Tag Archives: Muhammad SAW

Nasihat Orang Bijak



Jakarta

Orang bijak ditanya, “Apa yang paling dekat?”

Jawabnya, “Ajal.”
Ditanya lagi, “Apa yang paling jauh?”
Dijawab, “Angan-angan.”
Kematian pasti datang, keyakinan akan datangnya ajal menjadikan seseorang berhati-hati dalam menjalani kehidupan, ia selalu taat atas perintah Tuhan dan selalu berupaya menjauhi yang dilarang.

Aisyah ra. bertanya kepada Rasulullah SAW, “Ya Rasulullah, apakah kelak pada hari kiamat kami akan dikumpulkan dengan para syuhada?” Rasulullah SAW menjawab, “Ya, yaitu orang-orang yang mengingat kematian dalam sehari-semalam sebanyak dua puluh kali.” ( HR. as-Syaukani ).


Menurut Imam Ghazali manfaat mengingat kematian :
* Akan menjauhkan diri dari kenikmatan dunia yang serba menipu
* Akan mempersiapkan diri untuk menghadapi kematian
* Mengosongkan hati dari hal-hal keduniawian dan mengkonsentrasikan hati dan pikiran hanya untuk kematian
* Mengingat kematian akan membantu seorang muslim untuk meningkatkan kualitas ibadah dan menjauhi larangan Allah SWT

Orang yang selalu mengingat kematian, In-Syaa’Allah akan terhindar dari perbuatan maksiat seperti korupsi memperkaya diri dengan hidup bermewah-mewahan. Dia sadar semua itu adalah tipuan setan karena kenikmatan dunia sifatnya fana.

Adapun angan-angan adalah suatu perbuatan yang sia-sia. Panjang angan, disebut juga thulul amal, adalah banyak mengangankan perkara dunia dan cinta dunia. Disebutkan oleh Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW. bersabda, ” Hati orang yang sudah tua akan senantiasa seperti anak muda dalam menyikapi dua hal: cinta dunia dan panjang angan-angan.” (HR. Bukhari).

Panjang angan-angan ini betul-betul berdampak buruk karena akan merusak hati, dan Sang Baginda Muhammad SAW. mengingatkan bahwa hati orang yang sudah tua akan seperti anak saat cinta dunia dan panjang angan-angan. Betapa beratnya ujian bagi orang yang sudah tua, semestinya mengumpulkan bekal perjalanan kekalnya masih bersikap ( hatinya ) seperti anak muda karena cintanya pada dunia.

Oleh sebab itu, selalu mengingat mati agar nantinya engkau pada hari kiamat dapat bersama-sama ( kumpul ) dengan para syuhada. Juga janganlah membuang-buang waktu dengan panjang angan karena ini perbuatan sia-sia.

Pada zaman dahulu, ada orang bijak yang biasa berkeliling kota setiap tahun. Ia mengajarkan enam kalimat berikut ini :
1. Barangsiapa tidak memiliki ilmu, ia akan terhina di dunia dan di akhirat.
2. Barangsiapa tidak memiliki sifat sabar, maka ia tak akan selamat dalam beragama.
3. Orang bodoh amalnya sia-sia.
4. Orang yang tidak bertakwa, tiada kemuliaan di mata Allah SWT.
5. Barangsiapa tiada memiliki kedermawanan, maka ia tidak akan mempunyai bagian apa-apa dari hartanya.
6. Barangsiapa tidak takwa, tiada daya di hadapan-Nya.

Perbuatan yang bermanfaat bisa diketahui dari hasil yang diraih dan berguna untuk sesama, maka muncullah kesucian jiwa dan pelaksanaannya bersih dari cela. Tahukah bahwa perbuatan yang bermanfaat dalam memperoleh kenikmatan agung dan abadi hendaknya berdasarkan ilmu. Karena ilmu itu yang pertama dan perbuatan itu yang kedua. Semua perbuatan yang berlandaskan ilmu akan sangat berguna dan berbeda dengan perbuatan dengan sedikit atau tanpa ilmu. Ibadah akan sah setelah mengetahui Dzat yang disembah. Beribadah dengan tidak tahu siapa yang disembah tentu pelaksanaannya tidak akan khusyu.’ Oleh karena itu, orang bodoh maka amalnya akan sia-sia.

Orang yang sabar akan terhindar dari kesalahan yang bersumber dari sikap emosional. Orang sabar akan memperoleh manfaat seperti, gugurnya dosa-dosa yang ada dalam dirinya, keutamaan sabar adalah diberikan kemenangan oleh Allah SWT. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa, sabar dapat mendatangkan kemenangan yang diimpikan umat Muslim.

Adapun hikmah utama dari sikap sabar adalah lebih mudah untuk melihat sisi baik dari sebuah kejadian. Mereka akan lebih bersyukur dengan apa yang terjadi. Jadi bersyukur tidak hanya saat berhasil tapi juga ketika mengalami kegagalan. Saat kegagalan, itu sebetulnya pilihan-Nya maka yakinlah bahwa pilihan-Nya lebih baik dari pilihanmu ( hamba ).

Sedangkan seorang yang mempunyai sifat kedermawanan, maka Allah SWT. akan selamatkan dari berbagai bencana dan musibah. Rasulullah SAW “Orang yang dermawan itu dekat dengan-Nya. Dekat dengan syurga, dekat dengan manusia dan jauh dari api neraka dan orang yang bakhil jauh dengan-Nya, jauh dengan syurga, jauh dengan manusia dan dekat dengan api neraka”.

Terakhir nasihat di atas adalah ketakwaan, ini pamungkas karena orang yang takwa adalah orang yang menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Syekh Abdul al-Jailani dalam bukunya FUTUHAL GHAIB mengatakan tiga hal yang wajib diperhatikan seorang mukmin dalam keadaan apa pun, yaitu melaksanakan perintah dan menghindari larangan-Nya, dan ridha atas segala ketetapan-Nya.

Semoga kita semua terhindar dari perbuatan maksiat dan selalu taat menjalankan perintah-Nya.

Aunur Rofiq

Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih – Redaksi)

(erd/erd)



Sumber : www.detik.com

Sumber Dalil yang Jelaskan Hukuman Rajam Pelaku Zina Muhsan



Jakarta

Islam mengecam keras perilaku zina, termasuk zina muhsan yang diancam dengan hukuman rajam. Sumber dalil yang menjelaskan hukuman rajam bagi pelaku zina muhsan adalah hadits Rasulullah SAW maupun ayat Al-Qur’an.

Menurut Kholik Nur dalam tulisan ilmiahnya yang berjudul Pendapat Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqiy, zina muhsan adalah zina yang dilakukan laki-laki dan perempuan yang sudah terikat perkawinan, merdeka (bebas), akil, dan baligh. Sementara, hukuman rajam merupakan salah satu hukuman di dunia yang banyak diriwayatkan dilakukan kepada pelaku zina.

