Tag Archives: Muhammad Habibillah

Nisab Zakat Pertanian dan Cara Menghitungnya


Jakarta

Zakat pertanian adalah salah satu jenis zakat mal yang wajib ditunaikan saat panen apabila telah mencapai nisab. Besaran nisab zakat pertanian diatur dalam Peraturan Menteri Agama.

Menurut Peraturan Menteri Agama RI Nomor 52 Tahun 2014 tentang Syarat dan Tata Cara Penghitungan Zakat Mal dan Zakat Fitrah serta Pendayagunaan Zakat untuk Usaha Produktif, nisab adalah batasan minimal harta yang wajib dikenakan zakat.

Nisab ini berbeda-beda tergantung sumber zakat, seperti zakat pertanian, zakat binatang ternak, zakat emas dan perak, serta zakat barang perniagaan. Tiap kategori memiliki batasan yang telah ditentukan sebagai acuan kewajiban zakat.


Besaran Nisab Zakat Pertanian

Berdasarkan Peraturan Menteri Agama 52/2014, nisab zakat pertanian, perkebunan, dan kehutanan senilai 653 kg gabah. Adapun, kadar zakat pertanian sebesar 10 persen jika tadah hujan atau 5 persen jika menggunakan irigasi dan perawatan lainnya.

Apabila hasil panen melebihi nisab, zakat yang harus dibayar sebesar 10 persen jika tadah hujan atau 5 persen jika menggunakan irigasi dan perawatan lainnya. Menurut ketentuan ini, zakat pertanian, termasuk perkebunan dan kehutanan, ditunaikan pada saat panen dan dibayarkan melalui amil zakat resmi.

Menurut penjelasan dalam buku Panduan Terlengkap Ibadah Muslim Sehari-hari tulisan Muhammad Habibillah, hasil pertanian memuat biji-bijian dan buah-buahan. Hasil pertanian tersebut harus memenuhi syarat bisa dimakan, disimpan, ditakar, serta tahan lama. Contoh hasil pertanian yang termasuk dalam zakat ini adalah padi, jagung, dan gandum, yang biasa ditakar dalam kondisi kering.

Cara Menghitung Nisab Zakat Pertanian

Dilansir dari situs Baznas, untuk menghitung nisab zakat pertanian dapat mengikuti peraturan Menteri Agama No. 52 Tahun 2014 sebelumnya yang menjelaskan bahwa nisab untuk zakat pertanian adalah 653 kilogram gabah. Angka ini setara dengan 5 wasaq, di mana 1 wasaq bernilai 60 sha, dan 1 sha setara dengan 2,176 kg, sehingga totalnya menjadi 653 kg.

Zakat pertanian dikeluarkan saat panen dan jika hasil panen melebihi nisab tersebut. Jika petani menggunakan metode pengairan alami, zakat yang dikeluarkan sebesar 10 persen dari hasil panen, namun jika menggunakan metode irigasi dan biaya perawatan, zakat yang dikeluarkan adalah 5 persen. Misalnya, jika petani menghasilkan 1 ton gabah menggunakan irigasi, zakat yang wajib dibayarkan adalah 50 kg gabah (5 persen dari 1 ton).

Jika petani menghasilkan 10 ton gabah dengan biaya produksi Rp 15.000.000 dan harga gabah adalah Rp 5.000 per kilogram, total pendapatannya menjadi Rp 50.000.000. Dengan persentase zakat sebesar 5 persen, maka zakat yang harus dibayarkan adalah 500 kg gabah.

Syarat Orang yang Mengeluarkan Zakat Pertanian

Orang yang akan mengeluarkan zakat atau disebut muzakki harus memenuhi beberapa persyaratan. Dikutip dari buku Fikih Zakat, Sedekah, dan Wakaf yang disusun oleh Qodariah Barkah dkk, berikut penjelasannya:

