Tag Archives: musafir

Hukum Sholat Jumat bagi Musafir yang Sedang Bepergian


Jakarta

Sholat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap muslim laki-laki yang telah memenuhi syarat. Namun, bagaimana hukumnya bagi seorang musafir yang sedang dalam perjalanan?

Sholat Jumat hukumnya wajib sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur’an surah Al-Jumu’ah ayat 9,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ


Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Dalam Tafsir Ibnu Katsir, dijelaskan bahwa dalam ayat ini Allah SWT memerintahkan kepada orang-orang mukmin untuk berkumpul untuk mengerjakan ibadah kepada-Nya di hari Jumat. Maka Allah SWT berfirman: (Hai orang-orang yang beriman, apabila diseru untuk menunaikan sholat pada hari Jumat, maka bersegeralah kamu untuk mengingat Allah) yaitu bulatkanlah niat, tekad, dan pentingkanlah oleh kalian untuk pergi menunaikan ibadah kepada-Nya. yang dimaksud dengan “As-sa’yu” dalam ayat ini bukan berjalan, melainkan makna yang dimaksud adalah mementingkannya.

Hukum Sholat Jumat bagi Musafir

Dikutip dari buku Ahkam Ash-Sholah: Panduan Lengkap Hukum-Hukum Seputar Sholat karya Syaikh Ali Raghib, sholat Jumat tidak diwajibkan atas anak kecil, orang gila, hamba sahaya, wanita, orang sakit, orang yang ketakutan dan musafir. Sebaliknya, atas selain mereka, maka sholat Jumat hukumnya fardhu ‘ain.

Dalam hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Siapa saja yang mendengar seruan adzan, lalu ia tidak menyambutnya maka tidak ada sholat baginya kecuali karena uzur.” Para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, uzur apakah ini?” Beliau menjawab, “Takut atau sakit.” (HR Abu Dawud)

Adapun dalil yang menafikan kewajiban sholat Jumat atas musafir adalah hadits penuturan Az Zuhri yang mengisahkan tentang dirinya ketika bermaksud hendak bepergian saat pagi hari (saat untuk mengerjakan sholat dhuha) pada hari Jumat. Lalu hal itu ditanyakan kepadanya. Ia kemudian menjawab, “Sesungguhnya Nabi SAW juga pernah bepergian pada hari Jumat.” (HR Abu Dawud dan Ibn Abu Syaibah)

Usamah Aljihadi dalam bukunya yang berjudul Fikih Traveling: Petunjuk Praktis bagi Seorang Muslim dalam Bepergian menyebutkan satu hadits dari Ibu Umar, Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada kewajiban sholat Jumat bagi musafir.” (HR Ad Daruquthni)

Hadits ini memiliki derajat yang dhaif (lemah), namun para ulama empat mazhab sepakat bahwa sholat Jumat bagi musafir bukan lagi menjadi kewajiban.

Bagi seorang musafir, diperbolehkan mengganti sholat Jumat dengan sholat Dzuhur yang dapat diqashar dan jama’ dengan sholat Ashar.

Meskipun demikian, apabila seorang musafir tersebut ingin berhenti di sebuah masjid untuk menunaikan sholat Jumat maka sholatnya tetap sah.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Benarkah Doa Ibu Lebih Mustajab daripada Ayah? Ini Penjelasannya


Jakarta

Doa ibu menjadi salah satu doa yang mustajab dalam Islam. Ibu merupakan sosok yang mulia dan berperan besar selain ayah dalam suatu keluarga.

Perintah berbakti kepada ibu dan ayah diterangkan dalam surah Luqman ayat 14. Allah SWT berfirman,

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِي


Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”

Mengutip dari buku Keajaiban Doa & Ridho Ibu tulisan Mutia Mutmainnah, doa ibu dahsyat bagi anaknya. Bahkan, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW menyebut doa ibu sama seperti doa nabi terhadap umatnya.

Beliau bersabda,

“Doa orang tua untuk anaknya sama seperti doa nabi terhadap umatnya.” (HR Ad Dailami)

Doa Ibu dan Ayah Sama-sama Mustajab dalam Islam

Lebih mustajab mana doa seorang ibu atau seorang ayah? Ustaz Abi Makki Mulki Miski melalui program TV Islam Itu Indah di Trans TV menyebut bahwa doa ibu dan ayah sama mustajabnya.

“Apakah doa seorang ayah juga semustajab doa seorang ibu? Jawabannya adalah ya. Kenapa? Karena kita di dalam al quran pun ketika berbakti kepada ayah dan kepada ibu disamakan,” terangya, dilihat detikHikmah dari kanal YouTube Trans TV Official pada Minggu (20/7/2025).

Lebih lanjut, Ustaz Makki mengatakan dalil kemustajaban doa seorang ayah yang sama dengan ibu disebutkan dalam hadits berikut.

“Tiga macam golongan yang doanya mustajab yang tidak diragukan lagi kedahsyatannya, yaitu: doa orang tua kepada anaknya, doa musafir (orang yang sedang bepergian), dan doa orang yang dizalimi.” (HR Bukhari Muslim)

Diterangkan dalam buku Jangan Abaikan Doa Ayah yang disusun KH Muhammad Rusli Amin, ibu memang harus diperlakukan secara khusus dalam Islam. Tetapi, ayah juga tidak boleh diabaikan.

Rasulullah SAW pernah menasehati seorang anak yang mengadu karena ayahnya sering meminta uang. Kepada anak yang mengadukan ayahnya, Nabi SAW berkata:

“Kamu dan hartamu adalah milik bapakmu,”

Doa ibu sangat mustajab karena keikhlasannya, tetapi doa ayah juga tidak kalah mustajabnya.

Wallahu a’lam.

(aeb/inf)



Sumber : www.detik.com

Pertemuan Haru Yusuf AS dengan Sang Adik, Bunyamin


Jakarta

Surat Yusuf ayat 69 berisi tentang kisah pertemuan Nabi Yusuf AS dengan para saudaranya. Sebagaimana diketahui, Yusuf AS terpisah dari saudara-saudaranya karena rasa iri hati mereka.

Dikisahkan dalam Qashashul Anbiya susunan Ibnu Katsir terjemahan Umar Mujtahid, Nabi Yusuf AS dibuang ke dalam sumur oleh para saudaranya. Ia kemudian ditolong keluar dari sumur oleh musafir yang melintas.

Sayangnya, Nabi Yusuf AS justru dijual oleh rombongan musafir tersebut seharga 20 dirham, ada juga yang menyebut 40 dirham. Yusuf AS kemudian dibeli Menteri Mesir dan semenjak itulah ia tak pernah lagi bertemu dengan saudara-saudaranya.


