Tag Archives: maryam binti imran

Bacaan Doa Nabi Zakaria Meminta Keturunan yang Mustajab


Jakarta

Nabi Zakaria AS dikenal sebagai salah satu Nabi yang dengan penuh kesabaran dalam berdoa kepada Allah SWT agar diberikan keturunan. Doa Nabi Zakaria sering kali menjadi inspirasi bagi umat Islam yang juga berharap untuk dikaruniai anak.

Mau tahu lebih lanjut tentang bacaan doa Nabi Zakaria meminta keturunan yang mustajab? Simak selengkapnya dalam artikel ini.

Kisah Nabi Zakaria AS dalam Meminta Keturunan

Menurut buku Kisah Para Nabi tulisan Imam Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Dudi Rosyadi. Salah satu ulama besar, Al-Hafizh Abul Qasim Ibnu Asakir, dalam kitabnya menyebutkan bahwa Nabi Zakaria AS adalah putra dari Berekhya, sementara nasabnya menyambung hingga Nabi Daud AS.


Nabi Zakaria AS juga dikenal sebagai bapak dari Nabi Yahya AS, keduanya berasal dari Bani Israil. Sebelum Nabi Yahya lahir, Nabi Zakaria diketahui senantiasa berdoa kepada Allah agar diberi keturunan.

Kisah Nabi Zakaria AS dalam meminta keturunan merupakan salah satu contoh kuat tentang kesabaran dan keyakinan yang tidak pernah pudar kepada Allah SWT, bahkan di tengah kondisi yang tampaknya mustahil.

Dalam Al-Qur’an, diceritakan bahwa Nabi Zakaria AS sudah lanjut usia, begitu pula istrinya yang telah berusia lanjut dan mandul. Namun, keinginan Nabi Zakaria AS untuk memiliki keturunan yang bisa meneruskan risalah Allah SWT tidak pernah padam.

Beliau terus berdoa dengan penuh keikhlasan, meminta seorang anak yang akan menjadi penerusnya dalam menjaga ajaran Allah SWT di tengah kaumnya.

Dalam salah satu doanya yang terekam di dalam sumber sebelumnya, Nabi Zakaria AS memohon kepada menjelaskan kondisi tubuhnya yang sudah tua pada masa itu menunjukkan bahwa Nabi Zakaria AS sadar akan usianya yang sudah sangat lanjut, namun keyakinannya kepada rahmat Allah SWT tetap kuat.

Ia berdoa dengan rendah hati, menyadari ketidakmampuannya secara fisik, tetapi tetap yakin bahwa Allah SWT Maha Kuasa untuk mengabulkan segala permohonan hamba-Nya, apapun kondisi mereka.

Lebih lanjut, Nabi Zakaria AS tidak pernah kecewa dalam doanya kepada Allah SWT. Bahkan, dalam setiap permohonan yang beliau panjatkan, Allah SWT selalu mengabulkan apa yang beliau mohonkan.

Ini menjadi cerminan bagi kita bahwa tidak ada yang sia-sia dalam berdoa kepada Allah SWT, asal dilakukan dengan keyakinan penuh dan hati yang bersih.

Selain itu, Nabi Zakaria AS juga menyadari bahwa kebesaran Allah SWT terlihat ketika Maryam binti Imran mendapatkan buah-buahan meski bukan musimnya.

Ini yang menjadi pemicu kuat bagi Nabi Zakaria AS untuk kembali memohon kepada Allah SWT agar dianugerahi seorang anak, meskipun secara logika manusia hal tersebut tampak mustahil.

Nabi Zakaria AS juga menyampaikan kekhawatirannya tentang kaumnya setelah ia tiada. Beliau merasa takut bahwa setelah kepergiannya, ajaran tauhid yang selama ini ia ajarkan akan dilupakan atau diabaikan oleh Bani Israil.

Oleh karena itu, Nabi Zakaria AS berdoa agar diberi seorang anak yang dapat menjaga risalah kenabiannya, seorang anak yang bukan hanya menjadi penerus nasabnya, tetapi juga menjadi penerus ajaran yang benar di kalangan Bani Israil.

