Tag Archives: Nabi Muhammad

Kala Rasulullah SAW Meminta Saran dari Sang Istri, Ummu Salamah



Jakarta

Rasulullah SAW sering melibatkan orang-orang di sekitarnya ketika hendak mengambil keputusan. Termasuk sang istri, Ummu Salamah yang pernah diajak bermusyawarah untuk mendapatkan saran terbaik.

Sikap bijaksana ditunjukkan Rasulullah SAW setiap kali menghadapi persoalan. Beliau selalu mengutamakan musyawarah demi mendapatkan keputusan yang baik.

Dalam ajaran Islam, musyawarah dianjurkan untuk dilakukan tatkala menemui perbedaan pendapat. Musyawarah dilakukan untuk menjauhi perselisihan.


Dalam Al-Qur’an surat Ali ‘Imran ayat 159, Allah SWT berfirman,

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ

Artinya: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.”

Kisah Rasulullah SAW Meminta Saran dari Ummu Salamah

Mengutip buku Rumah Tangga Seindah Surga : Kisah Keseharian Rumah Tangga Nabi oleh Azkiya Khikmatiar dan Ulummudin, dijelaskan sebuah kisah yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW adalah sosok yang mengutamakan musyawarah. Dalam kisah ini juga menunjukkan bahwa Rasulullah SAW selalu melibatkan orang-orang di sekitarnya dalam pengambilan keputusan.

Walaupun Nabi Muhammad SAW seorang rasul, tetapi bukan berarti beliau terbebas dari berbagai problematika hidup. Meskipun demikian, Nabi Muhammad mampu mengatasinya dengan cara-cara bijak yang dapat menjadi pedoman bagi kita semua.

Jalan keluar dari berbagai persoalan salah satunya adalah dengan jalan musyawarah.

Suatu hari sesaat setelah Rasulullah SAW menandatangani Perjanjian Hudaibiyah yang salah satu isinya adalah bahwa umat Islam tidak diperkenankan untuk berhaji tahun ini, Rasulullah SAW kemudian bersabda kepada para sahabatnya,

“Bangkitlah! Sembelihlah hewan kurban lalu bercukurlah!”

Namun, tak ada seorang pun yang berdiri. Bahkan, setelah Rasulullah SAW mengulanginya sampai tiga kali pun, para sahabat tetap tidak ada yang berdiri. Tampaknya, mereka kecewa karena tidak dapat melaksanakan ibadah haji.

Ketika seruan Nabi Muhammad SAW tidak direspons oleh para sahabatnya, beliau pergi menemui Ummu Salamah dan menceritakan apa yang telah terjadi. Kemudian, Ummu Salamah memberikan solusi dengan mengatakan, “Wahai Nabi Allah, apakah engkau ingin hal itu terjadi (mereka bangkit, memotong kurban, dan bercukur)? Keluarlah, jangan bicara satu kata pun dengan siapa pun dari mereka, sembelihlah hewan kurbanmu, lalu panggillah tukang cukur supaya dia mencukur rambutmu!”

Nabi Muhammad SAW pun keluar dan mengikuti saran sang istri, Ummu Salamah. Maka, ketika para sahabat melihat Nabi Muhammad SAW melakukan itu, mereka pun bangkit, menyembelih hewan kurban, dan saling mencukur rambut temannya.

Nabi Muhammad SAW membuat gebrakan yang sangat dahsyat dalam tatanan kehidupan masyarakat Arab dengan memberi tempat yang terhormat bagi perempuan. Sikap seperti ini juga yang seharusnya menjadi contoh bagi umatnya.

Sebagaimana kita ketahui, perempuan Arab sebelum datangnya lslam menempati posisi yang kurang beruntung. Mereka dianggap mempunyai akal yang lemah, sehingga tidak pantas dilibatkan dalam persoalan yang berhubungan dengan orang banyak.

Melalui kisah ini, Nabi Muhammad SAW membuktikan bahwa istri adalah partner hidup yang dapat memainkan peranan yang sangat penting. Ketika seorang suami mempunyai masalah, maka mereka harus berdiskusi dengan istri mereka untuk menemukan jalan keluarnya.

Melibatkan istri dalam mengatasi persoalan merupakan langkah tepat karena mereka adalah orang yang paling dekat dengan keseharian kita. Istri juga akan merasa dihargai dan dibutuhkan jika suami mengajak mereka untuk berdiskusi dan bermusyawarah tentang persoalan yang sedang dihadapi. Hal ini menjadi salah satu cara untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

(dvs/lus)



Sumber : www.detik.com

Nabi Syits AS, Sosok Penjaga Nur Nabi Muhammad SAW



Jakarta

Setelah Nabi Adam wafat, Allah mengangkat seorang nabi yang bernama Syits AS. Beliau merupakan anak dari Nabi Adam.

Menukil dari buku Mutiara Kisah 25 Nabi dan Rasul karya M Arief Hakim, Nabi Syits berdakwah dan menyampaikan ajaran-ajaran Allah kepada umat manusia. Dakwah yang disampaikan juga lembut, komunikatif dan tidak dengan cara memaksa.

Meski tidak termasuk ke dalam 25 nabi yang wajib diketahui, Nabi Syits mengajak umat manusia untuk beribadah kepada Allah SWT. Tidak hanya sekadar melakukan ritual, melainkan juga ibadah sosial seperti hal-hal yang bermanfaat bagi sesama.


Menurut buku Qashash al-Anbiyaa terjemahan Saefullah MS, Ibnu Katsir menuturkan bahwa arti dari nama Syits ialah anugerah Allah. Nama tersebut diberikan oleh Adam dan Hawa setelah mendapat Syits usai terbunuhnya Habil di tangan saudaranya sendiri.

Nabi Syits AS mendapatkan 50 lembar suhuf dari Allah agar disampaikan kepada umat manusia. Suhuf merupakan lembaran-lembaran yang berisi firman Allah SWT.

Taaj Langroodi dalam Akhlak Para Nabi mengemukakan bahwa Nabi Syits dilahirkan 5 tahun setelah peristiwa dibunuhnya Habil oleh Qabil. Allah SWT menunjuk Syits sebagai nabi, dia menetap di Mekkah dan membacakan kandungan suhuf-suhuf yang dianugerahkan Allah kepada Bani Adam.

Nabi Syits Sebagai Sosok Penjaga Nur Rasulullah SAW

Dalam buku Kumpulan Tanya Jawab Keagamaan yang disusun oleh Kyai Abdullah Alif, Nabi Syits merupakan orang pertama setelah Nabi Adam dan Hawa yang dipercaya untuk menjaga Nur Rasulullah SAW. Dalam sebuah riwayat dikatakan bahwa Allah pertama kali menciptakan Nur Nabi Muhammad sebelum Dia menciptakan Adam, Hawa, alam semesta beserta isinya.

Syekh Yusuf Bin Ismail An-Nabhani melalui Kitab Hujatullah menyebutkan sebelumnya Nur Nabi Muhammad SAW senantiasa terlihat bersinar di wajah Nabi Adam. Cahayanya nampak seperti matahari yang bersinar terang benderang.

Maka, Allah pun mengambil sumpah perjanjian kepada Nabi Adam agar senantiasa menjaga Nur tersebut dengan berfirman:

“Hai Adam, berjanjilah (kepada-Ku) untuk senantiasa benar-benar menjaga Nur Nabi Muhammad SAW (yang telah Kuletakkan dalam dirimu). Janganlah sekali-kali kamu letakkan kecuali kepada orang-orang yang suci mulia,”

Nabi Adam menerimanya dengan senang hati. Kemudian, Nur ini bersemayam di dalam diri Siti Hawa. Tak lama setelahnya, lahirlah seorang anak laki-laki yang tak lain adalah Nabi Syits.

Nur yang semula terdapat di dalam tubuh Hawa dipindah ke dalam Nabi Syits. Nur tersebut terlihat pada wajah Syits, karenanya Nabi Adam selalu memperhatikan dan menjaga Syits.

Nabi Syits tumbuh sebagai pribadi dengan akhlak yang baik. Bahkan, Allah SWT mengirimkan sosok bidadari yang cantik dan rupawan untuk Nabi Syits.

