Tag Archives: nabi harun

Dapat Menghidupkan Orang yang Telah Mati



Jakarta

Nabi Ilyasa merupakan sosok penerus Nabi Ilyas AS setelah beliau wafat. Ilyasa berasal dari garis keturunan yang sama dengan Nabi Harun, Musa, dan Ilyas.

Selama berdakwah, Nabi Ilyasa berpegang teguh pada metode dakwah Nabi Ilyas. Semasa mudanya, Ilyasa AS selalu mengikuti ke mana Nabi Ilyas pergi hingga dianggap seperti putranya sendiri.

Mengutip dari buku Nabi Ilyasa AS: Penerus Dakwah di Negeri Ba’labak oleh Olman Dahuri, dahulu Nabi Ilyasa menderita sakit keras. Sang ibu hampir menyerah karena badan Ilyasa kian melemah seiring berjalannya waktu.


Nabi Ilyasa hanya mampu berbaring kaku di kasur. Meski begitu, Nabi Ilyasa tetap tabah dan percaya bahwa kesembuhan akan segera datang untuknya.

Pertemuan Nabi Ilyasa dengan Nabi Ilyas

Benar saja, ketika Nabi Ilyas dikejar-kejar oleh kaumnya dan bersembunyi di rumah Nabi Ilyasa. Kala itu, Nabi Ilyas bermaksud mencari tempat persembunyian di rumah seorang wanita yang memiliki hubungan kekerabatan dengannya.

Menurut buku Nabiku Teladanku yang disusun oleh Lutfiya Cahyani, kerabat tersebut adalah ibu Nabi Ilyasa. Melihat kondisi Nabi Ilyasa yang memprihatinkan, Nabi Ilyas lantas berdoa kepada Allah SWT agar mengangkat penyakit Ilyasa.

Atas izin Allah, dikabulkanlah doa Nabi Ilyas dan disembuhkan penyakit Ilyasa. Setelah itu, dirinya diangkat menjadi putra dari Nabi Ilyas. Ilyasa terus mengikuti ke manapun Nabi Ilyas berdakwah hingga menjadi penggantinya dalam menyebarkan ajaran tauhid.

Mukjizat Nabi Ilyasa Menghidupkan Orang Mati

Semasa kenabian Ilyasa, kaum Bani Israil hidup damai, tenteram, dan taat kepada Allah SWT. Sayangnya, setelah Nabi Ilyasa wafat mereka kembali ingkar, menyembah berhala, hingga melakukan pembunuhan.

Disebutkan dalam buku 365 Kisah Islami tulisan Kak Thifa, kala itu ada salah satu golongan Bani israil yang membunuh seseorang. Sang pembunuh bingung akan menguburkan mayat tersebut di mana, lantas pembunuh lainnya mengusulkan untuk memakamkan korban di salah satu makam yang ternyata merupakan makam Nabi Ilyasa.

Dengan segera, mereka mengubur korban pembunuhan tersebut di makam Nabi Ilyasa. Dilemparkannya mayat itu hingga mengenai jasad Nabi Ilyasa. Atas izin Allah, mayat itu kemudian kembali hidup.

Sungguh luar biasa kuasa Allah SWT. Semoga kisah mengenai mukjizat Nabi Ilyasa dapat menambah keimanan kita, Aamiin.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Nabi Musa Menerima Wahyu di Gunung Sinai, Begini Kisahnya



Jakarta

Nabi Musa menerima wahyu berupa kitab Taurat pertama kali di Gunung Sinai (Thur Sinai). Gunung tersebut berada di Mesir, tepatnya di Semenanjung Sinai sebagaimana disebutkan dalam buku Quranku Sahabatku Jilid 2 oleh H Prof Dr Arif Muhammad.

