Tag Archives: masjid nabawi

Begini Proses Pengiriman Air Zamzam dari Makkah ke Madinah


Jakarta

Air zamzam kerap dijadikan buah tangan bagi muslim yang pergi ke Tanah Suci, baik ketika menunaikan umrah maupun haji. Di sana, penyediaan air zamzam dilakukan sepanjang waktu.

Menurut laporan kantor berita Saudi, SPA, pada 2024 lalu Departemen Air Zamzam memasok 300 ton air dari sumbernya di Makkah menuju Masjid Nabawi setiap hari. Air diangkat menggunakan kapal tanker.

Selain itu, dijelaskan pada situs Arab News bahwa pengangkutan air zamzam dari Makkah ke Masjid Nabawi di Madinah menggunakan truk tangki yang dilengkapi peralatan khusus. Masing-masing truk tangki itu membawa hingga 20 ton air.


Sesampainya di Madinah, pengawas administrasi akan bertanggung jawab membongkar dan mengirim sampel air ke laboratorium. Demi memastikan keamanan air zamzam, staf teknis mengambil lebih dari 80 sampel setiap hari. Dengan begitu, air zamzam tersebut dipastikan aman sebelum mengosongkan air di tempat penyimpanan.

Proses penyediaan air zamzam di Masjid Nabawi diawasi oleh 520 karyawan, pekerja, dan pengawas yang terlatih. Air zamzam dipasok ke masjid hingga 400 ton per hari selama bulan Ramadan, kemudian didistribusikan dalam 14.000 wadah air untuk jemaah dan 10.000 wadah cadangan.

Air zamzam yang diberikan kepada jemaah melalui proses pendinginan dan pengisian ulang. Pendingin air zamzam ini jumlahnya mencapai ribuan dan selalu dibersihkan sesuai jadwal yang ditentukan. Otoritas Saudi juga meningkatkan kuantitas air zamzam mengikuti jumlah jemaah selama musim haji.

Keutamaan Air Zamzam dalam Hadits

Menukil dari buku Rahasia Kedahsyatan 12 Waktu Mustajab untuk Berdoa yang ditulis Nurhasan Namin, terdapat keutamaan tersendiri dari air zamzam. Hal tersebut dijelaskan dalam sejumlah hadits Rasulullah SAW.

Air zamzam merupakan air yang diberkahi sebagaimana sabda Nabi SAW,

“Sesungguhnya, air zamzam adalah air yang diberkahi, air tersebut adalah makanan yang mengenyangkan.” (HR Muslim)

Selain itu, dalam hadits lainnya diterangkan bahwa zamzam menjadi air yang paling baik di permukaan bumi baik itu secara syar’i maupun medis. Rasulullah SAW bersabda,

“Lalu turunlah malaikat Jibril, kemudian ia membedah dadaku dan mencucinya dengan air zamzam.” (HR Bukhari dan Muslim)

Menurut buku Halal-Haram Ruqyah susunan Musdar Bustaman, peristiwa pembelahan dada sang nabi membuktikan bahwa air zamzam memiliki keistimewaan.

Wallahu a’lam.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Apakah Sholat Sendiri di Rumah Tetap Sah bagi Laki-Laki? Ini Penjelasannya


Jakarta

Selain sholat berjamaah, muslim bisa mengerjakannya secara sendiri atau disebut munfarid. Sholat sendiri bisa dilakukan di rumah maupun tempat lainnya.

Meski demikian, keutamaan sholat berjamaah lebih utama dibandingkan sendiri. Menukil buku Panduan Sholat Rosulullah 2 yang disusun Abu Wafa, terdapat hadits yang menyebutkan terkait keutamaannya.

Nabi Muhammad SAW bersabda:


“Barangsiapa yang bersuci di rumahnya, lalu ia pergi ke rumah Allah (tempat sholat) untuk melaksanakan sholat wajibnya, maka tiap langkahnya salah satunya menghapus dosa dan satunya lagi mengangkat derajat.” (HR Muslim)

Berdasarkan hadits di atas, diketahui bahwa sholat berjamaah sangat dianjurkan bagi laki-laki ketimbang sendiri. Lalu, apakah sholat sendiri di rumah tetap sah bagi laki-laki?

Apakah Sholat Sendiri di Rumah Tetap Sah bagi Laki-laki?

Mengutip buku Daqu Method dalam Tinjauan Manajemen Pendidikan Islam susunan Tarmizi As Shidiq dkk, sholat berjamaah yang ditegakkan Rasulullah SAW dan para sahabat dilakukan di Masjid Nabawi, Madinah. Para sahabat tidak mengerjakan sholat berjamaah kecuali di masjid, meski sebetulnya diperbolehkan juga melakukan sholat berjamaah di rumah.

Perlu dipahami bahwa sholat berjamaah tidak termasuk dalam syarat sah sholat. Artinya, jika sholat dikerjakan sendiri di rumah maka masih dianggap sah, baik itu laki-laki maupun wanita.

