Tag Archives: Nabi Muhammad SAW

Asal Usul Keluarga Nabi Muhammad SAW dari Sisi Ayah dan Ibu


Jakarta

Nabi Muhammad SAW adalah manusia paling mulia yang pernah hidup di muka bumi. Kemuliaan beliau bukan hanya karena kenabiannya, tetapi juga karena asal-usul keluarganya yang terjaga dari hal-hal tercela. Beliau berasal dari keturunan yang suci, terhormat, dan dihormati oleh masyarakat Arab pada zamannya.

Dari garis ayah maupun ibu, Nabi Muhammad SAW merupakan keturunan dari suku Quraisy yang dikenal sebagai suku paling mulia di Makkah.


Garis Keturunan dari Sisi Ayah

Dirangkum dari buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya karya Abdurrahman bin Abdul Karim, Nabi Muhammad SAW lahir dari kalangan suku Quraisy. Suku Quraisy terbagi menjadi beberapa klan utama, salah satu klannya adalah yang menurukan Nabi Muhammad SAW, yaitu Bani Hasyim.

Bani Hasyim didirikan oleh Hasyim bin Abdul Manaf, ia adalah buyut dari Nabi Muhammad SAW dan Ali bin Abi Thalib. Berikut silsilah Nabi Muhammad SAW dari garis ayahnya:

1. Abdullah bin Abdul Muthalib

Ayah Nabi Muhammad SAW adalah Abdullah bin Abdul Muthalib, seorang pemuda Quraisy yang terkenal karena akhlaknya, ketampanannya, dan kehormatannya. Abdullah adalah putra dari Abdul Muthalib bin Hasyim, pemimpin Quraisy yang sangat dihormati karena kebijaksanaan dan keturunannya yang mulia.

Abdullah meninggal dunia saat Nabi Muhammad SAW masih berada dalam kandungan ibunya. Beliau wafat di Madinah ketika dalam perjalanan dagang, dan dimakamkan di sana.

2. Abdul Muthalib bin Hasyim

Kakek Nabi dari pihak ayah adalah Abdul Muthalib bin Hasyim, seorang pemimpin Quraisy yang memiliki pengaruh besar di Makkah. Ia dikenal karena peristiwa penggalian kembali sumur zamzam yang sempat hilang dan karena usahanya mempertahankan Ka’bah dari serangan pasukan bergajah yang dipimpin oleh Abrahah (Peristiwa Tahun Gajah).

3. Hasyim bin Abdi Manaf

Buyut Nabi dari jalur ayah adalah Hasyim bin Abdi Manaf, pendiri kabilah Bani Hasyim. Ia adalah sosok yang pertama kali memulai kebiasaan dua kali perjalanan dagang Quraisy ke Syam dan Yaman.

Hasyim dikenal dermawan dan memiliki kepedulian tinggi terhadap orang miskin dan musafir. Nama aslinya adalah ‘Amr, namun dikenal sebagai Hasyim karena kebiasaannya menghancurkan roti untuk dibuat tsarid (roti yang dicampur kuah) bagi tamu dan orang miskin.

4. Abdi Manaf bin Qushay

Abdi Manaf adalah ayah dari Hasyim. Ia dikenal sebagai tokoh terkemuka di kalangan Quraisy dan memiliki reputasi tinggi karena kepemimpinannya. Keluarga Abdi Manaf memegang peranan penting dalam urusan Ka’bah dan masyarakat Makkah.

5. Qushay bin Kilab

Qushay bin Kilab adalah nenek moyang penting dalam silsilah Nabi Muhammad SAW. Ia berhasil menyatukan suku-suku Quraisy dan menempatkan mereka di Makkah. Ia juga yang mengambil alih pengelolaan Ka’bah dan mendirikan institusi-institusi penting, seperti Darun Nadwah, tempat musyawarah Quraisy.

Jika dilacak lebih jauh, nasab Nabi dari jalur ayah bersambung hingga ke Nabi Ismail AS, putra Nabi Ibrahim AS, sebagai berikut:

Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luay bin Ghalib bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’d bin Adnan.

Adnan bin Adad bin Humaisa bin Salaaman bin Iwadh bin Buuz bin Qimwal bin Abi Awwam bin Naasyid bin Hiza bin Buldas bin Yadhaf bin Thabiikh bin Jaahim bin Naahisy bin Maakhi bin Iid bin Abqor bin Ubaid bin Addi’a bin Hamdaan bin Sunbur bin Yatsribi bin Yahzan bin Yalhan bin Arawi bin Iid bin Disyaan bin ‘Aishar bin Afnaad bin Ayhaam bin Miqshar bin Naahits bin Zaarih bin Sumay bin Mizzi bin Uudah bin Uram bin Qoidzar bin Ismail AS bin Ibrahim AS.

Adnan diyakini sebagai keturunan dari Nabi Ismail AS, meskipun nasab yang pasti antara Adnan dan Ismail tidak diketahui secara rinci.

Garis Keturunan dari Sisi Ibu

Masih merujuk sumber yang sama, nasab (silsilah) Nabi Muhammad SAW dari pihak ibu adalah Muhammad bin Aminah, binti Wahbin, bin Abdi Manaf, bin Zihrah, bin Kilab, bin Murrah, bin Ka’ab, bin Luayyi, bin Ghalib, bin Fihr, bin Malik, bin Nadhar, bin Kinanah, bin Khuzaimah, bin Mudrikah, bin Ilyas, bin Mudhar,bin Nizar bin Ma’ad, bin Adnan.

Berdasarkan silsilah ini, jelaslah bahwa Nabi Muhammad SAW dari pihak ibu dan ayahnya bertemu pada nenek yang kelima dari pihak ayah, yaitu Kilab bin Murrah. Kilab memiliki dua orang anak laki-laki, masing-masing bernama Qushayyi dan Zurah. Qushayyi itu yang menurukan Abdullah dan Zuhrah yang menurunkan Aminah.

Berikut silsilah Nabi Muhammad SAW dari pihak ibu:

1. Aminah binti Wahab

Ibu Nabi Muhammad SAW adalah Aminah binti Wahab bin Abdi Manaf bin Zuhrah, seorang wanita terhormat dari Bani Zuhrah. Ia dikenal sebagai wanita yang lembut, santun, dan cerdas. Aminah wafat ketika Nabi masih kecil, dalam perjalanan pulang dari Madinah ke Makkah, dan dimakamkan di Abwa’.

2. Wahab bin Abdi Manaf

Kakek Nabi dari pihak ibu adalah Wahab bin Abdi Manaf, seorang tokoh terhormat dari suku Quraisy, khususnya dari kabilah Bani Zuhrah. Ia termasuk orang yang terpandang di masyarakat Makkah.

3. Abdi Manaf bin Zuhrah

Abdi Manaf adalah pendiri kabilah Bani Zuhrah. Ia termasuk dalam keturunan Quraisy dan merupakan tokoh yang dikenal karena kehormatannya di kalangan masyarakat.

Garis keturunan dari sisi ibu Nabi juga bersambung kepada Fihr bin Malik (Quraisy), sama seperti garis ayah, sehingga Nabi Muhammad SAW adalah Quraisy dari dua jalur.

Garis keturunan Nabi Muhammad SAW dari sisi ayah maupun ibu adalah garis yang mulia dan terhormat. Dari pihak ayah, beliau berasal dari Bani Hasyim, yang merupakan cabang Quraisy paling terkemuka. Dari pihak ibu, beliau berasal dari Bani Zuhrah, yang juga bagian dari suku Quraisy.

Nabi Muhammad SAW bukan hanya dimuliakan karena kenabiannya, tetapi juga karena beliau berasal dari keturunan yang suci, yang telah disiapkan oleh Allah SWT untuk membawa risalah yang agung kepada umat manusia.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Arab Saudi Luncurkan Ala Khutah, Ajak Umat Islam Telusuri Jejak Hijrah Nabi


Jakarta

Kabar gembira bagi umat Muslim seluruh dunia, khususnya Indonesia! Pemerintah Arab Saudi resmi meluncurkan program spiritual bertajuk Ala Khutah atau Dalam Jejak Nabi.

