Tag Archives: nabi khidir

Bacaan Ayat Seribu Dinar Latin untuk Datangkan Rezeki



Jakarta

Al-Qur’an memiliki ayat-ayat yang mengandung berbagai macam doa, salah satunya adalah ayat seribu dinar. Berikut bacaan ayat seribu dinar latin dan keutamaan membacanya.

Merujuk buku Shalat Dhuha Untuk Wanita: Disertai Do’a-do’a Pemanggil Rezeki karya Zakiyah Ahmad, ayat seribu dinar adalah ayat yang apabila diamalkan secara khusus bisa mendatangkan rezeki yang tidak diduga sebelumnya.

Oleh karena itu, ayat seribu dinar juga disebut dengan amalan kekayaan untuk memperoleh rezeki di dalam Islam. Ayat tersebut terdapat dalam Al-Qur’an penggalan surah at-Talaq ayat 2 dan ayat 3.


Bacaan Ayat Seribu Dinar Latin dan Artinya

وَمَنْ يَّتَّقِ اللّٰهَ يَجْعَلْ لَّهٗ مَخْرَجًا ۙ ٢ وَّيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُۗ وَمَنْ يَّتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ فَهُوَ حَسْبُهٗ ۗاِنَّ اللّٰهَ بَالِغُ اَمْرِهٖۗ قَدْ جَعَلَ اللّٰهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا

Bacaan latin: wa may yattaqillāha yaj’al lahụ makhrajā wa yarzuq-hu min ḥaiṡu lā yaḥtasib, wa may yatawakkal ‘alallāhi fa huwa ḥasbuh, innallāha bāligu amrih, qad ja’alallāhu likulli syai`ing qadrā

Artinya: “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga. Siapa yang bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)-nya. Sesungguhnya Allahlah yang menuntaskan urusan-Nya. Sungguh, Allah telah membuat ketentuan bagi setiap sesuatu.” (QS At Talaq: 2-3)

Kisah di Balik Penamaan Ayat Seribu Dinar

Masih di dalam buku yang sama dijelaskan bahwa, kisah tersebut bermula tentang seorang pedagang yang bermimpi didatangi Nabi Khidir AS.

Dalam mimpi itu beliau menyuruh si pedagang agar mengeluarkan sedekah sebesar seribu dinar emas kepada fakir miskin.

Setelah sedekah itu ditunaikan, Nabi Khidir AS kembali datang lewat mimpi untuk mengajarkan ayat-ayat suci kepada pedagang tadi, agar diamalkan setiap hari, supaya ia selamat dari malapetaka.

Setelah mengamalkan sekian lama, ternyata terbukti. Suatu ketika sang pedagang pergi berlayar ke tanah seberang sambil membawa harta kekayaannya. Di tengah laut kapal yang ditumpanginya hancur diterjang badai, dan dialah satu-satunya orang yang selamat.

Ia terdampar di daratan seberang bersama seluruh harta yang dibawanya. Bahkan ada kisah yang menceritakan, di kemudian hari pedagang tadi menjadi raja di tempat di mana ia terdampar.

Dari kisah inilah muncul nama “ayat seribu dinar” yang kita kenal hingga sekarang. Dari kisah ini pula ayat tersebut diyakini memiliki keampuhan. Barang siapa yang mengamalkan ayat seribu dinar, maka akan dikeluarkan dari setiap kesulitan, diberi rezeki dari arah yang tak terduga, dan dicukupkan segala kebutuhannya.

Keutamaan Ayat Seribu Dinar

Taufiq FR dalam buku Tak Henti Engkau Berlari Dikejar Rezeki Amalan-Amalan Dahsyat Sumber Kekayaan dan Kemakmuran, turut menjelaskan mengenai keutamaan ayat seribu dinar.

Menurut Ibnu Katsir, yang dimaksud “Siapa yang bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. dan menganugerahkan kepadanya rezeki dari arah yang tidak dia duga” ini menunjukkan adanya sebuah pemberitahuan yang ditujukan kepada semua umat muslim dunia dalam mencari rezeki.

Sebab, kesalahan pada diri kita terkadang terlalu sibuk mencari rezeki, tetapi tidak tahu di mana letak rezeki tersebut. Pada akhirnya membuat diri kita sendiri merasa letih, lelah, emosi, dan tidak sesuai dengan hasilnya.

Dalam ayat seribu dinar memiliki makna, barang siapa yang bertakwa kepada Allah SWT dengan menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, niscaya Dia akan memberi rezeki dari arah yang tidak pernah terbesit dalam hatinya.