Mengacu pada buku yang sama, yaitu Akhlak Para Nabi, wafatnya Nabi Syits terjadi ketika beliau jatuh sakit. Sebagai gantinya, ia menetapkan sang putra yang bernama Anush untuk melaksanakan wasiatnya.

Nabi Syits meninggal di usia 912 tahun dan dikuburkan tepat di samping makam kedua orang tuanya, yakni di Gua Gunung Abu Qubais.

(aeb/erd)



Sumber : www.detik.com

Mengapa Abu Thalib Tetap Lindungi Nabi Muhammad SAW Meski Menolak Islam?



Jakarta

Abu Thalib adalah paman Nabi Muhammad SAW yang telah mengasuhnya sejak kepergian sang kakek, Abdul Muththalib. Abu Thalib sangat menyayangi Nabi Muhammad seperti anak kandungnya sendiri.

Disebutkan dalam buku Orang Kafir dalam Keluarga Nabi SAW oleh Ahmad Sarwat, Abu Thalib merupakan salah satu kerabat Nabi Muhammad SAW yang tidak mau mengakui kenabiannya tatkala semua orang beriman di usia 40 tahun.

Meskipun selalu melindungi semua perjuangan Nabi Muhammad SAW, hingga akhir hayatnya Abu Thalib tetap tidak mau bersyahadat. Lantas, mengapa Abu Thalib tetap melindungi Nabi Muhammad SAW meski tidak memeluk Islam semasa hidupnya?


Alasan Abu Thalib Melindungi Nabi Muhammad SAW

Abu Thalib tetap melindungi Nabi Muhammad SAW meski tidak memeluk Islam semasa hidupnya karena ia adalah paman Nabi Muhammad yang telah merawatnya sejak yatim piatu pada usia 8 tahun.

Mengutip dari Buku Pintar Sejarah Islam karya Qasim A. Ibrahim & Muhammad A. Saleh, Abu Thalib telah mengasuh dan melindungi Nabi dengan baik selama kurang lebih 42 tahun. Bahkan, Abu Thalib lebih mengutamakan Nabi dibanding anak-anak kandungnya sendiri.

Selama itu, Abu Thalib selalu setia melindungi, menemani, dan membela keponakannya hingga ajal menjemputnya, yakni sepuluh tahun setelah Nabi Muhammad SAW diutus sebagai nabi dan rasul.

Dilansir dari buku Sejarah & Kebudayaan Islam Periode Klasik karya Prof. Dr. H. Faisal Ismail, M.A. ketika Nabi Muhammad menyiarkan Islam, beliau turut melarang adanya berhala-berhala yang disembah oleh para pembesar Quraisy dan kaumnya.

Suatu hari Abu Thalib pernah didatangi oleh pemuka kafir Quraisy, Abu Sufyan bin Harb, kemudian ia berkata,

“Abu Thalib, keponakanmu itu sudah mencaci maki berhala-berhala kita, mencela agama kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan menganggap sesat nenek moyang kita. Sekarang harus kau hentikan ia. Kalau tidak, biarlah kami sendiri yang akan menghadapinya. Oleh karena engkau juga seperti kami tidak sejalan, maka cukuplah engkau mewakili pihak kami menghadapi dia.”

Namun, permintaan dari pemuka kafir Quraisy tersebut ditolak dengan baik oleh Abu Thalib. Kafir Quraisy pun tetap terus-terusan bersekongkol melawan dakwah Nabi Muhammad SAW.

Di hari yang lain, mereka mendatangi Abu Thalib dengan membawa seorang pemuda rupawan bernama Umarah bin Walid bin Mughirah yang akan mereka berikan kepada Abu Thalib sebagai anak angkat.

Sebagai gantinya, Abu Thalib harus menyerahkan Nabi Muhammad SAW kepada mereka. Akan tetapi, usaha dan upaya kafir Quraisy ini kembali ditolak oleh Abu Thalib.

Dengan kemauan yang keras dan gigih, para elite Quraisy mendatangi Abu Thalib lagi seraya berkata, “Engkau sebagai orang yang terhormat di kalangan kami. Kami telah meminta kepadamu agar menghentikan kemenakanmu itu, tapi tidak juga kau lakukan. Kami tidak akan tinggal diam terhadap orang yang memaki nenek moyang kita, tidak menghargai harapan-harapan kita, dan mencela berhala-berhala kita. Kau suruh dia diam atau sama-sama kita lawan dia sampai salah satu pihak nanti binasa.”

Berat sekali bagi Abu Thalib untuk berpisah atau bermusuhan dengan masyarakatnya. Namun, di sisi lain ia tak sampai hati menyerahkan atau membuat keponakannya itu kecewa atau ditimpa mara bahaya yang dirancang oleh pemuka Quraisy itu.

Abu Thalib kemudian memanggil Nabi Muhammad SAW dan menceritakan maksud para pemuka Quraisy tersebut. Ia mengimbau kepada Nabi Muhammad, “Jagalah aku, begitu juga jagalah dirimu. Jangan aku dibebani hal-hal yang tak dapat kupikul.”

Mendengar ucapan Abu Thalib itu, Nabi Muhammad SAW mengira pamannya tidak bersedia lagi melindunginya. Dengan nada yang santun, Nabi SAW pun berkata kepada pamannya,

“Paman, demi Allah! Kalaupun mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan meletakkan bulan di tangan kiriku, dengan maksud supaya aku meninggalkan tugas ini, sungguh tidak akan kutinggalkan. Biar nanti Allah yang akan membuktikan kemenangan itu di tanganku, atau aku binasa karenanya.”

Setelah mengucapkan pernyataan itu, Nabi Muhammad SAW dengan ekspresi sedih menundukkan wajahnya seraya menangis meneteskan air mata. Ketika membalikkan badan hendak pergi, Abu Thalib memanggilnya, “Menghadaplah kemari, Anakku!”

Nabi Muhammad SAW pun berpaling mengharap ke arah Abu Thalib lalu pamannya berkata, “Pergilah dan lakukanlah apa yang kamu kehendaki. Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan kamu kepada mereka karena alasan apapun untuk selama-lamanya.”

Pernyataan Abu Thalib itu sangat membesarkan dan meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan gerakan dakwahnya.

Demikianlah sosok Abu Thalib yang senantiasa melindungi dan membela Nabi Muhammad SAW dengan tulus meskipun dirinya tidak memeluk Islam.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Saat Rasulullah Menegur Sahabat Akibat Panjangnya Bacaan Salat



Jakarta

Menurut keterangan hadits, diketahui ternyata Rasulullah SAW pernah menegur salah seorang sahabatnya. Teguran itu bermaksud mengingatkan sahabatnya akan panjangnya bacaan surah saat menjadi imam.

Hadits tersebut bersumber dari Jabir bin Abdullah RA. Berdasarkan riwayatnya, sahabat yang bernama Muadz bin Jabal tersebut bahkan membuat seorang makmum memisahkan diri dari barisan salat berjamaah.

Dikisahkan, Mu’adz pernah salat bermakmum kepada Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, dia lalu mendatangi kaumnya dan mengimami mereka salat dengan membaca surah Al Baqarah.


Jabir berkata, “Saat itu lalu ada seorang makmum yang memutuskan diri dari berjamaah, lalu mengerjakan salat sendirian secara ringkas,” sebagaimana dikutip dari Shalatul Mu’min Bab Imamah karya Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani.

Kejadian ini pun lalu sampai kepada Mu’adz. Ia pun berkata, “Sungguh dia itu munafik,”

Omongan Mu’adz ini lalu sampai kepada laki-laki tersebut. Laki-laki itu lalu mendatangi Nabi Muhammad SAW dan mengadukan hal itu pada beliau. Ia berkata,

“Ya Rasulullah, sesungguhnya kami ini adalah orang yang bekerja dengan tangan kami sendiri dan kami menyirami sendiri tanah kami dengan bantuan unta, dan sesungguhnya semalam Mu’adz mengimami kami salat dengan membaca surah Al-Baqarah, kemudian aku memisahkan diri, kemudian dia mengatakan bahwa aku munafik (bagaimana ini?),”

Rasulullah SAW yang mendengar kisah dari lelaki tersebut pun mendatangi Mu’adz. Beliau pun menegurnya dengan lembut mengingatkan Mu’adz untuk mempertimbangkan kondisi makmum dalam salat.

