Tag Archives: nabi ismail

Doa Nabi Ibrahim untuk Anaknya yang Terabadikan dalam Al-Qur’an



Jakarta

Nabi Ibrahim AS pernah memanjatkan doa kepada Allah SWT semasa menanti kehadiran anaknya. Doa Nabi Ibrahim kepada anaknya tersebut kemudian terabadikan dalam sejumlah ayat Al-Qur’an.

Semasa hidupnya, Nabi Ibrahim diberikan ujian oleh Allah SWT dengan kesulitan mendapatkan keturunan. Dikisahkan dalam buku Menyinari Kehidupan dengan Cahaya Al-Quran karya Akmal Rizki Gunawan Hasibuan, Nabi Ibrahim dan Siti Sarah, istrinya, sudah lama mendambakan kehadiran seorang buah hati. Namun, tidak kunjung juga datang pada mereka.

Hingga tibalah waktunya saat Sarah sudah merasa tua serta dalam kondisi usia yang tidak mungkin untuk hamil dan beranak. Ia memberi saran pada suaminya untuk menikahi Siti Hajar, seorang wanita yang jujur, setia, dan baik hati.


Hal itu dengan tujuan semata-mata agar Hajar melahirkan seorang keturunan yang akan melanjutkan tugas sang suami sebagai Nabi. Sebaliknya, Nabi Ibrahim justru memanjatkan doa kepada Allah SWT dengan tujuan agar memiliki keturunan yang tumbuh menjadi seorang yang saleh, taat, sekaligus membantunya dalam menyiarkan dakwah.

2 Doa Nabi Ibrahim untuk Anaknya dalam Al-Qur’an

1. Surah As Saffat Ayat 100

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِينَ

Bacaan latin: Rabbi hab lī minaṣ-ṣāliḥīn

Artinya: “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang sholeh.”

2. Surah Ibrahim Ayat 35 dan 40

(35) رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
(40) رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلاةِ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ

Bacaan latin: …Rabbij’al hāżal-balada āminaw wajnubnī wa baniyya an na’budal-aṣnām. Rabbij’alnī muqīmaṣ-ṣalāti wa min żurriyyatī rabbanā wa taqabbal du’ā

Artinya: “…Ya Tuhan, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku agar tidak menyembah berhala.

Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang yang tetap melaksanakan salat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku.”

Mengutip buku Kisah Bapak dan Anak dalam Al-Qur’an oleh Adil Musthafa Abdul Halim, Allah SWT memenuhi keinginan Nabi Ibrahim AS tersebut. Atas izinNya, Nabi Ibrahim dianugerahi keturunan yang sholeh untuk mewariskan kenabian dan menyebarkan dakwah.

Anak-anak Nabi Ibrahim tersebut yang kini dikenal sebagai Nabi Ismail AS dan Nabi Ishak AS. Nabi Ibrahim pun ucapkan syukur kepada Allah atas terkabulnya doanya.

Nabi Ishak AS lahir dari istri pertama Nabi Ibrahim, Sarah. Sementara Nabi Ismail AS lahir dari istri keduanya yang dari seorang budak yakni Siti Hajar.

Mengutip buku Fikih Pendidikan Anak: Membentuk Kesalehan Anak Sejak Dini karya Musthafa al-‘Adawy dan Faisal Saleh, Rasulullah SAW dalam haditsnya juga melarang orang tua untuk mendoakan keburukan kepada anaknya. Doa buruk tersebut dikhawatirkan terkabul dibandingkan doa tentang kebaikannya.

(rah/lus)



Sumber : www.detik.com

Siapa Putra Nabi Ibrahim yang Dikurbankan?



Jakarta

Kisah putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan atas perintah Allah SWT menjadi sejarah di balik pelaksanaan kurban hari raya Idul Adha. Dalam cerita kenabian, Nabi Ibrahim AS dikatakan memiliki dua orang putra dari dua istrinya.

Putra pertama Nabi Ibrahim AS, yaitu bernama Ismail dari istri keduanya yang bernama Siti Hajar. Sedangkan putra keduanya bernama Ishaq dilahirkan dari istri pertamanya, Sarah.