Surat Yusuf Ayat 69: Arab, Latin dan Arti

وَلَمَّا دَخَلُوا۟ عَلَىٰ يُوسُفَ ءَاوَىٰٓ إِلَيْهِ أَخَاهُ ۖ قَالَ إِنِّىٓ أَنَا۠ أَخُوكَ فَلَا تَبْتَئِسْ بِمَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

Wa lammā dakhalụ ‘alā yụsufa āwā ilaihi akhāhu qāla innī ana akhụka fa lā tabta`is bimā kānụ ya’malụn

Artinya: “Dan tatkala mereka masuk ke (tempat) Yusuf. Yusuf membawa saudaranya (Bunyamin) ke tempatnya, Yusuf berkata: “Sesungguhnya aku (ini) adalah saudaramu, maka janganlah kamu berdukacita terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”

Tafsir Surat Yusuf Ayat 69

Menurut Tafsir Kementerian Agama (Kemenag RI), pada surat Yusuf ayat 69 diceritakan bahwa Nabi Yusuf AS bertemu dengan para saudara kandungnya, termasuk Bunyamin yang tak lain merupakan adiknya. Yusuf AS langsung mengenali beliau seraya berkata,

“Jangan sedih dan gundah. Saya ini adalah saudara kandungmu, tapi hal ini jangan kamu ceritakan kepada saudara-saudara yang lain,” kata Yusuf AS.

Melalui sebuah riwayat dijelaskan bahwa ketika saudara-saudara Nabi Yusuf AS masuk ke tempat sang nabi, mereka memperkenalkan Bunyamin sambil berkata,

“Inilah saudara kami Bunyamin yang diminta datang bersama-sama dengan kami, sekarang kami memperkenalkannya kepada Baginda,”

Yusuf AS menjawab, “Terima kasih banyak, dan untuk kebaikan ini niscaya kami akan menyediakan balasannya,”

Kemudian, Nabi Yusuf AS menyediakan hidangan makanan untuk mereka yang jumlahnya sebelas rang. Setiap meja untuk dua orang, sehingga semuanya sudah duduk hadap-hadapan pada lima meja dalam lima buah kamar yang tertutup.

Hanya Bunyamin lah yang tidak duduk berpasangan dengan saudaranya. Yusuf berkata kepada tamu-tamunya, “Kamu yang sepuluh orang masing-masing berdua masuklah ke dalam kamar. Karena yang seorang ini, yaitu Bunyamin tidak mempunyai kawan, maka baiklah saya yang menemaninya,”

Setelah Yusuf AS dan Bunyamin berdua dalam sebuah kamar, maka beliau merangkul saudaranya dan berkata, “Apakah kamu suka menerima aku sebagai saudaramu, ganti dari saudaramu yang hilang itu?”

Bunyamin menjawab, “Siapa yang akan menolak mendapatkan saudara seperti engkau yang mulia ini? Namun engkau tidak dilahirkan dari bapakku Yakub dan ibuku Rahil,”

Karena tidak tahan dengan ucapan itu, Nabi Yusuf AS lalu menangis dan merangkul Bunyamin sambil berkata, “Akulah Yusuf, saudaramu yang diaktakan hilang itu,”

Kemudian, Yusuf AS menasehati saudaranya agar tidak bersedih atas apa yang telah dikerjakan oleh saudara-saudaranya terhadap-nya. Nabi Yusuf AS memberitahu pula kepada Bunyamin mengenai rencana terhadap saudara-saudaranya untuk menguji mereka apakah akhlaknya masih seperti dahulu atau berubah.

Hal ini dimaksudkan agar Bunyamin tidak terkejut bila ada hal-hal janggal yang akan dilakukan Nabi Yusuf AS. Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Uang Sedekah Subuh Lebih Baik Diberikan kepada Siapa?


Jakarta

Sedekah subuh adalah salah satu bentuk amal kebaikan yang memiliki banyak keutamaan dan pahala dalam ajaran Islam. Bukan hanya berbagi harta, sedekah subuh juga bisa diberikan dalam berbagai bentuk lainnya, seperti tenaga atau bentuk kebaikan lainnya yang diniatkan untuk membantu sesama.

Yang terpenting, pemberian tersebut dilakukan secara ikhlas tanpa mengharap balasan kecuali ridha dari Allah Swt.

Dalam ajaran Islam, terdapat dalil yang menguatkan keutamaan bersedekah. Allah Swt. berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 271 yang berbunyi:


اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu, itu baik. (Akan tetapi,) jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, itu lebih baik bagimu. Allah akan menghapus sebagian kesalahanmu. Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Namun, muncul pertanyaan, uang sedekah subuh lebih baik diberikan kepada siapa? Simak penjelasan selengkapnya.

Pengertian Sedekah Subuh dan Keistimewaannya

Mengutip buku Sapu Jagat Keberuntungan tulisan Ahmad Mudzakir, sedekah subuh adalah amalah berbagi rezeki mulai dari harta dan lain-lain untuk kebaikan orang-orang yang membutuhkan yang dilakukan setelah seseorang menunaikan salat Subuh hingga sebelum matahari terbit.

Keutamaan dari sedekah subuh ini tidak hanya pada aktivitas berbagi itu sendiri, tetapi juga karena waktu pelaksanaannya yang sangat istimewa. Pada waktu subuh, malaikat turun ke bumi untuk mendoakan kebaikan bagi orang yang bersedekah serta memohonkan keburukan bagi mereka yang enggan berbagi.

Rasulullah saw. dalam sebuah hadits menjelaskan, “Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil.” (HR. Bukhari dan Muslin, dari Abu Hurairah)

Hadits ini menunjukkan keistimewaan sedekah Subuh yang didukung oleh doa dari malaikat, di mana mereka memohon agar orang yang bersedekah diberikan balasan berlipat ganda. Sementara yang enggan berbagi akan mengalami keburukan.

Dalam Islam, waktu subuh dikenal sebagai waktu yang sangat istimewa, tidak hanya karena keutamaan salat Subuh, tetapi juga karena adanya peluang untuk mendapatkan doa dari para malaikat bagi yang bersedekah di waktu tersebut.

Hitungan waktu antara selesai salat Subuh hingga matahari terbit memang tidak lama, yaitu kurang dari satu jam. Namun, dalam waktu singkat itu, sedekah yang diberikan bisa mendapatkan doa langsung dari malaikat agar sedekah tersebut digantikan oleh Allah Swt. dengan rezeki yang melimpah.

7 Orang yang Berhak Menerima Sedekah Subuh Sesuai Urutannya

Dalam Islam, penerima sedekah memiliki urutan prioritas tertentu, tak terkecuali penerima sedekah subuh. Tujuannya untuk memastikan sedekah disalurkan kepada mereka yang benar-benar membutuhkan.

Berikut ini adalah golongan-golongan yang berhak menerima sedekah subuh, sesuai dengan urutan yang dianjurkan seperti yang dijelaskan oleh Masykur Arif dalam bukunya Sedekahlah, Allah Menjaminmu Hidup Berkah.

