Tag Archives: nabi hud as

Misteri Kota Maju yang Hilang Sekejap karena Tolak Ajaran Nabi



Jakarta

Al-Qur’an mengungkap sejumlah misteri yang di antaranya belum terpecahkan. Salah satunya soal keberadaan sebuah kota maju yang kemudian hilang dalam sekejap.

Kota tersebut bernama Iram, sering disebut Kota Seribu Pilar. Menurut Ibnu Katsir dalam Qashashul Anbiya yang diterjemahkan Saefulloh MS, penduduk Iram adalah kaum Ad generasi pertama. Mereka adalah kaum Nabi Hud AS.

Kaum Ad banyak tinggal di bangunan-bangunan dengan tiang-tiang besar dan tinggi. Hal ini diungkap dalam Al-Qur’an surah Al Fajr ayat 6-8. Allah SWT berfirman,


اَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍۖ ٦ اِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِۖ ٧ الَّتِيْ لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِى الْبِلَادِۖ ٨

Artinya: “Tidakkah engkau (Nabi Muhammad) memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap (kaum) ‘Ad, (yaitu) penduduk Iram (ibu kota kaum ‘Ad) yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi, yang sebelumnya tidak pernah dibangun (suatu kota pun) seperti itu di negeri-negeri (lain)?”

Iram bisa dikatakan sebuah kota maju dan megah. Bangunan pilar-pilar di Iram belum pernah ada di tempat mana pun.

Menurut penafsiran Ibnu Katsir terkait kondisi penduduk Iram dalam surah Al Araf ayat 69, Allah SWT menjadikan kaum Ad sebagai orang-orang paling kuat pada zamannya. Mereka kuat dalam hal fisik dan tenaganya.

Keberadaan Kota Iram atau Kota Seribu Pilar

Keberadaan Kota Iram yang menjadi tempat tinggal kaum Ad masih misteri. Sebab, Allah SWT membinasakan kaum Ad karena mereka enggan mengikuti ajaran Nabi Hud AS.

Kaum Ad adalah orang-orang pertama yang menyembah berhala usai peristiwa banjir besar yang membinasakan kaum Nabi Nuh AS, yang tak lain adalah penyembah berhala. Berhala sesembahan kaum Ad ada tiga, yaitu Shamda, Shamud, dan Hira.

Allah SWT kemudian mengutus Nabi Hud AS dari kalangan mereka untuk kembali ke ajaran Allah SWT. Hud AS berasal dari kabilah Ad bin Aush bin Sam bin Nuh. Mereka adalah bangsa Arab yang tinggal di bukit-bukit pasir di Yaman, antara Oman dan Hadramaut.

Nabi Hud AS memerintahkan kaum Ad untuk beribadah kepada Allah SWT dan mengesakan-Nya. Namun, mereka mendustakan, menentang, dan menolak ajakan sang nabi.

Mereka (kaum Ad) berkata, “Wahai Hud, engkau tidak mendatangkan suatu bukti yang nyata kepada kami dan kami tidak akan (pernah) meninggalkan sembahan kami karena perkataanmu serta kami tidak akan (pernah) percaya kepadamu. Kami hanya mengatakan bahwa sebagian sembahan kami telah menimpakan penyakit gila atas dirimu.” (QS Hud: 53)

Dia (Hud) menjawab, “Sesungguhnya aku menjadikan Allah (sebagai) saksi dan saksikanlah bahwa aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.” (QS Hud: 54)

Setelah Nabi Hud AS berlepas dari kaumnya, azab Allah SWT pun datang menimpa kaum Ad. Masih dalam kitab Ibnu Katsir, pertanda datangnya azab dimulai dengan datangnya kemarau panjang dan mereka minta diturunkan hujan.

Setelah itu, Kaum Ad melihat gumpalan awan hitam pekat di langit. Mereka mengira gumpalan itu akan menurunkan hujan sebagai rahmat. Namun, itu tak lain adalah pusaran angin yang membawa api untuk menghancurkan kaum Ad. Mereka pun musnah tak tersisa, sebagaimana firman Allah SWT, “Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilaluinya, kecuali dijadikan seperti serbuk.” (QS Az Zariyat: 42)

Menurut sebuah pendapat, azab yang menimpa kaum Ad berlangsung selama tujuh malam delapan hari tanpa henti.

