Tag Archives: masturi irham

Ciri-Ciri Al-Jassasah Mata-Mata Dajjal dan Lokasi Tempatnya Bersembunyi


Jakarta

Keberadaan Al Jassasah diterangkan dalam sejumlah hadits Rasulullah SAW. Meski tak banyak riwayat yang menceritakannya, sejumlah pendapat mengaitkan makhluk misterius ini sebagai mata-mata Dajjal.

Salah satu hadits yang membahas Al Jassasah menceritakan tentang pertemuan sahabat Rasulullah SAW yang bernama Tamim dengan Dajjal. Dinukil dari Alaamat Al Qiyaamah Al Kubra susunan Syekh Mutawalli Sya’rawi terjemahan Masturi Irham dan Moh Asmuitaman, hadits pertemuan Tamim dan Dajjal terdapat dalam riwayat muslim pada bab Quissotul Jasasah.


Bunyi Hadits tentang Al Jassasah

Kala itu, Tamim tengah melakukan perjalanan pada suatu pulau. Di tengah perjalanan, Tamim melihat hewan aneh yang menyebut dirinya sebagai mata-mata bernama Al Jassasah.

Setelahnya, mereka bertemu makhluk yang berbulu lebat hingga tidak dapat dibedakan antara bagian depan dan belakang. Mereka pun bertanya, “Siapakah kamu ini hai makhluk berbulu?”

Makhluk berbulu itu menjawab, “Aku adalah Al Jassasah.”

Mereka bertanya lagi, “Apakah Jassasah itu?”

Bukannya menjawab, makhluk itu berkata, “Hai sekalian manusia, pergilah kalian kepada seorang laki-laki di suatu biara, karena ia sangat mengharapkan berita dari kalian.”

Setelah mendengar itu, rombongan mereka langsung pergi meninggalkan tempat tersebut karena mengira makhluk aneh itu adalah setan. Hingga akhirnya mereka masuk ke dalam pulau tersebut.

Tiba-tiba, mereka bertemu dengan seseorang yang sangat besar di suatu biara. Diakui oleh Tamim sendiri, ia belum pernah melihat orang yang sebesar dan sekekar itu. Makhluk inilah yang mengaku dirinya Dajjal.

Kedua tangan orang tersebut terbelenggu pada lehernya dan kedua kakinya dirantai dengan besi antara kedua lutut hingga kedua mata kakinya. Rombongan Tamim pun bertanya, “Siapakah kamu ini?”

Makhluk itu menjawab, “Bukankah kalian telah memperoleh sedikit informasi tentang diriku, maka sekarang beritahukanlah kepadaku siapakah kalian sebenarnya?”

Tamim dan kawanannya menjawab, “Kami adalah orang-orang yang berasal dari Arab. Kami berlayar mengarungi laut dengan menggunakan perahu. Kemudian kami terbawa ke tengah laut pada saat gelombang laut mulai membesar.”

Mereka pun menceritakan pertemuan dengan hewan aneh tersebut pada si makhluk raksasa.

Laki-laki di biara itu kemudian bertanya pada mereka, “Hai rombongan pengendara perahu, beritahukanlah kepadaku tentang kebun kurma Baisan?”

Dijawab oleh rombongan Tamim bertanya, “Tentang hal apakah yang akan kamu tanyakan kepada kami?”

Laki-laki itu menjawab, “Aku bertanya tentang pohon kurma kepada kalian, apakah ia telah berbuah?”

Kami menjawab, “Ya. Pohon kurma itu telah berbuah.” Laki-laki itu justru berkata bahwa pohon kurma tersebut sebentar lagi tidak akan berbuah. Ia lalu bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang telaga Thabariyyah?”

Rombongan Tamim balik bertanya, “Apakah yang akan kamu tanyakan kepada kami?”

Laki-laki itu berkata, “Apakah telaga tersebut ada airnya?”

Dijelaskan pada laki-laki biara tersebut bahwa air telaga ada sangat banyak. Namun, sang laki-laki kembali berkata bahwa air telaga itu akan habis.

Kemudian laki-laki itu bertanya lagi, “Beritahukanlah kepadaku tentang seorang nabi utusan Allah yang ummi, apa yang telah ia lakukan?”

Rombongan Tamim menjawab, “Nabi tersebut telah keluar dari Kota Makkah dan menetap di Kota Yatsrib (Madinah).”

Laki-laki itu bertanya lagi, “Apakah nabi itu dimusuhi oleh orang Arab?” Dan kemudian dijawab dengan, “Ya, ia selalu dimusuhi orang Arab.”

Laki-laki itu terus bertanya, “Bagaimana upaya nabi tersebut dalam menghadapi mereka?”

Kemudian dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW yang dimaksud tersebut telah berhasil dalam menyebarkan dakwahnya. Hingga lelaki biara itu menjawabnya dengan panjang lebar sembari menjelaskan siapa dirinya. Hal ini pun menjelaskan mengapa ia mengetahui tentang masa yang akan datang.

“Sungguh lebih baik apabila orang Arab itu mematuhinya. Sekarang, baiklah aku akan memberitahukan kepada kalian tentang diriku! Sesungguhnya aku ini adalah al Masih Dajjal dan sebentar lagi aku telah diizinkan untuk keluar. Setelah itu, aku akan menjelajahi dunia hingga tidak ada satu kampung pun yang tidak aku singgahi dalam jangka waktu empat puluh malam, kecuali Kota Makkah dan Thaybah (Madinah).

Aku dihalangi untuk memasuki kedua kota tersebut. Setiap kali aku berupaya untuk memasuki salah satunya, maka seorang malaikat akan menghadangku yang siap sedia dengan pedang di tangannya. Sementara itu, di setiap penjuru Kota Makkah dan Madinah ada beberapa malaikat yang menjaganya.”

Ciri-ciri Al Jassasah Berdasarkan Hadits

Mengacu pada hadits di atas, ciri-ciri Al Jassasah adalah memiliki bulu kasar dan melata. Namun, tidak ditemukan penjelasan apakah Al Jassasah termasuk kelompok melata yang muncul pada akhir zaman atau bukan.

Umar Sulaiman Al Asyqar dalam Qashash Al Ghaib Fii Shahih Al Hadits An Nabawi yang diterjemahkan Drs Asmuni, Al Jassasah adalah makhluk yang memata-matai berita tentang Dajjal.

Lokasi Al Jassasah Bersembunyi

Ibnu Manzur mengatakan bahwa Al Jassasah berada di suatu pulau di tengah laut. Mereka memata-matai sambil mencari berita yang diberikan kepada Dajjal.

Brilly El Rasheed dalam bukunya Ad Dabbah Misteri Mutan Akhir Zaman menukil pendapat Imam Nawawi dalam Shahih Muslim bahwa penamaan Jassasah disebabkan makhluk tersebut bertugas untuk tajassus atau memata-matai berbagai berita yang akan dikirim ke Dajjal.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Niat dan Bentuk Sedekah untuk Orang yang Sudah Meninggal Dunia


Jakarta

Seorang muslim sudah sepatutnya bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. Dalam Islam, sedekah menjadi amalan yang dianjurkan sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an.

Allah SWT berfirman dalam surah Ali ‘Imran ayat 92,

لَنْ تَنَالُوا الْبِرَّ حَتّٰى تُنْفِقُوْا مِمَّا تُحِبُّوْنَ ۗوَمَا تُنْفِقُوْا مِنْ شَيْءٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ ٩٢


Artinya: “Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu menginfakkan sebagian harta yang kamu cintai. Apa pun yang kamu infakkan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui tentangnya.”

Menukil dari buku Hidup Berkah dengan Sedekah susunan Ustaz Masykur Arif, kata sedekah berasal dari bahasa Arab yaitu shadaqa yang artinya benar atau jujur. Dengan kata lain, sedekah menjadi bukti pembenar bagi keimanan muslim.