Dalam Al-Qur’an, Gunung Sinai dikatakan sebagai tempat Nabi Musa AS berdialog dengan Allah SWT. Hal ini tercantum pada surat Al A’raf ayat 143,

وَلَمَّا جَآءَ مُوسَىٰ لِمِيقَٰتِنَا وَكَلَّمَهُۥ رَبُّهُۥ قَالَ رَبِّ أَرِنِىٓ أَنظُرْ إِلَيْكَ ۚ قَالَ لَن تَرَىٰنِى وَلَٰكِنِ ٱنظُرْ إِلَى ٱلْجَبَلِ فَإِنِ ٱسْتَقَرَّ مَكَانَهُۥ فَسَوْفَ تَرَىٰنِى ۚ فَلَمَّا تَجَلَّىٰ رَبُّهُۥ لِلْجَبَلِ جَعَلَهُۥ دَكًّا وَخَرَّ مُوسَىٰ صَعِقًا ۚ فَلَمَّآ أَفَاقَ قَالَ سُبْحَٰنَكَ تُبْتُ إِلَيْكَ وَأَنَا۠ أَوَّلُ ٱلْمُؤْمِنِينَ


Arab latin: Wa lammā jā`a mụsā limīqātinā wa kallamahụ rabbuhụ qāla rabbi arinī anẓur ilaīk, qāla lan tarānī wa lākininẓur ilal-jabali fa inistaqarra makānahụ fa saufa tarānī, fa lammā tajallā rabbuhụ lil-jabali ja’alahụ dakkaw wa kharra mụsā ṣa’iqā, fa lammā afāqa qāla sub-ḥānaka tubtu ilaika wa ana awwalul-mu`minīn

Artinya: “Dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau”. Tuhan berfirman: “Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku”. Tatkala Tuhannya menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata: “Maha Suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman,”

Menukil dari buku Fi Zhilal Al-Qur’an tulisan Sayyid Quthb, Gunung Sinai menjadi tempat yang penting dalam sejarah Nabi Musa. Bahkan, saking istimewanya Gunung Sinai, dalam surat At Tin disebutkan juga mengenai gunung tersebut.

وَٱلتِّينِ وَٱلزَّيْتُونِ

Arab latin: wat-tīni waz-zaitụn
Artinya: 1. Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun,

وَطُورِ سِينِينَ

Arab latin: wa ṭụri sīnīn
Artinya: 2. dan demi bukit Sinai,

Kisah Nabi Musa Menerima Wahyu di Gunung Sinai

Kala itu Nabi Musa dipanggil Allah ke Gunung Sinai untuk menerima wahyu yaitu kitab Taurat seperti dikisahkan dalam buku Mengenal Tuhan susunan Bey Arifin. Selama 40 hari 40 malam di Gunung Sinai, Nabi Musa berdialog dengan Allah SWT hingga timbul keinginan untuk melihat wujud Allah SWT.

Sebagaimana dijelaskan dalam surat Al A’raf ayat 143, Allah kemudian memperlihatkan diri-Nya. Namun, ketika wujud Allah muncul, justru gunung tersebut menjadi cair dan lenyap sepenuhnya dari permukaan Bumi.

Kejadian itu lantas membuat Nabi Musa AS pingsan. Setelah sadar, ia kemudian bersimpuh menyembah dan meminta ampun kepada Allah SWT seraya berkata, “Mahasuci Engkau Tuhan, aku tobat minta ampun, dan ya akulah orang yang benar-benar percaya kepada-Mu,”

Menurut buku Peradaban Prasejarah Nusantara Berdasarkan Kisah Para Nabi karya Ki Jambalawuh, setelah menerima wahyu di Gunung Sinai, Nabi Musa meminta agar Harun saudara sepupunya diangkat menjadi rasul untuk menemani dirinya berdakwah kepada Fir’aun karena ia lebih fasih dalam berbicara. Ini disebabkan Musa kecil sempat memakan bara api hingga lidahnya terbakar dan mengakibatkan dia tidak fasih dalam berbicara.

Isi dari Kitab Taurat

Kitab Taurat berisikan 10 pokok peraturan atau perintah. Perintah itu bertujuan untuk mengesakan Allah SWT, menghormati ayah ibu, dan menyucikan hari Sabtu.

