Tag Archives: nabi harun as

Doa Kelancaran Berbicara yang Dibaca Nabi Musa saat Hadapi Firaun


Jakarta

Doa kelancaran berbicara adalah bacaan yang dipanjatkan Nabi Musa AS kala menghadapi Firaun. Amalan ini dapat dibaca oleh muslim yang sedang merasa gugup saat berbicara.

Biasanya, rasa tegang muncul ketika seseorang ingin tampil di depan umum. Kondisi ini biasa disebut demam panggung.

Sebagai seorang muslim, memiliki rasa percaya diri menjadi hal yang penting. Mengutip buku Konservasi Sumber Daya Manusia dalam Ekosistem Pendidikan Islam, semakin tinggi keimanan seseorang maka semakin tinggi pula kepercayaan dirinya.


Selain berusaha, muslim bisa membaca doa kelancaran berbicara untuk memohon kepada Allah SWT agar diberi kepercayaan diri. Berikut bacaan doanya yang termaktub dalam Al-Qur’an.

Doa Kelancaran Berbicara Nabi Musa AS

Menukil buku Adab dan Doa Harian karya Latif Ustman, doa kelancaran berbicara ini dibaca Nabi Musa AS ketika menghadapi Firaun. Doa tercantum dalam surah Thaha ayat 25-28,

رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي

Arab latin: Robbis rohlii shodrii, wa yassirlii amrii, wahlul ‘uqdatam mil lisaani yafqohu qoulii.

Artinya: “Ya Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku.”

Dikatakan, Nabi Musa AS saat itu diminta untuk menyampaikan dakwah kepada Raja Firaun. Perintah Allah SWT itu membuat sang nabi gugup, sebab dirinya tidak bisa berbicara dengan fasih dan sulit berbicara.

Lisan Nabi Musa AS memiliki kekurangan, sehingga orang lain sulit memahami apa yang dia katakan. Akhirnya, ia berdoa kepada Allah SWT agar saudaranya yaitu Nabi Harun AS menggantikan dirinya mendakwahi Firaun.

Atas kuasa Allah SWT, Nabi Musa AS secara tiba-tiba diberi kemudahan dalam melaksanakan dakwah kepada Firaun. Lisannya yang semula kaku tiba-tiba bisa berbicara dengan fasih, baik dan benar.

Waktu Mengamalkan Doa Kelancaran Berbicara

Menurut buku Retorika Dakwah dalam Perspektif Al-Qur’an oleh Suisyanto, doa kelancaran berbicara dapat diamalkan muslim sebelum melangsungkan ceramah atau pidato. Bacaan bisa dipanjatkan ketika muslim hendak berbicara di depan khalayak banyak.

Dengan membaca doa kelancaran berbicara diharapkan muslim mengucap kata-kata baik dan dihindarkan dari ucapan yang tidak bermanfaat. Doa ini dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri seseorang karena merasa ada Allah SWT yang membantunya.

Mengacu pada sumber yang sama, ada sejumlah adab dalam berbicara menurut Islam yang harus diperhatikan kaum muslimin, terutama ketika berbicara di depan orang banyak.

  1. Menjaga pandangan mata, terutama dengan lawan jenis
  2. Isi pembicaraan harus tentang hal-hal baik dan bermanfaat
  3. Pilihlah kata-kata yang baik agar tidak menyinggung orang lain
  4. Bersikap sopan dan santun
  5. Berbicara dengan jelas

Itulah doa kelancaran berbicara yang dipanjatkan Nabi Musa AS. Jangan lupa diamalkan, ya!

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Samiri, Pembuat Patung Anak Sapi yang Bisa Keluarkan Suara



Jakarta

Ketika masa dakwah Nabi Musa AS, ada seseorang dari kaumnya yang berniat mengecoh keimanan Bani Israil dengan membentuk berhala sapi yang bisa berbicara. Siapa dia?

Ibnu Katsir dalam bukunya Qashash Al-Anbiya menyebutkan nama pembuat patung anak sapi yang dapat berbicara pada masa Nabi Musa, yakni Samiri.

Awalnya, Samiri membuat sebuah patung berbentuk anak sapi dari perhiasan emas. Tetapi sebelumnya ia melihat Malaikat Jibril mengirim bantuan Allah SWT kepada Musa AS untuk menenggelamkan Firaun di Laut Merah.