Program ini mengajak umat Islam untuk secara langsung menapaki rute bersejarah Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Meski baru akan dimulai pada November 2025 dan berlangsung selama enam bulan, antusiasme sudah meledak.

Lebih dari satu juta orang telah mendaftar. Dan yang paling mencengangkan, mayoritas pendaftar berasal dari Indonesia.


“Respons dari masyarakat Indonesia sangat luar biasa. Ini menunjukkan betapa kisah Hijrah begitu hidup di hati mereka,” ujar Ketua Otoritas Umum Hiburan Arab Saudi, Turki Alalshikh, dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Antara, Rabu (30/7/2025).

Program Ala Khutah ini merupakan bagian dari proyek raksasa Hijrah Trail. Peserta akan diajak menyusuri perjalanan sepanjang 470 kilometer yang dulu ditempuh Nabi Muhammad SAW bersama sahabatnya, Abu Bakar As-Siddiq.

Sepanjang rute ini, mereka akan melewati 41 situs sejarah dan 5 lokasi utama yang menjadi saksi bisu perjalanan agung tersebut.

Alalshikh menjelaskan, untuk tahap awal, Arab Saudi akan menerima 300.000 peserta secara langsung pada tahun ini. Namun, targetnya tak main-main. Pada 2030, jumlah peserta diharapkan bisa mencapai 5 juta orang per tahun!

Bukan Sekadar Jalan-Jalan, tapi Pengalaman Sejarah yang Hidup

Program Ala Khutah ini jauh dari sekadar perjalanan spiritual biasa. Peserta akan diajak berinteraksi langsung dengan jejak sejarah melalui berbagai kegiatan imersif.

Bayangkan, Anda bisa menunggang unta layaknya para kafilah di masa lalu, mengunjungi Gua Tsur dengan mobil 4×4, hingga menyaksikan teater sejarah yang digelar langsung di lokasi aslinya.

“Akses ke Gua Tsur, tempat persembunyian Nabi sebelum Hijrah, kini hanya perlu 3 menit dengan kendaraan khusus, dari yang sebelumnya membutuhkan waktu 2 jam berjalan kaki,” kata Alalshikh, menggambarkan kemudahan akses yang telah disiapkan.

Tak hanya itu, program ini juga dilengkapi delapan tempat peristirahatan yang nyaman, lebih dari 50 titik edukasi, serta fasilitas transportasi modern yang dirancang dengan standar keamanan tinggi.

“Semua dirancang berdasarkan sumber sejarah yang valid. Kami ingin pengalaman ini benar-benar menyentuh sisi spiritual dan emosional para peserta,” tegas Alalshikh.

Inisiatif luar biasa ini mendapat dukungan langsung dari Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MBS). Program Ala Khutah menjadi bagian integral dari Saudi Vision 2030 yang berambisi memajukan sektor budaya dan sejarah Islam di Kerajaan.

Ke depannya, program ini juga akan diperluas ke berbagai negara, termasuk di Asia Selatan dan Asia Tenggara, membuka peluang lebih besar bagi umat Islam Indonesia untuk merasakan perjalanan Hijrah secara nyata.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com

Surat Az-Zumar Ayat 9, Jelaskan Perbedaan Orang Berilmu dan Orang Lalai


Jakarta

Surat Az Zumar merupakan salah satu surat dalam Al-Qur’an yang banyak mengandung pelajaran tentang keimanan, ibadah, dan hubungan antara manusia dengan Allah SWT. Salah satunya seperti dijelaskan dalam ayat 9.

Surat Az Zumar ayat ke-9 menjelaskan perbedaan antara orang yang berilmu dan beribadah dengan orang yang lalai dari ketaatan. Berikut bacaan dan tafsir selengkapnya.

Surat Az-Zumar Ayat 9

Berikut bacaan lengkap surat Az Zumar ayat 9,


أَمَّنْ هُوَ قَٰنِتٌ ءَانَآءَ ٱلَّيْلِ سَاجِدًا وَقَآئِمًا يَحْذَرُ ٱلْءَاخِرَةَ وَيَرْجُوا۟ رَحْمَةَ رَبِّهِۦ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِى ٱلَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَٱلَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُو۟لُوا۟ ٱلْأَلْبَٰبِ

Arab-Latin: Am man huwa qānitun ānā`al-laili sājidaw wa qā`imay yaḥżarul-ākhirata wa yarjụ raḥmata rabbih, qul hal yastawillażīna ya’lamụna wallażīna lā ya’lamụn, innamā yatażakkaru ulul-albāb

Artinya: (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.

Asbabun Nuzul Surat Az-Zumar Ayat 9

Merangkum buku Asbabun Nuzul Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an karya Jalaludin as-Suyuti, Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Umar RA dia berkata, “(Apakah kamu orang musyrik lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam.”

Ia berkata, “Ayat tersebut diturunkan berkenaan dengan Utsman bin Affan.”

Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari al-Kalbi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas RA, dia berkata, “Diturunkan berkenaan dengan Ammar bin Yasir.”

Juwaibir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia berkata, “Ayat tersebut turun berkenaan dengan Ibnu Mas’ud, Ammar bin Yasir dan Salim, mantan budak sahaya Abu Hudzaifah.”

Juwaibir meriwayatkan dari Ikrimah, ia berkata, “Ayat tersebut turun mengenai Ammar bin Yasir.”

Tafsir Surat Az Zumar Ayat 9

Tafsir Ringkas Kementerian Agama (Kemenag) RI

Dalam surat Az-Zumar ayat 9-10, Allah SWT memberikan gambaran perbandingan antara dua golongan manusia yang sangat berbeda di sisi-Nya. Ayat ini menekankan keutamaan orang yang taat, berilmu, dan rajin beribadah, dibandingkan mereka yang kufur, hanya ingat kepada Allah saat tertimpa musibah, dan selalu mengikuti hawa nafsunya.

Ayat ini membuka dengan pertanyaan yang sangat menyentuh: “Apakah orang yang beribadah di waktu malam, dalam keadaan sujud dan berdiri, karena takut akan azab akhirat dan mengharap rahmat Tuhannya, itu sama dengan orang kafir?”

Allah SWT menyebut secara khusus ibadah di malam hari karena waktu ini menunjukkan keikhlasan yang tinggi. Seseorang yang meninggalkan tidur nyamannya untuk membaca Al-Qur’an, salat, dan berzikir tentu memiliki kedekatan dengan Allah SWT. Ia melakukan semua itu karena rasa takut terhadap azab akhirat dan harapan besar pada rahmat Allah SWT.

Allah SWT lalu memerintahkan Nabi Muhammad SAW untuk menegaskan perbedaan ini:
“Katakanlah, apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

Orang yang berilmu, yang memahami ajaran Allah, pasti akan terdorong untuk beramal saleh dan menjauhi keburukan. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki ilmu, apalagi menolak kebenaran, cenderung mengikuti hawa nafsu dan mengabaikan ajaran agama.

Ayat ini menegaskan bahwa hanya orang-orang yang berakal sehat dan berpikiran jernih yang dapat menerima pelajaran, membedakan antara kebenaran dan kebatilan, serta mengenali nilai ibadah dalam kehidupan.

Surah Az-Zumar ayat 9-10 memberikan pelajaran penting tentang nilai ibadah di waktu malam, keutamaan ilmu, pentingnya takwa, dan luasnya rahmat Allah bagi orang-orang yang bersabar. Ayat ini juga mengingatkan bahwa orang berilmu dan beriman memiliki kedudukan yang jauh lebih mulia dibandingkan dengan mereka yang tidak mengetahui kebenaran dan terus mengikuti hawa nafsunya.

Tafsir Ibnu Katsir

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa tidaklah sama di sisi Allah SWT antara orang yang menyekutukan-Nya dengan orang yang menghabiskan malam dalam ibadah. Allah SWT mengangkat derajat mereka yang bersujud dan berdiri di tengah malam karena takut kepada siksa akhirat dan berharap rahmat-Nya.

