Tag Archives: marah

3 Cara Meredam Amarah Menurut Rasulullah SAW


Jakarta

Amarah adalah sifat manusiawi yang bisa muncul dalam berbagai situasi, terutama ketika seseorang merasa tertekan, tersinggung, atau diperlakukan tidak adil. Namun, Islam memberikan panduan yang sangat jelas tentang bagaimana menghadapi dan mengendalikan amarah.

Rasulullah SAW adalah teladan utama dalam hal kesabaran dan pengendalian diri, termasuk dalam menghadapi kemarahan.

Dalam Islam, setiap muslim dianjurkan untuk menahan marahnya. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 134, Allah SWT berfirman,


ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Mengutip buku Aqidah Akhlaq karya Taofik Yusmansyah, dalam berbagai penelitian dan buku ilmu kejiwaan (psikologi) modern, amarah itu perlu diungkapkan jangan dipendam karena akan melahirkan penyakit. Namun, psikologi positif menyatakan, berdasarkan penelitian, orang yang memaafkan hidupnya lebih sehat. Jadi, selaras dengan ayat Al-Qur’an tersebut.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang dari kamu marah dalam keadaan berdiri, hendaklah duduk. Jika belum juga reda, hendaklah berbaring.”

Mengutip buku Terapi Menguasai Rasa Marah: Self Healing Menurut Al-Qur’an Dan Hadis Biar Hidup Lebih Bahagia Tanpa Banyak Beban karya Noerillahi, berikut beberapa cara meredam marah sesuai anjuran Rasulullah SAW yang dijelaskan dalam hadits.

1. Lebih Baik Diam

Salah satu reaksi alami saat marah adalah ingin berbicara atau membalas, tetapi ini bisa memperburuk keadaan. Dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Jika salah seorang dari kalian marah, maka hendaklah ia diam.” (HR Ahmad dan Abu Dawud)

Diam dalam keadaan marah adalah bentuk pengendalian diri dan mencegah keluar kata-kata kasar. Selain itu, dengan diam, seseorang dapat sejenak memberi ruang pada pikiran dan hati agar dapat berpikir jernih dalam berucap dan bertindak.

2. Mengucapkan Ta’awwudz

Langkah selanjutnya yang dianjurkan Rasulullah SAW saat marah adalah membaca ta’awwudz, yaitu:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ

Bacaan latin: A’udzubillaahi minassyaithoonirrajim

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk.”

Doa tersebut berdasarkan hadits Rasulullah SAW, beliau bersabda,

“Sesungguhnya aku mengetahui satu kalimat yang apabila diucapkan oleh orang yang marah, maka amarahnya akan hilang. Jika ia berkata: A’ūdzu billāhi minasy-syaithānir-rajīm, maka amarah itu akan reda.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Amarah sering kali datang karena bisikan setan yang mendorong manusia melakukan keburukan. Maka, dengan mengucapkan ta’awwudz, kita memutus bisikan tersebut dan mengingat Allah SWT.

3. Mengubah Posisi Fisik

Rasulullah SAW juga mengajarkan perubahan posisi tubuh sebagai cara meredam amarah. Beliau bersabda,

“Jika salah seorang di antara kalian marah dalam keadaan berdiri, maka hendaklah ia duduk. Jika kemarahan belum hilang, hendaklah ia berbaring.” (HR Abu Dawud dan Ahmad)

Perubahan posisi ini memiliki efek psikologis. Berdiri menunjukkan kesiapan untuk bertindak atau menyerang, sementara duduk atau berbaring membantu menenangkan diri dan menghilangkan ketegangan fisik.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Ketika Marah, Dibaca Saat Emosi Agar Bisa Meraih Surga



Jakarta

Doa ketika marah bisa dilafalkan saat emosi sedang memuncak. Doa ini dapat meredam marah sehingga kita tidak terjerumus dalam godaan setan.

Marah merupakan jalan tipu daya setan dalam menjebak manusia. Siapapun yang marah ketika emosi maka ia telah gagal mengendalikan diri. Padahal setiap umat muslim dianjurkan untuk bersabar dan menghindari marah.

Dalam sebuah riwayat, Rasulullah SAW bersabda,


وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ، وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ اللَّهُ، وَمَنْ يَتَصَبَّرْ يُصَبِّرْهُ اللَّهُ، وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنْ الصَّبْرِ

Artinya: “Barangsiapa yang berusaha menjaga diri, maka Allah menjaganya, barangsiapa yang berusaha merasa cukup, maka Allah mencukupinya. Barangsiapa yang berusaha bersabar, maka Allah akan menjadikannya bisa bersabar dan tidak ada seorang pun yang dianugerahi sesuatu yang melebihi kesabaran.” (HR Bukhari No 1469).