Adapun larangan di dalamnya meliputi menyembah berhala, menyebut nama Allah SWT dengan sia-sia, membunuh manusia, berzina, mencuri, menjadi saksi palsu, dan mengambil hak orang lain. Berikut isi kitab Taurat seperti dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam oleh Tuti Yustiani:

  1. Jangan ada pada Tuhan lain di kehadirat-Ku
  2. Jangan membuat patung ukiran dan jangan pula menyembah patung karena Aku Tuhan Allahmu
  3. Jangan kamu menyebut Tuhan Allahmu dengan sia-sia
  4. Ingatlah kamu akan hari sabat (Sabtu), supaya kamu sucikan dia
  5. Berilah hormat kepada ibu bapakmu
  6. Jangan membunuh sesama manusia
  7. Jangan berzina
  8. Jangan mencuri
  9. Jangan menjadi saksi palsu
  10. Jangan berkeinginan memiliki hak orang lain

Cerita Singkat Nabi Musa dan Fir’aun

Kemudian, Nabi Musa meneruskan perjalanannya ke Mesir. Sesampainya di Mesir, beliau menemui ibu dan saudaranya yaitu Nabi Harun sambil menyampaikan bahwa Allah telah mengirim wahyu kepadanya. Selanjutnya, Musa dan Harun berangkat menemui Fir’aun untuk mengajaknya menyembah Allah.

Sayangnya, Fir’aun menolak dan mengajukan tantangan kepada Musa untuk menunjukkan mukjizat sebagai bukti akan kenabian dan kerasulan dirinya. Bahkan, Fir’aun menyuruh tukang sihir untuk melemparkan tali mereka dan seketika tali-tali itu berubah menjadi ular.

Allah lalu mewahyukan kepada Nabi Musa untuk melemparkan tongkatnya, atas izin Allah maka tongkat itu berubah menjadi ular besar dan memakan ular-ular tukang sihir Fir’aun. Kejadian itu membuat Fir’aun marah dan menyebut Musa sebagai penyihir.

Singkat cerita, Fir’aun meminta mukjizat yang lain, akhirnya Nabi Musa memasukkan tangannya ke dalam saku dan mengeluarkan kembali. Dengan kuasa Allah, tangan Musa mengeluarkan cahaya yang amat menyilaukan pandangan Fir’aun dan bala tentaranya, sampai-sampai ia meminta Nabi Musa untuk memasukkan tangannya kembali.

Meski telah dibuktikan dengan berbagai mukjizat, tetap saja Fir’aun yang ingkar tidak percaya kepada Musa yang merupakan nabi sekaligus rasul Allah. Dalam buku Cerita Teladan 25 Nabi dan Rasul tulisan Lip Syarifah, akhirnya Nabi Musa mengajak para pengikutnya untuk keluar dari Mesir, hal itu sampai ke telinga Fir’aun dan bala tentaranya.

Mereka mengejar Nabi Musa dan kaumnya yang beriman hingga ke Laut Merah. Maha Suci Allah, Nabi Musa dan pengikutnya selamat karena mukjizatnya yang dapat membelah lautan ketika tongkat Musa dipukulkan ke Laut Merah. Sementara itu, Fir’aun dan tentaranya hanyut di Laut Merah karena mencoba menyebrangi lautan.

Itulah kisah mengenai Nabi Musa yang menerima wahyu di Gunung Sinai beserta informasi terkaitnya. Semoga bermanfaat.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Tentang Usia Nabi Daud AS, Benarkah Dapat Tambahan dari Nabi Adam AS?



Jakarta

Nabi Daud AS disebut memiliki usia yang lebih panjang dari ketetapan awalnya. Menurut riwayat, ia mendapat tambahan usia dari Nabi Adam AS.