“Hukuman untuk pelaku zina muhsan baik laik-laki maupun perempuan ini akan dikenakan deraan sebanyak seratus kali dan juga dirajam, hukuman mati dengan cara dilempari batu dengan disaksikan orang banyak,” tulis Kholik Nur.


Sumber Dalil Hukuman Zina Muhsan

Sumber dalil yang menjelaskan hukuman rajam bagi pelaku zina muhsan adalah hadits yang disabdakan Nabi Muhammad SAW. Berikut haditsnya,

خُذُوا عَنِّي خُذُوا عَنِّي قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لَهُنَّ سَبِيلًا الْبِكْرُ بِالْبِكْرِ جَلْدُ مِائَةٍ وَنَفْيُ سَنَةٍ وَالثَّيِّبُ بِالثَّيِّبِ جَلْدُ مِائَةٍ وَالرَّجْمُ

Artinya: “Ambillah dari diriku, ambillah dari diriku, sesungguhnya Allah telah memberi jalan keluar (hukuman) untuk mereka (pezina). Jejaka dan perawan yang berzina hukumannya dera seratus kali dan pengasingan selama satu tahun. Sedangkan duda dan janda hukumannya dera seratus kali dan rajam.” (HR Muslim)

Selain itu, hukuman untuk pelaku zina muhsan disebutkan pula dalam sebuah hadits dari Kitab Sahihain karya Ibnu Khalid Al-Juhani. Hadits tersebut mengisahkan dua orang Badui yang mendatangi Rasulullah SAW. Lalu mereka berkata,

“Ya Rasulullah, anak laki-lakiku pernah menjadi pekerja orang ini (orang yang bersamanya) dan ternyata anakku telah melakukan zina dengan istrinya. Kemudian aku tebus anak laki-lakiku darinya dengan seratus ekor kambing dan seorang budak perempuan. Kemudian aku bertanya kepada orang-orang alim, mereka mengatakan, ‘Anakku akan dikenai hukuman seratus kali dera dan diasingkan selama satu tahun penuh, sedangkan istrinya akan dikenai hukuman rajam,’

Rasulullah kemudian menjawab, “Demi Tuhan dengan jiwaku berada di dalam genggaman-Nya, sungguh aku akan melakukan peradilan di antara kamu berdua dengan berdasarkan Kitabullah (Al-Qur’an). Budak perempuan dan ternak kambingmu dikembalikan kepadamu, dan anak laki-lakimu dikenai hukuman seratus kali dera dan diasingkan selama satu tahun.

Sekarang pergilah kamu, hai Unais (seorang lelaki dari Bani Aslam yang ada di majelis itu) kepada istri lelaki ini. (Tanyailah dia) jika dia mengaku, maka hukum rajamlah dia.”

Ditafsirkan oleh Ibnu Katsir, setelah menanyai istri dari seorang yang bersamanya itu Unais mendapatkan jawaban pasti bahwa istrinya mengaku melakukan perbuatan zina tersebut. Oleh karena itu, istri tersebut dikenai hukuman rajam yang berupa pelemparan dengan batu sebesar genggaman tangan hingga meninggal.

Menurut Ibnu Katsir, hadits tersebut menjelaskan bahwa seorang muhsan atau pelaku zina muhsan harus dikenai hukuman rajam. Di sisi lalin, anak yang melakukan perbuatan zina dikenakan hukuman dera seratus kali serta pengasingan selama satu tahun penuh. Hukuman ini diberlakukan karena anak tersebut belum memenuhi karakteristik muhsan karena belum pernah kawin.

Mengutip tafsir dari Kemenag mengenai hukuman bagi pelaku zina muhsan, jika keduanya terbukti bersalah maka jangan beri rasa belas kasihan. Sebaliknya, sebagai konsekuensi, hukuman pelaku zina muhsan perlu menghadirkan saksi dari kalangan orang beriman minimal tiga atau empat orang.

“Salah satu konsekuensi iman kepada Allah adalah dengan melaksanakan hukum-Nya. Dan hendaklah pelaksanaan hukuman mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang yang beriman, sedikitnya tiga atau empat orang, agar hukuman itu menjadi pelajaran bagi pihak-pihak yang melihat dan mendengarnya,” demikian penjelasan tafsirnya.

Keterangan tersebut didasarkan dari firman Allah dalam Al-Qur’an Surah An-Nur ayat 1-2 yang berbunyi:

(1) سُوْرَةٌ اَنْزَلْنٰهَا وَفَرَضْنٰهَا وَاَنْزَلْنَا فِيْهَآ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍ لَّعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

اَلزَّانِيَةُ وَالزَّانِيْ فَاجْلِدُوْا كُلَّ وَاحِدٍ مِّنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ ۖوَّلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِيْ دِيْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۚ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَاۤىِٕفَةٌ مِّنَ الْمُؤْمِنِيْنَ (2)

Artinya:”(Inilah) surah yang Kami turunkan, Kami wajibkan (menjalankan hukum-hukum)-nya, dan Kami turunkan di dalamnya ayat-ayat yang jelas agar kamu mengambil pelajaran. Pezina perempuan dan pezina laki-laki, deralah masing-masing dari keduanya seratus kali dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (melaksanakan) agama (hukum) Allah jika kamu beriman kepada Allah dan hari Kemudian. Hendaklah (pelaksanaan) hukuman atas mereka disaksikan oleh sebagian orang-orang mukmin.”

Hati-hati ya, detikers. Semoga informasi mengenai sumber dalil yang menjelaskan hukuman rajam bagi pelaku zina muhsan dapat menambah keimanan dan ketakwaan kita ya. Aamiin.

(rah/rah)

Sumber : www.detik.com

Image : unsplash.com/ Masjid MABA

Doa Awal Ramadhan Sesuai Sunnah agar Dapat Keberkahan



Jakarta

Bulan Ramadhan sebentar lagi akan tiba. Umat Islam bisa membaca doa awal Ramadhan agar senantiasa mendapat keberkahan dari Allah SWT.

Seperti yang disampaikan dalam buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah karya Abdullah Zaedan, bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keutamaan dan kemuliaan. Ada banyak sekali doa dan amalan yang bisa kita lakukan untuk meraih keutamaan di bulan ini, misalnya saja dengan membaca doa awal Ramadhan.

Sementara itu, Yusuf Burhanudin dalam buku Misteri Bulan Ramadhan memaparkan mengenai makna dari bacaan doa tersebut. Doa awal Ramadhan atau doa menyambut Ramadhan ini mengandung lima permohonan. Permohonan tersebut antara lain:


  • Memohon kepada Allah SWT agar senantiasa diberi kesehatan sehingga bisa menyambut Ramadhan dengan stamina dan fisik yang prima.
  • Dijauhkan dari segala penyakit jasmani dan rohani sehingga bisa menyambut Ramadhan dengan sempurna.
  • Memohon kepada Allah SWT agar menjauhkan bulan Ramadhan dari segala bencana.
  • Supaya Ramadhan tetap dijaga kesucian dan keberkahannya.
  • Agar Allah SWT senantiasa menerima seluruh jerih payah amal perbuatan selama bulan Ramadhan.

