Tag Archives: mitos

Larangan Malam 1 Suro Menurut Islam, Apakah Boleh Keluar Rumah?


Jakarta

Malam 1 Suro atau 1 Muharram sering dianggap sakral. Menurut mitos yang berkembang, ada larangan yang tidak boleh dilakukan pada malam tersebut. Bagaimana menurut Islam?

Salah satu larangan yang populer adalah tidak boleh keluar pada malam 1 Suro. Masyarakat Jawa meyakini keluar pada malam 1 Suro bisa mendatangkan kesialan atau hal negatif. Sebagian percaya lebih baik berada di rumah untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.

Dalam Islam, Suro merujuk pada Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriah. Muharram termasuk bulan haram (yang disucikan) sebagaimana sabda Rasulullah SAW,


“Sesungguhnya zaman telah berputar sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga di antaranya adalah Dzulkaidah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang di antaranya terdapat Jumadil Akhir dan Sya’ban.” (HR Bukhari Muslim)

Dalam sejumlah kitab tafsir disebutkan, hadits di atas berkenaan dengan firman Allah SWT dalam surah At Taubah ayat 36 tentang empat bulan haram.

اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ ٣٦

Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauh Mahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”

Merujuk pada Tafsir Al-Qur’an Kementerian Agama RI, empat bulan haram itu harus dihormati. Salah satu larangan pada bulan ini adalah melakukan peperangan. Ketetapan ini berlaku sejak umat Nabi Ibrahim AS hingga Nabi Muhammad SAW.

Imam Al-Hanbali menjelaskan dalam Latha’if Al-Ma’arif Fi Ma Li Mawasim Al-‘Am Min Al-Wazha’If yang diterjemahkan Mastur Irham dan Abidun Zuhri, sebagian ulama berpendapat larangan perang bulan haram–termasuk Muharram–supaya manusia leluasa menjalankan ibadah umrah dan haji.

Muharram bertepatan dengan waktu kepulangan jemaah haji menuju tempat tinggal masing-masing. Dengan demikian, kata Imam Al-Hanbali, jemaah haji terjamin keselamatan dan keamanannya.

Namun, berperang pada bulan haram diperbolehkan jika mendapat serangan musuh. Imam Ahmad dalam Musnad meriwayatkan hadits dari Ishaq bin Isa dari Laits bin Sa’ad dari Abu Az-Zubair dari Jabir RA, “Rasulullah SAW tidak pernah berperang pada bulan haram, kecuali beliau diserang atau mereka diserang. Jika bulan haram tiba, maka beliau berdiam di rumah hingga bulan haram berlalu.”

Selain perang, berikut larangan pada bulan Muharram dan tiga bulan haram lainnya merujuk pada Tafsir Ibnu Katsir dan Tafsir Al Azhar Buya Hamka:

  1. Dilarang berbuat aniaya pada diri sendiri
  2. Dilarang berbuat maksiat
  3. Dilarang balas dendam
  4. Dilarang menjarah

Larangan-larangan tersebut berlaku sepanjang bulan haram, tak sebatas pada malam tanggal 1 atau dalam hal ini malam 1 Muharram. Sebab, tak ada riwayat yang secara spesifik menyebut larangan malam 1 Muharram.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Telinga Berdenging Tanda Dipanggil Nabi? Ini Penjelasan Buya Yahya


Jakarta

Pernahkah Anda tiba-tiba mendengar suara berdenging di telinga? Di masyarakat, fenomena ini sering dikaitkan dengan berbagai mitos, mulai dari pertanda ada yang membicarakan kita, hingga disebut sebagai panggilan dari Nabi Muhammad SAW.

Namun, bagaimana pandangan Islam mengenai telinga berdenging? Apakah hal ini benar-benar memiliki makna spiritual? Simak penjelasan lengkap dari Buya Yahya.

Mitos Telinga Berdenging yang Beredar di Masyarakat

Dalam sebuah kajian yang diunggah di channel YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menjelaskan bahwa telinga berdenging atau tinnitus adalah sebuah fenomena medis. Jika sering mengalaminya, Buya Yahya, menyarankan periksa ke dokter. Telinga berdenging bisa jadi disebabkan oleh masalah kesehatan, seperti tekanan di dalam telinga atau gangguan pada saraf pendengaran.


Maka dari itu, sangat tidak tepat jika kondisi fisik ini dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat metafisika, apalagi dengan pertanda dipanggil oleh Nabi.