Tak hanya kaum Ad yang binasa, kota tempat tinggal mereka yang berisi rumah-rumah dan benteng-benteng megah pun hancur berantakan.

Wallahu a’lam.

(kri/inf)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud dan Pusaran Angin yang Membinasakan Kaum Ad



Jakarta

Allah SWT melalui Al-Qur’an banyak menceritakan riwayat para nabi terdahulu yang mengajak suatu umat kepada kebenaran. Di antaranya ada kisah Nabi Hud AS yang menyeru kaum penyembah berhala yakni Ad.

Melansir buku Mutiara Hikmah Kisah 25 Rasul susunan Dhurorudin Mashad, Hud AS diperintah Allah SWT kepada kaum Ad yang merupakan penduduk kabilah Iram. Kaum Ad ini tinggal di sekitar Gunung Ram, 25 mil dari kota Aqabah yang berada di antara Yaman dan Oman, sampai Hadramaut dan As-Syajar.

Ibnu Katsir dalam kitabnya Qashash Al-Anbiyaa menyebut kaum Ad ini yang dimaksud Al-Qur’an sebagai generasi pertama penduduk Iram. Mereka ini juga yang pertama kali menyembah berhala setelah terjadinya peristiwa banjir besar di masa Nabi Nuh AS.


Adapun Hud AS adalah keturunan dari Nabi Nuh AS dari anaknya yaitu Sam dengan nasab Hud bin Syalikh bin Irfakhsyadz bin Sam bin Nuh. Beliau berasal dari suku Ad bin Aush bin Sam bin Nuh. Sehingga Allah SWT mengutus Hud AS kepada saudaranya sendiri.

Riwayat mengenai Hud AS dan kaum Ad termuat dalam sejumlah ayat Al-Qur’an. Bahkan dalam Al-Qur’an sendiri terdapat satu surat bernamakan Hud, yang isinya juga menceritakan tentang dakwah Hud AS kepada kaum penyembah berhala itu. Bagaimana kisahnya?

Dakwah Nabi Hud AS

Hud AS diutus oleh Allah SWT kepada kaum Ad yang merupakan bangsa Arab kafir dan ingkar. Lantaran mereka menyembah dan memuja tiga berhala yakni, Shamda, Shamud, dan Hira.

Hud AS diamanahkan untuk menyeru kaum Ad ke jalan-Nya, mengesakan-Nya serta menyembah-Nya dengan penuh keikhlasan. Namun, mereka mendustakan, menentang, dan menolaknya. Padahal Hud AS mengajak mereka dengan cara yang baik.

Di mana beliau menyuruh agar taat dan memohon ampunan kepada Allah SWT, menyampaikan kabar gembira berupa janji-Nya tentang kebaikan dunia dan akhirat. Di sisi lain, beliau memperingatkan akan adanya ancaman berupa azab di dunia dan akhirat bagi orang-orang yang menolak dan melawan-Nya.

Tapi, kaum Ad malah bereaksi pada dakwah Hud AS bahwa beliau adalah seorang pembohong dan kehilangan akal seperti tercatat dalam Surat Al-A’raf ayat 66. Kemudian Hud AS menjawab bahwa dirinya adalah utusan Allah SWT yang menyampaikan amanah serta nasihat.

Kaum Ad berkata kepada Hud AS bahwa mereka tidak mempercayainya karena beliau tidak membawa bukti keajaiban maupun kebenaran. Sehingga kaum Ad menganggap Hud AS adalah orang gila yang dimurkai oleh berhala mereka.

Lalu Nabi Hud menjawab umatnya itu dengan menjelaskan bahwa berhala yang dijadikan Tuhan oleh mereka tidak memberikan manfaat dan mudharat sedikit pun, dan berhala itu hanyalah benda mati yang tak bisa melakukan apa pun.

Hud AS juga mengatakan bahwa dirinya hanya bertawakal, menyembah dan menyandarkan segala urusannya kepada Allah SWT semata, sehingga beliau tidak pernah takut kepada makhluk ciptaan-Nya.