Frasa “آناءَ اللَّيْلِ” (ana al-lail) secara harfiah berarti “bagian-bagian malam”. Para mufassir seperti As-Suddi dan Ibnu Zaid menafsirkannya sebagai tengah malam. Kemudian Qatadah menafsirkannya secara lebih luas mencakup awal, pertengahan, dan akhir malam.

Ini menunjukkan bahwa ibadah malam memiliki kedudukan tinggi dalam Islam dan bisa dilakukan pada seluruh bagian malam, terutama dalam bentuk salat tahajud, berzikir, dan membaca Al-Qur’an.

Ibnu Katsir menegaskan bahwa kedua sikap ini wajib hadir dalam ibadah seorang mukmin. Ketika masih sehat dan bertenaga, rasa takut hendaknya lebih dominan agar menjauhi dosa. Namun saat menjelang ajal, rasa harap kepada ampunan dan rahmat Allah lebih diutamakan agar ia wafat dalam husnul khatimah.

Firman Allah SWT, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?”

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ini menunjukkan keutamaan ilmu. Orang yang tahu, yang berilmu, akan memahami pentingnya malam, akhirat, dan ibadah. Sedangkan orang yang tidak berilmu akan tersesat dalam syirik, maksiat, dan kehidupan dunia yang sementara.

Orang yang berilmu bukan hanya tahu hukum, tapi juga memiliki kesadaran batin yang mendalam. Mereka adalah orang-orang yang bisa membedakan mana jalan lurus dan mana jalan yang menyimpang.

Ayat ini ditutup dengan pernyataan Allah SWT, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang berakal (ulul albab) yang dapat menerima pelajaran.”

Menurut Ibnu Katsir, ulul albab adalah mereka yang menggunakan akalnya secara benar, untuk merenungi ayat-ayat Allah dan melihat perbedaan antara orang taat dan orang durhaka. Akal yang dipakai dengan benar akan membimbing kepada iman, ibadah, dan ilmu.

(dvs/kri)



Sumber : www.detik.com

Niat, Cara, Doa, Waktu dan Keutamaannya


Jakarta

Dalam kehidupan ini, tujuan utama manusia adalah beribadah kepada Allah SWT. Ibadah tidak terbatas pada yang wajib saja, namun juga mencakup berbagai amalan sunnah yang sangat dianjurkan untuk menambah pahala dan mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.

Di antara amalan sunnah yang memiliki banyak keutamaan adalah sholat Tahajud, sholat malam yang dikerjakan di waktu sepertiga malam terakhir.

Sholat Tahajud bukan hanya bentuk pengabdian, tetapi juga bukti kecintaan seorang hamba kepada Rabb-nya. Sholat ini sangat disukai oleh Allah SWT karena dilakukan dalam kondisi yang tidak mudah, ketika kebanyakan manusia sedang terlelap. Maka tidak heran jika Allah mengangkat derajat orang-orang yang istiqomah dalam mendirikan sholat Tahajud.


Niat Sholat Tahajud

Kita harus mengetahui niat sholat Tahajud untuk mendapatkan keutamaannya yang besar. Mengutip buku berjudul The Miracle of Night Sholat Tahajud karya Ustadz Hasan Albany, berikut ini adalah bacaan niat sholat Tahajud.

أُصَلِّيْ سُنَّةَ التَهَجُّدِ رَكْعَتَيْنِ لِلّٰهِ تَعَالَى

Ushalli sunnatat tahajjud rak’ataini lillaahi ta’aalaa

Artinya: “Aku (niat) sholat sunnah tahajud dua raka’at, karena Allah ta’ala”

Tata Cara Sholat Tahajud

Sebagaimana dikutip dari buku 10 Kesaksian Pengamal Tahajud karya Hendri Kusuma Wahyudi, Lc, berikut ini adalah tata cara Sholat Tahajud.

Berikut ini urutan atau tata cara pelaksanaan sholat Tahajud sebagaimana dikutip dari buku 10 Kesaksian Pengamal Tahajud karya Hendri Kusuma Wahyudi, Lc:

  1. Niat sholat Tahajud di dalam hati.
  2. Takbiratul ihram
  3. Membaca doa iftitah
  4. Membaca surat Al-Fatihah
  5. Membaca surat dari Al-Qur’an (penjelasan lengkap ada di bagian pembahasan selanjutnya)
  6. Rukuk
  7. I’tidal
  8. Sujud pertama
  9. Duduk di antara dua sujud
  10. Sujud kedua
  11. Mengulang gerakan yang sama pada rakaat kedua
  12. Setelah sujud kedua di rakaat kedua, membaca tasyahud akhir
  13. Salam sebagai penutup sholat

Keutamaan Sholat Tahajud

Berikut ini beberapa keutamaan yang diperoleh oleh seorang Muslim yang rutin melaksanakan sholat Tahajud, sebagaimana disampaikan dalam buku Shalat Tahajud Cara Rasulullah SAW Sesuai Al-Qur’an & Hadits karya Ustaz Hamdi El-Natary.

1. Pahala Berlimpah

Sholat Tahajud diganjar pahala yang berlimpah karena dilakukan di waktu yang penuh keberkahan dan sangat dicintai oleh Allah SWT.

Allah SWT berfirman dalam surat Ali Imran ayat 113-115,

“Mereka itu tidak sama. Di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu pada malam hari. sedang mereka juga bersujud (sembahyang). Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar serta bersegera kepada (mengerjakan) berbagai kebajikan. Mereka itu termasuk orang-orang yang shaleh. Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menerima pahala)-Nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa,” (QS Ali Imran: 113-115)

2. Mempertebal Keimanan

Salah satu keutamaan dari melaksanakan sholat Tahajud adalah mampu melatih diri untuk beribadah dengan lebih khusyuk dan penuh penghayatan, sehingga dapat memperkuat iman dan menumbuhkan ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya.

“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk sembahyang) pada malam hari. kecuali sedikit (daripadanya). (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. Atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya, kami akan menurunkan bacaan pada waktu itu lebih berkesan,” (QS Al-Muzzammil: 1-6)

3. Masuk Golongan Orang Beriman

Mereka yang rutin mengerjakan sholat Tahajud akan digolongkan sebagai hamba-hamba Allah yang taat. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT dalam surat Al-Furqan ayat 63-64.

“Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka,” (QS Al Furqan: 63-64).

Doa Setelah Sholat Tahajud

Setelah melaksanakan sholat Tahajud, terdapat doa khusus yang dianjurkan untuk dibaca guna memohon ampun, keberkahan, dan rahmat dari Allah SWT. Dikutip dari buku Kitab Induk Doa & Dzikir Terlengkap karangan Nasrullah dan Tim Shahih, berikut ini adalah doa Tahajud.

اَللهُمَّ رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ قَيِّمُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ مَلِكُ السَّمَوَاتِ واْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ نُوْرُ السَّمَوَاتِ وَاْلاَرْضِ وَمَنْ فِيْهِنَّ. وَلَكَ الْحَمْدُ اَنْتَ الْحَقُّ وَوَعْدُكَ الْحَقُّ وَلِقَاءُكَ حَقٌّ وَقَوْلُكَ حَقٌّ وَالْجَنَّةُ حَقٌّ وَالنَّارُ حَقٌّ وَالنَّبِيُّوْنَ حَقٌّ وَمُحَمَّدٌ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَقٌّ وَالسَّاعَةُ حَقٌّ. اَللهُمَّ لَكَ اَسْلَمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ وَاِلَيْكَ اَنَبْتُ وَبِكَ خَاصَمْتُ وَاِلَيْكَ حَاكَمْتُ فَاغْفِرْلِيْ مَاقَدَّمْتُ وَمَا اَخَّرْتُ وَمَا اَسْرَرْتُ وَمَا اَعْلَنْتُ وَمَا اَنْتَ اَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَاَنْتَ الْمُؤَخِّرُ لاَاِلَهَ اِلاَّ اَنْتَ. وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ

Bacaan latin: Allâhumma rabbana lakal hamdu. Anta qayyimus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta malikus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu anta nûrus samâwâti wal ardhi wa man fî hinna. Wa lakal hamdu antal haq. Wa wa’dukal haq. Wa liqâ’uka haq. Wa qauluka haq. Wal jannatu haq. Wan nâru haq. Wan nabiyyûna haq. Wa Muhammadun shallallâhu alaihi wasallama haq. Was sâ’atu haq. Allâhumma laka aslamtu. Wa bika âmantu. Wa alaika tawakkaltu. Wa ilaika anabtu. Wa bika khâshamtu. Wa ilaika hâkamtu. Fagfirlî mâ qaddamtu, wa mâ akhkhartu, wa mâ asrartu, wa mâ a’lantu, wa mâ anta a’lamu bihi minnî. Antal muqaddimu wa antal mu’akhkhiru. Lâ ilâha illâ anta. Wa lâ haula, wa lâ quwwata illâ billâh.