Berikut bacaan doa awal Ramadhan sebagaimana disebutkan dalam hadits Nabi SAW.

Doa Awal Ramadhan Arab, Latin, dan Artinya

1. Doa Awal Ramadhan Sesuai Sunnah

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِيْ إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـيْ رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِيْ مُتَقَبَّلاً

Allahumma sallimni li ramadhaana wa sallim lii ramadhaana wa tasallamhu minni mutaqobbalan

Artinya: “Ya Allah, selamatkanlah aku untuk bulan Ramadhan dan selamatkanlah bulan Ramadhan untukku, serta selamatkanlah Ramadhan dariku demi amal ibadah yang diterima.” (HR Thabrani dan al-Dailami)

2. Doa Melihat Hilal Ramadhan

اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْيُمْنِ وَالإِيمَانِ وَالسَّلامَةِ وَالإِسْلامِ رَبِّي وَرَبُّكَ اللَّهُ هِلَالُ رُشْدٍ وَخَيْرٍ

Allahumma ahillahu ‘alaina bil yumni wal imani was salamati wal islam. Rabbi wa rabbukallah. Hilalu rusydin wa khairin

Artinya: “Ya Allah, perlihatkanlah hilal itu kepada kami dengan keamanan dan keimanan, keselamatan dan keislaman. Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah, hilal petunjuk dan kebaikan.” (Dinukil dari Kitab Riyadhus Shalihin)

3. Doa agar Bertemu Bulan Ramadhan

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَنَا فِى رَجَبٍ وَشَعْبَانَ وَبَلِّغْنَا رَمَضَانَ

Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhan

Artinya: “Ya Allah berilah keberkahan pada kami di bulan Rajab, bulan Syaban dan sampaikanlah kami di bulan Ramadhan.” (HR Ahmad)

Disebutkan dalam buku Kumpulan Tanya Jawab Islam yang disusun oleh Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah, doa menyambut Ramadhan tersebut sudah bisa dipanjatkan sejak bulan Rajab.

Dijelaskan dalam doa tersebut mengandung makna yang tersirat, di mana dua bulan sebelum Ramadhan kita sudah mengharap dan mempersiapkan diri untuk menyambut datangnya Ramadhan bulan yang suci dan mulia.

Penetapan Awal Ramadhan

Masih dalam buku yang sama dijelaskan bahwa para jumhur ulama sepakat penetapan awal Ramadhan dilakukan dengan salah satu dari dua cara, yaitu:

  • Dihitung dengan melihat hilal (tanggal) bulan Ramadhan bila tidak ada yang menghalangi pandangan seperti mendung, awan, asap, debu dan lain-lain.
  • Dengan menyempurnakan bulan Syaban menjadi 30 hari, bila tanggal 29 Syaban ada penghalang rukyatul hilal.

Hal tersebut sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW,

صُوْمُوا لِرُؤْيَتِهِ وَافْطِرُوْا لِرُؤْيَتِهِ فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَأَكْمِلُوْا عِدَّةَ شَعْبَانَ ثَلَاثِيْنَ يَوْمًا

Artinya: “Berpuasalah kalian apabila melihat bulan, dan berbukalah (berhari raya-lah) kalian, apabila telah melihat bulan. Namun, jika pandanganmu terhalang oleh awan, maka sempurnakan bulan Syaban itu sampai dengan 30 hari” (HR Bukhari dan Muslim)

Itulah penjelasan mengenai doa awal Ramadhan lengkap dengan artinya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Doa Qunut Subuh Sendiri Sesuai Sunnah Rasulullah



Jakarta

Membaca doa qunut Subuh merupakan salah satu amalan sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Doa ini dilakukan saat memasuki rakaat kedua salat Subuh.

Qunut secara bahasa memiliki makna sebagai ketaatan, salat, berdiri lama, diam, dan berdoa. Imam Nawawi dikutip dari Agama Pelindung Diri karya Duski Samad menyampaikan, qunut adalah berdoa. Dalam konteks syar’i maka diartikan qunut sebagai suatu doa saat berdiri dalam sholat pada tempat tertentu.

Mengutip dari Al-Adzkan karya Imam Nawawi, menurut Imam Syafi’i terdapat tiga pendapat mengenai kapan doa qunut dibaca. Pendapat shahih dan paling terkenal di antaranya menjelaskan, jika turun (datang) suatu malapetaka di kalangan kaum muslim, disunnahkan membaca qunut semua salat, tetapi jika tidak demikian maka tidak disunnahkan.


Menurut pendapat kedua, boleh melakukan qunut secara mutlak ikatan apa pun. Sedangkan menurut pendapat ketiga, tidak boleh qunut secara mutlak.

Dalam keterangan yang lain, Imam an-Nawawi menjelaskan bahwa doa qunut disyariatkan untuk dibaca pada salat Subuh dan hukumnya adalah sunnah muakkad. Hal ini didasarkan pada hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA:

أَنَّ رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَزَلْ يَقْنُتُ فِي الصُّبْحِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا

Artinya: “Bahwa Rasulullah SAW masih tetap melakukan qunut dalam sholat Subuh hingga beliau wafat.” (HR Hakim)

Imam Nawawi juga menerangkan bahwa doa qunut Subuh dibaca setelah iktidal sebelum beranjak untuk posisi sujud pertama di rakaat kedua tersebut. Keterangan ini bersumber dari sabda Rasulullah SAW melalui riwayat lain, menerangkan:

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ بَعْدَ الرَّكُوعِ

Artinya: “Sungguh Nabi (Muhammad) SAW membaca doa qunut setelah (bangun dari) rukuk.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Bacaan Doa Qunut Subuh Sendiri

Berikut bacaan dari doa qunut Subuh yang sesuai sunnah Rasulullah SAW, dikutip dari Kitab Al-Adzkan:

اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنِي فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لِي فِيْمَا أَعْطَيْتَ، وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ، فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ، وَإِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ

Bacaan latin: “Allahummahdini fiiman hadait, wa ‘aafinii fiiman ‘aafait, wa tawallanii fiiman tawallait, wa baarik lii fiima a’thait, wa qinii syarra maa qadhait, fa innaka taqdhuu wa laa yuqdha ‘alaik, wa innahu laa yadzillu man waalait, tabaarakta rabbanaa wa ta’aalait”

Artinya: “Ya Allah, berikanlah aku petunjuk bersama dengan orang yang telah Engkau beri petunjuk, sehatkanlah diriku bersama dengan orang yang telah Engkau sehatkan, berilah aku pertolongan bersama dengan orang yang telah Engkau beri pertolongan, berkahilah aku atas semua yang telah Engkau berikan, dan peliharalah diriku dari keburukan yang telah Engkau putuskan, karena sesungguhnya Engkau adalah Tuhan Yang memutuskan dan tiada seorang pun yang menetapkan keputusan terhadap-Mu. Sesungguhnya tidak akan hina orang yang Engkau beri pertolongan, wahai Rabb kami, Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau.” (HR Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, Ibnu Majah, & Baihaqi, Riwayat dari Hasan bin Ali)