  1. Orang tua dan keluarga
  2. Kerabat dekat
  3. Anak-anak yatim yang membutuhkan perhatian
  4. Orang-orang yang berada dalam kemiskinan
  5. Musafir yang memerlukan bantuan di perjalanan
  6. Orang-orang yang meminta-minta
  7. Untuk tujuan membebaskan hamba sahaya (budak)

Urutan ini bersumber dari firman Allah Swt. dalam surah Al-Baqarah ayat 177 yang berbunyi:

۞ لَيْسَ الْبِرَّاَنْ تُوَلُّوْا وُجُوْهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ اٰمَنَ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَالْمَلٰۤىِٕكَةِ وَالْكِتٰبِ وَالنَّبِيّٖنَ ۚ وَاٰتَى الْمَالَ عَلٰى حُبِّهٖ ذَوِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنَ وَابْنَ السَّبِيْلِۙ وَالسَّاۤىِٕلِيْنَ وَفىِ الرِّقَابِۚ وَاَقَامَ الصَّلٰوةَ وَاٰتَى الزَّكٰوةَ ۚ وَالْمُوْفُوْنَ بِعَهْدِهِمْ اِذَا عَاهَدُوْا ۚ وَالصّٰبِرِيْنَ فِى الْبَأْسَاۤءِ وَالضَّرَّاۤءِ وَحِيْنَ الْبَأْسِۗ اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ صَدَقُوْا ۗوَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُتَّقُوْنَ

Artinya: “Kebajikan itu bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat, melainkan kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari Akhir, malaikat-malaikat, kitab suci, dan nabi-nabi; memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, musafir, peminta-minta, dan (memerdekakan) hamba sahaya; melaksanakan salat; menunaikan zakat; menepati janji apabila berjanji; sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.”

Berdasarkan panduan tersebut, yang menjadi prioritas utama dalam menerima sedekah adalah keluarga dekat. Orang-orang seperti orang tua, mertua, pasangan, anak, dan saudara kandung ditempatkan di urutan pertama.

Setelah keluarga inti, urutan berlanjut ke anggota keluarga besar lainnya, seperti paman, bibi, dan kemudian anak-anak yatim serta orang-orang yang membutuhkan di masyarakat.

Namun, penting juga untuk diingat bahwa prioritas tersebut bukanlah aturan yang kaku. Sedekah sebaiknya diberikan kepada mereka yang benar-benar memerlukan, meski tidak selalu berada di urutan teratas dalam daftar keluarga.

Misalnya, jika kita berniat membantu kerabat tetapi mereka sudah dalam kondisi berkecukupan, lebih baik sedekah tersebut dialihkan kepada yang lebih membutuhkan, seperti fakir miskin atau anak yatim.

Hal ini juga diperkuat dari hadits Rasululullah saw. dalam buku Sedekah Pengubah Nasib: Membuka Jalan Rezeki dengan Banyak Memberi karya Aditya Akbar Hakim yang menjelaskan tentang urutan sedekah.

“Ada dinar yang kamu infakkan di jalan Allah, dinar yang kamu infakkan untuk memerdekakan budak dan dinar yang kamu sedekahkan kepada orang miskin. Namun, dinar yang kamu keluarkan untuk keluargamu (anak istri) lebih besar pahalanya.” (HR Muslim)

Cara Melakukan Sedekah Subuh

Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menjalankan sedekah subuh dengan benar, sesuai dengan waktu yang dianjurkan yaitu setelah salat Subuh hingga sebelum matahari terbit:

1. Mengisi Kotak Amal di Masjid

Setelah menunaikan salat Subuh berjamaah, kaum pria bisa langsung memasukkan sedekahnya ke kotak amal di masjid. Bagi ibu-ibu yang tidak hadir di masjid, bisa menitipkan infaknya melalui suami atau anak yang pergi ke masjid.

2. Transfer Uang Melalui Rekening

Sedekah Subuh juga bisa dilakukan dengan mentransfer sejumlah uang setelah salat Subuh ke orang tua, kerabat, atau sahabat yang membutuhkan. Bantuan ini juga bisa ditujukan kepada lembaga sosial atau pihak-pihak yang memerlukan.

3. Memberi Makanan

Setelah salat Subuh, kita bisa mengantar makanan ke rumah tetangga, pondok pesantren, panti yatim, atau tempat lain di mana makanan tersebut akan langsung dimakan. Waktu yang dianjurkan adalah setelah subuh, sebelum matahari sepenuhnya muncul.

4. Memberikan Bantuan atau Sumbangan

Mengantarkan sumbangan atau bantuan langsung kepada mereka yang memerlukan juga adalah bentuk sedekah subuh yang bisa dilakukan. Penting untuk melakukannya setelah subuh agar tepat sesuai waktu yang disarankan.

Manfaat Melakukan Sedekah Subuh

Berikut adalah sejumlah manfaat luar biasa yang dapat diperoleh dari melakukan sedekah subuh seperti yang diterangkan oleh Isnura Afgandi dkk. dalam bukunya The Power of Jalur Langit.

  1. Permintaan dikabulkan Allah Swt.
  2. Didoakan oleh dua malaikat
  3. Pahala dan kebaikan berlipat ganda
  4. Rezeki bertambah
  5. Penghapusan dosa
  6. Terhindar dari malapetaka
  7. Kedudukan mulia di hadapan Allah Swt.
  8. Kesembuhan dari penyakit
  9. Didekatkan pada pintu surga
  10. Naungan di padang mahsyar
  11. Pahala yang mengalir terus-menerus
  12. Hati menjadi tenang dan lapang

Demikianlah penjelasan mengenai siapa saja yang lebih baik diberikan sedekah beserta informasi terkait. Memilih penerima sedekah yang benar-benar membutuhkan bisa menjadi cara untuk memaksimalkan nilai kebaikan yang kita lakukan. Semoga bermanfaat.

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

Apakah Boleh Uang Sedekah Subuh Diberikan kepada Orang Tua?


Jakarta

Sedekah subuh adalah amalan sunnah yang memiliki keutamaan luar biasa dalam Islam. Sedekah bisa dilakukan dalam berbagai bentuk, salah satunya uang, untuk diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.

Sedekah subuh adalah bentuk dakwah yang nyata, yaitu menyebarkan kebaikan kepada sesama sebagai bagian dari perintah Allah SWT. Selain itu, sedekah subuh memiliki keistimewaan tersendiri.

Dalam buku Sapu Jagat Keberuntungan karangan Ahmad Mudzakir terdapat sebuah hadits yang menyebut bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap awal pagi saat matahari terbit, Allah menurunkan dua malaikat ke bumi. Lalu salah satu berkata, ‘Ya Allah, berilah karunia orang yang menginfakkan hartanya. Ganti kepada orang yang membelanjakan hartanya karena Allah’. Malaikat yang satu berkata, ‘Ya Allah, binasakanlah orang-orang yang bakhil’.” (HR Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah).