Dalam surah tersebut menjamin secara pasti bahwa seseorang yang mampu berada di jalan Allah SWT, mampu mengamalkan kebaikan dan menjauhi larangan-Nya, maka dia akan mendapatkan rezeki sesuai yang diinginkan.

Allah SWT tidak akan membiarkan hambanya kelaparan, jika selalu masih berada di jalan-Nya.

(kri/kri)



Sumber : www.detik.com

5 Doa Nabi Khidir AS, Memohon Rezeki-Menyembuhkan Orang Sakit


Jakarta

Nabi Khidir AS adalah salah satu nabi utusan Allah SWT. Nama aslinya ialah Balya bin Malkan bin Faligh bin ‘Abir bin Salikh bin Arfakhsad bin Sam bin Nuh Al-Khidir.

Dikatakan dalam buku Nabi Khidir tulisan M Alwi, Nabi Khidir AS dilahirkan di sebuah gua. Ketika bayi, ibunya memberi banyak susu kambing segar setiap hari.

Setelahnya, Nabi Khidir diasuh oleh seorang penggembala dan dididik hingga menginjak usia dewasa. Dirinya tumbuh sebagai sosok yang cerdas, terutama dari segi menulis dan membaca shuhuf, yaitu lembaran yang diturunkan oleh Nabi Ibrahim.


Terkait Nabi Khidir AS, Allah SWT menyebutnya dalam surat Al Kahfi ayat 60-82. Berikut bunyi salah satu ayat yang menyinggung Nabi Khidir.

فَوَجَدَا عَبْدًا مِنْ عِبَادِنَا آتَيْنَاهُ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَعَلَّمْنَاهُ مِنْ لَدُنَّا عِلْمًا

Artinya: “Lalu mereka berdua bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami.” (QS Al Kahfi: 65)

Nabi Khidir mengajarkan banyak doa yang dapat diamalkan oleh kaum muslimin. Apa saja? Berikut bahasannya seperti merujuk pada sumber yang sama dan buku Misteri Nabi Khidir karya Ibnu Hajar Al-Asqalani.

Kumpulan Doa Nabi Khidir AS

1. Doa Nabi Khidir Memohon Rezeki

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَاَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ
اَللَّهُمَّ كَمَا لَطَفْتَ فِى عَظَمَتِكَ دُونَ اللُّطَفَاءِ، وَعَلوْتَ بِعَظَمَتِكَ عَلَى الْعُظَمَاءِ ، وَعَلِمْتَ مَاتَحْتَ أَرْضِكَ كَعِلْمِكَ بِمَا فَوْقَ عَرْشِكَ ، وَكَانَتْ وَسَاوِسُ الصُدُورِ كَاْلعَلاَنِيَّةِ عِنْدَكَ ، وَعَلاَنِيَّةُ اْلقَوْلِ كَالسِّرِ فِى عِلْمِكَ ، وَانْقَادَ كُلُّ شَىْءٍ لِعَظَمَتِكَ ، وَخَضَعَ كُلُّ ذِى سُلْطَانٍ لسُلْطَانِكَ ، وَصَارَ أَمْرُ الدُّنْيَا والْأَخِرَةِ كُلُّهُ بِيَدِكَ، اِجْعَلْ لِى مِنْ كُلِّ هَمٍ أَصْبَحْتُ أَوْ أَمْسَيْتُ فِيهِ فَرَجًا وَمَخْرَجًا، اللَّهُمَّ إِنَّ عَفْوَكَ عَنْ ذُنُوبِى ، وَتَجَاوَزَكَ عَنْ خَطِيئَتىِ ، وَسِتْرَكَ عَلَى قَبِيحِ عَمَلِى ، أَطمِعْني أَنْ أَسْألَكَ مَا لاَ أَسْتَوْجِبُهُ مِنْكَ مِمَّا قَصَّرْتُ فِيهِ ، أَدْعُوكَ اَمِنًا وَأَسْألُكَ مُسْتَأْنِسًا . وَإِنَّكَ الْمُحْسِنُ إِلَىَّ، ، وَأَنَا الْمُسِيئُ إلىَ نَفْسِى فِيِمَا بَيْنِى وَبَيْنِكَ ، تَتَوَدَّدُ إِلىَّ بِنِعْمَتِكَ، وَأَتَبَغَّضُ إلَيْكَ بِالْمعَاصِى، وَلَكِنَّ الثِّقَةَ بِكَ حَمَلَتْنِى علَى الْجَرَاءَةِ عَلَيْكَ، فَعُدْ بِفَضْلِكَ وإحْسَانِكَ عَلَيَّ، إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الَّرَحِيم، وَصَلَّى الله ُعَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمْ

Arab latin: Allahumma Sholli ala Sayyidina Muhammad wa alihi wa shahbihi wa sallim,

Allahumma kamaa lathafta fii ‘azhamatika duunalluthafaa, wa ‘alawta bi’azhamatika alal ‘uzhamaa, wa ‘alimta maa tahta ardhika ka’ilmika bimaa fauqa ‘arsyika, wa kaanat wasaawisusshuduuri kal’alaaniyyati ‘indaka, wa ‘alaaniyyatulqauli kassirri fii ‘ilmika, wanqaada kullu syai-in li ‘azhamatika, wa khadha’a kullu dzi sulthaanin li sulthaanika, wa shaara amruddunya wal aakhirati kulluhu biyadika.

Ij’al lii min kulli hammin ashbahtu aw amsaiytu fiihi farajan wa makhrajaa, Allahumma inna ‘afwaka ‘an dzunuubiy, wa tajaawazaka ‘an khathii’athiy, wa sitraka alaa qabiihi a’maaliy,

athmi’niy an as-aluka maa laa astawjibuhu minka mimma qashhartu fiihi, ad’uuka aaminan, wa as;aluka musta;anisaa.

Wa innakalmuhsinu ilayya, wa analmusii’u ilaa nafsiy fiima bayniy wa bainika, tatawaddadu ilayya bini’matika, wa atabagghadhu ilaika bilma’ashiy, walakinnattsiqata bika hamalatniy ‘alal Jaraa-ati ‘alaika, fa’ud bifadhlika wa ihsaanika ‘alayya. innaka antattawaaburrahiim ,wa shallallahu alaa Sayyidina Muhammadin wa alihi wa shahbihi wa sallam.

Artinya: “Ya Allah, sebagaimana Engkau bersikap lemah lembut dalam keagungan-Mu melebihi segala yang lemah lembut, dan Engkau Maha Tinggi degan keagungan-Mu atas segala yang agung, dan Engkau Maha Mengetahui apa yang ada di dalam buni-Mu sebagaimana Engkau mengetahui apa yang ada di atas ‘arsy-Mu, dan bisikan hati di sisi-Mu sama seperti ucapan terang-terangan, dan ucapan terang-terangan sama di sisi-Mu dengan bisikan hati, dan tunduklah segala sesuatu kepada keagungan-Mu, dan merendahlah segala yang memiliki kekuasaan kepada kekuasaan-Mu, dan jadilah perkara dunia dan akhirat berada di tangan-Mu, jadikanlah bagiku dari segala keluh-kesah yang menimpaku pada sore/pagi hari kelapangan dan jalan keluar darinya.

Ya Allah, sesungguhnya kemaafan-Mu atas dosa-dosaku, dan penghapusan-Mu atas semua kesalahanku, dan penutupan-Mu atas perbuatan burukku, kesemuanya itu mendorongku untuk memohon kepada-Mu apa-apa yang aku tak pantas menerimanya dari apa-apa yang aku teledor padanya, aku memohon kepada-Mu dalam keadaan aman, dan aku meminta kepada-Mu dengan keadaan rasa senang hati, sedangkan Engkau adalah selalu berbuat baik kepadaku, dan aku selalu berbuat jahat terhadap diriku sendiri dalam masalah yang menyangkut hubungan aku dengan Engkau.

Engkau selalu membuatku menyayangi-Mu dengan senantiasa memberi nikmat-Mu kepadaku meskipun Engkau tidak membutuhkan aku, dan aku selalu membuat-Mu murka dengan bermaksiat kepada-Mu, akan tetapi kepercayaanku kepada-Mu membawaku untuk berani (memohon) kepada-Mu, maka jenguklah aku dengan karunia dan kebaikan-Mu kepadaku, dan terimalah taubatku, sesungguhnya Engkau Maha Penerima taubat, lagi Maha Penyayang.”

2. Doa Nabi Khidir Menyembuhkan Orang Sakit

أَقْسَمْتُ عَلَيْكِ أَيَّتُهَا اْلعِلَةُ بِعِزَّةِ عِزَّةِ اللهِ وَبِعَظَمَةِ عَظَمَةِ اللهِ وَبِجَلاَلِ جَلَالِ اللهِ وَبِقُدْرَةِ قُدْرَةِ اللهِ وَبِسُلْطَانِ سُلْطَانِ اللهِ وَبِلاَ إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَبِمَا جَرَى بِهِ اْلقَلَمُ مِنْ عِنْدِ اللهِ وَبِلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ إِلاَّ انْصَرَفْتِ

Arab latin: Aqsamtu ‘alaiki ayyatuhal ‘illatu bi’izzati ‘izzatillaah, wa bi’azhomati azhomatillaah, wa bijalaali jalaalillaah, wa biqudroti qudrotillaah, wa bisulthooni sulthoonillaah, wa bilaa ilaaha illaah, wa bimaa jaroo bihil qolamu min ‘indillaah, wa bilaa hawla walaa quwwata illaa billaah, illanshorofti

Artinya: “Aku bersumpah, wahai penyakit, dengan kemulian kemulian Allah, dengan kebesaran kebesaran Allah, dengan keagungan keagungan Allah, dengan kekuasaan kekuasaan Allah, dengan kerajaan kerajaan Allah, dengan kalimat ‘Laa ilaaha illaah’, dan apa yang ditulis oleh Al-Qalam di sisi Allah, juga dengan kalimat ‘Laa hawla walaa quwwata illaa billaah’, kecuali kamu pergi.”

3. Doa Nabi Khidir agar Disayangi Banyak Orang

بسم الله الرحمن الرحيم
اللّهمّ صَلِّ على سيِّدنا محمد وآله وصحبه وسَلِّمْ
اللّهُمَّ كَمَا لَطَفْتَ فِي عَظَمَتِكَ دُوْنَ الُّلطَفَاءِ وَعَلَوْتَ بِعَظَمَتِكَ عَلَى الْعُظَمَاءِ وَعَلِمْتَ مَا تَحْتَ أَرْضِكَ كَعِلْمِكَ بِمَا فَوْقَ عَرْشِكَ وَكَانَتْ وَسَاوِسُ الصُّدُوْرِ كَالْعَلانِيَةِ عِنْدَكَ وَعَلانِيَةُ الْقَوْلِ كَالسِّرِّ فِي عِلْمِكَ وَانْقَادَ كُلُّ شَيْءٍ لِّعَظَمَتِكَ وَخَضَعَ كُلُّ ذِي سُلْطَانٍ لِّسُلْطَانِكَ وَصَارَ أمْرُ الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ كُلُّهُ بِيَدِكَ. اِجْعَلْ لِي مِنْ كُلِّ هَمٍّ أَصْبَحْتُ وَ أَمْسَيْتُ فِيْهِ فَرَجًا وَّمَخْرَجًا. اللّهمّ إنَّ عَفْوَكَ عَنْ ذُنُوْبِي وَتَجَاوُزَكَ عَنْ خَطِيْئَتِي وَسَتْرَكَ عَلَى قَبِيْحِ عَمَلِي أَطْمَعَنِي أنْ أسْأَلَكَ مَالاَ أسْتَوْجِبُهُ مِمَّا قَصَّرْتُ فِيْهِ أَدْعُوْكَ آمِناً وَأسْأَلُكَ مُسْتَأْنِسًا وَإنَّكَ الْمُحْسِنُ إِلَىَّ وَأَنَا الْمُسِيْءُ إلىَ نَفْسِي فِيْمَا بَيْنِي وَبَيْنَكَ تَتَوَدَّدُ إِلَيَّ بِنِعْمَتِكَ وَأَتَبَغَّضُ إلَيْكَ بِاْلـمَعَاصِي وَلَكِنِ الثِّقَةُ بِكَ حَمَلَتْنِي عَلَى الْجَرَأَةِ عَلَيْكَ فَجدْ بِفَضْلِكَ وَإِحْسَانِكَ عَلَيَّ إنَّكَ أنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ وصلى الله على سيدنا محمد وآله وصحبه وسلم

Arab latin: Bismillahir-Rahmanir-Rahim, Allahumma Sallī alā Sayyidinā Muhammad wa ālihi wa sahbihi wa sallim.

