Tag Archives: Masykur Arif

Uang Sedekah Subuh Lebih Baik Diberikan kepada Siapa?


Jakarta

Sedekah subuh adalah salah satu bentuk amal kebaikan yang memiliki banyak keutamaan dan pahala dalam ajaran Islam. Bukan hanya berbagi harta, sedekah subuh juga bisa diberikan dalam berbagai bentuk lainnya, seperti tenaga atau bentuk kebaikan lainnya yang diniatkan untuk membantu sesama.

Yang terpenting, pemberian tersebut dilakukan secara ikhlas tanpa mengharap balasan kecuali ridha dari Allah Swt.

Dalam ajaran Islam, terdapat dalil yang menguatkan keutamaan bersedekah. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 271 yang berbunyi:


اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Namun, muncul pertanyaan, uang sedekah subuh lebih baik diberikan kepada siapa? Simak penjelasan selengkapnya.

Pengertian Sedekah Subuh dan Keistimewaannya

Mengutip buku Sapu Jagat Keberuntungan tulisan Ahmad Mudzakir, sedekah subuh adalah amalah berbagi rezeki mulai dari harta dan lain-lain untuk kebaikan orang-orang yang membutuhkan yang dilakukan setelah seseorang menunaikan salat Subuh hingga sebelum matahari terbit.

Keutamaan dari sedekah subuh ini tidak hanya pada aktivitas berbagi itu sendiri, tetapi juga karena waktu pelaksanaannya yang sangat istimewa. Pada waktu subuh, malaikat turun ke bumi untuk mendoakan kebaikan bagi orang yang bersedekah serta memohonkan keburukan bagi mereka yang enggan berbagi.

Rasulullah saw. dalam sebuah hadits menjelaskan, “Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (HR. Bukhari dan Muslin, dari Abu Hurairah)

Hadits ini menunjukkan keistimewaan sedekah Subuh yang didukung oleh doa dari malaikat, di mana mereka memohon agar orang yang bersedekah diberikan balasan berlipat ganda. Sementara yang enggan berbagi akan mengalami keburukan.

Dalam Islam, waktu subuh dikenal sebagai waktu yang sangat istimewa, tidak hanya karena keutamaan salat Subuh, tetapi juga karena adanya peluang untuk mendapatkan doa dari para malaikat bagi yang bersedekah di waktu tersebut.

Hitungan waktu antara selesai salat Subuh hingga matahari terbit memang tidak lama, yaitu kurang dari satu jam. Namun, dalam waktu singkat itu, sedekah yang diberikan bisa mendapatkan doa langsung dari malaikat agar sedekah tersebut digantikan oleh Allah Swt. dengan rezeki yang melimpah.

7 Orang yang Berhak Menerima Sedekah Subuh Sesuai Urutannya

Dalam Islam, penerima sedekah memiliki urutan prioritas tertentu, tak terkecuali penerima sedekah subuh. Tujuannya untuk memastikan sedekah disalurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

Berikut ini adalah golongan-golongan yang berhak menerima sedekah subuh, sesuai dengan urutan yang dianjurkan seperti yang dijelaskan oleh Masykur Arif dalam bukunya Sedekahlah, Allah Menjaminmu Hidup Berkah.

  1. Orang tua dan keluarga
  2. Kerabat dekat
  3. Anak-anak yatim yang membutuhkan perhatian
  4. Orang-orang yang berada dalam kemiskinan
  5. Musafir yang memerlukan bantuan di perjalanan
  6. Orang-orang yang meminta-minta
  7. Untuk tujuan membebaskan hamba sahaya (budak)

Urutan ini bersumber dari firman Allah Swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Berdasarkan panduan tersebut, yang menjadi prioritas utama dalam menerima sedekah adalah keluarga dekat. Orang-orang seperti orang tua, mertua, pasangan, anak, dan saudara kandung ditempatkan di urutan pertama.

Setelah keluarga inti, urutan berlanjut ke anggota keluarga besar lainnya, seperti paman, bibi, dan kemudian anak-anak yatim serta orang-orang yang membutuhkan di masyarakat.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa prioritas tersebut bukanlah aturan yang kaku. Sedekah sebaiknya diberikan kepada mereka yang benar-benar memerlukan, meski tidak selalu berada di urutan teratas dalam daftar keluarga.