Dalam pelaksanaannya, sedekah subuh tidak hanya diberikan kepada orang yang membutuhkan secara finansial, tetapi juga dapat ditujukan kepada siapa saja yang berhak, termasuk keluarga. Pertanyaan yang sering muncul adalah apakah boleh uang sedekah subuh diberikan kepada orang tua? Simak penjelasan hukumnya berikut ini.

Hukum Sedekah Subuh Diberikan kepada Orang Tua

Dalam surah Al-Baqarah ayat 215, Allah SWT berfirman:

يَسْـَٔلُوْنَكَ مَاذَا يُنْفِقُوْنَ ۗ قُلْ مَآ اَنْفَقْتُمْ مِّنْ خَيْرٍ فَلِلْوَالِدَيْنِ وَالْاَقْرَبِيْنَ وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِ ۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ فَاِنَّ اللّٰهَ بِهٖ عَلِيْمٌ

Artinya: “Mereka bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, “Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orang tua, kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang yang dalam perjalanan (dan membutuhkan pertolongan).” Kebaikan apa saja yang kamu kerjakan, sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya.”

Menurut Tafsir Al-Qur’an Kemenag RI, ayat ini menegaskan bahwa kedua orang tua adalah pihak pertama yang harus diprioritaskan dalam pemberian nafkah atau sedekah subuh, termasuk sedekah subuh. Hal ini dikarenakan, orang tua memiliki jasa besar mulai dari melahirkan, mendidik, hingga merawat anak-anaknya. Memberikan sedekah subuh kepada orang tua bukan hanya bentuk kebaikan, tetapi juga wujud bakti seorang anak kepada mereka.

Selain itu, ayat ini juga mengingatkan bahwa apa pun yang disedekahkan untuk kebaikan akan mendapatkan pahala dari Allah SWT, seperti yang tercantum dalam tafsir ayat di atas. Artinya, memberikan sedekah subuh kepada orang tua termasuk dalam amal yang tidak hanya bernilai pahala besar, tetapi dicatatkan amal salehnya di sisi Allah SWT.

Penting untuk dipahami, sedekah subuh tidak terbatas hanya kepada orang miskin, tetapi juga dapat diberikan kepada orang tua dan keluarga dekat. Hal ini sesuai dengan anjuran dalam Islam yang mengutamakan keluarga dalam penerima sedekah.

Urutan Pemberian Sedekah Subuh

Ada beberapa urutan penerima sedekah yang diatur dalam Islam. Berdasarkan tafsir surah Al-Baqarah ayat 215 dan tafsirnya, berikut urutan penerima sedekah subuh yang dianjurkan:

1. Orang Tua

Ibu dan ayah adalah prioritas utama dalam pemberian sedekah subuh karena jasa mereka dalam melahirkan, mendidik, dan merawat anak-anak mereka.

2. Kerabat Dekat

Setelah orang tua, sedekah subuh dapat diberikan kepada keluarga dekat seperti saudara atau anggota keluarga lainnya yang membutuhkan.

3. Anak-anak Yatim

Anak-anak yang kehilangan orang tua dan belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya juga menjadi prioritas dalam penerimaan sedekah subuh.

4. Orang Miskin

Mereka yang kurang mampu secara finansial dan membutuhkan bantuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

5. Musafir atau Orang dalam Perjalanan

Orang-orang yang terjebak dalam perjalanan jauh dan membutuhkan bantuan, meskipun bukan berasal dari keluarga dekat atau lingkungan sekitar, juga termasuk penerima sedekah. Sebab, Islam telah mengajarkan untuk selalu membantu saudara muslimnya yang sedang merasakan kesulitan

Cara Mengamalkan Sedekah Subuh kepada Orang Tua

Memberikan sedekah subuh kepada orang tua adalah salah satu bentuk bakti yang luar biasa dan bernilai pahala besar di sisi Allah SWT. Berikut adalah beberapa cara yang dapat dilakukan untuk sedekah subuh kepada orang tua seperti yang dijelaskan pada sumber sebelumnya:

  1. Berikan sejumlah uang kepada orang tua setiap melakukan sedekah subuh, baik secara langsung maupun melalui transfer.
  2. Belikan kebutuhan pokok seperti beras, lauk-pauk, buah, atau makanan lainnya.
  3. Sedekah subuh juga bisa dilakukan dengan mengirimkan makanan siap santap untuk orang tua di pagi hari.
  4. Kirimkan barang-barang yang masih memiliki nilai manfaat yang sekiranya dapat membantu aktivitas mereka.
  5. Sedekah subuh tidak selalu berupa materi. Anda juga bisa membantu orang tua dengan membersihkan rumah, menyiapkan makanan, atau menemani mereka dalam kegiatan harian.

Syarat Sedekah subuh

Agar sedekah subuh yang Anda lakukan sah dan diterima, ada beberapa syarat yang perlu dipenuhi. Berikut adalah syarat-syarat sedekah subuh yang dirangkum dari buku Pedoman Fikih Lengkap untuk Pesoalan Modern yang disusun oleh Thoriq Aziz Jayana:

  1. Harta atau barang yang diberikan harus dimiliki secara penuh
  2. Harta atau barang yang disedekahkan harus memiliki nilai
  3. Adanya proses serah terima atau ijab qobul agar sedekah subuh menjadi sah
  4. Pemberi sedekah subuh harus memiliki barang atau harta yang akan disedekahkan

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kendaraan Mogok di Jalan, Baca Doa Ini agar Diberikan Kemudahan


Jakarta

Bepergian dengan kendaraan tak menutup kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti mogok di perjalanan. Apabila hal itu terjadi, umat Islam bisa membaca doa ketika kendaraan mogok.

Bacaan doa ketika kendaraan mogok ini disebutkan Imam an-Nawawi dalam kitab Al Adzkar yang diterjemahkan oleh Ulin Nuha. Doa ini bersandar pada riwayat Ibnu Sunni dari seorang tabiin yang masyhur dan disepakati kemuliaan serta keilmuan agamanya, Abu Abdillah Yunus bin Ubaid bin Dinar al-Basyir. Berikut bacaan doanya.

Doa ketika Kendaraan Mogok

اَفَغَيْرَ دِيْنِ اللّٰهِ يَبْغُوْنَ وَلَهٗ ٓ اَسْلَمَ مَنْ فِى السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ طَوْعًا وَّكَرْهًا وَّاِلَيْهِ يُرْجَعُوْنَ


Afaghaira diinillaahi yabghuuna wa lahu aslama man fis samaa- waati wal ardli thau ‘an wa karhan wa ilahi yurja’uun

Artinya: “Maka apabila mereka mencari agama selain agama Allah, padahal pada-Nya lah berserah diri segala apa yang di langit dan di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada Allah-lah tempat mereka dikembalikan.”

Bacaan doa ketika kendaraan mogok tersebut merupakan firman Allah SWT dalam surah Ali Imran ayat 83.