Meski demikian, terdapat hadits yang menyebut bahwa laki-laki lebih diutamakan sholat di masjid. Nabi Muhammad SAW bersabda,

“”Salat seorang laki-laki dengan berjemaah dibanding salatnya di rumah atau di pasarnya lebih utama (dilipat gandakan) pahalanya dengan 25 lima kali lipat. Yang demikian itu karena bila dia berwudu dengan menyempurnakan wudunya lalu keluar dari rumahnya menuju masjid, dia tidak keluar kecuali untuk melaksanakan salat berjemaah, maka tidak ada satu langkahpun dari langkahnya kecuali akan ditinggikan satu derajat, dan akan dihapuskan satu kesalahannya. Apabila dia melaksanakan salat, maka malaikat akan turun untuk mendoakannya selama dia masih berada di tempat salatnya, ‘Ya Allah ampunilah dia. Ya Allah rahmatilah dia’. Dan seseorang dari kalian senantiasa dihitung dalam keadaan salat selama dia menanti pelaksanaan salat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Laki-laki Lebih Dianjurkan Sholat Berjamaah

Menurut kitab Fathul Mu’in oleh Zainuddin Al Malibari yang dinukil NU Online, dijelaskan bahwa pendapat kuat mengatakan hukum sholat berjamaah adalah fardhu kifayah bagi laki-laki yang sudah baligh dan tidak sedang bepergian. Berbeda dengan laki-laki, anjuran berjamaah bagi wanita tidak sekuat anjuran untuk laki-laki.

Oleh sebab itu, hukum meninggalkan sholat berjamaah bagi laki-laki adalah makruh. Sementara itu, perempuan yang meninggalkan sholat berjamaah tidak makruh.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Orang Indonesia yang Pernah Menjadi Pengajar di Masjid Nabawi



Jakarta

Ulama Indonesia turut berkontribusi di kancah keilmuan Islam internasional. Salah seorang ustaz asal Riau menjadi pengisi kajian tetap di Masjid Nabawi, Madinah.

Adalah Ustaz Ariful Bahri. Ia menyampaikan kajian keislaman seputar keutamaan Kota Madinah dan sejarahnya. Khusus musim haji, fokus materinya seputar manasik haji.

Menurut catatan pemberitaan detikHikmah, Ariful mulai mengisi kajian di Masjid Nabawi pada 2019. Kala itu, ia tengah menempuh studi S2 di Universitas Islam Madinah (UIM).


Masjid Nabawi yang saat itu bekerja sama dengan UIM minta pihak kampus mengirimkan mahasiswa yang mumpuni untuk memberikan kajian di Masjid Nabawi. Ariful mengaku tak tahu proses seleksinya, tiba-tiba saja ia diterima menjadi salah satu penceramah padahal tak pernah diminta mengirim berkas apa pun.

Ariful kemudian diminta menghubungi salah seorang Syekh di Masjid Nabawi yang mengurus bidang dakwah. Posisi Ariful saat itu sedang di Indonesia. Baru setelah Idul Adha, dia kembali ke Madinah dan bertemu langsung dengan Syekh yang dimaksud. Dalam pertemuan itu, ia ditanya tentang bahasa Arab, hafalan Al-Qur’an, dan lainnya.

Ariful mengaku bangga dan bahagia bisa beribadah sekaligus mengajar di Masjid Nabawi. Mayoritas jemaah kajian Ariful adalah warga negara Indonesia (WNI). Ada juga jemaah dari Malaysia, Filipina, dan Brunei.

“Insyaallah orang Indonesia juga bangga. Ternyata ada ya orang Indonesia yang ngajar mengisi kajian di sini,” ujarnya saat ditemui usai mengisi kajian di Masjid Nabawi pada 6 Juni 2024 lalu, dilansir Antara.

Menjawab soal perbedaan mazhab dalam mengisi kajian, pria lulusan pesantren di Riau itu bersyukur jemaah Indonesia adalah orang yang mudah mendengarkan. Baginya, mazhab sejatinya tak jauh berbeda, hanya saja cara penyampaiannya yang berbeda.

Jemaah Indonesia bisa mengikuti kajian di Masjid Nabawi. Sehingga, aktivitas ibadah tak terbatas pada salat fardhu dan sunnah. Ariful turut berpesan agar jemaah memanfaatkan waktu sebaik mungkin selama di masjid Rasulullah SAW.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Keindahan di Balik Kubah Masjid Nabawi yang Bisa Bergeser Otomatis


Jakarta

Masjid Nabawi adalah salah satu masjid paling mulia dalam Islam. Di sinilah tempat Rasulullah SAW memimpin umat, menyampaikan ajaran Islam, dan membina masyarakat Madinah. Masjid ini juga menjadi saksi perjalanan penting dakwah beliau. Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 18:

اِنَّمَا يَعْمُرُ مَسٰجِدَ اللّٰهِ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ وَلَمْ يَخْشَ اِلَّا اللّٰهَ ۗفَعَسٰٓى اُولٰۤىِٕكَ اَنْ يَّكُوْنُوْا مِنَ الْمُهْتَدِيْنَ

Arab latin: Innamā ya’muru masājidallāhi man āmana billāhi wal-yaumil-ākhiri wa aqāmaṣ-ṣalāta wa ātaz-zakāta wa lam yakhsya illallāh(a), fa ‘asā ulā’ika ay yakūnū minal-muhtadīn(a).