Akhirnya, doa Nabi Zakaria meminta keturunan yang penuh dengan kerendahan hati dan keyakinan tersebut dikabulkan oleh Allah SWT. Meskipun beliau dan istrinya telah tua dan istrinya diketahui mandul, Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya dengan menganugerahi Nabi Zakaria AS seorang anak, yaitu Nabi Yahya AS.

Anugerah ini tidak hanya menjadi jawaban atas doa Nabi Zakaria meminta keturunan, tetapi juga merupakan tanda bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Nabi Yahya AS kemudian tumbuh menjadi seorang Nabi yang meneruskan ajaran tauhid dan menjadi pemimpin spiritual yang dihormati di kalangan Bani Israil.

Hikmah dari Kisah Nabi Zakaria dalam Meminta Keturunan

Kisah Nabi Zakaria AS ini memberikan banyak pelajaran penting bagi kita. Pertama, bahwa dalam kondisi apapun, kita harus tetap bersabar dan terus berdoa kepada Allah SWT, karena Allah SWT Maha Mendengar dan Maha Mengabulkan.

Kedua, bahwa memiliki keturunan yang saleh adalah salah satu anugerah terbesar yang bisa diberikan oleh Allah SWT kepada seorang hamba, terutama jika keturunan tersebut bisa meneruskan ajaran kebenaran.

Terakhir, kisah ini juga mengingatkan kita bahwa meskipun manusia memiliki keterbatasan, kuasa Allah SWT tidak mengenal batas. Apa yang tampaknya mustahil bagi manusia, sangat mungkin bagi Allah jika Ia menghendakinya.

2 Bacaan Doa Nabi Zakaria Meminta Keturunan Lengkap dengan Arab, Latin, dan Artinya

Kisah sebelumnya menjadikan inspirasi bagi pasangan yang tengah menantikan buah hati. Dalam keadaannya, Nabi Zakaria AS mengajarkan kepada kita bahwa manusia hanya perlu berdoa dengan penuh keyakinan, percaya bahwa Allah SWT tidak pernah mengecewakan hamba-Nya.

Sebagaimana tertulis dalam Al-Qur’an, Allah SWT mengabulkan doa Nabi Zakaria meminta keturunan di dua ayat, yaitu dalam surah Ali Imran ayat 38 dan surah Al-Anbiya ayat 89, di mana Nabi Zakaria meminta keturunan yang saleh dan penuh kebaikan.

Untuk mempermudah pembaca yang ingin mengikuti jejak Nabi Zakaria AS dalam berdoa, berikut ini dua bacaan doa Nabi Zakaria meminta keturunan dikutip dari buku Tadabbur Doa Sehari-Hari Berdoa dan Berzikir Dimasa saja, Kapan saja. Hati Selalu bersama Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang ditulis Jumal Ahmad lengkap dengan teks Arab, latin, dan artinya, yang bisa dibaca dalam keseharian, terutama bagi pasangan yang mendambakan buah hati.

1. Doa Nabi Zakaria Meminta Keturunan 1: Surah Ali Imran

Dalam Al-Qur’an Surah Ali Imran ayat 38.

رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاءِ

Latinnya: Rabbi hab li mil ladungka żurriyyatan tayyibah, innaka sami’ud-du’a`.

Artinya “Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.”

2. Doa Nabi Zakaria Meminta Keturunan 2: Surah Al-Anbiya

Dalam Al-Qur’an Surah Al-Anbiya ayat 89.

رَبِّ لَا تَذَرْنِي فَرْدًا وَأَنتَ خَيْرُ الْوَرِثِينَ

Latinnya: Rabbi lā tażarnī fardaw wa anta khairul-wārisin.

Artinya: “Ya Tuhanku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.”

Demikianlah doa yang dipanjatkan Nabi Zakaria untuk meminta keturunan. Dalam Al-Qur’an, doa ini diabadikan sebagai bentuk keteguhan iman dan kesabaran dalam menanti karunia Allah SWT.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Perjuangan Maryam Melahirkan Nabi Isa di Bulan Dzulhijjah


Jakarta

Nabi Isa AS adalah salah satu dari 5 nabi bergelar Ulul Azmi (Nabi Muhammad SAW, Nabi Musa AS, Nabi Ibrahim AS, dan Nabi Nuh AS) karena keimanan dan ujian yang mereka dapatkan.