Buya Yahya menanggapi beberapa kepercayaan umum tentang telinga berdenging, yaitu:

  • Tanda amal tidak diterima: Ada yang meyakini bahwa telinga berdenging adalah sinyal bahwa ibadah yang kita lakukan tidak diterima oleh Allah SWT.
  • Panggilan dari Nabi Muhammad SAW: Mitos ini menyebutkan bahwa jika telinga berdenging, berarti Nabi Muhammad SAW sedang memanggil kita.
  • Pertanda akan ada yang meninggal: Sebagian masyarakat juga percaya bahwa telinga berdenging merupakan firasat buruk, seperti akan ada kerabat yang meninggal dunia.

Menurut Buya Yahya, semua mitos tersebut tidak memiliki dasar yang kuat dalam ajaran Islam. Ia menegaskan menghubung-hubungkan telinga berdenging dengan hal-hal spiritual seperti itu adalah hal yang tidak benar.

Karena sejatinya, Nabi Muhammad SAW memanggil umatnya setiap hari melalui syariat yang beliau tinggalkan. Panggilan itu nyata dan jelas, yaitu melalui seruan salat, anjuran beribadah, dan ajakan untuk beramal kebaikan.

Sangat keliru jika menunggu telinga berdenging sebagai panggilan dari Nabi. Sebab panggilan yang sebenarnya jauh lebih jelas dan tidak ambigu. Buya Yahya menekankan kita harus berpegang teguh pada petunjuk yang nyata, yaitu Al-Qur’an dan hadits.

“Nabi memanggil kita setiap saat, dengan hadits-haditsnya. Tidak usah nunggu ada denging telinga ya. Kita ingin yang nyata, yang jelas, hadits-hadits Nabi. Ilmu-ilmu Nabi SAW,” kata Buya Yahya dalam video yang berjudul Benarkah Telinga Berdenging itu Tanda Amal Ibadah Ditolak & Panggilan Nabi Muhammad?.

detikHikmah telah mendapatkan izin untuk mengutip isi ceramah tersebut.

Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Telinga Berdenging, Mitos atau Benar Ada Penjelasan dalam Islam?


Jakarta

Fenomena telinga berdenging seringkali dikaitkan dengan berbagai kepercayaan di masyarakat. Sebagian orang meyakini bahwa itu adalah pertanda gaib, seperti dipanggil orang yang sudah meninggal, atau ada seseorang yang sedang membicarakan kita. Namun, bagaimana Islam memandang hal ini?

Banyak Mitos yang Beredar

Tidak sedikit orang yang langsung mengaitkan telinga berdenging dengan hal-hal mistis. Beberapa kepercayaan menyebutkan bahwa ketika telinga berdenging, itu artinya ada seseorang yang sedang membicarakan kita, atau bahkan pertanda ada keluarga yang telah meninggal sedang “memanggil”.

Menyikapi keyakinan seperti ini, Buya Yahya, Pengasuh Lembaga Pengembangan Dakwah Al-Bahjah memberikan penjelasan yang tegas dalam salah satu kajian beliau di kanal YouTube resminya:


“Begitu banyak kepercayaan-kepercayaan mengenai telinga berdenging ini. Ada yang bilang dipanggil oleh keluarganya yang lagi di dalam kuburan, ada yang percaya juga bahwa telinga berdenging itu karena ada yang meninggal dunia. Tidak ada hubungannya dengan yang demikian. Jangan percaya hal-hal tidak nyata seperti itu,” tegas Buya Yahya. detikHikmah telah mendapatkan izin dari tim Al-Bahjah TV untuk mengutip ceramah Buya Yahya di kanal tersebut.

Telinga Berdenging, Bukan Panggilan Nabi

Selain mitos seputar arwah atau kematian, ada pula yang meyakini bahwa telinga berdenging adalah tanda bahwa seseorang sedang dipanggil oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, menurut Buya Yahya, anggapan ini juga tidak memiliki dasar yang benar.

“Telinga berdenging bisa jadi ada permasalahan pada kesehatan telinganya. Pertama-tama, coba tanyakan kepada medis, bisa jadi ada tekanan dalam telinga, seperti itu. Jangan dihubung-hubungkan dipanggil Nabi dan sejenisnya, padahal Nabi panggil kita setiap hari, mengajak shalat, mengajak ibadah,’ jelasnya.