Artinya: Sesungguhnya yang (pantas) memakmurkan masjid-masjid Allah hanyalah orang yang beriman kepada Allah dan hari Akhir, mendirikan salat, menunaikan zakat, serta tidak takut (kepada siapa pun) selain Allah. Mereka itulah yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.

Keindahan Masjid Nabawi tampak tidak hanya dari sejarahnya, tetapi juga dari arsitekturnya yang khas. Salah satu bagian yang paling dikenal adalah kubahnya yang dihiasi dengan ornamen rumit nan menawan.

Awal Pembangunan Masjid Nabawi

Dalam buku Ringkasan Sirah Nabawiyah: Butir-Butir Perjalanan Hidup Rasulullah SAW karya Muhammad Atim, disebutkan bahwa Masjid Nabawi dibangun di lokasi tempat unta Rasulullah SAW berhenti. Lokasi ini terletak di tanah milik keluarga paman beliau dari Bani An-Najjar. Saat pembangunan berlangsung, Rasulullah tinggal di rumah Abu Ayyub Al-Anshari yang paling dekat dengan lokasi tersebut.

Setelah selesai dibangun, masjid ini dijadikan pusat kegiatan kaum Muslimin, seperti shalat berjamaah, pembinaan umat, dan penyampaian ajaran Islam. Di masjid inilah adzan dan iqomat mulai disyariatkan, dan Rasulullah SAW menunjuk Bilal bin Rabah sebagai muadzin pertama.

Shalat Jumat sebenarnya telah dilakukan di Madinah sejak masa Mush’ab bin Umair, namun khutbah Jumat pertama yang disampaikan langsung oleh Rasulullah SAW dilakukan di Quba, lalu dilanjutkan secara rutin di Masjid Nabawi.

Kubah Dihiasi Ornamen Indah

Kubah Masjid Nabawi menjadi bagian penting dari keindahan bangunan ini. Selama proses perluasan dari masa ke masa, kubah mendapat perhatian khusus. Ornamen yang digunakan meliputi motif bunga, pola geometris, dan kaligrafi Arab yang dibuat sangat halus dan rapi.

Ornamen ini disesuaikan dengan bentuk bangunan masjid secara keseluruhan, sehingga menciptakan tampilan yang serasi dan enak dipandang.

Di samping polanya yang rumit, pemilihan warna-warna lembut pada kubah memberi kesan tenang dan bersih. Ketika terkena cahaya, permukaan kubah tampak berkilau dan menambah suasana damai di dalam masjid. Hal ini sangat mendukung kenyamanan orang-orang yang datang untuk beribadah.

Motif kaligrafi yang ditampilkan biasanya berupa potongan ayat Al-Qur’an atau doa, yang menambah makna dan keindahan dari sisi keagamaan dan budaya.

Mekanisme Sliding Dome di Masjid Nabawi

Tidak hanya berhiaskan ornamen yang menawan, kubah Masjid Nabawi juga menerapkan desain kubah yang bisa bergeser (sliding dome). Memungkinkan pencahayaan dan sirkulasi udara yang alami.

Mengutip laman SL Rasch, kubah-kubah ini dapat bergeser ke samping melalui jalur rel terpadu, memungkinkan panas terlepas di malam hari dan udara sejuk masuk. Struktur kubah dirancang dengan kombinasi kerangka baja dan komposit serat karbon/serat kaca, teknologi yang sebelumnya hanya dipakai di industri penerbangan, demi menjamin kekuatan sekaligus bobot yang ringan.

Lapisan luar kubah dihiasi ubin keramik heksagonal yang dipasang presisi dengan mesin CNC, sementara interiornya dilapisi kayu veneer maple dan ukiran cedar Maroko, sebagian berlapis emas dan amazonit.

Teknologi arsitektur mutakhir yang diterapkan dalam desain ini memadukan seni tradisi Maroko dengan inovasi modern, menjadikan Masjid Nabawi bukan hanya simbol spiritual, tetapi juga mahakarya teknik yang meraih penghargaan internasional, termasuk Inovasi Terbaik IAARC dan Penghargaan Abdullatif Al Fozan untuk Arsitektur Masjid pada 2014.

Terus Dirawat Hingga Sekarang

Keindahan kubah Masjid Nabawi terus dijaga oleh Otoritas Umum untuk Perawatan Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Restorasi dan perawatan dilakukan secara profesional agar ornamen dan bangunan tetap dalam kondisi terbaik.

Tindakan ini menjadi bagian penting dalam menjaga warisan sejarah Islam, serta memastikan bahwa masjid ini tetap menjadi tempat ibadah yang nyaman dan penuh keteladanan bagi umat Muslim di seluruh dunia.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Bukan Masjid Nabawi! Ini Masjid Pertama yang Dibangun Nabi Muhammad


Jakarta

Banyak yang mengira Masjid Nabawi adalah masjid pertama dalam Islam. Padahal, masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW adalah Masjid Quba. Simak sejarah lengkapnya berikut ini.

Pada masa kenabian Nabi Muhammad SAW, masjid memiliki fungsi yang sangat penting, tidak hanya sebagai tempat ibadah. Masjid juga menjadi pusat aktivitas umat Islam, tempat bermusyawarah, dan wadah pemersatu kaum Muslimin.