Doa Saat Marah

Mengutip buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit oleh Hamdan Hamedan, berikut bacaan doa ketika marah.

أعُوذُ بالله من الشيطان الرَّحيم

Arab latin: A’udzu billahi min asy-syaithaani ar-rajiimi

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah SWT dari godaan setan yang terkutuk.” (HR Bukhari dan Muslim)

Adapun, riwayat lengkap mengenai doa tersebut dikisahkan dari Sulaiman bin Shurad RA berkata, “Ada dua orang saling memaki di hadapan Rasulullah SAW, saat itu kami sedang duduk di sampingnya. Salah seorang dari keduanya memaki temannya dengan sangat marah, sehingga tampak mukanya memar merah.

Rasulullah SAW lalu bersabda, ‘Sesungguhnya saya mengetahui sebuah kalimat yang apabila diucapkan, maka marah kalian akan hilang, yaitu: A-‘uudzu billaahi minasy-syaithaanir-rajim (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).'” (HR Muslim)

Selain itu, bisa juga membaca doa ketika marah yang lebih panjang dengan lafaz berikut,

أعُوذُ بالله من الشيطان الرَّحيم اللهم اغْفِرْلِي ذَلِبِي وَأَذْهَبْ غَيْظَ قَلْبِي وَأَجِرْنِي مِنَ النَّارِ

Arab latin: A’uudzu billahi minasy syaithaanir rojiim. Allahummaghfirlii dzanbi wa adzhib ghoizha qalbii wa ajirnii minan naar

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dari godaan Syaitan yang terkutuk. Ya Allah, ampunilah aku, lenyapkanlah amarah dari hatiku dan peliharalah aku dari siksa neraka.” (HR Ibnu Sunni)

Dilansir dari NU Online, Jumat (12/3/2023) Rasulullah SAW mengajarkan doa saat dilanda marah, seperti disebutkan Imam An-Nawawi dalam kitab Al-Adzkar:

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ ذَنْبِيْ ، وَأَذْهِبْ غَيْظَ قَلْبِيْ ، وَأَجِرْنِيْ مِنَ الشَّيْطَانِ

Arab Latin: Allâhummaghfirlî dzanbî, wa adzhib ghaizha qalbî, wa ajirnî minas syaithâni.

Artinya: Tuhanku, ampunilah dosaku, redamlah murka hatiku, dan lindungilah diriku dari pengaruh setan.

Keutamaan Menahan Marah

Sayyid Muhammad Nuh dalam bukunya yang berjudul Penyebab Gagalnya Dakwah, menjelaskan beberapa keutamaan menahan marah. Semasa hidup, Rasulullah SAW telah banyak bersabda tentang orang-orang beriman yang mampu menahan marah.

1. Anjuran dari Rasulullah SAW

Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya ada seseorang yang berkata kepada Rasulullah SAW, “berilah aku nasihat.”

Beliau bersabda, “Janganlah kamu marah,” Beliau mengulanginya beberapa kali. (HR Bukhari dan Tirmidzi)

2. Menghindari murka Allah

Diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bahwasanya ia bertanya pada Rasulullah SAW, “apa yang akan menyelamatkanku dari murka Allah?”

Beliau bersabda, “Janganlah kamu marah.” (HR. Ahmad)

3. Mendapat ganjaran surga

Diriwayatkan dari Abu Darda yang berkata, “Wahai Rasulullah SAW tunjukkan kepadaku sebuah amal yang dapat memasukkan aku ke dalam surga.”

Beliau bersabda, “Janganlah kamu marah.”

Ketika merasa marah, upayakan untuk tidak meluapkannya. Cukup bersabar dan tenangkan diri agar emosi tidak menguasai. Perbanyak membaca taawudz dan istighfar. Semoga Allah SWT senantiasa melindungi hamba-Nya.

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

7 Hadits Keutamaan Menahan Amarah, Salah Satunya Dimasukkan ke Surga


Jakarta

Marah merupakan bentuk ekspresi manusia. Meski begitu, ekspresi yang dilepaskan jangan sampai berlebihan hingga merugikan diri sendiri dan orang sekitar.

Namun, ada keutamaan yang terkandung bagi mereka yang dapat mengendalikan diri ketika marah. Dalam Kitab Ihya Ulumuddin oleh Imam Al Ghazali, Allah SWT memuji umat Islam karena ketenangan diri yang diturunkan kepada orang-orang beriman.