Sunnah ketika di Perjalanan

Ada beberapa sunnah ketika dalam perjalanan. Menurut sebuah hadits yang terdapat dalam Shahih Bukhari, Rasulullah SAW bertakbir ketika melewati jalanan menanjak dan bertasbih ketika turun. Hadits ini diriwayatkan dari Jabir RA, dia berkata, “Ketika kami naik, kami bertakbir, dan ketika turun kami bertasbih.”

Dalam kitab Sunan Abu Dawud juga terdapat riwayat serupa yang dinilai shahih. Dari Ibnu Umar RA dia berkata, “Bahwa ketika Nabi SAW dan tentaranya ketika naik, mereka memuji Allah dengan bertakbir dan ketika turun mereka bertasbih.”

Imam an-Nawawi meriwayatkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar RA tentang bacaan Rasulullah SAW saat menaiki bukit atau dataran tinggi. Dikatakan, beliau SAW bertakbir tiga kali kemudian membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ، آيبُوْنَ عَابِدُونَ سَاجِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ صَدَقَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ

Laa ilaaha illallaahu wahdahu laa syariika lah, lahul mulku wa lahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syain qadiir, aayibuuna ‘aa- biduuna saajiduuna lirabbinaa haamiduun, shadaqal laahu wa’dah, wa nashara ‘abdahu wa hazamal ahzaaba wahdah

Artinya: “Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah, Yang Maha Esa, Yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan dan segala puji dan Dia atas segala sesuatu Mahakuasa, kami kembali, kami bertobat, kami menghamba, kami sujud kepada Tuhan kami. Allah selalu menepati janji-Nya, menolong hamba-Nya dan menghancurkan musuh-musuh-Nya sendirian.”

Redaksi bacaan doa Rasulullah SAW ketika dalam perjalanan tersebut berasal dari riwayat Imam Bukhari.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com

Doa Perjalanan Jauh Sesuai Ajaran Rasulullah SAW


Jakarta

Berdoa ketika hendak beraktivitas, termasuk melakukan perjalanan jauh, adalah hal yang dianjurkan bagi umat Islam agar apa yang dilakukan mendapat berkah, rahmat, dan rida Allah SWT. Berikut doa perjalanan jauh yang dapat dipanjatkan.

Doa perjalanan jauh menjadi hal yang banyak dicari umat Islam menjelang berakhirnya bulan Ramadan. Pasalnya, banyak umat Islam berencana mudik ke tempat asal atau kampung halaman, yang tidak jarang mengharuskan perjalanan jauh. Doa perjalanan jauh dapat dipanjatkan untuk memohon keselamatan dan kelancaran perjalanan.

Selain itu, mengutip buku Kedahsyatan Doa Orang-orang Teraniaya karya Abdul Hamid, waktu dalam perjalanan merupakan salah satu waktu yang mustajab untuk berdoa. Hal ini dijelaskan dalam hadits.


Rasulullah SAW bersabda, “Ada tiga doa yang tidak diragukan lagi padanya (untuk dikabulkan): doa seorang musafir, doa orang yang dizhalimi, dan doa orang tua kepada anaknya.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)

Merangkum buku Taddabur Doa Sehari-hari karya Jumal Ahmad dan buku Doa Harian Pengetuk Pintu Langit karya Hamdan Hamedan yang bersandar pada sejumlah hadits, berikut bacaan doa perjalanan jauh sebagaimana diajarkan Rasulullah SAW.

Doa Perjalanan Jauh

Diriwayatkan dari Ibnu Umar RA, ketika hendak melakukan perjalanan jauh Rasulullah SAW naik ke untanya, bertakbir tiga kali, lalu membaca doa berikut,

اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوَنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ. اللَّهُمَّ أَنتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُبِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَابَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوْءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالأَهْلِ

Allahumma inna nas-aluka fi safarinä hädal birra wat-taqwa, wa minal ‘amali ma tarda, allahumma hawwin ‘alaina safarana häda wațwi ‘annă bu’dah, allahumma antaşşahibu fissafari wal halifatu fil ahli, allahumma inni a’ūdu bika min wa’täis safari wa kaabatil manzari wa süil munqalabi fil mali wal ahli.

Artinya: “Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam bepergian ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridai. Ya Allah, permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkan jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan kepulangan yang jelek dalam harta dan keluarga.” (HR Muslim)

Doa Pulang dari Bepergian

Rasulullah SAW membaca doa ini ketika kembali dari ekspedisi, haji, atau umrah.

اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ . لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ. لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. آيْبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُونَ لِرَبِّنَا حَامِدُونَ. صَدَقَ اللَّهُ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ
وَحْدَهُ

Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar. Laa Ilaaha illallaah, wahdahu laa syariika lahu, lahul-mulku wa lahul-hamdu wa huwa ‘alaa kulli syay-in-qadiir. Aa-yibuna, taa-ibuuna, ‘aa-biduna, li-rabbinaa haamiduuna. Shadaqallaahu wa’dahu, wa nashara ‘abdahu, wa hazamal- ahzaaba wahdah.

Artinya: “Allah Mahabesar (tiga kali, di atas tempat yang tinggi). Tiada Tuhan (Yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa. Tiada sekutu bagi-Nya. Bagi-Nya kerajaan dan pujian. Dialah yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Kami kembali dengan bertobat, beribadah, dan memuji kepada Tuhan kami. Allah telah menepati janji-Nya, membela hamba-Nya (Muhammad), dan mengalahkan musuh-Nya sendirian.” (HR Bukhari)

Doa Naik Kendaraan

بِسْمِ اللَّهِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ
وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ. الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ الْحَمْدُ لِلَّهِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ. سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَإِنَّهُ لَا يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلَّا أَنتَ.

Bismillaahi wal hamdulillah Subhaanalladzii sakh-khara lanaa hadzaa wa maa kunnaa lahu muqriniin. Wa innaa ilaa rabbinaa lamun-qalibuun. Alhamdulillaah, alhamdulillaah, alhamdulillaah. Allaahu akbar, Allaahu akbar, Allaahu akbar. Subhaanakallaahumma innii zhalamtu nafsii faghfir lii, fainnahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta.

Artinya: “Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, Mahasuci Tuhan yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami (di hari kiamat). Segala puji bagi Allah (3x), Allah Mahabesar (3x). Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.”

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Doa sebelum Pergi Mudik Lebaran, Dibaca agar Lancar dan Selamat


Jakarta

Jelang Hari Raya Idul Fitri, umumnya muslim Indonesia melakukan mudik ke kampung halaman. Kegiatan ini sudah seperti tradisi tahunan setiap lebaran.

Biasanya perjalanan mudik memakan waktu yang cukup lama. Tidak hanya berjam-jam, bahkan hingga berhari-hari.

Sebagai seorang muslim, sudah sepatutnya umat Islam memanjatkan doa ketika hendak melakukan sesuatu, begitu pula sebelum mudik. Doa tersebut dimaksudkan untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT agar selamat sampai tujuan.


Doa sebelum Pergi Mudik

Berikut doa sebelum pergi mudik yang disadur dari Instagram resmi Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama RI.