Dari Abu Malik Al-Harits bin Ashim Al-As’ariy RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Suci adalah sebagian dari iman, membaca alhamdulillah dapat memenuhi timbangan. Subhanallah dan alhamdulillah dapat memenuhi semua yang ada di antara langit dan bumi. Salat adalah cahaya, sedekah itu adalah bukti iman, sabar adalah pelita dan Al-Qur’an untuk berhujjah terhadap apa yang kamu sukai ataupun terhadap yang tidak kamu sukai. Semua orang pada waktu pagi menjual dirinya, kemudian ada yang membebaskan dirinya, dan ada pula yang membinasakan dirinya.” (HR Muslim)

Sedekah untuk Orang yang Sudah Meninggal

Selain dilakukan oleh orang yang masih hidup, sedekah juga bisa dikerjakan atas nama orang yang telah meninggal dunia. Hal ini tidak bertentangan dengan hadits Rasulullah SAW sebagaimana dikutip dari buku 37 Masalah Populer: Untuk Ukhuwah Islamiyah susunan Abdul Somad.

Nabi Muhammad SAW bersabda, “Apabila manusia meninggal dunia, maka putuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau anak shaleh yang mendoakannya.” (HR Muslim)

Menurut penjelasan dalam buku tersebut, makna dari ‘amal mayat itu terputus’ bukan berarti amal orang lain yang terputus kepada dirinya. Sebagai contoh, doa anak saleh masih terus mengalir sebagai amalan ketika seseorang wafat. Dengan demikian, tidak ada larangan bersedekah untuk orang yang sudah meninggal dunia atau pun atas namanya.

Turut disebutkan dalam hadits dari Ibnu Abbas RA terkait hukum sedekah atas nama orang yang sudah meninggal,

(صَحِيحٌ) حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مَنِيعٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا رَوْحُ بْنُ عُبَادَةَ، قَالَ: حَدَّثَنَا زَكَرِيَّا بْنُ إِسْحَاقَ، قالَ: حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّ رَجُلًا قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي تُوُفِّيَتْ أَفَيَنْفَعُهَا إِنْ تَصَدَّقْتُ عَنْهَا؟ قَالَ: ((نَعَمْ)). قَالَ: فَإِنَّ لِي مَخْرَفًا فَأُشْهِدُكَ أَنِّي قَدْ تَصَدَّقْتُ بِهِ عَنْهَا. هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ. وَبِهِ يَقُوْلُ أَهْلُ الْعِلْمِ، يَقُوْلُوْنَ: لَيْسَ شَيْءٌ يَصِلُ إِلَى الْمَيِّتِ إِلَّا الصَّدَقَةُ وَالدُّعَاءُ. وَقَدْ رَوَى بَعْضُهُمْ هَذَا الْحَدِيثَ عَنْ عَمْرِو بْنِ دِينَارٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ مُرْسَلًا. قَالَ: وَمَعْنَى قَوْلِهِ إِنَّ لِي مَخْرَفًا يَعْنِي: بُسْتَانًا. [((صَحِيحُ أَبِي دَاوُد)) .]٦٥٦٦): خ

Artinya: “(Shahih) Dari Ahmad bin Mani, dari Rauh bin Ubadah, dari Zakariya bin Ishaq, dari Amr bin Dinar, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah SAW., “Wahai Rasulullah, ibuku telah meninggal dunia, lalu apakah akan berguna baginya jika saya bersedekah atas namanya?” Rasulullah SAW. menjawab, “Ya, itu berguna baginya.” Laki-laki itu berkata lagi, “Sesungguhnya, saya mempunyai sebidang kebun, maka saya persaksikan dirimu bahwa saya menyedekahkannya atas nama ibuku.”

Selain itu, dalam hadits lainnya disebutkan bahwa pahala sedekah atas nama orang yang sudah meninggal akan sampai kepadanya. Dari Aisyah RA mengatakan bahwa seorang laki-laki berkata kepada Nabi Muhammad SAW:

“Ibu saya mati mendadak, dan saya yakin seandainya dia bisa bicara, dia bersedekah, apakah ibu saya mendapat pahala, seandainya saya bersedekah untuk ibu saya? Rasulullah menjawab, “Ya ada pahala bagi ibumu.” (HR Bukhari dan Muslim)

Niat Sedekah untuk Orang yang Meninggal Dunia

Tim detikHikmah belum menemukan dalil terkait bacaan niat sedekah untuk orang yang sudah meninggal dunia. Meski demikian, menukil dari buku Jalan ke Hadirat Allah tulisan Syamsul Rijal Hamid ada lafal yang bisa dibaca muslim ketika bersedekah untuk orang tua yang sudah meninggal dunia.

“Ya Allah, aku berniat menghadiahkan pahala sedekahku ini kepada almarhum bapakku atau almarhumah ibuku.”

Mengacu pada buku Hidup Berkah dengan Sedekah, niat dalam Islam menjadi ukuran bagi amalan yang dikerjakan muslim. Ini sesuai dengan hadits Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya, segala amal itu hendaklah dengan niat.” (HR Bukhari dan Muslim)

Niat yang benar dalam sedekah adalah niat untuk mengeluarkan sedekah semata-mata karena Allah SWT, bukan karena yang lain. Niat sangat berhubungan dengan motivasi dalam diri seseorang untuk mengerjakan sesuatu.

Mengutip dari kitab Ad-Da’awat Al-Mustajabah wa Mafatih Al-Faraj oleh Imam Al Ghazali yang ditahqiq Muhammad Utsman Al-Khuyst terjemahan Masturi Irham, ada doa yang bisa diamalkan muslim ketika melakukan sedekah. Berikut bacaannya,

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Arab latin: Rabbanā taqabbal minnā innaka antas samī’ul ‘alīmu.

Artinya: “Tuhan kami, terimalah persembahan dari kami. Sungguh Engkau maha mendengar lagi maha mengetahui.”

Bentuk Sedekah untuk Orang yang Sudah Meninggal Dunia

Diterangkan dalam Buku Saku Terapi Bersedekah yang disusun Manshur Abdul Hakim, sedekah jariyah menjadi bentuk sedekah yang paling baik untuk orang yang sudah meninggal dunia. Seperti diketahui, sedekah jariyah merupakan sedekah yang pahalanya terus mengalir meski orang tersebut sudah wafat.

Bentuk atau sarana dari sedekah jariyah itu antara lain membangun masjid, membantu dalam pengembangan ilmu pengetahuan, memberi makan orang mukmin sampai kenyang, memberi minum dan menggali sumur.

Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda,

“Sesungguhnya yang didapati oleh orang yang beriman dari amalan dan kebaikan yang ia lakukan setelah ia mati adalah, ilmu yang ia ajarkan dan sebarkan, anak saleh yang ia tinggalkan, mushaf Al-Qur’an yang ia wariskan, masjid yang ia bangun, rumah bagi ibnu sabil (musafir yang terputus perjalanan) yang ia bangun, sungai yang ia alirkan, sedekah yang ia keluarkan dari harta ketika ia sehat dan hidup, semua itu akan dikaitkan dengannya setelah ia mati.” (HR Ibnu Majah)

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Masuk Masjid Versi Pendek-Panjang dan Adabnya


Jakarta

Doa masuk masjid bisa dibaca muslim dan termasuk adab yang perlu diperhatikan. Terlebih, masjid merupakan rumah Allah SWT sekaligus tempat ibadah umat Islam.

Membaca doa juga dilakukan ketika keluar masjid. Hal tersebut menjadi bentuk penghormatan kepada Allah SWT.

Mengutip buku Adab dan Doa Sehari-hari untuk Muslim Sejati karya Thoriq Aziz, anjuran membaca doa masuk masjid tercantum dalam hadits Nabi SAW.


“Jika salah satu di antara kalian itu masuk masjid, salamlah kepada Nabi SAW (bersholawat), kemudian berdoalah, Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.’ Ketua keluar, berdoalah (sebagaimana lafalnya), Ya Allah, sesungguhnya aku memohon fadilah kepada-Mu.” (HR Muslim, Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan lainnya)

Doa Masuk Masjid: Arab, Latin dan Artinya

  • Doa Masuk Masjid Versi Pendek

اللَّهُمَّ افْتَحْ لي أبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Arab latin: Allahummaftha lii abwaaba rahmatika.

Artinya: “Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu untukku.”

  • Doa Masuk Masjid Versi Panjang

Berikut doa masuk masjid yang dapat diamalkan muslim seperti dinukil dari Kitab Al-Adzkar oleh Imam Nawawi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Muhammad Aniq.