Dilansir dalam buku Ulul Azmi: 5 Kisah Nabi yang Luar Biasa karya Nurul Ihsan disebutkan bahwa Nabi Isa AS merupakan keturunan dari Daud. Beliau dilahirkan tanpa adanya seorang ayah. Nabi Isa AS lahir dari rahim seorang wanita bernama Maryam. Banyak orang menuduh kalau Maryam berbuat zina karena lahirnya Nabi Isa AS.

Proses kelahiran Nabi Isa AS terabadikan dalam Al-Qur’an surah Maryam ayat 22-26:


فَحَمَلَتْهُ فَانْتَبَذَتْ بِهِ مَكَانًا قَصِيًّا (22) فَأَجَاءَهَا الْمَخَاضُ إِلَى جِذْعِ النَّخْلَةِ قَالَتْ يَا لَيْتَنِي مِتُّ قَبْلَ هَذَا وَكُنْتُ نَسْيًا مَنْسِيًّا (23) فَنَادَاهَا مِنْ تَحْتِهَا أَلَّا تَحْزَنِي قَدْ جَعَلَ رَبُّكِ تَحْتَكِ سَرِيًّا (24) وَهُنِّي إِلَيْكِ بِجِذْعِ النَّخْلَةِ تُسَاقِطْ عَلَيْكِ رُطَبًا جَنِيًّا (25) فَكُلِي وَاشْرَبِي وَقَرِي عَيْنًا فَإِمَّا تَرَينَّ مِنَ الْبَشَرِ أَحَدًا فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْمًا فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنْسِيًّا (26)

Artinya: “Maryam pun mengandung (Nabi Isa), kemudian ia pergi ke tempat yang jauh. Saat ia ditimpa sakit akan melahirkan, ia bersandar di batang pohon kurma seraya berkata: Duhai seandainya aku mati sebelum ini dan aku menjadi sesuatu yang dilupakan. Makhluk yang berada di bawahnya berseru: Janganlah engkau bersedih. Rabbmu telah membuatkan aliran sungai kecil di bawahmu. Goyangkanlah pohon kurma itu, niscaya akan berjatuhan kurma-kurma muda yang mudah dijangkau. Silakan makan, minum, dan senangkan hatimu. Apabila ada seseorang yang melihatmu, isyaratkanlah dengan menyatakan bahwa aku bernadzar puasa kepada ar-Rahmaan (Allah Yang Maha Penyayang) sehingga aku tidak berbicara (dahulu) dengan manusia siapapun.” (Q.S Maryam ayat 22-26).

Kelahiran Nabi Isa AS

M. Faizi dalam buku Kisah Nyata 25 Nabi dan Rasul menjelaskan bahwa kelahiran Nabi Isa AS adalah pertanda berakhir seorang nabi diutus dari Bani Israil dan tanda berawalnya tahun Masehi.

Nabi Isa AS lahir sekitar tahun 622 tahun sebelum hijrahnya Rasulullah SAW dari kota Makkah ke kota Madinah. Beliau lahir di Baitlahm (Betlehem), dekat Baitul Maqdis, daerah Palestina di bulan Dzulhijjah.

Nabi Isa AS lahir dari seorang ibu bernama Maryam binti Imran. Lahir tanpa seorang ayah dalam artian bahwa Allah SWT memberikan mukjizatnya kepada Maryam dalam keadaan perawan dapat melahirkan seorang anak tanpa ayah.

Saat Maryam hamil dia merasa cemas dan khawatir, karena di masa itu hamil tanpa suami adalah aib yang dapat mencoreng nama baiknya, maka mendekati kehamilannya, Maryam pun meninggalkan rumahnya. Di bawah sebatang pohon kurma kering, jauh dari rumahnya, Maryam melahirkan Isa AS.

Sekalipun sudah berusaha meninggalkan rumahnya, berita kelahirannya tetap sampai di telinga para penduduk, hingga dia dituduh berzina oleh mereka.

Mukjizat pertama dari Allah SWT pun turun kepada Nabi Isa AS yang saat itu masih balita. Ketika seharusnya manusia seumur nya belum mampu berbicara, Isa AS kecil diberikan kemampuan untuk mengucapkan kebenaran.