Misalnya, jika kita berniat membantu kerabat tetapi mereka sudah dalam kondisi berkecukupan, lebih baik sedekah tersebut dialihkan kepada yang lebih membutuhkan, seperti fakir miskin atau anak yatim.

Hal ini juga diperkuat dari hadits Rasululullah saw. dalam buku Sedekah Pengubah Nasib: Membuka Jalan Rezeki dengan Banyak Memberi karya Aditya Akbar Hakim yang menjelaskan tentang urutan sedekah.

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun, dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak istri) lebih besar pahalanya.” (HR Muslim)

Cara Melakukan Sedekah Subuh

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjalankan sedekah subuh dengan benar, sesuai dengan waktu yang dianjurkan yaitu setelah salat Subuh hingga sebelum matahari terbit:

1. Mengisi Kotak Amal di Masjid

Setelah menunaikan salat Subuh berjamaah, kaum pria bisa langsung memasukkan sedekahnya ke kotak amal di masjid. Bagi ibu-ibu yang tidak hadir di masjid, bisa menitipkan infaknya melalui suami atau anak yang pergi ke masjid.

2. Transfer Uang Melalui Rekening

Sedekah Subuh juga bisa dilakukan dengan mentransfer sejumlah uang setelah salat Subuh ke orang tua, kerabat, atau sahabat yang membutuhkan. Bantuan ini juga bisa ditujukan kepada lembaga sosial atau pihak-pihak yang memerlukan.

3. Memberi Makanan

Setelah salat Subuh, kita bisa mengantar makanan ke rumah tetangga, pondok pesantren, panti yatim, atau tempat lain di mana makanan tersebut akan langsung dimakan. Waktu yang dianjurkan adalah setelah subuh, sebelum matahari sepenuhnya muncul.

4. Memberikan Bantuan atau Sumbangan

Mengantarkan sumbangan atau bantuan langsung kepada mereka yang memerlukan juga adalah bentuk sedekah subuh yang bisa dilakukan. Penting untuk melakukannya setelah subuh agar tepat sesuai waktu yang disarankan.

Manfaat Melakukan Sedekah Subuh

Berikut adalah sejumlah manfaat luar biasa yang dapat diperoleh dari melakukan sedekah subuh seperti yang diterangkan oleh Isnura Afgandi dkk. dalam bukunya The Power of Jalur Langit.

  1. Permintaan dikabulkan Allah Swt.
  2. Didoakan oleh dua malaikat
  3. Pahala dan kebaikan berlipat ganda
  4. Rezeki bertambah
  5. Penghapusan dosa
  6. Terhindar dari malapetaka
  7. Kedudukan mulia di hadapan Allah Swt.
  8. Kesembuhan dari penyakit
  9. Didekatkan pada pintu surga
  10. Naungan di padang mahsyar
  11. Pahala yang mengalir terus-menerus
  12. Hati menjadi tenang dan lapang

Demikianlah penjelasan mengenai siapa saja yang lebih baik diberikan sedekah beserta informasi terkait. Memilih penerima sedekah yang benar-benar membutuhkan bisa menjadi cara untuk memaksimalkan nilai kebaikan yang kita lakukan. Semoga bermanfaat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Nama Lain Sunan Maulana Malik Ibrahim, Tokoh Pelopor Dakwah Walisongo



Jakarta

Maulana Malik Ibrahim adalah salah satu tokoh penyebar agama Islam di tanah Jawa yang dikenal dengan walisongo. Ia memiliki sejumlah nama lain atau panggilan.

Disebutkan dalam buku Sejarah Wali Songo karya Zulham Farobi, nama lain Maulana Malik Ibrahim adalah Sunan Gresik. Nama ini diperoleh karena ia melakukan dakwah untuk pertama kalinya di Gresik, Jawa Timur. Tepatnya di Desa Sembalo, yang pada saat itu desa tersebut masih berada di bawah kekuasaan Majapahit.

Saat ini, Desa Sembalo termasuk ke dalam daerah Leran Kecamatan Manyar letaknya tepat 9 kilometer arah utara Kota Gresik.