أَعُوذُ بِاللَّهِ الْعَظِيْمِ وَبِوَجْهِهِ الْكَرِيمِ وَسُلْطَانِهِ الْقَدِيمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّحِيمِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ؛ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي ذُنُوبِي وَافْتَحْ لِي أَبْوَابَ رَحْمَتِكَ

Arab latin: A’uudzu billaahil ‘adzhiimi wa biwajhihil kariimi wa sulthaanihil qadiimi minasy syaithaanir rajiim, alhamdulillah, allahumma shalli wa sallim ‘ala muhaammadin wa ‘ala aali muhammadin, allahummaghfir lii dzunuubii waftah lii abwaaba rahmatik.

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung, kepada Zat-Nya Yang Maha Mulia dan kepada kekuasaan-Nya Yang Maha Dahulu dari setan yang terkutuk. Segala puji bagi Allah. Ya Allah, limpahkanlah sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan keluarganya. Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku dan bukakanlah untukku semua pintu rahmat-Mu.”

Adab Masuk Masjid bagi Muslim

Selain doa masuk masjid, ada beberapa adab lainnya yang bisa diamalkan muslim. Apa saja? Berikut bahasannya yang dikutip dari buku Berguru Adab kepada Imam oleh Malik Masykur.

1. Berniat yang Benar

Setelah membaca doa masuk masjid, pastikan muslim berniat yang benar. Pastikan muslim berniat untuk mencari rida Allah SWT dalam beribadah di masjid.

2. Dahulukan Kaki Kanan

Saat memasuki masjid, dahulukan kaki kanan. Sebab, Rasulullah SAW dalam haditsnya mengatakan untuk mendahulukan tubuh bagian kanan dalam segala sesuatu yang baik.

Dari Aisyah RA berkata, “Dahulu Nabi SAW amat menyukai memulai dengan kanan dalam mengenakan sandal, menyisir rambut, bersuci dan dalam urusannya yang penting semuanya.” (Muttafaqun ‘alaih)

3. Berzikir dan Sholawat

Ketika masuk masjid, hendaknya muslim membaca zikir dan sholawat. Ini juga diterangkan dalam hadits Rasulullah SAW,

“Jika salah seorang di antara kalian masuk ke dalam masjid, hendaklah ia mengucapkan salam atas Nabi dan mengatakan, ‘Ya Allah, bukalah pintu-pintu rahmat-Mu bagiku.’ Apabila ia hendak keluar, maka ucapkanlah salam atas Nabi dan mengatakan, ‘Ya Allah, lindungilah aku dari gangguan setan’.” (HR Ibnu Majah)

4. Salat Tahiyatul Masjid

Muslim yang baru masuk masjid dan sudah berwudhu bisa melaksanakan salat tahiyatul masjid. Amalan sunnah ini dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagaimana bunyi sabdanya,

“Jika salah seorang dari kalian memasuki masjid, maka janganlah dia duduk sampai dia mengerjakan salat sunnah dua rakaat (salat sunnah tahiyatul masjid).” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah doa masuk masjid dan adabnya yang dapat dipraktikkan muslim. Jangan lupa diamalkan ya!

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Buka Puasa Shahih 13, 14 dan 15 Muharram Arab-Latin


Jakarta

Mendahului doa buka puasa sebelum membatalkan puasa pada waktunya adalah sunnah berpuasa seperti pada pengamalan puasa 13, 14, dan 15 Muharram. Puasa tiga hari tersebut yang dikenal juga dengan puasa Ayyamul Bidh.

Dijelaskan Said Hawwa dalam buku Al-Islam membaca doa ketika hendak berbuka puasa termasuk sunnah yang dianjurkan karena termasuk dalam salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Rasulullah SAW bersabda,

ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمُ الإِمَامُ الْعَادِلُ وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ


Artinya: “Ada tiga doa yang tidak tertolak. Doanya orang yang berpuasa ketika berbuka, doanya pemimpin yang adil, dan doanya orang yang terzalimi.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban)

Dalam riwayat lainnya bersumber dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash RA yang mendengar perkataan Rasulullah SAW, “Sesungguhnya, bagi orang yang berpuasa, pada saat berbuka ada doa yang tidak ditolak.” (HR Ibnu Majah)

Adapun puasa Ayyamul Bidh adalah puasa yang diamalkan pada 13, 14, dan 15 tiap bulannya. Landasannya didasarkan dari sebuah hadits Abu Dzar Al Ghifari, Rasulullah SAW bersabda, “Hai Abu Dzar, kalau kau hendak berpuasa sunnah setiap bulan, lakukanlah puasa pada 13, 14 dan 15.” (HR Tirmidzi)

Doa Buka Puasa Shahih 13, 14, 15 Muharram

Puasa pertengahan bulan ini dikerjakan mulai dari masuknya waktu Subuh hingga terbenam matahari. Untuk membatalkan puasa, muslim dianjurkan untuk mengawalinya dengan doa buka puasa.

1. Doa Buka Puasa Muharram Versi Pertama

ذَهَبَ الظَّمَـأُ، وابْــتَلَّتِ العُرُوقُ، وثَــبَتَ الأَجْرُ إِن شَاءَ اللهُ

Dzahabaz zhama’u wabtallatil ‘uruqu wa tsabatal ajru, insyaallah

Artinya: “Rasa dahaga telah hilang, kerongkongan telah basah dan atas kehendak Allah pahala telah ditetapkan. Insya Allah.” (HR Abu Dawud)

Doa ini termaktub dalam Al-Adzkar: Doa dan Dzikir dalam Al-Qur’an dan Sunnah (Edisi Indonesia) karangan Imam Nawawi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Muhammad Aniq.

2. Doa Buka Puasa Muharram Versi Kedua

اَللّٰهُمَّ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ آمَنْتُ وَعَلَى رِزْقِكَ أَفْطَرْتُ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ

Allaahumma lakasumtu wabika aamantu wa’alaa rizqika afthortu birahmatika yaa arhamar-roohimiina.

Artinya: “Ya Allah karenaMu aku berpuasa, dengan-Mu aku beriman, kepada-Mu aku berserah dan dengan rezeki-Mu aku berbuka (puasa), dengan rahmat-Mu, Ya Allah yang Tuhan Maha Pengasih.” (HR Bukhari dan Muslim)

Bacaan doa ini termasuk dalam himpunan doa dan dzikir dari Abu Hurairah Abdul Salam terbitan PT Gramedia Pustaka Utama.

Waktu Buka Puasa

Untuk waktu berbuka dapat disesuaikan pada masing-masing wilayah. Acuannya bersumber dari riwayat Rasulullah SAW yang menyebutkan buka puasa dimulai pada waktu Magrib atau saat matahari tenggelam.

إِذَا أَقْبَلَ اللَّيْلُ مِنْ هَا هُنَا ، وَأَدْبَرَ النَّهَارُ مِنْ هَا هُنَا ، وَغَرَبَتِ الشَّمْسُ ، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ

Artinya: “Jika malam telah datang dari sini dan siang telah tertutup dari sini, serta matahari terbenam, itulah waktu berbuka bagi yang berpuasa.” (HR Bukhari)

Sementara itu, dikutip dari buku Dahsyatnya 7 Puasa Wajib, Sunnah, dan Thibbun Nabawi oleh Maryam Kinanti N, ada perbedaan pendapat yang menyatakan kapan doa buka puasa diamalkan.

Ada yang berpendapat diamalkan setelah membatalkan puasa dengan air, kurma, atau semacamnya pertama kali. Pendapat lainnya menyebut doa buka puasa diamalkan sebelum berbuka puasa.