Merujuk pada Qashash al-Anbiyaa’ yang ditulis Ibnu Katsir dan diterjemahkan Saefulloh MS, kisahnya bermula ketika Allah SWT mengeluarkan anak-anak keturunan Nabi Adam AS dari punggungnya, lalu beliau melihat di antara mereka ada yang menjadi para nabi.

Nabi Adam AS melihat di antara anak-anak keturunannya seorang laki-laki yang bercahaya. Kemudian Nabi Adam AS bertanya, “Wahai Tuhanku, siapakah dia?” Allah SWT menjawab, “Ia adalah anak keturunanmu yang bernama Daud.” Nabi Adam AS kembali bertanya, “Wahai Tuhanku, berapa umurnya?” Allah menjawab, “Enam puluh tahun.”


Kemudian Nabi Adam AS berkata, “Wahai Tuhanku, tambahkanlah umurnya.” Allah menjawab, “Tidak, Aku tidak akan menambah umurnya, kecuali Aku tambah umurnya dengan mengambil dari umurmu.”

Umur Nabi Adam AS adalah seribu tahun. Lalu dari umurnya itu diambil 40 tahun untuk ditambahkan kepada salah satu anak keturunannya, yaitu Nabi Daud AS. Ketika ajalnya tiba, malaikat maut datang kepadanya. Nabi Adam AS bertanya keheranan, “Bukankah umurku masih tersisa empat puluh tahun lagi?”

Rupanya, Nabi Adam AS lupa kalau umurnya telah berkurang karena telah dikurangi untuk menambah umur salah satu anak keturunannya, yaitu Daud AS. Akan tetapi, kemudian Allah SWT menyempurnakan usia Nabi Adam AS tetap seribu tahun dan usia Nabi Daud AS seratus tahun.

Kisah tersebut berasal dari hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad dari Ibnu Abbas. Tirmidzi juga meriwayatkannya dari Abu Hurairah dan ia mengatakan bahwa hadits tersebut berkedudukan shahih.

Ibnu Jarir berkata, “Ahli Kitab berpendapat bahwa usia Daud adalah 77 tahun.” Ibnu Katsir menanggapi, “Ini pendapat yang keliru dan tidak bisa diterima.” Mereka juga berkata, “Masa pemerintahan kerajaannya adalah empat puluh tahun.” Pendapat ini bisa saja diterima atau tidak karena memang tidak ada dalil yang harus menolak atau menerimanya. Wallahu a’lam.

Nabi Daud AS Dijemput Malaikat Maut

Imam Ahmad menyebutkan di dalam kitab Musnad-nya tentang kisah Nabi Daud AS didatangi malaikat maut. Riwayat ini jalurnya sampai pada Abu Hurairah yang meriwayatkan dari Rasulullah SAW.

Beliau SAW bersabda, “Daud adalah seorang nabi yang memiliki kecemburuan sangat besar. Apabila beliau keluar rumah, beliau selalu mengunci pintu-pintu rumahnya, sehingga tidak seorang pun yang dapat masuk menemui keluarga (istrinya), hingga beliau kembali pulang.

Pada suatu hari, beliau keluar rumah dan beliau segera menutup pintu rumahnya. Istrinya mnelihat-lihat di dalam rumahnya. Tiba-tiba terdapat seorang laki-laki berada di dalam rumahnya. Lalu ia bertanya-tanya (di dalam hatinya): ‘Siapa yang ada di dalam rumah? Dari mana laki-laki itu bisa masuk ke dalam rumah, padahal semua pintu sudah terkunci rapat? Sungguh, aku aku melaporkannya kepada (suamiku) Daud.”

Kemudian Daud datang dan laki-laki itu tiba-tiba ada di tengah-tengah rumahnya. Lalu Daud bertanya kepada laki-laki itu: ‘Siapa engkau?’ Ia menjawab: ‘Aku adalah makhluk yang tidak takut sedikitpun kepada raja dan tidak ada suatu dinding pun yang dapat menghalangiku.’ Daud berkata: ‘Kalau begitu, engkau adalah malaikat maut.

“Selamat datang dengan perintah Allah yang engkau bawa,” ujar Daud.