Ada dua pendapat yang berbeda terkait satu di antara kedua putra Nabi Ibrahim AS yang pernah dikurbankan. Orang-orang Yahudi berkeyakinan bahwa putra yang disembelih ialah Nabi Ishaq. Sedangkan umat Islam menganggap Nabi Ismail lah sosok putra nabi yang disembelih.


Lantas, siapa sebenarnya putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan? Berikut ini penjelasannya.

Sosok Putra Nabi Ibrahim yang Dikurbankan

Melansir dari buku Kala Kanjeng Nabi Bercerita karya Rizem Aizid, dalam ayat Al-Qur’an tidak disebutkan secara jelas sosok putra Nabi Ibrahim AS yang dikurbankan. Hanya saja terdapat dalil yang secara tersirat mengarah kepada Nabi Ismail AS, Allah SWT berfirman:

وَقَالَ إِنِّي ذَاهِبٌ إِلَى رَبِّي سَيَهْدِينِ رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّلِحِينَ فَبَشِّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعَى قَالَ يَسُنَى إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَبْيَ أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَتَأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّبِرِينَ

Artinya: “Dan, Ibrahim berkata, ‘Sesungguhnya, aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih.’ Maka, Kami beri ia kabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka, tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, ‘Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka, pikirkanlah apa pendapatmu?’ Ia menjawab, ‘Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” (QS. ash-Shaffat: 99-102).

Berdasarkan ayat tersebut, umat Islam meyakini bahwa Ismail adalah putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan. Sebab, Nabi Ibrahim dulunya tidak dikaruniai anak dengan istri pertamanya, Siti Sarah.

Hingga akhirnya beliau menikah dengan istri keduanya, Siti Hajar, dan dikaruniai anak pertama yang bernama Ismail.

Menambahkan dari sumber lain, dalam buku Tuntunan Berkurban dan Menyembelih Hewan karya Ali Ghufron turut diterangkan tentang sosok putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan.

Imam Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya menegaskan bahwa adz-dzabih (orang yang dikurbankan) adalah Ismail karena dialah anak pertama Nabi Ibrahim yang memberi berita gembira atas kabar kelahirannya.

Ahli kitab maupun umat Islam pun sepakat bahwa Nabi Ismail lebih dahulu dilahirkan dan lebih tua dibandingkan dengan Nabi Ishaq.

Bahkan dalam kitab-kitab mereka turut disebutkan, ketika Nabi Ismail lahir, Nabi Ibrahim berusia 86 tahun. Sedangkan ketika Nabi Ishaq dilahirkan, usia Nabi Ibrahim telah menginjak 99 tahun.

Dengan demikian, umat Islam percaya bahwa putra Nabi Ibrahim yang dikurbankan ialah Nabi Ismail. Beliau melaksanakan kurban tersebut di Makkah, tempat dimana ia bersama putranya membangun Ka’bah.

Terlepas dari adanya perbedaan tersebut, umat muslim dapat memetik hikmah dari kisah Nabi Ibrahim. Beliau rela berkurban demi melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih anak pertamanya yang telah dinantikan-nantikan, wallahu ‘alam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ismail AS, Ditinggal di Padang Tandus dan Asal Mula Air Zamzam


Jakarta

Nabi Ismail AS adalah anak dari Nabi Ibrahim AS dan istri keduanya, Siti Hajar. Sejak kecil Ismail dikenal sebagai anak yang saleh, taat kepada Allah SWT dan orang tuanya.

Istri pertama Ibrahim adalah Siti Sarah. Ibrahim menikahi Siti Hajar atas suruhan Siti Sarah sebab Ibrahim tak kunjung memiliki keturunan ketika menikah dengannya.

Peristiwa Kurban

Merangkum buku Belajar dari Para Nabi dan Rasul oleh Abu Azka ibn Abbas, Ibrahim begitu sayang dengan Ismail, selalu memandang sang anak dengan penuh cinta dan kasih. Melihat begitu sayangnya Ibrahim kepada anaknya, maka Allah hendak menguji kesalehan Ibrahim.