Jadwal Puasa 13, 14, 15 Muharram

Pemerintah menetapkan awal Muharram 1446 H jatuh pada Minggu, 7 Juli 2024. Hal ini juga sejalan dengan hasil hisab Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang sudah memenuhi kriteria imkanur rukyat MABIMS. Dengan kata lain, berikut jadwal puasa pertengahan bulan Muharram yang bisa diamalkan:

  • 13 Muharram 1446 H bertepatan dengan Jumat, 19 Juli 2024
  • 14 Muharram 1446 H bertepatan dengan Sabtu, 20 Juli 2024
  • 15 Muharram 1446 H bertepatan dengan Minggu, 21 Juli 2024

Sementara itu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) melalui Lembaga Falakiyahnya menetapkan 1 Muharram 1446 H sehari setelah pemerintah yaitu pada Senin, 8 Juli 2024 berdasarkan istikmal. Jadi, jadwal puasa Ayyamul Bidh berdasarkan kalender Hijriah NU adalah sebagai berikut:

  • 13 Muharram 1446 H bertepatan dengan Sabtu, 20 Juli 2024
  • 14 Muharram 1446 H bertepatan dengan Minggu, 21 Juli 2024
  • 15 Muharram 1446 H bertepatan dengan Senin, 22 Juli 2024

(rah/kri)



Sumber : www.detik.com

6 Doa Memohon Kesembuhan dari Sakit untuk Diri Sendiri


Jakarta

Doa memohon kesembuhan dapat diamalkan muslim agar Allah SWT mengangkat penyakitnya. Sakit tidak hanya tergolong sebagai musibah, melainkan juga momen untuk menggugurkan dosa seorang muslim.

Ketika sakit, muslim dianjurkan untuk banyak berdoa dan istighfar. Allah SWT menganjurkan memerintahkan hamba-Nya untuk senantiasa berdoa sebagaimana firman-Nya dalam surah Ghafir ayat 60,

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُوْنِيْٓ اَسْتَجِبْ لَكُمْ ۗاِنَّ الَّذِيْنَ يَسْتَكْبِرُوْنَ عَنْ عِبَادَتِيْ سَيَدْخُلُوْنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيْنَ ࣖࣖࣖ ٦٠


Artinya: Tuhanmu berfirman, “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu (apa yang kamu harapkan). Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk (neraka) Jahanam dalam keadaan hina dina.”

Berikut beberapa doa memohon kesembuhan yang bisa diamalkan muslim ketika sakit yang dikutip dari berbagai sumber.

6 Doa Memohon Kesembuhan: Arab, Latin dan Arti

1. Doa Memohon Kesembuhan Versi Pertama

Doa memohon kesembuhan yang pertama ini dinukil dari buku Doa-Doa Terbaik Sepanjang Masa oleh Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa. Berikut bacaannya,

بِسْمِ الله، حَسْبِيَ الله تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهُ، اِعْتَصَمْتا بِاللَّه فَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَى الله مَا شَاءَ اللَّهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُ وَّةَ إِلَّا بِاللَّه الْعَلِيُّ الْعَظِيمِ

Bismillaahi hasbiyallaahi tawakkaltu ‘alallaahi i’tashamtu billaahi fawwadltu amri ilallaahi maa syaa-allahu laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aiyyil ‘adziimi

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah-lah Zat Yang mencukupiku. Aku berserah diri kepada Allah. Aku memohon perlindungan kepada Allah. Tiada daya dan upaya hanyalah kepada Allah Zat Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

2. Doa Memohon Kesembuhan Versi Kedua

Ada pula doa memohon kesembuhan versi lainnya yang tercantum dalam riwayat dari Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim. Dari Sayyidah Aisyah RA berkata bahwa Nabi Muhammad SAW membaca Al-Mu’awwidzat bagi sebagian anggota keluarganya dan mengusap dengan tangan kanannya sambil membaca doa berikut,

للَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أذهبْ البَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِي إِلَّا أَنتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sisyfi antasy syaafi laa syaafiya illa anta syifaa’an laa yughaadiru saqama

Artinya: “Ya Allah, Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia, hapuskanlah penyakit dan penderitaan ini. Sembuhkanlah karena Engkaulah yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak menimbulkan efek samping.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, & Abdurrazaq)

3. Doa Memohon Kesembuhan Versi Ketiga

Selain doa-doa di atas, ada pula doa memohon kesembuhan yang dapat diamalkan muslim yang dikutip dari buku Doa Menghadapi Musibah karya Arif Munandar Riswanto.

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا

Allaahumma rabban naasi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syaafi. Laa syaafiya illā anta syifaa’an lā yughaadiru saqaman.

Artinya: “Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakit. Sembuhkanlah, Engkaulah penyembuh. Tidak ada penawar selain dari penawar-Mu, penawar yang menghabiskan sakit dan penyakit.”

4. Doa Memohon Kesembuhan Versi Keempat

Dalam kitab Al Adzkar oleh Imam Nawawi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Muhammad Aniq terdapat pula doa memohon kesembuhan yang bisa dipanjatkan muslim. Bacaan ini diamalkan dengan menggunakan debu.

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

Bismillahi turbatu ardhinaa biriiqati ba’dhinaa yusyfa saqiimunaa bi idzni rabbinaa

Artinya: “Dengan nama Allah, debu tanah kami dengan ludah di antara kami, orang-orang yang menderita sakit di antara kami menjadi sembuh dengan izin Tuhan kami.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, & Hakim)

5. Doa Memohon Kesembuhan Versi Kelima

Selanjutnya, doa memohon kesembuhan turut tersemat dalam buku Panduan lengkap Shalat, Doa, Zikir & Shalawat yang disusun Ustaz Enjang Burhanudin Yusuf M Pd. Berikut bacaannya,

اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَجَلِي قَدْ حَضَرَ فَأَرِحْنِي وَإِنْ كَانَ مُتَأَخِّرًا فَاشْفِنِي وَإِنْ كَانَ بَلَاءً فَصَبِرْنِي

Alloohumma in kaana ajalii qod hadhoro fa arihnii. wa in kaana muta’akhkhiron fasyfinii. wa in kana balaa-an fashobbirnii.

Artinya: “Ya Allah, jika ajalku sudah dekat maka wafatkanlah aku dengan tenang, jika ajalku masih lama maka sembuhkanlah penyakitku, dan jika sakitku ini adalah ujian dari-Mu maka anugerahkanlah kesabaran untukku.”

Lalu dilanjut dengan membaca doa berikut,

أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

A’uudzu bi ‘izzatillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru.

Artinya: “Aku berlindung dengan kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku derita dan aku khawatirkan.”

6. Doa Memohon Kesembuhan Versi Keenam

Masih dari sumber yang sama, ada juga doa memohon kesembuhan versi lainnya dengan lafaz lebih singkat.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الْكَبِيرِ وَأَعُوْذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ مِنْ شَرِّ عِرْقٍ نَعَارٍ، وَ مِنْ شَرِّ حَرِّ النَّارِ.

Bismillahir rahmanirrahim, bismillaahil kabiir wa a’uudzu billaahil ‘azhiim min syarri ‘irqin na’-aarin wa min syarri kulli harrin naar.

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dengan nama Allah Yang Maha Besar, aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dari sakitnya darah mengalir (luka) dan dari buruknya panas api.”

Itulah beberapa doa memohon kesembuhan yang bisa dilafalkan muslim. Semoga bermanfaat.

(aeb/rah)



Sumber : www.detik.com

Tinggi Nabi Adam Menurut Hadits Jauh dari Rata-rata Manusia Sekarang


Jakarta

Nabi Adam AS sebagai manusia pertama ciptaan Allah SWT memiliki tinggi yang jauh berbeda dengan manusia saat ini. Ukurannya disebutkan dalam sejumlah hadits.

Penciptaan Nabi Adam AS diabadikan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Al Hijr ayat 28,

وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ اِنِّيْ خَالِقٌۢ بَشَرًا مِّنْ صَلْصَالٍ مِّنْ حَمَاٍ مَّسْنُوْنٍۚ ٢٨


Artinya: (Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat, “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering dari lumpur hitam yang dibentuk.”

Nabi Adam AS diciptakan di surga. Dijelaskan dalam Qishshah Bad’i Al-Khalq wa Khalqu Adam Alaihissalam karya Ali Muhammad Muhammad Ash-Shallabi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Malik Supar, wujud fisik Nabi Adam AS yang dilihat anak-anaknya di bumi sama dengan wujud fisiknya sata pertama kali diciptakan di surga.