Kala itu Jibril menunggangi kuda dan terdapat bekas tapak kudanya di tanah. Lantas Samiri mengambil tanah pijakan kuda itu untuk kemudian dimasukkan ke dalam tubuh berhala ciptaannya.

Seketika patung buatannya Samiri mengeluarkan suara selayaknya anak sapi asli. Ada pula yang mengatakan bahwa berhala itu berdaging dan mengeluarkan darah, sehingga mirip dengan anak sapi yang sebenarnya. Melihat itu, banyak dari Bani Israil yang bersorak kegirangan karena menganggap tuhan berada di sisi mereka.

Namun ada juga ulama yang berpendapat, sapi itu terdengar bersuara lantaran ada angin yang masuk melalui duburnya dan keluar lewat mulutnya. Karena Samiri membuat bagian tengah patung berongga dan menghadapkannya ke arah mata angin.

Sehingga angin yang masuk dari lubang belakang kemudian keluar dari lubang depan, dan terdengarlah suara yang mirip dengan anak sapi sungguhan.

Setelah itu, Samiri pergi menemui Bani Israil dengan membawa patung yang telah dibuatnya. Mereka pun bertanya kepadanya, “Apa itu, Samiri?”

Samiri menjawab, “Ini adalah tuhan kalian dan tuhan Musa!”

Mereka bertanya lagi, “Tapi Musa sekarang sedang pergi menemui Tuhannya.”

Samiri menjawab lagi, “Rupanya Musa lupa. Dia pergi untuk menemui Tuhannya di tempat lain, padahal tuhannya ada di sini.”

Kala itu angin berhembus masuk dari bagian belakang anak sapi dan keluar dari mulutnya sehingga anak sapi itu mengeluarkan suara. Bani Israil yang mendengarnya kemudian menyembah anak sapi itu.

Samiri ternyata memang sengaja melakukan demikian. Ia melihat situasi di mana Bani Israil rindu untuk menyembah berhala. Kemudian ia memanfaatkan dengan membawakan patung anak sapi bagi mereka yang terbuat dari emas dan mampu berbicara.

Bani Israil pun terpecah menjadi golongan minoritas mukmin yang sadar bahwa anak sapi itu adalah tipuan, dan kalangan mayoritasnya kembali menyembah berhala.

Fitnah Samiri akhirnya menyebar ke seluruh kaum. Hingga pada suatu hari, Nabi Harun AS sangat terkejut melihat Bani Israil menyembah patung anak sapi emas. Harun AS yang kala itu dititipkan tanggung jawab oleh Musa AS untuk menjaga kaumnya, kemudian mendatangi untuk menasihati mereka.

Beliau berkata kepada mereka, “Sesungguhnya kalian telah terkena fitnah dengan patung anak sapi. Sungguh, ini adalah fitnah. Samiri telah memanfaatkan kebodohan kalian dan memfitnah kalian dengan anak sapinya. Ini bukanlah tuhan kalian atau tuhan Musa.”

Para penyembah anak sapi itu menolak dan tidak mengindahkan peringatan Nabi Harun. Tetapi Harun AS terus mengingatkan mereka akan sejumlah mukjizat Allah SWT yang telah menyelamatkan, memuliakan, dan menjaga mereka.

Namun mereka mereka tetap saja menutup telinga. Mereka menolak peringatan Nabi Harun sambil meremehkannya, bahkan beliau hampir dibunuh Bani Israil. Mereka menutup perdebatan patung anak sapi sampai Musa AS datang dari gunung Thur.

Kepribadian Nabi Harun yang jauh lebih luwes dan lembut justru membuat beliau tidak disegani Bani Israil. Di sisi lain Harun AS enggan menghancurkan berhala yang mereka sembah, karena khawatir akan menimbulkan fitnah dan perang saudara di antara mereka. Akhirnya beliau pun juga memilih menunda permasalahan hingga Musa AS kembali.