“Wahai Mu’adz, apakah engkau seorang yang suka menimbulkan kesulitan kepada orang lain? Apakah engkau seorang yang suka menimbulkan kesulitan kepada orang lain? Apakah engkau seorang yang suka menimbulkan kesulitan kepada orang lain? Oleh karena itu, bacalah surat Asy-Syams dan Al-A’la atau surat lain yang kurang lebih sama panjangnya.” (HR Bukhari)

Kisah ini juga termaktub dalam Shahih Muslim dengan redaksi serupa. Berikut hadits selengkapnya.

“Dia (Mu’adz) pernah mengerjakan salat Isya’ bersama Rasulullah. kemudian mendatangi kaumnya dan mengimami mereka salat tersebut.

Suatu malam ia mengerjakan salat Isya’ bersama Nabi Muhammad SAW, kemudian mendatangi kaumnya dan mengimami mereka dengan membaca surat Al Baqarah, lalu ada seseorang yang membatalkan salatnya, kemudian mengerjakan salat sendirian dan setelah itu ia lalu pergi…” (HR Muslim)

Dalam hadits Anas RA seperti yang dikeluarkan Imam Ahmad juga menyampaikan kisah serupa. Anas berkata.

فَلَمَّا رَأَى مُعَاذَا طَوَّلَ تَجَوَّزَ فِي صَلَاتِهِ وَحَقَ بِنَخْلِهِ يَسْقِيهِ….

Artinya: “Ketika orang tersebut mengetahui Mu’adz memanjangkan bacaannya, dia lalu memperpendek salatnya, berpaling dari salat berjamaah itu, lalu bergegas untuk menyirami tanaman kurmanya…” (HR Ahmad)

Dijelaskan Dr. Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthani, makmum memisahkan diri hal lantaran imam terlalu memanjangkan bacaan salatnya adalah termasuk uzur syar’i.

Perawi hadits Imam Ahmad dalam buku Panduan Shalat Praktis & Lengkap oleh Ustaz Ust. Syaifurrahman El-Fati juga berpendapat , seorang imam salat sebaiknya membaca membacakan surat pendek. Tujuannya, agar amalan ibadah tidak memberatkan jamaah lainnya. Dengan catatan, ukuran berat ringannya bacaan surat Al-Qur’an tergantung kebiasaan imam dan makmum di daerah tersebut.

(rah/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rumah Pertama Rasulullah di Madinah yang Dipilih oleh Unta



Jakarta

Perjalanan hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah dilakukan secara sembunyi-sembunyi bersama salah seorang sahabat Abu Bakar ash-Shiddiq. Beliau memilih jalur yang berlawanan agar tidak diketahui oleh kafir Quraisy.

Setibanya di Madinah, Nabi Muhammad SAW mendapat sambutan suka cita dari penduduk setempat yang telah menantikan kedatangannya. Bahkan para penduduk saling berebut menawarkan tempat tinggal untuk beliau.

Setiap kali unta Rasulullah SAW bernama Qashwa melewati rumah kaum Anshar, penghuninya selalu memegang tali kekangnya seraya berkata, “Mari singgah di rumah kami, wahai Rasulullah, sudah dipersiapkan dan sudah disiapkan, juga ada perlindungan dan kekuatan.”


Sementara Rasulullah SAW hanya bersabda kepada mereka, “Biarkan unta itu berjalan, sesungguhnya ia sudah diperintahkan,” sebagaimana dikutip dari buku Negeri Iman, Orang beriman dan Kemenangan yang Nyata karya Hamid Ahmad Ath-Thahir.

Banyak di antara sahabat Anshar yang menawarkan tempat tinggal, tetapi Rasulullah SAW selalu sama menjawabnya. Lantas, rumah siapa yang pertama kali dijadikan sebagai tempat tinggal Nabi SAW?

Kisah Berdirinya Rumah Pertama Nabi Muhammad di Madinah

Dikisahkan dalam buku Sirah Nabawiyah karya Ibnu Hisyam, unta milik Rasulullah SAW terus berjalan menyusuri jalan-jalan di Madinah.

Saat tiba di perkampungan Bani Malik bin Najjar, unta tersebut menderum di sebuah tempat pengeringan kurma. Pemiliknya adalah dua anak yatim dari Bani Najjar yang berada dalam pengasuhan Mu’adz bin Afra, yaitu bernama Sahal dan Suhail bin Amru.

Namun, tak lama kemudian unta Rasulullah SAW menderum sehingga beliau tidak turun dari punggungnya. Ternyata si unta masih berjalan lagi tak jauh dari tempat semula. Beliau pun tetap membiarkan tali kekangnya dan tidak membelokkannya

Unta tersebut akhirnya berhenti dan berlutut di depan rumah milik Abu Ayyub al Anshari. Rumah ini kemudian dikenal sebagai tempat tinggal pertama Rasulullah SAW di Madinah.

Ketika tinggal di rumah Abu Ayyub, Rasulullah SAW kemudian bertanya tentang tempat pengeringan kurma sebelumnya, “Milik siapakah itu?”

Mu’adz bin Afra menjawab, “Wahai Rasulullah, tempat itu milik Sahal dan Suhail bin Amru. Keduanya anak yatim yang berada dalam pengasuhanku. Aku akan meminta kepada keduanya untuk merelakannya agar engkau bisa menggunakannya sebagai lokasi masjid.”

Abul Hasan al-Ali Hasan an-Nadwi dalam bukunya Sirah Nabawiyah turut menceritakan bahwa kala itu Rasulullah SAW memanggil kedua anak yatim pemilik tempat pengeringan kurma.

Beliau menanyakan harganya kepada mereka untuk dibelinya dan menjadikannya sebagai masjid. Kedua anak yatim itu berkata, “Justru kami telah menghibahkannya untukmu, wahai Rasulullah.”

Akan tetapi, Rasulullah SAW menolak untuk menerima sebagai hibah mereka. Beliau memutuskan untuk membelinya dari mereka lalu membangun masjid di tanah tersebut. Selama masa pembangunan, Nabi Muhammad SAW tetap tinggal di rumah milik Abu Ayyub selama tujuh bulan.

Dalam riwayat lain, dikatakan bahwa Nabi Muhammad SAW membeli tanah tempat pengeringan kurma tersebut seharga 10 dinar emas yang beliau bayarkan dari harta milik Abu Bakar.

Di tempat itulah Rasulullah SAW membangun masjid yang kini dikenal sebagai Masjid Nabawi. Pada sebagian tanahnya, Nabi SAW membangun rumah pertama milik beliau serta membangun bilik untuk istri-istrinya di samping masjid.

Demikianlah kisah berdirinya rumah pertama Nabi Muhammad SAW di Madinah yang dipilih oleh unta Qashwa miliknya.

(lus/lus)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah Beri Syafaat di Padang Mahsyar


Jakarta

Kiamat adalah sebuah peristiwa di mana alam semesta ini hancur dan menjadi awal bagi kehidupan yang abadi. Setelah kiamat, manusia akan dibangkitkan kembali oleh Allah SWT dan dikumpulkan di Padang Mahsyar untuk menjalani pengadilan.

Ketika berada di Padang Mahsyar, semua orang sibuk dengan dirinya sendiri, khawatir dengan nasib dan mencoba mencari perlindungan. Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, dan Nabi Isa pun angkat tangan saat dimintai syafa’at oleh orang-orang mukmin di Padang Mahsyar.

Syekh Ibrahim Al-Bajury dalam kitabnya “Tijanud Darary” mengisahkan, sekelompok manusia beriman berinisiatif mendatangi Nabi Adam dengan suatu permohonan. “Wahai Nabi Adam! Engkau bapak segala manusia dan tercipta dengan kekuasaan Allah. Mohonkan kepada Allah agar mempercepat proses ini dan meringankan beban kita ini”.


Nabi Adam menjawab: “Aku tidak berani berbicara di hadapan Allah karena waktu dahulu pernah bersalah sehingga dikeluarkan dari surga. Saat ini aku hanya berpikir untuk diriku”.

Nabi Adam kemudian mengarahkan agar manusia mendatangi Nabi Nuh sebagai rasul pertama.

Manusia kemudian mendatangi Nabi Nuh dan berkata: “Wahai Nuh, bermohonlah kepada Allah agar mempercepat proses ini”.