Beberapa saat selanjutnya, malaikat maut mencabut nyawa Daud.

Ketika beliau dimandikan dan dikafani, tiba-tiba suasana berubah dengan munculnya matahari yang menyinarinya. Lalu, Sulaiman berkata kepada burung: Naungilah (jenazah) Daud.’ Burung pun segera menaunginya, sehingga keadaan bumi menjadi terlihat gelap.

Setelah itu, Sulaiman berkata kepada burung: Lepaskan naungan kedua sayapmu.

Abu Hurairah berkata, “Pada jenazah Rasulullah juga diperlakukan hal yang sama oleh para burung. Ketika Rasulullah wafat, saat itu tempat penguburan jenazah beliau dinaungi oleh seekor burung yang panjang sayapnya.” (HR Ahmad)

Imam Ahmad meriwayatkan hadits di atas secara tunggal (sendirian) dengan sanad-sanadnya yang baik, kuat, dan hadits yang tepercaya.

Adapun maksud dari kata-kata Abu Hurairah “Saat itu jenazah beliau (Rasulullah) dinaungi oleh seekor burung yang panjang sayapnya” adalah kedua sayap burung itu dapat menaungi tempat penguburan jenazah. Burung itu sejenis elang yang bertubuh sangat besar dan bersayap sangat panjang hingga kedua sayapnya dapat menaungi tempat penguburan jenazah sekaligus.

Kisah Wafatnya Nabi Daud

Menurut sejumlah riwayat, Nabi Daud AS wafat secara mendadak. As-Saddi meriwayatkan dari Abu Malik, dari Ibnu Malik, dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Daud wafat secara mendadak pada hari Sabtu. Jenazahnya dinaungi oleh sayap burung.”

As-Saddi juga meriwayatkan dari Abu Malik dan dari Sa’id Bin Jubair, ia berkata, “Daud wafat pada hari Sabtu secara mendadak.”

Ishaq bin Basyar meriwayatkan dari Sa’id bin Abi Arubah, dari Qatadah, dari al-Hasan, ia berkata, “Daud wafat dalam usia seratus tahun. Beliau wafat pada hari Rabu secara mendadak.”

Abu Sakan al-Hijri berkata, “Ibrahim al-Khalil wafat secara mendadak. Begitu pula Daud juga wafat secara mendadak. Demikian juga putranya, Sulaiman yang wafat secara mendadak.”

Sebagian para perawi hadits meriwayatkan bahwa malaikat maut datang menemui Nabi Daud AS sementara beliau sendiri sedang turun dari mihrabnya. Lalu, Nabi Daud AS berkata kepada malaikat maut, “Tunggu sebentar, sampai aku naik atau turun lebih dulu.” Malaikat maut berkata, “Waktu (ajal)-mu telah habis.”

Setelah itu, Nabi Daud AS tersungkur sujud dan nyawanya dicabut dalam kondisi bersujud.

Ishaq bin Basyar berkata, “Wafir bin Sulaiman memberitahu kami, dari Abu Sulaiman al-Filisthini, dari Wahab bin Munabbih, ia berkata: ‘Sesungguhnya, masyarakat ramai-ramai menghadiri jenazah Daud. Mereka duduk di bawah terik matahari di musim panas.

Jennazah Nabi Daud AS diusung oleh 40.000 rahib, di antaranya rahib yang bernama al-Baranis dan lain-lainnya dari kalangan masyarakat. Tidak ada seseorang yang wafat dari kalangan bani Israil setelah Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS yang membuat mereka sangat bersedih dan kehilangan, selain Nabi Daud AS.

Wallahu a’lam.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Musa AS yang Menentang Firaun dan Para Pengikutnya



Jakarta

Nabi Musa AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Semasa hidupnya, ia berdakwah menegakkan ajaran tauhid.