Salah satu masjid bersejarah yang memainkan peran sentral dalam awal peradaban Islam adalah Masjid Quba. Masjid ini menjadi masjid pertama yang dibangun oleh Rasulullah SAW, bahkan sebelum Masjid Nabawi berdiri.


Sejarah Pembangunan Masjid Quba

Dalam buku Khazanah Peradaban Islam di Timur dan Barat karya Abdul Syukur al-Azizi, dijelaskan bahwa saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat hijrah ke Madinah, mereka disambut hangat oleh kaum Anshar, terutama dari kalangan Aus dan Khazraj.

Ketika tiba di kawasan Quba, Nabi Muhammad SAW singgah selama lima hari. Di sinilah beliau membangun sebuah masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Quba. Masjid ini dibangun di atas tanah milik keluarga Kaltsum bin Al-Hidm dari Kabilah Amir bin Auf yang mewakafkan lahannya untuk Rasulullah SAW.

Saat itu, Quba merupakan sebuah perkampungan di pinggiran kota Yatsrib (Madinah), terletak sekitar tiga kilometer di sebelah selatan. Rasulullah SAW bahkan rutin mengunjungi Masjid Quba setiap hari Sabtu untuk melaksanakan salat berjamaah dan menyampaikan dakwah.

Masjid Pertama dalam Sejarah Islam

Menurut Histori 72 Masjid di Tanah Suci dalam Khazanah Sunnah Nabi karya Brilly El-Rasheed, Masjid Quba dibangun pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun pertama hijrah (bertepatan dengan 20 September 622 M). Lokasinya sekitar 5 kilometer di barat daya Kota Madinah.

Nama “Quba” sendiri berasal dari sebuah sumur di perkampungan Bani ‘Amr bin ‘Auf, bagian dari Qabilah Al-Aus, kaum Anshar. Dalam perjalanan hijrah dari Makkah, Rasulullah SAW dan para sahabat sempat singgah di kampung ini, dan Rasul tinggal di rumah Kaltsum bin Al-Hidm untuk beberapa hari guna membangun Masjid Quba sebelum melanjutkan perjalanan ke pusat kota Madinah.

Perkembangan dan Renovasi Masjid Quba

Pada awalnya, Masjid Quba dibangun berbentuk persegi empat dengan tiga pintu. Renovasi pertama dilakukan pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, yang memperluas masjid dan menambah jumlah pintu menjadi enam.

Selanjutnya, pada masa Khalifah Utsman bin Affan RA, tiang-tiang dari batang pohon kurma diganti dengan batu, dan bangunan masjid diperbesar lagi. Kemudian pada masa Dinasti Umayyah, Khalifah Umar bin Abdul Aziz memperbarui struktur Masjid Quba dan membangun menara adzan pertama dalam sejarah Islam.

Barulah setelah itu, masjid ini dilengkapi dengan kubah (qubah), mihrab, dan mimbar yang terbuat dari marmer. Salah satu bukti sejarah penting tentang Masjid Quba adalah sebuah prasasti beraksara Kufi yang mencatat bahwa renovasi besar-besaran dilakukan pada tahun 435 Hijriah.

Masjid Quba bukan hanya tempat ibadah biasa, tapi juga simbol awal kebangkitan umat Islam dalam membangun peradaban. Keistimewaannya pun diabadikan dalam Al-Qur’an dan hadist-hadist Rasulullah SAW, salah satunya menyebutkan bahwa salat di Masjid Quba memiliki keutamaan besar, setara dengan pahala umrah.

Allah SWT berfirman dalam surah At-Taubah ayat 108:

لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا ۚ لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى ٱلتَّقْوَىٰ مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ ۚ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُوا۟ ۚ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُطَّهِّرِينَ

Artinya: “Janganlah kamu bersembahyang dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalamnya masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bersih.”

Saat umrah dan mengunjungi Madinah, jemaah sebaiknya mampir untuk salat di masjid Quba. Sebab, seorang muslim yang salat di masjid ini, pahalanya setara dengan umrah.

Menurut hadist yang diriwayatkan oleh Abu bin Sahl bin Hunaif RA, bahwa Rasulullah SAW, bersabda, “Barangsiapa bersuci di rumahnya, kemudian mendatangi Masjid Quba, lalu ia salat di dalamnya, maka baginya pahala seperti pahala umrah.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)

(lus/erd)



Sumber : www.detik.com

5 Fakta Masjid Agung Sheikh Zayed yang Dikunjungi Aktor Korea So Ji Sub


Jakarta

Aktor Korea Selatan So Ji Sub baru-baru ini menarik perhatian publik setelah membagikan momen kunjungannya ke Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Masjid ikonik ini dikenal sebagai salah satu landmark religi paling megah di dunia serta memikat jutaan wisatawan setiap tahunnya.

Kunjungan So Ji Sub semakin menambah sorotan pada keindahan dan kemegahan masjid yang menjadi kebanggaan UEA tersebut. Simak fakta menarik mengenai Masjid Agung Sheikh Zayed berikut ini.