Pada surat Al Fath ayat 26, Allah berfirman:


إِذْ جَعَلَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ فِى قُلُوبِهِمُ ٱلْحَمِيَّةَ حَمِيَّةَ ٱلْجَٰهِلِيَّةِ فَأَنزَلَ ٱللَّهُ سَكِينَتَهُۥ عَلَىٰ رَسُولِهِۦ وَعَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ وَأَلْزَمَهُمْ كَلِمَةَ ٱلتَّقْوَىٰ وَكَانُوٓا۟ أَحَقَّ بِهَا وَأَهْلَهَا ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا

Artinya: “Ketika orang-orang kafir menanamkan dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliyah lalu Allah menurunkan ketenangan kepada Rasul-Nya, dan kepada orang-orang mukmin dan Allah mewajibkan kepada mereka kalimat-takwa dan adalah mereka berhak dengan kalimat takwa itu dan patut memilikinya. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu,”

Ada sejumlah hadits yang membahas tentang larangan marah, apa saja? Berikut bahasannya seperti merujuk pada Ihya Ulumuddin dan arsip detikHikmah.

Kumpulan Hadits tentang Larangan dan Keutamaan Menahan Amarah

1. Wasiat dari Rasulullah

“Dari Abu Hurairah RA bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW, “Berilah wasiat kepadaku.” Sabda Nabi SAW: “Janganlah engkau mudah marah.” Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau, “Janganlah engkau mudah marah,” (HR Bukhari)

2. Diam sebagai Salah Satu Bentuk Amarah

“Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam,” (HR Ahmad dan Bukhari)

3. Mendapat Bidadari pada Hari Kiamat Kelak

“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya, pada hari Kiamat Allah akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk, kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai,” (HR Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah)

4. Dimasukkan ke Dalam Surga

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga,” (HR Ath-Thabrani)

5. Penyelamat dari Murka Allah

“Dari Abdullah bin Amr ra bahwa ia bertanya kepada Rasulullah saw, ‘(Wahai Rasulullah), apa yang dapat menyelamatkanku dari murka Allah?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah saw,” (HR At-Thabrani dan Ibnu Abdil Barr)

6. Menjauhkan dari Murka Allah

“Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah saw, ‘Dosa apa yang besar di sisi Allah?’ ‘Membuat murka Allah,’ jawab Nabi Muhammad saw. Ia bertanya lagi, ‘Apa yang dapat menjauhkanku dari murka-Nya?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah SAW,” (HR Ahmad)

7. Disebut sebagai Orang yang Tidak Terkalahkan

“Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasulullah saw bertanya, ‘Apa yang kalian pikirkan tentang tarung?’ kami menjawab, ‘Orang yang tidak terkalahkan dikeroyok beberapa orang.’ ‘Bukan itu, tapi petarung sejati ialah orang yang mengendalikan dirinya ketika marah,’ jawab Rasulullah SAW,” (HR Muslim)

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Wasiat Rasulullah SAW: Jangan Marah, Bagimu Surga



Jakarta

Ada pesan dari Rasulullah SAW untuk semua umat Islam. Beliau berpesan agar muslim dapat menahan amarahnya karena ada balasan surga dari Allah SWT di baliknya.

Keterangan tersebut bersumber dari hadits dalam Kitab Al Mu’jamul Ausath Nomor 2374. Berdasarkan hal itu, Rasulullah SAW bersabda,

لاَ تَغْضَبْ وَلَكَ الْجَنَّةُ


Artinya: “Jangan kamu marah, maka bagimu Surga (akan masuk Surga).” (HR Ath-Thabrani)

Rasulullah SAW bahkan pernah menyebut, orang yang paling dianggapnya kuat dan perkasa adalah orang yang mampu menahan amarahnya (HR Muslim).

Dalam Islam, marah adalah perbuatan yang dilarang karena dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Imam Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berpendapat, kondisi seseorang yang marah merupakan pintu bagi setan untuk memasuki hati seseorang dan menguasainya.

“Saat setan telah menguasai hati kita melalui pintu amarah, segalanya akan berubah menjadi kacau dan kita kehilangan fungsi pengendalian diri, sepenuhnya dikuasai atas kehendak setan,” jelasnya yang diterjemahkan ‘Aabidah Ummu ‘Aziizah dkk dalam buku Kuliah Adab.

Menahan Diri dari Amarah

Rasulullah SAW dikenal sebagai sosok yang jarang marah maupun berkata kasar. Diceritakan dalam riwayat hadits dari Al Hasan bin Ali yang bersumber dari pamannya, diketahui, amarah Rasulullah SAW biasanya dialihkan dengan memalingkan wajah.

Selain itu, Rasulullah SAW pernah menganjurkan beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meredam amarah. Dikutip dari buku Merajut Kehidupan karya Muhammad Tafsir, langkah pertama adalah membaca Ta’awudz untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT agar tidak terpengaruh oleh setan.