Lewat mimpi Ibrahim, Allah memerintahkan beliau untuk menyembelih anaknya. Mimpi itu muncul beberapa kali, membuat Ibrahim amat sedih begitu memandang ke arah anaknya yang lucu itu.

Meskipun tak tega menceritakan kesedihannya, Ibrahim memberanikan diri untuk menceritakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail. Di luar dugaan, Ismail kecil justru tersenyum dan mengusap air mata sang ayah seraya berkata, “Ayahku, janganlah kamu berduka cita. Lakukanlah yang Allah SWT perintahkan.”

Lalu, Ibrahim membawa Ismail ke tempat penyembelihan. Ketika Ibrahim hendak menyembelih Ismail, Allah SWT memerintahkan malaikatnya untuk menukar Ismail dengan binatang ternak (kambing). Sehingga yang disembelih Ibrahim bukanlah Ismail, melainkan seekor kambing.

Ditinggal di Padang Tandus

Kisah Nabi Ismail tidak dapat dipisahkan dari kisah sang ayah, Nabi Ibrahim. Salah satu kisah yang menarik adalah ketika Nabi Ibrahim hijrah meninggalkan Mesir bersama kedua istrinya.

Nabi Ibrahim juga turut membawa hewan ternak dan harta miliknya yang telah diperoleh dari hasil berdagang di Mesir. Dengan penuh tawakal pada Allah SWT, Nabi Ibrahim berangkat meninggalkan rumah bersama kedua istrinya dan juga Ismail yang waktu itu masih bayi.

Mereka bersama-sama keluar dari kota lalu masuk ke lautan pasir yang terbuka, di mana terik matahari menyengat tubuh dengan pedihnya. Nabi Ibrahim membawa istrinya serta Ismail yang masih menyusui ke Mekkah, kemudian singgah di bawah pohon yang kini menjadi sumur zamzam.

Pada masa itu tidak ada seorang pun yang tinggal di Mekkah dan tidak ada pula sumber air. Nabi Ibrahim meninggalkan sebuah wadah berisi kurma dan satu wadah lagi berisikan air.

Nabi Ibrahim kemudian beranjak pergi meninggalkan anak dan istrinya dari tempat itu karena perintah Allah. Tidak ada yang tahu secara pasti bagaimana perasaan Nabi Ibrahim ketika meninggalkan istri dan putranya di padang pasir yang tandus tanpa mata air. Beliau harus berlapang dada karena itu adalah perintah Allah.

Asal Mula Air Zamzam

Beberapa hari setelah ditinggalkan Nabi Ibrahim, perbekalan Siti Hajar telah habis. Ismail yang kehausan terus menangis tanpa henti karena Siti Hajar tidak bisa lagi menyusui anaknya.

Siti Hajar mencoba mencari pertolongan dengan berlari bolak balik Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Hal tersebut tidak dilakukannya hanya sekali, melainkan tujuh kali sembari berdoa kepada Allah.

Setelah bolak balik Bukit Shafa dan Bukit Marwah sebanyak tujuh kali, Siti Hajar hampir putus asa karena tidak ada sumber air atau pun manusia yang bisa menolongnya. Setelah lama mencari, Siti Hajar teringat Ismail yang telah dia tinggal cukup lama dan kemudian bergegas kembali.

Siti Hajar memutuskan kembali untuk melihat kondisi putranya. Sesampainya di tempat Ismail berbaring, Siti Hajar terkejut karena keluar sebuah mata air jernih.

Air tersebut terus mengalir hingga membuat genangan. Siti Hajar berkata zam…zam…zam… yang berarti banyak, melimpah-ruah.

Wallahu’alam.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Sosok Nabi Ishaq, Saudara Nabi Ismail Beda Ibu


Jakarta

Saudara Nabi Ismail AS adalah Nabi Ishaq AS. Mereka saudara seayah beda ibu, ibu Nabi Ishaq AS adalah Siti Sarah sedangkan ibu Nabi Ismail AS adalah Siti Hajar. Ayah keduanya adalah Nabi Ibrahim AS.