Fakta Menarik Masjid Agung Sheikh Zayed

Berikut adalah deretan fakta menarik tentang Masjid Agung Sheikh Zayed yang menjadi latar kunjungan aktor Korea So Ji Sub.

1. Salah Satu Masjid Terbesar di Dunia

Masjid Agung Sheikh Zayed menempati peringkat sebagai masjid terbesar ketiga di dunia, setelah Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Bangunan megah ini berdiri di lahan seluas 12 hektare dengan area masjid mencapai 22.412 meter persegi, setara hampir empat lapangan sepak bola.

Dikutip dari website Islamic Landmarks, kapasitasnya mampu menampung hingga 40.000 jamaah sekaligus. Karena ukurannya yang sangat besar, masjid ini dapat terlihat jelas dari tiga jembatan utama penghubung Kota Abu Dhabi, yaitu Jembatan Maqta, Mussafah, dan Sheikh Zayed.

2. Dibangun Selama 11 Tahun

Pembangunan Masjid Agung Sheikh Zayed dimulai pada tahun 1996 dan rampung pada 2007. Prosesnya memakan waktu lebih dari 11 tahun untuk mewujudkan mahakarya arsitektur ini.

Proyek besar ini melibatkan ribuan pengrajin dan seniman terampil dari berbagai negara. Setiap detailnya dikerjakan dengan presisi tinggi untuk menciptakan masjid megah yang memadukan seni, budaya, dan teknologi modern.

3. Arsitektur dan Interior yang Megah

Masjid Agung Sheikh Zayed memiliki 82 kubah dengan berbagai ukuran, termasuk kubah utama yang menjadi salah satu kubah masjid terbesar di dunia. Setiap kubah dihiasi dengan desain dan pola yang rumit, menambah keindahan sekaligus mempertegas kemegahan arsitektur masjid ini.

Di dalam Masjid Agung Sheikh Zayed terdapat karpet raksasa yang diakui sebagai karpet terbesar di dunia, hasil rancangan seniman asal Iran, Ali Khaliqi. Karpet tersebut berukuran 5.625 meter persegi dengan bobot mencapai 35 ton, sebagian besar dibuat dari wol berkualitas tinggi yang diimpor dari Selandia Baru dan Iran.

Masjid ini juga dihiasi tujuh lampu gantung megah yang terbuat dari jutaan kristal Swarovski. Salah satunya bahkan tercatat sebagai lampu gantung terbesar ketiga di dunia, memiliki diameter 10 meter dan tinggi 15 meter.

4. Sistem Pencahayaan yang Unik

Selain memiliki desain yang memukau, Masjid Sheikh Zayed juga menerapkan teknik pencahayaan unik yang dirancang oleh firma arsitektur pencahayaan Speirs and Major Associates, sehingga dapat menampilkan keindahan proyeksi fase bulan.

Pada malam hari, pantulan tiang-tiang masjid terlihat jelas di kolam-kolam yang membentang di sepanjang arcade. Di ruang salat utama, kolom marmer bertatahkan mutiara semakin terlihat anggun berkat penataan cahaya yang tepat, sementara dinding kiblatnya dilengkapi pencahayaan serat optik yang halus, menciptakan suasana yang menenangkan.

5. Simbol Peradaban Islam

Masjid Agung Sheikh Zayed di Abu Dhabi memiliki arti penting karena menjadi tempat ibadah dan ketenangan batin bagi umat Islam. Bangunan ini menjadi simbol kuat dari nilai-nilai inti Islam, seperti persatuan, perdamaian, dan kasih sayang, yang tercermin dalam arsitektur dan desainnya.

Selain itu, masjid ini berperan sebagai wadah untuk mendorong dialog lintas agama dan pemahaman antarumat beragama. Dengan kebijakan pintu terbuka, masjid ini menyambut pengunjung dari berbagai latar belakang dan keyakinan untuk mengenal Islam serta membangun jembatan saling menghormati.

Masjid ini juga menjadi pusat pertukaran budaya yang menampilkan keindahan seni, kaligrafi, dan budaya Islam. Pengunjung dapat mengagumi detail arsitektur yang rumit, kaligrafi yang indah, serta karya seni memukau yang menghiasi setiap sudut masjid.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Khutbah Jumat di Masjidil Haram-Nabawi Ada Versi Bahasa Indonesia, Ini Caranya


Jakarta

Khatib Jumat di Masjidil Haram, Makkah dan Masjid Nabawi, Madinah menggunakan bahasa Arab dalam menyampaikan khutbahnya. Meski demikian, khutbah Jumat di dua masjid suci tersebut bisa diakses dengan bahasa lain.

Jemaah yang berasal dari Indonesia bisa mendengarkan khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi versi bahasa Indonesia. Hal ini bisa dilakukan secara daring menggunakan bantuan HP.

Kabar tersebut turut disampaikan Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) di Kerajaan Arab Saudi cabang Kota Madinah melalui media sosialnya. detikcom telah mendapat izin dari PPMI Madinah untuk mengutipnya.