“Sesungguhnya aku tahu satu perkataan apabila dibaca tentu akan menghilangkan rasa marahnya, jika ia ingin membacanya, ‘A’udzubillahi minas-syaithani’ (Aku berlindung kepada Allah dari godaan setan), niscaya kemarahan yang dialaminya hilang.'” (HR Bukhari)

Kedua, ketika amarah membara, menahan lisan untuk tidak berkata dan berbicara merupakan langkah terbaik. Imam Ahmad meriwayatkan hadits, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian marah, diamlah.” (HR Ahmad)

Selanjutnya, Rasulullah SAW menyarankan bagi seorang yang sedang marah untuk mengambil wudhu, karena emosi itu akan padam karena terkena air. Dari Athiyyah as-Sa’di RA berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amarah itu dari setan dan setan diciptakan dari api. Api akan padam dengan air. Apabila salah seorang dari kalian marah, hendaknya berwudhu.” (HR Abu Dawud)

Terakhir, orang yang merasa marah dapat segera mengubah posisi badan. Dengan kata lain, Bila seseorang marah saat berdiri maka duduk menjadi posisi paling pas untuk meredakannya. Namun bila duduk tidak mempan juga maka disarankan untuk berbaring.

Dari Abu Dzarr RA, Nabi SAW bersabda, “Bila salah satu di antara kalian marah saat berdiri, maka duduklah. Jika marahnya telah hilang (maka sudah cukup). Namun jika tidak lenyap pula maka berbaringlah.” (HR Abu Dawud)

(dvs/erd)



Sumber : www.detik.com

Hadits Larangan Marah dalam Islam, Muslim Pahami Yuk!


Jakarta

Marah adalah satu dari sekian banyak ekspresi yang dimiliki oleh manusia. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya rasa marah.

Islam sendiri tidak pernah melarang manusia untuk marah karena hal itu manusiawi. Hanya saja, ada sejumlah keutamaan yang diraih bagi kaum muslimin apabila dapat menahan dan mengendalikan amarahnya.

Dalam surah Ali Imran ayat 133-134, Allah SWT berfirman:


وَسَارِعُوٓا۟ إِلَىٰ مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلْأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (133) ٱلَّذِينَ يُنفِقُونَ فِى ٱلسَّرَّآءِ وَٱلضَّرَّآءِ وَٱلْكَٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ (134)

Arab latin: Wa sāri’ū ilā magfiratim mir rabbikum wa jannatin ‘arḍuhas-samāwātu wal-arḍu u’iddat lil-muttaqīn. Allażīna yunfiqụna fis-sarrā`i waḍ-ḍarrā`i wal-kāẓimīnal-gaiẓa wal-‘āfīna ‘anin-nās, wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn

Artinya: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Selain dalil Al-Qur’an, ada sejumlah hadits yang membahas tentang larangan marah dan keutamaannya. Simak bahasannya seperti dinukil dari buku Ihya Ulumuddin oleh Imam Al Ghazali dan arsip detikHikmah.

Hadits Larangan Marah

Larangan marah di sini bukan berarti benar-benar tidak boleh marah. Melainkan lebih kepada menahan diri ketika marah atau naik pitam, sebab ekspresi marah yang berlebihan dapat merugikan diri sendiri hingga orang lain.

1. Hadits Jangan Mudah Marah

Dari Abu Hurairah RA bahwa ada seorang laki-laki berkata kepada Nabi SAW,

“Berilah wasiat kepadaku,” Sabda Nabi SAW: “Janganlah engkau mudah marah.” Maka diulanginya permintaan itu beberapa kali. Sabda beliau, “Janganlah engkau mudah marah.” (HR Bukhari)

2. Hadits Anjuran Menahan Amarah

“Seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘Dosa apa yang besar di sisi Allah?’ ‘Membuat murka Allah,’ jawab Nabi Muhammad saw. Ia bertanya lagi, ‘Apa yang dapat menjauhkanku dari murka-Nya?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah SAW,” (HR Ahmad)

3. Hadits Menahan Marah sebagai Penyelamat Murka Allah

“Dari Abdullah bin Amr RA bahwa ia bertanya kepada Rasulullah SAW, ‘(Wahai Rasulullah), apa yang dapat menyelamatkanku dari murka Allah?’ ‘Tahan marah,’ jawab Rasulullah saw,” (HR At-Thabrani dan Ibnu Abdil Barr)

4. Hadits Anjuran Diam ketika Marah

Dari Ibnu Abbas RA, Nabi SAW bersabda:

“Apabila seorang dari kalian marah, hendaklah ia diam.” (HR Ahmad dan Bukhari)

5. Hadits Orang yang Menahan Marah Niscaya Diganjar Surga

Dari Abu Darda RA, Rasulullah SAW bersabda:

“Jangan kamu marah, maka kamu akan masuk Surga.” (HR Ath-Thabrani)

Demikian sejumlah hadits yang membahas tentang larangan marah. Semoga bermanfaat!

