Tag Archives: masjid al aqsa

Ada Peran Cicak saat Terbakarnya Baitul Maqdis, Ini Haditsnya


Jakarta

Baitul Maqdis atau Masjid Al Aqsa adalah salah satu tempat suci bagi umat Islam yang bersejarah dengan dinamika yang panjang. Masjid ini pernah menjadi titik keberangkatan Rasulullah SAW dalam peristiwa Isra Mi’raj bahkan pernah menjadi kiblat salat sebelum berpindah ke Makkah.

Tidak diketahui kapan tepatnya masjid ini dibangun karena ada beragam versi yang menyatakan pendapatnya. Namun, masjid ini pernah mengalami kehancuran hingga kebakaran di masa lalu yang menyebabkan dilakukan renovasi beberapa kali.

Terakhir, peristiwa tragis lagi-lagi terjadi di Baitul Maqdis pada 21 Agustus 1969. Saat itu, Yahudi melakukan kejahatan besar yakni membakar tempat ibadah bersejarah dalam Islam tersebut.


Dikutip dari buku Sejarah & Keutamaan Masjid Al-Aqsha dan Al-Quds oleh Mahdy Saied Rezk Karisem, seorang Yahudi bernama Dennis Michael Rohan menyalakan api di tiga tempat dengan bahan-bahan kimia yang mudah terbakar hingga api pun berkobar dengan sangat besar. Insiden ini pun melenyapkan mimbar kuno bernama Shalahuddin Al Ayyubi’.

Peristiwa ini lalu mengundang murka umat Islam dunia hingga terlahir ide pembentukan organisasi negara-negara Islam atau negara-negara yang mayoritas penduduknya Islam yakni Organisasi Kerja Sama Islam (OKI).

Peran Cicak saat Baitul Maqdis Terbakar

Diriwayatkan dalam salah satu hadits, ada satu hewan yang turut membantu dalam berkobarnya peristiwa kebakaran di Baitul Maqdis. Hewan yang dimaksud adalah cicak.

Dikutip dari laman Organisasi Islam di Arab Saudi, Al Durar Al Sunni, keterangan hadits tersebut bersumber dari Kitab Al Sunan Al Kubra (9/318) dengan hadits mauquf yang rantai penyebarannya shahih. Dari Al Qasim bin Muhammad bin Abi Bakr yang mengutip perkataan Aisyah RA menyebutkan,

عن عائشةَ رضِيَ اللهُ عنها أنَّها قالتْ: كانتِ الأَوْزاغُ يَومَ أُحرِقتْ بَيتُ المَقدِسِ جعَلتْ تَنفُخُ النارَ بأفواهِها، والوَطواطُ تُطفِئُها بأجنِحَتِها

Artinya: Dari Aisyah RA, dia berkata: “Pada hari Tempat Suci terbakar, cicak mengobarkan api dengan mulutnya dan kelelawar memadamkannya dengan sayapnya.” (HR Al Baihaqi [19863])

Dijelaskan dalam laman tersebut, hadits di atas menjelaskan peran cicak meniup-niupkan api untuk memperbesar kobaran api tersebut. Riwayat ini pula yang menjadi landasan perintah untuk membunuh cicak dalam Islam.

Riwayat serupa juga bersumber dari bekas budak Al Fakih bin Al Mughirah yang saat itu menemui Aisyah RA dan melihat ada tombak tergeletak di rumahnya. Ia pun bertanya pada Aisyah, “Wahai ummul mukminin, apa yang engkau lakukan dengan tombak ini?”

Aisyah menjawab, “Kami menggunakannya untuk membunuh cicak. Karena Rasulullah SAW memberitahu kami bahwa tatkala Ibrahim RA dilemparkan ke dalam api, semua binatang di atas bumi berusaha memadamkan kobaran api kecuali cicak. Ia justru meniup-niupkan apinya supaya berkobar semakin besar. Maka Rasulullah pun memerintahkan untuk membunuhnya.” (HR Ibnu Majah, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, Syaikh Syu’aib menyatakan bahwa sanadnya shahih)

Rasulullah SAW bahkan pernah menyebutkan dalam hadits keutamaan dari membunuh cicak. Dikisahkan oleh Abu Hurairah RA yang mengutip sabda Rasulullah SAW,

مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَفِى الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ وَفِى الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ

Artinya: Barang siapa membunuh cicak dengan sekali pukulan, maka dia mendapat kebaikan sekian dan sekian. Barang siapa membunuh cicak dengan dua kali pukulan, maka dia memperoleh kebaikan sekian dan sekian, yang lebih sedikit daripada yang pertama. Jika dia membunuh cicak dengan tiga kali pukulan, maka dia memperoleh kebaikan sekian dan sekian, yang lebih sedikit daripada yang kedua. (HR Muslim)

Imam Nawawi dalam Syarh An Nawawi ‘ala Shahih Muslim menafsirkan, pahala kebaikan yang berbeda tingkatannya itu merupakan balasan Allah SWT pada kecermatan dalam kesulitan membunuh cicak. Tingkat kesulitan tersebut dimaknai sebagai perbuatan yang ikhlas mengerjakan karena Allah SWT.