“Atas izin Allah, pihak pengelola Masjidil Haram dan Masjid Nabawi itu telah memberikan improvisasi bahwasanya banyak sekali dari jemaah atau dari kita sendiri yang datang ke tempat ini, oleh karena itu pihak pengelola ingin kita semua bisa mendengarkan dengan seksama, seperti diterjemahkannya ke dalam bahasa asing. Salah satunya bahasa Indonesia,” jelasnya seperti dilihat dari Instagram @ppmimadinah, Jumat (1/3/2024).

PPMI Madinah kemudian membagikan cara mengakses khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia. Setidaknya jemaah perlu menyiapkan HP, headset, dan aplikasi radio yang biasanya sudah tersedia di HP.

“Caranya yang pertama hanya perlu headset, kemudian HP kita sendiri. Kita masuki headset kita ke hp kita. Kemudian kita pergi ke aplikasi radio, cari frekuensi 99.00 FM untuk di Masjid Nabawi dan 90.50 FM itu untuk di Masjidil Haram,” ujarnya.

Fasilitas khutbah Jumat di Masjid Nabawi dalam bahasa Indonesia ini sudah tersedia sejak lama. Hal ini turut dibenarkan pihak Divisi Media dan Informasi PPMI Madinah Musytahar Umar Fariqi.

“Iya khutbah Masjid Nabawi bisa didengarkan dengan bahasa Indonesia sejak lama,” ujarnya saat dihubungi detikHikmah, Jumat (1/3/2024).

Menurut laporan detikcom dari Arab Saudi pada 2014 lalu, jemaah sudah bisa menyimak isi khutbah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Caranya melalui radio.

Selain radio, khutbah Jumat juga bisa diakses secara daring melalui laman https://manaratalharamain.gov.sa. Dalam laman tersebut juga tersedia jadwal dan informasi khatib khutbah Jumat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.

Khatib Jumat Masjidil Haram dan Masjid Nabawi Hari Ini

Inside the Haramain melaporkan, Jumat (1/3/2024), khatib Jumat Masjidil Haram hari ini adalah Syeikh Maher dan khatib Masjid Nabawi adalah Syeikh Hudaify.

Jadwal salat Jumat hari ini akan berlangsung pukul 12:33 waktu Arab Saudi (WAS) di Makkah dan pukul 12.34 WAS di Madinah.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Raudah Dirindu, Raudah Jangan Keliru!



Jakarta

Raudah, nama yang sangat populer bagi jemaah calon umrah, calon haji. Berjuang untuk masuk ke Raudah, bukan hanya bagi para jemaah yang sudah di Madinah. Bahkan para calon jemaah umrah atau haji sudah menanyakannya sejak masih di tanah air.

Raudah adalah lokasi antara maqburah Nabiy dan mimbar Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Masuk dan berdoa di sini merupakan program ‘wajib’ bagi jemaah calon umrah atau haji.

Pada era ini, masuk ke Raudah memiliki jadual khusus. Kalau jadwal laki dan perempuan berbeda, itu sudah dari dulu. Tapi setelah Covid-19 kemarin, jemaah harus antri, sesuai jadwal yang diberikan oleh pemerintah.

Bahkan, sejak tahun 2023 akhir, jemaah hanya dibolehkan masuk ke Raudah sekali dalam setahun. Jadi, jika ada jemaah berhaji, atau berumrah setahun lebih sekali maka, dia hanya diijinkan ke Raudah lagi setahun setelah masuk Raudah yang sebelumnya.


Hakikat Raudah

Mengapa jemaah begitu antusias masuk, shalat, berdoa bahkan menangis lama di Raudah? Tempat ini setidaknya diyakini sangat makbul. Tempat segala pinta mendekati 100% diterima. Atau, sebagian karena merasa bisa lebih dekat dengan posisi Rasulullah berada. Juga merupakan lokasi di mana Rasulullah berlalu lalang dari rumah Beliau ke mimbar, tempat Beliau menjadi imam para sahabat untuk melakukan salat jemaah lima waktu.

Lokasi demikian sangatlah wajar jika diyakini sebagai lokasi yang sangat berkah. Antara lain karena di sanalah bekas jejak kaki Rasulullah yang penuh berkah berulang-ulang melintas. Persoalannya adalah, apakah setiap jemaah yang masuk ke Raudah selalu menghasilkan keberkahan itu? Atau, apakah yang tidak mampu, dengan segala alasannya, masuk ke Raudah adalah mereka yang ‘pasti’ tidak mampu menerima berkah itu?

Sebentar dulu, kita pahami makna berkah. Ia merupakan kata yang setidaknya memiliki makna kemanfaatan yang luas. Semakin berkah semakin luas manfaat yang dihasilkan.

Nah, terkait dengan keberkahan yang dihasilkan, kepada para jemaah yang berhasil masuk Raudah pantas diberikan pertanyaan. Apakah setelah masuk ke Raudah mereka menjadi lebih baik? Lebih baik bermakna antara lain jika kebaikan itu terkait dengan salat, maka boleh jadi salatnya makin khusyu. Sebelumnya jarang salat berjemaah ke masjid setelah dari Raudah semakin rajin. Jika dulunya masih kurang dermawan setelah dari Raudah jauh lebih tajir. Jika sebelumnya kurang mudah menahan emosi setelah dari Raudah lebih sabar, dan seterusnya.