Perkataan Nabi Isa AS disebutkan dalam surah Maryam ayat 30-34:

قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّا

Artinya: 30. “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku Al Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi,”

وَجَعَلَنِى مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنتُ وَأَوْصَٰنِى بِٱلصَّلَوٰةِ وَٱلزَّكَوٰةِ مَا دُمْتُ حَيًّا

Artinya: 31. “dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkati di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) salat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup.”

وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًا شَقِيًّا

Artinya: 32. “dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka.”

وَٱلسَّلَٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا

Artinya: 33. “Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari aku dilahirkan, pada hari aku meninggal dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali.”

ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ ٱلْحَقِّ ٱلَّذِى فِيهِ يَمْتَرُونَ

Artinya: 34. “Itulah Isa putra Maryam, yang mengatakan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.”

Isa AS mengatakan bahwa ibunya (Maryam) tidak melakukan kesalahan apapun, kelahirannya semata-mata karena kemampuan dan izin dari Allah SWT.

Bagaimana Maryam Hamil?

Mengutip buku Nabi Isa Dan Bunda Maryam dalam Pandangan Ulama Islam karya Abu Utsman Kharisman dijelaskan proses kehamilan Maryam tanpa peran seorang pria.

Dari Wahb bin Munabbih (Seorang Tabi’i):”Kemudian (Malaikat Jibril) meniupkan di kerah baju Maryam hingga sampailah tiupan itu ke rahimnya, hingga ia hamil.” (Diriwayatkan oleh AtThobariy dalam tafsirnya)

Percakapan Maryam dengan Yusuf an-Najjar yang sama-sama mengurus rumah ibadah pada zaman itu. Yusuf yang mengathui bahwa Maryam adalah wanita sholehah lagi baik imannya bertanya dengan kata-kata kiasan kepada Maryam.

· Apakah mungkin tumbuh tanaman tanpa adanya benih?

· Apakah mungkin tumbuh pohon tanpa adanya hujan yang mengiringinya?

· Apakah bisa terlahir seorang anak tanpa ada ayahnya?

Maka terjadilah percakapan antara Maryam dan Yusuf.

Maryam menjawab, “Ya, tidakkah Anda mengetahui bahwasanya Allah Ta’ala menumbuhkan tanaman pada hari penciptaannya tanpa didahului dengan benih? Sedangkan benih yang ada saat ini adalah berasal dari tanaman yang Allah tumbuhkan tanpa bermula dari benih sebelumnya.”

Selanjutnya Maryam berkata, “Tidakkah Anda mengetahui bahwasanya Allah dengan kekuasaan-Nya menumbuhkan pohon tanpa hujan. Dan Dia dengan kekuasaan itu menjadikan hujan sebagai penyebab kehidupan bagi pohon setelah Dia menciptakan masing- masing secara tersendiri. Ataukah Anda berkata: Allah tidak menumbuhkan pohon hingga harus minta pertolongan pada air, yang kalau tanpa air Dia tidak mampu menumbuhkannya?”

Yusuf an-Najjar berkata, “Aku tidak berkata demikian. Namun aku mengetahui bahwasanya Allah Tabaroka Wa Ta’ala dengan Maha Berkehendak sesuai kekuasaan-Nya, Dia berfirman: Jadilah, maka akan terjadi.”

Maryam pun menjawab, “Tidakkah Anda mengetahui bahwasanya Allah Tabaroka Wa Ta’ala menciptakan Adam dan istrinya tanpa ada induk wanita maupun laki (sebelumnya)?”

Yusuf pun yakin bahwa apa yang terjadi pada Maryam adalah sesuai kehendak dan kekuasaan Allah. Ia pun tidak bertanya lebih lanjut.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Asiyah Istri Fir’aun yang Tegar Mempertahankan Keimanannya



Jakarta

Asiyah binti Muzahim adalah istri seorang penguasa zalim yaitu Firaun laknatullah ‘alaih.

Betapa pun besar kecintaan dan kepatuhan pada suaminya, di hatinya masih tersedia tempat tertinggi yang ia isi dengan cinta kepada Allah SWT. Asiyah disebut sebagai salah satu perempuan ahli surga karena keimanannya.

Rasulullah SAW bersabda, “Sebaik-baik perempuan di surga adalah Asiyah binti Muzahim istri Firaun, Maryam binti Imran, Khadijah binti Khuwailid, dan Fatimah binti Muhammad.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi).