Pandangan ini mengingatkan kita bahwa seruan Nabi SAW bukan datang melalui tanda-tanda gaib, melainkan melalui ajaran dan sunnah beliau yang sudah jelas disampaikan kepada umat Islam.

Adakah Penjelasan dalam Hadits?

Meski banyak mitos tidak berdasar, Islam tetap memberikan adab atau sikap ketika seseorang mengalami telinga berdenging. Dalam kitab Al-Adzkar karya Imam Nawawi, disebutkan sebuah riwayat:

Kami meriwayatkan dalam Kitab Ibnu As-Sunni dari Abu Rafi’, pembantu Rasulullah, bahwa beliau bersabda:

“Jika telinga salah seorang di antara kalian berdenging, maka sebutkanlah aku, bacalah shalawat kepadaku dan ucapkanlah, ‘Semoga Allah menyebutkan dengan kebaikan untuk orang yang menyebutku.'”

Dari sini kita bisa melihat bahwa Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk menyikapi peristiwa sehari-hari, termasuk telinga berdenging, dengan cara yang positif, yaitu mengingat beliau dan membaca shalawat.

(inf/lus)



Sumber : www.detik.com

Mitos atau Fakta? Auj bin Unuq, Raksasa yang Hidup di Zaman Nabi Nuh



Jakarta

Mungkin sebagian dari umat muslim masih asing dengan nama Auj bin Unuq. Namun, dalam artikel ini akan dipaparkan kisah tentang Auj bin Unuq.

Dikutip dari buku Kisah Para Nabi karya Imam Ibnu Katsir, bahwa Auj bin Unuq atau Ibnu Inaq ini telah hidup sejak masa Nabi Nuh AS hingga masa Nabi Musa AS.

Auj merupakan seorang kafir yang sangat kejam, jahat, sombong dan tidak berperikemanusiaan.


Banyak yang mengatakan bahwa Auj dilahirkan oleh ibunya yang bernama Unuq binti Adam dari sebuah perzinaan (lahir tanpa melalui pernikahan).

Ada juga yang mengatakan bahwa Auj memiliki tinggi tiga ribu tiga ratus tiga puluh hasta plus dua pertiga hasta. Dengan badannya yang sangat tinggi itu, dia dapat mengambil ikan dari dasar laut dan memanggangnya di dekat matahari.

Dikatakan pula bahwa Auj bin Unuq ini mengejek dan mengolok-olok Nabi Nuh AS dengan perkataan yang buruk. Salah satu perkataannya yaitu ketika sedang berada di bahtera Nabi Nuh, dia berkata, “Mangkuk apa yang kamu buat ini?”

Masih terdapat riwayat-riwayat lain yang mengatakan tentang keburukan Auj bin Unuq. Namun sangat sedikit sumber yang mengisahkannya karena kisah ini merupakan mitos yang bertentangan dengan dalil, baik secara akal ataupun naqal (Al-Qur’an dan hadits).

Auj bin Unuq Mitos atau Fakta?

Secara akal, jika anak Nabi Nuh yang dibinasakan karena kekufurannya padahal ayahnya adalah seorang Nabi, bagaimana mungkin Auj bin Unuq yang lebih kufur dan dzalim tidak dibinasakan.

Secara naqal, Allah SWT berfirman dalam surat As Safaat ayat 80-82,

Artinya: “Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh, dia termasuk di antara hamba-hamba Kami yang beriman. Kemudian Kami tenggelamkan yang lain.”

Di antara doa Nabi Nuh yang dikabulkan juga disebutkan dalam Al-Qur’an,

“Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi.”

Mitos Auj bin Unuq ini juga bertentangan dengan hadits. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah menciptakan Adam dengan tinggi 60 hasta. Kemudian semakin lama tinggi manusia semakin berkurang, hingga saat ini.”

Hadits tersebut merupakan hadits yang shahih, terpercaya, dapat diandalkan, dan terjaga.

Hadits tersebut juga menunjukkan bahwa tidak ada keturunan Nabi Adam yang memiliki tubuh lebih tinggi dari Nabi Adam.

Dalam bukunya, Ibnu Katsir berpandangan bahwa kisah Auj bin Unuq adalah mitos belaka dan cerita yang hanya dikarang oleh beberapa orang zindik dan pelaku dosa (musuh-musuh Nabi Muhammad SAW).