Lalu, bagaimana jika semua kebaikan, kesempurnaan akhlak ini justru digapai oleh orang yang belum berhasil ke Raudah? Apakah pantas mereka disebut kehilangan berkah Raudah?

Kalau dilihat dari hasilnya: siapa pun, entah ke Raudah atau belum, jika akhlaknya semakin mulia maka dialah yang memperoleh berkahnya ibadah. Walau belum berhasil ke Raudah. Sedangkan mereka yang berhasil ke Raudah tetapi belum mampu membuat akhlaknya semakin sempurna, sebaiknya istighfar. Mengapa? Karena bagaimana bisa, tempat yang berkahnya sangat luar biasa belum mampu mengganti akhlaknya yang kurang baik menjadi lebih sempurna?

Jadi ayo kita berpacu bisa ke Raudah. Namun jangan lupa, perubahan menuju akhlak yang lebih mulia merupakan tujuan utama yang harus digapai melalui ibadah apa pun. Termasuk ke Raudah!

Abdurachman
Penulis adalah Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, pemerhati spiritual medis dan penasihat beberapa masjid di Jawa Timur.
Artikel ini adalah kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih – Red)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Menjajal Mobil Golf Menyusuri Pedestrian dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba



Madinah

Masjid Nabawi adalah salah satu masjid yang istimewa bagi umat Islam. Ini adalah masjid kedua yang dibangun Rasulullah SAW.

Masjid pertama yang dibangun Nabi Muhammad SAW yakni Masjid Quba, yang didirikan dalam perjalanan hijrah dari Makkah ke Madinah. Sementara Masjid Nabawi sendiri dibangun ketika Rasulullah SAW tiba di Madinah.

Jarak antara Masjid Nabawi dan Masjid Quba sekitar 3,5 kilometer, membujur dari arah utara (Masjid Nabawi) ke selatan (Masjid Quba). Jika ditempuh dengan jalan kaki, kurang lebih memakan waktu 50-60 menit.


Dua masjid istimewa itu kini terhubung dengan pedestrian (jalur pejalan kaki). Lebar pedestrian sekitar 15 meter, terbagi menjadi tiga jalur. Sisi kiri dan kanan untuk pejalan kaki, sementara bagian tengah untuk jalur mobil golf, sepeda, dan skuter.

detikHikmah mencoba menelurusi jalur ini dari Masjid Nabawi usai salat Isya, Selasa (9/7/2024), sekitar pukul 21.00 WAS. Dari arah Masjid Nabawi, saya menuju arah Masjid Ghamamah, di sana ada taman yang cukup luas dan menjadi titik awal pedestrian.

Tak jauh dan masih di area Masjid Ghamamah, saya melihat sejumlah mobil golf parkir, nampaknya lagi ngetem menunggu penumpang. Penasaran, saya pun bertanya kepada petugas. Benar saja mobil golf menjadi kendaraan dari Masjid Nabawi ke Masjid Quba dengan tarif sekali jalan, penumpang harus merogoh kocek SAR 20.

Sambil menyusuri gemerlap malam di sepanjang pedestrian, saya pun memilih untuk naik mobil golf. Dari taman Masjid Ghamamah, perjalanan dimulai dengan menyusuri halaman depan hotel jemaah haji, lalu ke jalur di bawah fly over menuju bagian Quba Front atau Waajihah Quba.

Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024).Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024). Foto: Nugroho Tri Laksono/detikcom

Tampak banyak jemaah yang memilih jalan kaki dari Masjid Nabawi menuju arah yang sama, Masjid Quba. Sesekali berpapasan dengan mobil golf yang membawa penumpang dari arah sebaliknya.

Di sini, banyak pertokoan yang menjual minyak wangi hingga kafe dengan sajian kopi dan makanan kekinian ala burger dan sejenisnya. Sesuai namanya, sepanjang jalur ini juga banyak yang menjual makanan hingga oleh-oleh seperti sajadah dan baju.

Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024).Suasa pedestrian Quba di Madinah, Selasa (9/7/2024). Foto: Nugroho Tri Laksono/detikcom

Gemerlap malam dibalut lampu-lampu di sepanjang pertokoan di kanan-kiri pedestrian menambah kesan eksotis suasana malam di Madinah. Semerbak wangi bahur yang dibakar menyeruak semakin menambah nuansa keakraban Kota Madinah.

Deretan pepohonan ini ditanam berjajar dengan jarak sekitar 8 meter berada di sepanjang jalan menuju Masjid Quba. Pada ujung jalur ini, terdapat taman bermain yang cukup luas dengan view Masjid Quba.

Tak terasa sekitar 10 menit perjalanan, mobil golf yang saya tumpangi sampai di Masjid Quba. Saya menyempatkan diri untuk salat sunnah di Masjid Quba.

Untuk kita ketahui, Masjid Quba termasuk salah satu masjid yang di sebutkan dalam ayat suci Al-Qur’an. Dalam Al Qur’an disebutkan bahwa Masjid Quba adalah masjid yang dibangun dengan dasar ketaatan dan ketakwaan Rasulullah SAW kepada Allah SWT.

“Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (Masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu salat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.” (QS At-Taubah 108).