Artinya: “Ya Allah, Tuhan kami, segala puji bagi-Mu, Engkau penegak langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau penguasa langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau cahaya langit, bumi, dan makhluk di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau Maha Benar. Janji-Mu benar. Pertemuan dengan-Mu kelak itu benar. Firman-Mu benar adanya. Surga itu nyata. Neraka pun demikian. Para nabi itu benar. Demikian pula Nabi Muhammad SAW itu benar. Hari Kiamat itu benar. Ya Tuhanku, hanya kepada-Mu aku berserah. Hanya kepadaMu juga aku beriman. Kepada-Mu aku pasrah. Hanya kepada-Mu aku kembali. Karena-Mu aku rela bertikai. Hanya padaMu dasar putusanku. Karenanya ampuni dosaku yang telah lalu dan yang terkemudian, dosa yang kusembunyikan dan yang kunyatakan, dan dosa lain yang lebih Kau ketahui ketimbang aku. Engkau Yang Maha Terdahulu dan Engkau Yang Maha Terkemudian. Tiada Tuhan selain Engkau. Tiada daya upaya dan kekuatan selain pertolongan Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).

Waktu Sholat Tahajud

Menurut penjelasan dalam buku Panduan Salat Lengkap dan Praktis karya Ahmad Sultoni, sholat Tahajud adalah sholat sunnah malam yang hanya dapat dilakukan setelah melaksanakan sholat Isya dan disertai tidur terlebih dahulu.

Berikut ini pembagian waktu terbaik untuk melaksanakan sholat Tahajud:

1. Waktu Utama Sholat Tahajud

Waktu utama untuk melaksanakan sholat Tahajud adalah sepertiga malam pertama, yaitu setelah sholat Isya hingga pukul 10 malam. Namun, pelaksanaannya tetap harus didahului dengan tidur terlebih dahulu.

2. Waktu Lebih Utama Sholat Tahajud

Sepertiga malam kedua, yaitu antara pukul 10 malam hingga pukul 1 dini hari, merupakan waktu yang lebih utama dibandingkan waktu sebelumnya untuk melaksanakan sholat Tahajud.

3. Waktu Paling Utama Sholat Tahajud

Waktu terbaik untuk salat Tahajud adalah pada sepertiga malam terakhir, dari pukul 01.00 dini hari hingga menjelang Subuh. Pada waktu tersebut, Allah SWT turun ke langit dunia untuk mengabulkan doa dan mengampuni hamba-Nya yang memohon.

Batas Waktu Sholat Tahajud

Bersumber dari sumber sebelumnya, sholat Tahajud memiliki batas waktu pelaksanaan yang dimulai setelah seseorang menunaikan sholat Isya dan tidur terlebih dahulu. Waktu ini berlangsung sepanjang malam hingga menjelang masuknya waktu subuh.

Artinya, batas akhir sholat Tahajud adalah saat fajar mulai terbit atau sebelum adzan Subuh dikumandangkan.

Bolehkah Sholat Tahajud Tanpa Tidur?

Sholat Tahajud adalah ibadah sunnah yang dikerjakan pada malam hari setelah bangun tidur. Oleh karena itu, tidur terlebih dahulu menjadi syarat sah dalam pelaksanaan sholat Tahajud.

Mengutip laman Kemenag, jika seseorang mengerjakan sholat malam tanpa tidur sebelumnya, maka sholat tersebut tidak tergolong sebagai sholat Tahajud. Hal ini dijelaskan oleh Imam Romli dalam Nihayatul Muhtaj Ila Syarhil Minhaj (Beirut, Darul Fikr: 1404 H) juz 2, halaman 131:

وَيُسَنُّ (التَّهَجُّدُ) بِالْإِجْمَاعِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى {وَمِنَ اللَّيْلِ فَتَهَجَّدْ بِهِ نَافِلَةً لَكَ} [الإسراء: ٧٩] وَلِمُوَاظَبَتِهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – وَهُوَ التَّنَفُّلُ لَيْلًا بَعْدَ نَوْمٍ

Artinya: “Sholat Tahajud disunnahkan dengan kesepakatan ulama berdasarkan firman Allah Taala: Dan pada sebagian malam hari sholat Tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu (QS. Al-Isra’: 79) dan juga berdasarkan ketekunan nabi Muhammad SAW dalam melaksanakannya. Sholat tahajud adalah sholat sunnah di malam hari setelah tidur.”

Dengan pendapat yang sama Syekh Sulaiman Ibn Muhamad ibn Umar Al-Bujairomi menyebutkan:

وَتَهَجُّدٌ – أَيْ: تَنَفُّلٌ بِلَيْلٍ بَعْدَ نَوْمٍ

Artinya: “Dan sunnah melaksanakan sholat Tahajud, yaitu sholat sunnah setelah tidur.”

قَوْلُهُ: (بَعْدَ نَوْمٍ) وَلَوْ يَسِيرًا، وَلَوْ كَانَ النَّوْمُ قَبْلَ فِعْلِ الْعِشَاءِ، لَكِنْ لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ التَّهَجُّدُ بَعْدَ فِعْلِ الْعِشَاءِ، حَتَّى يُسَمَّى بِذَلِكَ وَهَذَا هُوَ الْمُعْتَمَدُ

Artinya: “Penjelasan kalimat [setelah tidur]: Walaupun tidur sebentar dan tidurnya dilakukan sebelum sholat Isya, tapi sholat Tahajud tetap dilakukan setelah sholat Isya. Oleh sebab itu sholat ini disebut sholat Tahajud (Tahajud: tidur di waktu malam) dan inilah pendapat yang mu’tamad [kuat]. (Sulaiman Ibn Muhamad ibn Umar Al-Bujairomi, Hasyiyatul Bujairomi ala Syarhil Minhaj, [Mesir, Mustafa al-Babi al-Halabi: 1345 H] juz 1, halaman 286)

Dengan demikian, tidak sah jika Tahajud dilakukan tanpa tidur terlebih dahulu. Sholat Tahajud hanya bisa dilakukan setelah seseorang tertidur, meskipun hanya sebentar, sebelum bangun untuk melaksanakannya.

Wallahu a’lam.

(hnh/inf)



Sumber : www.detik.com

Bacaan Sholawat Nariyah Lengkap Arab, Latin, dan Artinya


Jakarta

Sholawat Nariyah adalah salah satu yang populer dilantunkan masyarakat Indonesia. Sama seperti sholawat pada umumnya, sholawat Nariyah berisi puja puji terhadap Rasulullah SAW.

Dalam Islam, perintah sholawat tercantum dalam surah Al Ahzab ayat 56:

إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا


Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Mengutip dari buku Rahasia Dahsyat Shalawat Keajaiban Lafadz Rasulullah SAW karya M Kamaluddin, sholawat Nariyah dibuat sebagai bentuk penghormatan terhadap Nabi Muhammad SAW. Pencipta sholawat ini adalah Syekh Nariyah.

Syekh Nariyah berdoa kepada Allah SWT agar Nabi Muhammad SAW selalu diberi keselamatan dan kesejahteraan. Suatu malam, ia mengamalkan sholawat yang ia buat itu hingga 4444 kali dengan sangat khusyuk.

Atas izin Allah SWT, Syekh Nariyah mendapat karamah dari Sang Khalik. Melalui sebuah majelis, Syekh Nariyah mendekati Nabi Muhammad SAW dan memohon agar diberi izin masuk surga pertama kali bersama sang rasul dan beliau mengizinkannya.