Allahumma kamā latafta fī ‘adamatika dūna al-lutafā’i, wa ‘alawta bi-‘adamatika alā al-‘udamāi, wa ‘alimta mā tahta ardika ka-`ilmika bimā fauqa ‘arsyika, wa kānat wasāwisu al-sudūri ka-al-‘alāniyyati ‘indaka, wa ‘alā niyyati al-qauli ka-al-sirri fī ilmika, wanqāda kullu syay’in li ‘azamatika, wa khada’a kullu dzī sultānin li sultānika, wa shāra amru al-dunyā wa al-ākhirati kulluhu biyadika. Ij’al lī min kulli hammin asbahtu wa amsaytu fīhi farajan wa makhrajā. Allahumma inna ‘afawaka ‘an dzunūbiy, wa tajāwazaka ‘an khathī’athiy, wa sitraka alā qabīhi a’māliy, atmi’niy ‘an as’aluka mā lā astawjibuhu minka mimma qashshartu fīhi, ad’ūka āminan, wa as’aluka musta’anisā. Wa innaka al-muhsinu ilayya, wa ana al-musī’u ilā nafsiy fīmā bayniy wa baynaka, atawaddadū ilayya bi-ni’matika, wa atabagghadu ilaika bilma’ashiy, walakinna al-tsiqata bika hamalatnī alā al-jarā’ati ‘alayka, fa’ud bifadlika wa ihsānika alayya innaka anta al-tawwābu al-rahīm ,wa salallahu alā Sayyidinā Muhammadin wa ālihi wa sahbihi wa sallim.

Artinya: “Wahai Allah, sebagaimana engkau telah berlaku lembut dalam keagungan-Mu melebih segenap kelembutan, dan engkau maha luhur dan keagungan-Mu melebihi semua keagungan, engkau maha mengetahui terhadapa apa apa yg terjadi di Bumi sebagaimana engkau maha mengetahui apa apa yg terjadi Arsy-Mu, dan semua yang telah terpendam merisaukan hati adalah jelas terlihat di hadapan-Mu, dan segala yg terang-terangan diucapkan adalah rahasia yang terpendam dalam Pengetahuan-Mu, dan patuhlah segala sesuatu pada Keagungan-Mu, dan tunduk segala penguasa di bawah Kekuasaan-Mu, maka jadilah segenap permasalahan dunia dan akhirat dalam Genggaman-Mu.

Jadikanlah segala permasalahanku dan kesulitanku segera terselesaikan dan termudahkan pada pagiku atau soreku ini. Wahai Allah aku memohon maaf-Mu atas dosa-dosaku, dan kumohon pengampunan-Mu atas kesalahan-kesalahanku, dan kumohon tabir penutup-Mu dari keburukan amal amalku, berilah aku dan puaskan aku dari permohonanku yang sebenarnya tidak pantas diberikan pada-Ku karena kehinaanku, kumohon pada-Mu keamanan, dan kumohon pada-Mu kedamaian bersama-Mu, sungguh Engkau selalu berbuat baik padaku, sedangkan aku selalu berbuat buruk terhadap diriku atas hubunganku dengan-Mu. Engkau ulurkan cinta kasih sayang lembut-Mu padaku dengan kenikmatan-kenikmatan-Mu, sedangkan aku selalu memancing kemurkaan-Mu dengan perbuatan dosa, namun kuatnya kepercayaanku pada-Mu membawaku untuk memberanikan diri lancang memohon pada-Mu, maka perbaikilah dengan anugrah-Mu dan kebaikan-Mu padaku.

Sungguh engkau maha menerima seluruh hamba yang menyesal dan Engkau Maha Berkasih Sayang. Dan sholawat serta salam atas Sayyidina Muhammad serta keluarga dan limpahan salam, dan segala puji bagi Allah Pemilik Alam semesta.”

4. Doa Nabi Khidir agar Dikabulkan Segala Hajat

بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَسُوْقُ الْخَيْرَ إلَّا اللهِ بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَصْرِفُ السُّوْءَ إلَّا اللهُ بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ مَا كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

Arab latin: Bismillahi ma shaallah la yasuqul khoiro illallah, bismillahi ma shaallah la yashrifus su’a illallah, bismillah ma shaallah ma kana min ni’matin fa minallah, bismilla ma shaallah la hawla wala quwwata illa billahil ‘aliyyil adzim.

Artinya: “Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang mendatangkan kebaikan kecuali Allah. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada yang menyingkirkan keburukan kecuali Allah. Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tidak ada kenikmatan melainkan dari Allah.

Dengan nama Allah yang segala sesuatu terjadi dengan kehendak-Nya, tiada daya untuk berbuat kebaikan kecuali dengan pertolongan Allah dan tiada kekuatan untuk menghindari dari perbuatan maksiat kecuali dengan perlindungan Allah yang maha tinggi dan maha agung.”