Mengutip kitab Qashash al-Anbiyaa karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan oleh Saefulloh MS, Nabi Ishaq AS lahir ketika Nabi Ibrahim dan Siti Sarah telah berumur lanjut. Kisah kelahirannya termaktub dalam Al-Qur’an surah As-Saffat ayat 112-113. Allah SWT berfirman,

وَبَشَّرْنٰهُ بِاِسْحٰقَ نَبِيًّا مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ


Artinya: “Kami telah memberinya kabar gembira tentang (akan dilahirkannya) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang saleh.” (QS As-Saffat: 112)

وَبٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلٰٓى اِسْحٰقَۗ وَمِنْ ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَّظَالِمٌ لِّنَفْسِهٖ مُبِيْنٌ ࣖ

Artinya: “Kami melimpahkan keberkahan kepadanya dan Ishaq. Sebagian keturunan keduanya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang terang-terangan berbuat zalim terhadap dirinya sendiri.” (QS As-Saffat: 113)

Kisah Kelahiran Nabi Ishaq

Nabi Ishaq AS lahir di Kota Kan’an pada 1761 SM. Nabi Ishaq AS lahir 14 tahun setelah Nabi Ismail AS.

Kabar gembira kelahiran Nabi Ishaq AS disampaikan malaikat kepada Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah. Ketika itu, para malaikat mampir menemui Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah sebelum menuju kaum Nabi Luth AS. Mereka hendak menghancurkan kaum Nabi Luth AS karena kekafiran dan kejahatan yang telah mereka lakukan. Kisah ini diceritakan pada Al-Qur’an surah Hud ayat 69-73.

Dikisahkan bahwa malaikat yang datang menyampaikan kabar baik ke Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah adalah Jibril, Mikail, dan Israfil. Mereka memperkenalkan diri kepada Nabi Ibrahim AS sembari menceritakan kezaliman kaum Nabi Luth AS.

Berikutnya, mereka juga menyampaikan kepada Nabi Ibrahim AS dan Siti Sarah bahwa keduanya akan dikaruniai anak. Terkejut, Siti Sarah berkata,

“Sungguh mengherankan! Mungkinkah aku akan melahirkan (anak) padahal aku sudah tua dan suamiku ini sudah renta? Sesungguhnya ini benar-benar sesuatu yang ajaib.” (QS Hud: 72)

Malaikat pun menjawab, “Apakah engkau merasa heran dengan ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat dan berkah Allah (yang) dicurahkan kepada kamu, wahai ahlulbait! Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (QS Hud: 73)

Sosok Nabi Ishaq dan Kisah Kehidupannya

Dinukil dari buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul karya Ahmad Fatih, setelah diangkat menjadi nabi, Nabi Ishaq AS meneruskan dakwah Nabi Ibrahim AS di tanah Palestina. Beliau menyerukan kepada mereka untuk mengesakan Allah SWT, mendirikan salat, menunaikan zakat, dan mengerjakan kebajikan sesuai ajaran Islam.

Nabi Ishaq AS menikah dengan wanita asal Irak bernama Rifqah pada usia 40 tahun. Ternyata, Rifqah memiliki kondisi mandul sehingga mereka tidak dikaruniai anak dalam waktu yang lama.

Akan tetapi, Nabi Ishaq AS dan Rifqah tidak pernah menyerah untuk berdoa kepada Allah SWT. Akhirnya, dengan kebesaran dan kekuasaan Allah SWT, Nabi Ishaq AS dan Rifqah dikaruniai bayi laki-laki kembar. Kala itu, Nabi Ishaq AS berusia 60 tahun.

Bayi laki-laki kembar tersebut diberi nama Aishu dan Ya’qub. Kelak, Ya’qub akan meneruskan jalan ayah dan kakeknya menjadi seorang nabi. Kelahiran Ya’qub juga diceritakan dalam Al-Qur’an surah Al-Anbiya ayat 72.