Selain doa qunut Subuh, Rasulullah SAW juga pernah mengajarkan bacaan doa qunut ketika mengetahui ada musibah besar. Doa qunut ini disebut sebagai qunut nazilah. Rasulullah SAW menurut riwayat diceritakan sebagai berikut:

أَنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَنَتَ شَهْرًا لِقَتْلِ الْقُرَّاءُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ.(متفق عليه

Artinya, “Sungguh Nabi SAW membaca doa qunut (nazilah) selama sebulan karena (tragedi) terbunuhnya para Qurra’ (ahli al-Qur’an) radhiyallahu ‘anhum.” (HR Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain disebutkan:

عن ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا: قَنَتَ رَسُول اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ شَهْرًا مُتَتَابِعًا فِي الظُّهْرِ وَالْعَصْرِ وَالْمَغْرِبِ وَالْعِشَاءِ وَالصُّبْحِ، يَدْعُو عَلَىرِعْلِ وَذَكْوَانَ وَعُصَيَّةَ فِي دُبُرِ كُل صَلَاةٍ إِذَا قَالَ سَمِعَ اللَّهُ لِمَنْ حَمِدَهُ مِنَ الرَّكْعَةِ الأخِيرَةِ، وَيُؤَمِّنُ مَنْ خَلْفَهُ. رواه أبو داود. حديث حسن)

Artinya: “Diriwayatkan melalui Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa qunut (nazilah) secara terus-menerus dalam salat Dzuhur, Asar, Maghrib, Isya dan Subuh, mendoakan atas Ri’li, Dzakwan, ‘Ushayyah di setiap akhir shalat, yaitu ketika beliau mengucapakan: ‘Sami’allahu liman hamidah’ di rakaat terakhir, dan orang yang (berjamaah) di belakangnya mengamininya.” (HR Abu Dawud)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Sholat Subuh agar Dimudahkan Rezeki oleh Allah SWT



Jakarta

Terdapat doa setelah sholat Subuh agar dimudahkan rezeki. Amalan ini berlandaskan dari beberapa firman Allah SWT, salah satunya adalah Surah Al-Hajj ayat 58-59, yaitu:

وَاِنَّ اللّٰهَ لَهُوَ خَيْرُ الرّٰزِقِيْنَ ٥٨لَيُدْخِلَنَّهُمْ مُّدْخَلًا يَّرْضَوْنَهٗۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَعَلِيْمٌ حَلِيْمٌ ٥٩

Artinya: “Sesungguhnya hanya Allah (adalah) sebaik-baik pemberi rezeki. Sungguh, Dia (Allah) pasti akan memasukkan mereka ke tempat masuk yang mereka sukai (surga). Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Penyantun.”


Senada dengan ayat di atas, Allah SWT akan melapangkan rezeki bagi siapapun yang Ia kehendaki. Hal ini tertuang dalam firman-Nya pada Surah Saba ayat 36, yaitu:

قُلْ اِنَّ رَبِّيْ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ وَيَقْدِرُ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَ ࣖ ٣٦

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad SAW), “Sesungguhnya Allah melapangkan rezeki kepada siapapun yang Ia kehendaki dan menyempitkan(-nya). Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak mengetahui(-nya).””

Selain itu, adanya anjuran membaca doa setelah sholat Subuh pernah diungkap oleh Rasulullah SAW dalam haditsnya. Sebab, Rasulullah SAW tidak suka dengan perilaku tidur setelah sholat Subuh.

إني لأسمع أن الرجل يتصبح فأزهد فيه

Artinya: “Sungguh jika aku mendengar bahwa seseorang itu tidur di waktu pagi maka aku pun merasa tidak suka dengan dirinya.” (HR Ibnu Abi Syaibah).

Doa setelah Sholat Subuh dan Artinya agar Dimudahkan Rezeki

Berikut adalah bacaan doa yang bisa dibaca setelah sholat Subuh, bacaannya:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَصْبَحْتُ أُشْهِدُكَ وَأُشْهِدُ حَمَلَةَ عَرْشِكَ وَمَلَائِكَتَكَ وَجَمِيعَ خَلْقِكَ أَنَّكَ أَنْتَ اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُكَ وَرَسُولُكَ

Arab latin: “Allahumma inni ashbathu usyhiduka wa usyhidu hamalata ‘arsyika wa malaikatika wa jami’a khalqika annaka antallahu la ilaha illa anta wa anna Muhammadan ‘abduka wa rasuluka.”

Artinya: “Ya Allah, aku telah berpagi, aku persaksikan Engkau, dan aku persaksikan kandungan ‘arys-Mu, malaikat-malaikat-Mu serta seluruh makhluk-Mu bahwa Engkau adalah Allah, tiada tuhan selain-Mu dan sesungguhnya Muhammad (SAW) adalah hamba-Mu dan Rasul-Mu. (HR Abu Daud, Sunan Abi Dawud, Kitab Al-Adab, Bab Ma Yaqulu Idza Ashbaha, nomor: 4407).

Selain doa di atas, dikutip dari buku Amalan-amalan untuk Mempercepat Datangnya Rezeki karya Nasrudin dijelaskan terdapat doa agar mendapatkan rezeki yang tak pernah putus yang bisa diamalkan juga setelah melakukan sholat Subuh, yaitu:

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ رَزَقَنِيْ هَذَا مِنْ خَيْرٍ حَوْلٍ مِنِّي وَلَاقُوَّةٍ، اَللَّهُمَّ بَارِكْ فِيْهِ.

Arab latin: “Alhamdu lillaahil ladzii rozaqonii haadzaa min ghoiri haulin minnii wa laa quwwatin, Alloohumma baarik fiihi.”

Artinya: “Segala puji bagi Allah, yang telah memberikan rezeki kepadaku dengan tidak ada daya dan kekuatan bagiku. Ya Allah, semoga Engkau berkahi rezeki kepunyaanku.”

Itu adalah pembahasan kali ini mengenai doa setelah sholat Subuh agar dimudahkan rezeki oleh Allah SWT. Semoga kita dapat selalu melaksanakannya agar mendapatkan keberkahan dari kasih-Nya.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

3 Doa Malaikat Jibril yang Diaminkan Nabi Muhammad



Jakarta

Malaikat Jibril pernah memanjatkan doa yang diaminkan Nabi Muhammad SAW. Salah satunya tentang celakanya seorang muslim yang menjumpai bulan Ramadan, namun ia tidak mendapat ampunan dari Allah SWT.

Doa Malaikat Jibril ini disebutkan dalam sebuah riwayat yang turut dinukil M.A. Fadlan Fatazka dalam buku Jamuan Ramadhan.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA, ia berkata saat Nabi Muhammad SAW pernah naik mimbar kemudian berkata, “Amin, Amin, Amin.”