Nabi Nuh menjawab: “Aku tidak berani berbicara di hadapan Allah saat ini, karena dulu aku pernah bermohon agar Allah menenggelamkan penduduk bumi sehingga banjir melanda”.

Nabi Nuh merasa bersalah dan malu berbicara kepada Allah, dia hanya mengarahkan agar para manusia menghadap Nabi Ibrahim sebagai kekasih Allah.

Berikutnya sekelompok manusia menghadap Nabi Ibrahim. Ternyata Nabi Ibrahim juga mengaku pernah bersalah. Karena kepandainnya bersilat lidah beliau mengaku telah berdusta tiga kali, walaupun sebenarnya beliau bukan berdusta.

Pertama mengatakan “inni saqiim/aku sedang sakit”, maksudnya bukan sakit fisik tapi sakit perasaan karena banyak yang melakukan kemusyrikan. Kedua ketika mengatakan isterinya sebagai saudara “innaha ukhti”, maksudnya saudara seagama. Ketiga ketika menjawab pertanyaan Raja Namrud tentang siapa yang menghancurkan berhala setelah beliau melakukannya. Beliau mengatakan “kabiiruhum hadza”, yang besar ini. Maksudnya bukan yang besar ini penghancurnya, tapi ini yang paling besar ukuran berhalanya.

Nabi Ibrahim tidak bisa memberi syafa’at dan mengarahkan kepada Nabi Musa yang pernah berdialog langsung dengan Allah.

Nabi Musa juga tidak bisa karena pernah melakukan pembunuhan yang tidak semestinya. Beliau tidak sengaja hanya melakukan pukulan sedikit tanpa berniat membunuh ternyata orang itu mati.

Para manusia kemudian mendatangi Nabi Isa. Dalam dialognya, Nabi Isa tidak bisa juga memberi syafa’at karena Isa dan ibunya Maryam telah manusia jadikan sebagai Tuhan selain Allah. Nabi Isa malu meminta sesuatu kepada Allah.

Lantas siapa yang bisa memberikan syafa’at kepada manusia? Siapa yang akhirnya menjadi manusia paling sibuk di akhirat?

Akhirnya mereka mendatangi Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi. Nabi Muhammad saja yang berani merespon. “Ayo umatku. Ayo umatku. Ayo umatku. Mari datang ke sini. Ini memang wewenangku”. Beliau sujud di bawah ‘arsy’ seperti salat.

Sampai ada suara “Angkat kepalamu Muhammad, jika kamu meminta sesuatu Aku berikan dan jika kamu meminta syafa’at ini Aku serahkan”. Nabi Muhammad kemudian memberikan syafa’at terbesar kepada umat beriman di padang mahsyar.

Rasulullah Jadi Manusia Pertama yang Dibangkitkan dari Kubur

Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Abbas RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ” Orang yang pertama kali dibangkitkan dari kubur di hari kiamat nanti adalah Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam”.

Saat itu, malaikat Jibril datang ke hadapan Rasulullah dengan membawa buraq. Lalu, malaikat Israfil membawa bendera dan mahkota, sedangkan malaikat Izrail datang dengan membawa pakaian-pakaian.

Israfil berkata “Wahai Roh yang baik, kembalilah ke tubuh yang baik” , maka kubur terbelah dua. Pada seruan yang kedua pula, kubur mulai terbongkar.

Pada seruan yang ketiga, ketika Rasulullah SAW berdiri, Sang Nabi membersihkan tanah dari atas kepala dan janggutnya. Kemudian dilihatnya kondisi di sekitar yang sudah rata dengan tanah. Nabi Muhammad kemudian menangis sehingga mengalir air matanya ke pipi.

Beliau bersabda, “Kekasihku Jibril, gembirakanlah aku”. Jibril berkata, “Lihatlah apa yang ada di hadapanmu”. Rasulullah bersabda, “Bukan seperti itu pertanyaanku” .Jibril kembali berkata “Adakah kau tidak melihat bendera kepujian yang terpasang di atasnya”.

Rasulullah SAW bersabda, “Bukan itu maksud pertanyaanku, aku bertanya kepadamu akan umatku. Di mana perjanjian mereka? Niscaya akan kuatlah pertolongan pada hari ini. Aku akan mensyafa’atkan umatku”.

Rasulullah Beri Syafa’at di Padang Mahsyar

Rasulullah SAW menjadi satu-satunya nabi yang menyanggupi permintaan dari para mukmin untuk memberikan syafa’at. Bahkan, ketika sudah berada di dalam surga sekalipun beliau masih sibuk memikirkan umatnya dengan terus memohon kepada Allah agar bisa menolong umatnya.

Hal ini bukan sebuah kebetulan, Rasulullah SAW memang rasul yang sangat memperhatikan keselamatan para umatnya. Bahkan saat diberikan pilihan oleh Allah, antara memilih separuh umatnya masuk surga dengan syafa’at, maka Rasulullah SAW memilih syafa’at. Sebab cakupan syafa’at lebih luas dan menjadi hak setiap muslim yang beriman.

Mengutip dari laman NU Online, diungkapkan dalam sebuah hadits beliau bersabda. “Apakah kalian tahu apa yang dipilihkan Tuhanku malam ini?” Para sahabat menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.” Beliau melanjutkan, “Sesungguhnya Dia memberi pilihan kepadaku antara separuh umatku masuk surga dengan syafaat, maka aku memilih syafaat,” (HR ath-Thabrani).

Bahkan, ketika nabi lain menggunakan doa mustajabnya untuk di dunia, Rasulullah SAW mempersiapkan doa mustajab untuk mensyafaati umatnya. Sebagaimana dalam hadits berikut:

لِكُلِّ نَبِيٍّ دَعْوَةٌ مُسْتَجَابَةٌ يَدْعُو بِهَا، وَأُرِيدُ أَنْ أَخْتَبِئَ دَعْوَتِي شَفَاعَةً لِأُمَّتِي فِي الآخِرَةِ

Artinya, “Setiap nabi memiliki doa mustajab yang dapat dipergunakannya. Namun, aku ingin menyimpan doa (mustajab)-ku untuk memberi syafaat kepada umatku di akhirat,” (HR Al-Bukhari).

Syarat Mendapat Syafaat dari Rasulullah saat Kiamat

Berikut 3 syarat agar mendapat syafaat dari Rasulullah SAW ketika di akhirat kelak:

1. Meninggal dalam Keadaan Tidak Menyekutukan Allah

Hal itu seperti yang ditandaskan dalam sabdanya:

أُشْهِدُكُمْ أَنَّ شَفَاعَتِي لِكُلِّ مَنْ مَاتَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا

Artinya, “Aku bersaksi kepada kalian bahwa syafaatku diperuntukkan bagi setiap muslim yang meninggal tidak menyekutukan Allah dengan apapun,” (HR Abu Dawud).

2. Meninggal Membawa Keimanan Walau Sebesar Biji Sawi

Hal itu seperti yang digambarkan dalam haditsnya:

أَقْرَعُ بَابَ الْجَنَّةِ فَيُفْتَحُ بَابٌ مِنْ ذَهَبٍ وَحِلَقُهُ مِنْ فِضَّةٍ، فَيَسْتَقْبِلُنِي النُّورُ الْأَكْبَرُ، فَأَخِرُّ سَاجِدًا، فَأُلْقِي مِنَ الثَّنَاءِ عَلَى اللَّهِ مَا لَمْ يُلْقِ أَحَدٌ قَبْلِي، فَيُقَالُ لِي: ارْفَعْ رَأْسَكَ، سَلْ تُعْطَهْ، وَقُلْ يُسْمَعْ، وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ شَعِيرَةٍ مِنْ إِيمَانٍ، قَالَ: ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّانِيَةَ، ثُمَّ أُلْقِي مِثْلَ ذَلِكَ، وَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، وَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ خَرْدَلَةٍ مِنْ إِيمَانٍ،

Artinya, “Aku mengunci pintu surga. Tiba-tiba dibukakan satu pintu dari emas dan lengkungnya dari perak. Kemudian aku disambut oleh cahaya yang agung. Aku pun langsung bersujud seraya menyampaikan pujian kepada Allah dengan pujian yang belum pernah disampaikan seorang pun sebelumku. Disampaikanlah kepadaku, ‘Angkatlah kepalamu. Mintalah, niscaya engkau akan diberi. Berkatalah, niscaya engkau akan didengar. Meminta syafaatlah, niscaya engkau akan diberi syafaat.’ Aku pun berkata, ‘Umatku…!’ Lantas dijawab, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walau seberat biji gandum.’ Aku pun bersujud kedua kalinya dan menyampaikan pujian yang sama dan disampaikan lagi kepadaku jawaban yang sama. Lalu terus memohon lagi, ‘Umatku…!’ Disampaikan kepadaku, ‘Engkau berhak menolong orang yang dalam hatinya ada keimanan walaupun sekecil biji sawi.'”