Kaum Ad tetap tidak meyakini Hud AS sebagai nabi mereka, lantaran mereka menganggap bahwa Tuhan tak akan mengutus seorang rasul dari kalangan manusia biasa seperti mereka. Mereka juga tak percaya dengan apa yang dikatakan Nabi Hud bahwa manusia akan menghadapi hari kebangkitan kelak. Kaum Ad meyakini bahwa mereka akan kekal di dunia.

Mengetahui kesesatan dan kebodohan umatnya itu, Nabi Hud tetap menasihati dan mendakwahkan kebenaran kepada kaum Ad sesuai yang diajarkan Allah SWT.

Setelah terus-terusan berdakwah, kaum Ad bertanya kepada Hud AS apakah ia diutus untuk mengajak menyembah Allah SWT yang merupakan hal baru, sedangkan mereka harus menentang dan meninggalkan sesembahan leluhur mereka, sebagaimana dalam Surat Al-A’raf ayat 70.

Kemudian mereka menantang Nabi Hud, dengan menyegerakan datangnya azab apabila ajaran yang dibawanya memang benar yang seperti Hud AS pernah katakan dan beritakan. Kaum Ad mengatakan pula bahwa mereka yakin tidak akan terkena azab karena mengikuti agama nenek moyangnya.

Sekali lagi Nabi Hud memperingatkan bahwa azab dan murkanya Allah SWT sangat layak diberikan kepada mereka. Karena kaum Ad telah menyekutukan-Nya, enggan meninggalkan sesembahan mereka, hingga menentang dan menolak ajaran kebenaran yang dibawa Hud AS.

Sebab tak tahan dengan perlakuan, kebodohan dan kesesatan umatnya itu, Nabi Hud kemudian memohon pertolongan Allah SWT. Dan Dia menjawab doa utusan-Nya itu, sesuai dalam Surat Al-Mu’minun ayat 39-41.

Binasanya Kaum Ad

Setelah Hud AS berdoa, Allah SWT lalu berjanji akan menurunkan azab-Nya kepada kaum Ad. Sebelum itu, Dia menyelamatkan Nabi Hud beserta sejumlah umatnya yang beriman bersamanya.

Azab kaum Ad ditandai dengan adanya kekeringan dan kemarau panjang selama tiga tahun yang membuat menderita, kemudian mereka memohon turunnya hujan. Setelah melihat gumpalan awan hitam pekat di langit, mereka menyangka bahwa itu merupakan mendung yang akan menurunkan hujan sebagai rahmat.

Padahal, itu merupakan azab yang akan menimpa mereka sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Ahqaf ayat 24.

Awan hitam yang menuju kawasan tempat tinggal kaum Ad itu membuat mereka kesenangan dan berarak sambil berkata, “Inilah awan yang kami tunggu-tunggu, yang akan menurunkan hujan kepada kami.”

Kemudian ada seorang dari mereka yang menyaksikan azab apa yang terkandung di dalam awan hitam itu. Ia menjerit dan pingsan sesudah melihatnya.

Setelah tersadar, penduduk Ad yang lain bertanya tentang apa yang dia lihat. Dan ia menjawab bahwa itu adalah pusaran angin besar yang di dalamnya terdapat gejolak api, sementara di hadapannya ada beberapa orang yang menariknya untuk masuk ke dalam.

Saat itulah Allah SWT menimpakan azab kepada kaum Ad selama tujuh malam delapan hari berturut-turut. Peristiwa itu berlangsung hingga seluruh kaum Ad yang kafir binasa.

Riwayat lain menyebut, azab pusaran angin itu sama sekali tidak terasa bagi Hud AS dan pengikutnya yang beriman. Mereka hanya merasa angin segar dan nyaman saja yang menyentuh kulit.

Namun bagi kaum Ad yang durhaka, awan berisi pusaran angin itu adalah bahaya yang mengancam, sehingga mereka dilempari batu hingga binasa.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud AS Berdakwah kepada Kaum ‘Ad yang Sombong



Jakarta

Nabi Hud AS memiliki garis keturunan yang sama dengan Nabi Nuh AS. Allah SWT mengutus Hud AS kepada kaum Ad. Kaum Ad adalah kelompok yang musyrik dan ingkar kepada Allah SWT. Sebab mereka menyembah 3 berhala, yaitu Shamda, Shamud, dan Hira.