سُبْحَانَ الَّذِى سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِى سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِ وَالْخَلِيفَةُ فِى الأَهْلِ اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِى الْمَالِ وَالأَهْلِ

Arab latin: Subhanalladzi sakh-khoro lanaa hadza wa maa kunna lahu muqrinin. Wa inna ila robbina lamun-qolibuun. Allahumma innaa nas’aluka fii safarinaa hadza al birro wat taqwa wa minal ‘amali ma tardho. Allahumma hawwin ‘alainaa safaronaa hadza, wathwi ‘anna bu’dahu. Allahumma antash shoohibu fis safar, wal kholiifatu fil ahli. Allahumma inni a’udzubika min wa’tsaa-is safari wa ka-aabatil manzhori wa suu-il munqolabi fil maali wal ahli.

Artinya: “Mahasuci Allah yang telah menundukkan untuk kami kendaraan ini, padahal kami sebelumnya tidak mempunyai kemampuan untuk melakukannya, dan sesungguhnya hanya kepada Rabb kami, kami akan kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu kebaikan, taqwa dan amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami ini.

Ya Allah mudahkanlah perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan keluarga.”

Doa Musafir Tergolong Mustajab

Pada dasarnya, orang yang melakukan perjalanan jauh termasuk musafir. Menurut hukum Islam, musafir adalah orang yang meninggalkan tempat tinggalnya dalam jarak tertentu dan berniat tinggal di tempat yang dituju dalam waktu tertentu, seperti dikutip dari buku Tuntunan Shalat Musafir oleh Aulia Fadhli.

Imam Ahmad, Imam Syafi’i dan Imam Malik menetapkan batas waktu seseorang yang dapat disebut musafir ialah empat hari. Sementara itu, Abu Hanifah mengatakan batas waktunya 15 hari.

Walau demikian, banyak pendapat yang mengatakan bahwa musafir adalah orang yang sedang bepergian untuk tujuan tertentu dengan perjalanan kurang lebih 70 km, dan orang tersebut tidak berencana menetap di daerah tertentu lebih dari tiga hari.

Secara sederhana, musafir dapat juga didefinisikan sebagai seseorang yang melakukan perjalanan dengan tujuan bukan untuk maksiat.

Doa dari seorang musafir dikatakan mustajab. Hal ini disebutkan dalam buku Agar Doa Selalu Dikabulkan Allah susunan Muhammad Syafie el-Bantanie, sebagaimana merujuk pada hadits Nabi SAW, ia bersabda:

“Ada tiga jenis doa yang pasti dikabulkan, yaitu doa orang yang dizalimi, doa orang yang sedang dalam perjalanan (safar) dan doa orang tua untuk anaknya.” (HR Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

15 Golongan Orang yang Doanya Mustajab dan Tidak Akan Ditolak, Siapa Saja?


Jakarta

Doa yang mustajab sesungguhnya adalah doa yang dipanjatkan dengan tulus, penuh harapan, dan disertai keyakinan akan kekuasaan Allah SWT.

Selain terdapat waktu, dan tempat yang mustajab dalam berdoa, ada hal lain yang perlu diperhatikan agar doa seseorang diterima dan dikabulkan oleh Allah SWT, yaitu kekuatan dari golongan orang yang doanya mustajab. Siapakah golongan orang-orang itu?

15 Golongan Orang yang Doanya Mustajab

Inilah 15 orang istimewa yang doanya mustajab, dikutip dari buku Kumpulan Doa Mustajab Pembuka Pintu Rezeki dan Kesuksesan yang ditulis oleh Deni Lesmana.


1. Doa Orang yang Sedang Berpuasa

Doa dari orang yang berpuasa, yang melakukannya dengan ikhlas karena Allah SWT lebih dari sekadar menahan lapar dan dahaga, serta menjaga seluruh anggota tubuhnya dari yang terlarang, sangat istimewa di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

“Ada tiga doa yang tidak diragukan lagi akan dikabulkan oleh Allah, yaitu doa imam yang adil, doa orang yang berpuasa sampai ia berbuka, dan doa orang yang teraniaya.” (HR. Ahmad, Tarmudzi, dan Ibnu Majah)

2. Doa Pemimpin yang Adil

Memiliki pemimpin yang adil adalah impian setiap rakyat, karena ia menjadi pelindung di tengah kesulitan dalam negaranya. Ia merupakan teladan yang baik, mendukung yang lemah, serta memperbaiki keadaan yang buruk.

Pemimpin seperti ini akan senantiasa dirahmati oleh Allah SWT dan didoakan oleh rakyatnya karena keadilan dan kebijaksanaannya. Bahkan menurut riwayat, pemimpin yang adil akan ditempatkan di surga bersama dengan para nabi dan orang-orang saleh.

3. Doa Orang yang Dianiaya atau Dizalimi

Orang yang zalim akan mendapatkan balasan dari Allah SWT di dunia maupun di akhirat. Sementara itu, mereka yang dizalimi memiliki posisi yang istimewa di hadapan Allah SWT, dan doa mereka dianggap sangat mustajab di sisi-Nya.

Hal ini berdasarkan salah satu pesan Nabi SAW kepada sahabatnya, Mu’adz bin Jabal RA saat diutus untuk berdakwah ke Yaman, beliau bersabda,

“Dan waspadalah terhadap doa orang yang terzalimi. Karena tidak ada hijab/penghalang antara doanya dengan Allah.” (HR. Bukhari)

4. Doa Orang yang Sedang Ditimpa Sakit

Saat mengunjungi orang yang sakit, seringkali orang yang menjenguk berdoa agar mereka cepat sembuh. Di samping itu, orang sakit juga istimewa di sisi Allah SWT, dan doa mereka sangat mustajab.

Maka saat menjenguk orang sakit, selain mendoakannya, jangan sungkan untuk minta didoakan. Hal ini berdasarkan sabda Nabi SAW,

“Jika engkau menjenguk orang sakit, mintalah kepadanya agar ia berkenan mendoakanmu, karena doanya seperti doa malaikat.” (HR. Ibnu Majah)

5. Doa Orang Tua kepada Anaknya

Doa dari orang tua, terutama ibu, untuk anaknya adalah sesuatu yang sangat mustajab. Dalam suatu riwayat pun disebutkan, bahwa rida Allah SWT kepada anak bergantung pada rida kedua orang tuanya.

Sehingga, doa yang satu ini diyakini tidak ada tandingannya di sisi Allah SWT. Dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda,

“Ada tiga doa yang diterima oleh Allah secara langsung, yaitu doa orang yang dianiaya, doa seorang musafir, dan doa orangtua kepada anaknya.” (HR. Turmudzi, Ahmad, dan Abu Daud)

6. Doa Anak Saleh untuk Orang Tuanya

Seorang anak yang saleh selalu mendoakan orang tuanya, baik yang masih hidup maupun yang telah wafat. Selain berdoa saat orang tuanya telah wafat, ia pun senantiasa bersedekah, membuat amal kebajikan, dan mendoakan keduanya.