3. Meninggal Mengucapkan Kalimat Thayyibah atau Lailahaillah dengan Ikhlas

Sebagaimana yang disampaikan dalam lanjutan hadits di atas:

ثُمَّ أَسْجُدُ الثَّالِثَةَ، فَيُقَالُ لِي: مِثْلُ ذَلِكَ، ثُمَّ أَرْفَعُ رَأْسِي فَأَقُولُ: أُمَّتِي، فَيُقَالُ لِي: لَكَ مَنْ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ مُخْلِصًا

Artinya, “Aku bersujud ketiga kalinya dan disampaikan kepadaku jawaban yang sama. Setelah itu, aku mengangkat kepala dan memohon lagi, ‘Umatku…!’ Lalu disampaikan kepadaku,’Engkau berhak menolong orang yang mengucap ‘Lā ilāha illallāh’ dengan ikhlas,'” (HR Abu Ya’la).

Itulah sepak terjang seorang Rasulullah SAW saat hari akhir nanti. Sungguh beliaulah manusia paling sibuk dan paling peduli dengan keselamatan umatnya.

(hnh/nwk)



Sumber : www.detik.com

Kisah Cinta Khadijah dan Rasulullah, Paling Romantis dalam Islam


Jakarta

Kisah cinta Sayyidah Khadijah RA dengan Nabi Muhammad SAW tidak kalah romantis dari Romeo dan Juliet. Kecintaan Rasulullah SAW kepada istri pertamanya itu sangat dalam, hingga saat kepergian Khadijah RA membuat dirinya bersedih dan menjadi Amu al-Huzn (tahun kesedihan) bagi Rasulullah SAW.

Muhammad Ibnu Saad dalam bukunya The Women of Madina, Khadijah binti Khuwailid merupakan istri pertama Rasulullah SAW dan merupakan satu-satunya istrinya yang tidak ia poligami. Sebelum menikahi Rasulullah SAW, Khadijah RA telah berhasil membangun bisnisnya sendiri dan menjadi wanita sukses.

Khadijah RA dikenal sebagai perempuan yang lahir dari keluarga yang terhormat dan mulia. Masyarakat pada zaman Jahiliyah bahkan memberinya julukan at-Thahirah, yaitu seorang wanita yang suci.


Dalam beberapa riwayat menyebutkan, Khadijah RA berstatus janda sebelum menikah dengan Rasulullah SAW. Beliau dikatakan sudah menikah dua kali dan kedua suaminya meninggal dunia.

Awal Pertemuan Khadijah RA dan Rasulullah SAW

Dalam Kitab Ar-Rahiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury menjelaskan, Sayyidah Khadijah RA adalah seorang wanita yang pandai berbisnis dalam masyarakat patriarki sehingga beliau membutuhkan laki-laki untuk membantunya. Lalu, Khadijah RA mencari pemuda yang jujur dan mampu menjalankan bisnisnya.

Pada masa itu, Rasulullah SAW yang belum diangkat menjadi nabi mendatangi Khadijah RA untuk melamar posisi tersebut. Tanpa ragu, Khadijah RA memberikan posisi itu kepada Rasulullah SAW.

Beliau memerintahkan Rasulullah SAW agar menjajakan barang dagangannya ke negeri Syam dengan ditemani seorang pelayan bernama Maisarah. Beliau juga dibekali modal yang cukup besar dibanding pekerja lain.

Di negeri Syam, Rasulullah SAW mulai menjual barang-barang dagangannya. Keuntungan yang diperoleh Rasulullah SAW berlipat ganda, sehingga Khadijah RA memberi bonus dari hasil penjualan tersebut.

Pernikahan Khadijah RA dengan Rasulullah SAW

Berdasarkan buku Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kisah Istri-Istri Nabi Muhammad SAW karya Herwanti Subekti dan Sutarman, saat menikah Khadijah RA berusia 40 tahun sedangkan Rasulullah SAW berusia 25 tahun. Tapi perbedaan usia yang sangat jauh ini tidak menghalangi cinta mereka.

Sepulang dari negeri Syam, Khadijah RA bertanya kepada pelayannya mengenai sikap Rasulullah SAW. Maisarah bercerita bahwa Rasulullah SAW adalah pria paling baik dan lembut yang pernah ia temui.

Tidak hanya itu, Rasulullah SAW juga sangat mumpuni dalam menjalankan tugasnya sebagai mitra dagang. Khadijah RA pun mulai terkesan dan menaruh perhatian pada Rasulullah SAW.

Kemudian, Khadijah RA mengutarakan keinginannya untuk menikah dengan Rasulullah SAW. Beliau mengutus sahabatnya, Nafisah, untuk menyampaikan berita ini ke Rasulullah SAW.

Setelah melalui berbagai perbincangan, Rasulullah SAW bersedia menerima tawaran Nafisah untuk menikahi Khadijah RA. Kabar gembira ini disampaikan kepada kedua pihak keluarga.

Rasulullah SAW dan pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib RA bersiap untuk mendatangi rumah Khuwailid bin Asad RA selaku wali dari Khadijah RA. Dua bulan setelah perjalanan bisnis pertamanya, Rasulullah SAW resmi menikah dengan Sayyidah Khadijah RA.

Kehidupan Pernikahan Khadijah RA dengan Rasulullah SAW

Selain menjadi istri pertama, Sayyidah Khadijah RA adalah satu-satunya istri Rasulullah SAW yang tidak dipoligami. Pernikahan mereka dikaruniai dua orang putra dan empat orang putri. Mereka adalah Abdullah, Al-Qasim, Zainab, Ruqayyah, Ummu Kultsum, dan Fatimah.

Saat Rasulullah SAW menerima wahyu dan diangkat menjadi nabi, Khadijah RA menjadi orang pertama yang percaya kepada Allah SWT dan rasul beserta ajaran-ajarannya. Khadijah RA juga senantiasa menemani Rasulullah SAW saat berdakwah.

Hubungan suami-istri Sayyidah Khadijah RA dengan Rasulullah SAW berlangsung selama kurang lebih 25 tahun. Ketika Rasulullah SAW berusia 50 tahun, Khadijah RA wafat pada usianya yang menginjak 65 tahun.

Mengutip buku Pengantin Al-Quran karya Quraish Shihab, meskipun Khadijah RA telah meninggal, cinta Rasulullah SAW kepadanya tidak pernah hilang. Rasulullah SAW bahkan pernah menangis ketika tak sengaja melihat kalung yang biasa digunakan oleh almarhum istrinya.

Sungguh indah ketika dua insan memadu cinta, melewati susah senangnya kehidupan bersama, dalam bahtera rumah tangga. Kisah kesetiaan keduanya dapat menjadi inspirasi bagi pasangan suami istri.

(hnh/rah)



Sumber : www.detik.com

Kisah Rasulullah SAW Menerima Wahyu Pertamanya



Jakarta

Rasulullah SAW merupakan nabi sekaligus rasul penutup yang terakhir diutus oleh Allah SWT. Beliau lahir di Makkah pada 12 Rabiul Awwal tahun Gajah yang mana bertepatan dengan 570 M.

Ayah Nabi Muhammad bernama Abdullah bin Abdul Muthalib dan ibunya Aminah binti Wahab. Abdullah adalah seorang saudagar yang sering bepergian ke Negeri Syam.

Sayangnya, Abdullah wafat ketika usia kandungan Aminah 2 bulan. Akhirnya, Nabi Muhammad lahir tanpa sosok ayah.


Setelah lahir pun, ia diserahkan pada Halimah Sa’diah untuk disusui. Zaman dahulu, masyarakat Arab memiliki kebiasaan menyusui anak-anak mereka kepada perempuan desa seperti mengutip dari arsip detikHikmah.