Menurut Qashashul Anbiya oleh Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid, Nabi Musa AS lahir ketika Firaun memerintahkan rakyatnya untuk membunuh bayi laki-laki yang lahir. Meski demikian, ibu Musa AS mendapat ilham untuk meletakkannya di dalam peti dengan diikat tali.

Rumah Nabi Musa AS kala itu berada di hulu Sungai Nil. Setelah menyusui Musa kecil, ibunya kembali meletakkannya di dalam peti khawatir akan ada orang yang mengetahui keberadaan si bayi.


Peti tersebut diletakkan di lautan dengan tali. Ketika semua orang pergi, ibu Nabi Musa AS kembali menarik petinya.

Dikisahkan dalam buku Kisah Nabi Musa AS oleh Abdillah, singkat cerita peti yang biasanya ditarik oleh ibu Nabi Musa AS terhanyut. Atas izin Allah SWT, peti itu ditemukan oleh permaisuri Firaun yang bernama Asiyah. Melihat Nabi Musa AS kecil di dalam peti tersebut, Asiyah akhirnya membujuk Firaun untuk mengadopsi Musa bayi.

Ketika kecil, Musa AS menolak untuk menyusu pada siapa pun. Dengan kuasa Allah SWT, hanya ibu Nabi Musa AS yang tidak ditolak susunya oleh Musa kecil. Ini bermula ketika kakak Musa AS memperkenalkan ibu kandungnya kepada para dayang,

Ibu Nabi Musa AS menyusui sang nabi dan diberi upah. Ia juga turut berperan merawatnya sampai dewasa.

Menginjak dewasa, Nabi Musa AS dijadikan sebagai rasul. Musa AS diutus untuk berdakwah dan akhirnya berhadapan dengan Firaun.

Ia meminta agar Firaun kembali ke jalan yang benar. Atas perintah Allah SWT, Nabi Musa AS berdakwah bersama saudaranya, Nabi Harun AS untuk membimbing Firaun.

Mengutip buku Pengantar Sejarah Dakwah oleh Wahyu Ilaihi, pendamping dakwah Nabi Musa AS yakni saudaranya Harun AS. Allah memerintahkan Musa dan Harun untuk berangkat menemui Firaun dan mendakwahinya dengan kata-kata lembut.

Alih-alih bertobat, Firaun justru membangkang. Musa AS dan Harun AS memerintahkan agar Firaun melepaskan bani Israil dari genggamannya dan membiarkan mereka beribadah kepada Allah SWT.

Atas izin Allah SWT, Nabi Musa AS menunjukkan mukjizat berupa tongkat yang berubah menjadi ular dan tangan yang bercahaya. Namun Firaun tetap murka kepada Nabi Musa AS.

Tanpa ragu, Firaun meminta tukang sihirnya menunjukkan kemampuannya di depan Musa AS. Mereka lalu melempar tali yang bisa berubah menjadi ular.

Walau begitu, ular-ular tukang sihir dilahap oleh ular milik Musa AS. Peristiwa tersebut membuat pengikut Firaun akhirnya percaya kepada Allah SWT dan beriman, begitu pun sang istri yang bernama Asiyah.

Semakin murka, ketimbang bertobat Firaun justru menyiksa seluruh pengikut Nabi Musa AS. Istrinya yang menyatakan beriman kepada Allah SWT juga disiksa sampai meninggal dunia.

Akhirnya, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk meninggalkan Mesir. Meski demikian, pengikut Firaun yang belum beriman terus mengejar Nabi Musa AS.

Tiba saatnya Nabi Musa AS menghadapi jalan buntu, Allah memerintahkan agar ia memukulkan tongkatnya ke laut. Dengan izin Allah SWT, tongkat tersebut dapat membelah lautan dan menciptakan jalur agar Musa AS dan pengikutnya dapat melewati.

Setelah pengikut Musa AS selesai menyeberangi lautan, sang nabi kembali memukulkan tongkatnya sesuai perintah Allah SWT. Tiba-tiba, laut kembali ke kondisi semula hingga menenggelamkan Firaun beserta pasukannya.

Wallahu a’lam

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com