Selain Sunan Gresik, Maulana Malik Ibrahim juga memiliki delapan nama lain. Mengutip buku Wali Sanga karya Masykur Arif, berikut nama lain Sunan Maulana Malik Ibrahim,

  • Sunan Tandhes
  • Sunan Gribig
  • Sunan Raja Wali
  • Wali Quthub
  • Mursyidul Auliya’ Wali Sanga
  • Sayyidul Auliya’ Wali Sanga
  • Maulana Maghribi
  • Syekh Maghribi

Menurut buku The History of Java karya Raffles, Maulana Malik Ibrahim dipanggil Syekh Maghribi karena ia lahir dari Maghrib nama lain dari Maroko, Afrika Utara. Mengenai asal kelahiran dari Sunan Maulana Malik Ibrahim, hingga kini masih belum dapat dipastikan. Ada yang menyebutkan bahwa ia berasal dari Maroko, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia keturunan dari Campa atau bahkan Iran.

Dakwah Maulana Malik Ibrahim di Gresik

Dalam menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa terkhusus Gresik, Maulana Malik Ibrahim melakukan pendekatan dengan masyarakat melalui pergaulan sehari-hari.

Ia tidak secara langsung menghakimi dan membujuk masyarakat untuk berpindah kepercayaan. Secara tidak langsung Sunan Gresik menunjukkan budi pekerti melalui perbuatan dan tingkah lakunya sesuai dengan ajaran Islam.

Melansir tulisan Asep Saeful Mimbar yang terbit dalam Jurnal Wawasan dengan judul Memahami Islam: Perspektif Otentisitas dan Budaya Politik Lokal, aktivitas pertama yang dilakukan Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik pada waktu itu adalah berdagang dengan cara membuka warung.

Hal ini dilakukan Sunan Gresik bukanlah tanpa sebab. Pasalnya, Sunan Gresik pintar untuk membaca situasi masyarakat pada saat itu.

Sunan Gresik pada akhirnya berdagang di Pelabuhan yang mana sebagai pusat aktivitas perekonomian bagi masyarakat pada saat itu. Dengan bertemu banyak masyarakat, inilah yang akhirnya dimanfaatkan oleh Sunan Gresik untuk menyebarkan agama Islam.

Mengingat pada saat itu, situasi dan kondisi di desa tersebut sedang dilanda perang saudara hingga menyebabkan krisis ekonomi. Inilah yang pada akhirnya dimanfaatkan oleh Sunan Gresik untuk pelan-pelan mengambil simpati masyarakat.

Sunan Gresik menyediakan bahan pokok dengan harga yang murah bahkan bukan hanya sampai di situ saja ia juga bersedia untuk mengobati masyarakat secara gratis. Dari sinilah, Sunan Gresik berupaya untuk pelan-pelan masuk dan mengambil simpati dari masyarakat.

Metode dakwah Sunan Maulana Malik Ibrahim

Masih dalam sumber yang sama, metode dakwah Maulana Malik Ibrahim mengadopsi bentuk dakwah yang telah dicontohkan pada masa Rasulullah SAW. Di mana, ciri dari dakwah tersebut ialah sarat akan kebijaksanaan, membangun tali persaudaraan, membantu rakyat yang miskin, dan masih banyak lagi yang lainnya.

Berdakwah dengan cara yang bijaksana tersebut termuat dalam firman Allah SWT dalam surah An Nahl ayat 125,

اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ

Artinya: “Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk.”

Dari cara Sunan Gresik dengan segala kelembutan serta keramahtamahannya inilah, lambat laun banyak dari mereka yang memeluk agama Islam. Sehingga, pada akhirnya ketika Sunan Gresik sudah berhasil untuk mendapatkan simpati yang cukup banyak dari masyarakat ia memutuskan untuk berkunjung ke Kerajaan Majapahit yang saat itu berada di Trowulan.

Diketahui, pada saat itu Raja Majapahit Prabu Brawijaya V tidak memutuskan untuk memeluk agama Islam namun tetap menyambut dengan baik kehadiran Sunan Gresik bahkan memberinya sebidang tanah di daerah Leran, Gresik. Pada akhirnya, Sunan Gresik memanfaatkan tanah tersebut untuk mendirikan pesantren sebagai sarana yang menunjang dalam menyiarkan agama Islam.

Itulah perjalanan dakwah Sunan Gresik yang merupakan nama lain dari Sunan Maulana Malik Ibrahim. Sejumlah sumber menyebut, Sunan Gresik adalah tokoh walisongo pertama yang berdakwah di wilayah Jawa.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com