Nabi Musa AS Menyaksikan Bani Israil Menyembah Patung Anak Sapi

Ketika Musa AS datang ke kaumnya, beliau terkejut mendengar teriakan dan kegaduhan Bani Israil yang tengah menari-nari di sekitar berhala anak sapi. Mereka terdiam saat Nabi Musa hadir, dan beliau kemudian berkata:

“Alangkah buruknya perbuatan yang kamu kerjakan sesudah kepergianku!” (QS Al-A’raf: 150)

Lantaran tak mampu membendung kemarahannya, Nabi Musa menghampiri Harun AS dan melemparkan lembaran Taurat yang diterimanya ke tanah. Beliau kemudian menarik rambut dan jenggot Harun AS seraya berkata,

“Hai Harun, apa yang menghalangi kamu ketika kamu melihat mereka telah sesat, (sehingga) kamu tidak mengikuti aku? Maka apakah kamu telah (sengaja) mendurhakai perintahku?” (QS Thaha: 92-93)

Kemudian Nabi Harun berujar, “Hai putra ibuku, janganlah kamu pegang janggutku dan jangan (pula) kepalaku.” (QS Thaha: 94)
Harun AS menjelaskan bahwa beliau bukanlah mendurhakainya atau menerima tindakan para penyembah anak sapi, melainkan beliau tidak ingin meninggalkan mereka dan pergi begitu saja.

Nabi Musa bertanya mengapa Harun AS tidak menjaga keimanan mereka.Nabi Harun menjawab bahwa beliau khawatir apabila melawan mereka dengan kekerasan, maka hal itu akan menyulut perang saudara.

Ditanya lagi oleh Musa AS, mengapa Harun AS membiarkan mereka terpecah-belah dan tidak menunggu sampai beliau kembali. Nabi Harun menjawab, “Sesungguhnya aku khawatir bahwa kamu akan berkata (kepadaku) ‘kamu telah memecah belah Bani Israil dan kamu tidak memelihara amanatku.” (QS Thaha: 94)

Nabi Harun lanjut meminta agar Musa AS melepaskan kepada dan jenggotnya agar kaumnya tidak semakin meremehkannya, seperti dalam Surat Al-A’raf ayat 150:

“Harun berkata, ‘Hai anak ibuku, sesungguhnya kaum ini telah menganggapku lemah dan hampir-hampir mereka mau membunuhku. Oleh karena itu, janganlah kamu menjadikan musuh-musuh gembira melihatku, dan janganlah kamu masukkan aku ke dalam golongan orang-orang yang zalim’.”

Musa AS sadar bahwa beliau telah mendzalimi Harun AS dengan kemarahannya, lalu Nabi Musa melepaskan genggamannya itu dan memohon ampun kepada Allah SWT untuk dirinya dan saudaranya.

Beliau kemudian bertanya kepada kaumnya, “Hai kaumku, bukankah Tuhanmu telah menjanjikan kepadamu suatu janji yang baik? Maka apakah terasa lama masa yang berlalu itu bagimu atau kamu menghendaki agar kemurkaan dari Tuhanmu menimpamu, lalu kamu melanggar perjanjianmu denganku?” (QS Thaha: 86)

Kemudian Nabi Musa mengalihkan pandangan kepada Samiri, dan menuturkan, “Apa yang mendorongmu berbuat demikian, wahai Samiri?” (QS Thaha: 95)

Samiri berujar, “Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya.” (QS Thaha:96)

“Aku melihat Jibril mengendarai kudanya, dan setiap benda yang tersentuh oleh kaki kuda itu menjadi hidup.” lanjut Samiri.

Samiri kembali menjelaskan, “Maka aku ambil segenggam dari jejak Rasul (Jibril). Lalu aku melemparkannya (mencampurkannya ke dalam emas). Dan demikianlah nafsuku membujukku. (QS Thaha: 96)

Mendengarnya, Musa AS kemudian memberi sanksi kepada Samiri, sesuai yang disebutkan dalam Surat Thaha ayat 97.

“Pergilah kau! Sesungguhnya di dalam kehidupan (dunia) engkau (hanya dapat) mengatakan, ‘Jangan sentuh (aku).’ Engkau pasti mendapat (hukuman) yang telah dijanjikan (di akhirat) yang tidak akan dapat engkau hindari. Lihatlah tuhanmu itu yang tetap engkau sembah. Kami pasti akan membakarnya, kemudian sungguh kami akan menghamburkan (abu)-nya ke laut.”