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Allahu Yahdik dan Waktu yang Tepat untuk Mengamalkannya


Jakarta

Umat Islam selalu diajarkan untuk bertutur kata baik. Ditambah, sesama umat Islam diperintahkan untuk saling mendoakan kebaikan, baik secara langsung atau sembunyi-sembunyi.

Sering kali kita tidak sadar mengucapkan kata yang sebenarnya bermakna doa. Misalnya, Assalamu’alaikum yang bermakna “semoga Allah melimpahkan keselamatan, rahmat, dan keberkahan untukmu”.

Bagi umat Islam mungkin sudah tidak asing lagi dengan kata Allahu Yahdik. Namun tidak menutup kemungkinan, kata tersebut masih terdengar asing ditelinga, tidak taju artinya dan juga maknanya.


Lalu apa arti Allahu Yahdik dan kapan harus memakai Allahu Yahdik? Lalu apa hikmah dari mengucapkan Allahu Yahdik?

Pengertian Allahu Yahdik

Seperti yang dapat dilihat, Allahu Yahdik ( اللَهُ يَهْدِك) terdiri dari dua kata, yakni Allahu yang artinya “Allah”, dan Yahdik yang artinya “Membalas dengan kebaikan” atau “Memberi petunjuk kebaikan.” Menukil buku The Prophetic Parenting oleh A.R. Shohibul Ulum, bisa disimpulkan jika kata Allahu Yahdik memiliki makna “Semoga Allah memberimu cahaya hidayah/petunjuk”.

Allahu yahdik dapat digunakan dengan berbagai varian tulisan dan pengucapan, disesuaikan juga dengan siapa kita berbicara. Berikut cara memakainya:

  • Allahu yahdika (اَللهُ يَهْدِيكَ), ucapan tersebut ditujukan kepada laki-laki.
  • Allahu yahdiki (اَللهُ يَهْدِيكِ), ucapan tersebut ditujukan kepada perempuan.
  • Allahu yahdikuma (اَللهُ يَهْدِيكُمَا), ucapan tersebut ditujukan kepada dua orang laki-laki, atau dua orang perempuan, atau dua orang terdiri dari laki-laki dan perempuan.
  • Allahu yahdikum (اَللهُ يَهْدِيكُمْ), ucapan tersebut ditujukan kepada banyak laki-laki.
  • Allahu yahdikunna (اَللهُ يَهْدِيكُنَّ), ucapan tersebut ditujukan kepada banyak perempuan.

Waktu yang Tepat untuk Mengucapkan Allahu Yahdik

Untuk mengucapkan Allahu Yahdik ada waktu tertentu. Merangkum dari berbagai sumber, kata ini sesuai ketika kita bertemu dengan seseorang yang sedang kebingungan prihal agama, sehingga kita mendoakannya agar Allah segera memberinya petunjuk.

Adapun kata ini diucapkan saat ada seseorang yang berbuat kesalahan dan maksiat. Agar orang tersebut selalu ingat dengan Allah, dan semoga hidayah dari Allah segara turun kepadanya.

Namun mengucapkan Allahu Yahdik tidak boleh dibarengi dengan perasaan merendahkan orang lain, atau merasa diri sendiri paling benar. Sebagian orang yang mengucapkan kata ini seolah-olah orang yang ada di hadapannya berada di dalam kesesatan dan jauh dari jalan Allah SWT.

Selain itu Allahu Yahdik juga bisa dipakai ketika seseorang sedang marah. Karena ucapan adalah doa, maka daripada mengucapkan hal-hal yang buruk lebih baik mendoakan orang yang sedang membuat kita kesal atau marah.

Oleh karena itu, marilah kita menjaga perkataan kita agar tidak mengucapkan doa atau ungkapan buruk terutama kepada saudara atau keturunan kita. Saat kita merasa sangat marah terhadap anak atau keluarga, alangkah baiknya jika kita menggantinya dengan kata-kata yang baik.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyampaikan,

ثَلَاثُ دَعْوَاتٍ يُسْتَجَابُ لَهُنَّ لَا شَكَّ فِيْهِنَّ : دَعْوَةُ المَظْلُوْمِ وَ دَعْوَةُ المُسَافِرِ وَ دَعْوَةُ الوَالِدِ لِوَلَدِهِ.

“Tiga doa yang pasti dikabulkan dan tidak ada keraguan dalam terkabulnya: doa orang yang dizalimi, doa orang yang bepergian, dan doa kebaikan orang tua untuk anaknya.” (HR. Muslim no. 3009).