Sayangnya, informasi mengenai kehidupan Auj bin Unuq sangat terbatas dan tidak banyak yang diketahui tentang dirinya.

Dari kisah tersebut, maka sudah sepantasnya sebagai umat muslim yang beriman untuk memilah dan mencari sumber yang shahih berdasarkan dalil (Al-Qur’an dan hadits).

(dvs/dvs)



Sumber : www.detik.com

Musim Hujan Bisa Hasrat Bercinta Naik, Mitos atau Fakta? Ini Kata Seksolog


Jakarta

Musim hujan sering dikaitkan dengan meningkatnya hasrat seksual seseorang. Cuaca yang dingin dan suasana mendung disebut-sebut mampu membangkitkan libido seseorang.

Seksolog dr Haekal Anshari, M Biomed (AAM) mengungkapkan fenomena tersebut tidak sepenuhnya didukung oleh bukti ilmiah. Namun, menurutnya salah satu faktor yang dapat membangkitkan libido seseorang adalah faktor lingkungan.

“Saya sih belum menemukan studinya ya. Tapi, memang salah satu hal yang bisa membangkitkan libido itu dari faktor lingkungan,” terang dr Haekal saat ditemui di Jakarta Selatan, Selasa (10/12/2024).


“Jadi, nggak hanya sentuhan atau visual, tapi suasananya juga bisa,” sambungnya.

Menurutnya, faktor lingkungan seperti suasana yang mendung dan hujan yang turun saat pagi dapat memberikan efek tertentu pada psikologis seseorang, terutama pria.

“Kalau pagi hari itu, hormon testosteron laki-laki meningkat. Jadi, kalau suasananya mendung, gerimis, atau hujan di pagi hari, itu bisa membuat laki-laki lebih bergairah,” kata dr Haekal.

Meski begitu, dr Haekal mengatakan cuaca bukanlah faktor utama yang dapat meningkatkan gairah seksual seseorang. Selain faktor lingkungan, gairah seksual seseorang dapat dipengaruhi hal lainnya, seperti kondisi fisik, mental, hubungan dengan pasangan, dan stimulasi lainnya.

Maka dari itu, cuaca yang dingin atau musim hujan tidak dapat dianggap sebagai penyebab utama yang membuat libido meningkat. Hal tersebut lebih berkaitan dengan bagaimana lingkungan sekitar mempengaruhi suasana hati atau mood bercinta.

“Cuaca itu hanya salah satu dari sekian banyak faktor yang bisa membangkitkan gairah seksual seseorang,” tuturnya.

(sao/kna)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

7 Mitos soal Seks Paling Banyak Beredar di Masyarakat, Sering Bikin Salah Kaprah!

Jakarta

Perkembangan teknologi membuat informasi tentang kesehatan seksual dapat diakses oleh banyak orang dengan mudah dan cepat. Meski begitu, masih saja ada informasi meleset tentang seks yang beredar di masyarakat.

Selain memberikan informasi yang tidak benar, mitos-mitos tersebut dapat memunculkan kekhawatiran dan kesalahpahaman orang-orang akan kesehatan seksual. Agar tidak salah kaprah, penting untuk mengetahui fakta sebenarnya dari mitos-mitos tersebut.

Dikutip dari berbagai sumber, berikut sejumlah mitos tentang seks yang beredar di masyarakat.


1. Wanita yang terangsang tidak butuh ‘pelumas’ tambahan

Banyak orang yang mengira, wanita hanya membutuhkan rangsangan berupa sentuhan fisik agar vaginanya menjadi basah sebelum penetrasi. Faktanya, rangsangan seksual tidak selalu sejalan dengan basahnya vagina.

Direktur Center for Sexual Health Promotion di Indiana University School of Public Health, Debby Herbenick mengatakan sekitar 17 persen dari wanita berusia 18 hingga 50 tahun mengalami vagina kering saat bercinta. Meski kondisi ini kerap dialami oleh wanita yang menopause atau menyusui, ada beragam faktor lain yang bisa memengaruhi. Misalnya, karena pengaruh obat-obatan tertentu.

“Seperti yang selalu saya sampaikan kepada murid-murid saya, vagina bukanlah hutan hujan. Kita bisa saja merasa terangsang atau jatuh cinta tapi tetap tidak terlubrikasi seperti yang diharapkan,” ujar Herbenick, dikutip dari New York Times.