Ditanyakan kepadanya, “Ya Rasulullah, engkau naik mimbar kemudian mengucapkan Amin, Amin, Amin?”

Beliau bersabda, “Sesungguhnya Jibril datang kepadaku, dia berkata, “Barang siapa yang mendapati bulan Ramadan tapi tidak diampuni dosanya maka akan masuk neraka dan akan Allah jauhkan dia, katakan ‘Amin’ maka aku pun mengucapkan Amin…” (HR Ibnu Khuzaimah, Ahmad dan Al-Baihaqi). Hadits ini shahih, asalnya terdapat dalam Shahih Muslim.

Masih di dalam buku yang sama, ada juga hadits lain yang senada yaitu Nabi SAW naik ke atas mimbar kemudian berkata, “Amin, Amin, Amin.”

Para sahabat bertanya, “Kenapa engkau berkata ‘Amin, Amin, Amin, Ya Rasulullah?”

Nabi SAW menjawab, “Telah datang malaikat Jibril dan ia berkata, ‘Hai Muhammad celaka seseorang yang jika disebut nama engkau Namun dia tidak bersholawat kepadamu dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi, ‘Celaka seseorang yang masuk bulan Ramadan tetapi keluar dari bulan Ramadan tidak diampuni dosanya oleh Allah dan katakanlah amin!’ maka aku berkata: ‘Amin’. Kemudian Jibril berkata lagi. ‘Celaka seseorang yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah seorang dari keduanya masih hidup tetapi justru tidak memasukkan dia ke surga dan katakanlah amin!’ maka kukatakan, ‘Amin’.” (HR Al-Bazzar, Hakim, dan Bukhari)

Makna hadits tersebut turut dijelaskan secara detail dalam buku Di Bawah Bimbingan Ilahi: Mengungkap Makna di Balik Kisah karya Sholihin dan 30 Khutbah Penggetar Hati Jilid 1 karya Bagus.

Pertama, mengenai sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Model manusia merugi menurut hadits tersebut ialah orang yang apabila disebut nama beliau di sisinya, namun tidak bersholawat atas beliau. Pasalnya, bersholawat atas Rasulullah SAW merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah SWT.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 56,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Terkait hal tersebut, Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa memohonkan sholawat atasku sekali, Allah SWT bersholawat atasnya sepuluh kali.” (HR Muslim)

Kedua, datangnya bulan Ramadan harus kita sikap sebagai bulan berlimpahnya pahala dan kebaikan. Sekecil apapun kebaikan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT karena melimpah ruahnya pahala dan balasan.

Ketiga, besarnya peran dan keberadaan orang tua terhadap anak diibaratkan sebagai kunci untuk memasuki surga Allah SWT. Menurut penjelasan dalam buku tersebut, jika ingin masuk surga maka buatlah orang tua tersenyum bahagia.

Adapun, jika orang tua bersedih dan duka karena ulah anaknya, itu pertanda anak tersebut telah jauh dari ridha Allah SWT. Allah SWT baru akan ridha jika orang tua ridha dan Allah SWT akan murka manakala orang tuanya juga tidak ridha terhadapnya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa Jeda Salat Tarawih ‘Allahumma Innaka Afuwwun’ Lengkap



Jakarta

Salat Tarawih dikerjakan antara salat Isya sampai sebelum masuk salat Subuh pada bulan Ramadan. Salat ini umumnya dikerjakan dalam 8 atau 20 rakaat dengan diselingi doa jeda salat Tarawih setiap mencapai 4 rakaat.

Mengutip buku Adab dan Doa Sehari-hari untuk Muslim Sejati karya Thoriq Aziz Jayana, salat Tarawih bisa dikerjakan dengan 8 rakaat (4 salam), 10 rakaat (5 salam) atau 20 rakaat (10 salam) ditambah salat Witir 3 rakaat.

Imam an-Nawawi berpendapat, salat sunnah, baik siang maupun malam, lebih afdhal jika dikerjakan setiap 2 rakaat salam.


Ahmad Sarwat dalam buku Seri Fiqih Kehidupan 3: Shalat menjelaskan, para ulama sepakat bahwa di sela-sela rakaat Tarawih disyariatkan duduk untuk istirahat. Hal tersebut disesuaikan dengan nama “Trawih” yang pensyariatannya untuk duduk istirahat.

Para ulama juga menjelaskan bahwa duduk istirahat itu dilakukan pada tiap empat rakaat, meskipun salat Tarawih dilakukan dengan dua rakaat salam.

Mengenai hal tersebut hikmah dari duduk istirahat ini karena biasanya imam memperlama bacaan ayat-ayat Al-Qur’an dalam posisi berdiri. Supaya tidak terlalu lelah, setiap selesai empat rakaat disunnahkan untuk duduk istirahat.

Doa Jeda Salat Tarawih

Dalam duduk istirahat tersebut bisa diisi dengan memanjatkan doa. Doa jeda salat Tarawih berisi bacaan syahadat, istighfar, doa mohon ampun, dan doa memohon ridha dan surga Allah SWT. Berikut bacaan selengkapnya.

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ

Asyhadu an laa ilaaha illallaahu

Artinya: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.”

أَسْتَغْفِرُ اللهَ

Astaghfirullah

Artinya: “Aku memohon ampunan Allah.”

اَلَّهُمَّ إِنِّيْ أََسْأَلُكَ ا لْجنَّةَ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ

Allaahumma innii as-alukal jannah, wa a’uudzu bika minan-naar

Artinya: “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu surga dan aku berlindung kepada-Mu dari neraka.”

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Allahumma Innaka ‘afuwwun tuhibbul afwa fa’fuanni

Artinya: “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku.”

Disebutkan dalam sebuah hadits, doa jeda salat Tarawih dengan lafaz ‘Allahumma innaka afuwwun’ tersebut turut dibaca saat malam Lailatul Qadar. Dari Aisyah RA, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ عَلِمْتُ أَىُّ لَيْلَةٍ لَيْلَةُ الْقَدْرِ مَا أَقُولُ فِيهَا قَالَ قُولِى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّى اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

Artinya: “Wahai Rasulullah, bagaimana bila aku mengetahui malam Lailatul Qadar, apa yang harus aku ucapkan?” Beliau (Rasulullah SAW) menjawab, “Ucapkanlah, Allahuma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni (Ya, Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, dan suka memberi maaf, maka maafkanlah aku).'” (HR At-Tirmidzi)

Doa setelah Salat Tarawih

Selain membaca doa jeda salat Tarawih, dianjurkan pula membaca doa setelah salat Tarawih. Mengutip buku Panduan Lengkap Shalat Wajib dan Sunnah serta Doa Sehari-hari karya Muhammad Fakhri berikut bacaannya:

اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ رِضَاكَ وَالْجَنَّةَ وَنَعُوذُ بِكَ مِنْ سَخَطِكَ وَ النَّارِ. اللهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ كَرِيْمٌ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنَّا وَ وَالِدَيْنَ وَ عَنْ جَمِيعِ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

Allaahumma inna nas-aluka ridlaaka waljannata wana’uudzu bika min sakhatika wannaari.