5. Doa Nabi Khidir Memohon Ampunan dari Segala Dosa

Imam Al Ghazali melalui Ihya Ulumuddin menyebut terkait doa atau istighfar Nabi Khidir memohon ampunan dari segala dosa, berikut bunyinya.

اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَغْفِرُكَ لِمَا تُبْتُ إِلَيْكَ مِنْهُ ثُمَّ عُدْتُ فِيهِ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا أَعْطَيْتُكَ مِنْ نَفْسِي ثُمَّ لَمْ أُوَفِّ لَكَ بِهِ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِلنِّعَمِ الَّتِي أَنْعَمْتُ بِهَا عَلَيَّ فَأَتَقَوَّيْتُ بِهَا عَلَى مَعَاصِيكَ وَأَسْتَغْفِرُكَ لِكُلِّ خَيْرٍ أَرَدْتُ بِهِ وَجْهَكَ فَخَالِطْنِى فِيهِ مَا لَيْسَ لَكَ.

Arab latin: Allahuma inny astagfiruka lima tubtu ilaika minhu tsuma ‘udtu fihi wa astaghfiruka lima a’toytuka min nafsiy tsuma kan aufi kama bihi wa astaghfiruka lina’ami alatiy an’amtu biha ‘alayya fa taqowwaytu biha ‘ala ma’aashyka wa astaghfiruka likulli Khoiron aridtu bihi wajhaka fakholidzoniy fiyhi maa laysa laka.

Artinya: “Ya Allah, sungguh aku meminta ampun kepada-Mu dari setiap dosa yang aku telah bertobat dari dosa tersebut, kemudian aku kembali kepada dosa itu. Aku meminta ampun kepada-Mu dari setiap sesuatu yang aku telah berikan kepada-Mu dari diriku, kemudian aku tidak memenuhi janji tersebut bagi-Mu. Aku meminta ampun dari setiap kenikmatan yang telah Engkau berikan kepadaku, kemudian ku pergunakan untuk berbuat maksiat kepada-Mu. Aku meminta ampun kepada-Mu dari setiap kebaikan yang aku inginkan keridhaan-Mu, kemudian telah mencampuri amal tersebut selain keridhoan-Mu.”

Demikian kumpulan doa Nabi Khidir AS yang bisa diamalkan. Semoga bermanfaat.

(aeb/nwk)



Sumber : www.detik.com

Pertemuan Nabi Musa dan Nabi Khidir, Ada Pelajaran di Balik Kisahnya


Jakarta

Nabi dan Rasul adalah para utusan Allah SWT untuk menyebarkan ajaran Islam. Jumlah mereka ada 25 dan memiliki kisahnya tersendiri.

Di antara 25 para Nabi, kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir memiliki cerita tersendiri. Berikut kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir.

Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir

Dirangkum dari buku Kisah Para Nabi karya Ibnu Katsir, nama lengkap Nabi Musa AS yaitu Musa bin Qahits bin Azir bin Lawi bin Ya’qub bin Ishaq bin Ibrahim. Nabi Musa AS lahir dari kalangan Bani Israil. Ketika beliau lahir, Bani Israil dikuasai oleh raja yang sangat zalim dan kejam yang bernama Raja Fir’aun.


Setelah Nabi Musa AS dan kaum Bani Israil selamat dari Fir’aun, Nabi Musa AS berpidato di hadapan mereka. Nabi Musa AS mengingatkan mereka atas nikmat-nikmat Allah SWT yang telah menyelamatkan dari kejaran Fir’aun, ungkap Mahmud asy-Syafrowi dalam buku Khidir As Nabi Misterius, Penguasa Samudra yang Berjalan Secepat Kilat.

Nabi Musa AS berrpidato dengan sangat fasih dan semangat. Beliau berkata, “Sungguh Allah telah berdialog langsung dengan nabi kalian, Dia telah memilihku untuk Diri-Nya, dan Dia telah menjadikanku sebagai kekasih-Nya. Allah telah memberi kalian apa yang kalian minta. Maka, nabi kalian adalah manusia yang paling utama di muka bumi, sedangkan kalian semua telah membaca kitab Taurat.”

Setelah selesai berpidato dan beranjak pergi, Nabi Musa AS diikuti oleh seorang lelaki dari umatnya. Lelaki itu bertanya, “Wahai Nabi Allah, sungguh kami telah mengetahui apa yang telah engkau katakan. Lalu, adakah di muka bumi ini orang yang kiranya lebih alim dan lebih berpengetahuan dibandingkan dengan dirimu?”