2. Sakit saat berhubungan intim itu normal

Mungkin masih ada yang menyangka sakit saat berhubungan seks itu normal. Tapi Shemeka Thorpe, peneliti yang mempelajari tentang seksualitas, mengungkapkan fakta yang berbeda.

“Kita sering mengetahui kalau orang yang mengalami kelainan nyeri seksual di kemudian hari sebenarnya merasakan nyeri seksual saat pertama kali melakukan hubungan intim, dan terus merasakan nyeri seksual atau di vulva. Mereka tidak sadar kalau itu adalah sebuah masalah,” ucapnya.

Tak hanya wanita, pria juga bisa merasakan nyeri saat berhubungan intim. Karenanya, para pakar menekankan pentingnya untuk memeriksakan diri ketika mengalami nyeri saat berhubungan seks.

3. Pria punya keinginan bercinta lebih tinggi dibanding wanita

Ini adalah salah satu mitos tentang seks yang bisa membebani kaum pria. Pakar terapi seks Ian Kerner mengungkapkan pria tidak selalu menjadi pihak dengan hasrat seks yang lebih tinggi.

“Perbedaan hasrat adalah masalah nomor satu yang saya tangani dalam praktik saya, dan pasangan dengan hasrat yang lebih tinggi tidak selalu laki-laki,” tuturnya.

Kerner menambahkan mitos ini sering kali membuat pria malu jika memiliki hasrat seksual yang rendah, dan merasakan tekanan untuk selalu memulai aktivitas seksual.

4. Seks saat menstruasi tidak membuat hamil

Mitos satu ini sering membuat orang salah paham. Faktanya, wanita tetap bisa hamil selama melakukan hubungan intim tanpa pengaman, meski sedang menstruasi.

Dikutip dari The Source, kebanyakan wanita memiliki siklus menstruasi yang berlangsung sekitar 28 hari. Selama siklus tersebut, pendarahan biasanya hanya terjadi sekitar 5 hari.

Dalam masa yang singkat itu, sel telur yang tidak dibuahi akan dikeluarkan dari dalam tubuh. Tapi sebelum memasuki siklus menstruasi, wanita akan mengalami ovulasi, yaitu rentang waktu selama 12-16 hari ketika sel telur yang matang dilepaskan dari ovarium.

Beberapa wanita memiliki siklus menstruasi yang lebih pendek. Artinya, tahap ovulasi bisa terjadi lebih awal. Mengingat sperma bisa hidup dalam tubuh manusia hingga selama 5 hari. Jadi jika waktunya tepat, sperma bisa bertahan cukup lama untuk membuahi sel telur.

5. Seks dalam posisi berdiri tidak membuat hamil

Mitos aneh lainnya mengatakan seks dalam posisi berdiri tidak menyebabkan kehamilan lantaran gravitasi akan mencegah sperma mencapai sel telur. Padahal, hal posisi seks dan potensi kehamilan tidak ada hubungannya sama sekali.

Saat pria ejakulasi, jutaan sperma akan dilepaskan ke dalam vagina dan ‘berenang’ menuju sel telur. Bercinta sambil berdiri tidak akan mencegah terjadinya pembuahan, begitu juga dengan melompat atau mencuci vagina setelah ejakulasi.

Terlepas apapun posisi bercinta yang dilakukan, wanita tetap berpotensi hamil jika bercinta tanpa pengaman atau alat kontrasepsi lainnya.

6. Mencabut Mr P sebelum ejakulasi mencegah kehamilan

Ini adalah mitos yang sejak lama diyakini banyak orang. Tapi faktanya, mencabut penis sebelum ejakulasi tetap bisa menyebabkan kehamilan.

Dikutip dari Mayo Clinic, mencabut penis sebelum ejakulasi membutuhkan kontrol diri. Bahkan jika pria bisa melakukannya, mencabut penis dari vagina sebelum ejakulasi belum tentu efektif mencegah kehamilan. Pasalnya, sperma bisa saja masuk ke dalam vagina jika timing-nya tidak tepat. Cairan pre-cum juga bisa mengandung sperma, sehingga kehamilan masih mungkin untuk terjadi.

7. Menonton film porno bisa bikin pria kena disfungsi ereksi

Banyak orang yang percaya, kebanyakan menonton film porno dapat membuat pria mengalami disfungsi ereksi. Namun, Kerner mengatakan belum ada penelitian absah terkait klaim tersebut.