Mengutip buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul susunan Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, kaum Ad dikaruniai oleh Allah SWT berbagai kekayaan. Mulai dari tanah yang subur, sumber-sumber air yang mengalir dari berbagai penjuru dan memudahkan mereka bercocok tanam, serta tempat tinggal mereka yang dikelilingi dengan kebun bunga.

Kaum Ad hidup dengan makmur, sejahtera, serta bahagia. Mereka bahkan menjadi suku terbesar di antara suku-suku yang hidup di sekelilingnya.


Tak sampai di situ, Allah SWT bahkan menganugerahkan kaum Ad tubuh yang kuat dan kekar sehingga memudahkan mereka untuk bekerja keras. Mereka juga memiliki pengetahuan dan kebudayaan yang tinggi.

Dengan ragam kenikmatan yang Allah SWT berikan, mereka tidak pernah bersyukur. Tingginya ilmu pengetahuan dan kebudayaan tidak membuat mereka percaya akan keberadaan Allah SWT sebagai Tuhan yang Maha Esa.

Kaum Ad meyakini bahwa patung-patung yang mereka sembah merupakan Tuhan mereka. Nabi Hud AS diutus pada kaum yang banyak menyimpang dari nabi-nabi sebelumnya.

Allah SWT menugaskan Hud AS untuk mengingatkan kembali ajaran-ajaran nabi yang sebelumnya agar mereka kembali ke jalan yang benar. Sebab, kaum Ad sudah tidak menyembah Allah SWT dan melakukan berbagai perbuatan syirik serta tahayul.

Dakwah Nabi Hud AS ditolak oleh kaum Ad dengan ragam alasan, bahkan mereka tak segan melontarkan tuduhan, ejekan, serta hinaan kepada sang nabi. Sebagai utusan Allah, Hud AS bersabar atas apa yang dikatakan oleh kaumnya.

Kaum Ad berdalih tidak akan mengubah kebiasaan mereka menyembah berhala karena hal itu merupakan warisan nenek moyang mereka. Bahkan, mereka mengatakan seharusnya Nabi Hud AS kembali kepada aturan nenek moyang dan menyembah berhala.

Meski tidak menyerah dalam menyampaikan dakwah, kaum Ad tidak menggubris Nabi Hud AS. Mereka menghina dan merendahkan Hud AS hingga mengatakan beliau tidak memiliki kelebihan apapun dibanding mereka.

Nabi Hud AS lalu berkata bahwa Allah akan segera menurunkan azabnya bagi kaum Ad yang tidak beriman kepada-Nya. Alih-alih percaya pada peringatan Hud AS, kaum Ad justru semakin sombong dan kufur sambil menyebut mereka tidak akan ditimpa azab.

Azab Allah SWT kepada Kaum Ad

Merujuk pada sumber yang sama, Allah menurunkan azab kepada kaum Ad melalui dua tahap. Pertama, ladang-ladang dan kebun mereka mengalami kekeringan.

Pada keadaan itu, Nabi Hud AS berusaha meyakinkan kaumnya bahwa kekeringan tersebut merupakan azab yang Allah berikan. Namun tetap saja, perkataan Nabi Hud AS tidak digubris oleh kaum Ad, mereka bahkan berdoa dan memohon perlindungan kepada berhala-berhala yang mereka sembah.

Selanjutnya, tahapan kedua dari azab yang Allah timpa pada kaum Ad adalah munculnya gumpalan awan dan awan hitam yang tebal di atas mereka. Melihat hal itu, kaum Ad sempat gembira karena menganggap akan turun hujan dan membasahi ladang mereka yang mengalami kekeringan.

Menyaksikan hal itu, Nabi Hud AS lalu berkata bahwa awan hitam tersebut bukanlah awan rahmat, melainkan membawa kehancuran sebagai balasan Allah yang dijanjikan. Dalam surat Al Ahqaf ayat 24, Allah SWT berfirman:

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya: “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih,”

Allah SWT memberikan kaum Ad azab berupa angin topan dan badai hebat. Saking dahsyatnya, bencana itu berlangsung hingga 8 hari 7 malam yang berujung melenyapkan kaum Ad tanpa sisa.