Nabi Musa AS menjawab, “Tidak. Tak ada seorang yang lebih mengetahui Allah dan perintah-Nya daripadaku.” Beliau bergumam dalam hatinya dan menunjukkan kesombongan.

Nabi Musa AS juga tidak mengembalikan ilmu itu kepada Allah SWT. Hal tersebut mendapat celaan dari Allah SWT. Untuk menegur, menyadarkan, dan menunjukkan kelemahan Nabi Musa AS, Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS agar berguru pada seorang hamba yang telah diberi rahmat oleh Allah SWT.

Nabi Musa AS bertanya kepada Allah SWT dimana dia dapat menemui hamba tersebut. Allah SWT memberikan wahyu padanya, “Pergilah ke lautan, bawalah serta seekor ikan yang telah mati di dalam sebuah keranjang selama masa pencarianmu, dan ketahuilah di mana kamu mendapati ikan itu tidak ada dalam keranjang. Di situlah tempat bertemunya dua lautan (majma’al bahrain), dan di situ pula tempat hamba yang saleh dan alim itu berada.”

Dalam buku Menguak Misteri Nabi Khidir karya Muhyiddin Abdul Hamid, Nabi Musa AS kemudian berangkat bersama muridnya mencari tempat yang ditunjukkan oleh Allah SWT kepadanya. Setelah lama mencari, mereka heran karena ikan yang dibawa telah melepaskan diri. Kemudian Nabi Musa AS bertemu dengan Nabi Khidir AS ketika ia berhenti di sebuah batu besar.

Nabi Musa AS menyampaikan maksud tujuannya bertemu dengan Nabi Khidir AS. Kemudian Nabi Khidir mengatakan, “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu.” (QS Al Kahfi ayat 67-68)

Nabi Musa AS pun menjawabnya bahwa ia akan sabar. Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan menelusuri pantai dan menumpang sebuah bahtera.

Ketika mereka di bahtera tersebut, Nabi Musa AS heran karena Nabi Khidir AS mencabut sebagian papan bahtera. Padahal mereka menumpang secara cuma-cuma. Kemudian Nabi Khidir berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.”

Kemudian, mereka keluar dari bahtera dan berjalan di tepi pantai. Nabi Khidir AS melihat seorang anak laki-laki yang sedang bermain bersama anak-anak yang lain. Nabi Khidir AS kemudian memegang dan melepaskan kepala anak kecil itu hingga ia mati.

Nabi Musa AS kembali bertanya mengapa Nabi Khidir AS membunuh jiwa yang bersih. Nabi Khidir AS berkata, “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku.”

Nabi Musa AS berkata, “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur kepadaku.” Kemudian Nabi Musa AS dan Nabi Khidir AS berjalan hingga sampai di sebuah negeri.

Mereka minta dijamu oleh penduduk negeri tersebut, namun penduduk tersebut tidak ingin menjamu mereka. Melihat dinding rumah yang hampir roboh, Nabi Khidir AS menegakan dinding itu.

Nabi Musa AS berkata, “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu.” Nabi Khidir AS berkata, “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu. Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.”

Al-Hasan Al-Bashry berkata, “Sesungguhnya harta yang tersimpan di bawah dinding tersebut (yang terdapat pada kisah Khidir) adalah berupa papan yang terbuat dair emas dan terdapat tulisan ‘Bismillahirrahmaanirrahiim’. Aku heran terhadap orang yang beriman dengan qadar, mengapa ia merasa sedih? Dan aku juga heran terhadap orang yang beriman dengan adanya kematian, mengapa merasa bangga? Dan aku merasa heran terhadap orang yang mengenal dunia dan perubahan apa yang di atasnya, bagaimana ia merasa tenang dengan dunia tersebut? Tidak ada Tuhan yang patut disembah melainkan Allah dan Muhammad adalah Rasul Allah.”

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Wasiat Nabi Khidir kepada Nabi Musa Jelang Perpisahannya


Jakarta

Nabi Musa AS dikisahkan pernah bertemu Nabi Khidir AS dalam suatu perjalanan spiritualnya. Dalam perjumpaan itu, Nabi Khidir AS memberikan wasiat kepada Nabi Musa AS.