وَوَهَبْنَا لَهٗٓ اِسْحٰقَ وَيَعْقُوْبَ نَافِلَةً ۗوَكُلًّا جَعَلْنَا صٰلِحِيْنَ

Artinya: “Kami juga menganugerahkan kepadanya (Ibrahim) Ishaq (anak) dan sebagai tambahan (Kami anugerahkan pula) Ya’qub (cucu). Masing-masing Kami jadikan orang yang saleh.”

Nabi Ishaq AS meninggal di usia 180 tahun dan dimakamkan di Gua Makhpela.

Wallahu a’lam.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Ishaq AS, Sosok Mulia dan Lemah Lembut dalam Berdakwah



Jakarta

Nabi Ishaq AS adalah satu dari 25 nabi dan rasul yang kisahnya tercantum dalam Al-Qur’an. Ia merupakan anak dari Nabi Ibrahim AS dan saudara dari Nabi Ismail AS.

Menukil dari Qashashul Anbiya karya Ibnu Katsir yang diterjemahkan Umar Mujtahid dkk, Ishaq AS lahir ketika Nabi Ibrahim AS berusia 100 tahun. Usianya terpaut 14 tahun dengan saudaranya, Ismail AS.

Ibu dari Nabi Ishaq AS adalah Siti Sarah yang kala itu berusia 90 tahun. Ia sangat gembira diberi kabar kelahiran Ishaq AS pada usianya yang telah senja.


Allah SWT berfirman dalam surah Ash-Shaffat ayat 112-113,

وَبَشَّرْنَٰهُ بِإِسْحَٰقَ نَبِيًّا مِّنَ ٱلصَّٰلِحِينَ وَبَٰرَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَىٰٓ إِسْحَٰقَ ۚ وَمِن ذُرِّيَّتِهِمَا مُحْسِنٌ وَظَالِمٌ لِّنَفْسِهِۦ مُبِينٌ

Artinya: “Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq seorang nabi yang termasuk orang-orang yang saleh. Kami limpahkan keberkatan atasnya dan atas Ishaq. Dan diantara anak cucunya ada yang berbuat baik dan ada (pula) yang Zalim terhadap dirinya sendiri dengan nyata.”

Dikisahkan dalam Al-Aabaa wal Abnaa fil Qur’anil Karim karya Adil Musthafa Abdul Halim yang diterjemahkan Abdul Hayyie al-Kattani dan Fithriah Wardie, kelahiran Nabi Ishaq AS sudah disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Siti Sarah dari jauh-jauh hari. Meski sebelumnya Siti Sarah sebelumnya dinyatakan mandul dan tidak dapat melahirkan seorang anak, atas kuasa Allah SWT ia dan Nabi Ibrahim AS dianugerahi Ishaq AS pada usianya yang sudah renta.

Sewaktu kecil, Nabi Ishaq AS sudah menunjukkan ciri kenabian. Akhlaknya sangat mulia dan gemar membantu orang-orang yang tidak mampu di sekitarnya.

Ishaq AS tumbuh menjadi lelaki jujur dan bertanggung jawab. Beliau juga membantu Ibrahim AS berdagang serta berdakwah ke negeri Syam.

Ketika berdakwah, Nabi Ishaq AS menyampaikannya dengan lemah lembut. Ia juga dikenal pandai memikat hati orang, bersikap ramah dan ajaran yang disampaikan terasa manfaatnya.

Menginjak usia dewasa, Nabi Ishaq AS menikah dengan wanita bernama Rifqah. 10 tahun usia pernikahan, mereka dianugerahi dua orang anak yaitu Aishu dan Ya’qub.

Sebagaimana diketahui, Ya’qub AS merupakan seorang nabi yang kelak berdakwah menyebarkan ajaran tauhid.

Nabi Ishaq AS wafat pada usia 180 tahun di Hebron, Palestina. Jenazah Ishaq AS dimakamkan bersama Nabi Ibrahim AS. Ya’qub AS dan Aishu-lah yang memakamkan jenazah Nabi Ishaq AS.

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com