Bacaan Sholawat Nariyah: Arab, Latin dan Terjemahannya

اللَّهُمَّ صَلِّ صَلاَةً كَامِلَةً وَسَلِّمْ سَلاَماً تَامّاً عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّذِيْ تَنْحَلُّ بِهِ الْعُقَدُ وَتَنْفَرِجُ بِهِ الْكُرَبُ، وَتُقْضَى بِهِ الْحَوَائِجُ، وَتُنَالُ بِهِ الرَّغَائِبُ وَحُسْنُ الْخَوَاتِمِ، وَيُسْتَسْقَى الْغَمَامُ بِوَجْهِهِ الْكَرِيْمِ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، فِيْ كُلِّ لَمْحَةٍ وَنَفَسٍ بِعَدَدِ كُلِّ مَعْلُوْمٍ لَكَ

Allâhumma shalli shalâtan kâmilatan wa sallim salâman tâmman ‘alâ sayyidinaa Muhammad alladzî tanhallu bihil ‘uqadu wa tanfariju bihil kurabu wa tuqdhâ bihil hawaaiju wa tunâlu bihir raghâ-ibu wa husnul khawaatimi wa yustasqal ghamâmu biwajhihil karîmi wa ‘alâ âlihi wa shahbihî fi kulli lamhatin wa nafasin bi-‘adadi kulli ma’lûmil laka

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan yang sempurna kepada junjungan kami Nabi Muhammad yang dengan perantaranya dapat melepas segala kerepotan atau ikatan, menghilangkan segala kesusahan, mendatangkan segala hajat, tercapainya husnul khatimah, dan terpenuhi segala keinginan, diturunkan hujan dari awan berkat wajahnya yang mulia dan juga kepada keluarganya dan sahabatnya dalam setiap kedipan mata dan tarikan napas, sebanyak pengetahuan yang Engkau miliki.”

Cara dan Keutamaan Membaca Sholawat Nariyah

Berikut sejumlah keutamaan membaca sholawat nariyah yang dikutip dari buku Mukjizat Sholawat yang diterbitkan Qultum Media.

  1. Mengamalkan sholawat nariyah 11 kali setiap hari akan mendapat kelancaran rezeki
  2. Mengamalkan sholawat nariyah 100 kali setiap hari niscaya hajatnya dikabulkan oleh Allah SWT
  3. Mengamalkan sholawat nariyah 11 kali atau 41 atau 100 kali sesuai kemampuan setelah sholat fardhu
  4. Jika memiliki hajat besar, baca sholawat nariyah hingga 4444 kali dan memohon agar dikabulkan kepada Allah SWT

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Pesan Khusus Ali bin Abi Thalib RA kepada Pemungut Pajak


Jakarta

Ali bin Abi Thalib RA merupakan salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW. Semasa peninggalan sang rasul, beliau termasuk satu dari empat Khulafaur Rasyidin atau Khalifah yang memimpin umat Islam.

Menurut buku ‘Ali ibn Abi Thalib susunan Musthafa Murad yang diterjemahkan Dedi Slamet Riyadi, nama lengkap Ali bin Abi Thalib RA adalah Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdul Manaf. Ia merupakan sosok yang cerdas dan mementingkan ilmu pengetahuan ketimbang harta.


Ali bin Abi Thalib RA menjadi khalifah menggantikan kedudukan Utsman bin Affan. Ia meneruskan cita-cita Abu Bakar RA dan Umar bin Khattab RA serta mengembalikan kekayaan yang diperoleh dari para pejabat melalui cara yang tidak baik.

Selain itu, Ali bin Abi Thalib juga bertekad mengganti seluruh gubernur yang dianggap tidak mampu memimpin dan tidak disenangi masyarakat. Ali mencopot jabatan Gubernur Basrah dari tangan Abu Bakar bin Muhammad bin Amr dan digantikan oleh Utsman bin Hanif.

Mengutip buku Sejarah Perkembangan Ekonomi Islam susunan Nurdila Oktia Risanti dan Desi Isnaini, Ali bin Abi Thalib RA sebagai khalifah juga mendistribusikan pendapatan pajak per tahun sesuai dengan peraturan yang telah ditentukan Umar bin Khattab RA. Pada masa pemerintahannya, Ali menentukan pajak terhadap pemilik hutan sebesar 4.000 dirham serta mengizinkan Ibnu Abbas RA yang kala itu menjadi Gubernur Kufah untuk mengumpulkan zakat pada sayuran segar yang akan digunakan sebagai bumbu masakan.

Semasa kepemimpinan khalifah Ali bin Abi Thalib RA, prinsip yang paling utama dari pemerataan distribusi uang rakyat sudah diperkenalkan. Sistem distribusi setiap pekan sekali untuk pertama kalinya dilakukan.

Hari pendistribusian atau hari pembayaran adalah hari Kamis. Pada hari itu, seluruh perhitungan harus diselesaikan dan pada Sabtu dimulai perhitungan yang baru.

Bahkan Ali bin Abi Thalib RA memiliki pesan khusus bagi para pemungut pajak, zakat dan sejenisnya. Menukil dari buku Sejarah Hidup Imam Ali RA susunan H M H Al Hamid Al Husaini terbitan Lembaga Penyelidikan Islam, seperti apa pesannya?

Pesan Khusus Ali bin Abi Thalib RA kepada Pemungut Pajak

“Datangilah mereka dengan tenang dan sopan. Jika engkau sudah berhadapan dengan mereka, ucapkanlah salam. Hormatilah mereka itu dan katakanlah: ‘Hai para hamba Allah, penguasa Allah dan Khalifah-Nya mengutus aku datang kepada kalian untuk mengambil hak Allah yang ada pada kekayaan kalian. Apakah ada bagian yang menjadi hak Allah itu dalam harta kekayaan kalian? Jika ada, hendaknya hak Allah itu kalian tunaikan kepada Khalifah-Nya.”

Selain itu, Ali bin Abi Thalib RA juga berpesan agar pemungut pajak, zakat dan semacamnya tidak memaksa ketika orang tersebut mengatakan tidak ada.

“Jika orang yang bersangkutan menjawab ‘tidak’, janganlah kalian ulangi lagi. Tetapi jika orang itu menjawab ‘ya’, pergilah engkau bersama-sama untuk memungut hak Allah itu.”

Ali RA berpesan pula pada para pemungut pajak untuk tidak menakut-nakuti orang yang ingin diambil pajaknya atau mengancam. Ia melarang mereka untuk membentak dan bersikap kasar.

Bahkan, khalifah Ali bin Abi Thalib RA melarang mereka untuk masuk memeriksa tanpa seizin yang punya. Meskipun orang tersebut memiliki ternak yang banyak.

“Janganlah kalian menakut-nakuti dia, janganlah mengancam-ancam dia, dan jangan pula membentak atau bersikap kasar. Ambillah apa yang diserahkan olehnya kepada kalian, emas atau pun perak. Jika orang yang bersangkutan mempunyai ternak berupa unta atau lainnya, janganlah kalian masuk untuk memeriksa tanpa seizin dia, walaupun orang itu benar-benar mempunyai banyak ternak.”

Apabila orang tersebut memberi izin, barulah mereka diperkenankan memeriksanya.

“Jika orang itu memberi izin kepada kalian untuk memeriksanya, janganlah kalian masuk dengan lagak seperti orang yang berkuasa. Jangan berlaku kasar, jangan menakut-nakuti dan jangan sekali-kali menghardik binatang-binatang itu. Jangan kalian berbuat sesuatu yang akan menyusahkan pemiliknya.”

Selain itu, Ali bin Abi Thalib RA juga berpesan agar mereka menentukan sendiri harta kekayaan yang ingin diberikan.

“Kemudian apabila harta kekayaan diperlihatkan kepada kalian, persilakan pemiliknya memilih dan menentukan sendiri mana yang menjadi hak Allah. Jika ia sudah menentukan pilihannya, janganlah kalian menghalang-halangi dia mengambil bagian yang menjadi haknya. Hendaknya kalian tetap bersikap seperti itu, sampai orang yang bersangkutan menetapkan mana yang menjadi hak Allah yang akan ditunaikan. Tetapi ingat, jika kalian diminta supaya meninggalkan orang itu, tinggalkanlah dia!”