(rah/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Berdirinya Masjid Al Aqsa, Disebut Tertua setelah Masjidil Haram


Jakarta

Masjid Al Aqsa disebut juga dengan Baitul Maqdis. Tempat suci umat Islam ini berdiri di kompleks Haram Al Sharif atau Temple Mount di Yerusalem ini memiliki sejarah dan dinamika yang panjang

Dikutip dari buku Kilau Mutiara Sejarah Nabi oleh Amandra Mustika Megarani, Masjid Al Aqsa dibangun di sebuah tempat yang berbentuk persegi dengan luas sekitar 144 ribu meter persegi. Kawasan ini mampu menampung kurang lebih 400 ribu jemaah, sedangkan bangunan masjidnya sebesar 83 meter dengan lebar 56 meter yang dapat menampung 5 ribu jemaah.

Kisah Masjid Al Aqsa tidak bisa lepas tentang bagaimana masjid ini menjadi perebutan antar dua negara, yakni Israel dan Palestina. Di tempat inilah banyak peristiwa bersejarah bagi umat Islam terjadi.


Kisah Berdirinya Masjid Al Aqsa di Yerusalem

Pada dasarnya, kapan tepatnya Masjid Al Aqsa berdiri belum dapat dipastikan. Berbagai sumber mengatakan hal yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Namun, hal yang pasti Masjid Al Aqsa adalah masjid tertua kedua setelah Masjidil Haram. Hal ini disebutkan dalam buku Qashash Al-Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh H. Dudi Rosyadi, Lc.

Abu Dzar pernah bertanya kepada Nabi Muhammad SAW, “Wahai Rasulullah, masjid manakah yang pertama kali didirikan?”

Beliau menjawab, “Masjidil Haram.”

Lalu Abu Dzar bertanya lagi, “Kemudian setelah itu masjid apa?”

Beliau menjawab, “Masjid Baitul Maqdis.”

Abu Dzar bertanya lagi, “Berapa tahunkah keduanya berselang?”

Beliau menjawab, “Empat puluh tahun.”

Sebagaimana yang tertera dalam hadits tersebut, Masjid Al Aqsa adalah masjid yang sudah didirikan sejak lama bahkan sebelum kenabian Rasulullah SAW.

Ada yang berpendapat, menurut buku Sejarah & Keutamaan Masjid Al-Aqsha & Al-Quds karya Mahdy Saied Rezk Karisem, sosok yang benar-benar pertama kali mendirikan Masjid Al Aqsa adalah para malaikat berdasarkan sumber dari beberapa kitab tafsir.

Namun, ada pula yang berpendapat dari kesepakatan mayoritas ulama dan yang shahih, nabi pertama yang membangun Masjid Al Aqsa yaitu Nabi Adam AS atas wahyu yang diberikan oleh Allah SWT.

Selanjutnya, sekitar tahun 2.000 SM, Nabi Ibrahim AS merenovasi bangunan Masjid Al Aqsa serta meninggikan bangunannya. Setelah itu, diketahui bahwa Nabi Yaqub AS juga melangsungkan perbaikan pada bangunan Masjid Al Aqsa.

Selang waktu yang sangat lama, masjid itu kembali dibangun oleh ayah dan anak yang sangat mulia. Mereka adalah Nabi Daud AS dan Nabi Sulaiman AS, sebagaimana dijelaskan Seni Bertuhan yang ditulis oleh Bambang Saputra.

Nabi Sulaiman AS mendirikan Masjid Al Aqsa dengan lebih besar, luas, dan indah. Sesuai sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amru bin Ash, beliau bersabda:

“Ketika Sulaiman bin Dawud selesai membangun Baitul Maqdis (dalam riwayat lain disebutkan: membangun masjid Baitul Maqdis), maka ia meminta tiga perkara kepada Allah SWT, yaitu; keputusan hukum yang sejalan berdasarkan keputusan Allah, kerajaan yang tidak selayaknya dimiliki seseorang sesudahnya, dan agar masjid ini tidak didatangi seseorang yang tidak menginginkan selain salat di dalamnya, melainkan ia keluar dari dosa-dosanya seperti hari ia dilahirkan ibunya. Kedua perkara yang pertama telah diberikan kepada Sulaiman, dan aku berharap ia juga diberikan yang ketiga.” (HR Ahmad, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah)

Menurut para ahli tafsir dan sejarah, sekitar abad ke VI sebelum Masehi, Masjid Al Aqsa (Yerusalem) diserang oleh Nebukadnezar dari Babilonia. Hal ini menyebabkan Bani Israel tidak memiliki tanah suci.