Oleh karena itu, doa anak yang saleh ini mustajab di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

“Apabila seseorang meninggal, maka terputuslah (pahala) amalnya, kecuali tiga amal, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan anak saleh yang mendoakannya.” (HR. Muslim)

7. Doa Anak Yatim

Anak yatim memiliki posisi yang sangat istimewa dalam Islam. Seorang muslim pun dianjurkan untuk menghormati dan menyayangi mereka.

Sebab, doa anak yatim merupakan salah satu doa yang mustajab. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Ada seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW dan mengeluhkan kekerasan hatinya. Nabi pun bertanya, ‘Sukakah kamu jika hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu terpenuhi? Kasihilah anak yatim, usaplah wajahnya, dan berilah makan dari makananmu, niscaya hatimu menjadi lunak dan kebutuhanmu akan terpenuhi.” (HR. Ath-Thabrani)

8. Doa yang Dilakukan secara Berjamaah

Ibadah yang dilakukan secara bersama-sama memiliki keutamaan yang tinggi. Sebagaimana salat yang dilaksanakan berjamaah akan mendapatkan pahala 27 derajat.

Oleh karena itu, doa yang dipanjatkan secara berjamaah, sudah pasti akan mustajab. Rasulullah SAW bersabda,

“Tidaklah berkumpul sekelompok orang (muslim) kemudian sebagian dari mereka berdoa dan diamini oleh sebagian yang lain kecuali Allah mengabulkannya.” (HR. Hakim)

9. Doa Orang yang Berhaji dan Umrah

Doa yang dipanjatkan oleh orang yang berhaji atau umrah termasuk doa yang istimewa. Karena, keistimewaan orang yang berhaji dan umrah juga setara dengan orang yang sedang berperang di jalan Allah SWT.

Di antara keistimewaan itu adalah mustajabnya doa yang dipanjatkan. Rasulullah SAW bersabda,

“Orang yang berperang di jalan Allah, orang yang menunaikan ibadah haji dan umrah, mereka adalah tamu Allah SWT. Allah telah menyeru mereka, dan mereka pun menyambutnya. Jika mereka meminta kepada Allah, Allah SWT pun akan memperkenankan permohonannya.” (HR. Ibnu Majah)

10. Doa Penghafal Al-Qur’an

Al-Qur’an adalah mukjizat terbesar bagi umat Islam. Dan mereka yang belajar, mengajar, dan penghafalnya memiliki kedudukan istimewa di sisi Allah SWT, seperti halnya dengan hafidzul Qur’an yaitu orang-orang yang menghafalkan Al-Qur’an.

Maka tidak diragukan lagi doa dari seorang penghafal Al-Qur’an termasuk doa yang mustajab. Rasulullah SAW bersabda,

“Penghafal Al-Qur’an mempunyai doa yang ketika dibaca akan dikabulkan.” (HR. Baihaqi)

11. Doa Orang yang Banyak Berzikir

Dalam buku Dahsyatnya Puasa Sunah karya Amirulloh Syarbini, Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang sering berzikir dengan menyebut nama-Nya. Oleh karena itu, doa mereka tidak akan ditolak. Rasulullah SAW bersabda,

“Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya oleh Allah SWT, yaitu (1) Orang yang banyak berdzikir kepada Allah, (2) Doa orang yang dianiaya, dan (3) Doa pemimpin yang adil.” (HR. Baihaqi)

12. Doa Orang yang dalam Perjalanan

Allah SWT mengasihi orang yang sedang dalam perjalanan dengan mengijabah doa-doanya. Sesuai sabda Rasulullah SAW,

“Ada tiga doa yang mustajab tanpa diragukan lagi, yaitu (1) Doa orang yang dianiaya, (2) Doa orang yang dalam perjalanan, dan (3) Doa kedua orang tua kepada anak-anaknya.” (HR. Bukhari dan Tirmidzi)

13. Doa Saudara dari Tempat yang Jauh

Meskipun jarak sering kali menghalangi pertemuan keluarga, mereka tetap dapat saling mendoakan satu sama lain, karena doa seorang saudara yang jauh sangat mustajab. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

“Sesungguhnya doa orang Islam bagi saudaranya di tempat yang jauh adalah mustajab, di dekat kepalanya terdapat malaikat yang bertugas, setiap saat ia berdoa yang baik untuk saudaranya, malaikat membaca amin (semoga terkabulkan apa yang engkau ucapkan) dan bagimu seperti apa yang engkau ucapkan.” (HR. Bukhari dan Ahmad)

14. Doa Orang yang Tertimpa Cobaan

Orang yang tertimpa musibah atau cobaan sesungguhnya adalah orang yang diberi keuntungan oleh Allah SWT. Salah satu keuntungan tersebut adalah mustajabnya doa yang mereka panjatkan.

Rasulullah SAW bersabda, “Ambillah keuntungan dari doa orang yang menderita karena mendapat cobaan.” (HR. Sai’id ibn Mansur)

15. Doa Orang yang Sering Memberikan Pertolongan

Seseorang yang memiliki sikap peduli yang tinggi dan sering memberi pertolongan kepada orang lain, doanya juga akan mustajab di sisi Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda,

“Barangsiapa yang berkehendak doanya mustajab, dan kesedihannya terhapus, maka hendaklah membantu orang yang sedang dalam kesukaran.” (HR. Ahmad)

Itulah 15 golongan orang yang doanya mustajab dan tidak akan ditolak di sisi Allah SWT. Jika bertemu 15 golongan orang-orang ini, jangan lupa minta didoakan ya!

(inf/inf)



Sumber : www.detik.com

4 Doa Berkendara dan Adabnya agar Selamat Sampai Tujuan


Jakarta

Doa berkendara diamalkan untuk memohon keselamatan kepada Allah SWT selama perjalanan. Selain itu, membaca doa berkendara menjadi anjuran yang bisa dikerjakan kapanpun.

Dalam Islam, doa orang yang sedang dalam perjalanan atau musafir termasuk salah satu yang mustajab. Diterangkan dalam Fiqih Do’a dan Dzikir Jilid 1 oleh Syaikh Abdurrazaq bin Abdul Muhsin Al-Badr terjemahan Amiruddin Djalil, semakin lama perjalanan maka semakin tinggi kemungkinan doa dikabulkan.

Hal itu dikarenakan waktu mereka dalam perjalanan bertepatan dengan luluhnya jiwa karena lama terasing di suatu tempat dan menanggung kesulitan. Disebutkan bahwa orang yang sedang dalam perjalanan dianggap mengemban beban berat sehingga kondisi itu menjadi penyebab dikabulkannya doa.