Tinggi Nabi Adam AS Capai 60 Hasta

Tinggi Nabi Adam AS juga dijelaskan dalam hadits. Diriwayatkan Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

خَلَقَ اللَّهُ آدَمَ وَطُولُهُ سِتُّونَ ذِرَاعًا، ثُمَّ قَالَ: اذْهَبْ فَسَلِّمْ عَلَى أُولَئِكَ مِنْ الْمَلاَئِكَةِ، فَاسْتَمِعْ مَا يُحَيُّونَكَ تَحِيَّتُكَ وَتَحِيَّةُ ذُرِّيَّتِكَ. فَقَالَ: السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ. فَقَالُوا: السَّلاَمُ عَلَيْكَ وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَزَادُوهُ: وَرَحْمَةُ اللَّهِ. فَكُلُّ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ عَلَى صُورَةِ آدَمَ، فَلَمْ يَزَلْ الْخَلْقُ يَنْقُصُ حَتَّى الآنَ

Artinya: Allah telah menciptakan Adam AS berdasarkan bentuk-Nya, tingginya 60 hasta. Kemudian (Allah) berfirman, “Pergilah dan memberi salamlah kepada para malaikat itu, dan dengarkanlah mereka memberi hormat kepadamu. Itulah kehormatanmu dan keturunanmu.”

Lalu, (Adam) mengucapkan, “Assalamualaikum,” maka, (para malaikat) mengucapkan, “Assalamualaika wa rahmatullah,” (para malaikat) menambahkan ‘warrahmatullahi,’ Maka, setiap orang yang masuk surga serupa dengan Adam (dalam hal perawakan/postur dan gambaran), dan manusia itu senantiasa bertambah kecil sampai sekarang.” (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

Berdasarkan hadits yang disebutkan di atas, diketahui tinggi Nabi Adam AS mencapai 60 hasta. Hasta adalah satuan ukuran panjang yang lazim digunakan oleh masyarakat Arab kuno.

Menurut buku Mukjizat Hadits Nabi karya Dana Nur, konversi 60 hasta ke dalam ukuran modern menghasilkan angka sekitar 27,43 meter, yang sering dibulatkan menjadi 30 meter. Temuan ini juga selaras dengan penelitian yang dimuat dalam jurnal Ha Mada Ha Yisraeil B’Angleet V’lvreet, yang menyatakan tinggi rata-rata manusia zaman dulu 90 kaki atau sekitar 27,43 meter.

Tinggi Nabi Adam AS yang mencapai 60 hasta atau setara 27,4 sampai 30 meter turut dijelaskan dalam buku An Na’im Al-Jinsi Li Ahli Al-Jannah karya Syaikh Abdullah bin Qasim Al-Qasimi yang diterjemahkan oleh H. Masturi Irham Munawar dan H. Malik Supar.

Perubahan Postur Tubuh Manusia dari Masa ke Masa

Dalam buku Hadits-hadits Sains, Abdul Syukur Al Azizi menjelaskan bahwa ukuran tubuh manusia terus mengalami penyusutan secara bertahap hingga saat ini. Di masa Nabi Adam AS, rata-rata tinggi manusia mencapai 30 meter, sedangkan manusia modern hanya memiliki tinggi sekitar 1,5 hingga 1,7 meter, menurut Our World in Data.

Jika dihitung, manusia telah mengalami penurunan tinggi sekitar 3,77 mm per tahun sejak zaman Nabi Adam AS. Meskipun angka pasti penyusutan ini masih merupakan perkiraan, tren penyusutan ukuran tubuh manusia ini dianggap sebagai bagian dari rencana Allah SWT yang pasti memiliki hikmah besar.

“Satu hal yang pasti, tinggi manusia mengalami penyusutan. Tentunya, Allah SWT memiliki alasan terbaik terkait penyusutan tubuh manusia, karena rencana-Nya selalu yang paling hebat,” tulis Abdul Syukur Al Azizi.

Penyusutan tinggi manusia turut dijelaskan dalam hadits. Rasulullah SAW bersabda, “Allah menciptakan Adam dalam bentuknya tingginya 60 harta, dan kelak setiap orang yang masuk ke surga akan seperti rupa Adam, dan bentuk makhluk senantiasa berkurang (semakin pendek) hingga sekarang.” (HR Bukhari dalam Shahih Al-Bukhari)

Terkait warna kulit, Ibnu Katsir dalam kitab Qashash Al-Anbiyaa’ yang diterjemahkan Dudi Rosyadi menyebut, Nabi Adam AS diciptakan dari tanah yang diambil dari berbagai hamparan bumi. Warna-warni tanah yang tersebar di seluruh bumi ini menjadi alasan mengapa keturunan Nabi Adam AS lahir dengan beragam warna kulit hingga saat ini. Variasi tersebut mencerminkan kebesaran Allah SWT dalam menciptakan keanekaragaman manusia.

Tinggi Penghuni Surga seperti Nabi Adam

Meskipun manusia saat ini tidak memiliki postur tubuh setinggi Nabi Adam AS, Rasulullah SAW menyampaikan kabar bahwa penghuni surga nantinya akan memiliki postur tubuh yang serupa dengan nenek moyang mereka, yaitu Nabi Adam AS.

Tubuh penghuni surga akan kembali pada bentuk awal penciptaan manusia, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya tinggi badan para penghuni surga ketika mereka memasuki surga adalah 60 hasta, seperti pohon kurma yang tinggi. Mereka makan buah-buah (pohon) di surga sambil berdiri.” (HR Abu Naim)

Hadits serupa juga diriwayatkan oleh Ibnu Abi Dunya dari Anas bin Malik RA. Dalam hadits ini, Rasulullah SAW menggambarkan ciri-ciri fisik penghuni surga tingginya seperti Nabi Adam AS, ketampanan menyerupai Nabi Yusuf AS, usia muda dan dewasa seperti Nabi Isa AS, serta lisan yang mulia seperti Nabi Muhammad SAW.

“Para penduduk surga ketika masuk surga, tingginya seperti Adam, 60 dzira (hasta), tampan seperti Yusuf, di usia seperti Isa sekitar 33 tahun, memiliki lisan seperti Nabi Muhammad SAW, badan tidak berbulu, berpenampilan muda, dan bercelak.” (HR Ibnu Abid Dunya)

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Hadits tentang Sakaratul Maut, Sakitnya Ibarat Ditusuk Ratusan Pedang


Jakarta

Sakaratul maut adalah kondisi yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup yang bernyawa. Menurut hadits, rasanya sangat sakit.

Datangnya sakaratul maut dijelaskan dalam Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam surah Qaf ayat 19,

وَجَاۤءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ۗذٰلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيْدُ


Artinya: “(Seketika itu) datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang dahulu hendak engkau hindari.”

Menukil dari buku Makna Kematian Menuju Kehidupan Abadi oleh Muhammad Sholikhin, sakaratul maut adalah peristiwa yang menyertai proses kematian, baik itu mendadak maupun normal melalui proses penuaan. Cara kedatangan sakaratul maut berbeda-beda dan tidak akan ada yang bisa lari dari kematian.

Dalam beberapa hadits disebutkan terkait gambaran sakaratul maut. Berikut beberapa di antaranya.

5 Hadits tentang Sakaratul Maut

1. Dahsyatnya Sakaratul Maut

Menurut Ma’ar-Rasul SAW fi Sakaraatil-Maut oleh Muhammad Abdul Hadi yang diterjemahkan Abdul Hayyie Al-Kattani dan Masturi Irham, sakitnya sakaratul maut sangat dahsyat. Dari Anas RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Malaikat memeluk hamba (yang sedang menghadapi sakaratul maut) dan menahannya. Karena jika tidak demikian, ia akan lari dari gurun dan daratan karena dahsyatnya sakaratul maut.”