1. Islam: Zakat pertanian wajib bagi Umat Islam.

2. Merdeka: Orang yang merdeka, bukan budak.

3. Kepemilikan: Hasil pertanian harus dimiliki oleh pengelola atau pemilik sawah, bukan buruh yang menggarap.

4. Nisab: Zakat wajib dikeluarkan jika hasil mencapai ambang batas nisab.

5. Jenis tanaman: Hanya tanaman yang dapat berkembang biak atau dibudidayakan yang terkena zakat.

6. Usaha manusia: Tanaman hasil usaha, bukan yang tumbuh liar.

Semua syarat ini memastikan zakat dikeluarkan sesuai ketentuan yang ditetapkan dalam ajaran Islam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Niat Bayar Utang Puasa Ramadhan karena Haid, Bacaan Lengkap dan Tata Caranya



Jakarta

Puasa Ramadhan menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh umat Islam di bulan Ramadhan. Namun, ada beberapa hal yang dapat menghalangi seseorang untuk berpuasa salah satunya seperti saat wanita sedang mengalami haid. Dalam buku Fikih Sunnah Wanita karya Abu Malik Kamal ibn Sayyid Salim, wanita yang mengalami haid memiliki kewajiban untuk membayar utang puasanya meskipun haid keluar pada menit-menit terakhir sebelum terbenamnya matahari.

Hal ini sebagaimana dalam hadits yang dikutip dari buku Kitab Terlengkap Panduan Ibadah Muslim Sehari-Hari karya K.H. Muhammad Habibillah:

كَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلَاةِ


Aisyah RA pernah berkata, “Terdapat sesuatu (haid) yang menimpa kami, dan kami diperintah untuk mengganti puasa, dan tidak diperintah untuk mengganti sholat.” (HR Bukhari dan Muslim).

Lalu, bagaimana niat bayar utang puasa Ramadhan? Berikut penjelasan niat bayar utang puasa Ramadhan karena haid dan cara melaksanakannya.

Niat Bayar Utang Puasa Ramadhan karena Haid

Berdasarkan buku koleksi Doa Dzikir Sepanjang Masa karya Ustadz Ali Amrin al-Qurawy, niat bayar utang puasa Ramadhan karena haid sama saja dengan niat bayar utang puasa dengan keadaan darurat lannya, seperti musafir, orang sakit, muntah dengan sengaja, ataupun makan dan minum dengan sengaja.

Berikut ini adalah niat bayar utang puasa Ramadhan:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى

Latin: Nawaitu shauma ghadin ‘an qadha-i fardhi ramadhaana lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Saya niat berpuasa untuk mengganti puasa Ramadhan karena Allah Ta’ala.”

Tata Cara Bayar Utang Puasa Ramadhan karena Haid

Tata cara membayar utang puasa ramadhan karena haid sama halnya dengan puasa biasanya. Dalam berniat, Muhammad Anis Sumaji dan Muhammad Najmuddin Zuhdi dalam bukunya 125 Masalah Puasa menjelaskan cara membaca niat puasa tidak harus diucapkan melainkan cukup diucap di dalam hati.

Abdul Syukur al-Azizi dalam buku berjudul Buku Lengkap Fiqih Wanita menjelaskan cara wanita haid mengganti puasa.

Dalam membayar utang puasanya, seorang wanita diperbolehkan untuk melakukannya pada hari dimanapun ia mampu berpuasa, selama belum datang bulan Ramadhan berikutnya.

Hal ini didasarkan pada hadits dari Aisyah RA yang berkata, “Aku punya utang puasa Ramadhan dan aku tidak mampu membayarnya, kecuali pada bulan Sya’ban.” (HR Muslim).

Kemudian dalam buku Ringkasan Fiqih Sunnah Sayyid Sabiq karya Al-Faifi dan Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya juga dijelaskan bahwa mengqadha atau membayar utang puasa Ramadhan tidak harus dilakukan sekaligus karena telah menjadi kewajiban yang sifatnya muwassa atau dapat dilakukan kapan saja.

Jika seseorang belum membayar utang puasa Ramadhan hingga masuk ke bulan Ramadhan tahun berikutnya, maka ia harus mengganti puasanya yang telah ditinggalkan di bulan setelahnya dan membayar fidyah sebanyak hari yang ditinggalkan. Kadar fidyah yang dibayar untuk setiap harinya adalah satu mud beras atau makanan.

Itulah niat membayar utang puasa ramadhan karena haid dan tata caranya. Sebaiknya, umat muslim yang memiliki utang puasa Ramadhan dapat segera mengqadha puasanya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com