Ali bin Abi Thalib RA juga berpesan kepada penguasa daerah setempat agar berlaku adil terhadap rakyatnya. Jangan sampai mereka terpaksa melunasi pajak dengan menjual ternak atau hamba sahaya yang dimilikinya.

“Berlakulah adil terhadap semua orang. Sabarlah dalam menghadapi orang-orang yang hidup
kekurangan, sebab mereka itu sesungguhnya adalah juru bicara rakyat. Janganlah kalian menahan-nahan kebutuhan seseorang dan jangan pula sampai menunda-nunda permintaannya. Untuk keperluan melunasi pajak janganlah sampai ada orang yang terpaksa menjual ternak atau hamba sahaya yang diperlukan sebagai pembantu dalam pekerjaan. Janganlah sekali-kali kalian mencambuk seseorang hanya karena dirham!”

Pesan dan amanah dari Ali bin Abi Thalib RA itu menunjukkan secara jelas keadilan yang dijunjung tinggi oleh sang khalifah. Bahkan, pernah suatu ketika Ali menerima setoran pajak dari penduduk Isfahan, ditemukan sepotong roti kering terselip dalam wadah.

Roti tersebut lalu dipotong-potong oleh Ali bin Abi Thalib RA menjadi tujuh keping, sama seperti uang setoran itu juga yang dibagi menjadi tujuh bagian. Setiap bagian dari uang itu ditaruh sekeping roti kering.

Wallahu a’lam.

(aeb/lus)



Sumber : www.detik.com

Hukum Tidak Salat Jumat 3 Kali Berturut-turut, Apakah Sampai Kafir?


Jakarta

Salat Jumat merupakan kewajiban bagi setiap laki-laki muslim yang sudah baligh. Namun, bagaimana hukumnya jika seseorang sengaja meninggalkan salat Jumat berulang kali? Apakah benar pelakunya bisa tergolong kafir?

Kewajiban salat Jumat ditegaskan langsung dalam Al-Qur’an, yaitu pada surah Al-Jumuah ayat 9. Allah SWT berfirman,

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ


Artinya: “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan salat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”

Selain itu, Nabi Muhammad SAW juga memberikan peringatan keras bagi mereka yang sering meninggalkan salat Jumat. Sebuah hadits riwayat At-Tirmidzi menyebutkan:

“Orang yang meninggalkan salat Jumat tiga kali karena menganggap remeh, maka Allah akan menutup hatinya.” (HR At-Tirmidzi)

Hadits lain dari Ibnu Umar dan Abu Hurairah juga menegaskan ancaman ini:

“Hendaklah orang-orang berhenti dari meninggalkan salat Jumat atau Allah akan menutup hati mereka dari hidayah sehingga mereka menjadi orang-orang yang lupa.” (HR Muslim, An-Nasai dan Ahmad)

Menurut Firdaus Wajdi dalam buku Superberkah Salat Jumat, makna “hati yang tertutup” adalah hati yang terhalang dari kebaikan yang seharusnya datang kepadanya. Bahkan, Allah SWT bisa menganggap orang yang sering meninggalkan salat Jumat sebagai orang munafik.

Hukuman dan Ancaman bagi yang Meninggalkan Salat Jumat

Lantas, apakah orang yang meninggalkan salat Jumat tiga kali berturut-turut bisa menjadi kafir? Hal ini dijelaskan dalam Kitab Fikih Sehari-Hari Mazhab Syafi’i yang ditulis A.R Shohibul Ulum.

Berdasarkan riwayat dari Imam ath-Thabrani, disebutkan: “Siapa saja yang meninggalkan tiga kali ibadah salat Jumat tanpa uzur, niscaya ia ditulis sebagai orang kafir nifaq atau munafik.”

Hadits ini merujuk pada kafir nifaq atau munafik, yaitu orang yang secara lahiriah tampak beriman, namun hatinya menolak keimanan kepada Allah SWT.

Buya Yahya dalam video kajiannya yang berjudul 3x Berturut-turut tidak salat Jumat. Benarkah menjadi Kafir? yang diunggah di YouTube Al-Bahjah TV, memberikan penjelasan mengenai hal tersebut.

Menurut jumhur ulama (mayoritas ulama) dari mazhab Imam Syafi’i, Imam Hanafi, dan Imam Malik, seseorang yang meninggalkan salat Jumat karena malas tetapi masih meyakini kewajibannya, tidak dianggap kafir. Ia hanya tergolong melakukan dosa besar.

Hanya mazhab Imam Ahmad bin Hanbal yang menganggap orang yang meninggalkan salat karena malas sebagai kafir.

Buya Yahya menegaskan, selama seseorang masih meyakini bahwa salat Jumat adalah wajib, berapapun kali ia meninggalkannya, ia tidak keluar dari Islam. Namun, kebiasaan ini dapat menjadi sebab hatinya menjadi gelap dan sulit menerima hidayah.

Kondisi yang Membolehkan Tidak Salat Jumat

Buya Yahya juga menekankan bahwa tidak semua orang diwajibkan untuk salat Jumat. Ada beberapa kondisi yang membuat seseorang tidak wajib salat Jumat, tetapi sering kali mereka tidak menyadarinya. Contohnya seperti berikut ini.

Jarak yang Jauh

Seseorang yang tinggal di daerah terpencil dan tidak mendengar adzan, atau harus menempuh perjalanan yang sangat jauh (seperti di Jepang atau Korea), tidak diwajibkan untuk salat Jumat.

“Jika di kampung Anda, lingkungan Anda tidak ada Jumat yang didirikan, adanya di kampung sebelah tapi kalau Anda tidak mendengar, Anda tidak wajib (jumatan),” kata Buya Yahya. detikHikmah telah mendapatkan izin dari tim Al-Bahjah TV untuk mengutip kajian Buya Yahya.

Keadaan Darurat

Pria yang harus menjaga ibunya atau istrinya yang sakit dan tidak ada orang lain yang bisa menemani, maka ia tidak diwajibkan salat Jumat.

“Anda itu punya ibu yang harus Anda temani. Tidak ada yang lain lagi. Ibumu sakit, istrimu sakit di rumah, kemudian dia ketakutan, ‘Abang jangan tinggalkan saya’, takut ada apa-apa, Anda tidak wajib Jumat,” tutur Buya Yahya.

Jadi, penting untuk memahami kapan seseorang benar-benar diwajibkan untuk salat Jumat agar tidak merasa terus-menerus melanggar syariat. Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Mahalul Qiyam dalam Maulid Nabi: Arti dan Hukumnya


Jakarta

Mahalul qiyam kerap dibaca dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW. Biasanya muslim melantunkan mahalul qiyam sambil berdiri.

Mengutip dari buku Wewangian Semerbak dalam Menjelaskan tentang Peringatan Maulid Nabi susunan Kholilurrohman, perayaan Maulid Nabi SAW mulai dilakukan pada permulaan abad ke-7 Hijriah. Artinya, kegiatan ini tak pernah dilakukan oleh sang nabi, para sahabat dan generasi salaf.

Namun, bukan berarti muslim tidak boleh merayakan hari kelahiran Rasulullah SAW. Sebab, segala sesuatu yang tak pernah dilakukan oleh Nabi SAW atau sahabatnya belum tentu bertentangan dengan ajaran Rasulullah SAW.


Para ulama menyatakan bahwa perayaan Maulid Nabi SAW sebagai bagian dari bid’ah hasanah yang berarti menjadi perkara baru yang sejalan dengan ajaran-ajaran Al-Qur’an dan hadits.

Lantas, apa yang dimaksud dengan mahalul qiyam dalam Maulid Nabi SAW?

Arti Mahalul Qiyam

Menurut buku Paradigma Pendidikan Praktis dalam Pembelajaran Seni Musik untuk Anak di Sekolah Dasar karya Nur Fajrie dkk, ketika mahalul qiyam maka muslim melantunkan sholawat Nabi Muhammad SAW. Mahalul qiyam juga dimaknai sebagai sholawat yang berisi pujian untuk Rasulullah SAW.