Adapun, mengenai wahyu pertama yang diterima Rasulullah SAW ialah di Gua Hira yang berupa surat Al Alaq ayat 1-5. Dalam pendapat terkuatnya, momen penerimaan wahyu itu terjadi pada 17 Ramadan 610 M.

Dalam buku 1001 Fakta Dahsyat Mukjizat Kota Makkah oleh Asima Nur Salsabila, Gua Hira juga disebut sebagai Jabal Nur. Letaknya di sebelah timur laut Masjidil Haram yang berada di jalur jalan Thaif (Sael), sekitar 4 km dari Masjidil Haram.

Pada bukit tersebut, Nabi Muhammad pertama kali menerima wahyu: “Iqra” yang artinya bacalah. Kisah turunnya wahyu pertama Rasulullah diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Aisyah RA, ia berkata:

“Turunnya wahyu pertama yang diterima oleh Rasulullah SAW dalam bentuk mimpi ketika waktu beliau tidur. Biasanya mimpi itu terlihat jelas oleh beliau, seperti jelasnya cuaca pagi. Semenjak saat itu hati beliau tertarik untuk mengasingkan diri (khalwat) ke Gua Hira. Dan di situ beliau beribadah selama beberapa malam, dan tidak pulang ke rumah istrinya Khadijah RA. Kemudian beliau membawa perbekalan yang cukup. Setelah perbekalannya habis, beliau kembali kepada Khadijah, untuk mengambil lagi perbekalan secukupnya. Lalu beliau kembali ke Gua Hira, pada suatu ketika datang kepadanya kebenaran (wahyu), yaitu sewaktu beliau masih berada di Gua Hira.

Malaikat Jibril datang kepadanya, lalu berkata: “Bacalah,”

Nabi menjawab: “Aku tidak bisa membaca,”

Nabi menceritakan maka aku ditarik dan dipeluknya hingga aku kepayahan. Lalu aku dilepaskannya dan di suruh membaca. Malaikat Jibril berkata: “Bacalah,”

Aku menjawab: “Aku tidak bisa membaca,”

Lalu aku dilepaskannya dan di suruh membaca. Malaikat Jibril berkata: “Bacalah,”

Aku menjawab: “Aku tidak bisa membaca,”

Maka aku ditarik dan dipeluknya lagi untuk ketiga kali. Kemudian aku dilepaskannya sambil dia berkata:

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ خَلَقَ الْاِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍۚ اِقْرَأْ وَرَبُّكَ الْاَكْرَمُۙ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِۙ عَلَّمَ الْاِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْۗ

Artinya: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan! Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Tuhanmulah Yang Maha Mulia, yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya,” (QS Al-Alaq 1-5)

Disebutkan dalam buku Fikih Sirah karya Said Ramadhan Al-Buthy bahwa gambaran ketakutan yang dialami oleh Rasulullah SAW saat itu semakin tebal karena beliau mengira yang menemuinya di dalam Gua Hira adalah sebangsa Jin.

(aeb/dvs)



Sumber : www.detik.com

Kisah Nabi Muhammad SAW Menggembala Kambing di Masa Kecil



Jakarta

Nabi Muhammad SAW pernah menggembala kambing semasa kecil. Beliau menjadi salah satu nabi yang memiliki kambing dan merawatnya bersama Halimah, ibu susuannya.

Mengutip buku Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Volume 1 oleh Moenawar Khalil, kisah Nabi Muhammad SAW menggembala kambing dijelaskan dalam beberapa hadits.

Nabi Muhammad SAW telah ditinggal sang ayah, ketika beliau masih berusia dua bulan dalam kandungan ibunya, Aminah. Ketika meninggal dunia, sang ayah, Abdullah bin Abu Muthalib tidak meninggalkan harta benda yang banyak, kecuali lima ekor unta, beberapa ekor kambing, dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian menjadi perawat dan pengasuh pribadi beliau yang amat setia di rumah ibunya.


Sejak dilahirkan sebagai anak yatim, Nabi Muhammad SAW tidak pernah memiliki harta benda dan perhiasan dunia sebagaimana kebiasaan anak-anak bangsawan Quraisy lainnya.

Ketika beliau berusia kurang lebih empat tahun, yaitu waktu berada di bawah asuhan Halimah di dusunnya, dengan kehendak sendiri telah ikut menggembala kambing milik ibu susuannya, Halimah, bersama-sama dengan anak Halimah.

Mengutip buku Nabi Muhammad SAW – Kisah Manusia Paling Mulia di Dunia oleh Neti S, Aisyah Fad dan Endah W dikisahkan suatu saat, Muhammad kecil sedang menggembala kambing bersama sama saudara sepersusuannya kemudian datanglah malaikat Jibril menghampiri Muhammad dalam wujud manusia.

Malaikat Jibril memegang tangan mungil Muhammad. Hal itu membuat Muhammad kecil kaget dan pingsan.

Jibril membaringkan Muhammad di atas batu. Kemudian, ia membelah dada Muhammad dan mengeluarkan segumpal darah berwarna hitam dari hati Muhammad. Mereka membuang gumpalan darah hitam itu dari hati Muhammad.

Hati Muhammad dicuci hingga bersih dengan air zamzam dalam bejana emas. Setelah itu, Jibril menempatkan kembali hati tersebut di tempat semula.

Saudara-saudara susuan Muhammad ketakutan ketika melihat Muhammad dibelah dadanya oleh dua laki-laki jelmaan malaikat itu.

Mereka berlari pulang mengadukan hal tersebut kepada ibunya, Halimah.

“lbu…Ibu…Muhammad….dibunuh! Muhammad dibunuh!” jerit mereka ketakutan sambil menunjuk-nunjuk ke arah padang gembalaan.

“Ada apa dengan saudaramu?” tanya Halimah cemas.

“Muhammad…, ada orang yang ingin mencelakainya,” jawab anak itu terbata-bata.

Halimah terkejut dan cemas mendengar kabar yang disampaikan oleh anak-anaknya. Dengan perasaan cemas ia berlari menyusul Muhammad ke padang gembalaan kambing mereka.

Ketika sampai ke sana, Halimah tidak melihat sesuatu yang mengkhawatirkan telah terjadi pada diri Muhammad. la menemui Muhammad yang sedang asyik menggembalakan kambing dalam kondisi baik-baik saja. Muhammad terlihat sehat, bahkan rona wajahnya terlihat lebih cerah dari biasa.

“Apa yang telah terjadi padamu, wahai anakku?” tanya Halimah sambil merangkul Muhammad kecil.

“Dua orang laki-laki berjubah putih telah mengambil sesuatu dari tubuhku,” jawab Muhammad dengan lugu sambil memeluk ibu susunya itu.

“Apa itu?” tanya Halimah dengan wajah khawatir.

“Aku tidak tahu,” jawab Muhammad

“Kamu tidak apa-apa?” Halimah masih lemah sambil memeriksa tubuh anak susuannya itu. Namun, ia tidak menemukan kejanggalan apa pun pada diri Muhammad.

Karena khawatir, Halimah segera membawa Muhammad dan anak-anaknya pulang. Halimah kemudian membawa Muhammad kembali ke rumah ibunya, Aminah.

Nabi Muhammad kecil juga dikenal sebagai penggembala kambing milik penduduk Makkah.

Selanjutnya, setelah Nabi Muhammad kecil ditinggal wafat oleh ibunya. Beliau diasuh oleh sang kakek yang pada masa itu memegang kekuasaan di Makkah. Meskipun demikian, beliau tidak merasa malu untuk bekerja menggembala kambing sebagai buruh penggembala kambing milik
orang Makkah. Dari pekerjaan ini, Nabi Muhammad SAW memperoleh upah.