Awal mula Asiyah menjadi Istri Firaun

Dikutip dari buku Jalan Menuju Hijrah karya Cicinyulianti, Asiyah binti Muzahim bin ‘Ubaid bin Ar-Rayyan bin Walid, meskipun suaminya, Firaun adalah orang yang kejam, Asiyah dikenal sebagai sosok perempuan yang sabar, santun berbudi pekerti luhur, penyayang, dan penuh keteguhan untuk senantiasa berada di jalan Allah SWT.

Rahmat Masyikamah menjelaskan dalam buku Bidadari dalam Lukisan, Asiyah tak kuasa menolak menjadi istri Firaun karena hal buruk akan menimpa keluarganya.

Setelah kematian sang istri, Firaun kejam itu hidup sendiri tanpa pendamping. Kemudian, ia mendengar tentang seorang gadis cantik bernama Asiyah, keturunan keluarga Imran.
Firaun lalu mengutus seorang menteri bernama Haman untuk meminang Siti Asiyah.

Orangtua Asiyah bertanya kepada Asiyah: “Sudikah anaknya menikahi Firaun?”, “Bagaimana saya sudi menikahi Firaun. Sedangkan dia terkenal sebagai raja yang ingkar kepada Allah?” jawab Asiyah dengan penolakannya.

Alangkah marahnya Firaun mendengar kabar penolakan Asiyah. “Haman, berani betul Imran menolak permintaan raja. Seret mereka kemari. Biar aku sendiri yang menghukumnya!”

Firaun mengutus tentaranya untuk menangkap orang tua Asiyah dan menyiksanya. Karena kekejaman tersebut, akhirnya Asiyah rela menerima lamaran firaun.

Mulanya, Asiyah merasa sangat bahagia setelah menikah dengan Firaun.

Namun ketika raja kejam itu mengaku sebagai Tuhan, Asiyah mulai merasa resah dan perlahan kebahagiannya luntur. Ia dipaksa mengakui bahwa suaminya itu adalah Tuhan.

Karena keimanan yang ada di hati Asiyah, ia tetap menolak hingga rela mendapat perlakuan yang tidak sepantasnya dari Firaun.

Asiyah Mengadopsi Nabi Musa AS namun Ditolak Firaun

Merangkum dari Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, para dayang memungut Musa dari tepi sungai nil dalam peti tertutup, tetapi mereka tidak berani membukanya. Akhirnya, mereka meletakkannya di hadapan Asiyah.

Ketika Asiyah membuka penutup peti tersebut dan kain penutupnya, ia melihat wajah bayi lelaki yang tidak lain adalah Musa. Wajah polosnya terlihat cerah memancarkan cahaya kenabian dan keagungan.

Saat melihat bayi itu, Asiyah langsung menyukai dan mencintainya hingga Firaun datang dan bertanya, “Siapa anak ini?” Setelah itu, Firaun memerintahkan agar membunuh anak itu, Asiyah langsung menolak dan meminta suaminya itu agar tidak membunuh anak tersebut.

“Dan berkatalah istri Firaun, (ia) adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi anak. Sedang mereka tiada menyadari.” (QS. Al-Qashash: 9)

Firaun pun berkata kepada istrinya, “Bagimu memang benar, tetapi tidak bagiku.” Dengan kata lain, Firaun menegaskan, “Aku tidak memerlukan anak itu.”

Oleh karena itu, bencana pun terjadi karena ucapannya itu, bahwa di tangan anak itulah terjadinya kehancuran masa depan Firaun dan bala tentaranya.

Keteguhan Asiyah dalam Mempertahankan Keimanan

Mengutip buku Wanita Pilihan yang Dirindukan Surga karya Umi Salamah, Musa tumbuh dewasa dengan berilmu serta ahli dalam perang di samping ibu angkatnya, Asiyah binti Muzahim yang berakhlak mulia dan ibu kandungnya yang diam-diam menyamar menjadi ibu susuan bagi Musa. Selain itu, Musa juga hidup di pangkuan dan menerima kasih sayang dari Raja Firaun yang kejam.