Allaahumma innaka ‘afuwwun kariim tuhibbul ‘afwa fa’fu anna wa waalidainaa wa’an jamii’il mislimiina walmuslimaati birahmatika yaa ar-hamar raahimiin

Artinya: “Ya Allah kami memohon kehadirat-Mu untuk mendapatkan keridaan-Mu dan surga-Mu. Dan kami berlindung dari kemurkaan-Mu dan dari siksa neraka.

Ya Allah sesungguhnya, Engkau Maha Pengampun lagi Maha Mulia, Engkau suka mengampuni sebab itu ampunilah kami dan ampunilah kedua orang tua kami serta kaum muslimin dan muslimat dengan kasih sayang-Mu wahai Tuhan yang Maha Penyayang.”

Setelah itu membaca:

اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي كَرِيمُ

Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu anna yaa kariim (dibaca tiga kali dan diikuti oleh para jamaah)

Artinya: “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maafkanlah aku yang Maha Mulia.”

Dilanjutkan dengan:

للَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالْإِيْمَانِ كَامِلِينَ، وَ لِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنَ، وَ لِلصَّلَاةِ حَافِظِيْنَ، وَ لِلزَّكَاةِ فَاعِلِينَ، وَ لِمَا عِنْدَكَ طالِبيْنَ، وَ لِعَفْوِكَ رَاجِيْنَ، وَ لِلْهُدَى مُتَمَسِّكِينَ، وَ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِينَ، وَ فِي الدُّنْيَا زَاهِدِينَ، وَ فِي الْآخِرَةِ رَاغِبِيْنَ، وَ بِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ، وَ لِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِينَ، وَ عَلَى الْبَلَاءِ صَابِرِينَ، وَ تَحْتَ لِوَاءِ مُحَمَّدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ، وَ إِلَى الْحَوْضِ وَارِدِينَ، وَ إِلَى الْجَنَّةِ دَاخِلِينَ، وَ مِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ، وَ عَلَى سَرِيْرِ الْكَرَامَةِ قَاعِدِينَ، وَ مِنْ حُوْرِ الْعَيْنِ مُتَزَوجِيْنَ، وَ مِنْ سُنْدُسٍ وَ اسْتِبْرَاقٍ وَدِيْبَاجِ مُتَلَبِّسِيْنَ، وَ مِنْ طَعَامِ الْجَنَّةِ آكِلِيْنَ، وَ مِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًّى شَارِبِيْنَ بِأَكْوَابٍ وَ أَبَارِيقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْنٍ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّنَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَ الصَّالِحِيْنَ وَحَسُنَ أُوْلَئِكَ رَفِيقًا. اللّهُمَّ اجْعَلْنَا في هذِهِ اللَّيْلَةِ الشَّرِيفِ الْمُبَارَكَةِ مِن السُّعَدَاءِ الْمَقْبُولِينَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُودِينَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ.

Allahummaj’alnaa bil-iimaani kaamiliin, wa lil-faraa’idhi mu’addiin, wa lish-shalaati haafizhiin, wa liz-zakaati faa’iliin, wa limaa ‘indaka thaalibiin, wa li’afwika raajiin, wa lil-hudaa mutamassikin, wa ‘anil-laghwi mu’ridhiin, wa fid-dunyaa zaahidiin, wa fil-aakhirati raaghibiin, wa bil-qadhaa’I raadhiin, wa lin-na’maa’I syaakiriin, wa ‘alal-balaa’I shaabiriin, wa tahta liwaa’I muhammadin yaumal-qiyaamati saa’iriin, wa ilal-haudhi waaridiin, wa ilal-jannati daakhiliin, wa minan-naari naajiin, wa ‘alaa sariiril-karaamati qaa’idin, wa min huuril-‘aini mutazawwijiin, wa min sundusiw wastibraaqiw wa diibaajim mutalabbisiin, wa min tha’aamil-jannati aakiliin, wa mil-labaniw wa ‘asalim mushaffaa syaaribiina ni akwaabiw wa abaariqaa wa ka’sim mim-ma’iinim ma’al-ladziina an’amta’alaihim minan-nabiyyina wash-shiddiiqiina wasy-syuhadaa’i wash-shaalihiina wa hasuna ulaa’ika rafiiqaa.

Allaahummaj’alnaa fii haadzihil-lailatisy-syariifil-mubaarakati minas-su’adaa’il-maqbuuliina wa laa taj’alnaa minal-asyqiyaa’il-marduudiin, wa shallallaahu ‘alaa sayyidinaa muhammadiw wa aalihii wa shahbihii aima’iin, birahmatika yaa arhamar-raahimiin.

Artinya: “Ya Allah jadikanlah kami orang-orang yang sempurna imannya, yang menjalankan kewajiban, yang terus melaksanakan salat, yang menunaikan zakat, yang selalu bergantung pada-Mu, yang mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh pada petunjuk-Mu, yang menjauhi tipu daya, yang zuhud terhadap dunia, yang mencintai akhirat, yang rida atas ketetapan-Mu, yang selalu bersyukur atas nikmat-Mu, yang tetap bersabar terhadap cobaan, yang menjalani hidup di bawah bimbingan Nabi Muhammad SAW, hingga hari kimat. Yang berkesempatan mendatangi telaga (kausar), yang masuk surga, yang selamat dari neraka, yang menduduki kemuliaan, yang mendampingi bidadari, yang berpakaian sutra serta menikmati hidangan surga, yang minum air susu dan madu dengan gelas dan cawan bersama orang-orang yang Engkau beri nikmat dari golongan para Nabi, orang-orang yang membenarkan-Mu, para syuhada, orang-orang saleh, dan orang-orang yang penuh kasih sayang.

Ya Allah jadikanlah kami pada malam yang mulia dan berkah ini termasuk orang-orang beruntung yang diterima permohonannya, dan janganlah Engkau jadikan kami termasuk orang-orang merugi yang tertolak amalnya. Semoga, salawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada pemimpin kami, Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para sahabatnya dengan rahmat-Mu. Wahai Zat yang Maha Pengasih dari para pengasih.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa setelah Adzan dan Artinya Sesuai Sunnah, Ini Keutamaannya



Jakarta

Doa setelah adzan adalah perihal yang penting untuk diketahui muslim. Hal ini lantaran adzan yang berkumandang setiap hari sebanyak lima kali sehari dan kita perlu untuk membaca doa setelahnya.

Mengutip Buku Pintar Doa dan Zikir Rasulullah oleh Abdullah Zaedan, riwayat mengenai doa setelah adzan ini disampaikan oleh Jabir bin Abdullah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Siapapun yang membaca doa setelah ia mendengar panggilan muadzin (adzan), maka niscaya ia akan memperoleh syafaat pada hari akhir kelak.” Doa setelah adzan yang disebutkan itu adalah sebagai berikut.