2. Sendi-sendi Mengucap Salam ketika Sakaratul Maut

Diceritakan oleh Anas RA, Nabi Muhammad SAW bersabda, “Seorang hamba akan merasakan kepayahan dalam menghadapi sakaratul maut. Dan sungguh, sendi-sendinya akan mengucapkan salam atas bagian yang lain. Ia berkata, ‘Keselamatan atasmu, engkau berpisah dariku dan aku memisahkan diri dari kamu sampai hari kiamat.” (HR Abu Hudaibah)

3. Sakaratul Maut yang Paling Ringan

Diterangkan dalam At-Tadzkirah Jilid 1 oleh Imam Syamsuddin Al-Qurthubi terjemahan Anshori Umar Sitanggal, sakitnya sakaratul maut yang paling ringan diibaratkan seperti rumput berduri yang ada di dalam wol. Dari Syahr bin Hausyab, Nabi SAW bersabda,

“Sesungguhnya maut yang paling ringan ialah seperti rumput berduri yang ada dalam wol. Dapatkah rumput itu keluar dari wol tanpa menyangkut bulu-bulu wol?” (HR Ibnu Abi Ad-Dunia)

4. Sakitnya seperti Ditusuk 300 Pedang

Sakitnya sakaratul maut juga diibaratkan seperti 300 pedang. Rasulullah SAW bersabda dalam haditsnya,

“Sakaratul maut itu sakitnya sama dengan tusukan 300 pedang.” (HR Tirmidzi)

5. Orang yang Masih Merasakan Sakaratul Maut Meski Mati 100 Tahun Lalu

Dari Jabir bin Abdulullah berkata bahwa Nabi Muhammmad SAW bersabda,

“Berceritalah tentang bani Israil, sesungguhnya pada (diri dan keajaiban yang mereka alami) mereka terdapat beberapa keajaiban.” Kemudian Rasulullah bercerita kepada kami, “Pada suatu hari, mereka keluar menuju ke sebuah kuburan. Mereka berkata, ‘Kalau kita salat dua rakaat dan berdoa kepada Allah agar mengeluarkan orang mati untuk memberitahu kita tentang (bagaimana) kematian’.

Nabi kemudian berkata, ‘Lalu mereka melakukannya. Dan saat itulah muncul (dari dalam kubur) seorang laki-laki dengan rambut putih, berkulit hitam, dan antara kedua matanya terdapat bekas sujud yang kemudan (dia) berkata, ‘Wahai kalian, apa yang kalian inginkan dariku? Aku telah mati sejak seratus tahun yang lalu, sampai sekarang rasa kematian masih terasa dan belum hilang dariku, berdoalah kepada Allah agar mengembalikan aku sebagaimana kalian’.” (HR Ibnu Abi Syaibah)

Wallahu a’lam.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Sedekah Subuh, Yuk Amalkan Setiap Pagi!


Jakarta

Sedekah subuh merupakan kegiatan berbagi dengan mengeluarkan harta untuk kebaikan bagi mereka yang membutuhkan, yang dilakukan setelah melaksanakan salat Subuh.

Sedekah ini sangat istimewa, karena setelah sedekah ini dilakukan, malaikat akan langsung mendoakan agar Allah SWT mengganti semua harta yang telah dikeluarkan. Sebaliknya, mereka yang kikir akan didoakan supaya ditimpa kesulitan. Rasulullah SAW bersabda,

“Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (HR. Bukhari dan Muslin, dari Abu Hurairah)


Saat sedekah Subuh, ada doa yang dapat diamalkan. Doa sedekah subuh bukan hanya untuk memohon agar harta yang telah dikeluarkan dapat diterima dan tergantikan dengan baik oleh Allah SWT, tetapi juga untuk keberkahan bagi penerima sedekah.

Doa Sedekah Subuh

Doa yang Dibaca oleh Pemberi Sedekah

Berikut adalah doa sedekah subuh yang dapat diamalkan oleh orang yang bersedekah subuh, yang dikutip dari buku Kitab Doa & Zikir para Nabi dan Kekasih Allah yang disusun oleh Masturi Irham.

رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Arab Latin: Rabbana taqabbal minna innaka antas sami’ul alim.

Artinya: “Ya Tuhan kami, terimalah (amal) dari kami. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah ayat 127)

Doa yang Dibaca oleh Penerima Sedekah

Disebutkan dalam buku Sukses Dunia Akhirat dengan Doa-Doa Harian yang ditulis oleh Mahmud Asy Syafrowi, adapun doa untuk penerima sedekah, berdasarkan hadits yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abi Aufa RA, ia berkata, “Jika Rasulullah SAW kedatangan kaum yang membawa sedekahnya, beliau berdoa:

اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِمْ.

Arab Latin: Allahumma shalli ‘alaihim.

Artinya: “Ya Allah, semoga Engkau memberi rahmat kepada mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Cara Mengamalkan Sedekah Subuh

Setelah membaca doa sedekah subuh, ada banyak cara dan media untuk mengamalkan sedekah, yang dapat dilakukan setelah salat Subuh.

Berikut adalah cara sedekah subuh yang dikutip dari buku Sapu Jagat Keberuntungan yang ditulis oleh Ahmad Mudzakir.

  1. Mengisi kotak amal masjid setelah salat Subuh berjamaah. Kaum pria dapat langsung memasukkan sedekah mereka ke dalam kotak amal, sedangkan ibu-ibu bisa menitipkan sedekahnya kepada suami atau anak yang pergi ke masjid.
  2. Mentransfer uang melalui rekening setelah salat Subuh. Sedekah ini dapat dikirimkan kepada orangtua, sahabat, teman, kerabat yang jauh dan membutuhkan, atau kepada lembaga sosial, atau siapa pun yang layak menerima sedekah.
  3. Memberi makanan kepada tetangga, pondok pesantren, panti yatim, atau ke tempat lain yang membutuhkan makanan setelah salat Subuh.
  4. Mengantarkan sebuah sumbangan atau bantuan kepada yang membutuhkan setelah salat Subuh.
  5. Sedekah subuh dengan menggunakan celengan di rumah merupakan suatu hal yang mudah untuk ditiru. Menyimpan uang dalam celengan setelah salat Subuh tidak hanya sebagai tabungan untuk diri sendiri di dunia, tapi juga bekal untuk di akhirat kelak.

Itulah doa sedekah subuh yang dapat diamalkan saat bersedekah di waktu subuh. Doa yang diamalkan ini dapat menjadi berkah bagi orang yang bersedekah, juga untuk penerima sedekah. Yuk amalkan mulai besok pagi!

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

10 Doa Penyembuh Segala Penyakit yang Bisa Diamalkan Muslim


Jakarta

Doa penyembuh segala penyakit bisa diamalkan muslim. Bacaan ini diamalkan untuk memohon kepada Allah SWT untuk mengangkat penyakit yang dideritanya.

Dalam Islam, sakit merupakan musibah sekaligus waktu digugurkannya dosa-dosa seorang muslim. Nabi Muhammad SAW bersabda dalam sebuah hadits,

“Tidaklah seorang muslim ditimpa suatu musibah berupa sakit atau lainnya, melainkan Allah akan menggugurkan dosa-dosanya dengan sakitnya itu, sebagaimana sebatang pohon yang menggugurkan daun-daunnya.” (HR Bukhari dan Muslim)


Saiful Hadi El-Sutha melalui bukunya Bimbingan Orang Sakit menjelaskan bahwa membaca doa penyembuh segala penyakit termasuk ikhtiar seseorang agar sembuh. Jika seseorang menyikapi sakit dengan sabar dan senantiasa berserah diri kepada Allah SWT, niscaya sakit yang dideritanya menjadi berkah.

Kumpulan Doa Penyembuh Segala Penyakit

1. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Pertama

Doa penyembuh segala penyakit ini dikutip dari buku Doa-Doa Terbaik Sepanjang Masa susunan Ustaz Ahmad Zacky El-Syafa. Berikut bacaan lengkapnya,

بِسْمِ الله، حَسْبِيَ الله تَوَكَّلْتُ عَلَى اللَّهُ، اِعْتَصَمْتا بِاللَّه فَوَّضْتُ أَمْرِي إِلَى الله مَا شَاءَ اللَّهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُ وَّةَ إِلَّا بِاللَّه الْعَلِيُّ الْعَظِيمِ

Arab latin: Bismillaahi hasbiyallaahi tawakkaltu ‘alallaahi i’tashamtu billaahi fawwadltu amri ilallaahi maa syaa-allahu laa haula walaa quwwata illaa billaahil ‘aiyyil ‘adziimi

Artinya: “Dengan menyebut nama Allah, Allah-lah Zat Yang mencukupiku. Aku berserah diri kepada Allah. Aku memohon perlindungan kepada Allah. Tiada daya dan upaya hanyalah kepada Allah Zat Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung.”

2. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Kedua

Selain doa di atas, ada juga bacaan penyembuh segala penyakit yang berasal dari hadits shahih. Aisyah RA mengatakan Rasulullah SAW kerap membaca surah Al-Mu’awwidzat bagi anggota keluarganya sambil mengusap dengan tangan kanannya lalu memanjatkan bacaan berikut,

للَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أذهبْ البَاسِ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِي إِلَّا أَنتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا

Arab latin: Allahumma rabban naasi adzhibil ba’sisyfi antasy syaafi laa syaafiya illa anta syifaa’an laa yughaadiru saqama

Artinya: “Ya Allah, Tuhan yang memelihara dan menguasai manusia, hapuskanlah penyakit dan penderitaan ini. Sembuhkanlah karena Engkaulah yang Maha Menyembuhkan. Tiada kesembuhan kecuali kesembuhan-Mu. Kesembuhan yang tidak menimbulkan efek samping.” (HR Bukhari, Muslim, Ahmad, & Abdurrazaq)

3. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Ketiga

Doa penyembuh segala penyakit selanjutnya ini berasal dari buku Doa Menghadapi Musibah oleh Arif Munandar Riswanto. Berikut bacaannya,

اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْهِبِ الْبَأْسَ اشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شَافِيَ إلَّا أَنْتَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقْمًا

Arab latin: Allaahumma rabban naasi, adzhibil ba’sa. Isyfi. Antas syaafi. Laa syaafiya illā anta syifaa’an lā yughaadiru saqaman.

Artinya: “Tuhan segala manusia, hilangkanlah penyakit. Sembuhkanlah, Engkaulah penyembuh. Tidak ada penawar selain dari penawar-Mu, penawar yang menghabiskan sakit dan penyakit.”

4. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Keempat

Mengutip dari kitab Al Adzkar Imam Nawawi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Muhammad Anik, ada juga doa penyembuh segala penyakit lainnya yang dapat diamalkan muslim. Ketika memanjatkannya, hendaknya muslim menggunakan debu.

بِسْمِ اللهِ تُرْبَةُ أَرْضِنَا بِرِيقَةِ بَعْضِنَا يُشْفَى سَقِيمُنَا بِإِذْنِ رَبِّنَا

Arab latin: Bismillahi turbatu ardhinaa biriiqati ba’dhinaa yusyfa saqiimunaa bi idzni rabbinaa

Artinya: “Dengan nama Allah, debu tanah kami dengan ludah di antara kami, orang-orang yang menderita sakit di antara kami menjadi sembuh dengan izin Tuhan kami.” (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Ibnu Majah, Ahmad, & Hakim)

5. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Kelima

Doa berikutnya ini dinukil dari buku Panduan lengkap Shalat, Doa, Zikir & Shalawat karya Ustaz Enjang Burhanudin Yusuf. Bunyi bacaannya sebagai berikut,

اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ أَجَلِي قَدْ حَضَرَ فَأَرِحْنِي وَإِنْ كَانَ مُتَأَخِّرًا فَاشْفِنِي وَإِنْ كَانَ بَلَاءً فَصَبِرْنِي

Arab latin: Alloohumma in kaana ajalii qod hadhoro fa arihnii. wa in kaana muta’akhkhiron fasyfinii. wa in kana balaa-an fashobbirnii.

Artinya: “Ya Allah, jika ajalku sudah dekat maka wafatkanlah aku dengan tenang, jika ajalku masih lama maka sembuhkanlah penyakitku, dan jika sakitku ini adalah ujian dari-Mu maka anugerahkanlah kesabaran untukku.”

Setelahnya bacaan dilanjut dengan doa di bawah ini,

أَعُوْذُ بِعِزَّةِ اللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

Arab latin: A’uudzu bi ‘izzatillahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru.

Artinya: “Aku berlindung dengan kebesaran Allah dan kekuasaan-Nya dari kejahatan apa yang aku derita dan aku khawatirkan.”

6. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Keenam

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ، بِسْمِ اللهِ الْكَبِيرِ وَأَعُوْذُ بِاللَّهِ الْعَظِيمِ مِنْ شَرِّ عِرْقٍ نَعَارٍ، وَ مِنْ شَرِّ حَرِّ النَّارِ.

Arab latin: Bismillahir rahmanirrahim, bismillaahil kabiir wa a’uudzu billaahil ‘azhiim min syarri ‘irqin na’-aarin wa min syarri kulli harrin naar.

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, dengan nama Allah Yang Maha Besar, aku berlindung kepada Allah Yang Maha Agung dari sakitnya darah mengalir (luka) dan dari buruknya panas api.”

7. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Ketujuh

Doa penyembuh segala penyakit versi ketujuh ini diambil dari buku Doa dan Dzikir Sepanjang Tahun yang ditulis Adi Tri Eka. Doa tersebut berasal dari hadits Abu Daud.

اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَدَنِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي سَمْعِي، اللَّهُمَّ عَافِنِي فِي بَصَرِي، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْكُفْرِوَالْفَقْرِ وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

Arab latin: Allaahumma ‘aafinii badanii, allaahumma ‘aafinii fii sama ‘ii, allahumma ‘aafinii fii basharii. Allaahumma innii a’uudzu bika minal kufri wal faqri. Allaahumma innii a’uudzu bika min ‘adzaabil qabri la ilaaha illaa anta

Artinya: “Ya Allah, sembuhkanlah badanku. Ya Allah, sembuhkanlah pendengaranku. Ya Allah, sembuhkanlah penglihatanku. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kekafiran dan kefakiran. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, tiada Tuhan selain engkau.” (HR Abu Daud)

8. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Kedelapan

Bacaan ini dipanjatkan ketika Rasulullah SAW meruqyah sahabatnya. Berikut bunyi doanya,

امْسَحِ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ بِيَدِك الشِّفَاءُ لَا كَاشِفَ لَهُ إلَّا أَنْتَ

Arab latin: Imsahil ba’sa rabban nāsi. Bi yadikas syifā’u. Lā kāsyifa lahū illā anta.

Artinya: “Tuhan manusia, sapulah penyakit ini. Di tangan-Mu lah kesembuhan itu. Tidak ada yang dapat mengangkatnya kecuali Kau,”

9. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Kesembilan

يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ وَلاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ طَرْفَةَ عَيْنٍ ولا إل أحد منان ناس

Arab latin: Yaa hayyun, yaa qayyuumun, birahmatika istaghiitsu, ashlih lii sya’nii kullahuu, wa laa takilnii ilaa nafsii tharfata ‘ainin, wa laa ilaa ahadin minan naas.

Artinya: “Wahai Dzat Yang Maha Hidup dan Maha Kekal, hanya dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan. Perbaikilah seluruh kondisiku, jangan Engkau biarkan diriku sekejap mata (tanpa pertolongan atau rahmat dari-Mu). Dan jangan Engkau biarkan aku bergantung kepada siapapun dari manusia.” (Ath Thabrani, Al-Mu’jamu ash-Shaghir lith Thabrani, Juz 2 [Mesir: Muwaqi’u Jaamil Hadits])

10. Doa Penyembuh Segala Penyakit Versi Kesepuluh

Doa penyembuh segala penyakit yang terakhir ini bermula ketika Utsman bin Abil ‘Ash yang mengadu kepada Rasulullah SAW perihal penyakit yang ia rasakan pada tubuhnya. Nabi SAW pun memerintahkannya membaca doa berikut,

(3x) بِسْمِ اللَّهِ

(7x) أَعُوذُ بِعِزَّةِ اللهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ

Arab latin: Bismillah (3x), a’uudzu bi’izzatillaahi wa qudrotihi min syarri maa ajidu wa uhaadziru (7x)

Artinya: “Dengan nama Allah, aku berlindung dengan keagungan dan kekuasaan Allah dari kejahatan yang menimpaku dan yang aku takuti.”

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Aisyah Istri Rasulullah SAW dari Lahir hingga Wafat


Jakarta

Aisyah RA adalah istri Rasulullah SAW. Usianya saat menikah dengan nabi cukup terbilang muda.

Menurut sebuah hadits, Aisyah RA dinikahi Rasulullah SAW saat berusia 6 tahun. Diriwayatkan dari Hisyam bin Urwah dari Aisyah RA berkata:

“Nabi SAW menikahiku ketika aku masih berusia enam tahun. Kami berangkat ke Madinah. Kami tinggal di tempat bani Haris bin Khajraj. Kemudian aku terserang penyakit demam panas yang membuat rambutku banyak yang rontok.