Selain itu, mahalul qiyam dikenal pula sebagai sholawat Ya Nabi Salam ‘Alaika yang sering dilantunkan umat Islam dalam berbagai acara keagamaan, khususnya di Indonesia.

Hukum Pembacaan Mahalul Qiyam

Mahalul qiyam sama artinya dengan sholawat. Diterangkan dalam buku Love Banget Sama Sholawat susunan Kinoysan, hukum pembacaan sholawat bisa menjadi wajib atau sunnah tergantung pada ibadah yang dilakukan. Ketika sholat, maka membaca sholawat hukumnya wajib.

Namun, hukum membaca sholawat bisa menjadi sunnah apabila dibaca pada malam dan hari Jumat, saat mendengar nama Nabi Muhammad SAW, saat masuk masjid, ketika waktu selesai azan dan iqamat, serta ketika berdoa. Adapun, pembacaan sholawat ketika Maulid Nabi SAW sangat dianjurkan.

Mahalul Qiyam Dibaca Sambil Berdiri

Sayyid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Zainal Abidin Syatha al-Dimyathi al-Bakri melalui kitab I’anah At Tholibin Jilid 3, seperti dinukil NU Online, menjelaskan ketika mahalul qiyam kaum muslimin bangun dari tempat duduknya dan berdiri.

“Ada sebuah faidah, telah menjadi kebiasaan saat orang-orang mendengar disebutkan kelahiran Nabi Muhammad, mereka berdiri untuk memberikan penghormatan, berdiri semacam ini dianggap bagus, karena di dalamnya ada sebuah pengagungan terhadap nabi dan yang demikian telah dikerjakan oleh mayoritas Alim Ulama yang pantas untuk diikuti.”

Berdiri saat mahalul qiyam sama artinya dengan memberi penghormatan kepada Rasulullah SAW. Hal ini tidak diwajibkan tetapi dianjurkan.

Bacaan Mahalul Qiyam: Arab, Latin dan Artinya

Mengacu pada sumber yang sama, berikut bacaan mahalul qiyam lengkap dengan tulisan Arab, latin dan artinya.

ﻳَﺎ ﻧَﺒِﻲ سَلَاﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ – ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮﻝْ سَلَاﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ

Arab Latin: “Yaa nabii salaam ‘alaika, Yaa rasuul salaam ‘alaika”

Artinya: “Wahai Nabi, salam sejahtera untukmu, wahai rasul salam sejahtera untukmu.”

ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴﺐْ سَلَاﻡْ ﻋَﻠَﻴْﻚَ – ﺻَﻠَﻮَﺍﺕُ ﺍﻟﻠَّﻪ ﻋَﻠَﻴْﻚَ

Arab Latin: “Yaa habiib salaam ‘alaika, sholawaatullaah ‘alaika”

Artinya: “Wahai kekasih, salam sejahtera untukmu dan sholawat (rahmat) Allah untukmu.”

ﺃَﺷﺮَﻕَ ﺍﻟﺒَﺪْﺭُ ﻋَﻠَﻴْﻨَﺎ – ﻓَﺎﺧْﺘَﻔَﺖْ ﻣِﻨْﻪُ ﺍﻟﺒُﺪُﻭْﺭُ

Arab Latin: “Asyroqol badruu’alainaa, fakhtafat minhul buduuru”

Artinya: “Bulan purnama telah terbit menyinari kami, pudarlah purnama purnama lainnya.”

ﻣِﺜْﻞَ حُسْنِك ﻣَﺎ ﺭَﺃَﻳْﻨَﺎ – ﻗَﻂُّ ﻳَﺎ ﻭَﺟْﻪَ ﺍﻟﺴُّﺮُﻭْﺭِ

Arab Latin: “Mitsla husnik maa ro-ainaa, qotthu yaa wajhas-suruuri”

Artinya: “Belum pernah aku lihat keelokan sepertimu wahai orang yang berwajah riang.”

ﺃَﻧْﺖَ ﺷَﻤْﺲٌ ﺃَﻧْﺖَ ﺑَﺪْﺭٌ – ﺃَﻧْﺖَ ﻧُﻮْﺭٌ ﻓَﻮْﻕَ ﻧُﻮْﺭٍ

Arab Latin: “Anta syamsun anta badrun, anta nuurun fauqo nuurin”

Artinya: “Engkau bagai matahari, engkau bagai bulan purnama, engkau cahaya di atas cahaya.”

ﺃَﻧْﺖَ ﺇِﮐْﺴِﻴْﺮُ ﻭَﻏَﺎﻟِﻲ – ﺃَﻧْﺖَ ﻣِﺼْﺒَﺎﺡُ ﺍﻟﺼُّﺪُﻭْﺭِ

Arab Latin: “Anta iksiirun wa ghaalii, anta mishbaahush-shuduuri”

Artinya: “Engkau bagaikan emas murni yang mahal harganya, Engkaulah pelita hati.”

ﻳَﺎ ﺣَﺒِﻴْﺒِﯽ ﻳَﺎ ﻣُﺤَﻤَّﺪ – ﻳَﺎﻋَﺮُﻭْﺱَ ﺍﻟﺨَﺎﻓِﻘَﻴْﻦِ

Arab Latin: “Yaa habiibi yaa Muhammad, yaa ‘aruusal-khoofiqoiini”

Artinya: “Wahai kekasihku, wahai Muhammad, wahai pengantin tanah timur dan barat (sedunia).”

ﻳَﺎ ﻣُﺆَﻳَّﺪْ ﻳَﺎﻣُﻤَﺠَّﺪْ – ﻳَﺎ ﺇِﻣَﺎﻡَ ﺍﻟﻘِﺒْﻠَﺘَﻴْﻦِ

Arab Latin: “Yaa mu-ayyad yaa mumajjad, yaa imaamal qiblataini”

Artinya: “Wahai Nabi yang dikuatkan (dengan wahyu), wahai nabi yang diagungkan, wahai imam dua arah kiblat.”

ﻣَﻦْ ﺭَﺃَﯼ ﻭَﺟْﻬَﻚَ ﻳَﺴْﻌَﺪْ – ﻳَﺎﮔﺮِﻳْﻢَ ﺍﻟﻮَﺍﻟِﺪَﻳْﻦِ

Arab Latin: “Man ro-aa wajhaka yas’ad, yaa kariimal waalidaini”

Artinya: “Siapa pun yang melihat wajahmu pasti berbahagia, wahai orang yang mulia kedua orang tuanya.”

ﺣَﻮْﺿُﻚَ ﺍﻟﺼَّﺎﻓِﯽ ﺍﻟﻤُﺒَﺮَّﺩْ – ﻭِﺭْﺩُﻧَﺎ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟﻨُّﺸُﻮْﺭِ

Arab Latin: “Haudlukash-shoofîl mubarrod, wirdunaa yauman-nusyuuri”

Artinya: “Telagamu jernih dan dingin, yang akan kami datangi kelak di hari kiamat.”

اَنْتَ لِلرُّسُلِ خِتَامُ – اَنْتَ لِلْمَوْلٰى شَكُوْرُ

Arab Latin: “Anta lirrusuli khitaamu anta lil maulaa syakuuru”

Artinya: “Engkau penutup para Nabi, engkau syukur dari para hamba.”

اَنْتَ غَفَّارُ الخَطَيَا – وَالذُّنُوْبِ المُوْبِقَاتِ

Arab Latin: “Anta ghoffaarul khothoyaa wa dzunuubil muubiqooti”

Artinya: “Engkau maha pengampun kesalahan-kesalahan dan dosa yang membinasakan.”

اَنْتَ سَتَّارُ المَسَاوِي – وَمُقِيْلُ العَثَرَاتِ

Arab Latin: “Anta sattarul masaawi wa muqiilul ‘atssarooti”

Artinya: “Engkau Maha Penutup Aib-aib, dan pemaaf atas kesalahan-kesalahan.”