Doa setelah Adzan dan Artinya Sesuai Sunnah

اَللَّهُمَّ رَبَّ هَذه الدَّعْوَةِ التَّامَّةِ وَالصَّلاةِ القائمة آت مُحَمَّداً الْوَسَيْلَةَ والْفَضيلَةَ وابْعَثْهُ مَقَاماً مَحْمُوْداً الَّذِي وَعَدتَهُ


Arab latin: “Alloohumma robba hadzihid da’watittaamatit taammati was sholaatil qoo`imati aati muhammadal wasiilata wal fadhiilata wab’atshu maqoomam mahmuudal ladzii wa-‘adtahu”

Artinya: “Ya Allah, Rabb yang memiliki panggilan ini, yaitu yang sempurna juga memiliki salat yang didirikan. Berikanlah Nabi Muhammad wasilah serta keutamaan, berikut juga kemuliaan dan derajat yang tinggi, dan angkatlah ia menuju tempat yang terpuji sebagaimana yang telah Engkau janjikan.” (HR An Nasa’i)

Keutamaan Doa setelah Adzan

Selain memanjatkan doa setelah adzan, umat muslim juga harus mengetahui bahwa terdapat keutamaan jika berdoa setelah adzan dan sebelum iqamat. Melansir buku Ringkasan Fikih Sunnah Sayyid Sabiq oleh Syaikh Sulaiman Ahmad Yahya Al-Faifi, keutamaannya adalah waktu tersebut dapat menjadi waktu paling mustajab untuk seseorang memanjatkan doa.

Dalil mengenai keterangan ini adalah tertuang dari Anas Radhiyallahu anhu yang menyampaikan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ لاَ يُرَدُّ بَيْنَ الأَذَانِ وَالإِقَامَةِ فَادْعُوا

Artinya: “Doa yang dipanjatkan di antara adzan dan iqamat adalah tidak akan ditolak.” (HR An Nasa’i)

Selain membaca doa setelah adzan, disebutkan oleh Rasulullah SAW bahwa terdapat amalan yang bisa dilakukan ketika seseorang mendengar lantunan adzan. Rasulullah SAW bersabda melalui sebuah hadits, “Barang siapa yang mendengar muadzin mengumandangkan adzan, hendaknya ia menjawab dengan mengucapkan:

وَأَنَا أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَاَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ رَضِيْتُ بالله رَبًّا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُولاً وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا

Arab Latin: “Wa anaa asyhadu anlaa ilaaha illalloohu wahdahu laa muhammadan syariikalahu ‘abduhu wa anna wa rosuuluhu rodhiitubillaahirobbaawabimuhammadin sholalloohu ‘alaihi wasallama wa bil islaami diinaa”

Artinya: “Dan aku bersaksi bahwa tiada Rabb kecuali Allah yang Maha Esa yang tidak ada sekutu bagi-Nya, juga aku bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba sekaligus utusan-Nya, aku ridha Allah sebagai Rabbku dan Nabi Muhammad SAW sebagai rasul-Nya, dan menerima Islam sebagai agamaku.’ Maka dengan itu, Allah SWT telah mengampuni dosa-dosanya.” (HR An Nasa’i)

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Doa Kamilin Tarawih Lengkap dalam Arab, Latin, dan Artinya



Jakarta

Melaksanakan salat tarawih pada saat bulan Ramadan pasti menjadi amalan yang dilakukan banyak orang. Dalam pelaksanaannya, ada bacaan doa kamilin yang dilafalkan oleh jemaah setelah salat tarawih.

Mengutip buku Memantaskan Diri Menyambut Bulan Ramadhan karya Abu Maryam Kautsar Amru, ketika selesai melakukan rakaat salat tarawih kemudian mulai memasuki salat witir, ada jeda di antara keduanya. Jeda tersebut kemudian dipimpin oleh seorang bilal dengan membaca doa yang diikuti oleh para jemaah.

Doa yang dibaca tersebut disebut dengan doa kamilin. Berikut adalan bacaan doa kamilin yang dikutip melalui buku Doa-doa Mustajabah karya Abu Qalbina.


Bacaan Doa Kamilin Tarawih dalam Arab, Latin, dan Artinya

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا بِالإيْمَانِ كَامِلِيْن وَلِلفَرَائِضِ مُؤَدِّيْنِ وَلِلصَّلاةِ حَافِظِيْنِ وَلِلزَّكَاةِ فَاعِلِيْن وَلَمِا عِنْدَكَ طَالِبِيْنِ وَلِعَفْوكَ رَاجِيْنِ وَبِالْهُدَي مُتَمَسِّكِين وَعَن اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنِ وَفِي الدُّنْيَا زَاهِدِيْن وَفِي الآخِرَةِ رَاغِيين وبالقضَاءِ رَاضِينِ وَلِلنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنِ وَعَلي البَلَاءِ صَابِريْن وَتَحْتَ لِوَاءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ سَائِرِيْنِ وَإِلَى الْحَوْضِ وَارِدِيْنِ وَإِلَى الجَنَّةِ دَاخِلِيْن وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنِ وَعَلَى سَرِيْرِ الكَرَامَةِ قَاعِدِيْنِ وَمِنْ حُوْرٍ عِينٍ مُتَزَوِّحِينِ وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاسْتَبْرَقٍ وَدِيْبَاج مُتَلبِّسِيْن وَمِنْ طَعَامِ الجَنَّةِ آكِلِينِ وَمِنْ لَّبَن وَعَسَلٍ مُصَفًّى شاريين بأكْوَابٍ وَأَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِينٍ مَعَ الَّذِي أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّين وَالصَّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِوَالصَّالِحِيْن وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيْقًا ذلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بالله عَلِيْمًا اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا فِي لَيْلَةِ هَذا الشَّهْرِ الشَّرِيفَةِ المُبَارَكَةِ مِنَ السُّعَدَاءِ المَقْبُوْلِيْن وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ اْلأَشْقِيَاءِ الْمَرْدُوْدِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنِ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينِ

Arab latin: “Allâhummaj’al bil îmâni kâmilîn wa lilfarâidhi muaddîn wa lishshalâti hâfidzîn wa lizzakâti fâ’ilîn wa limâ ‘indaka thâlibîn wa li’afwika râjîn wa bil hudâ mutamassikîn wa ‘anillaghwi muʼridhîn wa fid-dunyâ zâhidîn wa fîl âkhirati râghibîn wa bil gadhâ’i râdhîn wa lin-na’mâ’i syâkirîn wa ‘alâl balâ’i shâbirîn wa tahta liwâ’i Muhammadin shallallahu ‘alayhi wa sallama yawmal qiyâmati sâirin wa ilâlhawdhi wâridîn wa ilâl-jannati dâkhilîn wa minan-nâri nâjîn wa ‘alâ sarîr al-karâmati qâ’idîn wan hûrin “în mutazawwijîn wa min sundusin wastabraqin wa dîbâjin mutalabbisin wa min tha’âmil jannati âkilîn wa min labanin wa ‘asalin mushaffan syâribîn bi akwâbin wa abârîqa wa kaʼsin min maʼîn ma’alladzî an’amta ‘alayhim minannabiyyîn wash-shiddîqîn wasy-syuhâdâ’ wash-shâlihîn wa hasuna ulâ’ika rafîqan dzâlikal fadhlu minallâhi wa kafâ billâhi ‘alîma. Allâhummaj’alnâ fî laylati hâdzasyahr syarîfatil mubârakati min al-syu’âdâ’il maqbûlîn wa lâ taj’alnâ minal asyqiyâ’il mardûdîn wa shallallâhu ‘alâ sayyidinâ Muhammadin wa âlihi wa shahbihi ajma’în birahmatika ya ar-hamar-râhimîn.”