Hingga hari ini, pesona keindahan Masjid Quba mampu memikat ribuan pengunjung setiap harinya. Selain memiliki nilai sejarah, Masjid Quba juga memiliki keistimewaan dan keutamaan yang bisa dijadikan amalan untuk menambah keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah SWT.

Bagi jemaah haji Indonesia atau pelancong lainnya yang berkunjung ke sana, biasanya akan melaksanakan salat dua rakaat. Hal ini dikarenakan masjid ini memiliki keutamaan bagi orang yang salat di dalamnya. Di antaranya salat di dalamnya bernilai seperti pahala umrah, Rasulullah SAW bersabda:

“Barang siapa yang keluar dari rumahnya kemudian mendatangi masjid ini, yakni Masjid Quba kemudian salat di dalamnya, maka pahalanya seperti ia menjalankan umrah.” (HR Ibnu Majah)

(nla/kri)



Sumber : www.detik.com

Dear Jemaah, Saat di Madinah Utamakan Ziarah Raudhah Ya


Madinah

Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi kembali mengingatkan kepada para jemaah haji yang saat ini masih berada di Madinah. Jemaah haji diingatkan agar lebih mengutamakan ziarah Raudhah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya yang di Kota Madinah.

“Jemaah haji agar lebih mengutamakan ziarah Raudhah sebelum melakukan ziarah ke lokasi ziarah lainnya yang di Kota Madinah,” kata Anggota Media Center Kemenag, Widi Dwinanda dalam keterangannya, Rabu (10/7/2024).

Widi melanjutkan, pihak Kerajaan Arab Saudi telah menerbitkan sebanyak 191.582 tasreh jemaah haji RI. Tasreh tersebut digunakan jemaah untuk masuk ke dalam Raudhah atau area ziarah di Masjid Nabawi.


“Dilaporkan secara keseluruhan, pihak Saudi telah menerbitkan 191.582 tasreh masuk Raudhah bagi jemaah haji Indonesia,” sambungnya.

Dia mengatakan, untuk menghadirkan rasa aman dan bagian dari perlindungan jemaah, PPIH secara reguler melakukan monitoring, pengawasan, dan pengamanan keberangkatan jemaah haji Gelombang II dari Makkah ke Madinah, visitasi ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dan Rumah Sakit Arab Saudi untuk melihat kondisi jemaah yang masih dalam perawatan.

“Serta melakukan patroli keliling di sektor-sektor Daker Makkah serta mendata dan mengumumkan barang tercecer/tertinggal milik jemaah haji,” kata Widi.

Istimewanya Raudhah di Masjid Nabawi

Potret Raudhah di Masjid NabawiPotret Raudhah di Masjid Nabawi. (Foto: Nugroho Tri Laksono/detikcom)

Raudhah adalah salah satu tempat mustajab untuk berdoa. Tempat ini juga dikenal dengan taman surga yang ada di Masjid Nabawi.

Dinukil dari buku Keajaiban Masjid Nabawi karya M. Irawan, di tempat itulah Rasulullah SAW beribadah, memimpin salat, dan menerima wahyu. Tempat tersebut juga digunakan oleh para sahabat untuk beribadah.

Raudah ditandai dengan tiang-tiang putih dan karpet putih. Luasnya sekitar 330 meter persegi yang memanjang dari arah timur sampai barat sepanjang 22 meter dan dari arah utara sampai selatan sepanjang 15 meter.

Raudhah juga disebut memiliki syafaat sehingga orang yang datang dengan membawa dosa akan banyak mengharapkan syafaat Rasulullah SAW. Rasulullah SAW bersabda:

مَا بَيْنَ بَيْتِى وَمِنْبَرِى رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ

Artinya: “Antara rumahku dan mimbarku terdapat taman di antara taman surga.” (HR Bukhari dan Muslim)

Jemaah dianjurkan memperbanyak ibadah di Raudhah seperti salat wajib, salat sunnah, zikir dan iktikaf. Rasulullah SAW dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim bersabda:

صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي هَذَا خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ، إِلَّا المَسْجِدَ الحَرَام

Artinya: “Satu salat di masjid saya (Masjid Nabawi) ini lebih baik daripada seribu shalat ditempat lain, kecuali Masjidil Haram.”

Cara Ziarah Haji di Raudhah

Jemaah haji perlu mengantongi izin khusus untuk berziarah ke Raudhah berupa tasreh. Tasreh adalah surat izin yang dikeluarkan oleh Arab Saudi yang memungkinkan jemaah haji untuk mengunjungi Raudhah.

Untuk jemaah haji Indonesia, proses masuk ke Raudhah sudah difasilitasi oleh pemerintah melalui tasreh tanpa perlu mengisi dan mendaftar di aplikasi.

Tasreh hanya dikeluarkan satu kali untuk setiap kloter atau rombongan. Jika jemaah terlewat jadwal yang telah ditetapkan, jemaah tidak dapat meminta tasreh pengganti.

Melalui tasreh diatur jadwal untuk masuk ke Raudhah bersama jemaah lain. Informasi ini dapat diakses melalui aplikasi e-Hajj. Pengaturan jadwal ini bertujuan untuk mengatur kedatangan jemaah secara bertahap, sehingga setiap orang dapat berdoa dengan lebih tenang dan teratur.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com