Makna dan Hikmah Mengucapkan Allahu Yahdik

Sejumlah hikmah dapat diperoleh dari pengucapan Allahu Yahdik. Salah satu hikmahnya adalah kita saling mendoakan sesama muslim agar selalu berada di jalan Allah SWT.

Mengucapkan Allahu Yahdik dapat memotivasi diri kita dan orang lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Terlebih dalam meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT agar senantiasa ada dalam hidayah.

Selain itu, saat kita mengingatkan saudara sesama muslim untuk tidak berbuat maksiat, secara tidak langsung kita juga mengingatkan diri sendiri untuk tidak berbuat maksiat dan selalu mendekat kepada Allah SWT. Maka pengucapan kata ini sangat memiliki makna besar bagi orang lain maupun diri sendiri agar tidak terjerumus dalam dosa.

Hidayah adalah hal prerogatif Allah SWT, manusia hanya dapat berusaha untuk memperolehnya. Hidayah merupakan bukti maha kekuasaan Allah SWT terhadap hambanya.

Semoga detikers adalah hamba Allah yang selalu berada di jalan-Nya dan selalu dilimpahkan hidayah. Amin.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com

Jangan Emosi! Ini 7 Keutamaan Menahan Marah Sesuai Hadits



Jakarta

Marah terjadi jika emosi yang dialami oleh setiap manusia meluap. Namun dalam Islam, menahan marah dianggap sebagai tindakan luhur yang membawa keberkahan dan pahala.

Seorang muslim juga akan mendapatkan keutamaan yang mulia jika ia mampu menahan marahnya. Lantas, bagaimana cara menahan marah? Dan apa saja keutamaan menahan marah?

Keutamaan Menahan Marah

Merujuk pada buku Ihya Ulumiddin: Menghidupkan Kembali Ilmu-ilmu Agama oleh Imam Al-Ghazali, berikut beberapa keutamaan menahan marah sesuai dengan hadits:


1. Allah SWT akan Menahan Siksa-Nya

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang menahan kemarahannya, niscaya Allah menahan siksa-Nya daripadanya, dan siapa saja yang mengemukakan alasannya kepada Rabbnya, niscaya Allah menerima alasannya, dan siapa saja yang menyimpan lidahnya, niscaya Allah menutupi auratnya (segala sesuatu, yang dianggap malu). (HR Thabrani dan lainnya)

2. Termasuk Orang yang Kuat

Rasulullah SAW bersabda, “Orang-orang yang kuat di antara kalian adalah orang yang dapat mengalahkan hawa nafsunya ketika marah, dan orang yang paling santun di antara engkau adalah orang yang memaafkan ketika mampu.” (HR Ibnu ad-Dunya dan lainnya)

3. Mendapat Ridha dari Allah SWT pada Hari Kiamat

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang menahan marah di mana seandainya ia mau melaksanakannya, maka ia dapat melaksanakannya, niscaya Allah memenuhi kalbunya dengan keridhaan pada hari Kiamat.”

Dalam riwayat lain dinyatakan, “Niscaya Allah memenuhi kalbunya dengan rasa aman, dan keimanan.” (HR Ibnu ad-Dunya dan lainnya)

4. Mendapatkan Pahala yang Besar

Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seorang hamba meneguk tegukan yang lebih besar pahalanya daripada seteguk kemarahan yang ditahannya karena mengharapkan keridhaan Allah.” (HR Ibnu Majah)

5. Terlindung dari Neraka Jahannam

Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya neraka Jahannam mempunyai pintu yang tidak memasukinya kecuali orang yang sembuh kemarahannya dengan perbuatan maksiat kepada Allah Ta’ala.”

6. Hatinya Dipenuhi dengan Keimanan

Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada tegukan yang lebih disukai oleh Allah SWT daripada tegukan kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba. Dan tidaklah seorang hamba menahannya, kecuali Allah memenuhi kalbunya dengan keimanan.” (HR Ibnu ad-Dunya)

7. Mendapatkan Bidadari

Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja menahan kemarahan, sedang ia mampu melaksanakannya, maka Allah memanggilnya di hadapan makhluk-makhluk dan Dia menyuruhnya memilih mana bidadari yang dikehendaki.”

Cara Menahan Marah

Agar mendapatkan keutamaan dari menahan marah, maka setiap muslim harus mampu menahan perasaan marah dari dirinya. Merujuk pada Buku Ajar Akidah Akhlak oleh Syafiuddin dan Machnunah Ani Zulfah, berikut cara menahan marah:

1. Menahan marah dengan beristighfar

Jika seseorang sedang marah dalam keadaan berdiri, maka cara meredamnya dengan duduk. Namun jika marah dalam keadaan duduk, maka berusaha untuk tiduran atau berbaring sambil membaca istighfar.