Riwayat pekerjaan sebagai penggembala kambing milik orang Makkah itu, oleh beliau sendiri pernah dinyatakan dengan sabdanya kepada sebagian sahabat ketika beliau telah menjadi nabi dan rasul Allah, yang bunyinya menurut riwayat sebagai berikut,
“Allah tidak mengutus seorang Nabi melainkan dia pernah menggembala kambing. “Para sahabat bertanya, “Dan engkau, ya Rasulullah?” Beliau bersabda. “Dan, aku sudah pernah juga menggembala kambing milik orang Makkah dengan menerima upah yang tidak seberapa banyaknya.” (HR. Bukhari)

Dalam riwayat lain, beliau bersabda,

“Nabi Musa diutus dan dia seorang penggembala kambing, dan Nabi Daud diutus dan dia seorang penggembala kambing, dan aku diutus dan aku juga menggembala kambing ahliku (keluargaku) di kampung Jiyad.” (HR. an Nasa’i)

Selanjutnya setelah berusia dua belas tahun, Nabi Muhammad ikut pamannya, Abu Thalib, untuk berniaga ke negeri Syam untuk berjualan. Tetapi, karena ada hal-hal yang sangat mencemaskan pamannya, pamannya tidak lagi berangkat ke negeri Syam untuk berniaga.

Itulah kisah singkat Nabi Muhammad SAW yang pernah menggembala kambing sewaktu kecil.

(dvs/nwk)



Sumber : www.detik.com

Nama-nama Nabi dan Rasul, Kisah Singkat, dan Mukjizatnya


Jakarta

Sebagai umat islam, kita patut untuk mengenal 25 nama-nama Nabi dan Rasul. Setiap nabi dan rasul memiliki mukjizat yang Allah berikan.

Bagaimana kisah singkat dari 25 Nabi dan Rasul yang diutus Allah SWT? Apa saja mukjizat yang mereka miliki?

Nama-Nama Nabi dan Rasul beserta Mukjizatnya

Nama-nama Nabi dan Rasul adalah mulai dari Nabi Adam, Idris, Nuh, Hud hingga Muhammad SAW. Simak kisah singkat dan mukjizatnya berikut ini.


1. Nabi Adam

Nabi Adam merupakan manusia dan khalifah pertama yang diciptakan Allah SWT dari segumpal tanah. Menurut buku Menengok Kisah 25 Nabi & Rasul oleh Ahmad Fatih, S.Pd, sebelumnya, Nabi Adam tinggal di surga bersama Hawa.

Namun, karena bujukan Iblis, Nabi Adam dan Hawa memakan buah khuldi yang telah dilarang Allah SWT. Meski bertaubat, Allah SWT memerintahkan mereka turun ke bumi. Beberapa mukjizat nabi Adam adalah:

  • Menjadi khalifah pertama di bumi
  • Diajarkan oleh Allah segala hal tentang nama benda beserta makhluk di bumi
  • Memiliki tinggi 60 hasta
  • Memiliki umur yang panjang dan memberikan 40 tahun untuk Nabi Daud
  • Dikaruniai keturunan kembar berpasang-pasangan.

2. Nabi Idris

Nabi Idris adalah nabi yang terkenal dengan kecerdasannya. Selama berdakwah, Nabi Idris memberi pesan untuk menjadikan sholat jenazah sebagai penghormatan, menasihati untuk selalu bersyukur, menghindari hasad dan dengki, melarang menumpuk harta yang tak bermanfaat dan mematuhi perintah Allah dengan ikhlas. Adapun mukzjizat Nabi Idris adalah:

  • Memiliki kecerdasan dalam mengamati fenomena alam dan mengartikan wahyu Allah SWT
  • Menjadi manusia pertama yang bisa membaca dan menulis
  • Menjadi manusia pertama yang bisa menjahit pakaian
  • Pernah merasakan sakaratul maut dan dihidupkan kembali oleh Allah SWT
  • Pernah melihat surga dan neraka.

3. Nabi Nuh

Semasa dakwahnya, Nabi Nuh menerima banyak tantangan dan penolakan. Bahkan anak dan istrinya menganggapnya gila. Saat kaumnya bertindak dzalim, Allah mendatangkan banjir besar. Mukjizat nabi Nuh adalah membuat bahtera atau perahu dengan panjang 300 hasta dan 50 hasta Setiap manusia atau binatang yang naik ke perahu selamat dari banjir.

4. Nabi Hud

Nabi Hud ada di tengah kaum ‘Ad yang ahli membuat menara, tapi suka menghamburkan harta. Saat berdakwah, Nabi Hud menerima banyak rasa iri dan dengki dari kaumnya. Mereka terus megingkari dakwahnya hingga Allah menurunkan badai dengan awan yang penuh petir.

Kejadian itu pun membinasakan kaum ‘Ad yang dzalim. Mukzijat Nabi Hud adalah:

  • Mampu menurunkan hujan atas izin Allah
  • Selamat dari badai petir yang dahsyat.

5. Nabi Shaleh

Nabi Shaleh berdakwah di tengah kaum Tsamud yang masih keturunan kaum ‘Ad. Meski Nabi Shaleh sudah mengingatkan kaum Tsamud bahwa Allah SWT adalah pencipta langit dan bumi, namun mereka tetap bersikeras dan menyombongkan diri.

Kaumnya bahkan ingkar ketika berjanji akan beriman setelah melihat mukjizat Nabi Sholeh. Hingga pada akhirnya azab Allah SWT turun. Salah satu mukjizatnya adalah memunculkan unta betina yang hamil 10 bulan dari batu besar yang terbelah.

6. Nabi Ibrahim

Menurut buku Akidah Akhlak Madrasah Tsanawiyah Kelas VII, Nabi Ibrahim AS memiliki dua putra, Ismail dan Isha1 yang juga menjadi nabi dan rasul Allah. Beliau pernah diuji oleh Allah melalui perintah dalam mimpi untuk menyembelih anaknya.

Nabi Ibrahim tak henti menyampaikan dakwah kepada kaumnya tentang kesesatan yang mereka lakukan. Namun, kaumnya sangat keras kepala dan tidak mau menerima bukti-bukti kekuasaan Allah.

Nabi Ibrahim pernah memperoleh hukuman dibakar hidup-hidup karena menghancurkan berhala dan tak mengakui Raja Namrud sebagai Tuhan. Adapun mukjizat Nabi Ibrahum adalah tetap hidup meskipun dibakar dengan api

7. Nabi Luth

Mengutip buku Kisah Menakjubkan 25 Nabi dan Rasul karya Nuruh Ihsan, Allah SWT mengutus Nabi Luth AS untuk mengingatkan kaum sodom yang bermukin di negeri Gharzaghar agar menyembah Allah. Akan tetapi,mereka bersikap tak acuh, bahkan bersikap menjadi-jadi. Allah SWT pun mendatangkan azab bencana hujan batu.

Mengutip buku Dua Puluh Lima Nabi Banyak Bermukjizat Sejak Adam A.S hingga Muhammad SAW, mukjizat nabi Luth adalah diselamatkan dari azab yang menimpa kaum sodom.

8. Nabi Ismail

Nabi Ismail merupakan putra dari Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Nabi Ismail dengan rela menyerahkan diri kepada Nabi Ibrahim untuk disembelih karena perintah Allah SWT. Namun pada akhirnya Allah SWT menggantikannya dengan seekor kambing untuk disembelih.

Menurut buku Khasiat air Zam-zam oleh Taufiqurrohman, mukjizat Nabi Ismail adalah muncul mata air zam-zam di bawah hentakan kakinya. Kemudian mukjizat selanjutnya adalah selamat dari penyembelihan.

9. Nabi Ishaq

Nabi Ishaq adalah anak Nabi Ibrahim dan Siti Sarah. Beliau lahir 14 tahun setelah Nabi Ismail dari ibu yang sudah sangat tua.

Nabi Ishaq berdakwah di Kan’an (Palestina) dan Syam. Beliau dikenal dengan sikapnya yang lemah lembut dan suka menolong kaumnya.

Menurut buku Kisah dan Mukjizat Nabi dan Rasul oleh Alfa Syah, Mukjizat Nabi Ishaq adalah memiliki anak dari istri yang tua an mandul. Kemudian Allah mengaruniai mereka dua anak kembar.

10. Nabi Ya’qub

Nabi Ya’qub adalah salah satu putra Nabi Ishaq. Nabi Ya’qub berdakwa kepada Bani Israil di Syam. Dia memiliki kembaran bernama Ishu yang selalu merasa sakit hati dengan apa yang dicapainya. Mukjizat nabi Yaqub adalah menang berperang melawan pasukan Raja Saljam yang berjumlah banyak.