Ratusan tahun berlalu, mendekati masa di mana Nabi Isa AS akan lahir ke dunia. Datanglah Raja Herodus (Khirudus) ke Yerusalem untuk membangun kembali Masjid Al Aqsa dengan sangat megah mengikuti rancangan Nabi Sulaiman AS.

Bertahun-tahun kemudian, tempat suci itu kembali dihancurkan oleh Kaisar Titus dari Roma. Kejadian ini diperkiraan terjadi pada tahun 70 Masehi ketika ia datang ke Palestina untuk menghukum orang-orang Yahudi.

Bekas Masjid Al Aqsa yang sudah hancur lalu diubah menjadi ladang oleh Raja Titus sebagaimana pendapat Ibn Khaldun. Akhirnya, Baitul Maqdis nyaris menjadi tidak tersisa dan terbengkalai keberadaannya.

Barulah ketika Baitul Maqdis berhasil dikuasai oleh umat Islam pada masa kekhalifahan Umar bin Khattab RA, kaum muslimin berbondong-bondong membangun kembali Masjid Al Aqsa sebagai wujud laknat Allah SWT kepada orang-orang kafir di kalangan Bani Israil.

Pembangunannya kemudian dilanjutkan kembali pada masa khalifah Umayyah Abdul Malik dan diselesaikan oleh putranya, Al Walid, pada 705 M. Bertahun-tahun setelahnya Masjid Al Aqsa terus mengalami renovasi, perbaikan, dan penambahan akibat gempa maupun perang.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Pemuda Jerman Ini Bersepeda ke Masjid Al Aqsa selama 2 Bulan, Ada Apa?



Jakarta

Seorang pemuda berusia 27 tahun asal Jerman bernama Billal Higo melakukan perjalanan dari Jerman ke Palestina pada Idul Fitri lalu. Perjalanan sejauh kurang lebih 3.500 kilometer tersebut ditempuhnya hanya menggunakan sepeda.

Billal melakukan perjalanan tersebut untuk mengunjungi Masjid Al Aqsa yang berada di Palestina. Ia menjelaskan tujuannya bersepeda ke Masjid Al Aqsa untuk menghabiskan sepuluh malam terakhir bulan Ramadan sekaligus merayakan Idul Fitri di sana.

“Aku ke sini untuk menghabiskan sepuluh malam terakhir Ramadan di rumah kita (Palestina),” kata Billal kepada TRT World, dikutip Jumat (26/4/2024).


Billal mulai mengayuh sepedanya dari kota Munich, Jerman menuju Palestina selama dua bulan. Sebelum melakukan perjalanan, ia mengaku telah berlatih selama dua sampai tiga tahun sebagai bentuk persiapan.

Selama perjalanan tersebut, Billal telah melintasi 14 negara. Dimulai dari Jerman, Austria, Slovenia, Kroasia, Bosnia, Serbia, Kosovo, Makedonia, Bulgaria, Yunani, Turki, Siprus, Yordania, dan destinasi akhir Palestina. Setibanya di Masjid Al Aqsa, Billal mengunggah foto dirinya sembari mengangkat sepedanya dengan caption, “Selamat Idul Fitri, teman-teman! 3.500 km dan 2 bulan bersepeda demi ke sini pada 10 malam terakhir Ramadan dan Idul Fitri. Beberapa pengalaman memang tidak bisa dibeli dengan uang tetapi pengorbanan,”

Billal kemudian membagikan pengalamannya selama melakukan perjalanan panjang dengan sepeda melalui unggahan video selama 1 menit 8 detik. Ia mengawalinya dengan menggambarkan perjalanan yang panjang ia tempuh merupakan bentuk representasi dari kehidupan.

“Aku bisa bilang bahwa perjalanan ini merupakan seperti bentuk representasi dari kehidupan yang dijalani. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi esok hari tetapi kamu terus lewati dengan usaha terbaik dan menyerahkan segalanya kepada Allah SWT,” ungkapnya.

Kemudian, ia juga memberikan tantangan terbesar selama melakukan perjalanan jauhnya dengan hanya bermodal sepeda. “Aku pikir bagian terberat dari perjalanan ini adalah harus menjaga kondisi tubuh selalu sehat dan tetap termotivasi apabila perjalanan tidak sesuai rencana,” ujarnya.

Billal pun menutup video itu dengan ucapan yang dapat memotivasi banyak orang. “Ketika kamu harus mengorbankan segala untuk pergi ke suatu tempat, kamu akan lebih menghargainya,” pungkasnya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com