2. Meredam marah dengan menahan diri

Pada suatu saat, datanglah seorang laki-laki yang meminta wasiat Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW memberinya wasiat agar jangan marah.

3. Meredam marah dengan berwudhu

Wudhu menjadi salah satu cara untuk meredam rasa marah. Sebab, wudhu mampu mensucikan semua tindakan yang kurang suci, seperti rasa marah.

4. Meredam marah dengan berdiam diri

Obat yang sangat ampuh ketika marah muncul adalah diam. Sebab, jika sedang marah pasti kata-kata kasar akan keluar karena tidak bisa mengontrol. Maka dari itu, alangkah baiknya diam ketika sedang marah.

5. Meredam marah dengan membaca ta’awudz

Dengan membaca ta’awudz, maka seseorang memohon perlindungan Allah SWT dari godaan setan yang selalu membangkitkan rasa marah. Melalui syari’at Allah SWT yang agung, Allah SWT melindungi hamba-Nya dari segala kelicikan dan keburukan setan jika hamba-Nya membaca ta’awudz.

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Hadits Rasulullah SAW: Jangan Marah, Bagimu Surga


Jakarta

Sebuah hadits shahih menyebutkan, Rasulullah SAW pernah berwasiat kepada umatnya tentang larangan marah sebab bagimu surga.

Disebutkan dalam buku Syarah Hadits Arba’in yang disyarah oleh Imam Muhyiddin An-Nawawi, dkk, Rasulullah SAW berwasiat kepada seorang yang datang kepada beliau.

Orang itu berkata, “Ya Rasulullah, ajarilah aku ilmu yang dapat mendekatkanku menuju surga dan menjauhkan diriku dari neraka.” Rasulullah SAW menjawab, “Jangan marah maka engkau akan berhak mendapatkan surga.” (HR Ath-Thabrani)


Jangan marah, bagimu surga. Kalimat ini tentu sudah sering didengar oleh para muslimin. Sebab, Allah SWT yang menjanjikan surga kepada orang yang bisa menahan amarah dan memaafkan.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali-Imran ayat 133-134 yang berbunyi,

۞ وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ ١٣٣ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ ١٣٤

Artinya: Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga (yang) luasnya (seperti) langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.

Larangan Marah dalam Islam

Marah merupakan sifat manusiawi dan bisa dialami siapa saja. Bedanya, orang yang beriman hendaknya tidak meluapkan amarah tersebut dan malah dikuasai oleh emosi. Apalagi ia malah bertindak yang melampaui batas.

Rasulullah SAW pernah berkata, orang-orang yang bisa menahan amarah meskipun ia sangat emosi dan bisa meluapkannya disebut sebagai orang yang kuat. Dilansir buku 100 Hadits Pilihan (Materi Hafalan, Kultum dan Ceramah Agama) oleh Muh. Yunan Putra, disebutkan hadits sahih yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW,

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ لَيْسَ الشَّدِيدُ بِالصُّرَعَةِ إِنَّمَا الشَّدِيدُ الَّذِي يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ (رواه البخاری، مسلم و أحمد)

Artinya: Dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah orang yang kuat adalah orang yang pandai bergulat, tapi orang yang kuat adalah orang yang dapat menahan nafsunya ketika ia marah.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Rasulullah SAW bahkan mengulangi perintah untuk menahan marah berkali-kali. Ketika itu ada seorang sahabat meminta nasihat kepada beliau, kemudian beliau bersabda,

حدثني يحيى بن يوسف اخبرنا ابو بكر هو ابن عباس عن أبي حصين عن ابي صالح عن ابي هريرة الله أن رجلا قال للنبي ﷺ أوصني قال: لا تغضب فردد مرارا قال لا تغضب. رواه البخاري

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Yusuf, telah memberitahukan kepada kami Abu Bakar dari Abi Hasin dari Abi Sholih dari Abu Hurairah RA bahwasanya ada seorang lelaki berkata kepada nabi SAW: “Wasiatilah aku” Nabi bersabda: “Jangan marah” la mengulanginya beberapa kali. Nabi bersabda: “Jangan marah.” (HR Bukhari)

Untuk menaati perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk menahan amarah dan emosi. Apa saja itu?