Dalam peristiwa itu, Nabi Hud AS beserta sahabatnya yang beriman mendapat perlindungan dari Allah SWT. Setelah cuaca tenang, Hud AS pergi hijrah ke Hadramaut dan menghabiskan sisa hidupnya di sana hingga wafat.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Hud AS dan Kaum Ad yang Diazab Allah SWT



Jakarta

Nabi Hud AS adalah salah satu dari 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui kaum muslimin. Beliau diutus untuk mengajak kaum Ad yang mana merupakan penyembah berhala.

Kaum Ad diceritakan sebagai kelompok yang musyrik dan ingkar kepada Allah SWT. Mereka bahkan menyembah tiga berhala yang dinamai Shamda, Shamud dan Hira.

Dikisahkan dalam buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul karya Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, kaum Ad diberikan kekayaan yang melimpah. Hal ini dibuktikan dengan tanah yang subur, sumber-sumber air yang mengalir dari berbagai penjuru dan memudahkan mereka bercocok tanam, hingga tempat tinggal yang dikelilingi kebun bunga.


Sayangnya, mereka tidak pernah bersyukur atas segala nikmat yang Allah SWT berikan. Tingginya ilmu pengetahuan yang mereka miliki justru membuat mereka tidak percaya akan keberadaan Allah SWT.

Karenanya, Nabi Hud AS diutus untuk mengajak kaum Ad ke jalan yang benar. Beliau berdakwah tanpa lelah dan menyeru kepada kaum Ad untuk berhenti menyembah berhala yang merupakan warisan nenek moyang mereka.

Meski demikian, alih-alih mempercayai dakwah Hud AS, kaum Ad justru menuduh sang nabi dengan banyak alasan. Mereka bahkan tak segan melontarkan ejekan hingga hinaan kepada Nabi Hud AS.

Hud AS lantas meminta Allah SWT untuk menimpakan azab kepada kaum Ad yang enggan beriman kepada-Nya. Sebelum azab itu turun, Nabi Hud AS kembali memperingati kaumnya namun mereka tidak menggubris perkataan Hud AS.

Tak sampai di situ, kaum Ad bahkan meminta pertolongan dan perlindungan kepada berhala-berhala yang mereka sembah. Azab kaum Ad ditandai dengan adanya kekeringan dan kemarau panjang selama tiga tahun yang membuat menderita, kemudian mereka memohon turunnya hujan.

Mereka awalnya gembira karena mengira hujan akan turun dengan timbulnya awan hitam yang nantinya membasahi ladang mereka. Hud AS lalu kembali memperingati kalau awan hitam itu bukan awan rahmat, melainkan membawa kehancuran. Terkait hal ini, Allah SWT berfirman dalam surah Al Ahqaf ayat 24:

فَلَمَّا رَأَوْهُ عَارِضًا مُّسْتَقْبِلَ أَوْدِيَتِهِمْ قَالُوا۟ هَٰذَا عَارِضٌ مُّمْطِرُنَا ۚ بَلْ هُوَ مَا ٱسْتَعْجَلْتُم بِهِۦ ۖ رِيحٌ فِيهَا عَذَابٌ أَلِيمٌ

Artinya: “Maka tatkala mereka melihat azab itu berupa awan yang menuju ke lembah-lembah mereka, berkatalah mereka: “Inilah awan yang akan menurunkan hujan kepada kami”. (Bukan!) bahkan itulah azab yang kamu minta supaya datang dengan segera (yaitu) angin yang mengandung azab yang pedih..”

Lalu, ada seorang dari mereka yang menyaksikan azab apa yang terkandung di dalam awan hitam itu. Ia menjerit dan pingsan sesudah melihatnya.

Kala itu, Allah SWT menimpakan azab kepada kaum Ad selama tujuh malam delapan hari berturut-turut. Peristiwa tersebut berlangsung hingga seluruh kaum Ad yang enggan beriman kepada Allah SWT binasa.

Dalam riwayat lainnya disebutkan bahwa pusaran angin itu sama sekali tidak terasa bagi Nabi Hud AS dan pengikutnya yang beriman kepada Allah SWT. Angin itu terasa seperti angin segar yang nyaman dan menyentuh kulit.

Wallahu’alam bishawab.

(hnh/erd)



Sumber : www.detik.com