11. Nabi Yusuf

Nabi Yusuf dikenal sebagai nabi yang berwajah tampan, baik hati dan lemah lembut. Ayahnya, Nabi Ya’qub sangat menyayanginya, sehingga membuat saudara-saudaranya iri.

Hingga pada suatu ketika nabi Yusuf dibuang ke dalam sumur oleh saudara-saudaranya. Namun pada akhirnya, saudara-saudara Yusuf meminta maaf dan menyesali perbuatan mereka. Mukjizat Nabi Yusuf adalah:

  • Mampu menafsirkan mimpi
  • Memiliki paras yang tampan, bahkan membuat para wanita mengiris jari karena terpesona akan ketampanannya.

12. Nabi Ayyub

Nabi Ayyub adalah nabi yang mempunyai banyak harta, keturunan dan akhlak yang mulia. Allah SWT memberi cobaan berupa kehilangan harta, anak dan menderita penyakit kulit. Beberapa mukjizat Nabi Ayyub adalah:

  • Kesabaran luar biasa
  • Mampu mengeluarkan air dari tanah yang menyembuhkan penyakitnya.

13. Nabi Syuaib

Nabi Syuaib diutus Allah kepada kaum Madyan yang suka menipu dan membangkang. Allah pun memberikan badai panas, mendatangkan awan hitam hingga gempa bumi yang membinasakan. Mukjizat Nabi Syu’aib adalah diberi gelar Khatibul Anbiya yang artinya ahli pidato dari kalangan Nabi.

14. Nabi Musa

Nabi Musa lahir di wilayah Mesir dan memerangi raja Fir’aun yang tamak. Beliau memimpin Bani Israil agar menyembah Allah. Berbagai mukjizat yang dimiliki Nabi Musa adalah:

  • Mampu menghidupkan orang mati
  • Memiliki tongkat yang bisa berubah menjadi ular
  • Mampu membelah laut merah.

15. Nabi Harun

Nabi Harun adalah saudara kandung Nabi Musa. Beliau tumbuh menjadi pemuda yang pandai dan fasih berbicara. Nabi Harun diamanatkan Nabi Musa untuk menyebarkan dakwah kepada Bani Israil. Mukjizat Nabi Harun adalah memiliki kepandaian dalam berbicara dan berdebat

16. Nabi Zulkifli

Nabi Zulkifli terkenal karena sering bertindak sebagai hakim yang adil dalam memutuskan sebuah permasalahan. Dalam kisahnya, ada seorang yang tengah mencari penggantinya dengan tiga syarat, puasa pada siang hari, sholat pada malam hari dan tidak marah. Nabi Zulkifli benar-benar mematuhi tiga syarat tersebut.

Mukjizat yang dimiliki Nabi Zulkifli pernah menang melawan pemberontak yang lebih banyak pasukannya. Tak ada satu pun pasukan Nabi Zulkifli yang tewas.

17. Nabi Daud

Nabi Daud masih keturunan Nabi Yaqub. Saat muda, beliau berhasil mengalahkan Raja Jalut hingga kemudian diangkat menjadi panglima perang. Allah pun memberikannya kitab suci Zabur sbeagai pedomanya. Mukjizat yang dimiliki Nabi Daud adalah:

  • Dapat berbicara dengan burung
  • Dapat melunakkan besi
  • Memiliki suara merdu.

18. Nabi Sulaiman

Nabi Sulaiman adalah putra Nabi Daud. Nabi Sulaiman memiliki bala tentara yang terdiri dari manusia, jin dan para hewan. Sehingga, beliau bisa memahami bahasa hewan dan berbicara dengan mereka. Mukjizat Nabi Sulaiman adalah:

  • Mengerti bahasa hewan
  • Para jin mematuhinya
  • Menjadi orang terkaya dengan jumlah harta terbanyak
  • Dapat mengatur arah mata angin.

19. Nabi Ilyas

Nabi Ilyas diutus Allah untuk berdakwah kepada kaumnya yang menyembah berhala, yaitu Ba’i. Sebagian dari mereka beriman, namun sebagian lainnya tidak.

Nabi Ilyas pernah bahkan diancam akan dibunuh jika terus berdakwah. Beliau pun bersembunyi dalam gua selama 10 tahun hingga raja yang berkuasa wafat. Adapun mukjizat Nabi Ilyas adalah:

  • Dapat membuat kayu menjadi terbakar dengan air
  • Setiap rumah yang didatangi Nabi Ilyas akan menghasilkan banyak makanan.

20. Nabi Ilyasa

Nabi Ilyasa menjadi sosok menerus dakwah Nabi Ilyas. Mengutip dari buku Hikmah Kisah Nabi dan Rasul yang ditulis oleh Ridwan Abdullah Sani dan Muhammad Kadri, Nabi Ilyasa berdakwah setelah Nabi Ilyas wafat. Beliau berpegang teguh pada metode Nabi Ilyas ketika berdakwah. Mukjizat Nabi Ilyasa adalah menghidupkan orang mati

21. Nabi Yunus

Nabi Yunus adalah Nabi yang diutus Allah untuk berdakwah di kota Ninawa. Namun, kaumnya yang membangkang membuat Nabi Yunus putus asa dan meninggalkannya.

Saat dalam perjalanan. Kapal Nabi Yunus diterpa ombak besar dan mengharuskan salah satunya keluar. Nabi Yunus akhirnya terpilih dan menjatuhkan diri ke laut.

Allah mengutus ikan paus besar untuk menelan Nabi Yunus. Nabi Yunus pun memohon ampun kepada Allah. Atas izin Allah, Ikan paus pun memuntahkan Nabi Yunus.

22. Nabi Zakariya

Nabi Zakariya adalah keturunan Nabi Daud dan Nabi Sulaiman. Sama seperti Nabi Ibrahim dan Nabi Ishaq, Nabi Zakaria mendapat keturunan di usianya yang tak lagi muda. Mukjizat Nabi Zakariya adalah dapat bersembunyi di dalam batang pohon saat dikejar oleh pasukan Raja Herodes, seorang raja yang zalim.

23. Nabi Yahya

Nabi Yahya adalah anak dari Nabi Zakariya, Nabi Yahya sangat rajin dan gemar membaca. Allah menganugerahi Nabi Yahya dengan kemampuan mengetahui syariat.

Nabi Yahya selalu ikut berdakwah dengan ayahnya. Dia sanga berni menegakkan kebenaran dan hukum agama secara tegas. Mukjizat Nabi Yahya adalah disegani oleh hewan-hewan buas. Tak ada hewan buas yang berani mengganggunya.

24. Nabi Isa

Nabi Isa adalah nabi yang tidak memiliki ayah dan lahir dari wanita suci bernama Maryam. Kelahirannya menyebabkan munculnya tuduhan-tuduhan yang mengatakan bahwa ibunya berbuat hal tidak baik.

Namun tuduhan itu dijawab langsung oleh Nabi Isa yang masih bayi. Semua yang mendengarnya pun takjub.Beberapa mukjizat Nabi Isa adalah:

  • Bisa berbicara saat bayi
  • Menghidupkan burung dari tanah liat
  • Menghidupkan orang yang sudah mati
  • Menyembuhkan orang yang sudah mati
  • Menyembuhkan orang buta dan penyakit kulit
  • Menurunkan hidangan dari langit
  • Dianugerahi kitab Injil.

25. Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad merupakan Nabi terakhir, sekaligus penutup. Saat kelahirannya, banyak peristiwa besar yang terjadi, seperti runtuhnya berhala dekat Kakbah dan padamnya api yang disembah kaum majusi.

Nabi Muhammad diutus oleh Allah untuk berdakwah kepada penduduk Mekkah yang merupakan penyembah berhala. Berbagai siksaan dihadapi Nabi Muhammad dan pengikutnya. Mukjizat dari Nabi Muhammad adalah:

  • Kitab suci Al Qur’an
  • Mampu membelah bulan
  • Mengalirkan air dari jemari tangannya
  • Mampu menurunkan hujan
  • Di atasnya selalu dinaungi awan
  • Melakukan perjalanan ke Sidratul Muntaha saat Isra Mi’raj.

Itulah nama-nama nabi dan rasul yang patut umat islam ketahui. Yuk, teladani akhlak para Nabi agar kita senantiasa menjadi hamba yang taat kepada Allah SWT!

(elk/row)



Sumber : www.detik.com