Cara Menahan Amarah

Dalam sumber sebelumnya disebutkan, Rasulullah SAW berpesan, amarah bisa diredam dengan melakukan beberapa hal, yakni duduk, tidur atau berbaring, dan wudhu. Rasulullah SAW bersabda,

إِيَّاكُمْ وَ الْغَضَبَ فَإِنَّهُ حَمْرَةٌ تَتَوَقَّدُ فِي فُؤَادِ ابْنِ آدَمَ أَلَمْ تَرَ إِلَى أَحَدِكُمْ إِذَا غَضِبَ كَيْفَ تَحْمَرُّ عَيْنَاهُ وَتَنْفَتِحُ أَوْدَاجُهُ فَإِذَا أَحَسَّ أَحَدُكُمْ بِشَيْءٍ مِنْ ذَلِكَ فَلْيَضْطَجِعْ أَوْ لِيَلْصَقْ بِالْأَرْضِ

Artinya: “Jauhilah sikap marah karena ia merupakan bara yang akan menyala di dalam hati anak keturunan Adam. Tidakkah kamu lihat salah seorang di antara kalian jika dia marah, bagaimana ketika matanya memerah dan urat lehernya membengkak. Jika salah seorang di antara kamu merasakan sesuatu dari hal itu, hendaklah dia berbaring atau duduk ke tanah.” (HR Ahmad)

Di lain kesempatan, beliau juga berwasiat kepada umatnya, “Sesungguhnya, marah itu datangnya dari setan: sedangkan setan itu tercipta dari api; sedangkan api itu dapat dipadamkan dengan air. Maka, jika salah seorang di antara kalian marah, hendaklah segera berwudhu.” (HR Ahmad)

Hadits-hadits di atas menjelaskan, apabila seseorang sedang dikuasai emosi, hendaknya ia menahannya. Jika ia sedang berdiri, duduklah. Jika dia sedang duduk, berbaringlah. Terakhir, jika semua itu sudah dilakukan dan masih marah, berwudhulah.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Abu Bakar yang Menahan Marah saat Dicela


Jakarta

Menahan marah memang tidak mudah, tapi muslim wajib melakukannya. Sebuah kisah dari Abu Bakar RA mengajarkan bahwa menahan marah adalah perbuatan mulia.

Rasulullah SAW mengajarkan umat Islam untuk menahan marah ketika sedang merasa emosi. Anjuran menahan marah telah dijelaskan dalam beberapa hadits.

Dari Abu Hurairah RA, ia berkata bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat ialah orang yang dapat menahan dirinya di kala sedang marah.” (HR Bukhari dan Muslim).


Dalam Al-Qur’an terdapat ayat yang memerintahkan setiap muslim untuk menahan amarah. Siapapun yang mampu menahan marahnya maka termasuk dalam golongan orang bertakwa yang mendapat ampunan Allah SWT.

Dalam surat Ali Imran ayat 133-134, Allah SWT berfirman yang artinya, “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.”

Kisah Abu Bakar Menahan Marah

Mengutip buku Kisah Mengagumkan dalam Kehidupan Rasulullah SAW karya Khoirul Anam, dikisahkan suatu ketika Rasulullah SAW sedang duduk bersama Abu Bakar RA. Tiba-tiba muncul seseorang yang mencela Abu Bakar RA.

Menyaksikan tingkah orang itu, Rasulullah SAW hanya diam dan tersenyum. Namun, Abu Bakar merasa jengkel dan kesal mendengar celaan orang itu sehingga ia pun balas mencelanya. Namun, Rasulullah SAW tidak menyukai hal yang dilakukan Abu Bakar.

Beliau bangkit berdiri dan merengkuh pundak Abu Bakar dengan raut wajah yang menampakkan kemarahan.

Tentu saja Abu Bakar merasa heran dan bertanya, “Ya Rasul, ketika orang itu mencelaku, kau tetap duduk dan diam. Namun, ketika aku membantah celaannya, engkau tampak marah dan berdiri?”

Rasulullah SAW menjelaskan, “Ketika kau diam dan tidak membalas, ada malaikat yang menyertaimu dan ialah yang membantah celaan orang itu. Namun ketika kau mulai membantahnya, malaikat itu pergi dan yang datang adalah setan.”

Abu Bakar terdiam mendengar penjelasan Rasulullah SAW kemudian beliau melanjutkan, “Hai Abu Bakar, ada tiga hal yang semuanya benar. Pertama, ketika seorang hamba dizalimi, kemudian ia memaafkan karena Allah, niscaya Allah akan memuliakannya dengan pertolongan-Nya. Kedua, ketika seorang hamba memberi sedekah dan menginginkan kebaikan, Allah akan menambah banyak hartanya. Ketiga, ketika seorang hamba meminta harta kepada manusia untuk memperbanyak hartanya, niscaya Allah tambahkan kepadanya kekurangan.”

Dalam kesempatan lain, beliau bersabda, “Jika engkau marah, diamlah. Jika engkau marah, diamlah. Jika engkau marah, diamlah.”

(dvs/inf)



Sumber : www.detik.com