Bahkan, Nabi Muhammad SAW dalam sebuah hadits mengatakan bahwa safar termasuk bagian dari azab karena kesulitan yang dihadapi musafir. Beliau bersabda,

“Safar adalah bagian dari azab (siksaan). Ketika safar salah seorang dari kalian akan sulit makan, minum dan tidur. Jika urusannya telah selesai, bersegeralah kembali kepada keluarganya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Kumpulan Doa Berkendara bagi Muslim

Berikut beberapa doa berkendara perjalanan darat, laut dan udara yang bisa dibaca oleh muslim sebelum keberangkatan seperti dinukil dari Kumpulan Dzikir dan Doa Shahih: Tuntunan Hidup 24 karya Anshari Taslim.

1. Doa Berkendara Versi Pertama

Doa berkendara versi pertama ini dapat dibaca muslim sebelum berangkat menggunakan kendaraan darat, seperti mobil, motor, dan sebagainya.

سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ وَإِنَّا إِلَى رَبَّنَا لَمُنْقَلِبُونَ

Arab latin: Subhaanalladzii sakhkhoro lanaa haadzaa wa maa kunnaa lahu muqriniin, wa innaa ilaa robbinaa lamun qolibuun

Artinya: “Mahasuci Allah yang telah menundukkan kendaraan ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak akan mampu menguasainya, dan sungguh kami akan kembali kepada Tuhan kami.”

2. Doa Berkendara Versi Kedua

Selain doa di atas, ada juga bacaan yang bisa diamalkan muslim yang akan melakukan perjalanan laut. Berikut bacaannya,

بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا، إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ

Arab latin: Bismillaahi majreehaa wa mursaahaa, inna robbii laghofuurur rohiim

Artinya: “Dengan nama Allah, kami berlayar dan berlabuh. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun dan Maha Penyayang.”

3. Doa Berkendara Versi Ketiga

Selanjutnya, doa berkendara dapat dibaca muslim sebelum melakukan perjalanan udara.

اَللّٰهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا وَاطْوِعَنَّابُعْدَهُ اَللّٰهُمَّ اَنْتَ الصَّاحِبُ فِى السَّفَرِوَالْخَلِيْفَةُفِى الْاَهْلِ

Arab latin: Allaahumma hawwin ‘alainaa safaranaa hadzaa wathwi ‘annaa bu’dahu allaahumma anta ashshoohibu fissafari walkholiifatu fil-ahl.

Artinya: “Ya Allah, mudahkanlah kami bepergian ini, dan dekatkanlah kejauhannya. Ya Allah yang menemani dalam bepergian, dan Engkau pula yang melindungi keluarga.”

4. Doa Berkendara Versi Keempat

Doa berkendara ini dapat dibaca bagi muslim yang melakukan perjalanan udara juga. Doa kali ini lebih panjang dibanding doa sebelumnya.

للهُ أَكْبَر، اللهُ أكْبر، الله أكْبَر، سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا، وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ، اللهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الْأَهْلِ، اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالْأَهْلِ

Arab latin: Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar. Subhanalladzi sakkhoro lana hadza wa maa kunnaa lahu muqrinin, wa innaa ilaa robbinaa lamunqolibun, allahumma inna nas’aluka fii safarinaa hadzal birro wat taqwa wa minal ‘amal maa tardho, allahumma hawwin ‘alaina safarona hadza wa athwi ‘annaa bu’dahu, allahumma antash shohibu fis safari wal kholifatu fil ahli, allahumma inni a’udzubika min wa’tsaais safari wa kaabatil mandzhori wa suuil munqolibi fil maali wal ahli.

Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Maha suci Allah yang telah menundukkan (pesawat) ini bagi kami, padahal sebelumnya kami tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kepada Allah lah kami kembali. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kebaikan dan takwa dalam perjalanan ini, kami mohon perbuatan yang Engkau ridhai.

Ya Allah, permudahkanlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkaulah pendampingku dalam bepergian dan mengurusi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan kepulangan yang buruk dalam harta dan keluarga.”

Adab Berkendara bagi Muslim

Menukil dari kitab Minhajul Muslim oleh Abu Bakar Jabir Al-Jazairi yang diterjemahkan Fedrian Hasmand dan Syarah Riyadhush Shalihin terjemahan Bamuallim, berikut sejumlah adab bepergian.

1. Membaca Doa ketika Berkendara

Adab pertama dalam berkendara yaitu membaca doa sebelum memulai perjalanan. Hal ini dijelaskan dalam hadits dari Ibnu Umar RA. Ia berkata,

“Apabila Rasul SAW di atas punggung untanya untuk bepergian, beliau bertakbir tiga kali, kemudian mengucapkan doa:

سُبْحٰنَ الَّذِيْ سَخَّرَ لَنَا هٰذَا وَمَا كُنَّا لَهٗ مُقْرِنِيْنَ وَاِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُوْنَ

Arab latin: Subhaanalladzii sakhkhara lanaa haadzaa wa maa kunna lahu muqriniina wa innaa ilaa rabbinaa lamunqalibuun

Artinya: “Mahasuci Zat yang telah menundukkan (semua) ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami pasti akan kembali kepada Tuhan kami.” (HR Muslim)

Adab lainnya ketika berkendara adalah membaca takbir ketika menanjak dan tasbih ketika menurun. Dari Jabir bin Abdullah berkata,

“Ketika kami bepergian, kami bertakbir bila berjalan menanjak, dan bertasbih apabila berjalan menurun.” (HR Bukhari)

3. Bagi Perempuan yang Bepergian Jauh Harus dengan Mahram

Bagi perempuan muslim yang melakukan perjalanan jauh hendaknya disertai oleh mahram. Ini turut disebutkan dalam hadits Nabi SAW,

“Tidak boleh seorang perempuan melakukan safar yang jarak tempuhnya sehari semalam, kecuali jika bersama mahramnya.” (Muttafaq Alaih)

4. Membaca Doa ketika Kembali dari Bepergian

Setelah menyelesaikan perjalanan dan hendak pulang, muslim juga bisa membaca doa lagi untuk memohon perlindungan. Dari Anas bin Malik berkata,

“Kami tiba bersama Nabi SAW, yaitu aku, Abu Thalhah, dan Shafiyyah yang membonceng Rasulullah SAW, hingga ketika kami mendekati Madinah beliau mengucapkan:

‘Kita semua adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang bertaubat, dan orang-orang yang beribadah serta memuji kepada Allah.; Beliau senantiasa mengucapkannya hingga kami sampai di Madinah.’ (HR Muslim, An-Nasa’i, & Ahmad)

Adapun, doa pulang dari bepergian yang bisa diamalkan muslim seperti dikutip dari buku Kumpulan Doa Makbul tulisan Neni Nuraeni.

آيِبُوْنَ تَائِبُوْنَ عَابِدُوْنَ لِرَبِّنَاحَامِدُوْنَ

Arab latin: Aaibuuna taaibuuna ‘aabiduuna lirobbina haamiduun

Artinya: “Kami adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang bertaubat, orang-orang yang beribadah kepada Rabb kami, kami memanjatkan segala puji.” (HR Muslim)

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com