عَالِمُ السِّرِّ وَاَخْفٰى – مُسْتَجِيْبُ الدَّعَوَاتِ

Arab Latin: “‘Aalimus sirri wa akhfaa mustajiibud da’awaati”

Artinya: “Engkau Maha Tahu yang samar dan tersembunyi, yang mengabulkan doa-doa.”

رَبِّ فَارْحَمْنَا جَمِيْعًا – بِجَمِيْعِ الصَّالِحَاتِ

Arab Latin: “Robbi farhamnaa jamii’a bijamii’is shoolihaati”

Artinya: “Ya Allah ya Tuhanku kasihilah kami semua dengan seluruh kebaikan-kebaikan.”

وصلاة الله تغشا عد تحرير السطور أحمد الهادی محمد صاحب الوجه المنير

Arab Latin: “Wa sholâtullâhi taghsyâ ‘adda tahrîris-suthûri Ahmadal hâdî Muhammad shôhibal wajhil munîri”

Artinya: “Dan sholawat Allah semoga tercurah atas Ahmad sang petunjuk yaitu Nabi Muhammad pemilik wajah yang bersinar.”

(aeb/kri)



Sumber : www.detik.com

Maulid Nabi 2025 Berapa Hijriah? Cek Tanggalnya


Jakarta

Maulid Nabi Muhammad SAW akan kembali diperingati oleh umat Islam pada 2025. Dalam kalender Masehi, peringatan tersebut jatuh pada bulan September. Sementara dalam kalender Hijriah, diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal.

Maulid Nabi adalah peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebuah momentum yang menjadi wujud nyata cinta umat Islam kepada Rasulullah SAW.

Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW sejatinya adalah bentuk kecintaan kepada Allah SWT. Hal ini tertuang dalam firman Allah di surah Ali Imran ayat 31.


قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ ٣١

Artinya: “Katakanlah (Nabi Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad SAW), niscaya Allah akan mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Setiap tahun, kita memperingati Maulid Nabi untuk mengenang kelahiran Rasulullah SAW. Jadi, tanggal berapa Maulid Nabi 2025? Tahun ke berapa Hijriah?

Maulid Nabi 2025 Jatuh pada 1447 Hijriah

Rujukan mengenai hal ini dapat dilihat pada Kalender Hijriah Indonesia Tahun 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal (Ditjen) Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag RI). Pada tahun ini, Maulid Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan 1447 Hijriah.

Berdasarkan kalender tersebut, 12 Rabiul Awal 1447 H bertepatan dengan Jumat, 5 September 2025 Masehi.

Dengan mengetahui tanggal jatuhnya Maulid Nabi, umat Islam bisa mempersiapkan diri lebih baik untuk menyambut peringatannya. Persiapan tersebut membuat perayaan menjadi lebih bermakna serta dapat dijalani dengan khidmat.

Hari Libur Maulid Nabi 2025

Tanggal tersebut telah ditetapkan sebagai hari libur nasional dalam rangka peringatan Maulid Nabi SAW. Keputusan ini merujuk pada Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri terbaru mengenai hari libur nasional dan cuti bersama 2025.

Karena jatuh pada hari Jumat yang berdekatan dengan akhir pekan, maka libur Maulid Nabi tahun 2025 otomatis menciptakan long weekend selama tiga hari berturut-turut. Adapun rinciannya adalah:

  • Jumat, 5 September 2025: Libur nasional Maulid Nabi SAW
  • Sabtu, 6 September 2025: Libur akhir pekan
  • Minggu, 7 September 2025: Libur akhir pekan

Makna dan Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW

Menurut buku Tujuan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW oleh Al-Imam Al-Hafidz Jalaluddin As-Suyuthi terjemahan Bacharuddin Achmad, Maulid Nabi Muhammad SAW adalah peringatan hari kelahiran Rasulullah yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriah.

Bagi umat Islam, momen ini menjadi bentuk kecintaan kepada Nabi sekaligus penghormatan atas hadirnya beliau sebagai pembawa risalah Islam.

Kelahiran Nabi Muhammad SAW bukan hanya peristiwa penting dalam sejarah, melainkan juga anugerah besar bagi seluruh alam semesta. Sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur’an, beliau diutus sebagai rahmat bagi seluruh makhluk.

Peringatan Maulid juga mengingatkan umat Islam untuk meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW. Dengan mengenang hari lahir beliau, para muslim diharapkan semakin mantap menjadikan Nabi sebagai suri teladan terbaik dalam kehidupan sehari-hari.

Sejarah mencatat, Nabi Muhammad SAW lahir pada hari Senin, 12 Rabiul Awal Tahun Gajah, sekitar tahun 570 atau 571 Masehi. Peristiwa kelahiran beliau disertai berbagai tanda kebesaran Allah, yang menggambarkan betapa agungnya kehadiran sang Nabi.

Tradisi memperingati Maulid Nabi baru berkembang beberapa abad setelah wafatnya Rasulullah SAW. Salah satu riwayat menyebut Raja al-Muzhaffar Abu Sa’id Kaukabri dari Irbil, Irak utara, sebagai tokoh pertama yang mengadakan perayaan Maulid secara besar.

Pada masa itu, peringatan dihadiri ulama, sufi, dan pejabat kerajaan, yang melihatnya sebagai sarana syiar sekaligus penguat semangat umat menghadapi berbagai tantangan. Perayaan Maulid pun menjadi wujud kecintaan kolektif kepada Nabi Muhammad SAW.

Selain pendapat tersebut, ada pula yang menyebut Sultan Salahuddin Al-Ayyubi sebagai penggagas peringatan Maulid Nabi. Ia merayakannya dengan menyelenggarakan lomba penulisan riwayat serta pujian untuk Rasulullah, yang kemudian memperkuat tradisi penghormatan hingga terus dilestarikan hingga kini.

Namun sejatinya, peringatan Maulid Nabi tidak ada pada zaman sahabat. Dalil untuk memperingatinya pun tak ada dalam Islam. Wallahu a’lam.

(hnh/kri)



Sumber : www.detik.com

Kapan Maulid Nabi 2025? Ini Jadwal Pemerintah, NU dan Muhammadiyah


Jakarta

Maulid Nabi Muhammad SAW adalah momen penting yang diperingati oleh umat Islam. Perayaan ini merupakan wujud kecintaan dan penghormatan terhadap Rasulullah SAW, yang telah membawa cahaya Islam ke seluruh penjuru dunia.

Namun, seringkali muncul pertanyaan mengenai tanggal pasti perayaan ini. Terutama karena adanya perbedaan metode penentuan kalender antara berbagai ormas Islam dan pemerintah.

Lantas, kapan Maulid Nabi 2025? Mari kita simak jadwal selengkapnya, baik menurut Pemerintah Indonesia, Nahdlatul Ulama (NU), maupun Muhammadiyah.


Maulid Nabi Muhammad SAW diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal. Berdasarkan kalender Hijriah dari Kementerian Agama, 1 Rabiul Awal 1447 H jatuh pada hari Senin, 25 Agustus 2025.

Jika dihitung, 12 Rabiul Awal jatuh pada Jumat, 5 September 2025. Artinya, tanggal tersebut adalah tanggal Maulid Nabi Muhammad SAW.

Menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri Nomor 933 Tahun 2025, Nomor 1 Tahun 2025, dan Nomor 3 Tahun 2025. Tanggal tersebut juga masuk dalam libur nasional.

Menurut Surat Keputusan Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) Nomor 92/PB.08/A.II.01.13/13/08/2025, 1 Rabiul Awal 1447 H jatuh pada Senin, 25 Agustus 2025.

Artinya, peringatan Maulid Nabi 12 Rabiul Awal jatuh pada Jumat, 5 September 2025. Tanggal ini sama dengan yang ditetapkan oleh pemerintah.

Berbeda dengan NU dan pemerintah, berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT), Muhammadiyah menetapkan 1 Rabiul Awal pada Minggu, 24 Agustus 2025.

Artinya, peringatan Maulid Nabi jatuh pada Kamis 4 September 2025. Berbeda satu hari dengan kalender Pemerintah dan NU.

(hnh/lus)



Sumber : www.detik.com