Kemudian ibuku, Ummu Ruman, datang ketika aku sedang bermain-main dengan beberapa orang temanku. Dia memanggilku, dan aku memenuhi panggilannya, sementara aku belum tahu apa maksudnya memanggilku.

Dia menggandeng tanganku hingga sampai ke pintu sebuah rumah. Aku merasa bingung dan hatiku berdebar-debar. Setelah perasaanku agak tenang, ibuku mengambil sedikit air, lalu menyeka muka dan kepalaku dengan air tersebut, kemudian ibuku membawaku masuk ke dalam rumah itu. Ternyata di dalam rumah itu sudah menunggu beberapa orang wanita Anshar. Mereka menyambutku seraya berkata: ‘Selamat, semoga kamu mendapat berkah dan keberuntungan besar:’

Lalu ibuku menyerahkanku kepada mereka. Mereka lantas merapikan dan mendandani diriku. Tidak ada yang membuatku kaget selain kedatangan Rasulullah SAW. Ibuku langsung menyerahkanku kepada beliau, sedangkan aku ketika itu baru berusia sembilan tahun.” (HR Bukhari)

Sirah Aisyah RA

Dijelaskan dalam Sirah Aisyah Ummil Mukminin karya Sulaiman An-Nadawi yang diterjemahkan Iman Firdaus, Aisyah mempunyai gelar Ash-Shiddiqah sering dipanggil Ummul Mukminin, dan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah, Rasulullah suka memanggilnya Humairah, atau binti Ash-Shiddiq.

Ayah Aisyah bernama Abdullah, dijuluki Abu Bakar yang memiliki gelar Ash-Shiddiq, sedangkan ibunya bernama Ummu Ruman yang berasal dari suku Quraisy kabilah Taimi.

Menurut buku ini, moyang Aisyah bertemu dengan moyang Rasulullah SAW di kakek ketujuh, sedangkan moyang kakek dari pihak ibunya dari kakek kesebelas atau dua belas.

Kelahiran Aisyah

Sebelum menikah dengan Abu Bakar, Ummu Ruman merupakan istri Abdullah bin al-Harits al-Azadi, setelah Abdullah bin Al-Harits meninggal barulah Ummu Ruman menikah dengan Abu Bakar.

Pernikahan mereka berdua dikaruniai dua anak, yakni Abdullah dan Aisyah. Beberapa pengarang kitab sirah dan mengutip pendapat Ibnu Sa’ad dalam bukunya, Thabaqat menyatakan, “Kelahiran Aisyah terjadi pada awal tahun ke-4 kenabian. Pada tahun kesepuluh kenabian, Rasulullah menikahinya saat ia berumur enam tahun.”

Pernikahan Aisyah RA dengan Rasulullah SAW

Kisah pernikahan Aisyah RA dengan Rasulullah SAW diceritakan dalam Aisyah Ummul Mu’minin, Ayyamuha Wa Siratuha Al-Kamilah Fi Shafahat karya Muhammad Said Ramadhan Al-Buthi yang diterjemahkan Masturi Irham dan Arif Khoiruddin.

Awal mula Nabi Muhammad SAW melamar Aisyah RA karena sebuah wahyu yang diturunkan kepada beliau. Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dalam kitab Shahih-nya dari Aisyah RA, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda,

أُرِيتُكِ فِي الْمَنَامِ ثَلَاثَ لَيَالٍ، جَاءَنِي بِكِ الْمَلَكُ فِي سَرَقَةٍ مِنْ حَرِيرٍ، فَيَقُولُ : هَذِهِ امْرَأَتُكَ، فَأَكْشِفُ عَنْ وَجْهِكَ فَإِذَا أَنْتِ هِيَ، فَأَقُولُ : إِنْ يَكُ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ يُمْضِهِ

Artinya: “Aku diperlihatkan dirimu dalam mimpi selama tiga malam. Malaikat datang kepadaku membawamu dengan mengenakan pakaian sutera terbaik. Malaikat itu berkata, “Ini adalah istrimu.” Lalu aku singkap penutup wajahmu, ternyata itu adalah dirimu. Lalu aku bergumam, “Seandainya mimpi ini datangnya dari Allah, pasti Dia akan menjadikannya nyata.”

Khaulan binti Hakim mendatangi Rasulullah SAW sesudah Khadijah RA wafat dan berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah SAW, tidakkah engkau ingin menikah lagi?”

Beliau bersabda, “Dengan siapa?” ia menjawab, “Jika engkau mau dengan seorang gadis, dan jika engkau mau dengan seorang janda.”

Lalu beliau bersabda, “Siapa yang gadis dan siapa yang janda?” Ia kembali menjawab, “Adapun yang gadis adalah putri dari makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala yang paling engkau cintai, yaitu Aisyah Radhiyallahu Anha. Adapun yang janda adalah Saudah binti Zam’ah RA; ia telah beriman kepadamu dan menjadi pengikutmu.”

Beliau bersabda, “Pergilah dan ceritakanlah keduanya kepadaku.” Kemudian Khaulah pergi dan masuk ke rumah Abu Bakar RA.

Di situ ia menemui Ummu Ruman, dan berkata, “Kebaikan dan keberkahan apa yang Allah Subhanahu wa Ta’ala masukkan kepada kalian?”

Ummu Ruman bertanya, “Apa maksudnya?” la menjawab, “Rasulullah SAW mengutusku untuk meminangkan Aisyah.” Ummu Ruman berkata, “Aku lebih suka jika kamu menunggu Abu Bakar RAdatang.”

Lalu Abu Bakar RA pun datang, dan Khaulah menceritakan hal tersebut kepadanya, lalu Abu Bakar RA berkata, “Apakah ia (Aisyah) boleh untuk beliau, karena ia adalah putri saudaranya?”

Kemudian Khaulah kembali dan menceritakan hal itu kepada Rasulullah SAW, lalu beliau bersabda, “Katakan padanya, “Aku dan kamu adalah saudara dalam Islam, dan putrimu halal (boleh) untukku.”

Lalu Abu Bakar RA datang dan menikahkan Aisyah RA dengan beliau, yang saat itu Aisyah RA berusia enam tahun.

Pernikahan Nabi Muhammad SAW dengan Aisyah RA hanyalah sebatas kihtbah/ akad saja. Rasulullah SAW belum menggauli dan membina rumah tangga dengannya, hingga hijrah ke Madinah.

Wafatnya Aisyah RA

Menurut Siiratus Sayyidah Aisyah Ummul Mu’miniina RA karya Sayyid Sulaiman an-Nadwi yang diterjemahkan Abu Vihraza, Aisyah RA wafat pada usia 67 tahun. Saat itu beliau mengalami sakit di bulan Ramadan pada 58 Hijriah, bertepatan dengan akhir pemerintahan Muawiyah RA.

Keutamaan Aisyah RA

Aisyah RA adalah wanita mulia yang memiliki sejumlah keutamaan. Mengutip buku The Golden Stories of Ummahatul Mukminin karya Ukasyah Habibu Ahmad, berikut tiga di antaranya.

1. Memiliki Derajat yang Tinggi di Mata Allah SWT

Aisyah RA istri Rasulullah SAW adalah wanita yang memiliki derajat tinggi di mata Allah SWT. Dalam hadits dikatakan, “Keutamaan Aisyah atas wanita-wanita lain adalah seperti keutamaan tsarid atas makanan-makanan yang lain.” (HR Bukhari)

Menurut kitab Al-Lu’lu wal Marjan karya Muhammad Faud Abdul Baqi, maksud tsarid adalah makanan utama masyarakat Arab saat itu, berbentuk seperti bubur daging yang mempunyai gizi lengkap, lezat, dan mudah dikonsumsi.

2. Wanita Cantik dan Cerdas

Aisyah RA juga dikenal dengan parasnya yang cantik. Selain cantik, ia juga dikenal cerdas dan berwawasan luas karena belajar langsung kepada Rasulullah SAW.

3. Aisyah Tempat Bertanya Umat Islam

Sesudah wafatnya Nabi Muhammad SAW, para sahabat sering meminta pendapat kepada Aisyah RA, ketika mereka menemui permasalahan yang sulit diselesaikan.

Demikianlah pembahasan mengenai Aisyah istri Rasulullah SAW mulai dari kelahirannya hingga wafat. Semoga Allah SWT senantiasa merahmatinya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com