Artinya: “Ya Allah, jadikanlah kami manusia yang senantiasa menyempurnakan iman kami, melaksanakan perintah menjalankan kewajiban-Mu, menjalandakan sholat, menunaikan zakat, memohon serta mengharap ampunan-Mu, yang berpegang teguh kepada petunjuk (yang Kau berikan), meninggalkan kemungkaran, hidup dengan sederhana di dunia, mengharap surga di akhirat, berpasrah pada takdir, bersyukur pada nikmat dan bersabar atas cobaan di bawah bendera syariat Muhammad SAW pada hari kiamat. Dari ajarannya kami datang, ke surga kami menuju, dan juga kami selamat dari api neraka. Kami duduk di atas kain sutra kemuliaan, kami menikahi bidadari yang cantik dan jelita. Kami memakai pakaian yang terbuat dari permadani, sutra, dan perhiasan mewah lainnya. Kami makan dari masakan yang telah tersedia di surga. Kami meminum madu dan susu dengan menggunakan gelas mewah bersama para nabi, orang jujur, syuhada, orang sholeh, dan mereka akan menjadi teman setia di surga kelak. Demikianlah keutamaan dari Allah. Allah Maha Mengetahui atas segala yang dilakukan oleh hamba-Nya. Ya Rabb, jadikan kami pada malam yang mulia dan penuh berkah ini sebagai orang-orang yang senantiasa bahagia dan engkau ampuni. Serta janganlah masukkan kami ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa bersedih dan tertolak. Kami senantiasa bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, dan sahabat-sahabatnya secara keseluruhan dengan rahmat-Mu, wahai Yang Maha Penyayang dari yang penyayang.”

Salat tarawih merupakan ibadah sunnah yang dilakukan selama bulan Ramadan. Rasulullah SAW bersabda bahwa orang yang mendirikan salat tarawih dengan beriman dan ikhlas, maka Allah SWT akan mengampuni dosanya yang telah lalu.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Artinya: “Barangsiapa ibadah (tarawih) di bulan Ramadan seraya beriman dan ikhlas, maka diampuni baginya dosa yang telah lampau.” (HR Bukhari, Muslim, dan lainnya). Bukhari meriwayatkan dalam Kitab Iman dengan derajat shahih.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Sholawat Jibril, Salah Satu Amalan Penarik Rezeki



Jakarta

Sholawat Jibril adalah salah satu amalan yang disebut bisa mendatangkan rezeki. Sholawat ini pertama kali diucapkan langsung oleh Malaikat Jibril.

Disebutkan dalam buku Kita Harus Bershalawat karya Dian Erwanto, Malaikat Jibril awalnya mengajarkan sholawat ini kepada Nabi Adam AS. Beberapa pendapat menyebut, sholawat ini dijadikan mahar Nabi Adam AS untuk menikahi Hawa. Namun, detikHikmah belum menemukan hadits shahih tentang hal ini.

Beberapa keutamaan membaca sholawat Jibril antara lain akan dicintai semua orang dan dibukakan 70 pintu rahmat. Hal ini bersandar pada riwayat Imam Sya’rani bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,


“Barang siapa membaca sholawat ini (shallallaahu ‘alaa Muhammad), maka ia telah membuka 70 pintu rahmat untuk dirinya dan Allah akan menitipkan cinta-Nya pada hati manusia sehingga mereka tidak akan marah kepadanya, kecuali orang yang menyimpan kemunafikan di dalam hatinya.”

Selain itu, menurut M. Syukron Maksum dan A Fathoni el Kaysi dalam buku Rahasia Sehat Berkah Shalawat, membaca sholawat Jibril diiringi dengan banyak istighfar pada pagi dan siang juga dapat menjadi zikir untuk memohon kelancaran rezeki.

Berikut bacaan sholawat Jibril sebagai salah satu amalan untuk mendatangkan rezeki sebagaimana tercantum dalam buku tersebut dan arsip detikHikmah.

Bacaan Sholawat Jibril

صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّد

Bacaan latin: Shallallaahu ‘alaa Muhammad

Artinya: “Semoga Allah memberikan rahmat-Nya kepada Nabi Muhammad.”

Adapun, untuk versi panjang sebagai berikut,

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Bacaan latin: Allahumma shalli ‘alaa sayyidinaa muhammad wa’alaa aali sayyidinaa muhammad wasallim tasliima

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah kesejahteraan dan keselamatan atas Nabi Muhammad dan keluarganya dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.”

Anjuran Bersholawat kepada Nabi

Anjuran untuk bersholawat sendiri telah disebutkan dalam Al-Qur’an dan hadits. Allah SWT berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ وَمَلٰۤىِٕكَتَهٗ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّۗ يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

Artinya: “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS Al Ahzab: 56)

Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir, yang dimaksud sholawat dari Allah SWT dalam ayat di atas adalah pujian-Nya kepada Nabi SAW di kalangan para malaikat, sedangkan sholawat dari para malaikat adalah doa mereka untuknya. Pendapat ini mengacu pada riwayat Imam Bukhari.

Imam Bukhari turut meriwayatkan bacaan sholawat Nabi Muhammad SAW dari Ka’b ibnu Ujrah yang menanyakannya kepada Rasulullah SAW. Sholawat ini dikenal dengan sholawat Ibrahimiyah. Berikut bacaannya,

اللَّهُمَّ، صِلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، [كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. اللَّهُمَّ، بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ] كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan sholawat kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung. Ya Allah, limpahkanlah berkah kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau limpahkan berkah kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahaagung”

Imam an-Nawawi mengatakan dalam Kitab al-Adzkar, sholawat yang harus dibaca adalah Allahumma shalli ala Muhammad (Ya Allah, limpahkanlah sholawat kepada Muhammad) atau bisa juga membaca bacaan sholawat Jibril (Shallallaahu ‘alaa Muhammad). Selain itu, bisa juga mengucapkan Shallallah ala Rasulih (Semoga Allah melimpahkan sholawat kepada utusan-Nya) atau Shallallah ala An-Nabi (Semoga Allah melimpahkan sholawat kepada Sang Nabi).

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com