Tag Archives: md

Tak Disangka-sangka, Ini 5 Manfaat Seks yang Jarang Diketahui

Jakarta

Seks bukan sekadar aktivitas yang menyenangkan bagi pasangan. Bercinta, bagi banyak pasangan dapat membangun hubungan yang lebih kuat antara dua orang dengan mengurangi segala hal negatif yang ada.

Hormon oksitosin yang dilepaskan selama momen intim antar pasangan mampu meningkatkan kepercayaan dan rasa persahabatan yang lebih kuat. Hal ini membuat seks tak hanya sekadar bersenang-senang di ranjang, namun juga memiliki banyak manfaat.

Dikutip dari WebMD, berikut adalah 5 manfaat kesehatan dari bercinta.


1. Menjaga Sistem Kekebalan Tubuh

Pakar kesehatan seksual Yvonne K Fulbright, PhD mengatakan mereka yang aktif secara seksual memiliki kekebalan tubuh yang bagus, sehingga jarang sakit. Orang yang berhubungan seks memiliki tingkat pertahanan tubuh yang lebih tinggi terhadap kuman hingga virus.

“Orang yang aktif secara seksual memiliki waktu sakit lebih sedikit,” ujar Fulbright dikutip dari Web MD.

2. Mengurangi Rasa Sakit

Profesor dari University of New Jersey, Barry Komisaruk phD mengatakan orgasme dapat menurunkan rasa sakit pada seseorang.

“Kami menemukan bahwa rangsangan pada vagina dapat menghalangi nyeri kronis pada punggung dan kaki dan banyak wanita mengatakan kepada kami bahwa rangsangan pada alat kelamin dapat mengurangi kram menstruasi, nyeri rematik, dan dalam beberapa kasus bahkan sakit kepala,” kata Komisaruk.

Pria yang sering ejakulasi (setidaknya 21 kali sebulan) lebih kecil kemungkinannya terkena kanker prostat. Hal ini terbukti pada penelitian yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association.

4. Meningkatkan Kualitas Tidur

Psikiater di West Hollywood, California Sheenie Ambardar, MD mengatakan seks dapat membuat seseorang mendapatkan tidur yang berkualitas. Hal ini karena adanya hormon prolaktin yang dilepaskan oleh tubuh.

“Setelah orgasme, hormon prolaktin dilepaskan yang bertanggung jawab atas perasaan rileks dan mengantuk setelah berhubungan seks,” kata Ambardar.

5. Meredakan Stres

Setiap sentuhan dan pelukan pada saat bercinta, tubuh akan melepaskan hormon yang dapat membuat perasaan menjadi lebih bahagia. Gairah seksual melepaskan zat kimia otak yang meningkatkan sistem kesenangan dan penghargaan di otak.

“Seks dan keintiman dapat meningkatkan harga diri dan kebahagiaan,” ujar Ambardar.

(dpy/up)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Sentuhan di Area Ini Ampuh Bikin Istri ‘Klepek-klepek’ saat Bercinta, Penasaran?


Jakarta

Klitoris adalah zona seksual wanita yang paling sensitif. Sentuhan pada klitoris dapat membuat wanita terangsang secara seksual bahkan hingga mencapai orgasme. Sifat sensitif ini disebabkan klitoris memiliki sepuluh ribu total ujung saraf.

Hal ini diungkap oleh peneliti dari Oregon Health and Science University di Portland. Para peneliti mengumpulkan sampel saraf klitori 5 milimeter dari tujuh pasien trans maskulin yang menjalani phalloplasty, operasi pengencangan gender di mana jaringan genital direkonstruksi untuk membuat penis fungsional. Serabut saraf dalam sampel ini kemudian digunakan untuk mengekstrapolasi jumlah total ujung saraf di seluruh klitoris.

Hasil penemuan mengungkap rata-rata klitoris memiliki total 10.280 ujung saraf. Ini dua kali lipat lebih banyak dari jumlah ujung saraf di kelenjar penis atau kepala penis.


“Bandingkan dengan saraf median yang kita semua kenal dengan sindrom terowongan karpal yang menginervasi sebagian besar tangan manusia, yaitu 18.000 serabut saraf,” Blair Peters, MD, penulis utama studi tersebut, dikutip dari She Knows, Senin (17/4/2023).