Ahli tafsir menerangkan hukuman yang Nabi Musa berikan ke Samiri dalam ayat di atas, yakni menempatkan Samiri di wilayah terpencil agar tidak dapat mendatangi Musa AS beserta kaumnya sebagai sanksi di dunia.

Sementara di akhirat, Samiri akan ditempatkan di neraka lantaran perbuatannya yang menyesatkan Bani Israil.

Wallahu a’lam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Harun, Sosok Pendamping Nabi Musa yang Pandai Berbicara



Jakarta

Kisah Nabi Harun AS berkaitan dengan Nabi Musa AS. Keduanya merupakan saudara yang usianya tidak berbeda jauh.

Nabi Harun AS dianugerahi mukjizat pandai dalam berbicara. Kemampuannya ini juga ia gunakan untuk membantu Nabi Musa AS berdakwah.

Menukil dari buku Mengenal Mukjizat 25 Nabi susunan Eka Satria dan Arif Hidayah, baik Musa AS maupun Harun AS sama-sama berjuang menyampaikan ajaran tauhid. Mereka juga memerangi Firaun, seorang raja yang mengingkari keberadaan Allah SWT.


Suatu hari, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk menemui Firaun. Ia lantas menyampaikan kepada sang Khalik agar dibantu oleh Harun AS sebagaimana termaktub dalam surah Thahaa ayat 29-34,

وَاجْعَلْ لِّيْ وَزِيْرًا مِّنْ اَهْلِيْ ۙ ٢٩ هٰرُوْنَ اَخِى ۙ ٣٠ اشْدُدْ بِهٖٓ اَزْرِيْ ۙ ٣١ وَاَشْرِكْهُ فِيْٓ اَمْرِيْ ۙ ٣٢ كَيْ نُسَبِّحَكَ كَثِيْرًا ۙ ٣٣ وَّنَذْكُرَكَ كَثِيْرًا ۗ ٣٤

Artinya: “Jadikanlah untukku seorang penolong dari keluargaku, (yaitu) Harun, saudaraku. Teguhkanlah kekuatanku dengannya, dan sertakan dia dalam urusanku (kenabian) agar kami banyak bertasbih kepada-Mu, dan banyak berzikir kepada-Mu.”

Benar saja, kepandaian Nabi Harun AS dalam berbicara membuat Firaun kalah telak. Nabi Musa AS lalu membawa kaumnya bani Israil ke Mesir.

Walau begitu, setelah mereka dibebaskan dari perbudakan Firaun, bani Israil kembali mengingkari Allah SWT. Kala itu, Nabi Musa AS beribadah di Bukit Sinai selama 30 hari.

Pada periode itu, bani Israil mengikuti ajaran Samiri seorang penyembah patung sapi emas. Sekembalinya Musa AS, patung sapi emas itu lantas ia bakar dan bani Israil kembali beriman kepada Allah SWT.

Sebagai seorang nabi dan rasul, Nabi Harun AS juga dianugerahi mukjizat lainnya. Menurut buku Iman dan Takwa Peraih Muflihun tulisan Nasikin Purnama, Harun AS juga dimukjizati janggut yang terdiri atas dua warna yaitu putih dan hitam.

Dikatakan, mukjizat itu muncul setelah Musa AS melakukan perjalanan mengambil kitab Taurat. Ia menitipkan pengikutnya kepada Nabi Harun AS.

Sewaktu para pengikut Musa AS memilih untuk mendengarkan Samiri, Nabi Musa AS yang baru pulang dari perjalanannya menjadi marah. Ia menarik janggut Nabi Harun AS dan secara tiba-tiba, janggut yang ditarik itu berubah warna menjadi putih.

Selain itu, Nabi Harun AS juga memiliki mukjizat tongkat yang berbunga. Ini bermula ketika bani Israil melakukan pengangkatan pemimpin.

Pada saat itu, belum ada sosok yang dinilai pantas memimpin bani Israil yang mana berujung timbulnya perdebatan. Allah SWT lalu memerintahkan setiap pemimpin suku bani Israil meletakkan tongkatnya di tempat suci, begitu pula dengan tongkat Harun AS.

Esoknya, Musa AS melihat tongkat Nabi Harun AS bertunas dan berbunga. Hal tersebut menandakan Allah SWT memilih Nabi Harun AS sebagai pemimpin bani Israil.

Wallahu a’lam bishawab.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com