Akhirnya Musa menerima wahyu dari Allah SWT ketika syiar kepada Firaun dan penduduk Mesir, maka Nabi Musa AS pun menjadi musuh bagi kerajaan.

Firaun mengusir Nabi Musa AS dari istana dan meninggalkan Mesir. Asiyah merasa sangat kehilangan sehingga dia pun diam-diam pergi dari istana dan menyusul Nabi Musa AS.

Melalui Nabi Musa AS akhirnya Asiyah binti Muzahim beriman kepada Allah SWT.

Selama waktu yang sangat lama Asiyah taat kepada Allah SWT secara sembunyi-sembunyi, hingga akhirnya Firaun mengetahuinya.

Firaun membujuk Asiyah agar keluar dari Islam, tetapi Asiyah tetap gigih dalam memperjuangkan keimanannya meskipun dia disiksa dan hampir dibunuh oleh Firaun.

Asiyah mengalami siksaan dengan dipasak tubuhnya dengan empat buah pasak. Namun, bukan hanya Asiyah yang mendapatkan siksaan serupa, melainkan juga pengikut Nabi Musa AS pun disiksanya tanpa ampun.

Asiyah telah dikuatkan oleh seruan dari Nabi Musa AS “Wahai ibu Asiyah, semua malaikat yang ada di langit tujuh telah menanti kedatanganmu dan Allah SWT pun bangga akan dirimu. Maka mintalah apa yang engkau inginkan, sesungguhnya dia akan mengabulkannya.”

Dalam sebuah hadis dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya Firaun mengikat istrinya dengan besi sebanyak empat ikatan, pada kedua tangan dan kedua kakinya. Jika ia telah meninggalkan Asiyah terbelenggu maka para malaikat menaunginya.” (HR. Abu Yala).

Ketaatan Asiyah telah dibuatkan rumah di surga oleh Allah SWT lalu ketentraman dan kedamaian akan menantinya di sana, tiada lagi kekejaman Firaun dan kaum kafir. Wanita mulia ini diabadikan di dalam Al-Qur’an surah At-Tahrim ayat 11

“Dan, Allah membuat perumpamaan dengan istri Firaun bagi orang-orang yang beriman, ketika dia berkata, Ya Tuhanku, bangunkanlah aku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Firaun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zalim.” (QS. At Tahrim ayat 11).

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Sosok Maryam binti Imran, Wanita Terbaik yang Dimuliakan Allah


Jakarta

Maryam binti Imran adalah ibu dari Nabi Isa AS. Ia merupakan satu-satunya perempuan yang namanya diabadikan dalam Al-Qur’an, yakni surah ke-19 dalam urutan mushaf.

Maryam binti Imran adalah sosok wanita terbaik yang dipilih dan disucikan oleh Allah SWT atas semua perempuan. Ia mampu menjaga kehormatannya, taat, dan membenarkan kalimat-kalimat Allah SWT serta kitab-kitab yang diturunkan kepada para Nabi-Nya.

Nasab Maryam binti Imran

Dikutip dari buku Qashash al-Anbiyaa karya Imam Ibnu Katsir, terdapat dua pendapat mengenai nama lengkap atau silsilah dari Maryam binti Imran. Dari dua pendapat tersebut menyatakan bahwa Maryam binti Imran adalah keturunan Dawud. Ayah Maryam bernama Imran, pemimpin salat bani Israil pada zamannya, sedangkan ibunya bernama Hannah binti Faqod bin Qabil bin Abidat.


Para ulama menyebutkan bahwa ibu Maryam binti Imran adalah seorang wanita yang sudah lama menikah namun tak kunjung hamil. Sang ibu yang sangat menginginkan seorang anak akhirnya bernazar kepada Allah SWT, jika ia hamil maka kelak anaknya akan dijadikan pelayan rumah Allah SWT, Baitul Maqdis.

Tidak lama kemudian, ia mengandung Maryam binti Imran. Ia lalu memberinya nama “Maryam” ketika ia lahir. Maryam lahir pada zaman Nabi Zakaria AS.

Maryam binti Imran Dijauhkan dari Setan

Allah SWT mengabulkan doa ibu Maryam binti Imran yang memohon agar anaknya diberikan perlindungan dari gangguan setan yang terkutuk. Maryam binti Imran dan Isa bin Maryam adalah orang yang tidak disentuh oleh setan ketika mereka lahir. Ada riwayat yang menyebut bahwa Nabi SAW pernah bersabda jika seorang bayi yang baru lahir, setan akan menyentuh dan memukul kedua dada bayi tersebut, sehingga membuatnya menangis berteriak.

Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap manusia yang terlahir pasti akan disentuh oleh setan dengan jarinya, kecuali Maryam binti Imran dan anaknya, Isa.” (HR Ahmad dalam Musnad Ahmad)

Maryam Berada dalam Asuhan Nabi Zakaria

Allah SWT berfirman yang artinya, “Maka Dia (Allah) menerimanya dengan penerimaan yang baik, membesarkannya dengan pertumbuhan yang baik dan menyerahkan pemeliharaannya kepada Zakaria.” (QS Ali Imran: 37). Ketika Maryam binti Imran lahir, ibunya mengasuh dan menyusuinya hingga cukup usianya untuk diserahkan kepada ahli ibadah di Masjid Baitul Maqdis.

Para ahli ibadah berselisih tentang siapa yang harus mengasuh Maryam binti Imran. Mereka meminta Nabi Zakaria AS–yang saat itu mengambil Maryam untuk mengasuhnya–untuk mengundi siapa yang berhak mengasuhnya.

Undian pun berlangsung. Para ahli ibadah mengumpulkan pena-pena mereka yang ditempatkan pada suatu tempat, lalu mereka menyuruh seorang anak kecil yang belum baligh untuk mengambilnya. Nabi Zakaria AS lah yang memenangi undian tersebut setelah tiga kali percobaan.

Maryam binti Imran, Sosok yang Sangat Tekun Beribadah

Para ulama tafsir menyatakan bahwa Nabi Zakaria AS memberikan tempat yang sangat terhormat di Masjid Baitul Maqdis untuk Maryam binti Imran, ia tidak memperbolehkan siapa pun masuk ke tempat itu selain Maryam binti Imran. Di tempat itulah Maryam binti Imran beribadah kepada Allah SWT dan melaksanakan kewajibannya untuk melayani rumah Allah SWT jika gilirannya.

Maryam binti Imran adalah sosok yang sangat tekun beribadah. Ia juga dikenal dengan akhlak yang baik dan sifat-sifat yang suci. Maka dari itulah ia menjadi teladan di kalangan bani Israil dalam beribadah.

Setiap Nabi Zakaria AS menemuinya di tempat ibadahnya, ia menemukan buah-buahan di luar musimnya. Ketika Nabi Zakaria AS bertanya kepada Maryam binti Imran, Maryam pun menjawab bahwa buah-buahan tersebut pemberian Allah SWT. Saat itulah Nabi Zakaria AS berdoa agar diberikan keturunan yang baik meskipun saat itu usianya sudah tua.

Allah SWT Mengangkat Derajat Maryam binti Imran

Allah SWT mengangkat derajat Maryam binti Imran melalui malaikat-Nya. Allah SWT memilih Maryam binti Imran sebagai ibu dari anak yang akan terlahir tanpa seorang bapak. Maryam binti Imran juga diberi kabar bahwa anak tersebut akan menjadi seorang nabi yang dihormati, Nabi Isa AS.

Maryam binti Imran diperintahkan oleh Allah SWT untuk selalu rajin beribadah dan taat kepada Allah SWT agar ia memenuhi syarat untuk mendapatkan karomah tersebut. Bahkan ketika kakinya terluka, Maryam binti Imran selalu melaksanakan salat.

Keutamaan Maryam binti Imran

Ada sejumlah riwayat yang menyebut tentang keutamaan Maryam binti Imran. Di antaranya dikatakan bahwa Maryam binti Imran adalah wanita terbaik.

Rasulullah SAW bersabda, “Maryam binti Imran adalah wanita terbaik pada zamannya, dan Khadijah binti Khuwailid adalah wanita terbaik pada zamannya.” (HR Ahmad dan lainnya.)

Rasulullah SAW juga bersabda, “Cukup empat wanita yang terbaik dari semua wanita di seluruh dunia di sepanjang masa, yaitu: Maryam binti Imran, Asiyah istri Fir’aun, Khadijah binti Khuwailid, dan Fathimah binti Muhammad.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com