Nabi Khidir AS tidak termasuk dalam 25 nabi dan rasul yang wajib diketahui umat Islam. Meski demikian, ada ayat Al-Qur’an yang menjelaskan tentang kisah pertemuannya dengan Nabi Musa AS dan ini diperjelas dalam sejumlah hadits.

Kisah tersebut turut diceritakan Imam Ibnu Katsir dalam kitab Qashash al-Anbiyaa yang diterjemahkan Umar Mujtahid. Dikatakan, Nabi Khidir AS berwasiat kepada Nabi Musa AS setelah mengatakan,


قَالَ هٰذَا فِرَاقُ بَيْنِيْ وَبَيْنِكَۚ سَاُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيْلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَّلَيْهِ صَبْرًا ٧٨

Artinya: “Dia berkata, “Inilah (waktu) perpisahan antara aku dan engkau. Aku akan memberitahukan kepadamu makna sesuatu yang engkau tidak mampu bersabar terhadapnya.” (QS Al Kahfi: 78)

Saat Nabi Musa AS hendak berpisah dengan Nabi Khidir AS, ia berkata, “Beri aku wasiat.” Kemudian, Nabi Khidir AS memberikan wasiat kepadanya dengan berkata, “Jadilah orang yang berguna, dan jangan menjadi orang yang membahayakan, cerialah selalu dan jangan suka marah, tinggalkan gelombang dan jangan menempuh perjalanan yang tidak diperlukan.”

Ibnu Katsir menyandarkan hal ini dengan riwayat Al Baihaqi dari Abu Abdullah Al-Malathi. Dalam riwayat lain dikatakan, Nabi Khidir AS menambah nasihatnya dengan mengatakan, “Dan jangan marah, kecuali saat merasa kagum.”

Wahab bin Munabbih turut meriwayatkan bahwa Nabi Khidir AS berkata, “Wahai Musa! Di dunia, manusia disiksa sebatas pikiran mereka terhadap dunia.”

Adapun, Bisyr bin Harits Al Hafi mengatakan saat Nabi Musa AS meminta nasihat kepada Nabi Khidir AS, Nabi Khidir AS pun menasihati, “Semoga Allah memberikan kemudahan padamu untuk taat pada-Nya.”

Kisah Pertemuan Nabi Musa dengan Nabi Khidir

Rasulullah SAW pernah menceritakan kisah pertemuan Nabi Musa AS dengan Nabi Khidir AS. Beliau bersabda,

“Saudaraku, Musa, berdoa, ‘Ya Rabb!’ Musa menyebutkan doa yang dimaksud, kemudian ia dihampiri Khidir, ia masih muda, harum aromanya, putih bajunya, dan lengannya dilipat. Khidir kemudian mengucapkan, ‘Assalaamu ‘alaika wa rahmatullah, wahai Musa bin Imran. Rabb-mu titip salam untukmu.’

Musa menjawab, ‘Huwas Saalam wa ilahis salaam (Ia Maha Pemberi keselamatan dan kepada-Nya juga keselamatan kembali), segala puji hanya bagi Allah, Rabb semesta alam, yang nikmat-nikmat-Nya tiada mampu kuhitung, dan tiada mampu aku mensyukurinya tanpa pertolongan-Nya’.”

Rasulullah SAW melanjutkan ceritanya bahwa setelah itu Nabi Musa AS meminta nasihat kepada Nabi Khidir AS. Nabi Khidir AS pun memberikan nasihat tentang bagaimana semestinya manusia menjalani kehidupan di dunia.

Berikut penggalan nasihatnya,

Wahai penuntut ilmu! Orang yang berkata itu lebih sedikit merasa bosan daripada orang yang mendengar. Karenanya, janganlah engkau membuat teman-temanmu merasa bosan kala kau berbicara pada mereka. Ketahuilah! Hatimu adalah wadah, maka perhatikan isi yang kau masukkan dalam wadahmu itu. Jauhilah dunia dan lemparkan jauh ke belakangmu, karena dunia bukan tempat menetap bagimu, dunia hanya tempat untuk mencari rezeki sekedarnya, tempat mencari bekal untuk hari kiamat, relakan dirimu untuk bersabar, dan lepaskan diri dari dosa!

Kisah tersebut termuat dalam hadits marfu’ yang diriwayatkan Ibnu Asakir dari jalur Zakariya bin Yahya Al Waqqad. Sayangnya, kata Ibnu Katsir, Zakariya bin Yahya Al Waqqad termasuk salah seorang pendusta besar.

Wallahu a’lam.

(kri/lus)



Sumber : www.detik.com