“Belum ada penelitian sah yang bisa benar-benar menunjukkan kalau film porno bisa mengacaukan neurokimia sehingga menyebabkan disfungsi ereksi,” terangnya.

Kerner menjelaskan disfungsi ereksi bisa disebabkan oleh faktor fisik maupun psikologi. Umumnya, hal yang paling sering membuat pria mengalami disfungsi ereksi adalah faktor kecemasan.

“Kecemasan adalah musuh ereksi bagi setiap pria, dan ada banyak hal yang bisa memunculkan rasa cemas: kurangnya pengalaman, seks pertama dengan seseorang, kurang percaya diri dengan organ vital, pengalaman traumatis karena sebelumnya pernah mengalami disfungsi ereksi, tekanan, dan terkadang, karena membandingkan diri dengan aktor di film porno,” papar Kerner.

(ath/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy

Keseringan Masturbasi Malah Bikin Gairah Bercinta Nge-drop, Mitos atau Fakta?


Jakarta

Sering kali beredar anggapan, keseringan melakukan masturbasi bisa menimbulkan gangguan terhadap kesehatan. Di antaranya, gairah seksual yang menurun.

Di sisi lain, tak sedikit yang menganggap masturbasi sebagai aktivitas seksual yang normal dilakukan. Perdebatan kedua pihak itu akhirnya menimbulkan banyak mitos seputar masturbasi.

Seperti apa kebenarannya? Dikutip dari berbagai sumber, berikut ulasannya.


Masturbasi Bisa Picu Kebutaan hingga Impotensi?

Beberapa orang mungkin pernah mendengar kalau masturbasi bisa menyebabkan kebutaan. Bahkan, ada klaim yang mengatakan orang yang sering masturbasi bisa mengalami impotensi saat sudah tua.

Faktanya, hingga saat ini masih belum ada studi atau bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut. Sama halny dengan anggapan yang mengatakan masturbasi bisa memicu gangguan seperti disfungsi ereksi, tangan berbulu, penurunan jumlah sperma, gangguan psikologis, dan lain sebagainya.

Bikin Hubungan Pasutri Nggak Harmonis

Mitos lain soal masturbasi yang cukup diyakini banyak orang adalah aktivitas tersebut bisa merusak keharmonisan dengan pasangan. Apakah benar?

Sebuah studi mengungkapkan banyak pria dan wanita yang melakukan masturbasi terlepas dari status hubungannya. Bahkan, beberapa pasutri menjadikan masturbasi bagian dari rutinitas seksual mereka.

Lebih lanjut, studi tersebut juga menemukan wanita yang melakukan masturbasi memiliki kehidupan pernikahan yang lebih bahagia dibanding mereka yang tidak melakukannya.

Masturbasi Menurunkan Gairah Seksual

Sebagian orang beranggapan pria yang terlalu sering melakukan masturbasi bisa kehilangan gairah seksual. Ini dikarenakan penisnya terlalu sering menerima rangsangan secara berlebihan, sehingga tidak lagi bisa merasakan stimuli saat melakukan aktivitas seksual normal.

Faktanya, hal ini tidak benar. Dikutip dari Medical News Today, penurunan sensitivitas pada penis akibat masturbasi biasanya disebabkan oleh teknik atau genggaman yang kurang pas saat melakukannya. Hal ini dapat dengan mudah diatasi dengan mengganti teknik atau menyesuaikan genggaman saat masturbasi.

Lalu bagaimana dengan wanita? Stimulasi hebat yang dirasakan saat masturbasi ternyata dapat meningkatkan gairah dan fungsi seksual pada wanita. Misalnya, rangsangan yang muncul saat menggunakan mainan bantu seks.

Membuat Seseorang Menjadi Anti-Sosial

Selain gangguan fisik, orang-orang percaya masturbasi juga bisa menimbulkan dampak pada kejiwaan. Misalnya, membuat seseorang enggan bersosialisasi, malas sekolah atau bekerja, hingga memicu depresi.

Dikutip dari PsychCentral, masturbasi sama sekali tidak bisa memicu gangguan psikologis seperti depresi dan lain sebagainya. Hal ini merupakan salah satu mitos yang sejak lama sudah dipatahkan berkali-kali.

(ath/vyp)

Sumber : health.detik.com

Image : unsplash.com/ Spacejoy