“Jadi, bandingkan ukuran tangan dengan ukuran kelenjar klitoris, dan itu memberi Anda konteks seberapa padat struktur sebenarnya,” lanjutnya.

Penemuan ini dianggap penting karena selama ini penelitian mengenai klitoris jarang diteliti oleh penelitian medis dibandingkan dengan penis.

Para peneliti juga mengatakan temuan ini juga dapat digunakan untuk mengoptimalkan sensasi dalam operasi yang menegaskan gender dan operasi restoratif lainnya untuk orang dengan cedera saraf atau punggung.

(vyp/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Riset Buktikan Rata-rata Mr P Pria Makin Panjang Selama 29 Tahun Terakhir


Jakarta

Penelitian terbaru mengungkap bahwa meskipun selama beberapa dekade terakhir jumlah sperma rata-rata dan kadar testosteron pada pria menurun. Namun, berbeda halnya dengan panjang penis saat ereksi yang justru malah membesar.

Dikutip dari Everyday Health, penelitian yang dipimpin oleh Michael L Eisenberg, MD, direktur pengobatan dan bedah reproduksi pria dan seorang profesor urologi di Fakultas Kedokteran Universitas Stanford, menganalisis pengukuran penis dari 75 studi yang dilakukan antara tahun 1942 dan 2021 soal data anatomi di lebih dari 55.000 pria berusia 18 hingga 86 tahun.

Mulanya, Dr Eisenberg mengira bahwa mereka akan menemukan tren penurunan yang serupa dengan jumlah sperma dan kadar testosteron saat meneliti panjang penis. Tak disangka, peneliti malah menemukan hal sebaliknya.


Hasil penelitian ini diterbitkan pada 14 Februari di World Journal of Men’s Health. Penelitian mengidentifikasi peningkatan 24 persen rata-rata panjang penis antara tahun 1992, ketika panjang ereksi pertama kali dicatat hingga 2021. Selama 29 tahun, terjadi peningkatan dari rata-rata 4,8 inci atau sekitar 12,2 cm menjadi rata-rata 6 inci atau 15,24 cm. perhitungan ini ditentukan dari 20 penelitian yang mencatat pada lebih dari 18.000 laki-laki dalam jangka waktu 29 tahun.

Data yang dikumpulkan juga mencakup pengukuran panjang ketika penis tidak ereksi dan saat tegang. Semua ini dilakukan oleh peneliti dan tidak ada yang dilaporkan sendiri. Tim studi mencatat bahwa panjang ereksi meningkat secara signifikan dari waktu ke waktu di beberapa wilayah dunia dan di semua kelompok umur.

Faktor lingkungan memainkan peran dalam perubahan signifikan ini. “Sistem reproduksi kita adalah salah satu bagian terpenting dari biologi manusia. Jika kita melihat perubahan yang cepat ini, itu berarti sesuatu yang kuat sedang terjadi pada tubuh kita,” sebut Eisenberg dikutip dari Everyday Health, Minggu (19/3).

Ia menyebut perlunya penelitian lebih lanjut untuk menentukan penyebab perubahan ini. Eisenberg menyarankan bahwa sejumlah faktor lingkungan mungkin terlibat, seperti paparan bahan kimia yang mengganggu hormon, seperti misalnya pestisida.

Beberapa penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa paparan bahan kimia dapat dikaitkan dengan pubertas lebih awal yang dialami anak laki-laki dan perempuan. Mungkin faktor ini dapat mempengaruhi perkembangan alat kelamin.

Meskipun begitu, Raevti Bole, MD, ahli urologi yang berafiliasi dengan Klinik Cleveland yang berspesialisasi dalam pengobatan seksual pria dan disfungsi ereksi menekankan bahwa walaupun hasil penelitian menunjukkan tidak adanya kerusakan pada penis, tetapi ukuran penis bukanlah segalanya.

“Ada penekanan nyata pada ukuran dalam budaya populer dan media sosial, jadi menurut saya penting bagi dokter untuk menegaskan bahwa lebih besar belum tentu lebih baik. Maksud saya adalah ukuran tidak selalu berkorelasi dengan kepuasan seksual. Pasien bisa merasa tidak nyaman dengan ukuran penis, dan itu bisa menjadi masalah,” pungkasnya.

(Dinda Zahra/naf)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy