

Ibnul Qayyim al-Jauziyyah mengatakan dalam Kitab Syifa’ul ‘Alil fi Masa’ilil Qadha wal Qadar wal Hikmah wat Ta’lil, kata al-qadar merupakan bentuk masdar dari kata qadara. Kata qadara asy-syai’a artinya seseorang menentukan sesuatu sementara kata yuqaddiruhu qadran artinya seseorang akan menentukan sesuatu dengan ukuran tertentu. Jadi, lailatul qadar artinya malam penetapan dan penentuan.

Sufyan meriwayatkan dari Ibnu Abi Najih dan dari Mujahid bahwa lailatul qadar adalah malam penentuan. Sufyan juga meriwayatkan dari Muhammad Ibn Sauqah, dari Sai’is ibn Jubair, ia berkata, “Diserukan kepada orang-orang yang menunaikan ibadah haji pada malam lailatul qadar kemudian ditulislah nama-nama mereka juga nama-nama ayah mereka dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ketinggalan, ditambah atau dikurangi.”

Sementara itu, Ibnu Aliyyah berkata, “Telah menceritakan kepada kami Rabi’ah ibn Kultsum, ia berkata: ‘Ada seorang laki-laki bertanya kepada Hasan dan kebenaran saat itu aku mendengarkannya: ‘Menurutmu, apakah lailatul qadar turun di setiap bulan Ramadan?’ Hasan menjawab: ‘Ya benar. Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sungguh lailatul qadar itu turun di setiap bulan Ramadan. Pada malam itu juga Allah menentukan setiap ajal, perbuatan, dan rezeki seorang hamba’.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com